• Tidak ada hasil yang ditemukan

Economics Development Analysis Journal

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Economics Development Analysis Journal"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/edaj

PENGARUH KEBIJAKAN HARGA BBM, JUMLAH SEPEDA MOTOR,

PENDAPATAN PERKAPITA TERHADAP KONSUMSI PREMIUM

Tri Atmojo

Jurusan Ekonomi Pembangunan, Fakultas Ekonomi, Universitas Negeri Semarang, Indonesia

Info Artikel ________________ Sejarah Artikel: Diterima Juni 2016 Disetujui Juli 2016 Dipublikasikan Agustus 2016 ________________ Keywords:

Fuel Consumption, Price, Revenue, Vehicles

____________________

Abstrak

___________________________________________________________________

Konsumsi BBM di Indonesia semakin meningkat karena meningkatnya pendapatan masyarakat, jumlah kendaraan bermotor di Indonesia. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh kebijakan harga BBM, kendaraan bermotor (motor), pendapatan perkapita terhadap konsumsi BBM (Premium). Objek penelitian ini adalah konsumsi BBM di Republik Indonesia kurun waktu 1985-2014. Penelitian ini menggunakan desain penelitian dengan pendekatan kuantitatif. Analisis data menggunakan analisis Regresi Linier Berganda dengan metode Ordinary

Least Square (OLS). Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa kebijakan harga

berpengaruh signifikan terhadap konsumsi premium, pendapatan per kapita berpengaruh positif terhadap konsumsi premium, jumlah sepeda motor berpengaruh positif terhadap konsumsi premium, serta harga BBM, pendapatan perkapita, dan jumlah sepeda motor secara serentak berpengaruh positif terhadap konsumsi premium.

Abstract

________________________________________________________________

Fuel consumption in Indonesia is increasing due to rising incomes, the number of motor vehicles in Indonesia. The purpose of this study was to determine the effect of fuel price policy, motor vehicles (motorcycles), per capita income on the consumption of fuel (Premium). The object of this study is the fuel consumption in the Republic of Indonesia period 1985-2014. The design of this research study with a quantitative approach. Analyzed using Multiple Linear Regression Ordinary Least Square method (OLS). Based on the results of this study concluded that the pricing policies have a significant effect on the consumption of premium, per capita income has positive influence on consumption of premium, the number of motorcycles positive effect on premium consumption, as well as fuel prices, per capita income, and the number of motorcycles simultaneously positive effect on consumption of premium.

© 2016 Universitas Negeri Semarang

Alamat korespondensi: Gedung C6 Lantai 1 FE Unnes

Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang, 50229 E-mail: triatmojo64@gmail.com

(2)

PENDAHULUAN

Fluktuasi harga minyak dunia juga berdampak terhadap harga minyak dan konsumsi minyak di Indonesia. Pemerintah Indonesia telah membuat berbagai kebijakan tentang harga bahan bakar minyak di Indonesia. Setiap kebijakan yang dibuat bertujuan untuk menstabilkan harga bahan bakar minyak di Indonesia karena kenaikan harga bahan bakar minyak akan berdampak terhadap kenaikan harga barang yang lain. Harga bahan bakar minyak di Indonesia sangat dipengaruhi oleh harga minyak dunia dikarenakan Indonesia masih mengimpor minyak untuk mencukupi kebutuhan minyak dalam negeri. Kebijakan perubahan harga bahan bakar minyak khususnya premium telah beberapa kali terjadi sejak tahun 1980 pada pemerintahan Presiden Soeharto sampai tahun 2015 pada pemerintahan Presiden Joko Widodo sekarang ini. Dapat diketahui bahwa selama 22 tahun terakhir pemerintah Indonesia telah menerapkan kebijakan perubahan harga bahan bakar minyak baik kebijakan kenaikan maupun perurunan harga pada era pemerintahan presiden yang berbeda.

