• Tidak ada hasil yang ditemukan

MAKALAH Konsep Kebutuhan Psikososial

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "MAKALAH Konsep Kebutuhan Psikososial"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

KATA PENGANTAR 

KATA PENGANTAR 

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, Kami panjatkan atas terselesaikannya Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, Kami panjatkan atas terselesaikannya makalah ini dengan judul “

makalah ini dengan judul “KONSEP KEBUTUHANKONSEP KEBUTUHAN PSIKOSOSIAL” sebagai hasil penugasanPSIKOSOSIAL” sebagai hasil penugasan mata ajaran KDM (Kebutuhan Dasar Manusia) oleh dosen kepada Kami.

mata ajaran KDM (Kebutuhan Dasar Manusia) oleh dosen kepada Kami.

Dengan terselesaikannya makalah ini kami berharap semoga makalah ini dapat Dengan terselesaikannya makalah ini kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua. Amin.

memberikan manfaat bagi kita semua. Amin.

Makalah ini tidaklah luput dari kekurangan, o

Makalah ini tidaklah luput dari kekurangan, oleh karena itu kami memohon leh karena itu kami memohon maaf atasmaaf atas segala kekurangan tersebut dan kami harapkan saran dan kritik untuk perbaikan makalah ini. segala kekurangan tersebut dan kami harapkan saran dan kritik untuk perbaikan makalah ini.

Demikian dari kami, atas perhatian kritik dan saran kami

Demikian dari kami, atas perhatian kritik dan saran kami ucapkan terima kasih.ucapkan terima kasih.

Bogor, 19 September 2016 Bogor, 19 September 2016

Penulis Penulis

(2)

DAFTAR ISI

Kata Pengantar . . . 1 Daftar Isi . . . . . . 2 BAB I Pendahuluan . . . 3 A. Latar Belakang . . . 3 B. Tujuan Masalah. . . 3 BAB II Pembahasan . . . 4

A. Pengerttian Kebutuhan Psikososial . . . 4

B. Status Emosi . . . 4

C. Konsep Diri . . . 4-7 D. Koping . . . 7-9 E. Hubungan Sosial . . . 9-10 F. Pentingnya Konsep Diri Yang Sehat . . . 10-11 G. Konsep Dasar Perkembangan Konsep Diri . . . 11-13 C. Asuhan Keperawatan . . . 13

1. Pengkajian. . . . . . . . . 13-14 2. Diagnosa Keperawatan dan Intervensi. . . 14-16 BAB III Penutup . . . 17

I. Kesimpulan. . . 17

(3)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Manusia adalah makhluk biopsikososial yang unik dan menerapkan system terbuka serta saling berinteraksi. Manusia selaulu berusaha untuk mempertahankan keseimbangan hidupnya. Keseimbangan yang dipertahankan oleh setiap individu untuk dapat menyesuaikan diri dengan lingkungannya, keadaan ini disebut dengan sehat. Sedangkan seseorang dikatakan sakit apabila gagal dalam mempertahankan keseimbangan diri dan lingkungannya. Sebagai makhluk social, untuk mencapai kepuasana dalam kehidupan, mereka harus membina hubungan interpersonal positif (Mirzal Tawi, 2008).

Psikososial  adalah setiap perubahan dalam kehidupan individu, baik yang bersifat  psikologik maupun sosial yang mempunyai pengaruh timbal balik. masalah kejiwaan dan kemasyarakatan yang mempunyai pengaruh timbal balik, sebagai akibat terjadinya perubahan sosial dan atau gejolak sosial dalam masyarakat yang dapat menimbulkan gangguan jiwa (Depkes, 2011).

Contoh masalah psikososial  antara lain: psikotik gelandangan dan pemasungan,  penderita gangguan jiwa, masalah anak: anak jalanan dan penganiayaan anak, masalah anak

remaja: tawuran dan kenakalan, penyalahgunaan narkotika dan psikotropika, masalah seksual:  penyimpangan seksual, pelecehan seksual dan eksploitasi seksual, tindak kekerasan sosial, stress  pasca trauma, pengungsi/ migrasi, masalah usia lanjut yang terisolir, masalah kesehatan kerja: kesehatan jiwa di tempat kerja, penurunan produktifitas dan stres di tempat kerja, dan lain-lain: HIV/AIDS (Depkes, 2011).

