• Tidak ada hasil yang ditemukan

LAPORAN PROGRAM P2M PENERAPAN IPTEKS

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "LAPORAN PROGRAM P2M PENERAPAN IPTEKS"

Copied!
24
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN PROGRAM P2M PENERAPAN IPTEKS

PELATIHAN DAN BIMBINGAN TEKNIS IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013 PADA GURU KIMIA

DI KABUPATEN KARANGASEM

OLEH:

Dr. I Gusti Lanang Wiratma, M.Si. NIP. 19621231198703 1 020

Prof. Drs. I Wayan Subagia, M.App.Sc., Ph.D NIP. 19621231 198803 1 015

I Wayan Mudianta, S.Pd., M.Phil, Ph.D. NIP. 19800830 200212 1 001

Kadek Dewi Wirmandiyanthi, S.Pd, M.Si NIDN.0818068701

JURUSAN PENDIDIKAN KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA

SINGARAJA

2015

(2)
(3)

PELATIHAN DAN BIMBINGAN TEKNIS IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013 PADA GURU KIMIA

DI KABUPATEN KARANGASEM Oleh:

Dr. I Gusti Lanang Wiratma, M.Si. dkk ABSTRAK

Peningkatan mutu pendidikan tidak bisa lepas dari strategi pembelajaran yang dilakukan oleh guru. Bapak Fuad Hasan (mantan Mendikbud RI) (dalam Kartono, 2009) menyebutkan bahwa bagaimanapun hebatnya kurikulum, jika guru yang menerapkan tidak kompeten maka tidak akan pernah mencapai tujuan yang diinginkan. Dengan demikian kualitas dan kompetensi guru harus ditingkatkan agar menjadi guru yang profesional.

Kurikulum 2013 dikembangkan dengan penyempurnaan pola pikir yaitu pola pembelajaran berpusat pada peserta didik, pembelajaran interaktif, pembelajaran dengan jejaring, pembelajaran aktif dengan pendekatan sains, belajar berbasis tim (kelompok), berbasis multi media, memperkuat pengembangan potensi khusus yang dimiliki peserta didik, pembelajaran multi disiplin, dan pembelajaran kritis. Kabar tentang ganti kurikulum menghebohkan dunia pendidikan. Banyak guru yang cemas, kecewa, jengkel, namun ada yang merespon dingin-dingin saja. Kecemasan dan kegalauan yang terjadi karena guru kimia belum memperoleh informasi atau penjelasan yang tuntas mengenai implementasi kurikulum 2013. Menurut pengakuan yang disampaikan oleh ketua MGMP kimia Karangasem bahwa banyak permasalahan yang terkait kurikulum 2013 belum dipahami oleh guru-guru kimia di kabupaten karangasem, seperti misalnya: bagaimana struktur kurikulum 2013 untuk mata pelajaran kimia? bagaimana menyusun perangkat pembelajaran menurut kurikulum 2013? bagaimana melakukan penilaian dalam penerapan kurikulum 2013? Oleh karena itu dianggap perlu memberikan pelatihan dan bimbingan teknis terkait implementasi kurikulum 2013.

Metoda yang digunakan dalam pelaksanaan kegiatan tersebut adalah metoda ceramah, diskusi, pelatihan, dan bimbingan teknis. Pendekatan dalam pelaksanaan kegiatan adalah partisipatif humanistik, artinya melibatkan secara aktif guru-guru kimia berlatih bersama dalam suasana saling menghargai, saling memberi dan menerima informasi ataupun pemahaman yang dimiliki oleh masing-masing peserta maupun tutor.

Hasil yang diperoleh bahwa guru sangat antusias mengikuti pelatihan, menunjukkan aktifitas yang sangat baik, terjadi peningkatan pemahaman tentang inovasi perencanaan pembelajaran, proses pembelajaran, penilaian pembelajaran dan lebih memahami tentang pendekatan saintific. Guru berharap diberikan pelatihan yang rutin dengan waktu yang lebih panjang, untuk memantapkan materi-materi ajar yang lain. Kehadiran guru 84%, dan dari semua yang hadir, 100% menyatakan setuju dan sangat setuju dengan perencanaan, pelaksanaan, dan akhir dari pelatihan tersebut. Jadi kegiatan berjalan dengan baik dengan hasil sangat memuaskan bagi guru.

