• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TEMUAN PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TEMUAN PENELITIAN DAN PEMBAHASAN"

Copied!
25
0
0

Teks penuh

(1)

34

BAB II

TEMUAN PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Bab ini terdiri dari dua bagian yaitu temuan penelitian dan pembahasan. Pada temuan penelitian menyajikan data berbagai teknik penerjemahan yang terdapat dalam terjemahan buku Risa@@lah Ila@ Syaba@bil-Ummah. Data teknik penerjemahan terkumpul melalui proses identifikasi pada bagian data penelitian disajikan data temuan penelitian tentang teknik penerjemahan yang diterapkan dalam satuan bahasa berupa kata, frasa, klausa atau kalimat dalam terjemahan buku Risa@@lah Ila@ Syaba@bil-Ummah. Dari hasil temuan data teknik penerjemahan ini menjadi bahan untuk menganalisis metode dan ideologi yang dipakai penerjemah. Kemudian pada bagian pembahasan dipaparkan tentang teknik terjemahan kemudian metode dan ideologi yang dipakai penerjemah.

A. Temuan Penelitian

Setelah membaca dan membandingkan kedua buku RSU dan buku MPPZ dilakukan beberapa kali proses analisis akhirnya diambil 150 sampel data. Pengambilan dilakukan pada satuan bahasa berupa kalimat agar konteks penerapan teknik penerjemahan dapat diamati. Data di atas merupakan pasangan kalimat pada BSu dan BSa yang memuat teknik penerjemahan pada tataran kata, frasa, klausa atau kalimat.

Dari hasil penelusuran diperoleh penggunaan 17 teknik penerjemahan. Penerjemah tidak hanya menerapkan satu teknik saja, beberapa teknik diterapkan untuk satu masalah penerjemahan. Oleh karena itu, jumlah teknik yang

(2)

diidentifikasi berjumlah 356 teknik penerjemahan pada satuan bahasa tertentu, seperti yang ditunjukkan pada tabel berikut.

Tabel 2

Teknik Penerjemahan dan Frekuensi Penggunaannya

No. Teknik Jumlah Presentase

1 Penambahan 76 21.3% 2 Inversi 49 13.8% 3 Penghilangan 42 11.8% 4 Peminjaman Murni 33 9.3% 5 Modulasi 28 7.9% 6 Kompensasi 22 6.2% 7 Peminjaman Alamiah 21 5.9% 8 Transposisi 18 5.1% 9 Kalke 18 5.1% 10 Adaptasi 15 4.2% 11 Amplifikasi 13 3.7% 12 Penerjemahan Harfiah 11 3.1% 13 Kreasi Diskursif 6 1.7% 14 Kesepadanan Lazim 1 0.3% 15 Partikularisasi 1 0.3% 16 Generalisasi 1 0.3% 17 Deskripsi 1 0.3% 356 100% Jumlah Data 150 B. Pembahasan 1. Teknik

a. Teknik Penambahan (Addition)

Molina dan Albir (2002: 510) menyebutkan bahwa penambahan (addition) termasuk teknik amplifikasi. Sedangkan Nida (1964) Teknik teknik addition digunakan untuk 1) menyesuaikan bentuk pesan sesuai dengan bentuk bahasa sasaran, 2) untuk menampilkan struktur semantik yang sepadan, 3) untuk menghasilkan kesepadanan stilistik yang pas, 4) untuk menghasilkan efek komunikatif yang sepadan. Teknik penambahan ini

(3)

sebenarnya sama dengan konsep penambahan (addition) yang diajukan oleh Delisle (1954).

Molina dan Albir (2002: 511) memberikan contoh sebagai berikut:

/

syahru rama@dhan diterjemahkan Ramadan, the Muslim month of

fasting. Dari contoh tersebut, terdapat penambahan kata Muslim dan fasting.

Dari beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa teknik penambahan (addition) di sini adalah penambahan informasi dari penerjemah yang tidak terdapat dalam TSu (baik tersirat maupun tersurat) yang dilakukan untuk memperkaya informasi dan juga penambahan penjelasan bagi pembaca. Berdasarkan pemahaman ini, diperoleh 76 (21.3%) data yang menggunakan teknik penambahan. Teknik ini cenderung memberikan informasi tambahan pada bahasa sasaran (terjemahan). Untuk lebih jelas bisa dilihat pada salah satu data berikut.

Tabel 3

Contoh Penerapan Teknik Penambahan

No. Data BSu BSa

02

Ana asyku@ anna ibni@ syadi@dul-iltiza@mi bita’a@li@mi’d-di@n.

Saya mengadukan anak saya yang sangat rajin dan komitmen terhadap perintah agama.

Pada tabel 3 di atas data no. 02, penerjemah menambahkan kata rajin dalam BSa yang mana kata tersebut tidak terdapat pada teks sumber (TSu). Tujuan penerjemah menambahkan kata rajin dalam kalimat di atas untuk menekankan dan menjelaskan kepada pembaca. Dengan ini, tujuan penerjemah di samping

(4)

terdapat kata komitmen pada BSa juga menambahkan kata rajin untuk menegaskan begitu tinggi dalam menjalankan perintah dan mempelajari agama. Penerapan teknik ini pada data lainnya dapat dilihat pada lampiran.

b. Teknik Inversi (Inversion)

Menurut Vinay dan Darlbenet (1958) teknik inversi dipakai penerjemah dengan cara memindahkan kata atau frase ke bagian lain dalam kalimat terjemahan agar hasil terjemahan tersebut terasa lebih alami dalam bahasa sasaran. Vinay dan Darlbenet memberikan contoh sebagai berikut: Pack separately […]

for convenient inspection diterjemahkan ke dalam bahasa Prancis Pour faciliterla visite de la douane mettre à part […]. Pada contoh di atas terjadi inversi pada Pack separately yang terletak pada awal kalimat dipindah ke akhir kalimat.

