• Tidak ada hasil yang ditemukan

Efektivitas Pelayanan Sosial Anak di Bidang Pendidikan di Panti Asuhan Yayasan Amal-Sosial Al-Washliyah Kelurahan Gedung Johor Kecamatan Medan Johor

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Efektivitas Pelayanan Sosial Anak di Bidang Pendidikan di Panti Asuhan Yayasan Amal-Sosial Al-Washliyah Kelurahan Gedung Johor Kecamatan Medan Johor"

Copied!
95
0
0

Teks penuh

(1)

EFEKTIVITAS PELAYANAN SOSIAL ANAK Di BIDANG PENDIDIKAN

Di PANTI ASUHAN YAYASAN AMAL-SOSIAL AL-WASHLIYAH KELURAHAN GEDUNG JOHOR KECAMATAN MEDAN JOHOR

SKRIPSI

Diajukan Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Sosial Universitas Sumatera Utara

Oleh :

DODI SETIADI LASE 070902009

DEPARTEMEN ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

(2)

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

HALAMAN PERSETUJUAN

Skripsi disetujui untuk dipertahankan oleh :

Nama : Dodi Setiadi Lase NIM : 070902009

Departemen : Ilmu Kesejahteraan Sosial

Judul : Efektivitas pelayanan sosial anak di Bidang Pendidikan di Panti Asuhan Yayasan Amal-Sosial Al-Washliyah Kelurahan Gedung Johor Kecamatan Medan Johor

Medan, Juli 2012

PEMBIMBING

Drs. Edward, M.SP Nip. 1975509211985031003

KETUA DEPARTEMEN

Hairani Siregar. S.sos. M.SP Nip. 197109271998012001

DEKAN FISIP USU

(3)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK DEPARTEMEN ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL NAMA : DODI SETIADI LASE

NIM : 070902009

ABSTRAK

Efektivitas Pelayanan Sosial Anak di Bidang Pendidikan di Panti Asuhan Yayasan Amal-Sosial Al-Washliyah Kelurahan Gedung Johor Kecamatan

Medan Johor

(Skripsi ini terdiri dari 6 bab, 78 halaman, 26 tabel, dan 1 bagan)

Anak terlantar merupakan salah satu penyandang masalah kesejahteraan sosial yang eksis di semua masyarakat. Terdapat berbagai masalah sosial yang menjadi penyebab ketelantaran anak, misalnya masalah sosial ekonomi, masalah sosial psikologi, dan orangtua yang tidak bertanggung jawab akan kewajiban memenuhi kebutuhan anak-anaknya. Tidak dapat dipungkiri bahwa sebagian besar ketelantaran anak berkaitan langsung dengan lemahnya kondisi sosial ekonomi keluarga, sehingga orangtua tidak mampu memenuhi kebutuhan anak. Ketelantarannya ini yang menyebabkan anak tidak mempunyai kesempatan yang cukup untuk dapat tumbuh dan berkembang secara wajar baik secara jasmani, rohani, maupun sosial. Penanganan masalah kesejahteraan sosial anak sudah banyak dilakukan oleh pemerintah maupun swasta baik melalui sistem sosial panti dan non-panti. Salah satu cara yang dilakukan untuk menanggulangi hal ini adalah dengan adanya Panti Asuhan yang bersedia menampung anak-anak terlantar tersebut, dimana fasilitas yang diberikan sama seperti anak-anak lainnya

Penelitian ini dilakukan di Panti Asuhan Yayasan Amal-Sosial Al-Washliyah Kelurahan Gedung Johor Kecamatan Medan Johor. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Untuk memperoleh data yang diperlukan, maka penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan data studi pustaka dan studi lapangan yang terdiri dari observasi, wawancara, pengisian angket.

Hasil penelitian dapat diketahui bahwa anak asuh yang berada di Panti Asuhan Al-Washliyah ini mendapat perlakuan pengasuhan yang cukup memadai. Hal ini terlihat dari hubungan yang terjalin dengan baik antara pengasuh Panti dengan anak asuh yang mau menerima mereka dan membuat mereka seperti keluarga sendiri dan perkembangan anak dari segi jasmani, rohani, sosial berkembang dengan baik.

(4)

UNIVERSITY OF NORTH SUMATRA

FACULTY OF SOCIAL AND POLITICAL SCIENCE DEPARTMENT OF SOCIAL WALFARE

NAME : DODI SETIADI LASE NIM : 070902009

ABSTRACT

Effectiveness in the Field of Social Services Children's Education Foundation at Orphanage Social Charity Al-Washliyah Village District Field House

Johor Sub-Distict Medan Johor

(This thesis is composed of 6 chapters, 78 pages, 26 tables, and 1 chart)

Neglected children is one of social welfare problems that exist in all societies. There are many social problems that cause child neglect, such as socio-economic issues, social psychology, and parents are not responsible for the obligation to meet the needs of their children. It is inevitable that the majority of child neglect directly related to poor socioeconomic conditions of families, so parents are not able to meet the needs of children. Ketelantarannya is causing the child does not have enough opportunities to grow and develop naturally either physically, spiritually, and socially. Handling of child welfare has been done by both government and private sector through the social system and non-nursing home. One way to do to overcome this is to the orphanage who are willing to accommodate the displaced children, which provided the same facilities as other children

The research was conducted at the Orphanage Foundation for Socio-Al-Amal Village Washliyah Medan District of Johor Johor House. This research uses descriptive method with qualitative approach. To obtain the necessary data, this study uses data collection techniques literature study and field study consisting of observation, interview, questionnaire filling.

The results can be seen that foster children residing in Al-Washliyah Orphanage is treated with adequate care. This is evident from the relationship between caregiver Panti well with foster children who would accept them and make them like family and child development in terms of physical, spiritual, social well-developed.

(5)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada TUHAN YANG MAHA ESA

dimana atas berkat dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi

ini dengan baik. Adapun judul skripsi ini adalah “Efektivitas pelayanan sosial

anak di Bidang Pendidikan di Panti Asuhan Yayasan Amal-Sosial Al-Washliyah Kelurahan Gedung Johor Kecamatan Medan Johor ”.

Skripsi ini disusun untuk diajukan sebagai salah satu syarat untuk mencapai

gelar Sarjana Sosial pada Departemen Ilmu Kesejahteraan Sosial Fakultas Ilmu

Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara. Selama penyusunan skripsi

ini penulis menyadari akan sejumlah kekurangan dan kelemahan, untuk itu penulis

membuka diri untuk saran dan kritik yang dapat membangun guna perbaikan

dimasa akan datang.

Pada kesempatan ini, Penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada

semua pihak yang membantu dalam penyelesaian skripsi ini, dan secara khusus

Penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Badaruddin, M.si., selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan

Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara Medan.

2. Ibu Hairani Siregar, S.Sos, MSP selaku Ketua Departemen Ilmu

Kesejahteraan Sosial Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas

Sumatera Utara.

3. Bapak Drs. Edward, MSP selaku dosen pembimbing yang telah bersedia

menyediakan waktu dan tenaga untuk membimbing penulis serta memberi

(6)

4. Seluruh Bapak dan Ibu Dosen serta Pegawai Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu

Politik Universitas Sumatera Utara untuk segala ilmu pengetahuan,

bimbingan, dan jasa-jasanya hingga penulis dapat menyelesaikan

perkuliahan.

5. Kepada pimpinan Panti Asuhan Al-Washliyah yang telah memberikan

izin penelitian di Panti tersebut, kepada seluruh Pengurus Panti serta

kepada seluruh adik-adik responden yang telah membantu memberikan

data dan informasi yang dibutuhkan oleh penulis.

6. Kedua Orangtua saya, Bapak S. Lase dan Mama tercinta R. Telaumbanua

yang telah mendidik, memberikan motivasi, bantuan moril dan materil

selama perkuliahan hingga sampai ke tahap penyelesaian skripsi ini.

Cucuran keringat dan air mata kalian tidak akan saya lupakan. Terima

kasih buat semua doa ayah dan ibu yang senantiasa mengiringi langkahku.

Terima kasih buat ayah dan ibuku tercinta. Moga kita tetap dalam

lindunganNya.

7. Buat ketiga abangku, bang Asser, bang Ancen, dan bang Haga, serta

adikku Dian.

8. Buat teman-teman 07 kessos, Kristina, Zahara, Bill, dan teman-teman

yanh lain, terimakasih buat persahabatan kita selama ini, moga kita selalu

sukses kedepannya, dan teman-teman yang tak tersebutkan satu persatu,

terimakasih atas dukungannya.

9. Buat abang dan kakak senior di kampus yang sudah memberikan

dukungan kepada penulis, yang selalu setia menemani dan memberikan

(7)

10.Buat junior (adek-adek kelas) stambuk ’08, stambuk’09, stambuk’10 dan

stambuk ’11 yang tak tersebutkan satu persatu, terimakasih atas dukungan

dan doa kalian kepada ku.

11.Buat kawan-kawan jurusan yang lain di Fisipol yang tak tersebutkan satu

persatu, makasih banyak atas dukungan dan persahabatan kita selama ini,

terutama Anugrah, Edy, Indri, Natasha, Perdana, dan lain-lain.

12.Untuk seluruh komponen pelayanan UKM KMK UP PEMA FISIP yang

tak tersebutkan satu persatu, terima kasih untuk dukungan dan doa kalian

yang sangat berarti untukku.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih banyak terdapat

kekurangan dan jauh dari kesempurnaan. Untuk itu dengan segala kerendahan

hati, penulis mengharapkan saran dan kritik yang benar-benar konstruktif dari

semua pihak, agar skripsi ini dapat lebih baik lagi. Semoga skripsi ini dapat

memberikan manfaat bagi rekan-rekan mahasiswa dan semua pihak yang

membutuhkannya.