Pemerintahan sekarang ini membuat satu kebijakan baru perubahan harga bahan bakar minyak lebih sering dilakukan dikarenakan harga bahan bakar minyak di Indonesia sekarang mengikuti harga minyak dunia. Keputusan tersebut tertuang dalam Peraturan Menteri Energi dan Sumber daya Mineral Republik Indonesia, Nomor : 04 tahun 2015 tentang “ Perubahan atas Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor 39 tahun 2014 tentang Perhitungan Harga Jual Eceran Bahan Bakar Minyak” memutuskan perhitungan harga jual eceran jenis BBM tertentu berupa minyak Solar dan Premium, Harga dasar menggunakan rata-rata harga indeks pasar (minyak dunia) dan nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika dengan kurs beli Bank Indonesia setiap tanggal 25 bulan sebelumnya sampai dengan tanggal 24 bulan berjalan untuk perhitungan harga jual eceran bulan berikutnya dikurangi subsidi paling banyak sebesar Rp.1000,-. Jadi, harga BBM

sewaktu-waktu bisa berubah tergantung dari harga minyak dunia, nilai tukar dollar Amerika untuk subsidi tetap.

Konsumsi BBM bersubsidi atau premium setiap tahun meningkat walaupun adanya kebijakan kenaikan harga terutama jenis BBM premium pada saat pemerintahan Presiden SBY selama 10 tahun sebanyak 7 kali Perubahan kebijakan harga dilakukan dalam rentang waktu yang relatif lama. Hal ini berbanding terbalik dengan kebijakan yang ditetapkan pada masa pemerintahan sekarang ini, perubahan kebijakan harga premium sudah mengalami perubahan sebanyak 5 kali dalam kurun waktu 7 bulan dan penetapan kebijakan tersebut dilakukan dalam rentang waktu yang cukup singkat (Kementrian ESDM 2014).

Kurtubi (1998:385) menyebutkan bahwa suatu kenaikan harga BBM (misalnya kebijakan untuk mengurangi subsidi BBM ataupun kebijakan dengan motif untuk memperoleh penerimaan pemerintah dari pajak BBM atau laba bersih minyak) akan mengakibatkan menurunnya tingkat konsumsi BBM sekalipun penurunannya relatif kecil yakni lebih kecil dari tingkat kenaikan harga itu sendiri. Berbeda dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Darmaputera dan Kurnaedy (1999:15) menyebutkan bahwa kebijakan harga (baik menaikkan maupun menurunkannya) tidak akan berpengaruh banyak terhadap konsumsi premium. Penelitian tersebut dilakukan tahun 1999 dimana kebijakan kenaikan atau penurunan BBM khususnya premium masih jarang dilakukan oleh pemerintahan pada waktu itu. Perubahan pola kebijakan harga bahan bakar minyak khususnya premium pada pemerintahan sekarang ini dikhawatirkan akan berimplikasi terhadap konsumsi premium di Indonesia dan harga yang ditetapkan untuk premium sekarang ini tidak jauh berbeda dengan harga yang ditetapkan untuk BBM jenis Pertamax.

Menurut (Padilla & Aracil, 2013) Peningkatan harga bahan bakar menyebabkan penurunan dalam tingkat pembangunan rumah keluarga tunggal. Tingkat konsumsi BBM jenis premium tidak hanya dipengaruhi oleh

(3)

perubahan kebijakan harga BBM yang ditetapkan oleh pemerintah tetapi dapat dipengaruhi juga oleh pendapatan masyarakat per kapita. Darmaputera dan Kurnaedy (1999:15) menyebutkan bahwa premium merupakan bahan kebutuhan pokok yang relatif inelastis terhadap naik-turunnya pendapatan. Dengan demikian premium tidak saja dikonsumsi oleh mereka yang pendapatannya relatif tinggi, melainkan juga mereka yang pendapatannya relatif rendah. Ini juga dapat menunjukkan bahwa premiurn tidak mempunyai banyak alternatif barang substitusi. Bila harga premium dinaikkan terlalu jauh, dampaknya akan terasa kepada seluruh bagian dan kelas masyarakat.data jumlah penduduk dan pendapatan perkapita di Indonesia dari tahun 1990-2014. Pendapatan per kapita mengalami peningkatan setiap tahunnya, data yang diperoleh dari world bank dan dihitung berdasarkan nilai kurs Rupiah terhadap dollar tiap tahun. Dengan keadaan tersebut maka akan mempengaruhi konsumsi bahan bakar minyak.