Dari 150 data yang memuat 356 teknik penerjemahan, ditemukan 49 (13.8%) data yang menerapkan teknik inversi. Untuk lebih jelas, bisa dilihat pada salah satu data berikut.

Tabel 4

Contoh Penerapan Teknik Inversi

No. Data BSu BSa

16

Wa hali’s-shaghi@ru fi’lan huwa’s-saghi@ru fil-‘umr?

Apakah anak kecil itu adalah yang usianya masih belia?

Pada tabel 4 data no. 16, terjadi pemindahan yaitu pada / al-‘umr

yang awalnya terletak pada akhir kalimat dipindahkan sebelum / huwa’s-saghi@ru . terjemahkan dalam BSa (Bahasa Indonesia) menjadi ‚adalah

yang usianya masih belia?”.

Penerapan teknik ini pada data lainnya dapat dilihat lebih lanjut pada lampiran.

(5)

c. Teknik Penghilangan (Deletion atau Omission)

Penghilangan di sini adalah tidak diterjemahkannya sebagian atau seluruh teks sumber yang pesannya tidak tersirat pada unit terjemahan lainnya pada BSa. Teknik ini sebenarnya sesuai dengan teknik omission yang diperkenalkan Delisle (dalam Molina & Albir, 2002: 505). Teknik penghilangan (ommision) ini berbeda atau tidak termasuk sebagai teknik reduksi yang diredefinisi Molina dan Albir (2002: 10-11). Sedangkan menurut Vázquez Ayora (1977) teknik penghilangan (ommision) adalah hal ini untuk menghilangkan redudansi atau kelebihan kata dan pengulangan yang merupakan karakteristik dari teks sumber. Mereka menyebutkan bahwa reduksi terkait dengan mengimplisitkan pesan BSu pada BSa. Sementara penghilangan (omission) adalah pelenyapan pesan dalam BSa.

Contoh dari Vázquez Ayora (1977) untuk teknik pengilangan sebagai berikut. La Comision ada actuó diterjemahkan menjadi “Comision dejo de Actuar ”. Teknik ini dipakai untuk menerjemahkan panitia telah gagal untuk bertindak menghilangkan kata kerja untuk gagal dan menghindari over- translation.

Berdasarkan prinsip tersebut, ditemukan 42 (11.8%) data yang diterjemahkan dengan menerapkan teknik penghilangan (ommision). Salah satu contoh penerapan teknik penghilangan sebagai berikut:

Tabel 5

Contoh Penerapan Teknik Penghilangan

No. Data BSu BSa

13

Wa achaduhum ka@nat musykilatuhu annahu yuri@du an yasytari@ tili@fu@n machmu@l wa abu@hu yarfudhu dzalik.

Ingin membeli telepon genggam, namun orang tuanya tidak merestui.

(6)

Pada tabel 5 data no. 13, terjadi penghilangan klausa

/

Wa achaduhum ka@nat musykilatuhu annahu (dan salah satu diantara problem mereka) pada BSa, padahal pada BSu

/

Wa achaduhum ka@nat musykilatuhu annahu (dan salah satu diantara problem mereka) masih ada tetapi ketika diterjemahkan ke BSa, klausa tersebut dihilangkan. Penghilangan ini terjadi karena pada kalimat sebelumnya sudah dijelaskan tentang Problematika Pemuda

(

/

Musykilatu‟s-syaba@b

)

sehingga oleh penerjemah, klausa tersebut dihilangkan karena sudah dijelaskan pada nama babnya yaitu Problematika Para Pemuda

(

/

Musykilatu‟s-syaba@b

).

Penghilangan dalam bahasa Arab juga dikenal dengan istilah Al-Hadfu, menurut Al-Khulli (1982) adalah pelepasan sebagai penghilangan bunyi, morfem, kata atau klausa, sesuai sistem bahasa yang bersangkutan. Al-khulli menyebutkan bahwa elipsi berguna untuk penghematan dalam kalimat.

Penerapan teknik ini pada data lainnya dapat dilihat lebih lanjut pada lampiran.

d. Teknik Peminjaman Murni (Pure Borrowing)

Teknik peminjaman murni adalah teknik mengambil sebuah kata atau ekspresi secara langsung dari BSu. Peminjaman langsung ini disebut peminjaman murni, sedangkan peminjaman yang menggunakan sistem fonetik dan morfologis BSa adalah teknik seperti peminjaman ternaturalisasi (peminjaman alamiah).

Newmark mendefinisikan naturalisasi tidak sama dengan Nida. Untuk Nida, itu berasal dari mentransfer dan terdiri dari mengadaptasi kata bahasa sumber ke fonetik dan norma morfologi dari bahasa sasaran, contohnya, kata Jerman

(7)

Performanz diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris menjadi “performance”

(Molina dan Albir, 2002, 505).

Teknik peminjaman murni ini merupakan teknik penerjemahan yang langsung menggunakan bahasa sumber atau bahasa asing lainnya dalam teks sasaran. Dari 356 teknik penerjemahan yang diidentifikasi, diperoleh 33 (9.3%) di antaranya merupakan teknik peminjaman murni. Salah satu contoh data teknik peminjaman murni sebagai berikut.