(4)

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL

HALAMAN PENGESAHAN i

ABSTRAK ii

DAFTAR ISI iii

BAB I PENDAHULUAN 1

1.1 Latar Belakang 1

1.2 Analisis Situasi 2

1.3 Identifikasi dan Perumusan Masalah 3

1.4 Tujuan Kegiatan 4

1.5 Manfaat Kegiatan 4

BAB II METODE PELAKSANAAN 6

2.1 Khalayak Sasaran Strategis 6

2.2 Kerangka Pemecahan Masalah 6

2.3 Metode Pelaksaan Kegiatan 7

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN 8

3.1 Hasil Kegiatan 8

3.2 Pembahasan 11

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN 15

DAFTAR PUSTAKA 16

LAMPIRAN-LAMPIRAN

(5)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Mutu pendidikan di Indonesia merupakan salah satu isu sentral dalam kerangka wacana pedagogi kritis dewasa ini. Isu mutu pendidikan terkait dengan kualitas guru dan tenaga kependidikan (kepala sekolah, pengawas), kurikulum, metode pembelajaran, bahan ajar, alat bantu pembelajaran, dan manajemen sekolah. Keenam elemen ini saling berkait dalam upaya meningkatkan kualitas belajar-mengajar yang berpuncak pada peningkatan mutu pendidikan. Peningkatan mutu pendidikan tidak bisa lepas dari strategi pembelajaran yang dilakukan oleh guru. Bapak Fuad Hasan (mantan Mendikbud RI) (dalam Kartono, 2009) menyebutkan bahwa bagaimanapun hebatnya kurikulum, jika guru yang menerapkan tidak kompeten maka tidak akan pernah mencapai tujuan yang diinginkan. Dengan demikian kualitas dan kompetensi guru harus ditingkatkan agar menjadi guru yang profesional.

Upaya pemerintah dalam meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia sudah dilakukan secara serius dengan berbagai strategi. Salah satu strategi yang dilakukan adalah pengembangan kurikulum, yaitu dari kurikulum berbasis konten menuju kurikulum berbasis kompetensi (KBK) yang diimplementasikan melalui kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP). Pada tahun 2013 kurikulum KTSP diubah dan dikembangkan menjadi kurikulum 2013.

Kurikulum 2013 dikembangkan dengan penyempurnaan pola pikir yaitu pola pembelajaran berpusat pada peserta didik, pembelajaran interaktif, pembelajaran dengan jejaring, pembelajaran aktif dengan pendekatan sains, belajar berbasis tim (kelompok), berbasis multi media, memperkuat pengembangan potensi khusus yang dimiliki peserta didik, pembelajaran multi disiplin, dan pembelajaran kritis. Penguatan tata kelola kurikulum dengan cara tata kerja guru bersifat kolaboratif, penguatan manajemen sekolah yakni kepala sekolah sebagai pimpinan kependidikan, dan penguatan sarana dan prasarana untuk proses pembelajaran. Penguatan materi dilakukan dengan cara pendalaman dan perluasan materi yang relevan bagi peserta didik.

(6)

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19, Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan (SNP) menetapkan lingkup SNP meliputi standar isi, standar proses, standar kompetensi lulusan, standar pendidik dan tenaga kependidikan, standar sarana dan prasarana, standar pengelolaan, standar pembiayaan, dan standar penilaian pendidikan. SNP adalah kriteria minimal tentang sistem pendidikan di seluruh wilayah hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia. SNP berfungsi sebagai dasar dalam perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan pendidikan dalam rangka mewujudkan pendidikan nasional yang bermutu. SNP bertujuan menjamin mutu pendidikan nasional dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat.

Pelaksanaan pembelajaran di kelas mesti mengacu pada standar nasional pendidikan. Peran guru didalam melaksanakan standar nasional pendidikan lebih menitik beratkan pada standar isi, standar proses, standar kompetensi lulusan, dan standar penilaian pendidikan. Pemahaman guru tentang beberapa standar tersebut di atas dalam mengimplementasikan kurikulum 2013 perlu dimatangkan, ditingkatkan, sehingga memiliki kepercayaan diri dalam melaksanakan pembelajaran di kelas. Pengembangan KTSP menuju kurikulum 2013, diikuti juga dengan perubahan standar isi, standar proses, standar kompetensi lulusan dan standar penilaian. Oleh karena itu penyamaan persepsi tentang standar isi dan standar kompetensi lulusan serta peningkatan pemahaman guru-guru bidang studi kimia mengenai cara mengimplementasikan standar proses dan standar penilaian terkait dengan kurikulum 2013 sangat dibutuhkan.

1.2 Analisis Situasi

Kabar tentang ganti kurikulum menghebohkan dunia pendidikan. Banyak guru yang cemas, kecewa, jengkel, namun ada yang merespon dingin-dingin saja. Memang masih bagus jika guru merasa cemas dan kecewa, sepanjang kecemasan dan kekecewaan itu dalam batas ambang toleransi. Bagi guru yang cemas dan kecewa, setidaknya masih merespon dengan sikap yang siap untuk mau berubah (Bedjo, 2007).