B. Tujuan Masalah

1. Memahamikonsep dasar Psikososial.

2. Memahamikonsep dasar psikososial yang mencakup konsep diri, stres dan adaptasi. 3. Mengetahui Asuhan Keperawatan pada psikososial.

(4)

BAB II

PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN PSIKOSOSIAL

Manusia adalah makhluk biopsikososial yang unik dan menerapkan system terbuka serta saling berinteraksi. Manusia selaulu berusaha untuk mempertahankan keseimbangan hidupnya. Keseimbangan yang dipertahankan oleh setiap individu untuk dapat menyesuaikan diri dengan lingkungannya, keadaan ini disebut dengan sehat. Sedangkan seseorang dikatakan sakit apabila gagal dalam mempertahankan keseimbangan diri dan lingkungannya. Sebagai makhluk social, untuk mencapai kepuasan dalam kehidupan, mereka harus membina hubungan interpersonal positif .

B. STATUS EMOSI

Setiap individu mempunyai kebutuhan emosi dasar, termasuk kebutuhan akan cinta, kepercayaan, otonomi, identitas, harga diri, penghargaan dan rasa aman. Schultz (1966) Merangkum kebutuhan tersebut sebagai kebutuhan interpersonal untuk inklusi, control dan afeksi. Bila kebutuhan tersebut tidak terpenuhi, akibatnya dapt berupa perasaan atau prilaku yang tidak diharapkan, seperti ansietas, kemarahan, kesepian dan rasa tidak pasti.

C. KONSEP DIRI

Konsep diri adalah semua perasaan kepercayaan dan nilai yang diketahui tentang dirinya dan memengaruhi individu dalam bersosialisasi dengan orang lain. Konsep diri berkembang secara bertahap saat bayi molai mengenal dan membedakan dirinya dengan orang lain.

Pembentukan konsep diri ini sangat dipengaruhi oleh asuhan orang tua dan lingkungannya. a. Komponen konsep diri

1) Citra diri

adalah sikap seseorang terhadap tubuhnya secara sadar dan tidak sadar. Sikap ini mencakup  presepsi dari pasangan tentang ukuran, bentuk, dan fungsi penampilan tubuh saat ini dan masa

lalu.

2) Ideal diri

Presepsi individu tentang bagaimana ia harus berperilaku sesuai dengan standar perilaku. Ideal diri akan mewujudkan cita-cita dan harapan pribadi.

(5)

Harga diri adalah penilaian terhadap hasil yang dicapai dengan analisis, sejauh mana perilaku memenuhi ideal diri. Jika individu selalu sukses maka cenderung harga dirinya akan tinggi dan  jika mengalami kegagalan cenderung harga diri menjadi rendah. Harga diperoleh d ari diri sendiri

dan orang lain. 4) Peran diri

Peran diri adalah pola sikap, perilaku nilai yang diharapkan dari seseorang berdasarkan posisinya di masyarakat.

5) Identitas diri

Identitas diri adalah kesadaran akan dirinya sendiri yang bersumber dari observasi dan penilaian yang merupakan sintesis dari semua aspek konsep diri sebagai suatu kesatuan yang utuh.

b. Faktor-faktor yang mempengaruhi konsep diri 1) Tingkat perkembangan dan kematangan

Perkembangan anak seperti perkembangan menta, perlakuan, dan pertumbuhan anak akan mempengaruhi konsep dirinya.

2) Budaya

Pada usia anak-anak nilai-nilai akan diadopsi dari orang tuanya, kelompoknya, dan lingkungannya. Orang tua yang bekerja seharian akan membawa anak lebih dekat pada lingkungannya.

3) Sumber eksternal dan internal

Kekuatan dan perkembangan pada individu sangat berpengaruh terhadap konsep diri. Pada sumber internal misalnya, orang yang humoris koping individunya lebih efektif. Sumber eksternal misalnya adanya dukungan dari masyarakat dan ekonomi yang kuat.

4) Pengamatan sukses dan gagal

Ada kecenderungan bahwa riwayat sukses akan meningkatkan konsep diri demikian pula sebaliknya.