Tabel 6

Contoh Penerapan Teknik Peminjaman Murni

No. Data BSu BSa

07

Wa kam minal-a@bna'@i chawat ‘uqu@lahumu’s-sya@bata chikmatun mas-tatha@’a a@ba@'uhum an yachshulu@ha@ ‘ala@ mada@ril-a’wa@m.

Tetapi sebaliknya, tak sedikit anak-anak yang –meskipun masih muda- mendapatkan “hikmah” yang tak kunjung didapatkan oleh orang tuanya selama bertahun-tahun.

Pada tabel 6 data no. 7, penerjemah memilih menggunakan teknik penerjemahan murni pada kata / chikmah dalam BSu, kemudian hikmah pada BSa dipinjam dari BSu. Kata / chikmah memiliki arti kebijaksanaan (Munawir: 2008, 287) kemudian dipinjam ke dalam bahasa Indonesia dengan memiliki arti (1) kebijaksanaan (dari Allah); (2) kesaktian; (3) arti atau makna yang dl ; manfaat. Dari arti di atas, memiliki kesamaan sehingga peminjaman ini murni, murni dari segi kata dan secara arti. Penerapan teknik ini dapat dilihat lebih lanjut pada lampiran.

(8)

e. Teknik Modulasi (Modulation)

Modulasi merupakan teknik yang mengganti sudut pandang atau fokus terjemahan dari TSu. Modulasi ini dapat dilakukan dalam bentuk struktural maupun leksikal (Hoed, 2006; Molina & Albir, 2002; Newmark, 1988).

Molina dan Albir (2002: 111) memberikan contoh: penerjemahan /

satashi@ru aban diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris menjadi You are going to have a child. Dari contoh di atas, arti dari / satashi@ru aban adalah ‚kamu

akan menjadi ayah‛ kemudian diterjemahkan dengan teknik modulasi menjadi

You are going to have a child artinya “kamu akan memiliki seorang anak”. Dari

terjemahan di atas dapat dipahami bahwa dari seorang ayah akan memiliki seorang ayah sehingga terjemahkan “kamu akan memiliki seorang anak” merupakan modulasi.

Dari 17 teknik penerjemahan yang terdapat dalam 150 data, 28 (7.9%) data menerapkan teknik modulasi. Berikut salah satu contoh data yang menggunakan teknik modulasi.

Tabel 7

Contoh Penerapan Teknik Modulasi

No. Data BSu BSa

150

Sir ‘ala@ barakati’l-La@hi wa ‘ainuka ‘alal-jannah.

Berjalanlah atas restu dan keridhaan Allah dan jadikanlah surga sebagai cita-citamu tertinggi.

Pada tabel 7 data no. 150, terjadi teknik modulasi pada frasa nomina

/

‘ainaka menjadi sebagai “cita-citamu tertinggi”, penerjemah menggunakan teknik ini untuk mengubah sudut pandang yang sebelumnya pengelihatan dengan

(9)

mata menjadi sebuah cita-cita tertinggi. Perubahan sudut pandang ini untuk menekankan bahwa ini merupakan keinginan yang kuat sehingga dari sebuah pengelihatan dari mata menjadi sebuah cita-cita.

Penerapan teknik ini dapat dilihat lebih lanjut pada lampiran.

f. Kompensasi (Compensation)

Merupakan teknik memperkenalkan elemen informasi (penggunaan bahasa dan gaya bahasa di dalam karya sastra) lain pada tempat lain pada TSa karena tidak ditempatkan pada posisi yang sama seperti dalam TSu (Molina & Albir, 2002; Newmark, 1988).

Molina dan Albir (2002: 111) memberikan contoh: penerjemahan I was

seeking thee, Flathead dalam bahasa Inggris diterjemahkan ke dalam bahasa

Prancis menjadi En vérité, c‟est bien toi que je cherche, O Tête-Plate.

Dari 356 teknik penerjemahan yang diidentifikasi, diperoleh 22 (6.2%) di antaranya merupakan teknik kompensasi. Salah satu contoh data teknik kompensasi sebagai berikut.

Tabel 8

Contoh Penerapan Teknik Kompensasi

No. Data BSu BSa

34

Innahu’t-thiflu a’l-ladzi@ ka@na fil-‘a@syirati min ‘umrih!!

Ia adalah seorang anak kecil yang baru berusia sepuluh tahun.

Pada tabel 8 data no. 34, penerjemah menggunakan teknik kompensasi dalam menerjemahkan klausa

/

ka@na fil-‘a@syirati min ‘umrih diterjemahkan dalam BSa menjadi “baru berusia sepuluh tahun”. Melihat

(10)

dari terjemahan harifah/kata per kata

/

ka@na fil-‘a@syirati min ‘umrih adalah ‚dia di kesepuluh dari umurnya‛. Terjemahan secara literal dari

/ ka@na fil-‘a@syirati min ‘umrih adalah ‚

(adalah), (di dalam), (kesepuluh) (dari), (umurnya). Terjemahan seperti dalam BSa tidak jelas dan sulit dipahami, oleh karena itu teknik yang dipilih menggunakan modulasi supaya diterjemahkan ke dalam bahasa sasaran (bahasa Indonesia) dapat dipahami. Penerapan teknik ini pada data lainnya dapat dilihat pada lampiran.

g. Teknik Peminjaman Alamiah (Naturalized Borrowing)

Peminjaman yang menggunakan sistem fonetik dan morfologis BSa adalah teknik seperti peminjaman ternaturalisasi (peminjaman alamiah) milik Newmark (Molina & Albir, 2002: 501). Dengan kata lain, peminjaman alamiah ditandai dengan peminjaman istilah asing yang kemudian penulisannya disesuaikan dengan pola bahasa Indonesia baik secara fonologis maupun morfologis (Ardi: 2010: 101).