Guru kimia di kabupaten Karangasem sebagian besar dalam kondisi cemas dan galau dengan diberlakukannya kurikulum 2013, yang sudah dimulai sejak tahun ajaran baru 2014-2015. Kecemasan dan kegalauan yang terjadi dikarenakan, para guru kimia

(7)

belum memperoleh informasi atau penjelasan yang tuntas mengenai implementasi kurikulum 2013. Sosialisasi mengenai kurikulum 2013 yang didapatkan oleh beberapa guru di masing-masing sekolah terbatas pada pimpinan-pimpinan sekolah. Sementara itu guru-guru yang lain diharapkan memperoleh imbas atau desiminasi dari pimpinan di sekolah. Kondisi seperti tersebut tidak mampu memberikan informasi yang optimum tentang apa yang diperoleh oleh pimpinan sekolah untuk disampaikan kepada para guru. Pimpinan di sekolah akan cenderung menginformasikan kebijakan tentang perubahan-perubahan yang terjadi dan wajib dilakukan oleh sekolah, dan guru. Sementara itu implementasi kurikulum yang menyangkut teknis untuk kepentingan guru mata pelajaran tertentu belum disosialisasikan secara detail.

Situasi dilematis yang dihadapi guru-guru kimia di Bali, mungkin juga di nusantara ini, yaitu pada tahun ajaran 2014-2015 wajib mengimplementasikan kurikulum 2013, di sisi lain mereka belum memahami secara baik tentang kurikulum 2013. Kondisi seperti yang disebut di atas dialami oleh hampir semua guru di sekolah, termasuk guru-guru kimia di kabupaten Karangasem.

1.3 Identifikasi dan Perumusan Masalah

Kebijakan pemerintah menyatakan pada tahun ajaran 2014-2015, kurikulum 2013 harus diimplementasikan, sementara itu secara konseptual sesungguhnya guru belum memiliki pemahaman yang benar tentang kurikulum tersebut. Pengakuan guru kimia di beberapa sekolah menyatakan sampai saat ini guru kimia belum pernah memperoleh pelatihan mengenai kurikulum 2013. Pernyataan tersebut didukung oleh ketua MGMP kimia kabupaten Karangasem, Bapak Nengah Ady Suwirta (guru kimia SMAN 1 Karangasem) menyatakan belum memahami secara baik tentang kurikulum 2013 terutama dalam penyusunan perangkat pembelajanran, dan penilaian pembelajaran. Hal senada juga disampaikan oleh suadara Eka Pratiwi guru kimia di SMAN 1 Karangasem menyatakan belum memahami bagaimana menerapkan standar penilaian terkait kurikulum 2013. Guru-guru kimia di Karangasem memperoleh informasi mengenai kurikulum 2013 dari guru-guru bidang studi lain, dan belajar sendiri-sendiri. Oleh karena itu, guru-guru kimia di karangasem sangat mengharapkan diberikan pelatihan dan

(8)

pemantapan tentang implementasi kurikulum 2013 khususnya dalam mata pelajaran kimia.

Menurut pengakuan yang disampaikan oleh ketua MGMP kimia Karangasem bahwa banyak permasalahan yang terkait kurikulum 2013 belum dipahami oleh guru-guru kimia di kabupaten karangasem, seperti misalnya: Bagaimana struktur kurikulum 2013 untuk mata pelajaran kimia ? Bagaimana menyusun perangkat pembelajaran menurut kurikulum 2013? Bagaimana melakukan penilaian dalam penerapan kurikulum 2013?

Dalam upaya mengatasi beberapa masalah yang dihadapi guru seperti disebutkan di atas maka akan dilakukan pelatihan dan bimbingan teknis mengenai kurikulum 2013 dan penerapannya, khusus untuk mata pelajaran kimia. Oleh karena itu masalah yang akan diatasi dalam kegiatan ini adalah:

Bagaimana upaya meningkatkan pemahaman guru kimia tentang kurikulum 2013? Bagaimana meningkatkan kemampuan dan kesiapan guru kimia untuk mengimplementasikan kurikulum 2013 ?

Pengimplementasian kurikulum 2013 yang akan dilatihkan meliputi perencanaan pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran dan penilaian pembelajaran.

1.4 Tujuan kegiatan

Kegiatan pelatihan dan bimbingan teknis ini bertujuan sebagai berikut:

1. Untuk meningkatkan pemahaman guru-guru kimia di kabupaten Karangasem mengenai kurikulum 2013.

2. Untuk meningkatkan pemahaman dan kesiapan guru-guru kimia di kabupaten Karangasem agar dapat mengimplementasikan kurikulum 2013 di sekolah tempat bertugas.

