LAPORAN KASUS
LAPORAN KASUS
STASE BEDAH RSIJ PONDOK KOPI
STASE BEDAH RSIJ PONDOK KOPI
ILEUS OBSTRUKTIF
ILEUS OBSTRUKTIF
PEMBIMBING PEMBIMBINGDr. H. Saleh Setiawan,Sp.B
Dr. H. Saleh Setiawan,Sp.B
e c Susp Tumor Colorectal
e c Susp Tumor Colorectal
IDENTITAS PASIEN
IDENTITAS PASIEN
Nama
Nama
:
: Ny
Ny.
. E
E
Umur
Umur
:
: 41
41 tahun
tahun
Jenis
Jenis kelamin
kelamin
:
: Perempuan
Perempuan
Alamat
Alamat
:
: T
Tambun
ambun Bekasi
Bekasi
Pekerjaan
Pekerjaan
:
: Ibu
Ibu rumah
rumah tangga
tangga
Tgl
IDENTITAS PASIEN
IDENTITAS PASIEN
Nama
Nama
:
: Ny
Ny.
. E
E
Umur
Umur
:
: 41
41 tahun
tahun
Jenis
Jenis kelamin
kelamin
:
: Perempuan
Perempuan
Alamat
Alamat
:
: T
Tambun
ambun Bekasi
Bekasi
Pekerjaan
Pekerjaan
:
: Ibu
Ibu rumah
rumah tangga
tangga
Tgl
KELUHAN UTAMA
KELUHAN UTAMA
Nyeri perut
Nyeri perut
hilang-timbul sejak 2 minggu
timbul sejak 2 minggu
Riwayat Penyakit Sekarang
Ny.E datang ke RS dengan keluhan nyeri perut hilang
timbul sejak 2 minggu SMRS, nyeri terutama dirasakan
di daerah ulu hati, nyeri perut disertai muntah-muntah,
muntah awalnya berisi makanan hingga berubah
menjadi cairan kuning lalu menjadi kehitaman, pasien
muntah setiap kali makan dan minum, nafsu makan
menurun, Pasien mengaku
BAB nya terkadang
mencret, terkadang keras berbentuk kecil-kecil dan
bahkan beberapa hari setelah muntah pasien mengaku
Sulit BAB dan kentut, BAB tidak berlendir dan darah,
Pasien merasakan perutnya semakin membesar dan
kembung, mual (+), Pasien tidak merasakan pusing (-),
nyeri perut (-), Penurunan BB (-), BAK Tidak ada
Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien mengaku sejak 20 th lalu sering
mengeluh sakit mag
Pasien belum pernah mengalami
keluhan seperti ini sebelumnya.
Pasien tidak pernah menderita penyakit
keganasan sebelumnya.
Hipertensi disangkal, Diabetes mellitus
Riwayat Penyakit Keluarga
Tidak ada keluarga yang menderita
keluhan yang sama dengan pasien.
Riwayat penyakit keganasan di
keluarga (+)
Ca.Servik pada kakak
kandung pasien, Hipertensi (-),
Diabetes Mellitus (-).