5) Sensor 

Stresor dalam kehidupan misalnya perkawinan, pekerjaan baru, ujian dan kekuatan. Jika koping individu tidak adekuat maka akan menimbulkan depresi, menarik diri, dan kecemasan.

6) Usia, keadaaan sakit, dan trauma

(6)

c. Kriteria kepribadian yang sehat 1) Citra tubuh positif dan akurat

Kesadaran akan diri berdasar atas observasi mandiri dan perhatian yang sesuai akan kesehatan diri. Termasuk presepsi saat ini dan masa lalu.

2) Ideal dan realitas

Individu mempunyai ideal diri yang realitas dan mempunyai tujuan hidup yang dapat dicapai. 3) Konsep diri yang positif 

Konsep diri yang positif menunjukkan bahwa individu akan sesuai dalam hidupnya. 4) Harga diri tinggi

Seseorang yang akan mempunyai harga diri tinggi akan memandang dirinya sebagai seorang yang berarti dan bermanfaat. Ia memandang dirinya sama dengan apa yang ia inginkan.

5) Kepuasan penampilan peran

Individu yang mempunyai kepribadian sehat akan dapat berhubungan dengan orang lain secara intim dan mendapat kepuasan, dapat memercayai dan terbuka pada orang lain serta membina hubungan interdependen.

6) Identitas jelas

individu merasakan keunikan dirinya yang memberiarahkehidupan dalam mencapai tujuan D. DEFINISI COPING

Strategi coping merupakan suatu upaya individu untuk menanggulagi stress yang menekan akibat masalah yang dihadapinya dengan cara melakukan perubahan kognitif maupun perilaku guna memperoleh rasa aman dalam dirinya sendiri.

Coping yang efektif untuk dilaksanakan adalah coping yang membantu seseorang untuk mentoleransi dan menerima situasi menekan dan tidak merisaukan tekanan yang tidak dapat dikuasainya (lazarus dan folkman).

(7)

JENIS-JENIS KOPING YANG KONSTRUKTIF/SEHAT KOPING KONSTRUKTIF/MERUSAK :

1.Penalaran

(Reasoning)

Yaitu penggunaan kemampuan kognitif untuk mengeksplorasi berbagai macam alternatif  pemecahan masalah dan kemudian memilih salah satu alternatif yang dianggap paling

menguntungkan. 2. Objektifitas

Yaitu kemampuan untuk membedakan antara komponen-komponen emosional dan logis dalam  pemikiran, penalaran maupun tingkah laku. Kemampuan ini juga meliputi kemampuan untuk

membedakan antara pikiran-pikiran yang berhubungan dengan persoalan yang tidak berkaitan.

3. Konsentrasi

Yaitu kemampuan untuk memusatkan perhatian secara penuh pada persoalan yang sedang dihadapi. Konsentrasi memungkinkan individu untuk terhindar dari pikiran-pikiran yang mengganggu ketika berusaha untuk memecahkan persoalan yang sedang dihadapi.

4. Humor

Yaitu kemampuan untuk melihat segi yang lucu dari persoalan yang sedang dihadapi, sehingga  perspektif persoalan tersebut menjadi lebih luas, terang dan tidak dirasa sebagai menekan lagi

ketika dihadapi dengan humor. 5. Supresi

Yaitu kemampuan untuk menekan reaksi yang mendadak terhadap situasi yang ada sehingga memberikan cukup waktu untuk lebih menyadari dan memberikan reaksi yang lebih konstruktif. 6. Toleransi terhadap Kedwiartian atau Ambiguitas

Yaitu kemampuan untuk memahami bahwa banyak hal dalam kehidupan yang bersifat tidak jelas dan oleh karenanya perlu memberikan ruang bagi ketidak jelasan tersebut.

7. Empati

Yaitu kemampuan untuk melihat sesuatu dari pandangan orang lain. Empati juga mencakup kemampuan untuk menghayati dan merasakan apa yang dihayati dan dirasakan oleh orang lain.

(8)

KOPING POSITIF ( SEHAT) 1. Antisipasi

Antisipasi berkaitan dengan kesiapan mental individu untuk menerima suatu perangsang. Ketika individu berhadap dengan konflik-konflik emosional atau pemicu stres baik dari dalam maupun dari luar, dia mampu mengantisipasi akibat-akibat dari konflik atau stres tersebut dengan cara menyediakan alternatif respon atau solusi yang paling sesuai.