Medan, Juli 2012 Penulis,

(8)

DAFTAR ISI

JUDUL ……….

HALAMAN PERSETUJUAN ………...

ABSTRAK ……….

KATA PENGANTAR ……….

DAFTAR ISI ………. DAFTAR TABEL DAN BAGAN ………. LAMPIRAN ……….

BAB I PENDAHULUAN ……… 1

1.1. Latar Belakang Masalah ... 1

1.2. Perumusan Masalah ... 8

1.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 8

1.3.1 Tujuan Penelitian ... 8

1.3.2 Manfaat Penelitian ... 8

1.4. Sistematika Penulisan ... 9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 10

2.1 Pengertian Efektivitas ……… 10

2.2 Pengertian Pelayanan Sosial ……… 11

2.2.1 Klisifikasi Pelayanan Sosial ……… 13

2.2.2 Program-Program Pelayanan Sosial ……… 14

(9)

2.3 Panti Asuhan ……… 17

2.3.1 Pengertian Panti Asuhan ……… 17

2.3.2 Tujuan Panti Asuhan ……… 18

2.3.3 Fungsi Panti Asuhan ……… 19

2.4 Kerangka Pemikiran ……… 19

2.5 Defenisi Konsep dan Operasional ……… 23

2.5.1 Defenisi Konsep ……… 23

2.5.2 Defenisi Operasional ……… 24

BAB III METODE PENELITIAN ……….. 26

3.1 Tipe Penelitian ………... 26

3.2 Lokasi Penelitian ………... 26

3.3 Populasi dan Sampel ………... 27

3.3.1 Populasi ………... 27

3.3.2 Sampel ………... 27

3.4 Teknik Pengambilan Data ………... 28

3.5 Teknik Analisa Data ………... 29

BAB IV DESKRIPTIF LOKASI PENELITIAN ……… 30

4.1 Latar Belakang Berdirinya Panti ……… 30

4.1.1 Sejarah Awal Al-Washliyah ……… 30

4.1.2 Pendirian Al-Washliyah ……… 31

4.1.3 Berdirinya Panti Asuhan Al-Washliyah ……… 32

(10)

4.3 Visi, Misi, dan Tujuan ……… 34

4.3.1 Visi ……… 34

4.3.2 Misi ……….. 35

4..3.3 Tujuan ……….. 35

4.4 Biodata Lengkap Panti ……….. 36

4.5 Pengurus Panti ……….. 37

4.6 Pelayanan Kebutuhan Anak ……….. 38

4.6.1 Pelayanan Rutin Anak Asuh ……….. 38

4.6.2 Sarana Pendukung Pelayanan ……….. 41

4.7 Pembiayaan Anak Asuh ……….. 43

BAB V ANALISA DATA ………. 46

5.1 Analisa Identitas Responden ……….. 47

5.2 Analisa Jawaban Responden ……….. 50

5.2.1 Pengasuhan ……….. 50

5.2.2 Pendidikan ……….. 59

5.2.3 Kemandirian Anak ……….. 70

BAB VI PENUTUP 6.1 Kesimpulan ……… 76

(11)

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Keadaan Anak Berdasarkan Usia ……… 38

Tabel 4.2 Keadaan Anak Berdasarkan Registrasi ……… 39

Tabel 4.3 Keadaan Anak Berdasarkan Tingkat Pendidikan ……… 40

Tabel 4.4 Sarana Perlengkapan di Panti Asuhan Al-Washliyah …… 41

Tabel 4.5 Operasional Rutin Perbulan/Pertahun ……… 43

Tabel 4.6 Sumber Dana/Sumber Pemasukan ……… 44

Tabel 5.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin …… 47

Tabel 5.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Suku ……… 48

Tabel 5.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Agama ……… 49

Tabel 5.4 Tabel Distribusi Responden Berdasarkan Pihak Yang Membawa ke

Panti Asuhan Al-Washliyah ……… 50

Tabel 5.5 Tabel Distribusi Responden Berdasarkan Fasilitas Mencukupi

Kebutuhan ……… 51

Tabel 5.6 Tabel Distribusi Responden Berdasarkan Kecukupan Kebutuhan

Jasmani ……… 52

Tabel 5.7 Tabel Distribusi Responden Berdasarkan Hubungan Dengan Pengasuh

……… 54

Tabel 5.8 Tabel Distribusi Responden Berdasarkan Hubungan Dengan Sesama

Anak Asuh ……… 55

Tabel 5.9 Tabel Distribusi Responden Berdasarkan Perhatian Pengasuh Ketika

(12)

Tabel 5.10 Tabel Distribusi Responden Berdasarkan Pihak Yang Memilih Sekolah

………... 59

Tabel 5.11 Tabel Distribusi Responden Berdasarkan Perasaan Senang Dengan

Sekolah ………... 60

Tabel 5.12 Tabel Distribusi Responden Berdasarkan Kepuasaan Terhadap

Fasilitas di Sekolah ……… 62

Tabel 5.13 Tabel Distribusi Responden Berdasarkan Pemberian Perlengkapan

Sekolah oleh Panti Asuhan Al-Washliyah ……… 63

Tabel 5.14 Tabel Distribusi Responden Berdasarkan Pernah Mendapatkan Prestasi

di Sekolah ……… 65

Tabel 5.15 Tabel Distribusi Responden Berdasarkan Mendapatkan Pendidikan

Tambahan Selain di Sekolah ……… 66

Tabel 5.16 Tabel Distribusi Responden Berdasarkan Pemahaman Terhadap Materi

Pendidikan Tambahan ……… 68

Tabel 5.17 Tabel Distribusi Responden Berdasarkan Kegiatan Mencuci dan

Menyetrika Pakaian Sendiri ……… 70

Tabel 5.18 Tabel Distribusi Responden Berdasarkan Berapa Kali Mencuci dan

Menyetrika Pakaian Dalam Seminggu ……… 71

Tabel 5.19 Tabel Distribusi Responden Berdasarkan Sering Mengerjakan

Kegiatan Menyapu dan Mengepel ……… 72

Tabel 5.20 Tabel Distribusi Responden Berdasarkan Sering Mengikuti Ibadah di

(13)

DAFTAR BAGAN

Bagan 1 Kerangka Pemikiran Secara Sistematis ……… 22

(14)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK DEPARTEMEN ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL NAMA : DODI SETIADI LASE

NIM : 070902009

ABSTRAK

Efektivitas Pelayanan Sosial Anak di Bidang Pendidikan di Panti Asuhan Yayasan Amal-Sosial Al-Washliyah Kelurahan Gedung Johor Kecamatan

Medan Johor

(Skripsi ini terdiri dari 6 bab, 78 halaman, 26 tabel, dan 1 bagan)

Anak terlantar merupakan salah satu penyandang masalah kesejahteraan sosial yang eksis di semua masyarakat. Terdapat berbagai masalah sosial yang menjadi penyebab ketelantaran anak, misalnya masalah sosial ekonomi, masalah sosial psikologi, dan orangtua yang tidak bertanggung jawab akan kewajiban memenuhi kebutuhan anak-anaknya. Tidak dapat dipungkiri bahwa sebagian besar ketelantaran anak berkaitan langsung dengan lemahnya kondisi sosial ekonomi keluarga, sehingga orangtua tidak mampu memenuhi kebutuhan anak. Ketelantarannya ini yang menyebabkan anak tidak mempunyai kesempatan yang cukup untuk dapat tumbuh dan berkembang secara wajar baik secara jasmani, rohani, maupun sosial. Penanganan masalah kesejahteraan sosial anak sudah banyak dilakukan oleh pemerintah maupun swasta baik melalui sistem sosial panti dan non-panti. Salah satu cara yang dilakukan untuk menanggulangi hal ini adalah dengan adanya Panti Asuhan yang bersedia menampung anak-anak terlantar tersebut, dimana fasilitas yang diberikan sama seperti anak-anak lainnya

Penelitian ini dilakukan di Panti Asuhan Yayasan Amal-Sosial Al-Washliyah Kelurahan Gedung Johor Kecamatan Medan Johor. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Untuk memperoleh data yang diperlukan, maka penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan data studi pustaka dan studi lapangan yang terdiri dari observasi, wawancara, pengisian angket.

Hasil penelitian dapat diketahui bahwa anak asuh yang berada di Panti Asuhan Al-Washliyah ini mendapat perlakuan pengasuhan yang cukup memadai. Hal ini terlihat dari hubungan yang terjalin dengan baik antara pengasuh Panti dengan anak asuh yang mau menerima mereka dan membuat mereka seperti keluarga sendiri dan perkembangan anak dari segi jasmani, rohani, sosial berkembang dengan baik.

(15)

UNIVERSITY OF NORTH SUMATRA

FACULTY OF SOCIAL AND POLITICAL SCIENCE DEPARTMENT OF SOCIAL WALFARE

NAME : DODI SETIADI LASE NIM : 070902009

ABSTRACT

Effectiveness in the Field of Social Services Children's Education Foundation at Orphanage Social Charity Al-Washliyah Village District Field House

Johor Sub-Distict Medan Johor

(This thesis is composed of 6 chapters, 78 pages, 26 tables, and 1 chart)

Neglected children is one of social welfare problems that exist in all societies. There are many social problems that cause child neglect, such as socio-economic issues, social psychology, and parents are not responsible for the obligation to meet the needs of their children. It is inevitable that the majority of child neglect directly related to poor socioeconomic conditions of families, so parents are not able to meet the needs of children. Ketelantarannya is causing the child does not have enough opportunities to grow and develop naturally either physically, spiritually, and socially. Handling of child welfare has been done by both government and private sector through the social system and non-nursing home. One way to do to overcome this is to the orphanage who are willing to accommodate the displaced children, which provided the same facilities as other children

The research was conducted at the Orphanage Foundation for Socio-Al-Amal Village Washliyah Medan District of Johor Johor House. This research uses descriptive method with qualitative approach. To obtain the necessary data, this study uses data collection techniques literature study and field study consisting of observation, interview, questionnaire filling.