Riwayat Pengobatan
Riwayat Pengobatan
Sebelum dibawa ke RSIJ Pondok kopi
Sebelum dibawa ke RSIJ Pondok kopi
pasien dibawa ke RS.Bekasi dan
pasien dibawa ke RS.Bekasi dan
dirawat selama 2 hari namun tidak ada
dirawat selama 2 hari namun tidak ada
perubahan
perubahan
Pasien tidak pernah minum obat dalam
Pasien tidak pernah minum obat dalam
jangka w
jangka waktu yang
aktu yang lama
lama
Pasien menyangkal sering konsumsi
Pasien menyangkal sering konsumsi
jamu-jamua
Riwayat Psikososial
Riwayat Psikososial
Pasien mengaku makan tidak teratur,
Pasien mengaku makan tidak teratur,
merokok (-), pasien tinggal
merokok (-), pasien tinggal
dilingkungan sawah
PEMERIKSAAN FISIK
PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan Umum
Keadaan Umum
•
•
Keadaan umum
Keadaan
umum :
: tampak
tampak sakit
sakit sedang
sedang
•
•
Kesadaran
Kesadaran
:
: composmentis
composmentis
Vital Sign
Vital Sign
•
•
TD
TD
130/80
130/80 mmHg
mmHg
•
•
HR
HR
88x/menit
88x/menit
•
•
RR
RR
24x/menit
24x/menit
Suhu 36.8
Suhu 36.8
Status Generalis
KEPALA : normochepal
MATA
Pupil bulat isokor, diameter 3mm/mm Refleks pupil +/+
Konjungtiva anemis
Sklera ikterik
-/-
THT : dalam batas normal
THORAX
Inspeksi : normochest, pergerakan dada simetris,
Palpasi : tidak ada pergerakan dada yang tertinggal,
nyeri tekan (-), vokal fremitus sama simetris
dekstra sinistra.
Perkusi : sonor di seluruh lapangan paru
Auskultasi
Paru : vesikular (+/+) normal,
Rhonki (-/-), Wheezing (-/-), stridor (-/-)
Jantung : BJ I dan II murni regular
ABDOMEN
inspeksi
: cembung (+), distensi, scar luka operasi (-)
Auskultasi : bising usus (+) meningkat, metalic sound (+)
palpasi
: (-) perut distensi tegang untuk dipalpasi
Perkusi
: hipertimpani seluruh kuadran abdomen
Tes Asites :
-EKSTREMITAS
Status Lokalis
abdomen tampak abdomen distensi, bising
usus (+) meningkat, metalic sound (+),
hipertimpani seluruh kuadran abdomen
RECTALTOUCHE
Tonus sfingter ani baik, rektum tidak colaps,
permukaan mukosa licin tidak
berbenjol-benjol (nodul), massa (-), nyeri (-), darah (-),
lendir (-), feses (-).
RESUME
Wanita 41 tahun, Nyeri perut hilang timbul sejak 2
minggu SMRS, muntah berwarna kehitaman, tidak
bisa BAB dan kentut, terkadang BAB cair, bentuk
kecil-kecil, tidak berlendir dan darah, mual (+).
Dari pemeriksaan TD 130/80 mmHg, HR 88x/menit,
RR 24x/menit, Suhu 36.8
o
C. Perut cembung, Distensi
abdomen (+), bising usus (+) meningkat, metalic
sound (+), hipertimpani seluruh kuadran abdomen.
Rectal touche didapatkan Tonus sfingter ani baik,
rektum tidak colaps, permukaan mukosa kasar
berbenjol-benjol, massa (-), nyeri (-), darah (-),
lendir (-), feses (-).
Pemeriksaan Penunjang
ANALISA KASUS
Dasar diagnosis ileus obstruktif e.c susp. tumor colorectal
pada kasus ini adalah
tidak bisa BAB dan kentut
Nyeri perut hilang-timbul
BAB cair,
Distensi abdomen (+)
Bising usus (+) meningkat, metalic sound (+)
Hipertimpani seluruh kuadran abdomen
RT : Tonus sfingter ani baik, rektum tidak colaps,
permukaan mukosa licin tidak berbenjol-benjol (nodul),
massa (-), nyeri (-), darah (-), lendir (-), feses (-).
continue...