1.5 Manfaat kegiatan

Kegiatan pelatihan ini akan sangat bermanfaat bagi guru, siswa dan sekolah. Manfaaat yang akan diperoleh adalah sebagai berikut:

1. Bagi guru-guru kimia memiliki kesiapan kepercayaan diri dalam mengimplementasikan kurikulum 2013.

(9)

2. Bagi guru-guru kimia dapat mengajar mata pelajaran kimia sesuai dengan yang digariskan oleh kurikulum 2013.

3. Bagi siswa memperoleh pembelajaran yang mengarah pada pengembangan sikap, pengetahuan dan keterampilan dan etika, sesuai tujuan yang digariskan oleh kurikulum 2013

4. Bagi sekolah mendapatkan imbas karena guru-guru kimia sudah siap untuk menerapkan kurikulum yang dicanangkan.

(10)

BAB II

METODE PELAKSANAAN 2.1 Khalayak Sasaran Strategis

Khalayak sasaran yang dituju adalah guru-guru kimia yang bertugas di sekolah menengah atas, dan sekolah menengah pertama di kabupaten Karangasem. Sasaran kepada guru-guru kimia ini dengan beberapa pertimbangan diantaranya: pertama sesuai dengan informasi yang disampaikan ketua MGMP kimia di kabupaten Karangasem, bahwa sampai saat ini belum memperoleh pelatihan mengenai kurikulum 2013. Kedua, guru-guru kimia di kabupaten Karangasem belum memahami secara detail tentang kurikulum 2013. Ketiga para guru kimia belum memiliki kepercayaan diri untuk menerapkan kurikulum 2013, sementara pada tahun ajaran 2014-2015 kurikulum 2013 wajib dilaksanakan. Guru-guru kimia mengalami keresahan dan kegalauan untuk mengimplementasikan kurikulum 2013, dan berharap memperoleh bimbingan teknis dan pelatihan agar dapat melaksanakan tugas pengimplementasian 2013 dengan mantap. 2.2 Kerangka Pemecahan Masalah

Masalah utama yang dipecahkan dalam kegiatan pengabdian masyarakat ini adalah mengatasi kekurang pemahaman guru-guru kimia mengenai kurikulum 2013, dan meningkatkan kemampuan guru-guru kimia untuk mengimplementasikan kurikulum 2013. Untuk mengatasi masalah tersebut akan dicarikan solusi dengan berbagai bentuk kegiatan seperti yang disajikan pada Tabel 1 berikut:

Tabel 1. Hubungan antara Masalah, Akar masalah dan Solusi.

NO PERMASALAHAN AKAR MASALAH SOLUSI

1 Guru-guru kimia di kabupaten Karangasem belum memahami dengan baik tentang kurikulum 2013

Kurangnya sosialisasi tentang kurikulum 2013, guru belum memperoleh pelatihan. Memberikan sosialisasi tentang Kurikulum 2013, dan pelatihan penyiapan pelaksanaan kurikulum 2013 2 Guru-guru kimia di kabupaten Karangasem sesungguhnya belum siap,

Guru Belum

memperoleh pelatihan dan bimbingan teknis,

Memberikan pelatihan dan bimbingan teknis

(11)

dan tidak percaya diri dalam mengimplementasikan kurikulum 2013 mengenai cara pengimplementasian kurikulum 2013 strategi pengimplementasian kurikulum 2013. Meliputi: Hakikat K.13, Penyusunan Perangkat Pembelajaran, Pendekatan Saintific, dan Penilaian Hasil dan Proses Belajar 2.3 Metoda Pelaksanaan Kegiatan

Metoda yang digunakan dalam pelaksanaan kegiatan tersebut adalah metoda ceramah, diskusi, pelatihan, dan bimbingan teknis. Pendekatan dalam pelaksanaan kegiatan adalah partisipatif humanistik, artinya melibatkan secara aktif guru-guru kimia berlatih bersama dalam suasana saling menghargai, saling memberi dan menerima informasi ataupun pemahaman yang dimiliki oleh masing-masing peserta maupun tutor. Hubungan tujuan kegiatan, metoda dan bentuk kegiatan dapat dilukiskan seperti Tabel 2 berikut.

Tabel 2. Hubungan antara Tujuan kegiatan, Metoda, dan Bentuk kegiatan

No Tujuan Kegiatan Metoda Bentuk Kegiatan

1 Untuk meningkatkan pemahaman guru-guru kimia di kabupaten Klungkung mengenai kurikulum 2013. Ceramah Tanya jawab Diskusi Memberikan informasi tentang kurikulum 2013 dalam bentuk bahan ajar (kertas kerja).

Memberikan ceramah. Diskusi dan tanya jawab. Mengkaji bersama (secara partisipatif) pada setiap aspek ada pada kurikulum 2013

2 Untuk menyiapkan guru-guru kimia di kabupaten Klungkung agar dapat mengimplementasikan kurikulum 2013 di sekolah tempat bertugas. Diskusi Pelatihan Bimbingan

Melatih dan membimbing peserta membuat

persiapan pembelajaran. Mengkaji materi ajar kimia yang akan di ajarkan kepada siswa.