The results can be seen that foster children residing in Al-Washliyah Orphanage is treated with adequate care. This is evident from the relationship between caregiver Panti well with foster children who would accept them and make them like family and child development in terms of physical, spiritual, social well-developed.

(16)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Anak adalah makhluk sosial seperti juga orang dewasa. Anak

membutuhkan orang lain untuk dapat membantu mengembangkan

kemampuannya, karena anak lahir dengan segala kelemahan sehingga tanpa orang

lain anak tidak mungkin dapat mencapai taraf kemanusiaan yang normal. Anak

juga merupakan mahkluk sosial, dimana perkembangan sosial anak,

membutuhkan pemeliharaan, kasih sayang dan tempat bagi perkembangannya.

Anak juga mempunyai perasaan, pikiran, kehendak tersendiri yang semuanya itu

merupakan totalitas psikis dan sifat-sifat serta struktur yang berlainan pada

tiap-tiap fase perkembangan pada masa kanak-kanak. Perkembangan pada suatu fase

merupakan dasar bagi fase selanjutnya (http ://duniapsikologi . dagdigdug. com

diakses tanggal 7 Desember 2011 pukul 15: 37 wib).

Masa kanak-kanak merupakan bagian terpenting dari seluruh proses

pertumbuhan manusia, karena pada masa kanak-kanaklah sesungguhnya karakter

dasar seseorang dibentuk baik yang bersumber dari fungsi otak maupun

emosionalnya. Berkualitastidaknya seseorang di masa dewasa sangat dipengaruhi

oleh proses pengasuhan dan pendidikan yang diterima di masa kanak-kanak.

Dengan kata lain, kondisi seseorang di masa dewasa adalah merupakan hasil dari

proses pertumbuhan yang diterima di masa anak-anak.

Menurut Konvensi Hak Anak (KHA) (Joni dan Tanamas, 1999:135)

pengertian anak dibatasi pada usia sebelum 18 tahun, sebagaimana disebutkan

(17)

berdasarkan undang-undang yang berlaku bagi anak ditentukan bahwa usia

dewasa dicapai lebih awal, kewajiban orang tua mengasuh dan mendidik

anak-anaknya sampai dengan mereka berusia 18 tahun”. Setelah usia tersebut

diasumsikan bahwa anak sudah menjadi dewasa, sehingga tidak lagi menjadi

tanggungan orang tua, meskipun secara ekonomi dan psikis seringkali masih

bergantung pada orang tuanya karena kedewasaannya belum matang.

Faktor-faktor dominan yang mempengaruhi pembentukan dan

pertumbuhan anak adalah orang tua, sekolah dan lingkungan. Ketiga faktor

tersebut merupakan kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Dalam konteks

pengasuhan dan perlindungan anak, orang tua dan keluarga mempunyai peran

sentral, karena dalam hal ini anak sangat tergantung pada orang dewasa. Bagi

anak yang memiliki orang tua, pengasuhan anak menjadi tanggung jawab orang

tuanya, tetapi bagi anak-anak terlantar dan yang dalam kondisi tertentu tidak

memiliki orang tua, maka anak tersebut menjadi tanggung jawab negara.

Seperti yang telah diatur dalam UUD 1945 pasal 34 ayat 1 yang berbunyi

“fakir miskin dan anak-anak terlantar dipelihara oleh negara”. Dalam hal ini

negara dapat melakukan berbagai usaha agar anak yang terlantar tersebut

mendapatkan penghidupan yang layak. Usaha tersebut diantaranya adalah

mencarikan keluarga alternatif melalui hukum adopsi atau lembaga asuh

pengganti keluarga agar mereka dapat berkembang sebagaimana layaknya

anak-anak yang hidup dalam keluarganya yang asli.

Setiap anak selama dalam pengasuhan orang tua, wali atau pihak yang

bertanggung jawab atas pengasuhan, berhak mendapat perlindungan dari

(18)

kekejaman, kekerasan dan penganiayaan, ketidakadilan dan perlakuan salah

lainnya (http://www. fatayat. or. Id diakses tanggal 7 Desember 2011 pukul 16: 30

wib).

Sesuai data Departemen Sosial, jumlah anak terlantar di Indonesia pada

2008 mencapai 2.815.393 anak. Jumlah terbanyak di Jawa Timur sebanyak

347.297 anak, Sumatera Utara 333.113 anak, Jawa Barat 246.490 anak, Jawa

Tengah 190.320 anak, dan Sumatera Selatan 146.381 anak. Jumlah anak terlantar

di DKI Jakarta sebanyak 14.804 anak (Tempo, 2008. http://www .tempointeraktif

.com, diakses tanggal 7 Desember 2011 pukul 16: 45 wib).

Hingga saat ini keadaan dan kondisi anak-anak terlantar tersebut masih

sangat memprihatinkan, bahkan anak-anak yang dipelihara di dalam suatu

lembaga atau panti asuhan pun belum mendapatkan kehidupan layak seperti yang

diharapkan. Hal ini disebapkan oleh banyak hal termasuk di antaranya karena

jumlah pengasuhan di panti asuhan anak di Indonesia masih sangat minim.

Kondisi itu membuat anak asuh di banyak panti asuhan di Tanah Air tidak

mendapat perhatian. Untuk itu, perlu ada sistem pengasuhan alternatif yang

berbasis kekeluargaan bagi anak-anak yang tidak memiliki orang tua. Sistem itu

bisa berdasarkan kekerabatan, perwalian, orang tua asuh, dan lain sebagainya

termasuk di dalamnya penerapan pelayanan sosial berbasis keluarga di yayasan

atau di panti asuhan-panti asuhan.

Berdasarkan penelitian Save The Childrent UNICEF dan Depsos mengenai

panti asuhan (YKAI, 2008) dari sekitar 8000 panti asuhan yang tersebar di seluruh

(19)

anak dengan maksimal dan keberadaan pengasuh profesional dengan jumlah

memadai belum diprioritaskan.

Berdasarkan penelitian tersebut mayoritas panti yang diteliti memiliki

rasio kurang dari satu staf berbanding 10 anak, selain itu pengasuh panti yang

bekerja secara penuh di panti asuhan relatif sedikit. Staf yang ditugaskan di panti

asuhan kebanyakan ditempatkan di berbagai posisi pada saat yang sama dan hanya

sedikit yang ditugaskan untuk benar-benar bekerja dengan anak

(http://www.jurnalnet.com diakses tanggal 7 Desember 2011 pukul 15: 05 wib).

Menurut hasil penelitian yang dilakukan oleh Save the Children tersebut

ditemukan bahwa dari seluruh anak yang tinggal di panti asuhan, hanya 6 persen

diidentifikasi sebagai anak yatim piatu, selebihnya memiliki salah satu atau kedua

orang tua. Sekitar 8000 panti asuhan yang tersebar diseluruh Indonesia hanya

sedikit diantaranya yang diselenggarakan oleh pemerintah Indonesia, lebih dari 99

persen panti asuhan diselenggarakan oleh masyarakat terutama organisasi

keagamaan (YKAI. 2008. http ://ykai.net/index .php?option=com, diakses tanggal

7 Desember 2011 pukul 17: 15 wib).

Pada kenyataannya, kebanyakan panti asuhan tidak memberikan

‘pengasuhan’ sama sekali, melainkan menyediakan akses pendidikan saja.

Penelitian tersebut juga menemukan bahwa hampir tidak ada penerapan tentang

adanya kebutuhan pengasuhan anak-anak baik sebelum, selama maupun selepas

mereka meninggalkan panti asuhan. Kriteria seleksi anak untuk masuk kepanti

asuhan sangat mirip di hampir semua panti asuhan. Mereka fokus kepada

anak-anak usia sekolah, keluarga miskin, keluarga yang kurang beruntung dan yang

(20)

Temuan lapangan lainnya, peneliti menemukan bahwa pada kenyataannya,

‘pengasuhan’ di panti asuhan sangat kurang. Hampir semua fokus ditujukan untuk

memenuhi kebutuhan kolektif, khususnya kebutuhan materi sehari-hari sementara

kebutuhan emosional dan pertumbuhan anak-anak tidak dipertimbangkan. Sekali

anak-anak memasuki panti asuhan, mereka diharapkan untuk tinggal di sana

sampai lulus dari SMA kecuali mereka melanggar peraturan atau tidak berprestasi

di sekolah.

Selama menempati panti asuhan, bahkan selama 12 tahun, hubungan

dengan keluarga terbatas. Kebanyakan panti asuhan membolehkan anak-anak

pulang ke rumah hanya sekali setahun pada hari raya, itupun kalau mereka

menginginkannya. Anak-anak berhak tumbuh dan berkembang bersama

keluarganya dan berhak mendapatkan pendidikan. Anak dan keluarganya tidak

boleh diminta memilih dua hak tersebut. Selanjutnya diketahui juga bahwa

pengasuhan dimengerti dalam konteks merespon masalah dan terkait isu-isu

disiplin, sehingga panti asuhan membuat peraturan yang cukup ketat dan hukuman

fisik dan pelecehan banyak ditemukan.