Dx : Ileus Obstruktif e.c Susp. tumor
colorectal
Pemeriksaan penunjang : Kolonoskopi, CT
Scan abdomen dengan kontras
Penatalaksanaan
Infus Kristaloid
Pasang NGT
Puasa
Pemberian antibiotik&anti nyeri
TINJAUAN PUSTAKA
ILEUS
OBSTRUKTIF
e c Susp Tumor
Colorectal
Klasifikasi
Intraluminal (benda asing, batu empedu,
atau mekonium)
Intramural (tumor, penyempitan, Crohn's
disease, inflamasi disease)
Ekstrinsik (adhesi, hernia, atau
Patogenesis
akumulasi gas dan
cairan intraluminal
Peningkatan aktivitas
intestinal –Motilitas
peningkatan tekanan
intraluminal dan
intramural
Motilitas
↓Obstruksi
Distensi
intestinal
Penurunan aliran
darah mukosa
Perfusi mikrovaskuler
intestinal terganggu
iskemia dan nekrosis
Manifestasi Klinis
Nyeri kolik abdomen
Nausea vomiting
Kembung
Tidak flatus dan susah BAB
Diare
Pemeriksaan Penunjang
Laboratorium
awal obstruksi nilai laboratorium mungkin normal.
Keadaan obstruksi terus berlangsung nilai-nilai
laboratorium dapat menunjukkan tanda dehidrasi,
WBC meningkat tanda adanya kemungkinan
strangulasi
Foto abdomen 3 posisi
air-fluids level, hearing bone, step ledder
CT scan Abdomen dengan kontras
Komplikasi
Dehidrasi
Perforasi dan iskemia intestinal
Midgut akan
membentuk usus
halus, kolon
asenden, dan
kolon
transversum
proksimal.
Hindgut akan
berkembang
menjadi kolon
transversus
distalis, kolon
Embriologi Manifestasi Klinis , Posisi, Vaskular, dan Inervasi Temuan Lab. Fisiologi Kolon Imaging Studies Insidensi Pendekatan Diagnosis Faktor Risiko Patogenesis Prognosis Penatalaksa naan
Usus besar
(kolon & rektum)
berjalan
sepanjang katup
ileosekal sampai
ke anus.
Secara
anatomis, dibagi
menjadi kolon
asendens, kolon
transversum,
kolon
Embriologi Manifestasi Klinis , Posisi, Vaskular, dan Inervasi Temuan Lab. Fisiologi Kolon Imaging Studies Insidensi Pendekatan Diagnosis Faktor Risiko Patogenesis Prognosis Penatalaksa naanEmbriologi Manifestasi Klinis , Posisi, Vaskular, dan Inervasi Temuan Lab. Fisiologi Kolon Imaging Studies Insidensi Pendekatan Diagnosis Faktor Risiko Patogenesis
Suplai saraf
kolorektal
Simpatis
T6 – T12
L1 – L3
Parasimpatis
Kolon
asenden dan
transversum
Kolon
desenden
dan rektum
Prognosis Penatalaksa naanEmbriologi Manifestasi Klinis , Posisi, Vaskular, dan Inervasi Temuan Lab. Fisiologi Imaging Studies Insidensi Pendekatan Diagnosis Faktor Risiko Patogenesis
Suplai saraf
kolorektum
N. Ganglion
Simpatis
Pleksus
pelvis
N.
Preganglion
parasimpatis
Prognosis Penatalaksa naanFisiologi Kolon
Absorpsi
◦
Setengah proksimal kolon dapat mengabsorpsi
garam, air, dan vitamin (terutama vit. K) yang
diproduksi oleh bakteri.
Penahan
◦
Setengah distal kolon berfungsi sebagai
penahan feses sementara sampai di keluarkan
Embriologi Manifestasi Klinis , Posisi, Vaskular, dan Inervasi Temuan Lab. Fisiologi Kolon Imaging Studies Insidensi Pendekatan Diagnosis Faktor Risiko Patogenesis Prognosis Penatalaksa naan
Fisiologi Kolon
Motilitas
◦
Gerakan retropulsif (kolon asenden)
◦Gerakan tonik (kolon desenden)
◦
Gerakan retropulsif-tonik (peristaltik)
Proteksi
◦
Mukus dan ion bikarbonat melindungi dari asam yang
diproduksi oleh bakteri. Ion bikarbonat dihasilkan oleh
“chloride shift”, yaitu pertukaran dengan natrium.