(12)

BAB III

HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Hasil Kegiatan

Hasil kegiatan di dicermati berdasarkan rancangan evaluasi yang telah ditetapkan sebelumnya. Evaluasi dilakukan dengan melihat proses kegiatan dan produk kegiatan. Evaluasi terhadap proses dilakukan dengan mengukur/menilai kehadiran peserta, aktivitas dan antusiasme peserta, dan respon peserta terhadap kegiatan yang diikuti. Kehadiran peserta diukur dengan prosentase presensi peserta, aktivitas/antusisme peserta diukur ketika proses berlangsung dengan mengobservasi keadaan peserta dalam mengikuti pelatihan. Pengukuran aktivitas dilakukan dengan pedoman observasi dengan jurnal, yang selanjutnya dianalisis dan dilakukan justifikasi. Respon peserta diukur dengan cara memberikan quesioner tertutup mengenai tanggapan peserta terhadap kegiatan dengan skala likert. Penilaian dilakukan dengan menganalisis hasil quesioner selanjutnya dilakukan interpretasi dan justifikasi. Penilaian produk dilakukan dengan mencermati produk yang dihasilkan ketika pelatihan dan bimbingan teknis dilakukan, produk tersebut berupa perangkat pembelajaran, dan resume terhadap kajian aspek-aspek kurikulum 2013.

Dalam kegiatan pelatihan tersebut diundang sebanyak 25 orang guru kimia di Kab. Karangasem. Dari 25 orang guru di undang, yang hadir sebanyak 21 orang, dan dari 21 orang guru yang hadir, sebanyak 20 orang yang mengikuti kegiatan sampai akhir kegiatan. Jika dilihat dari presentase kehadiran dari yang direncanakan adalah sekitar 84 %, namun demikian kalau dilihat dari intensitas keaktifan dalam mengikuti kegiatan yaitu sebanyak 95 % guru aktif dan antusias. Oleh karena itu jika dilihat dari kehadiran guru cukup baik dan jika dilihat dari presentase guru yang aktif dalam kegiatan sangat baik.

Proses kegiatan di awali dengan ceramah dan tanya jawab tentang hakikat kurikulum, tentang pembuatan perangkat dan media pembelajaran, selanjutnya tentang standar proses pembelajaran, dan standar penilaian pembelajaran (materi terlampir). Dalam proses tanya jawab ke tiga materi tersebut, peserta sangat antusias dilihat dari beberapa pertanyaan yang disampaikan oleh guru-guru. Guru sangat antusias ketika diberikan teknik membuat perangkat pembelajaran dengan program berbasis IT, membuat gambar struktur kimia (rumus struktur) dengan program berbasis IT. Diskusi

(13)

lain yang menonjol adalah masalah pelaksanaan praktikum kimia yang relatif sulit dilakukan, karena tidak ada petugas laboran yang membantu kegiatan di laboratorium.

Kegiatan yang sangat menarik yang dilakukan oleh peserta adalah ketika dilatih membuat rencana pembelajaran berbasis IT, dan dilatih membuat media gambar struktur molekul berbasis IT. Guru secara berkelompok dilatih dilatih untuk membuat perangkat pembelajaran berbasis IT, dan media berbasis IT. Bimbingan teknis dilakukan secara intensif, sampai semua guru dapat melakukan dengan baik. Guru selanjutnya diharapkan sampai menghasilkan produk tersebut, yang dapat digunakan dalam pembelajaran di sekolah masing-masing.

Di samping mengevaluasi dari sisi kehadiran dan proses yang terjadi dalam kegiatan pelatihan untuk menilai hasil kegiatan, juga diberikan quesioner untuk meminta tanggapan peserta terhadap kegiatan yang dilakukan. Quesioner yang diberikan ingin mengetahui tentang pendapat guru mengenai pemahaman tentang kurikulum 2013, tentang penyampaian materi, dan tentang pelaksanaan kegiatan. Rakapitulasi hasil penyebaran angket adalah seperti Tabel 3. berikut

Tabel 3. Rekapitulasi hasil analisis quesioner peserta

Prosentase (%)

No Indikator

STS TS TT S SS

1 Penyebaran informasi mengenai kegiatan P2M sudah bagus

0 0 0 48 52

2 Pembukaan kegiatan berjalan dengan baik 0 0 0 52 48 3 Moderator mengantar kegiatan P2M dengan baik 0 0 0 38 62 4 Penyampaian laporan ketua panitia singkat, jelas

dan tepat sasaran

0 0 0 48 52

5 Narasumber menyampaikan materi “Hakikat Pendidikan” dengan menarik dan mudah dipahami

0 0 0 38 62

6 Narasumber menyampaikan materi “Inovasi pembelajaran” dengan menarik dan mudah dipahami

0 0 0 33 67

7 Narasumber menyampaikan materi “Assesmen Kurikulum 2013” dengan menarik dan mudah dipahami

0 0 0 43 57

8 Materi kegiatan P2M sesuai dengan yang saya 0 0 0 38 62 10 Setelah mengikuti kegiatan P2M ini saya 0 0 0 29 67

(14)

Ket :

STS = Sangat Tidak Setuju TS = Tidak Setuju

TT = Tidak Tahu S = Setuju

SS = Sangat Setuju

Berdasarkan hasil rekapitualsi angket prosentase peserta terhadap 18 indikator sebagai tolok ukur kegiatan dapat di interpretasi bahwa sekitar 40% peserta menyatakan setuju dan 60 % menyatakan sangat setuju terhadap perencanaan kegiatan, pelaksanaan kegiatan, dan hasil kegiatan yang diperoleh. Kalau melihat khusus indikator (pernyataan no.18) ternyata 90 % peserta sangat setuju jika kegiatan ini dilakukan secara berkala. Hal ini menandakan bahwa kegiatan yang dilakukan berhasil dengan baik.