Kenaikan harga BBM akan berdampak buruk pada sektor transportasi (Setyawan, 2014). Sama halnya dengan penelitian (Yang & Timmermans, 2013) Harga BBM berkorelasi negatif dengan pengeluaran waktu perjalanan dengan mobil. Jumlah kendaraan bermotor juga memiliki pengaruh terhadap konsumsi premium di Indonesia. Perkembangan jumlah kendaraan bermotor di Indonesia pada setiap jenisnya mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Peningkatan jumlah kendaraan bermotor khususnya jumlah sepeda motor mengalami kenaikan yang cukup tinggi. kenaikan jumlah pada kisaran 7 juta unit per tahunnya dan pemerintah Indonesia hanya mensubsidi BBM jenis premium untuk Sepeda Motor. Dengan adanya peningkatan jumlah kendaraan roda dua yang cukup signifikan akan berimplikasi pula pada konsumsi premium di Indonesia. Penelitian Darmaputera dan Kurnaedy (1999) menemukan bahwa jumlah kendaraan bermotor merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi konsumsi BBM di Indonesia pada tahun 1999.

Rumusan masalah yang diangkat dalam penelitian ini adalah bagaimana pengaruh Harga, Pendapatan perkapita, dan Jumlah Sepeda Motor secara serentak terhadap Konsumsi Premium baik secara parsial maupun simultan? Sedangkan tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana pengaruh Harga, Pendapatan perkapita, dan Jumlah Sepeda Motor secara serentak terhadap Konsumsi Premium baik secara parsial maupun simultan.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan desain penelitian dengan pendekatan kuantitatif. Menurut Azwar (2004:5) menjabarkan bahwa penelitian dengan pendekatan kuantitatif menekankan analisisnya pada data-data

numerical (angka) yang diolah dengan metoda

statistika. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis penelitian data sekunder dan berbentuk runtut waktu (time

series). Menurut Sarwono (2006:17) menjabarkan

bahwa penelitian sekunder menggunakan bahan yang bukan dari sumber pertama sebagai sarana untuk memperoleh data atau informasi untuk menjawab masalah yang diteliti. Data runtut waktu (Time series) adalah data yang secara kronologis disusun menurut waktu pada satu variabel tertentu. Data runtut waktu digunakan untuk melihat pengaruh dalam rentang waktu tertentu (Kuncoro, 2007:24).

Jumlah observasi adalah sebanyak 30 observasi, yaitu dengan kurun waktu 1985 hingga tahun 2014.. Jenis dan sumber data yang digunakan dalam penelitian ini dapat di lihat dari tabel :

Tabel 1. Jenis dan Sumber data Konsumsi

Premium Kementrian Energi dan Sumberdaya Mineral Harga BBM

premium

Kementrian Energi dan Sumberdaya Mineral Pendapatan Per

Kapita World Bank

Jumlah Sepeda

Motor Badan Pusat Statistik Sumber : Data Sekunder yang diolah, 2015

(4)

Metode pengumpulan data dalam penelitian ini adalah metode kajian dokumen. Sarwono (2006:225), metode kajian dokumen merupakan sarana pembantu peneliti dalam mengumpulkan data atau informasi dengan cara membaca surat-surat, pengumuman, ikhtisar rapat, pernyataan tertulis kebijakan tertentu dan bahan-bahan tulisan lainnya. Metode yang digunakan karena penelitian ini adalah penelitian yang menggunakan data sekunder yang tersedia di instansi-instansi terkait.

Variabel dependen dalam penelitian ini adalah Konsumsi Premium yang diambil setiap tahun dan dinyatakan dalam kiloliter/tahun. Periode waktu yang digunakan adalah 1985 sampai 2014. Data konsumsi diperoleh dari Statistik Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral Republik Indonesia.

Variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Harga.

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data harga sejak berlakunya Peraturan Menteri ESDM RI No. 4 Tahun 2. Pendapatan Per kapita

Data diperoleh dari World Development

Indicators for Indonesia Tahun 1985-2014.