Embriologi Manifestasi Klinis , Posisi, Vaskular, dan Inervasi Temuan Lab. Fisiologi Kolon Imaging Studies Insidensi Pendekatan Diagnosis Faktor Risiko Patogenesis Prognosis Penatalaksa naan
Embriologi Manifestasi Klinis , Posisi, Vaskular, dan Inervasi Temuan Lab. Fisiologi Rektum Imaging Studies Insidensi Pendekatan Diagnosis Faktor Risiko Patogenesis Prognosis Penatalaksa naan
Adenokarsinoma kolorektal merupakan
keganasan yang paling umum ditemukan pada
traktus GI.
Lebih dari 150.000 kasus baru di Amerika dan
lebih dari 52.000 pasien meninggal tiap
tahunnya, hal ini membuat kanker kolorektal
menjadi pembunuh kedua pada penyakit kanker
di Amerika. (American Cancer Society, 2009).
Insidensinya terbagi rata antara pria dan wanita
dan tetap berada pada angka yang konstan
Embriologi Manifestasi Klinis , Posisi, Vaskular, dan Inervasi Temuan Lab. Fisiologi Kolon Imaging Studies Insidensi Pendekatan Diagnosis Faktor Risiko Patogenesis Prognosis Penatalaksa naan
Kanker
kolorektal
Usia > 50
tahun
(90%
kasus)
Faktor
herediter
(20%
kasus)
Faktor diet
Merokok
Embriologi Manifestasi Klinis , Posisi, Vaskular, dan Inervasi Temuan Lab. Fisiologi Kolon Imaging Studies Insidensi Pendekatan Diagnosis Faktor Risiko Patogenesis Prognosis Penatalaksa naanGam Embriologi Manifestasi Klinis , Posisi, Vaskular, dan Inervasi Temuan Lab. Fisiologi Kolon Imaging Studies Insidensi Pendekatan Diagnosis Faktor Risiko Patogenesis
Gambaran histologis
Fotograf
kolonoskopik
Gambar
sekuens
Prognosis Penatalaksa naanGam Embriologi Manifestasi Klinis , Posisi, Vaskular, dan Inervasi Temuan Lab. Fisiologi Kolon Imaging Studies Insidensi Pendekatan Diagnosis Faktor Risiko Patogenesis
Lokasi Kanker
Prognosis Penatalaksa naanGam Embriologi Manifestasi Klinis , Posisi, Vaskular, dan Inervasi Temuan Lab. Fisiologi Kolon Imaging Studies Insidensi Pendekatan Diagnosis Faktor Risiko Patogenesis
Gen Kromosom Kelas Gen Fungsi Keterangan
Adenomatous Polyposis Coli (APC)
5q Tumor suppressor
Adhesi dan komunikasi interseluler
Mutasi pada FAP, Gardner ’s
dan Turcot’s syndrome.
Deleted in Colorectal
Carcinoma (DCC)
18q Onkogen Interaksi dan adhesi sel Pertumbuhan tumor, invasi, dan metastasis
P53 17p Tumor
suppressor
Transkripsi faktor untuk gen yang mencegah pertumbuhan tumor
>50% kanker kolon mempunyai mutasi p53
K-ras 12p Onkogen Transduksi signal 50% kanker kolon
mempunyai aktivitas K-ras hMSH2, hMLH1, 2p Mismatch Memperbaiki kesalahan HNPCC
Prognosis Penatalaksa
Perdarahan saat BAB, feses dapat berwana
hitam, merah marun, ungu hitam, atau merah
segar tergantung pada lokasi keganasan.
Konstipasi atau diare atau obstruksi,
tergantung pada letak keganasan.
Nyeri abdomen
Gejala lain yang tidak umum: kelelahan,
penurunan berat badan, demam, massa
pada abdomen,
Embriologi Manifestasi Klinis , Posisi, Vaskular, dan Inervasi Temuan Lab. Fisiologi Kolon Imaging Studies Insidensi Pendekatan Diagnosis Faktor Risiko Patogenesis Prognosis Penatalaksa naan
Pada pemeriksaan fisik, mungkin ditemukan
perkusi yang timpani-hipertimpani, asites, dan
distensi abdomen.