2. Afiliasi

Afiliasi berhubungan dengan kebutuhan untuk berhubungan atau bersatu dengan orang lain dan  bersahabat dengan mereka. Afiliasi membantu individu pada saat menghadapi konflik baik dari dalam dan luar, dia mampu mencari sumber- sumber dari orang lain untuk mendapatkan dukungan dan pertolongan.

3. Altruisme

Altruisme merupakan salah satu bentuk koping dengan cara mementingkan kepentingan orang lain. Konflik-konflik yang memicu timbulnya stres baik dari dalam maupun dari luar diri dialihkan dengan melakukan pengabdian pada kebutuhan orang lain.

4. Penegasan diri

(self assertion)

Individu berhadapan dengan konflik emosional yang menjadi pemicu stres dengan cara mengekspresikan perasaan-perasaan dan pikiran-pikirannya secara lengsung tetapi dengan cara yang tidak memaksa atau memanipulasi orang lain.

5. Pengamatan diri

(Self observation)

Pengamatan diri sejajar dengan introspeksi, yaitu individu melakukan pengujian secara objektif  proses-proses kesadaran diri atau mengadakan pengamatan terhadap tingkah laku, motif, ciri, sifat sendiri, dan seterusnya untuk mendapatkan pemahaman mengenai diri sendiri yang semakin mendalam.

E. HUBUNGAN SOSIAL

Hubungan sosial dapat dibedakan menjadi dua, yaitu proses yang asosiatif dan disosiatif. Hubungan sosial asosiatif merupakan hubungan yang bersifat positif, artinya hubungan ini dapat mempererat atau memperkuat jalinan atau solidaritas kelompok. Adapun hubungan sosial disosiatif merupakan hubungan yang bersifat negatif, artinya hubungan ini dapat merenggangkan atau menggoyahkan  jalinan atau solidaritas kelompok yang telah terbangun.

(9)

Hubungan sosial asosiatif adalah proses interaksi yang cenderung menjalin kesatuan dan meningkatkan solidaritas anggota kelompok. Hubungan sosial asosiatif memiliki bentuk-bentuk  berikut ini.

a. Kerja sama

b. Akomodasi; dapat diartikan sebagai suatu keadaan atau sebagai suatu proses. Sebagai keadaan, akomodasi adalah suatu bentuk keseimbangan dalam interaksi antarindividu atau kelompok manusia dalam kaitannya dengan norma sosial dan nilai sosial yang berlaku. n masalah yang terjadi dapat dilakukan.

c. Asimilasi; adalah proses sosial yang timbul apabila ada kelompok masyarakat dengan latar  belakang kebudayaan yang berbeda, saling bergaul secara interaktif dalam jangka waktu lama.

d. Akulturasi; adalah suatu keadaan diterimanya unsur-unsur budaya asing ke dalam kebudayaan sendiri.

2. Bentuk-Bentuk Hubungan Disosiatif 

a. Persaingan; adalah suatu proses sosial yang dilakukan oleh individu atau kelompok dalam usahanya mencapai keuntungan tertentu tanpa adanya ancaman atau kekerasan dari para pelaku. b. Kontravensi; merupakan suatu bentuk proses sosial yang berada di antara persaingan dengan pertentangan atau pertikaian. Kontravensi adalah sikap mental yang tersembunyi terhadap orang atau unsur-unsur budaya kelompok lain.

c. Pertentangan/Perselisihan; adalah suatu proses sosial di mana individu atau kelompok menantang pihak lawan dengan ancaman dan atau kekerasan untuk mencapai suatu tujuan.

F. KONSEP DIRI REMAJA YANG SEHAT.

Menurut Lautel dan Klatell tahun 1991, Konsep diri mempengaruhi kesehatan mental dan  bahkan perkembangan kepribadian remaja. Untuk membina konsep diri yang sehat (positif),

remaja perlu menilai diri sendiri.