Di samping pernyataan dengan angket tertutup, panitya juga memberikan pertanyaan terbuka agar peserta memberikan kesan dan saran terhadap kegiatan yang diikuti. Hasil yang diperoleh bahwa semua peserta menyatakan kesan bahwa kegiatan tersebut memberikan informasi, memberikan wawasan, menambah pemahaman mengenai perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi pembelajaran yang berbasis Kurikulum 2013. Kesan lain secara umum menyatakan sangat menarik dan inovatif, sangat bermanfaat. Tidak satupun dari peserta yang memiliki kesan negatif.

Pesan terbuka yang disampaikan bahwa semua peserta mengtharapkan kegiatan sejenis agar dilakukan secara periodik (berkala). Peserta juga berharap agar materi yang diberikan lebih banyak dan lebih dalam, dan waktu pelatihan diperpanjang. Pesan lain yang muncul adalah agar dalam pelatihan seperti ini agar melibatkan/menghadirkan pihak 11 Secara keseluruhan materi yang disampaikan telah

sesuai dengan tema kegiatan

0 0 0 38 62

12 Kegiatan/sesi workshop berjalan dengan lancar dan menarik

0 0 0 29 71

13 Kegiatan/sesi diskusi berjalan dengan lancar dan menarik

0 0 0 43 57

14 Durasi waktu kegiatan untuk setiap sesi sudah tepat 0 0 0 10 76 15 Sarana dan prasarana yang digunakan sangat

mendukung kegiatan P2M

0 0 0 62 38

16 Saya puas dengan konsumsi yang disajikan 0 0 0 24 76 17 Secara keseluruhan saya puas dengan pelaksanaan

kegiatan P2M ini.

0 0 0 38 62

(15)

terkait seperti pengawas, kepala sekolah, dan dinas pendidikan, agar kebijakan yang dibuat sinkron/terjadi sinkronisasi.

Jadi berdasarkan data yang diperoleh, pertama dari kehadiran peserta, kemudian dari proses pelatihan, aktifitas peserta, dan hasil analisis angket dapat disimpulkan bahwa kegiatan pengabdian pada masyarakat tentang pemantapan kurikulum 2013, melalui pendidikan dan pelatihan berhasil dengan kategori baik, dan sangat bermanfaat.

3.2 Pembahasan

Perubahan kurikulum dalam dunia pendidikan merupakan sesuatu yang wajar dan mesti terjadi. Perubahan kurikulum dilakukan bertujuan untuk memecahkan persoalan bangsa yang sedang terjadi. Salah satu solusi yang dilakukan dalam mencari jalan keluar masalah kebangsaan adalah memperbaiki dunia pendidikan. Perbaikan dunia pendidikan diharapkan menghasilkan lulusan atau generasi penerus yang berkualitas, dan berkepribadian, cerdas dan berkarakter. Kurikulum 2013 di terapkan dalam rangka untuk mencapai tujuan tersebut.

Kurikulum mempunyai kedudukan sentral dalam seluruh proses pendidikan. Kurikulum mengarahkan segala bentuk aktivitas pendidikan demi tercapainya tujuan-tujuan pendidikan. Kurikulum juga merupakan suatu rencana pendidikan, memberikan pedoman dan pegangan tentang jenis, lingkup, dan urutan isi, serta proses pendidikan (Sukmadinata, 2004).

Setiap praktik pendidikan diarahkan pada pencapaian tujuan-tujuan tertentu, apakah berkenaan dengan penguasaan pengetahuan, pengembangan pribadi, kemampuan sosial, ataupun kemampuan bekerja. Untuk menyampaikan bahan pelajaran, ataupun mengembangkan kemampuan-kemampuan tersebut diperlukan metode penyampaian serta alat-alat bantu tertentu. Untuk menilai hasil dan proses pendidikan, juga diperlukan cara-cara dan alat penilaian tertentu juga. Ke empat hal tersebut, yaitu tujuan, bahan ajar, metode, alat dan penilaian merupakan komponen-komponen utama dalam kurikulum. Dengan berpedoman pada kurikulum, interaksi pendidikan antara guru dan siswa berlangsung. Interaksi ini tidak berlangsung dalam ruang hampa, tetapi selalu terjadi dalam lingkungan tertentu, yang mencakup antara lain lingkungan fisik, alam, sosial

(16)

budaya, ekonomi, politik, dan religi. Pertautan antara satu komponen dengan komponen lainnya dapat dilihat pada gambar berikut.