Pada pemeriksaan colok dubur :
Untuk mengetahui apakah ada massa dalam
rectum. Adanya feces harus diperhatikan, apakah
ada darah samar, sebab adanya darah dalam
feces kemungkinan adanya lesi dari mukosa atau
adanya intussusepsi.
Jika ada obstruksi, maka patut dicurigai adanya
keganasan kolon.
Perforasi juga dapat ditemukan pada pasien
Embriologi Manifestasi Klinis , Posisi, Vaskular, dan Inervasi Temuan Lab. Fisiologi Kolon Imaging Studies Insidensi Pendekatan Diagnosis Faktor Risiko Patogenesis Prognosis Penatalaksa naan
Embriologi Manifestasi Klinis , Posisi, Vaskular, dan Inervasi Temuan Lab. Fisiologi Kolon Imaging Studies Insidensi Pendekatan Diagnosis Faktor Risiko Patogenesis
T1 – Menginvasi Submukosa
Prognosis Penatalaksa naanEmbriologi Manifestasi Klinis , Posisi, Vaskular, dan Inervasi Temuan Lab. Fisiologi Kolon Imaging Studies Insidensi Pendekatan Diagnosis Faktor Risiko Patogenesis
Stadium T4
Prognosis Penatalaksa naanStadium N1
Dua gambaran stadium N1,
yaitu metastastasis kelenjar
limfonodus regional sebanyak
1-3 buah
Embriologi Manifestasi Klinis , Posisi, Vaskular, dan Inervasi Temuan Lab. Fisiologi Kolon Imaging Studies Insidensi Pendekatan Diagnosis Faktor Risiko Patogenesis Prognosis Penatalaksa naanEmbriologi Manifestasi Klinis , Posisi, Vaskular, dan Inervasi Temuan Lab. Fisiologi Kolon Imaging Studies Insidensi Pendekatan Diagnosis Faktor Risiko Patogenesis Prognosis Penatalaksa naan
Stadium N2
Dua gambaran stadium N2,
yaitu metastastasis kelenjar
limfonodus regional sebanyak
Embriologi Manifestasi Klinis , Posisi, Vaskular, dan Inervasi Temuan Lab. Fisiologi Kolon Imaging Studies Insidensi Pendekatan Diagnosis Faktor Risiko Patogenesis Prognosis Penatalaksa naan
Stadium N2
Dua gambaran stadium N2,
yaitu metastastasis kelenjar
Embriologi Manifestasi Klinis , Posisi, Vaskular, dan Inervasi Temuan Lab. Fisiologi Kolon Imaging Studies Insidensi Pendekatan Diagnosis Faktor Risiko Patogenesis Prognosis Penatalaksa naan
Stadium M1
Metastasis jauh limfonodus
non-regional
Embriologi Manifestasi Klinis , Posisi, Vaskular, dan Inervasi Temuan Lab. Fisiologi Kolon Imaging Studies Insidensi Pendekatan Diagnosis Faktor Risiko Patogenesis
Stadium
Kedalaman
Status Limfonodus
Metastasis Jauh
Stadium 1
T1, T2
N0
M0
Stadium 2
T3, T4
N0
M0
Stadium 3
Seluruh T
Setiap N (Kecuali N0)
M0
Stadium 4
Seluruh T
Setiap N
M1
Stadium karsinoma kolorektal menurut American Joint Committee on Cancer
(AJCC)
Prognosis Penatalaksa
Hitung darah lengkap/Complete Blood
Count (CBC) dapat menunjukkan adanya
anemia.
Tes fungsi hepar dapat menunjukkan hasil
yang abnormal jika sudah terjadi metastasis
ke hepar.
Jika terjadi metastasis ke hepar maka kadar
CEA juga akan ikut meningkat (normal: < 5
ng/mL), namun jika tidak ada metastasis,
Embriologi Manifestasi Klinis , Posisi, Vaskular, dan Inervasi Temuan Lab. Fisiologi Imaging Studies Insidensi Pendekatan Diagnosis Faktor Risiko Patogenesis Prognosis Penatalaksa naan
Kolonoskopi
◦
Mampu menilai ukuran tumor, namun tidak
dengan kedalaman invasi tumor.