3. Jumlah Sepeda Motor

Data jumlah Sepeda Motor diperoleh dari statistik Kantor Kepolisian Republik Indonesia tahun 1985-2014.

Metode Analisis Data

Alat Analisis yang penulis gunakan adalah Regresi linier berganda dengan menggunakan program EVIEWS 6.0, sedangkan analisis dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif dan kuantitatif. Analisis kuantiatif dalam penelitian ini menggunakan metode OLS yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh dari beberapa variabel independen (variabel bebas) terhadap variabel dependen (variabel terikat). Metode ini digunakan untuk mengetahui apakah Harga BBM, Pendapatan Perkapita, dan Jumlah Sepeda Motor mempunyai pengaruh signifikan terhadap Konsumsi Premium. Selanjutnya bentuk fungsi tersebut dapat diformulasikan secara sederhana sebagai berikut :

Y = α + β1X1 + β2X2 + β3X3 + µ Dimana :

Y : Konsumsi Premium / (Kilo Liter) X1 : Harga BBM / (Rupiah)

X2 : Pendapatan Perkapita / (Rupiah) X3 : Jumlah Sepeda Motor / (Unit) β1 : Koefisien Harga BBM

β2 : Koefisien Jumlah Sepeda Motor β3 : Koefisien Pendapatan Perkapita α : Bilangan Konstan

µ : Variabel pengganggu

Sebelum melakukan uji hipotesis, terlebih dahulu dilakuan pengujian model regresi. Pengujian model regresi yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji asumsi klasik yang terdiri dari uji normalitas, uji heterokedastisitas, uji multikolinieritas dan uji autokorelasi. Uji hipotesis dalam penelitian ini menggunakan Uji Koefisien Determinasi (R2), Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji t-Statistik ), dan Analisis Variansi/Uji F-Statistik.

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Uji Asumsi Klasik

Model regrei linier berganda dapat disebut sebagai model yang baik jika model tersebut memenuhi asumsi normalitas data dan terbebas dari asumsi-asumsi klasik statistik, baik itu heteroskedasitas, autokorelasi, multikolineritas atau mampu untuk disebut BLUE (Best Linier Unbiased Estimator) (Gujarati 2012).

Sumber : Hasil Olah Data Eviwes 6.0 Gambar 1. Uji Normalitas

Berdasarkan hasil uji normalitas ditemukan nilai Jarque-Bera dan probabilitasnya masing-masing adalah sebesar 0.938808 dan 0.687042. dari hasil tersebut maka dapat disimpulkan bahwa residual pada data tersebut

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 -2000000 0 2000000 Series: Residuals Sample 1985 2014 Observations 30 Mean -4.34e-09 Median 60001.60 Maximum 1873889. Minimum -3313731. Std. Dev. 1165185. Skewness -0.492800 Kurtosis 3.423837 Jarque-Bera 0.938808 Probability 0.687042

(5)

terdistribusi normal karena nilai dari probabilitasnya mendekati nol atau jauh dari satu.

Uji Multikolinieritas diperlukan untuk mengetahui ada tidaknya variabel independen yang memiliki kemiripan dengan variabel independen lain dalam satu model . adapun deteksi Multikolinieritas bias dengan menggunakan cara membandingkan R-Square

Majemuk dengan R-Square Partial, jika R-Square Majemuk > R-Square Partial maka disimpulkan

model terbebas dari Multikolinieritas.(Gujarati, 2012).

Tabel 2. Hasil Pengujian Multikolinieritas

Variabel R-Parsial R-Majemuk

X1, X2 0.443673 0.974979

X1, X3 0.935643 0.974979

X2, X3 0.456531 0.974979

Sumber : Hasil Olahan Eviews 6.0

Pada Tabel 2 dapat dilihat bahwa salah satu variabel terkena multikolinieritas, variabel tersebut tetap dipertahankan karena penting buat penlitian ini. Dilihat dari keseluruh pengujian semua variabel Parsial lebih kecil dari

R-Majemuk, dapat diartikan model ini terbebas dari

masalah Multikolinieritas.