Candles pada tahun 1972 mengemukakan bahwa ramaja yang memiliki penilaian diri sendiri, menapakkan hidup bahagia karena dapat menerima keberadaan dirinya sendiri sebagaimana adanya. Mereka dapat menyadari bahwa mereka bukanlah individu yang sempurna, dan dapat menerima kegagalan dan memahami kegagalan tersebut sebagai jalan untuk sukses,  bukan sebagi kebodohan.

(10)

1. Tepat dan sama.

Konsep Diri remaja tepat dan sama dengan kenyataan pada diri remaja tersebut, contohnya adalah remaja merasa dirinya mampu berprestasi di sekolah, kenyataannya memang dia  berpretasi di sekolah, atau seorang remaja laki-laki mampu memerankan diri dengan baik dalam  penampilan dan tugas serta tanggung jawabnya sebagai seorang lelaki.

2. Fleksibel.

Konsep Diri remaja yang sehat ditandai oleh fleksibel atau keluwesan remaja dalam menjalankan  peran dalam masyarakat. Contohnya sebagai siswa di sekolah tugasnya adalah belajar,

sedangkan dirumah tugasnya sebagai seorang kakak mengasuh adik dan membantu keluarga. Remaja ini mudah berubah pendapat, sulit dipercaya dan tidak tegas dalam menentukan jalan hidupnya.

3. Kontrol diri.

Konsep diri remaja yang sehat mampu mengatur hidupnya sendiri sesuai standar tingkah laku dirinya sendiri, bukan di atur oleh orang lain. Remaja ini mudah menyesuaikan diri dengan standar tingkah laku yang dituntut lingkungan, mudah memotivasi diri untuk mencapai tujuan hidup.

G. KONSEP DASAR PERKEMBANGAN KONSEP DIRI

Menurut E.B. Hurlock (dalam Elida Prayitno, 1990) faktor perkambangan-perkembangan konsep diri remaja yaitu bentuk tubuh, cacat tubuh, pakaian, nama dan julukan, inteligensi kecerdasan, taraf aspirasi/cita-cita emosi, jenis atau gengsi sekolah, status sosial, ekonomi keluarga, teman-teman dan tokoh atau orang yang berpengaruh.

Apabila berbagai faktor itu cenderung menimbulkan perasaan positif (bangga, senang), maka muncul lah konsep diri yang positif. Pada masa kanak-kanak, seseorang biasanya cenderung menganggap benar apa saja yang dikatakan oleh orang lain. Jika seorang anak merasa diterima, dihargai, dicintai, maka anak itu akan menerima, manghargai, dan mencintai dirinya (konsep diri positif). Sebaliknya, jika seseorang yang berpengaruh disekelilingnya (orang tua, guru, orang dewasa lainnya, atau teman-temannya) ternyata meremehkan, merendahkannya, mempermalukan, dan menolaknya, maka pengalaman itu akan disikapi dengan negatif (memunculkan konsep diri negatif).

(11)

Remaja memiliki cita-cita yang tidak realistis akan mengalami kegagalan. Hal ini mengakibatkan remaja memiliki perasaan tidak mampu dan menyalahkan lingkungan diluar dirinya. Sebaliknya remaja memiliki cita-cita realistis, akan memperoleh penghasilan dan ini akan menimbulkan kepercayaan yang akan memberikan konsep diri yang baik.

Teman sebaya mempengaruhi konsep diri remaja dengan dua cara. Pertama, konsep diri remaja merupakan cerminan bagaimana teman-temannya menilai dirinya. Kedua, remaja berada dalam tekanan untuk mengembangkan ciri-ciri kepribadian yang diakui oleh kelompoknya. Usaha Guru Untuk Mengembangkan Konsep Diri

Menuru Mudjiran 2007, usaha guru untuk mengembangkan konsep diri pada siswa nya yaitu: 1. Memberikan penguatan dan menciptakan situasi belajar yang memberi kesempatan bagi siswa

memperoleh penguatan.

2. Memberi sokongan dan menciptakan situasi yang menyebabkan keputusan atau kegiatan siswa tersokong dan di setujui.

3. Selalu berfikir positif tentang penampilan, prestasi belajar dan permasalahan siswa.

4. Menciptakan situasi yang memungkinkan siswa merasa sukses melalui pengalaman belajar yang sukses yaitu belajar dengan siswa aktif.