Untuk itu diharapkan adanya panti asuhan yang memiliki kebijakan

perlindungan anak atau mekanisme untuk mengidentifikasi, mencegah, dan

merespon kekerasan terhadap anak. Penelitian ini memasukkan sejumlah

rekomendasi untuk menanggapi kebutuhan mencegah penempatan anak di panti

asuhan yang tidak perlu dan meningkatkan kualitas pelayanan dan pengasuhan

yang diberikan oleh pihak panti asuhan.

Panti Asuhan Yayasan Amal-Sosial Al-Washliyah Medan Johor

(21)

anak asuh yang berbasis pendidikan dan agama islam. Anak-anak diharapkan

mempunyai wawasan pengetahuan yang tinggi yang disertai dengan penanaman

nilai agama yang berimbanng. Anak asuh baru di lepas ketika telah lulus dari

Sekolah Menengah Atas (SMA) di tempat si anak diasuh, atau ketika si anak

sudah bisa mandiri, karena pihak panti hanya bisa mengasuh si anak hanya sampai

lulus SMA. Selain itu juga adanya keterbatasan dari pihak panti ketika si anak

sudah beranjak dewasa.

Panti Asuhan Yayasan Amal-Sosial Al-Washliyah didirikan di Medan

Johor pada tahun 1969 dan bersifat berdiri sendiri atau tidak terikat dengan

Yayasan Al-Washliyah Pusat. Panti Asuhan Yayasan Amal-Sosial Al-Washliyah

Medan Johor sudah mengasuh ratusan anak dari berbagai latar belakang, dari

anak terlantar sampai anak yatim yang tidak lagi mempunyai tempat tinggal. Pola

pengasuhan yang dilakukan oleh Panti Asuhan Yayasan Amal-Sosial

Al-Washliyah Medan Johor yaitu dengan memberikan pendidikan formal sampai

lulus SMA dan pendidikan agama islam yang dilakukan dalam bentuk pengajian

malam yang dilakukan dua kali dalam seminggu.

Panti Asuhan Yayasan Amal-Sosial Al-Washliyah Medan Johor

membuka sekolah selain untuk anak asuhnya, juga anak-anak yang berada

disekitar tempat panti diperbolehkan mendaftar dan ikut belajar bersama-sama

dengan anak asuhan di panti tersebut. Tujuannya agar anak asuh tidak terlalu

canggung bersosialisasi dengan anak-anak yang berada di luar panti dan juga

anak-anak luar panti tidak memandang rendah anak-anak asuh yang ada di dalam

(22)

mengejek anak panti dan memandang rendah dengan cara tidak mau

bercakap-cakap dengan anak panti.

Didalam Panti Asuhan Yayasan Amal-Sosial Al-Washliyah Medan Johor,

anak-anak asuhan diberi tempat tinggal berupa kamar besar seperti asrama, untuk

anak laki-laki dan perempuan dibuat terpisah karena sesuai dengan agama islam

manusia yang berlainan jenis tidak boleh berada dalam satu ruangan. Kehidupan

didalam panti itu sendiri cukup harmonis dimana mereka sudah seperti saudara

sendiri yang seperti pada anak-anak umumnya dan yang membedakan mereka

hanya mereka tidak mempunyai orangtua dan tidak mempunyai tempat tinggal

sendiri.

Konsep Panti Asuhan Yayasan Amal-Sosial Al-Washliyah Medan Johor

adalah membantu mengasuh dan memberi masa depan yang cerah bagi anak-anak

yatim piatu dan kurang beruntung dan memberikan kembali kasih sayang melalui

rumah tinggal, keluarga dan kehidupan yang memadai agar kelak anak memiliki

kehidupan yang mandiri. Membantu anak untuk membentuk masa depannya

sendiri, dan memberi kesempatan kepada anak untuk berkembang dalam

masyarakat

Bertitik tolak dari latar belakang diatas, maka penulis tertarik untuk

mengkaji lebih dalam mengenai program pelayanan sosial yang dilaksanakan oleh

Panti Asuhan Yayasan Amal-Sosial Al-Washliyah yang berada di Medan Johor

dengan mengangkat judul “Efektivitas Pelayanan Sosial Anak di Panti Asuhan

(23)

1.2. Perumusan Masalah

Masalah adalah bagian pokok dari kegiatan penelitian (Arikunto, 1998:

47). Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka penulis merumuskan

masalah dalam penelitian ini yaitu “Sejauh mana efektivitas pelayanan sosial anak

di Panti Asuhan Yayasan Amal-Sosial Al-Washliyah Medan Johor ?”

1.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.3.1 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui efektivitas

program pelayanan sosial bagi anak asuh di Panti Asuhan Yayasan Amal-Sosial

Al-Washliyah Medan Johor.

1.3.2 Manfaat Penelitian

Adapun yang menjadi manfaat dari penelitian ini adalah:

1) Secara akademis, dapat memberikan sumbangan yang positif terhadap

pengembangan Ilmu Kesejahteraan Sosial secara nyata mengenai konsep

pelayanan sosial.

2) Secara teoritis, dapat mempertajam kemampuan penulis didalam bidang

penulisan karya ilmiah dan menanbah khasanah penukis tentang

efektivitas pelayanan.

(24)

1.4. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan dalam penelitian ini adalah:

BAB I : PENDAHULUAN

Bab ini berisikan latar belakang masalah, perumusan masalah,

tujuan dan manfaat penelitian serta sistematika penulisan.

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA

Bab ini menguraikan secara teoritis tinjauan-tinjauan yang

berkaitan dengan penelitian yang dilakukan, kerangka pemikiran,

definisi konsep dan definisi operasional.

BAB III : METODE PENELITIAN

Bab ini berisikan tentang tipe penelitian, lokasi penelitian,

populasi dan sampel, teknik pengumpulan data serta teknik

analisis data.

BAB IV : DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

Bab ini berisikan sejarah singkat serta gambaran umum lokasi

penelitian dan data-data lain yang turut memperkaya karya ilmiah

ini.

BAB V : ANALISA DATA

Bab ini berisikan tentang uraian data yang diperoleh dari hasil

penelitian beserta dengan analisisnya.

BAB VI : PENUTUP

Bab ini berisikan kesimpulan dan saran yang bermanfaat

(25)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Efektifitas

Dalam setiap organisasi, efektivitas merupakan unsur pokok untuk

mencapai tujuan atau sasaran yang telah ditentukan. Menurut Barnard, bahwa

efektivitas adalah tercapainya sasaran yang telah disepakati bersama. (Barnard,

1992:27)

Dalam Ensklopedia umum (1977: 129), disebutkan bahwa efektivitas

menunjukkan taraf tercapaunya suatu tujuan. Usaha dikatakan efektif jika usaha

itu mencapai tujuannya secara ideal, taraf intensitas dapat dikatakan dengan

ukuran yang agak pasti.

Menurut Cambel, J.P, pengukuran efektivitas secara umum dan yang paing

menonjol adalah:

1) Keberhasilan program.

2) Keberhasilan sasaran.

3) Keputusan terhadap program.

4) Tingkat input dan output.

5) Pencapaian tujuan menyeluruh (Cambel, 1989:121).

Sehingga efektivitas program dapat dijalankan dengan kemampuan

operasional dalam melaksanakan program-program kerja yang sesuai dengan

(26)

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, efektivitas (kata benda) berasal

dari kata dasar efektif (kata sifat). Dimana efektif adalah:

1) ada efeknya (akibatnya, pengaruhnya, kesannya)

2) manjur atau mujarab (seperti obat)

3) dapat membawa hasil; berhasil guna (seperti usaha, tindakan)

4) mulai berlaku (seperti undang-undang, peraturan)

(Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi Ketiga tahun 2003:284)

Efektivitas dalam dunia riset ilmu-ilmu sosial dijabarkan dengan jumlah

penemuan atau produktivitas, dimana bagi sejumlah sarjana sosial efektivitas

sering kali ditinjau dari sudut kualitas pekerjaan atau program kerja. Singkatnya

efektivitas memiliki arti yang berbeda bagi setiap orang, tergantung pada

kerangka acuan yang dipakai. Mengingat keanekaragaman pendapat mengenai

sifat dan komposisi dari efektivitas tersebut, maka tidaklah mengherankan jika

sekian banyak pemdapat mengalami pertentangan sehubungan dengan cara

meningkatkannya, cara mengatur, dan bahkan csra menetukan indikatot dari

efektivitas.

2.2 Pengertian Pelayanan Sosial

Pelayanan sosial terdiri dari dua kata, yaitu pelayanan dan sosial.

Pelayanan berarti usaha pemberian bantuan atau pertolongan kepada orang lain,

baik materi dan non materi agar orang itu dapat mengatasi masalahnya sendiri.

Dapat disimpulkan dari batasan tersebut bahwa pelayanan bukan hanya pemberian

berupa uang, makanan, sandang, perumahan, dan lain-lain yang bersifat materi

(27)

kawan, yaitu : 1) suatu badan umum ke arah kehidupan bersama manusia dan

masyarakat, 2) suatu petunjuk ke arah usaha-usaha menolong orang miskin dan

sengsara (Soetarso, 1977:78)

Selanjutnya Syarif Muhidin memberikan defenisi pelayanan sosial dalam

arti luas dan sempit, yaitu:

1) Pelayanan dalam arti luas adalah pelayanan sosial yang mencakup fungsi

pengembangan termasuk pelayanan sosial dalam bidang pendidikan,

kesehatan tenaga kerja, dan sebagainya.

2) Pelayanan dalam arti sempit adalah pelayanan sosial yang mencakup

pertolongan dan perlindungan kepada golongan yang tidak beruntung..