Molina dan Albir (2002: 111) memberikan contoh teknik peminjaman alamiah sebagai berikut: penerjemahan kata Meeting dalam bahasa Inggris diterjemahkan ke dalam bahasa Spanyol menjadi “Mitin”.

Dari 356 teknik penerjemahan yang diidentifikasi, hanya 21 (5.9%) teknik peminjaman alamiah yang terdapat dalam data. Berikut salah satu contoh data teknik peminjaman alamiah.

(11)

Tabel 9

Contoh Penerapan Teknik Peminjaman Alamiah

No. Data BSu BSa

03

Kullu shaghi@ratin yabchatsu ahiya chala@lun am chara@m.

Ia selalu mencari tahu hukum setiap masalah, baik yang sepele maupun besar, apakah ini halal ataukah haram?

Pada tabel 9 data no. 03, penerjemah menggunakan teknik peminjaman alamiah yaitu pada kata / chala@l dan

/

chara@m diterjamahkan halal dan

haram, kedua kata tersebut mengalami peminjaman murni dari transliterasinya

menggunakan “ch” kemudian diterjemahkan menjadi “h” dengan menghilangkan huruf “c”, ini dilakukan untuk menyesuaikan bahasa sasaran (bahasa Indonesia). Kata Halal dan Haram sudah popular secara alamiah dari bahasa sumber yaitu bahasa Arab. Dalam Kamus Bahasa Indonesia (KBI), kata Halal memiliki arti diizinkan -tidak dilarang oleh syarak- (KBI, 2008, 503) sedangkan kata Haram memiliki arti terlarang (oleh agama Islam); tidak halal (KBI, 2008: 510). Penerapan teknik ini pada data lainnya dapat dilihat pada lampiran.

h. Teknik Transposisi (Transposition)

Teknik transposisi (transposition) umumnya dilakukan dengan penggantian kategori grammar, misal dari verba menjadi adverb dsb (Hoed, 2006; Molina & Albir, 2002; Newmark, 1988). Teknik ini dipilih penerjemah dengan cara mengubah struktur asli BSu untuk mencapai efek yang sepadan. Pengubahan ini dilakukan bila terdapat perbedaan antara struktur yang wajar pada BSu dan

(12)

BSa. Pengubahan ini bisa pengubahan bentuk jamak ke bentuk tunggal, posisi kata sifat, sampai pengubahan struktur kalimat secara keseluruhan.

Molina dan Albir (2002: 111) memberikan contoh penerapan teknik transposisi sebagai berikut. Penerjemahan He will soon be back dalam bahasa Inggris diterjemahkan ke dalam bahasa Spanyol menjadi “No tardará en venir”.

Dari 356 teknik penerjemahan yang diidentifikasi, hanya 18 (5.1%) teknik transposisi yang terdapat dalam data. Berikut salah satu contoh data teknik transposisi.

Tabel 10

Contoh Penerapan Teknik Transposisi

No. Data BSu BSa

60

Atara@hu tamanna@ an lau ‘a@sya sa@liman fil-madi@nati ba’i@dan ‘anil-juru@chi wal-a@la@mi wal-'i’a@qah?!

Apakah ia berharap, seandainya ia tidak ikut dalam medan perang serta hidup dengan selamat dan damai di Madinah, sehingga dirinya terhindar dari luka, penderitaan, dan cacat?

Pada tabel 10 data no. 60, penerjemah memilih teknik tranposisi untuk kata

/

‘anil-juru@chi wal-a@la@mi wal-'i’a@qah diterjemahkan luka,

penderitaan dan cacat, semua mengalami transposisi dari bentuk plural/jama‟

menjadi tunggal/mufrad. Teknik ini dilakukan supaya terjemahan bisa mudah dipahami dan luwes. Penerapan teknik ini pada data lainnya dapat dilihat pada lampiran.

(13)

i. Teknik Kalke (Calque)

Merupakan penerjemahan harfiah sebuah kata atau frase BSu secara langsung ke dalam BSa, bisa dalam tataran leksikal atau struktural (Molina & Albir, 2002: 510).

Molina dan Albir (2002: 111) memberikan contoh penerapan teknik kalke sebagai berikut. Penerjemahan frasa École normale dalam bahasa Prancis yang diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris menjadi Normal School.

Dari 356 teknik penerjemahan yang diidentifikasi dalam sampel terdapat 18 (5.1%) di antaranya menggunakan teknik kalke. Berikut beberapa contoh penerapannya pada tabel 11.

Tabel 11

Contoh Penerapan Teknik Kalke

No. Data BSu BSa

20

Wa lakin chatman sayas'aluhu rabbuhu yaumal-qiya@mati ‘an kulli a’ma@lihi ba’da hadzihis-sinnil-fa@shilati, ba’da hadzihil-marchalatil-fari@qati fi@ chaya@tihi.

