• Tidak ada hasil yang ditemukan

Sistem Pengiriman Data Temperatur Jarak Jauh Menggunakan Infrared Berbasis AT89S51

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Sistem Pengiriman Data Temperatur Jarak Jauh Menggunakan Infrared Berbasis AT89S51"

Copied!
68
0
0

Teks penuh

(1)

SISTEM PENGIRIMAN DATA TEMPERATUR JARAK JAUH

MENGGUNAKAN INFRARED BERBASIS AT89S51

TUGAS AKHIR

SINEMASO H. MANIK

052408061

PROGRAM STUDI FISIKA INSTRUMENTASI D-3

DEPARTEMEN FISIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

SISTEM PENGIRIMAN DATA TEMPERATUR JARAK JAUH MENGGUNAKAN INFRARED BERBASIS AT89S51

TUGAS AKHIR

Diajukan untuk melengkapi tugas dan memenuhi syarat mencapai gelar Ahli Madya

SINEMASO H. MANIK 052408061

PROGRAM STUDI D3 FISIKA INSTRUMENTASI DEPARTEMEN FISIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)

PERNYATAAN

SISTEM PENGIRIMAN DATA TEMPERATUR JARAK JAUH MENGGUNAKAN INFRARED BERBASIS AT89S51

TUGAS AKHIR

Saya mengakui bahwa tugas akhir ini adalah hasil kerja saya sendiri, kecuali beberapa kutipan dan ringkasan yang masing-masing disebutkan sumbernya.

Medan, Juli 2008

(4)

PERSETUJUAN

Judul : SISTEM PENGIRIMAN DATA TEMPERATUR

JARAK

JAUH MENGGUNAKAN INFRARED BERBASIS AT89S51

Kategori : TUGAS AKHIR

Nama : SINEMASO H. MANIK

Nomor Induk Mahasiswa : 052408061

Program Studi : DIPLOMA III FISIKA INSTRUMENTASI Departemen : FISIKA

Fakultas : MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN

ALAM

(FMIPA) UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

Diluluskan di

Medan, Juli 2008

Diketahui oleh

Departemen Fisika FMIPA USU Pembimbing

Ketua Program Studi

Drs. Syahrul Humaidi, M.Sc

NIP. 132 050 870 NIP. 131 695 906

(5)

PENGHARGAAN

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan anugerah-Nya sehingga penulisan Tugas Akhir ini dapat diselesaikan dalam waktu yang telah ditentukan.

(6)

ABSTRAK

(7)

DAFTAR ISI

Daftar Gambar viii

(8)

2.2.2 Software 8051 Editor,Assembler,Simulator ( IDE ) 19

Bab 4 Analisa Rangkaian dan sistem kerja alat 31

(9)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1 IC Mikrokontroler AT89S51 9

Gambar 2.2 Susunan Seven Segmen 12

Gambar 2.3 Konfigurasi seven segmen tipe common anoda 12

Gambar 2.4 Konfigurasi seven segmen tipe common katoda 13

Gambar 2.5 IC ADC 0804 14

Gambar 2.6 LM 35 Basic Temperature Sensor 15

Gambar 2.7 8051 Editor, Assembler, Simulator (IDE) 19

Gambar 2.8 ISP-Flash Programmer 3.0a 20

Gambar 3.1 Diagram Blok 21

Gambar 3.2 Rangkaian Power Supplay (PSA) 22

Gambar 3.3 Rangkaian Mikrokontroller AT89S51 23

Gambar 3.4 Rangkaian Sensor Temperatur dan ADC 25

Gambar 3.5 Rangkaian Display Seven Segmen 27

Gambar 3.6 Rangkaian Pengirim Data Melalui Inframerah 28

Gambar 3.7 Rangkaian Penerima Inframerah 29

Gambar 4.1 Rangkaian Pengirim Data Melalui Inframerah 36

(10)

DAFTAR TABEL

(11)

ABSTRAK

(12)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Kebutuhan manusia terhadap peralatan yang cerdas dan dapat bekerja secara otomatis

semakin meningkat, disamping cara kerjanya yang teliti juga peralatan ini tidak perlu

dipantau setiap saat, tetapi mengaktifkan peralatan tersebut dan kemudian

mengaturnya sesuai keinginan, maka peralatan tersebut akan mengerjakan tugasnya

sesuai dengan program yang telah diberikan.

Untuk merancang sebuah peralatan yang cerdas dan dapat bekerja secara

otomasis tesebut, dibutuhkan sebuah alat/komponen yang dapat menghitung,

mengingat, dan mengambil pilihan. Kemampuan ini dimiliki oleh sebuah komputer

(PC), namun tidaklah efisien jika harus menggunakan komputer hanya untuk

keperluan tersebut diatas. Untuk itu komputer dapat digantikan dengan sebuah

mikrokontroler. Mikrokontroler merupakan sebuah chip atau IC yang di dalamnya

terdapat sebuah prosessor dan flash memori yang dapat dibaca/tulis sampai 1000 kali,

sehingga biaya pengembangan menjadi murah karena dapat dihapus kemudian diisi

(13)

Salah satu alat yang cerdas yang dibutuhkan oleh manusia adalah pengontrol

temperatur ruangan otomatis. Alat ini akan menjaga temperatur ruangan agar tidak

melebihi temperatur tertentu yang telah ditetapkan. Sebagai contoh jika temperatur

yang ditetapkan adalah 30oC, maka jika temperatur ruangan tersebut sama atau

melebihi 30oC, alat akan secara otomatis menghidupkan pendingin. Dan sebaliknya

jika temperatur ruangan lebih kecil dari 30o

Alat seperti ini dibutuhkan untuk menjaga kestabilan temperatur suatu

ruangan. Sebagai contoh ruangan tempat penyimpanan bahan-bahan kimia yang

membutuhkan temperatur khusus dan juga dapat diaplikasikan untuk menjaga

kestabilan temperatur dalam rumah secara otomatis.