Motif utama dalam pelayanan sosial adalah masyarakat mempunyai

tanggung jawab untuk membantu masyarakat yang lebih lemah dan kurang

beruntung serta memberikan perlindungan dengan pelayanan-pelayanan yang

tidak mungkin dupenuhi oleh mereka sendiri secara perorangan. Motif inilah yang

kemudian mendorong terbentuknya lembaga-lembaga pelayanan sosial seperti

yayasan yang berusaha membantu, menghibur, dan memberikan kepada kliennya

(28)

2.2.1 Klasifikasi Pelayanan Sosial

Pelayanan sosial sebagai suatu kegiatan yang terorganisir bertujuan untuk

membantu tercapainya penyesuaian timbal balik antara seseorang atau kelompok

dengan lingkungannya.

Klasifikasi pelayanan sosial dikemukakan oleh Alfred J. Khan dengan

berdasarkan pada fungsinya sebagai berikut, yaitu:

1. Pelayanan sosial untuk tujuan sosialisasi dan pengembangan.

Tujuan kegiatan ini adalah sosialisasi, menanamkan pemahaman akan

tujuan dan motivasi, serta meningkatkan mutu perkembangan kepribadian.

2. Pelayanan sosial untuk tujuan penyembuhan, pemberian bantuan,

rehabilitasi dan perlindungan sosial.

Pelayanan ini dapat berupa bntuan singkat, intensif dan pribadi sifatnya

dengan program-program perbaikan situasi lingkungan sosial, antar orang

atau unsur-unsur kepribadiannya juga termasuk pemulihan kemampuan

pelaksanaan peranan-peranan sosial individu.

3. Pelayanan sosial untuk membantu orang menjangkau dan menggunakan

pelayanan sosial yang sudah ada dan pemberian informasi dan nasihat.

Pelayanan sosial yang disusun dengan baik dan disampaikan dengan

efektif akan dapat memenuhi kebutuhan dan bahkan menciptakan

kepuasan.

Pelayanan sosial yang dilaksanakan secara luas dan mempunyai karakter

fundamental akan dapat memperluas perubahan sosial dan meningkatkan kondisi

(29)

2.2.2 Program-Program Pelayanan Sosial

Program-program pelayanan sosial merupakan bagian dari intervensi

kesejahteraan sosial. Pelayanan sosial melalui kegiatan-kegiatan atau intervensi

kasus yang dilanksanakan secara diindvidualisasikan, langsung, dan terorganisir

yang bertujuan membantu individu, kelompok, dan lingkungan sosial dalam upaya

mencapai penyesuaian.

Bentuk-bentuk pelayanan sosial sesuai dengan fungsi-fungsinya adalah

sebagai berikut:

1) Pelayanan akses, mencakup pelayanan informasi, rujukan pemerintah,

nasehat dan partisipasi. Tujuannya membantu orang agar dapat mencapai

atau menggunakan layanan yang tersedia.

2) Pelayanan terapi, mencakup pertolongan dan terapi, atau rehabilitasi,

termasuk didalamnya perlindungan dan perawatan. Misalnya, pelayanan

yang diberikan oleh badan-badan yang menyediakan konseling, pelayanan

kesejahteraan anak, pelayanan kesejahteraan sosial mendidik dan sekolah,

perawatan bagi orang-orang jompo dan lanjut usia.

3) Pelayanan sosialisasi dan pengembangan, misalnya taman penitipan bayi

dan anak, keluarga berencana, pendidikan keluarga, pelayanan rekreasi

bagi pemuda dan masyarakat yang dipusatkan atau community centre

(30)

2.2.3 Standart Pelayanan Sosial

Kata “standart” yang digunakan disini dapat berarti:

• Suatu norma bagi pelayanan sosial.

• Suatu bentuk norma atau peraturan tertentu yang sengaja disusun untuk

digunakan sebagai pedoman.

Adapun jenis standart pelayanan sosial itu adalah:

1) Standart minimum.

Standart ini digunakan apabila pemerintah menginginkan penetuan

persyaratan wajib untuk mempertahankan dan meningkatkan mutu

pelayanan sosial. Badan-badan sosial didorong untuk melampaui standart

minimum tersebut.

2) Standart maksimum.

Standart ini merupakan sasaran pencapaian mutu pelayanan tertinggi yang

ditentukan oleh pemerintah selama jangka waktu tertentu. Standart

maksimum ini dapat digunakan dalam perencanaan sosial jangka panjang.

3) Standart realistis.

Standart ini lebih banyak berfungsi sebagai pedoman dan oleh karenanya

tidak mempunyai kkuatan memaksa. Tujuan utama standart ini adalah

(31)

Pelayanan sosial secara umum dapat dibagi dalam dua kategori yang

saling menunjang dan saling melengkapi yaitu pelayanan yang melalui panti dan

pelayanan diluar panti. Keduanya harus tercakup dalam standart yang berisikan:

1) Bangunan dan fasilitas lingkungannya.

Bangunan dan fasilitas lingkungan merupakan objek yang secara langsung

digunakan untuk menampung atau menyembuhkan penerima pelayanan.

Biasanya luas panti untuk satu orang klien digunakan sebagai standart lias

bangunan. Veifikasi, tata lampu, peralatan kesehatan, dan keselamatan

merupakan hal-hal yang dimaksudkan dalam jenis-jenis bangunan yang

akan dibangun.

2) Peralatan.

Peralatan ini mencakup tempat tidur, meja, kursi, dan lain-lain yang

digunakan baik secara perorangan maupun bersama-sama.

3) Pelayanan operasional.

Mencakup hal-hal sebagai berikut:

a. makanan (kalori, mutu, jenis menu, fasilitas dapur, perabotan

pecah belah dan lain-lain).

b. pakaian (jumlah fasilitas cucian, frekuensi pergantian)

c. kesehatan dan kebersihan.

(32)

4) Pelayanan professional.

Mencakup hal-hal sebagai berikut:

a. Asuhan (jumlah dan tugas-tugas pengasuh)

b. Pekerja sosial dan pelayanan professional lain yang terkait (jumlah

dan tugas-tugas pekerja sosial, psikolog, psikiater, perawat,

penyuluh, dan sebagainya).

c. Pelayanan pendidikan.

d. Latihan kerja

e. Pelayanan bimbingan lanjut

5) Tenaga.

Standart ini mencakup kualifikasi petugas, dan peremajaan, kondisi kerja,

perawatan kesehatan, dan jaminan-jaminan lainnya.

6) Administrasi.

Mencakup supervisi, latihan dan pengembangan petugas, pencatatan

tugas-tugas professional maupun pelayanan rutin, ketatausahaan keuangan,

peraturan-peraturan intern, hubungan dengan masyarakat dan sebagainya.

2.3. Panti Asuhan

2.3.1 Pengertian Panti Asuhan

Kamus Besar Bahasa Indonesia (Departemen Pendidikan Nasional,

2001:826) mendefinisikan panti asuhan sebagai rumahtempat memelihara dan

merawat anak yatim piatu dan sebagainya.

Departemen Sosial Republik Indonesia (1997:4) menjelaskan bahwa :Panti

(33)

tanggung jawab untuk memberikan pelayanan kesejahteraan sosial kepada anak

terlantar denganmelaksanakan penyantunan dan pengentasan anak

terlantar,memberikan pelayanan pengganti fisik, mental dan sosial padaanak asuh,

sehingga memperoleh kesempatan yang luas, tepatdan memadai bagi

perkembangan kepribadiannya sesuaidengan yang diharapkan sebagai bagian dari

generasi peneruscita-cita bangsa dan sebagai insan yang akan turut serta aktif

didalam bidang pembangunan nasional.Kesimpulan dari uraian di atas bahwa

panti asuhan merupakanlembaga kesejahteraan sosial yang bertanggung jawab

memberikan pelayanan penganti dalam pemenuhan kebutuhan fisik, mental

dansosial pada anak asuhnya, sehingga mereka memperoleh kesempatanyang luas,

tepat dan memadai bagi perkembangan kepribadian sesuaidengan harapan.

2.3.2. Tujuan Panti Asuhan

Tujuan panti asuhan menurut Departemen Sosial Republik Indonesia

(1997:6) yaitu:

1) Panti asuhan memberikan pelayanan yang berdasarkan pada profesi

pekerja sosial kepada anak terlantar dengan cara membantudan

membimbing mereka ke arah perkembangan pribadi yangwajar serta

mempunyai keterampilan kerja, sehingga merekamenjadi anggota

masyarakat yang dapat hidup layak dan penuhtanggung jawab, baik

terhadap dirinya, keluarga dan masyarakat.

2) Tujuan penyelenggaraan pelayanan kesejahteraan sosial anak di panti

asuhan adalah terbentuknya manusia-manusia yang berkepribadian matang

(34)

hidupnya dan hidup keluarganya.Dari uraian di atas dapat disimpulkan

bahwa tujuan pantiasuhan adalah memberikan pelayanan, bimbingan dan

keterampilankepada anak asuh agar menjadi manusia yang berkualitas.

2.3.3. Fungsi Panti Asuhan

Panti asuhan berfungsi sebagai sarana pembinaan dan pengentasan anak

terlantar. Menurut Departemen Sosial Republik Indonesia (1997:7) panti asuhan

mempunyai fungsi sebagai berikut:

1) Sebagai pusat pelayanan kesejahteraan sosial anak.Panti asuhan berfungsi

sebagai pemulihan, perlindungan, pengembangan dan pencegahan.

2) Sebagai pusat data dan informasi serta konsultasi kesejahteraansosial anak.