... Lingkungan...

PENDIDIK Interaksi

Pendidikan

PESERTA DIDIK

... Alam, Sosial-Budaya, Politik, Ekonomi, Religi....

Bagan 1. Komponen-komponen utama pendidikan (Kepmendiknas No. 232/U/2000)

Kurikulum 2013 bertujuan untuk mempersiapkan manusia Indonesia agar memiliki kemampuan hidup sebagai pribadi dan warga negara yang beriman, produktif, kreatif, inovatif, dan afektif (sikap yang baik) serta mampu berkontribusi pada kehidupan bermasyarakat, berbangsa, bernegara, dan peradaban dunia.

Karakteristik kurikulum 2013 meliputi tujuh aspek yaitu:

1. mengembangkan keseimbangan antara sikap spiritual dan sosial, rasa ingin tahu, kreativitas, kerja sama dengan kemampuan intelektual dan psikomotorik;

2. sekolah merupakan bagian dari masyarakat yang memberikan pengalaman belajar terencana dimana peserta didik menerapkan tentang apa yang dipelajari di sekolah ke masyarakat dan memanfaatkan masyarakat sebagai sumber belajar;

3. mengembangkan sikap, pengetahuan, dan keterampilan serta menerapkannya dalam berbagai situasi di sekolah dan masyarakat;

Kurikulum

Isi Tujuan

Proses Pendidikan

(17)

4. memberi waktu yang cukup leluasa untuk mengembangkan berbagai sikap, pengetahuan, dan keterampilan;

5. kompetensi dinyatakan dalam bentuk kompetensi inti kelas yang dirinci lebih lanjut dalam kompetensi dasar mata pelajaran;

6. kompetensi inti kelas menjadi unsur pengorganisasian (organizing elements) kompetensi dasar, dimana semua kompetensi dasar dan proses pembelajaran dikembangkan untuk mencapai kompetensi yang dinyatakan dalam kompetensi inti;

7. kompetensi dasar dikembangkan didasarkan pada prinsip akumulatif, saling memperkuat (reinforced) dan memperkaya (enriched) antar mata pelajaran dan jenjang pendidikan (organisasi horizontal dan vertikal).

Kurikulum akan berjalan dengan baik apabila guru dapat menjalankan dengan baik, karena guru memegang peran utama di dalam pengimplementasian kurikulum. Guru akan bisa melaksanakan kurikulum dengan baik dan benar apabila mereka memiliki pemahaman yang baik tentang kurikulum. Pemahaman guru yang diharapkan mengenai kurikulum adalah mulai dari filosofi dan hakikat kurikulum yang sedang diterapkan, target kurikulum secara umum, dan standar-standar yang dipakai pedoman di dalam melaksanakan kurikulum di sekolah. Pemahaman mengenai filosofi dan hakikat kurikulum menjadikan guru tidak ragu dalam menerapkan di kelas walaupun mengalami sedikit perubahan, atau pengembangan sesuai dengan kondisi sekolah dan keadaan siswa yang di ajar. Karena, selama ini kebanyakan guru cenderung mengikuti seluruh petunjuk yang diuraikan dalam naskah kurikulum sehingga, ketika ada satu atau beberapa aspek yang sulit atau tidak dapat dilakukan karena kondisi tertentu, guru menjadi bingung dan cenderung mengada-ada. Oleh karena itu pelatihan yang dilakukan dengan memberikan pemahaman hakikat dan filosofi diharapkan guru memiliki kepercayaan diri untuk berinovasi atau mengembangkan dalam pembelajaran.

Secara teknis cara melakukan inovasi di dalam perencanaan pembelajaran, proses pembelajaran, dan penilaian pembelajaran, para guru berharap diberikan contoh riil yang dapat diterapkan langsung di sekolah. Pengembangan inovasi terjadi apabila diberikan

(18)

bagus dan dengan rasionalisasi yang logis. Jika dilihat dari kompetensi guru kimia yang ada di Bali khususnya sudah cukup baik. Dalam upaya meningkatkan profesionalismenya perlu membangkitkan keberanian untuk melakukan inovasi-inovasi yang mendukung kualitas pembelajaran. Persoalan sering terjadi adalah pengingkaran terhadap kurikulum, dalam hal ini ada beberapa kegiatan yang semestinya dilakukan oleh guru, namun tidak dilakukan, karena ada perubahan orientasi pemikiran, pengawasan belum maksimal, karena cenderung sampai pada tingkat administrasi. Kalau saja pihak pemerintah (diknas) menginstruksikan agar kurikulum yang sudah dituangkan dalam bentuk silabus dan RPP, harus dilaksanakan dengan sebenarnya, maka pasti guru akan melaksanakan dengan sungguh-sungguh. Hal ini terjadi karena masyarakat Indonesia masih menganut budaya partneralistik, mengikuti penguasa, mengikuti atasan.