5. Menghargai usaha siswa melebihi hasil, bukan memberikan penghargaan dari apa yang bukan hasil usaha mereka.

6. Berusaha mengembangkan bakat dan keterampilan para siswa, sehingga mereka merasa berguna dan berarti.

7. Suka menyokong dan memberikan penghargaan bukan mencela dan menyalahkan.

8. Tidak suka bahkan tidak ingin memberikan penilaian sebelum siswanya memahami dan menguasai berbagai konsep yang di ajarkan. Hubungan sosial guru dan siswa yang hangat bukan mengkritik, mencela atau menghukum.

9. Lingkungan sekolah membuat program-program penampilan fisik untuk remaja pria dan wanita. 10. Lingkunga sekolah yang menimbulkan perasaan sukses dalam diri setiap siswa dengan berbagai

cara.

11. Berfikir positif dalam menilai menapilkan fisik dan psikis siswa.

(12)

Asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan psikososial menurut Tarwoto, 2003 adalah sebagai berikut:

1. Pengkajian

Pengkajian pada klien dengan gangguan psikososial adalah: a. Status emosional

1) Apakah emosi sesuai perilaku?

2) Apakah klien dapat mengendalikan emosi?

3) Bagaimana perasaan klien yang tampil seperti biasanya? 4) Apakah perasaan hati sekarang merupakan ciri khas klien? 5) Apa yang klien lakukan jika marah atau sedih?

b. Konsep diri

1) Bagaimana klien menilai dirinya sebagai manusia? 2) Bagaimana orang lain menilai diri klien?

3) Apakan klien suka akan dirinya? c. Cara komunikasi

1) Apakah klien mudah merespon?

2) Apakah spontanitas atau hanya jika ditanya?

3) Bagaimana perilaku non verbal klien dalam berkomunikasi? 4) Apakah klien menolak untuk memberi respons?

d. Pola interaksi

1) Kepada siapa klien mau berinterkasi?

2) Siapa yang paling penting atau berpengaruh bagi klien? 3) Bagaimana sifat asli klien: mendominasi atau positif? e. Pendidikan dan pekerjaan

1) Pendidikan terakhir 

2) Keterampilan yang mampu dilakukan 3) Pekerjaan klien

4) Status keuangan f. Hubungan sosial

1) Teman dekat klien

(13)

3) Apakah klien berkecimpung dalam kelompok masyarakat? g. Faktor kultur sosial

1) Apakah agama dan kebudayaan klien?

2) Bagaimana tingkat pemahaman klien tentang agama?

3) Apakah bahasa klien memadai untuk berkomunikasi dengan orang lain? h. Pola hidup

1) Dimana tempat tinggal klien? 2) Bagaimana tempat tinggal klien? 3) Dengan siapa klien tinggal?

4) Apa yang klien lakukan untuk meyenangkan diri? i. Keluarga

1) Apakah klien sudah menikah?

2) Apakah klien sudah mempunyai anak?

3) Bagaimana status kesehatan klien dan keluarga? 4) Masalah apa yang terutama dalam keluarga? 5) Bagaimana tingkat kecemasaan klien?

2. Diagnosa

Diagnosa keperawatan pada klien menurut Tarwoto tahun 2003 adalah sebagai berikut: a. Gangguan konsep diri: Harga Diri Rendah b.d kesehatan.

 b. Gangguan konsep diri: Body Image b.d hilangnya bagian tubuh. c. Gangguan konsep diri: Perubahan Peran b.d kesehatan.

d. Gangguan konsep diri: Identitas Diri b.d kesehatan. 3. Intervensi

Intervensi pada klien menurut Tarwoto tahun 2003 adalah:

a. Gangguan konsep diri: Harga Diri Rendah b.d kesehatan. Tujuan: Klien menunjukkan harga diri yang positif.

Kriteria Hasil:

1) Klien tidak merasa malu dengan kondisinya. 2) Klien merasa percaya diri.

(14)

Intervensi:

1) Bina hubungan saling percaya dan menjelaskan semua prosedur dan tujuan dengan singkat dan jelas.

2) Kaji penyebab gangguan harga diri rendah.