3) Sebagai pusat pengembangan keterampilan (yang merupakanfungsi

penunjang).Panti asuhan sebagai lembaga yang melaksanakan fungsi

keluarga dan masyarakat dalam perkembangan dan kepribadian anak-anak

remaja

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa fungsi panti asuhan

adalah memberikan pelayanan, informasi, konsultasi dan pengembangan

keterampilan bagi kesejahteraan sosial anak

2.4. Kerangka Pemikiran

Anak terlantar identik dengan kemiskinan sehingga bertambahnya

populasi mereka dapat menjadi indikator bertambahnya keluarga miskin.

(35)

menjadikan tempat apapun sebagai arena hidup termasuk pasar, kolong jembatan,

trotoar ataupun ruang terbuka yang ada.

Penanganan anak, seperti anak terlantar sering dimanfaatkan oleh

orang-orang yang tidak bertanggungjawab. Sementara anak jalanan berhak untuk

hidup, tumbuh, berkembang dan berpartisipasi secara wajar, sesuai dengan harkat

dan martabat kemanusiaan, serta mendapat perlindungan dari kekerasan dan

diskriminasi.

Dalam ketentuan pasal 1 ayat 1 Undang Undang No. 23 Tahun 2002

disebutkan bahwa anak adalah seseorang yang belum berusia 18 (delapan belas)

tahun, termasuk anak yang masih dalam kandungan. Kemudian anak terlantar

dijabarkan dalam dalam pasal 1 ayat 6 yakni yang dimaksud anak terlantar adalah

anak yang tidak terpenuhi kebutuhannya secara wajar, baik fisik, mental,

spiritual, maupun sosial. Sementara ketentuan yang lebih tinggi, yakni Undang

Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945 dalam pasal 28B ayat 2

disebutkan bahwa setiap anak berhak atas kelangsungan hidup, tumbuh, dan

berkembang, serta berhak atas perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi.

Dengan berbagai payung hukum yang telah diberikan berarti Negara

sebenarnya telah memberikan perlindungan terhadap keberadaan anak jalanan dan

terlantar tersebut. Namun dalam banyak hal seringkali masih terjebak dalam

paradigma lama, kuat dalam konsep, namun lemah dalam tataran implementasi.

Political will yang tidak kuat, serta kurangnya pemenuhan hak secara

komprehensif kepada anak terlantar menjadi alasan tingkat anak jalanan di

(36)

Oleh karena itu, selain dari peran pihak pemerintah diharapkan masyarakat

juga ikut berperan aktif dalam penanganan masalah anak terlantar juga disikapi

dengan serius. Dimana anak terlantar yang merupakan calon pemimpin bangsa

yang seharusnya mendapat kasih sayang dan pendidikan yang memadai, bukan

bekerja di jalanan demi menghasilkan uang dan agar mereka tetap bisa hidup.

Peran masyarakat juga turut andil dimana masyarakat bisa membina dan mengajar

anak-anak terlantar yang tidak mempunyai orangtua, kita bisa menjadi orangtua

asuh bagi mereka dengan membangun rumah singgah atau panti asuhan dimana

mereka merasa terlundungi dan merasakan kasih sayang yang sama dengan

anak-anak yang masih memiliki orangtua. Yang hasilnya diharapkan kelak anak-anak

terlantar dapat melaksanakan fungsi sosialnya dalam arti mampu berintegrasi

melalui komunikasi dan interaksi secara wajar dalam hidup bermasyarakat.

Salah satu panti asuhan yang terlibat langsung dalam hal pemberian

pelayanan sosial kepada anak terlantar adalah Panti Asuhan Yayasan Amal-Sosial

Al-Washliyah yang berlokasi di Medan Johor. Dimana panti asuhan ini membina

anak-anak terlantar dengan metode pembinaan melalui pendidikan formal dan

pendidikan agama islam. Proses pelayanan ini merupakan suatu upaya untuk

membina wawasan pengetahuan si anak dan berahklak mulia serta melaksanakan

(37)

Panti Asuhan Yayasan

Amal-Sosial Al-Washliyah

Bagan 1

Kerangka Pemikiran Secara Sistematis

Metode Pelayanan:

a. Pendidikan formal b. Pendidikan agama islam

Anak Asuhan (anak terlantar, fakir miskin, dan anak yatim piatu)

a. Perkembangan yang dihasilkan: Berwawasan luas

(38)

2.5. Defenisi Konsep dan Defenisi Operasional 2.5.1. Defenisi Konsep.

Konsep adalah istilah atau defenisi yang digunakan untuk

menggambarkan secara abstrak kejadian, peristiwa, keadaan kelompok atau

individu yang menjadi pusat perhatian (Singarimbun, 1989:33). Defenisi konsep

bertujuan untuk merumuskan istilah yang digunakan secara mendasar dan

menyamakan persepsi tentang apa yang akan diteliti serta menghindari salah

pengertian yang dapat mengaburkan tujuan penelitian.

Untuk lebih mengetahui pengertian yang jelas mengenai konsep-konsep

yang akan diteliti, maka peneliti memberikan batasan konsep yang akan

digunakan dalam penelitian ini, yaitu sebagai berikut:

1) Efektivitas adalah suatu pencapaian tujuan secara maksimal dengan sarana

yang dimiliki melalui program-program tertentu.

2) Pelayanan sosial adalah aktivitas yang terorgnisasi yang bertujuan untuk

membantu masyarakat untuk saling menyesuaikan diri dengan sesamanya

dan dengan lingkungan sosialnya agar berfungsi dengan baik.

3) Anak asuhan adalah anak yang hidup di jalanan yang tidak mempunyai

tempat tinggal dan anak yang mempunyai orangtua serta tempat tinggal

tetapi dititipkan ke panti asuhan untuk diasuh .

4) Panti Asuhan Yayasan Amal-Sosial Al-Washliyah adalah salah satu panti

pembinaan sosial yang terlibat pembinaan anak terlantar yang berlokasi di

Kota Medan Provinsi Sumatera Utara. Panti ini adalah sebuah panti yang

berlandaskan keagamaan dan pendidikan formal dalam pembinaan

(39)

2.5.2. Defenisi Operasional

Defenisi operasional adalah unsur penelitian yang memberitahukan

bagaimana cara mengukur suatu variabel (Singarimbun, 1989:63). Untuk melihat

variabel-variabel dan indicator-indikator dalam penelitian ini dapat dilihat dari

jenis pelayanan yang diberikan, yaitu sebagai berikut:

1. Metode pelayanan Panti Asuhan Yayasan Amal-Sosial Al-Washliyah

meliputi:

a. Pendidikan formal adalah jalur pendidikan yang terstruktur dan

berjenjang yang terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan

menengah dan pendidikan tinggi. Pendidikan diselenggarakan

dengan memberi keteladanan, membangun kemauan, dan

mengembangkan kreativitas peserta didik dalam proses

pembelajaran

b. Pendidikan agama Islam adalah upaya sadar dan terencana dalam

menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami,

menghayati, mengimani, bertakwa, berakhlak mulia, mengamalkan

ajaran agama Islam dari sumber utamanya kitab suci Al-Quran dan

Hadits, melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, latihan, serta

penggunaan pengalaman. Kemudian usaha sadar untuk

menyiapkan siswa agar memahami ajaran Islam (knowing),

terampil melakukan atau mempraktekkan ajaran Islam (doing), dan

(40)

2. Sarana dan prasarana fasilitas yang tersedia:

a. Gedung dan bangunan-bangunan

b. Tempat ibadah

c. Kegiatan olahraga

3. Kesejahteraan dan kemandirian anak binaan, meliputi:

a. Dapat berfungsi sosial atau mandiri dalam melayani dirinya

sendiri.

(41)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Tipe penelitian.

Tipe penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian

deskriptif yaitu suatu prosedur pemecahan masalah yang diselidiki dengan

menggambarkan keadaan subjek atau objek penelitian (seseorang, lembaga,

masyarakat, dan lain-lain) pada saat sekarang berdasarkan fakta-fakta yang

tampak atau sebagaimana adanya (Sanapiah 2009 : 20).

Dengan menggunakan tipe penelitian deskriptif peneliti ingin membuat

gambaran bagaimana keefektifan pelayanan yang diberikan Panti Asuhan

Yayasan Amal-Sosial Al-Washliyah Medan Johor dengan melakukan

pengamatan terhadap gejala, peristiwa, kondisi dan fasilitas yang tersedia.

3.2. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Panti Asuhan Yayasan Amal-Sosial

Al-Washliyah yang berlokasi di Jln. Karya Jaya no. 267 Kelurahan Gedung Johor

Kecamatan Medan Johor. Alasan peneliti memilih lokasi ini adalah karena

merupakan salah satu panti asuhan yang ada di kota medan yang dikelola oleh

pihak swasta yang memberikan pelayanan sosial bagi anak terlantar dan anak

(42)

3.3. Populasi dan Sampel 3.3.1. Populasi

Populasi adalah semua nilai baik hasil perhitungan maupun pengukuran

berdasarkan karakteristik tertentu mengenai sekelompok objek yang lengkap dan

jelas. Populasi dalam setiap penelitian harus disebutkan secara tersurat, yaitu yang

berkenaan dengan besarnya anggota populasi serta wilayah penelitian yang

dicakup (Husaini, 2009:42).

Populasi dalam penelitian ini adalah keseluruhan dari anak asuh yang

dibina oleh Panti Asuhan Yayasan Amal-Sosial Al-Washliyah Medan Johor

yakni 70 orang yang terdiri dari anak-anak yang mamasuki tingkatan belajar SD,

SMP, dan SMA.