Uji Heteroskedasitas menggunakan uji

White dengan membandingkan nilai Prob-Chi Square dengan α 5%. Jika nilai Prob-Chi Square >

α 5% maka model lolos dari masalah heteroskedasitas.

Tabel 3. Heteroskedasticity Test: White F-statistic 3.838647 Prob. F(9,20) 0.2059 Obs*R-squared 19.00048 Prob. Chi-Square(9) 0.3252 Scaled explained SS 17.29586 Prob. Chi-Square(9) 0.7443 Sumber : Hasil olah data Eviews 6.0 Berdasarkan olah data ditemukan

Prob-Chi Square bernilai 0.7443 yang berarti lebih

besar dari α 5%, yang dapat disimpulkan bahwa model ini terbebas dari gangguan heteroskedasitas.

Pendekatan yang digunakan untuk mengetahui ada tidaknya autokorelasi adalah dengan cara membandingkan penghitungan nilai Durbin Watson (DW) hasil dari output Eviews dengan tabel Durbin Watson (Durbin

Watson Test Bound). (Gujarati 2012) Disamping

itu bisa dideteksi dengan membandingkan antara DW statistik dengan DW tabel. Kepuasan untuk menolak adanya Autokorelasi apabila du < d < 4 – du. Nilai dl dan du dengan jumlah variabel bebas 3 dan N sebesar 30 adalah masing-masing 0.941 dan 1,510 maka keputusan untuk mengatakan bahwa model terbebas dari gangguan autokorelasi apa bila du < dw < 4 – du (1,510 < 1,520 < 2,49) bisa diterima. Kesimpulan yang bisa ditarik adalah tidak adanya Autokorelasi pada model ini.

Hasil Analisis Regresi

Sebagaimana telah diuraikan pada bab terdahulu, penelitian ini bertujuan untuk Menganalisis pengaruh kebijakan harga BBM, Jumlah Sepeda Motor dan pendapatan perkapita terhadap Konsumsi Premium. Untuk mencapai tujuan tersebut, dalam penelitian ini menggunakan alat Regresi Liniear Berganda dengan metode kuadrat terkecil (OLS) dengan menggunakan EVIEWS 6.0, diperoleh hasil Regresi sebagai berikut :

Tabel 4. Hasil Analisis Regresi Berganda

Variable Coefficien t-Statistic Probabilitas

@LOG(HARGA) 3160169 4.150948 0.0003

PENDAPATAN 0.092749 2.635355 0.0000

SEPEDA_MOTOR 0.142935 6.477767 0.0000

C -17194450 -4.365578 0.0002

(6)

*signifikan pada tingkat α = 5%

Hasil Analisis regresi berganda pada Tabel diatas diperoleh persamaan sebagai berikut :

Y = -17194450 + 3160169X1 +

0.092749X2 + 0.142935X3 + µ

Hasil Analisis pada Tabel 4 melalui program EViews dapat diestimasikan nilai

Adjusted R2 = 0.977568 menandakan bahwa

variasi dari perubahan konsumsi Premium (Y) mampu dijelaskan secara serentak oleh variabel-variabel Harga BBM (X1), Pendapatan perkapita (X2), dan Jumlah Sepeda Motor (X3) sebesar 97,7%, sedangkan sisanya sebesar 2,3% dijelaskan oleh faktor-faktor lain yang tidak masuk dalam model.

Uji t-Statistik dilakukan degan membandingkan t-tabel dengan t-Statistik. Apabila t-Statistik > t-Tabel maka signifikan sedangkan t-Statistik < t-Tabel maka tidak signifikan (Gujarati,2012). Hasil analisis regresi ditemukan hasil uji t-statistik bahwa untuk variabel Harga BBM tidak berpengaruh secara signifikan secara parsial yang ditunjukan nilai t-hitungnya lebih kecil dari t-Tabel (4.150948 > 2.056). Variabel Pendapatan berpengaruh secara parsial yang ditunjukan dari t-hitung lebih besar dari t-Tabel (2.635355> 2.056) dan Variabel Jumlah Sepeda Motor juga berpengaruh secara parsial yang ditunjukan dari t-hitung lebih besar dari t-Tabel (6.477767 > 2.056).