3) Berikan dukungan emosi untuk klien/orang terdekat selama tes diagnostik. 4) Sampaikan hal-hal positif secara mutlak.

5) Gunakan sentuhan tangan jika diterima.

6) Libatkan keluarga dan orang terdekat untuk memberikan support. 7) Berikan reinforcement yang positif.

 b. Gangguan konsep diri: Body Image b.d hilangnya bagian tubuh. Tujuan: Gambaran diri klien positif.

Kriteria Hasil:

1) Klien menyukai anggota tubuhnya. 2) Klien tidak merasa malu.

3) Klien mau berinteraksi dengan orang lain. Intervensi: .

1) Binalah hubungan saling percaya.

2) Kajilah penyebab gangguan body image. 3) Kajilah kemampuan yang dimiliki klien.

4) Eksplorasi aktivitas baru yang dapat dilakukan. 5) Berikan dukungan yang positif dan dukungan emosi. 6) Gunakan sentuhan tangan jika diterima.

c. Gangguan konsep diri: Perubahan Peran b.d kesehatan. Tujuan: Klien dapat melakukan perannya.

Kriteria Hasil:

1) Klien tidak merasa malu dengan kondisinya. 2) Klien merasa percaya diri.

3) Klien mau berinteraksi dengan orang lain. Intervensi:

(15)

1) Bina hubungan saling percaya dan menjelaskan semua prosedur dan tujuan dengan singkat dan jelas.

2) Kaji penyebab perubahan peran.

3) Berikan dukungan emosi untuk klien/orang terdekat selama tes diagnostik. 4) Sampaikan hal-hal positif secara mutlak.

5) Gunakan sentuhan tangan jika diterima.

6) Libatkan keluarga dan orang terdekat untuk memberikan support. 7) Berikan reinforcement yang positif.

(16)

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Konsep diri adalah semua perasaan kepercayaan dan nilai yang diketahui tentang dirinya dan memengaruhi individu dalam bersosialisasi dengan orang lain. Konsep diri  berkembang secara bertahap saat bayi molai mengenal dan membedakan dirinya dengan orang

lain.

Stress merupakan bagian dari kehidupan yang mempunyai efek positif dan negatif yang disebabkan karena perubahan lingkungan.

Perubahan dari suatu keadaan dari respons akibat stressor disebut adaptasi. Adaptasi sesungguhnya terjadi apabila adanya keseimbangan antara lingkungan internal dan eksternal. Contoh adaptasi misalnya: optimalnya semua fungsi tubuh, pertumbuhan normal, normalnya reaksi antara fisik dan emosi, kemampuan menolerir perubahan situasi.

(17)

DAFTAR PUSTAKA

http:///E:/KDM/PSIKOSOSIAL 3.html

http:///E:/KDM/KOPING%20STRES.html

http:///E:/KDM/Konsep%20Dasar%20Psikososial%20_%20RANGK  http:///E:/KDM/kebutuhan-dasar-manusia-psikososial.html

Referensi

Dokumen terkait

 Sel mikroba secara kontinyu berpropagasi menggunakan media segar yang masuk, dan pada saat yang bersamaan produk, produk samping metabolisme dan sel dikeluarkan dari

Selain menggunakan saluran transmisi, metode penyesuaian impedansi dapat pula dilakukan dengan menggunakan rangkaian yang terdiri dari komponen L dan C dalam

Akan tetapi, karena jauh lebih praktis menggunakan kekuatan tarik untuk menentukan kekuatan bahan, maka metode ini lebih banyak dikenal, dan merupakan metode

Menyusun aturan Pengendalian pemanfaatan ruang dan ketentuan zonasi untuk penataan areal-areal yang dilewati jalur rel yang akan dikembangkan Meningkatkan regulasi untuk

Berkaitan dengan hal tersebut, agar seorang guru bimbingan konseling dapat menjalankan tugas-tugasnya dengan baik maka seorang guru bimbingan konseling hendaknya

Hal ini memperlihatkan bahwa CSR sebagai sebuah kebijakan manajemen akan selalu terkait dengan konsep etika dan moral dari manajemen perusahaan tersebut, dimana apabila etika

Jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif korelasi dengan rancangan Cross Sectional yaitu dengan melakukan pengukuran variabel independen (bebas)