3.3.2. Sampel

Sampel adalah salah satu subset atau tuap bagian dari populasi

berdasarkan apakah itu representatif atau tidak. Sampel merupakan bagian tertentu

yang dipilih dari populasi (Silalahi , 2009:254). Gay berpendapat bahwa ukuran

minimum sampel yang dapat diterima berdasarkan pada metode penelitian yaitu

jika yan digunakan adalah metode deskriptif, minimal 10% populasi, untuk

populasi relatif kecil kecil minimal 20% (Hasan,2002:60). Jika jumlah populasi

lebih dari 100 maka diambil sampelnya sejumlah 10-15% atau 20-25% dari

populasi. Berdasarkan ketentuan diatas maka sampel yang diambil dari populasi

anak asuh adalah 10%, sehungga 10% x 130 = 13 orang. Adapun teknik penarikan

(43)

3.4. Teknik Pengumpilan Data.

Untuk memperoleh data yang duperlukan maka dalam penelitian ini

menggunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut:

1) Data primer.

Data primer adalah data yang diperlukan melalui pengamatan langsung

terhadap gejala-gejala yang dapat diamati dari objek penelitian. Cara-cara

yang dilakukan, yaitu melalui:

a. Metode wawancara yaitu mengumpulkan data dengan mengadakan

dialog secara langsung dan mengajukan pertanyaan mengenai

permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini kepada responden

yang telah ditetapkan.

b. Metode angket (Quesioner) yaitu menyusun daftar pertanyaan

secara tertulis yang ditujukan kepada responden yang telah

ditetapkan.\

2) Data sekunder.

Data sekunder adalah data yang duperoleh dengan studi kepistakaan

(library search), yaitu dengan membuka, mencatat, dan mengutip data dari

buku-buku, laporan penelitian, pendapat-pendapat para ahli, dan

sebagaunya yang berhubungan dengan masalah penelitian dan dapat

(44)

3.5. Teknik Analisa Data

Dalam penelitian ini, teknik analisa data yang digunakan adalah teknik

analisa deskriptif kualitatif, dimana data yang dikumpulkan dari quesioner dan

wawancara, kemudian ditabulasikan dalam bentuk distribusi frekuensi dan

kemudian dianalisa. Data penelitian dianalisa berdasarkan perhitungan persentase

tiap tabel. Dalam hal ini tidak dilakukan perhitungan yang bersifat uji statistik

karena analisa ini hanya bersifat deskriptif.

Teknik analisa data menggunakan langkah-langkah sebagai berikut:

1) Editing yaitu meneliti kembali catatan-catatan yang duperoleh dari

penelitian.

2) Koding yaitu mengklasifikasikan jawaban-jawaban menurut macamnya.

3) Membuat kategori untuk mengklasifikasikan jawaban, hal ini berguna

disimpulkan dan menjawab masalah yang dikemukakan dalam penelitian

sehingga jawaban yang beranekaragam dapat disingkatkan.

4) Menghitung frekuensi yaitu dengan menghitung besar frekuensi data pada

masing-masing kategori.

5) Tabulasi, disini data dalam keadaan yang ringkas dan tersusun dalam tabel

tunggal, sehingga dapat dibaca dengan mudah untuk mengetahui jawaban

(45)

BAB IV

DESKRIPTIF LOKASI PENELITIAN

4.1 Latar Belakang Berdirinya Panti. 4.1.1 Sejarah Awal Al-Washliyah

Al Jam’iyatul Washliyah merupakan organisasi Islam yang lahir pada 30

November 1930 dan bertepatan 9 Rajab 1349 H di kota Medan, Sumatera Utara.

Al Jam’iyatul Washliyah yang lebih dikenal dengan sebutan Al Washliyah lahir

ketika bangsa Indonesia masih dalam penjajahan Hindia Belanda (Nederlandsh

Indie). Tujuan utama untuk mendirikan organisasi Al Washliyah ketika itu adalah

untuk mempersatukan umat yang berpecah belah dan berbeda pandangan.

Perpecahan dan perbedaan tersebut merupakan salah satu strategi Belanda untuk

terus berkuasa di bumi Indonesia. Oleh karena itu, Organisasi Al Washliyah turut

pula meraih kemerdekaan Indonesia dengan menggalang persatuan umat di

Indonesia.

Upaya memecah belah rakyat terus merasuk hingga ke sendi-sendi agama

Islam. Umat Islam kala itu dapat dipecah belah lantaran perbedaan pandangan

dalam hal ibadah dan cabang dari agama (furu’iyah). Kondisi ini terus meruncing,

hingga umat Islam terbagi menjadi dua kelompok yang disebut dengan kaum tua

dan kaum muda. Perbedaan paham di bidang agama ini semakin hari semakin

tajam dan sampai pada tingkat meresahkan.

Dengan terjadinya perselisihan di kalangan umat Islam di Sumatera Utara

khususnya kota Medan, para pelajar yang menimba ilmu di Maktab Islamiyah

Tapanuli Medan berupaya untuk mempersatukan kembali umat yang terpecah

(46)

terbentuklah organisasi Al Jam’iyatul Washliyah yang artinya Perkumpulan yang

menghubungkan. Maksudnya adalah menghubungkan manusia dengan Allah Swt.

dan menghubungkan manusia dengan manusia (sesama umat Islam).

4.1.2 Pendirian Al-Washliyah

Perselisihan faham antara kaum tua dengan kaum muda tentang masalah

ibadah. membuat kaum pelajar yang menimba ilmu di madrasah Maktab

Islamiyah Tapanuli (MIT) Medan resah. Para siswa tersebut memiliki

perkumpulan pelajar yang bernama Debating Club (Perkumpulan Debat/diskusi).

Dalam diskusi-diskusi rutin di perkumpulan itu sering dibahas tentang

masalah-masalah yang tengah terjadi pada umat Islam dan salah satunya mengenai

perbedaan pendapat di tubuh umat Islam.

Diskusi mencapai puncaknya pada bulan Oktober 1930. Di awal bulan itu

diadakan pertemuan di kediaman Yusuf Ahmad Lubis, di Jl. Glugur kota Medan.

Pada pertemuan yang dipimpin Abdurrahman Syihab dihadiri oleh Yusuf Ahmad

Lubis, Adnan Nur, M. Isa dan beberapa pelajar lainnya. Dalam pertemuan itu

disepakati untuk memperbesar perkumpulan pelajar yang mereka miliki yaitu

Debating Club. Untuk menindaklanjuti hasil rapat di tempat Yusuf Ahmad lubis,

selanjutnya diadakan pula pertemuan kedua di rumah Abdurrahman Syihab di

Petisah, kota Medan yang dihadiri oleh Ismail Banda, Yusuf Ahmad Lubis,

Adnan Nur, Abdul Wahab, dan M. Isa. Disepakati dalam pertemuan itu untuk

mengundang alim ulama, tuan-tuan guru dan para pelajar lainnya pada pertemuan

yang lebih besar yang direncanakan pada 26 Oktober 1930 di Maktab Islamiyah

(47)

Sesuai dengan yang direncanakan, pertemuan yang lebih besar berlangsung di

MIT Medan. Pertemuan itu dihadiri para ulama, guru-guru, pelajar dan pemimpin

Islam di kota Medan dan sekitarnya. Setelah melakukan pembicaraan yang cukup

panjang dan mendalam, maka seluruh peserta yang hadir kala itu sepakat

membentuk sebuah perkumpulan yang bertujuan memajukan, mementingkan dan

menambah tersyiarnya agama Islam

(http://MAJELIS%20SOSIAL%20PB%20AL%20WASHLIYAH. htm diakses

tanggal 2 Juli 2012 pukul 11: 30 wib).

4.1.3 Berdirinya Panti Asuhan Al-Washliyah

Yayasan Pesantren Sosial Indonesia (YAPSI) didirikan pada tanggal 14

Maret 1969 oleh H. M. Nurdin (alm.) yang membawahi Panti Asuhan dan

Perguruan Sekolah, SD-MTs-Madrasdah Aliyah. Yayasan ini memiliki empat (4)

Panti Asuhan yaitu :

1. Panti Asuhan Amal dan Sosial Al Djamijatul Washlijah Akte 67/1955

P.Brayan,

2. Panti Asuhan Amal dan Sosial Al Djamijatul Washlijah Akte 67/1955

Gedung Johor,

3. Panti Asuhan Amal dan Sosial Al Djamijatul Washlijah Akte 67/1955

(48)

4. Panti Asuhan Amal dan Sosial Al Djamijatul Washlijah Akte 67/1955

Tanjung Pura Langkat.

(http://MY%20SKRIP/panti-asuhan-al-wasliyah-

pulo-brayan-medan-dengan-yayasan-amal-dan-sosial-al-djamijatul-washlijah-akte-67-tahun-1955-bermasalah.htm diakses tanggal 2 Juli 2012

pukul 11: 45 wib)

Pimpinan Panti Asuhan Al Washliyah P. Brayan semenjak tahun 1955

adalah H. M. Nurdin sekaligus Pimpinan Umum Yayasan Amal dan Sosial Al

Djamijatul Washlijah Akte 67/1955 dari tahun 1955 sampai 1985. Panti Asuhan

Al-Washliyah dibangun pada tahun 1969 dan beroperasi/mengasuh dan mendidik

anak-anak yatm piatu, fakir miskin, dan anak terlantar sejak tahun 1970.

Berdiri dan dibangunnya Panti dan Perguruan Sekolah pada tahun 1969

pasca G.30.S. PKI 1965 bersamaan dengan musim panceklik, bencana alam yang

berdampak kerawanan sosial bagi masyarakat dengan banyaknya anak-anak

terlantar seperti kerawanan kebutuhan dasar, tempat tinggal, pendidikan,

kesehatan sehingga banyak anak-anak pada waktu itu kehilangan orangtua yang

meninggal dan ada orangtua yang tidak diketaui keberadaannya.