Uji F yang dilakukan dalam penelitian ini adalah dengan melihat probabilitas F-statistik pada output regresi. Ketentuan yang digunakan adalah jika nilai probabilitas F-ststistik ≥ taraf signifikansi (α) yang digunakan berarti variabel bebas secara bersama-sama berpengaruh terhadap variabel terkait. Taraf signifikansi yang digunakan dalam penelitian ini adalah 5%. Dapat diestimasikan nilai F-statistik sebesar 377.6812 dan Prob. F-statistik sebesar 0.000000. hal ini menunjukan bahwa secara bersama-sama (uji serentak), semua variabel independen yaitu Harga BBM, Pendapatan Perkapita dan Jumlah Sepeda Motor memiliki pengaruh yang nyata terhadap Konsumsi Premium.

Pengaruh Kebijakan Harga BBM terhadap Konsumsi Premium di Indonesia Tahun 1985-2014

Harga adalah satuan nilai yang diberikan pada suatu komoditi sebagai informasi kontraprestasi dari produsen pemilik komoditi. Dalam teori ekonomi disebut bahwa harga suatu barang atau jasa yang pasarnya kompetitif, maka tinggi rendahnya harga ditentukan oleh permintaan penawaraan pasar Hasil estimasi terhadap model, diketahui tingkat Harga BBM memiliki tanda koefisien positif yaitu sebesar 3160169. Artinya, apabila terjadi kenaikan Harga BBM sebanyak Rp.1000,- maka akan mengakibatkan kenaikan Konsumsi Premium sebesar 3,1 juta kiloliter. hal ini sesuai dengan hipotetis penelitian yang menjelaskan bahwa variabel Harga BBM memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap Konsumsi Premium. Kebijakan harga (baik naik maupun menurunkannya) tidak akan berpengaruh banyak terhadap konsumsi premium. Premium sudah menjadi bahan kebutuhan pokok, yang relatif inelastis terhadap naik-turunnya harga. Dengan demikian premium tidak saja dikonsumsi oleh mereka yang mampu melainkan semua lapisan masyarakat sudah bisa mengkonsumsinya. Seandainya pemerintah bermaksud mengurangi emisi gas buang dan penggunaan kendaraan bermotor pribadi, maka kebijakan harga bukanlah langkah yang tepat. Kebijakan menaikkan harga tidak akan membawa pengaruh besar terhadap penurunan konsumsi premium dan hanya memberatkan masyarakat. (Darmaputera dan kurnaedy, 1999) Pengaruh Jumalah Sepeda Motor terhadap Konsumsi Premium Indonesia Tahun 1985-2014

Menurut Undang-Undang No.22 Tahun 2009 Pasal 1 angka 7 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan meenyatakan bahwa kendaraan adalah suatu sarana angkut di jalan yang terdiri atas kendaraan bermotor dan kendaraan tidak bermotor. Sedangkan Menurut Pasal 1 angka 8 Undang-Undang No.22 Tahun 2009 Pasal 1

(7)

angka 7 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, kendaraan bermotor adalah setiap kendaraan yang digerakkan oleh peralatan mekanik berupa mesin selain kendaraan yang berjalan diatas jalan.

Hasil estimasi terhadap model, diketahui tingkat Jumlah Sepeda Motor memiliki tanda koefisien positif yaitu sebesar 0.142935 Artinya, apabila terjadi kenaikan/tambah Jumlah Sepeda Motor sebesar 1 unit, maka akan mengakibatkan kenaikan terhadap Konsumsi Premium sebesar 14,3 kiloliter premium, dengan asumsi variabel lain tetap. Hal ini sesuai dengan hipotesis penelitian yang menjelaskan bahwa variabel Jumlah Sepeda Motor memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap Konsumsi Premium serta sesuai dengan penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Darmaputra dan Kurnaedy (1999) yang menunjukan adanya hubungan positif antara Jumlah Sepeda Motor dengan Konsumsi Premium, baik itu secara simultan maupun parsial.