Namun pada hari kiamat kelak, Rabb-nya akan menaRabb-nyakan semua itu secara detail setelah ia memasuki usia mukallaf dan setelah ia memasuki tahapan yang membedakan mana yang hak dan mana yang batil dalam hidupnya. Pada tabel 11 data no. 20, dapat kita amati teknik kalke pada frase

/

yaumal-qiya@mati diterjemahkan dalam BSa “Hari kiamat”. Teknik kalke pada frase ini tepat yaitu diterjemahkan secara kata per kata dan tidak merubah strukur karena dengan diterjemahkan seperti ini tidak menimbulkan ketaksaan dan frase hari kiamat sudah sering didengar oleh khalayak, seperti dalam Kamus Bahasa

(14)

Indonesia, hari kiamat adalah hari yang terakhir dalam kehidupan di dunia ini

(yaitu pada ketika orang-orang yang telah meninggal dihidupkan kembali untuk diadili perbuatannya yang sudah-sudah) (KBI, 2008: 511). Penerapan teknik ini

pada data lainnya dapat dilihat pada lampiran.

[

j. Teknik Adaptasi (Adaptation)

Teknik adaptasi adalah teknik penggantian elemen budaya pada TSu dengan elemen budaya yang setara pada budaya BSa (Molina & Albir, 2002: 509). Penggunaan teknik adaptasi ini dimaksudkan untuk menghasilkan respons yang sama dari pembaca, walaupun secara harfiah maknanya tidak persis sama. Teknik ini mengganti istilah-istilah khas teks BSu dengan istilah lain yang diterima dan dikenal dalam BSa.

Molina dan Albir (2002: 111) memberikan contoh penerapan teknik adaptasi sebagai berikut. Penerjemahan kata Baseball dalam bahasa Inggris diterjemahkan ke dalam bahasa Spanyol menjadi “Fútbol”.

Dari 356 teknik yang diidentifikasi, 15 (4.2%) di antaranya merupakan teknik adaptasi. Berikut salah satu contoh penerapannya dalam data.

Tabel 12

Contoh Penerapan Teknik Adaptasi

No. Data BSu BSa

103

Man yu’i@du laka tsulutsa ‘umrika au nishfa ‘umrika au aktsar au aqal?!

Siapa yang akan mengembalikan

sepertiga atau setengah kurang lebih dari usiamu?

(15)

Pada tabel 12 data no. 103, terlihat teknik adaptasi diterapkan pada kata / aktsar au aqal diterjemahkan ke dalam BSa “kurang lebih”. Penggunaan teknik ini sesuai dengan BSa karena melihat arti dari BSu kata / aktsar au aqal adalah paling banyak atau paling sedikit, supaya terjemahan berasa luwes dan mudah dipahami maka dilakukan adaptasi ke dalam BSa (bahasa Indonesia), sehingga penerjemah memilih kata kurang lebih. Penerapan teknik ini pada data lainnya dapat dilihat pada lampiran.

[

k. Amplifikasi (Amplification)

Merupakan teknik memperkenalkan detail informasi atau mengeksplisitkan informasi tersirat yang tidak tercantum dalam TSu (Molina & Albir, 2002: 510). Teknik yang termasuk jenis amplifikasi, seperti: addition (Nida), serta termasuk

footnote, gloss, addition (Newmark, 1988). Amplifikasi merupakan lawan dari

reduksi.

Molina dan Albir (2002: 511)memberikan contoh sebagai berikut:

/

syahru rama@dhan dalam bahasa Arab diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris menjadi “Ramadan, the Muslim month of fasting”.

Dari 356 teknik terdapat 13 (3.7%) teknik yang teridentifikasi dalam data menerapkan teknik amplifikasi. Salah satu contoh data dapat diamati pada tabel 13 berikut.

(16)

Tabel 13

Contoh Penerapan Teknik Amplifikasi

No. Data BSu BSa

122

Wa lain qallat chalaqa@tul-‘ilmi ila@ chaddin kabi@rin, fal-wushu@lu ilal-‘ulama@'i ma@ za@la mumkinan.

Meskipun majelis pengajian-pengajian (di Mesir) semakin sedikit, tetapi masih ada

kemungkinan untuk berjumpa dan berguru kepada para ulama. Pada tabel 13 data no. 122, penerjemah menggunakan teknik amplifikasi dalam menerjemahkan / chalaqa@tul-‘ilmi diterjemahkan ke dalam BSa dengan mengeksplisitkan kata di Mesir. Tujuan penerjemah untuk menegaskan bahwa ini terjadi di negeri Mesir dalam majlis pengajian-pengajian, di samping itu juga untuk menginformasikan. Penerapan teknik ini dapat dilihat lebih lanjut pada lampiran.

l. Teknik Penerjemahan Harfiah (Literal Translation)

Penerjemahan harfiah adalah teknik untuk mengalihkan sebuah kata atau ekspresi kata demi kata (Molina & Albir, 2002: 501).

Molina dan Albir (2002: 111) memberikan contoh penerapan teknik penerjemahan harfiah sebagai berikut. Penerjemahan She is reading dalam bahasa Inggris diterjemahkan ke dalam bahasa Spanyol menjadi “Ella está leyendo”.

Sebanyak 11 (3.1%) dari 356 teknik yang muncul dalam data diterjemahkan secara harfiah atau terjemahan kata-demi-kata. Berikut beberapa contoh penerapannya pada tabel 14.

(17)

Tabel 14

Contoh Penerapan Teknik Penerjemahan Harfiah

No. Data BSu BSa

12

Al-khaufu minal-batha@lati ba’dat-takhrij.

Takut menganggur setelah tamat kuliah.

Pada tabel 14 data no. 12, dapat dilihat terjadi penerjemahan harfiah pada kalimat

/

Al-khaufu minal-batha@lati ba’dat-takhrij ke dalam BSa menjadi “Takut menganggur setelah tamat kuliah”. Teknik ini sudah tepat dan dapat dipahami. Penerapan teknik ini pada data lainnya dapat dilihat pada lampiran.