Dengan situasi dan kondisi tersebut didirikanlah Yayasan ini yang

membawahi Panti Asuhan dan sekolah-sekolah yang diberi nama: Panti Asuhan

Yayasan Amal-Sosial Al-Washliyah dan Perguruan Sekolahnya diberi nama: Perguruan SD-MTs-Madrasah Aliyah YAPSI yang bernuansa islami.

Pada saat ini, masih terjadi perdebatan mengenai siapa yang berhak untuk

mengurus Panti Asuhan Al-Washliyah. Sumber dari pihak pimpinan Panti saat ini

(Hj. Rodiah Manjorang) menyatakan bahwa Panti Asuhan Al-Washliyah tidak ada

(49)

berdirinya Panti ini sampai sekarang Panti ini berdiri sendiri tanpa ada bantuan

dari PB Al-Washliyah Pusat dan juga memiliki surat akte pendirian Panti yang

sah.

4.2 Dasar Hukum

1. Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945

2. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1974, tentang Ketentuan-Ketentuan

Pokok Kesejahteraan Sosial

3. Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1979, tentang Kesejahteraan Anak

4. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002, tentang Perlindungan Anak

5. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003, tentang Sistem Pendidikan

Nasional

6. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2004, tentang Yayasan

7. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004, tentang Pemerintahan Daerah.

4.3 Visi, Misi dan Tujuan 4.3.1 Visi

Memberdayakan anak yang kurang mampu (anak yatim, piatu, yatim

piatu, fakir miskin, dan anak terlantar) dengan kasih sayang serta menumbuh

kembangkan sosial, percaya diri, kemandirian, serta dapat menyesuaikan diri

sebagaimana anak-anak yang beruntung lainnya dan menjunjung tinggi

(50)

4.3.2 Misi

- Panti Asuhan sebagai pengganti orangtua/keluarga sementara bagi anak

yang bermasalah sosial.

- Panti Asuhan sebagai rumah sosial tempat kelangsungan hidup sementara

tumbuh kembang, perlidungan anak, serta peran dan partisipasi anak.

- Meningkatkan kualitas pelayan sosial Panti, dan sumber daya dalam

pelayanan sosial sebagai Profesi Pekerjaan Sosial.

4.3.3 Tujuan

Yayasan YAPSI yang membawahi Panti Asuhan dan Perguruan Sekolah

berfungsi sebagai tempat pelayanan sosial, kelangsungan hidup, tumbuh dan

berkembang secara wajar dan bersahaja membentuk anak yang beriman,

bertaqwa, berkarakter akhlak mulia, berilmu pengetahuan, sehat dan mandiri, serta

(51)

4.4 Biodata Lengkap Panti

1. Jenis Panti : Panti Sosial Asuhan Anak (PSAA)

2. Nama Panti : Panti Asuhan Yas. Al-Washliyah

3. Alamat : Jl. Karya Jaya No. 267

4. Kelurahan : Gedung Johor

5. Kecamatan : Medan Johor

6. Kota : Medan

7. Propinsi : Sumatera Utara

8. Telepon : (061) 7864519

9. Kapasitas : 100 orang anak asuh

10. Jumlah Anak : 70 orang

11. Bantuan SDubsidi :

a. Pemerintah Pusat : 25 orang = Rp.3.100,-/orang/hari

b. Pemerintah Propinsi: 45 orang = Rp 2.100,-/orang/hari

c. Pemerintah Kota : -

(52)

4.5 Pengurus Panti

1. Kepala/Pimpinan Panti : Hj. Rodiah Manjorang

2. Sekretaris : Anhar Manik, S.Pd

3. Bendahara : Siti Hajar Pasi

4. Humasy : Fachruddin K. Diri, S.H

5. Anggota : a. Ir. Zulhadi A, S.Ag

b. Siti Marisyarah A, S.Ag

c. Supartin

d. Muhrin

e. Nur Bedah Tinambunan

(53)

4.6 Pelayanan Kebutuhan Anak 4.6.1 Pelayanan Rutin Anak Asuh

Panti Asuhan Anak (PAA) Al-Washliyah mempunyai jumlah anak asuh

yang dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 4.1

Keadaan Anak Menurut Usia

No.

Kelompok Umur

Jumlah Jenis Kelamin 0-6 7-10 11-16 17-20

1 Laki-Laki - 15 13 12 40

2 Perempuan - 10 11 9 30

Jumlah - 25 24 21 70

Sumber: Data Panti Asuhan Al-Washliyah 2011

Berdasarkan tabel diatas, Panti Asuhan Al-Washliyah memiliki anak asuh

70 orang hingga November 2011. Anak asuh yang mendominasi Panti adalah

pada kelonpok usia 17-20 tahun, walaupun kalau diperhatikan lebih detail bahwa

anak asuh berdasarkan pada kelompok usia hampir berimbang.

Dari anak asuh yang berjumlah 70 orang, keadaan anak asuh tersebut

sangat beraneka ragam dan untuk lebih jelasnya dapat dilihat dalam tabel berikut

(54)

Tabel 4.2

Keadaan Anak Berdasarkan Registrasi

No Keadaan Anak Laki-Laki Perempuan Jumlah

1 Yatim Piatu 10 5 15

2 Yatim 7 8 15

3 Piatu 7 9 16

4 Fakir Miskin 10 14 24

Jumlah 34 36 70

Sumber: Data Panti Asuhan Al-Washliyah 2011

Berdasarkan tabel diatas, secara umum di Panti Asuhan Al-Washliyah

anak asuh baik laki-laki maupun perempuan berasal dari fakir miskin.

Pendidikan merupakan sarana yang terpenting ditengah-tengah anak asuh

karena pendidikan dapat menambah ilmu pengetahuan yang membuat manusia

menjadi pintar dan maju serta menambah wawasan dalam dirinya. Anak asuh

yang terdapat di Panti Asuhan Al-Washliyah terdiri dari bermacam-macam tingkat

pendidikan. Adapaun tingkat pendidikan di Panti Asuhan Al-Washliyah dapat

(55)

Tabel 4.3

Keadaan Anak Berdasarkan Tingkat Pendidikan

No. Tingkat Pendidikan Laki-Laki Perempuan Jumlah

1 SD 13 10 23

2 SMP/MTs 14 11 25

3 SMA/MA 12 10 22

Jumlah 39 31 70

Sumber: Data Panti Asuhan Al-Washliyah 2011

Berdasarkan tabel diatas, tingkat pendidikan anak yang terdapat di Panti

merata, dimana tingkat pendidikan mulai dari SD sampai SMA merata. Dengan

adanya keragaman tingkat pendidikan anak akan membuat Panti semakin

berusaha untuk lebih memajukan dunia pendidian, khususnya untuk anak asuh

bahkan diharapkan anak tersebut dapat mampu melanjutkan ke jenjang pendidikan

(56)

4.6.2 Sarana Pendukung Pelayanan

Selain kebutuhan-kebutuhan anak asuh yang tersedia di Panti, sarana

pendukunng pelayanan di Panti juga mentukan keberadaan anak asuh di Panti

tersebut. Sarana pendukung Panti dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 4.4

Sarana Perlengkapan di Panti Asuhan A-Washliyah

No. Jenis Sarana Unit/Ruang

Kapasitas

Layak Kurang Layak

1 Rumah Pengasuh 3 V -

2 Gedung Asrama 2 - V

3 Rumah Ibadah 1 V -

4 Gedung Sekolah 3 V -

5 Dapur/Kamar Makan 1 - V

6 Aula 1 V -

7 WC/Kamar Mandi 2 - V

8 Pet/Air Bersih 1 V -

9 Listrik 1 V -

10 Telepon 1 V -

11 Perkantoran 4 - V

12 Televisi (TV) 3 V -

13 Transport (roda 2, roda 4) 0 - V

Gambar

Tabel 4.1
Tabel 4.2
Tabel 4.3
Tabel 4.5
+7

Referensi

Dokumen terkait

Panti asuhan memberikan pelayanan yang berdasarkan proyeksi pekerja sosial pada anak-anak yatim, terlantar dengan cara membantu dan membimbing kearah perkembangan pribadi

Tujuan penelitian ini untuk mengetahui berapa banyak anak-anak panti asuhan yang menderita skabies serta sejauh mana pengetahuan dan kesadaran akan kebersihan diri

Sebagai contoh yaitu permasalahan skabies pada kalangan anak-anak panti asuhan yang masih sering terjadi dikarenakan kurangnya pengetahuan akan berbagai faktor

Mengetahui gambaran jenis rambut sebagai faktor yang mempengaruhi. terjadinya pediculosis capitis di Panti Asuhan Yayasan Amal

Panti asuhan merupakan sebuah lembaga sosial yang dibangun sebagai upaya dari pemerintah untuk memberikan pelayanan kesejahteraan bagi anak terlantar terutama dalam

Kesimpulan dari kegiatan pengabdian ini adalah terealisasinya target dari pelaksanan kegiatan bantuan sosial bagi anak-anak yatim piatu di Panti Asuhan Yayasan

Menurut penulis Panti asuhan yang biasanya hanya menampung anak anak yang terlantar dan anak yang tidak memiliki orang tua, di panti asuhan Rukun santosa ini di bentuk

Hasil menunjukkan bahwa, pertama terdapat pngaruh kebahagiaan remaja panti asuhan yang diberi layanan konseling kreatif teknik musik-writing, remaja lebih mudah dalam