Pengaruh Pendapatan Perkapita terhadap Konsumsi Premium Indonesia Tahun 1985-2014

Tujuan akhir pembangunan dan kebijakan yang ingin dicapai oleh suatu Negara adalah peningkatan kesejahteraan masyarakat. Secara sederhana kebijaksanaan tersebut bertujuan meningkatkan pendapatan masyarakat, dalam istilah ilmu ekonomi disebut sebagai pendapatan nasional. Kesejahteraan masyarakat dapat pula diukur dengan cara membagi pendapatan nasional dengan jumlah penduduk yang ada. Hasil bagi ini disebut pendapatan perkapita atau pendapatan setiap orang.

Hasil estimasi terhadap model, diketahui tingkat Pendapatan Perkapita memiliki tanda koefisien positif yaitu sebesar 0.092749. Artinya, apabila terjadi kenaikan Pendapatan Perkapita sebesar Rp.1000,- maka akan mengakibatkan kenaikan terhadap Konsumsi Premium sebesar 9,275 kiloliter premium, dengan asumsi variabel lain tetap. Hal ini sesuai dengan hipotesis penelitian yang menjelaskan bahwa variabel Pendapatan Perkapita memiliki pengaruh positif

dan signifikan terhadap Konsumsi Premium sesuai juga dengan penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Darmaputra dan Kurnaedy (1999), premium merupakan kebutuhan pokok, yang relatif inelastis terhadap naik-turunya pendapatan. Hal tersebut menunjukan adanya hubungan positif antara Pendapatan Perkapita dengan Konsumsi

SIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, dapat diambil kesimpulan bahwa kebijakan harga, pendapatan perkapita, dan Jumlah Sepeda Motor secara serentak berpengaruh positif terhadap Konsumsi Premium. Kebijakan harga secara parsial berpengaruh positif terhadap Konsumsi Premium. hal ini sesuai dengan hipotesis penelitian yang menjelaskan bahwa variabel Harga BBM memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap Konsumsi Premium. Pendapatan per kapita secara parsial berpengaruh positif terhadap konsumsi premium. Hal ini sesuai dengan hipotesis penelitian yang menjelaskan bahwa variabel Pendapatan Perkapita memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap Konsumsi Premium. Jumlah Sepeda Motor secara parsial berpengaruh positif terhadap konsumsi premium. Hal ini sesuai dengan hipotesis penelitian yang menjelaskan bahwa variabel Jumlah Sepeda Motor memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap Konsumsi Premium.

Berdasarkan kesimpulan dari hasil penelitian dan pembahasan maka saran dalam penelitian ini adalah pemerintah sebagai pengambil kebijakan harga BBM hendaknya berhati-hati dalam pembuatan kebijakan harga BBM, karena dalam penelitian ini ditemukan bahwa kebijakan harga BBM berpengaruh terhadap konsumsi BBM. Setiap kebijakan harga BBM akan berdampak langsung terhadap konsumsi BBM masyarakat dan berpengaruh terhadap pengeluaran untuk konsumsi BBM. Pemerintah memberikan serta mensosialisasikan kebijakan tentang pembatasan jumlah kendaraan bermotor dikarenakan jumlah

(8)

Jumlah Sepeda Motor berbanding lurus dengan konsumsi BBM, salah satu cara yang bisa ditempuh adalah dengan memberi kebijakan kenaikan DP minimum dari sebuah kendaraan bermotor. Pemerintah hendaknya mengeluarkan kebijakan pembatasan kemudahan dalam membeli sepeda motor karena kenaikan pendapatan dan yang akan berakibat pada naiknya konsumsi premium serta memperbaiki sistem transportasi umum, mengaktifkan kembali jalur dan kendaraan penunjang transportasi publik serta menambah dan meremajakan armada transportasi yang sudah ada dengan diimbangi pembuatan regulasi yang mendukung sistem transportasi umum agar masyarakat beralih menggunakan transportasi umum sehingga mengurangi konsumsi BBM dan Jumlah Sepeda Motor.

DAFTAR PUSTAKA

Abdulah, R. (2015). Faktor-Faktor Yang

Memengaruhi Ketimpangan Pendapatan Di Jawa Tengah. JEJAK: Jurnal Ekonomi Dan Kebijakan, 6(1), 42-53.