[

m. Teknik Kreasi Diskursif (Discursive Creation)

Teknik kreasi diskursif adalah teknik untuk menampilkan kesepadanan sementara yang tidak terduga atau keluar dari konteks (Molina & Albir, 2002: 510). Biasanya teknik ini dipakai dalam penerjemahan judul film agar menarik minat penonton atau pembaca buku. Namun, teknik ini juga dapat diterapkan dalam teks.

Molina dan Albir (2002: 111) memberikan contoh penerapan teknik kreasi diskursif sebagai berikut. Penerjemahan Rumble fish dalam bahasa Inggris diterjamahkan ke dalam bahasa Spanyol menjadi “La ley de la calle”.

Pada teks terjemahan ditemukan sebanyak 6 (1.7%) penerapan teknik kreasi diskursif oleh penerjemah. Sebagai ciri khusus teknik penerjemahan kreasi diskursif adalah terjemahan yang tak terduga dan berlaku termporer. Salah satu contoh penerapan teknik kreasi diskursif.

(18)

Tabel 15

Contoh Penerapan Teknik Kreasi Diskursif

No. Data BSu BSa

133

La@ tasu@fu@ wa la@ tu'ajjilu@ wa la@ tata’allalu@ bimu’awwi@qin minal-mu’awwiqa@t.

Jangan kalian menunda-nunda dan

memperlambat lagi, dan jangan mencari-cari alasan karena berbagai aral melintang yang menghadang.

Pada tabel 15 data no. 133, penerjemah menggunakan teknik kreasi diskursif dalam menerjemahkan / bimu’awwi@qin minal-mu’awwiqa@t diterjemahkan ke dalam BSa “berbagai aral melintang yang

menghadang”, ini di luar makna dan tidak terduga karena arti dari

/ bimu’awwi@qin minal-mu’awwiqa@t adalah penundaan dari penundaan-penundaan. Teknik ini dipakai penerjemah untuk menjelaskan dan supaya dapat dipahami dengan baik. Jika diterjemahkan secara harfiah/ kata per kata, kurang tepat karena dalam kalimat ini menjelaskan tentang sikap pemuda yang lamban, tidak mau bersegera. Penerapan teknik ini pada data lainnya dapat dilihat pada lampiran.

n. Kesepadanan Lazim (Established Equivalence)

Kesepadanan lazim yaitu teknik penggunaan istilah atau ungkapan yang telah dikenal atau diakui baik dalam kamus atau bahasa sasaran sebagai padanan dari TSu tersebut (Molina & Albir, 2002: 510). Teknik ini juga dikenal dengan recognized translation/accepted standard translation (Newmark, 1988) atau terjemahan resmi (Hoed, 2006; Suryawinata & Hariyanto, 2003).

(19)

Molina dan Albir (2002: 111) memberikan contoh penerapan teknik kesepadanan lazim sebagai berikut. Penerjemahan They are as like as two peas dalam bahasa Inggris diterjamahkan ke dalam bahasa Spanyol menjadi “Se

parecen como dos gotas de agua”.

Dari 17 teknik dalam 150 data, terdapat 1 (0.3%) teknik pemadanan lazim. Beberapa contoh teknik kesepadanan lazim sebagai berikut:

Tabel 16

Contoh Penerapan Teknik Kesepadanan Lazim

No. Data BSu BSa

94

Hal khalaqana’l-La@hu ‘azza wa jalla lina’shi@yahu wa nukha@lifahu wa nu’a@ridhah?

Apakah Allah

menciptakan kita untuk mendurhakai,

melanggar perintah dan menentang-Nya?

Pada tabel 16 data no. 94, penerjemah menggunakan teknik kesepadanan lazim dalam menerjemahkan kata lina’shi@yahu ke dalam BSa yaitu ‚mendurhakai”. Di dalam Kamus Bahasa Indonesia, kata durhaka memiliki arti “tidak setia kepada kekuasaan yang sah (negara, Tuhan, orang tua, dsb); menentang kekuasaan (perintah dsb); (KBI, 2008: 370)”. Makna dari kata

lina’shi@yahu dalam BSu yaitu “maksiat/durhaka kepada Allah”, sehingga teknik

ini tepat dalam penerjemahan ini.

o. Teknik Partikularisasi (Particularization)

Teknik ini diterapkan dengan memilih bentuk padanan yang lebih khusus (particular) atau teknik penggunaan istilah yang lebih spesifik dan konkrit bukan bentuk umumnya (Molina & Albir, 2002: 510).

(20)

Molina dan Albir (2002: 111) memberikan contoh penerapan teknik partikularisasi sebagai berikut. Penerjemahan Window dalam bahasa Inggris diterjemahkan ke dalam bahasa Prancis menjadi “Guichet, fenêtre, devanture”.

Dari data yang diamati, diperoleh 1 (0,3%) terjemahan yang menggunakan teknik ini dalam data. Seperti pada data berikut.

Tabel 17

Contoh Penerapan Teknik Partikularisasi

No. Data BSu BSa

95

Inaa hadzihil-gha@ya@ti la@ tashluchu bil-marrati likhalqin chaki@min min kha@liqin chaki@m.

Sebenarnya, tujuan hidup seperti ini sangat tidak layak diemban oleh makhluk ciptaan Allah Yang Maha Bijaksana.