◦
Dapat juga sambil dilakukan biopsi dan kontrol
perdarahan
Radiologi
◦
Foto polos toraks dilakukan jika adanya
kemungkinan metastasis ke paru sekaligus
menetukan status paru dan jantung
◦
CT-scan hanya dilakukan jika ditemukan
SGOT/SGPT yang abnormal.
Embriologi Manifestasi Klinis , Posisi, Vaskular, dan Inervasi Temuan Lab. Fisiologi Imaging Studies Insidensi Pendekatan Diagnosis Faktor Risiko Patogenesis Prognosis Penatalaksa naan
Embriologi Manifestasi Klinis , Posisi, Vaskular, dan Inervasi Temuan Lab. Fisiologi Imaging Studies Insidensi Pendekatan Diagnosis Faktor Risiko Patogenesis Prognosis Penatalaksa naan
Embriologi Manifestasi Klinis , Posisi, Vaskular, dan Inervasi Temuan Lab. Fisiologi Imaging Studies Insidensi Pendekatan Diagnosis Faktor Risiko Patogenesis Prognosis Penatalaksa naan
Tujuan penatalaksanaan karsinoma kolon
adalah untuk mengangkat tumor primer
beserta dengan suplai limfovaskularnya.
Karena pembuluh limfe pada kolon
bersamaan dengan suplai arteri, panjang
kolon yang direseksi bergantung pada
pembuluh darah yang terlibat dalam
menyuplai sel kanker
Embriologi Manifestasi Klinis , Posisi, Vaskular, dan Inervasi Temuan Lab. Fisiologi Kolon Imaging Studies Insidensi Pendekatan Diagnosis Faktor Risiko Patogenesis Penatalaksa naan Diagnosis Banding
Stadium 0
◦
Eksisi polip seluruhnya.
Stadium I
◦
Kolostomi segmental jika terdapat invasi
limfovaskular dan diferensiasi sel yang luas. Jika
tidak, cukup di eksisi.
Stadium I dan II
◦
Kebanyakan pasien pada karsinoma kolon
stadium I dan II dapat disembuhkan dengan
reseksi, namun ada beberap yang menggunakan
terapi ajuvan.
Embriologi Manifestasi Klinis , Posisi, Vaskular, dan Inervasi Temuan Lab. Fisiologi Kolon Imaging Studies Insidensi Pendekatan Diagnosis Faktor Risiko Patogenesis Penatalaksa naan Diagnosis Banding
Stadium III
◦
Terapi ajuvan dengan 5-FU dan levamisole.
Stadium IV
◦Terapi paliatif
Embriologi Manifestasi Klinis , Posisi, Vaskular, dan Inervasi Temuan Lab. Fisiologi Imaging Studies Insidensi Pendekatan Diagnosis Faktor Risiko Patogenesis Prognosis Penatalaksa naanKemoterapi Ajuvan
Mayo Clinic Bolus: 5-FU 425 mg/m
2+ leucovorin 20 mg/m
2pada hari 1
–5 tiap 4
minggu. Total 6 minggu.
Roswell Park: 5-FU 500 mg/m
2+ leucovorin 500 mg/m
2per minggu untuk 6
minggu dengan 2 minggu waktu istirahat (tidak minum obat). Total 3 siklus.
Capecitabine: 2000 mg/m
2dalam dua dosis dua kali per hariselama 14 hari, 7
hari istirahat. Total 8 siklus.
FOLFOX 4: Oxaliplatin 85 mg/m
2IV hari 1; leucovorin 200 mg/m
2IV;
fluorouracil 400 mg/m
2IV bolus, diikuti oleh fluorouracil 600 mg/m
2untuk 22
jam selama hari ke-1 dan 2, diberika tiap 14 hari. Total 12 siklus.