Azwar, Saifuddin.2004.Metode Peneltian Cetakan 5. Yogyakarta : Pustaka Belajar

Darmaputera, Arya W. dan Dendy Kurnaedy. 1999.Konsumsi BBM Premium di Indonesia dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Dalam Jurnal Bina Ekonomi Edisi November 1999

Gujarati, Damodar. 2012. Dasar-dasar Ekonometrika. Buku 1 Edisi 5. (diterjemahkan oleh Eugenia Mardanugraha, dkk). Jakarta. Salemba Empat. 2012. Dasar-dasar Ekonometrika. Buku 2 Edisi 5. (diterjemahkan oleh Eugenia Mardanugraha, dkk). Jakarta. Salemba Empa

Kantor Kepolisian Republik Indonesia .2014. Jumlah Kendaraan Bermotor di Indonesia Menurut

Jenis Tahun 1987-2013.

http://www.polri.go.id (14 Mei 2015)

Kementrian ESDM.2014. Kuota dan Realisasi Subsidi BBM (Juta Kilo Liter (kl)). http://www.esdm.go.id/

Kuncoro,Dwi.2007. Metode Kuantitatif Edisi Ketiga. Jakarta Erlangga.

Kurtubi.1998.Konsumsi, Harga dan Bentuk Pasar BBM di Indonesia. Dalam Jurnal Ekonomi dan Keuangan Indonesia Volume XLVI Nomor 3 Tahun 1998

Mahardiki, D., & Santoso, R. (2013). Analisis Perubahan Ketimpangan Pendapatan Dan Pertumbuhan Ekonomi Antar Propinsi Di Indonesia 2006-2011. JEJAK: Jurnal Ekonomi Dan Kebijakan, 6(2).

Padilla, A.O.- & Aracil, P.F.-, 2013. Impact of fuel price on the development of the urban sprawl in Spain. Journal of Transport Geography , 33, pp.180–87.

Sarwono, Jonathan. 2006. Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif Edisi Pertama. Yogyakarta : Graha Ilmu

Setyadharma, A. (2012). Penentuan Bentuk Fungsi Model Empirik: Studi Kasus Permintaan Kendaraan Roda Empat Baru. JEJAK: Jurnal Ekonomi Dan Kebijakan, 1(1).

Setyawan, D., 2014. The Impacts of the Domestic Fuel Increases on Prices of the Indonesian Economic Sectors. Energy Procedia , 47, pp.47 – 55.

Undang-Undang No.22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan.

Yang, & Timmermans, H., 2013. Analysisofinfluence offuelpriceonindividualactivity-travel time expenditure. Transport Policy, 30, pp.40–55.

Gambar

Tabel 4. Hasil Analisis Regresi Berganda

Referensi

Dokumen terkait

pertelevisian serta teknik produksi dan penyiaran program radio. Teknik industri, meliputi teknik dan manajemen produksi, teknik dan manajemen pergudangan, teknik

Manfaat penelitian ini adalah terciptanya sebuah model pengelolaan Festival Seni Pertunjukan dalam Industri Kreatif sebagai wujud Kewaspadaan nasional yang mampu memberi

Partisipasi masyarakat adalah hak masyarakat untuk berpartisipasi dalam proses pembentukan peraturan daerah yaitu memberi masukan secara lisan dan/atau tertulis dalam

Tujuan perhitungan angka kematian balita terhadap mutu Rumah Sakit adalah untuk memberikan gambaran tentang angka kematian balita di RSUD Kota Semarang pada tahun

Tiada kata yang dapat mewakili rasa syukur selain, Alhamdu Lillahi Rabbil Aalamin, Segala puji bagi Allah SWT Tuhan semesta alam yang telah mencurahka rahmat

Kelengkapan Laporan Keuangan Berdasarkan Peraturan Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Republik Indonesia Nomor : 19/Per/M.KUKM/XI/2008 Tentang

Indikator ini diartikan sebagai tolok ukur kemampuan kinerja OPD dalam mendorong peningkatan produktivitas komoditas perkebunan, melalui pengembangan Teknologi