Pada tabel 17 data no. 95, penerjemah menspesifikkan kata kha@liqin ke dalam BSa menjadi Allah, karena kata kha@liqin merupakan salah satu dari asma@’ul-husna (nama-nama mulia) yang dimiliki Alla@h, yang memimiliki

arti, Yang Maha Menciptakan.

p. Teknik Generalisasi (Generalization)

Generalisasi merupakan teknik penggunaan istilah yang lebih umum atau netral dalam bahasa sasaran (Molina & Albir, 2002; Newmark, 1988; Baker, 1992).

Molina dan Albir (2002: 111) memberikan contoh penerapan teknik partikularisasi sebagai berikut. Penerjemahan Guichet, fenêtre, devanture. dalam bahasa Prancis diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris “Window”.

(21)

Sebanyak 1 (0,3%) dari keseluruhan teknik penerjemahan merupakan teknik generalisasi. Berikut contoh data penerapannya pada tabel 18.

Tabel 18

Contoh Penerapan Teknik Generalisasi

No. Data BSu BSa

63

Ladaq fashshala yadahu tama@man ‘an jasadihi liyukmilal-qita@la bichuriyyah.

Ia justru memisahkan tangannya dari jasadnya agar bisa mengobarkan jihad dengan bebas dan leluasa!

Pada tabel 18 data no. 63, penerjemah mengeneralisasikan kata

/

al- qita@l yang diterjemahkan ke dalam BSa menjadi jihad. Kedua kata tersebut

memiliki arti membunuh, walau secara bahasa, arti jihad itu berjuang (Munawir, 1984: 217)

q. Deskripsi (Description)

Deskripsi merupakan teknik penerjemahan yang diterapkan dengan menggantikan sebuah istilah atau ungkapan dengan deskripsi bentuk dan fungsinya (Molina & Albir, 2002: 510).

Molina dan Albir (2002: 111) memberikan contoh penerapan teknik deskripsi sebagai berikut. Penerjemahan Panettone dalam bahasa Italia diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris menjadi “The traditional Italian cake

eaten on New Year‟s Eve”.

Dalam data penelitian ini terdapat 1 (0,3%) dengan menerapkan teknik deskripsi. Teknik ini memberikan gambaran atau penjelasan pada BSa agar pesan bisa dipahami dalam BSa. Berikut data penerapannya pada tabel 19.

(22)

Tabel 19

Contoh Penerapan Teknik Deskripsi

No. Data BSu BSa

21

Wa ahammu ha@dzihit-taba’a@ti annahu ashbacha mukallafan.

Konsekuensi yang paling utama adalah dirinya sudah terhitung

mukallaf (wajib

menjalankan hukum-hukum Islam).

Pada tabel 19 data no. 21, penerjemah mendeskrispsikan kata

/

mukallafan diterjemahkan ke dalam BSa dengan memberi penjelasan dari kata tersebut yaitu wajib menjalankan hukum-hukum Islam.

2. Metode

Seperti telah disebutkan pada bab 1, metode penerjemahan adalah cara yang ditempuh penerjemah dalam menyelesaikan penerjemahan dilihat pada tingkat makro. Untuk mengetahui hal tersebut, tentunya harus melalui pengamatan terhadap cara yang diterapkan penerjemah dalam mengatasi masalah penerjemahan mulai dari tingkat mikro kemudian baru disimpulkan secara makro. Dengan kata lain, penentuan metode penerjemahan dilakukan melalui pengamatan terhadap cara yang diambil penerjemah dalam menyelesaikan unit penerjemahan terkecil (micro translation unit) hingga diperoleh gambaran umum dalam menentukan metode penerjemahan yang ditempuh penerjemah. Dalam penelitian yang berorientasi pada produk terjemahan ini, cara penerjemahan diamati dari teknik penerjemahan yang terlihat pada karya terjemahan.

Pada penelitian terjemahan buku RSU berdasarkan tabel 2 yaitu tentang teknik penerjemahan dan frekuensi penggunaannya yang telah ditampilkan

(23)

sebelumnya, terlihat frekuensi penggunaan masing-masing teknik pada karya terjemahan. Urutan teknik penerjemahan berdasarkan frekuensi yang dominan muncul dalam data adalah sebagai berikut: (1) penambahan, (2) inversi, (3) penghilangan, (4) peminjaman murni, (5) modulasi, (6) kompensasi, (7) peminjaman alamiah, (8) transposisi, (9) kalke, (10) adaptasi, (11) amplifikasi, (12) penerjemahan harfiah, (13) kreasi diskursif, (14) kesepadanan lazim, (15) partikularisasi, (16) generalisasi, (17) deskripsi.

Dari 356 teknik yang memuat tujuh belas jenis teknik di atas, sebagian besar cenderung ke bahasa sasaran (BSa), yaitu 273 (76,7%) teknik, di antaranya; (1) penambahan, (2) inversi, (3) penghilangan, (4) modulasi, (5) amplifikasi, (6) kompensasi, (7) kreasi diskursif, (8) adaptasi, (9) transposisi, (10) partikulasi, (11) generalisasi, (12) kesepadanan lazim dan sisanya 85 (23,7%) teknik cenderung ke bahasa sumber di antaranya; (1) peminjaman murni, (2) peminjaman alamiah, (3) kalke, (4) penerjemahan harfiah.

Berdasarkan perbandingan persentase penerapan teknik yang cenderung ke bahasa sumber dan bahasa sasaran di atas, terlihat bahwa teknik yang cenderung ke bahasa sasaran ternyata lebih mendominasi. Berdasarkan hal ini, dapat diasumsikan bahwa metode yang diterapkan dalam menerjemahkan buku RSU ini tentunya juga lebih cenderung ke bahasa sasaran. Dengan demikian, dari ke delapan metode yang diajukan Newmark (1988) yang telah dijelaskan dalam kajian teori, metode yang paling mewakili penerjemahan buku RSU ke MPPZ ini adalah metode yang cenderung ke bahasa sasaran.