Embriologi Manifestasi Klinis , Posisi, Vaskular, dan Inervasi Temuan Lab. Fisiologi Imaging Studies Insidensi Pendekatan Diagnosis Faktor Risiko Patogenesis Prognosis Penatalaksa naan
Terapi untuk Metastasis
Mayo Clinic Bolus: 5-FU 425 mg/m2 + leucovorin 20 mg/m2 pada hari 1 – 5 tiap 4 minggu.
Roswell Park: 5-FU 500 mg/m2 + leucovorin 500 mg/m2 per minggu selama 6 minggu dengan 2 minggu waktu istirahat.
IFL (Saltz Regimen, Triple Therapy): CPT-11 100 – 125 mg/m2 IV tiap 90 min, 5-FU 500 mg/m2, semua diberikan selama 4
minggu dan 2 minggu waktu istirahat.
FOLFOX 4: Oxaliplatin 85 mg/m2 IV hari ke-1; leucovorin 200 mg/m2 IV; fluorouracil 400 mg/m2 IV bolus, diikuti oleh
fluorouracil 600 mg/m2 untuk 22 jam selama hari ke-1 dan 2 diberikan selama 14 hari.
XELIRI: Irinotecan 200 – 250 mg/m2 day 1; capecitabine 750 – 1000 mg/m2 PO dua kali perhari hari ke-1 – 14, tiap 21 hari.
XELOX: Oxaliplatin 100 mg/m2 hari ke- 1; capecitabine 750 – 1000 mg/m2 PO BID dua kali perhari hari ke-1 – 14, tiap 21
hari.
Bevacizumab: (Avastin) 5 mg/kg IV tiap 14 hari diselingi dengan 5-FU-based chemotherapy.
Cetuximab: (Erbitux) 400 mg/m2 loading dose mencapai 120 menit (minggu ke-1); 250 mg/m2 selama 60 menit per
minggu dosis maintenance, dengan irinotecan atau sebagai single agent pada pasien yang tintoleransi irinotecan.
Embriologi Manifestasi Klinis , Posisi, Vaskular, dan Inervasi Temuan Lab. Fisiologi Imaging Studies Insidensi Pendekatan Diagnosis Faktor Risiko Patogenesis Prognosis Penatalaksa naan
Embriologi Manifestasi Klinis , Posisi, Vaskular, dan Inervasi Temuan Lab. Fisiologi Kolon Imaging Studies Insidensi Pendekatan Diagnosis
Reseksi kanker
kolorektal (lingkaran
merah) berdasarkan
letak tumor primer,
suplai darah, dan
drainase limfa.
Embriologi Manifestasi Klinis , Posisi, Vaskular, dan Inervasi Temuan Lab. Fisiologi Imaging Studies Insidensi Pendekatan Diagnosis Faktor Risiko Patogenesis Prognosis Penatalaksa naan
Follow up Setelah Reseksi
◦
Dalam 2 tahun pertama, cek tiap 3-4 bulan.
◦
Dua tahun berikutnya, cek tiap 6 bulan
◦
Yang dinilai adalah fungsi usus dan seksual
◦
Cek endoskopi kembali 1 tahun setelah reseksi dan 3 tahun
setelahnya.
◦
Kadar CEA juga dicek tiap 3-6 bulan dan CT-scan abdomen
atau pelvis tiap 6-12 bulan
Embriologi Manifestasi Klinis , Posisi, Vaskular, dan Inervasi Temuan Lab. Fisiologi Imaging Studies Insidensi Pendekatan Diagnosis Faktor Risiko Patogenesis Prognosis Penatalaksa naan
Tabel stadium karsinoma kolorektal dan
angka keselamatan selama 5 tahun
Embriologi Manifestasi Klinis , Posisi, Vaskular, dan Inervasi Temuan Lab. Fisiologi Imaging Studies Insidensi Pendekatan Diagnosis Faktor Risiko Patogenesis Prognosis Penatalaksa naan