(19)

BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil evaluasi terhadap kegiatan pelatihan yang dilakukan ada beberapa kesimpulan yang diperoleh yaitu sebagai berikut.

1. Pemahaman guru tentang kurikulum 2013 berkaitan dengan filosofi dan hakikat mengalami peningkatan.

2. Pemahaman guru untuk mengimplementasikan kurikulum 2013 khususnya mata pelajaran kimia SMA lebih mantap.

3. Pemahaman guru-guru dalam membuat perangkat pembelajaran yang meliputi RPP, instrumen penilaian yang meliputi kognitif, afektif dan psikomotor, serta rubrik penilaian semakin mantap.

4. Guru memiliki motivasi untuk melakukan inovasi dalam proses pembelajaran khususnya dalam penerapan pendekatan saintific.

5. Guru memiliki kepercayaan diri untuk mengimplementasikan kurikulum 2013.

4.2 Saran-saran

Berkaitan dengan kegiatan yang dilakukan beberapa saran disampaikan dalam laporan ini, diambil dari saran yang disampaikan oleh peserta dan juga dari tim pelaksana. Adapun saran-saran dimaksud adalah sebagai berikut.

1. Pelatihan sejenis perlu lebih intensif dilakukan, bila memungkinkan setiap semester ada pelatihan.

2. Kegiatan sejenis perlu dilakukan yang berkaitan dengan materi ajar. 3. Perlu melakukan kajian atau evaluasi terhadap kurikulum 2013.

4. Guru disarankan jika menghadapi perubahan kurikulum harus memahami hakikat dan filosofinya, dilanjutkan dengan pendalaman silabus.

5. Kegiatan diharapkan melibatkan pihak terkait seperti pengawas, kepala sekolah, dan diknas.

(20)

DAFTAR PUSTAKA

Bedjo Sujanto, 2007. Guru Indonesia dan Perubahan Kurikulum. Jakarta: Sagung Seto.

Kepmendiknas RI. No. 232/U/2000, Jakarta.

Permendikbud RI No. 65 Tahun 2013. Standar Penilaian Pendidikan, Jakarta. Permendikbud RI No. 66 Tahun 2013. Standar Proses Pendidikan Dasar dan

Menengah. Jakarta

Permendikbud RI No. 69 Tahun 2013. kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah. Jakarta.

Sukmadinata, N.S. 2004. Pengembangan Kurikulum. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

(21)

Gambar 1. Dokumen Kegiatan Pelatihan Ceramah

(22)

Gambar 3. Dokumen Kegiatan Kerja Kelompok

(23)

Gambar 5. Persiapan Penutupan

(24)

Peta Lokasi Daerah Sasaran

Gambar

Tabel 1. Hubungan antara Masalah, Akar masalah dan Solusi.
Tabel 2. Hubungan antara Tujuan kegiatan, Metoda, dan Bentuk kegiatan
Tabel 3. Rekapitulasi hasil analisis quesioner peserta
Gambar 1. Dokumen Kegiatan Pelatihan Ceramah
+3

Referensi

Dokumen terkait

Pada penelitian ini objek analisis adalah deskripsi cerita TB (folklor). Terdepat variasi cerita TB pada masyarakat Asemdoyong. Masyarakat berusaha memahami cerita

 Seiring dengan kenaikan harga batubara yang dinilai masih labil, INDY fokus ke proyek pembangkit listrik bertenaga uap Cirebon II yang sedang dikerjakan.. Proyek

Tanda-tanda awal penyakit bisinosis ini berupa sesak napas, terasa berat pada dada, terutama pada hari Senin (yaitu hari awal kerja pada setiap minggu). Secara

Tujuan penelitian ini adalah untuk mempelajari pengaruh dan kontribusi geotekstil terhadap daya dukung pondasi dangkal di atas permukaan tanah lempung dengan pendekatan

Pemajanan pada uap monomer akrilik atau metakrilik dalam konsentrasi tinggi dapat menyebabkan iritasi saluran napas, sensitisasi kulit, atau berbagai efek lain. JANGAN

Uji hipotesis parsial variabel pelatihan dari tabel tersebut dapat dilihat nilai t hitung variabel pelatihan (X 1 ) adalah sebesar 4,084 dengan signifikan 0,000 maka

Ketidakpatuhan yang dilakukan oleh perawat dalam mengdentifikasi pasien, yang dapat beresiko terjadi kejadian yang tidak diinginkan akibat salah dalam mengidentifikasi

kelompok blanko, krim ekstrak kulit manggis 2, 3, 4 dan 5% pada saat sebelum penyinaran, setelah penyinaran, serta pemulihannya pada minggu pertama, kedua, ketiga dan keempat ...