Kemudian jenis metode yang dipilih penerjemah lebih condong ke metode komunikatif, hal ini didasari dari kecondongan ke bahasa sasaran dan jenis teks

(24)

RSU dan terjemahannya, seperti pendapat Machali (2006: 80) yaitu yang vokatif (yang bersifat himbauan).

3. Ideologi

Dalam ideologi penerjemahan terdapat dua kutub yang berlawanan. Satu kutub condong pada bahasa sumber sedangkan kutub yang lainnya condong pada bahasa sasaran. Penerjemah yang memilih untuk setia dan mempertahankan budaya dan istilah dari teks sumber berarti ia lebih condong ke bahasa sumber. Venuti (1995) menyebut hal ini sebagai kecenderungan ke bahasa sasaran, ia tidak secara langsung menyebutnya sebagai ideologi foreignisasi. Biasanya ideologi ini diwujudkan dengan cara transferensi atau membawa nilai-nilai asing ke bahasa sasaran (Hoed, 2004).

Sementara, penerjemah yang berusaha membuat karya terjemahan sedapat mungkin mudah dipahami dan berterima dengan menggunakan padanan budaya dan istilah yang lazim dalam bahasa sasaran berarti menerapkan ideologi domestikasi (Venuti, 1995). Ideologi domestikasi ini biasanya dilakukan dengan cara mentransparansikan budaya dan bahasa yang berbau asing ke bahasa sasaran dengan hal-hal yang setara dan sepandan. Hasilnya, pembaca teks sasaran tidak lagi merasakan bahwa itu merupakan karya terjemahan, inilah yang dianggap sebagai karya yang terjemahan yang transparan (Hoed, 2004: 2007).

Berdasarkan kreteria-kreteria ideologi foreignisasi dan domestikasi yang diadaptasi dari Venuti (1995: 283) pada kajian teori dan beberapa temuan pada teknik dan metode penerjemahan yang sudah diuraikan di atas, dapat dianalisis kecondongan ideologi penerjemahan yang dipakai penerjemah seperti yang ditampilkan pada tabel berikut ini.

(25)

Tabel 20

Presentase Kecenderunagan Ideologi Penerjemahan

CONDONG KE BAHASA SUMBER (Foreignisasi) CONDONG KE BAHASA SASARAN (Domestikasi)

TEKNIK TOTAL TEKNIK TOTAL

Peminjaman Murni 33 (9.3%) Penambahan 76 (21.3%) Peminjaman Alamiah 21 (5.9%) Inversi 49 (13.8%) Kalke 18 (5.1%) Penghilangan 42 (11.8%) Penerjemahan Harfiah 11 (3.1%) Modulasi 28 (7.9%) Kompensasi 22 (6.2%) Transposisi 18 (5.1%) Adaptasi 15 (4.2%) Amplifikasi 13 (3.7%) Kreasi Diskursif 6 (1.7%) Kesepadanan Lazim 1 (0.3%) Partikularisasi 1 (0.3%) Generalisasi 1 (0.3%) Deskripsi 1 (0.3%) 85 (23,7%) 273 (76,7%)

Terlihat bahwa terjemahan buku RSU ini memenuhi kriteria domestikasi dengan jumlah prosentase kecenderungan ke bahasa sasaran (domestikasi) sebanyak 273 (76,7%) lebih besar dari pada prosentase kecenderungan ke bahasa sumber (foreignisasi) sebanyak 85 (23,7%). Venuti (1995) menyebutkan bahwa domestikasi cenderung untuk menggunakan metode penerjemahan adaptasi, penerjemahan bebas, penerjemahan idiomatis, dan penerjemahan komunikatif.

Maka, berdasarkan analisis tersebut dapat dikatakan bahwa ideologi yang diterapkan dalam menerjemahkan buku RSU cenderung ke arah ideologi domestikasi.

Referensi

Dokumen terkait

1) Untuk mengetahui penerapan metode sentra di TK Mujahidin 1 Surabaya. 2) Untuk mengetahui tingkat perkembangan kemampuan bersosialisasi anak TK Mujahidin 1 Surabaya. 3)

PTK ini dilakukan secara kolaboratif, yaitu guru inti sebagai pelaksana pembelajaran dan peneliti sebagai pengamat ( observer ). Subjek penelitian ini adalah anak kelompok A2

Pola pendekatan dalam pengelolaan irigasi yang cenderung teifokus pada level agregat seperti yang terjadi selama PJP I perlu direvisi/reorientasi, karena di tingkat

Hatta dengan takdir Allah ta`ala serta dengan kemenangannya, maka ia pulanglah ke negeri Wawani bersuka-sukaan, maka seorangpun tiada keluar lagi.Entah berapa

a) Untuk meningkatkan tingkat pemanfaatan lahan sebagai pola produksi lobak panjan, dengan cara menekan waktu menganggurnya lahan di P4S Agrofarm Cianjur. b)

per unit dihitung dengan cara membagi total biaya pesanan tertentu dengan jumlah satuan pesanan yang dihasilkan pada pesanan yang bersangkutan. Untuk mengetahui

Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi harga pasar obligasi diantaranya suku bunga, nilai tukar, coupon rate dan likuiditas obligasi akan dibahas secara mendalam dalam