C, maka alat akan mematikan pendingin.

Kendala lainnya yang sering dialami oleh manusia adalah ketika harus

mengukur temperatur di tempat yang memiliki temperatur yang cukup tinggi.

Pekerjaan ini akan sangat menyulitkan. Karena itu dibutuhkan sebuah alat yang dapat

mengirimkan data temperatur di suatu ruangan ke tempat lain.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian yang terdapat dalam latar belakang di atas, maka dalam tugas

akhir ini akan dibuat sebuah alat yang dapat mengirimkan data temperaturnya ke

(14)

Pada alat ini akan digunakan dua buah mikrokontroler AT89S51, sebuah

pemancar infra merah, sebuah penerima sinar infra merah. Beberapa buah seven

segmen, sebuah sensor suhu dan sebuah ADC. Mikrokontroler AT89S51 sebagai otak

dari sistem, dimana yang satu berfungsi mengolah data temperature yang dihasilkan

oleh sensor suhu dan ADC, kemudian menampilkannya pada seven segmen sekaligus

mengirimka data temperature tersebut ke rangkaian penerima. Sedangkan

mikrokontroler yang kedua berfungsi untuk mengolah data yang dikirimkan oleh

mikrokontroler pertama melalui infra merah, kemudian menampilkannya pada seven

segmen.

Pemancar infra merah berfungsi untuk mengirimkan data temperature ke

rangkaian penerima. Penerima infra merah berfungsi untuk menerima data yang

dipancarkan oleh pemancar infra merah. Seven segmen berfungsi sebagai display

nilai dari temperatur. Sensor suhu berfungsi untuk mengukur temperature dan

merubahnya menjadi tegangan dan ADC ( Analog to Digital Converter) berfungsi

untuk merubah tegangan yang dihasilkan oleh sensor temperature manjadi 8 bit data

biner sehingga dapat diolah oleh mikrokontroler AT89S51.

1.3 Tujuan Penulisan

(15)

1. Memanfaatkan mikrokontroler sebagai alat ukur temperatur secara digital

(termometer digital).

2. Memanfaatkan mikrokontroler sebagai alat pengiriman dan penerimaan data

secara wireless, dengan menggunakan infra merah.

3. Membuat alat sederhana yang dapat mengirimkan data temperatur secara

otomatis.

Batasan masalah:

Adapun batasan permasalahan yang dibahas dalam tugas akhir ini adalah:

1. sensor suhu yang digunakan adalah LM35

2. pemancar yang digunakan adalah infra red dan penerima sinyal digunakan

IC TSOP

3. jarak pengiriman data berkisar 50 meter

4. pada alat ini difokuskan hanya pada pengiriman data temperatur saja dan

tidak pada pengontrolan suhu

1.4 Sistematika Penulisan

Untuk mempermudah pembahasan dan pemahaman maka penulis membuat

sistematika pembahasan bagaimana sebenarnya prinsip kerja dari alat yang dapat

mengirimkan data temperaturnya ke tempat lain, maka penulis menulis laporan ini

sebagai berikut:

(16)

Dalam bab ini berisikan mengenai latar belakang, tujuan penulisan,

batasan masalah, serta sistematika penulisan.

BAB II. LANDASAN TEORI

Landasan teori, dalam bab ini dijelaskan tentang teori pendukung yang

digunakan untuk pembahasan dan cara kerja dari rangkaian Teori

pendukung itu antara lain tentang mikrokontroler AT89S51 (hardware

dan software), bahasa program yang digunakan, serta cara kerja dari

sensor temperature dan ADC ( Analog to Digital Converter ).

BAB III. PERANCANGAN ALAT DAN PROGRAM

Pada bagian ini akan dibahas perancangan dari alat, yaitu diagram

blok dari rangkaian, diagram alir dari program yang akan diisikan ke

mikrokontroler AT89S51.

BAB IV. ANALISA RANGKAIAN DAN SISTEM KERJA ALAT

Pada bab ini akan dibahas hasil analisa dari rangkaian dan sistem kerja

alat, penjelasan mengenai rangkaian-rangkaian yang digunakan,

penjelasan mengenai program yang diisikan ke mikrokontroler

AT89S51.

(17)

Bab ini merupakan penutup yang meliputi tentang kesimpulan dari

pembahasan yang dilakukan dari tugas akhir ini serta saran apakah

rangkaian ini dapat dibuat lebih efisien dan dikembangkan

perakitannya pada suatu metode lain yang mempunyai sistem kerja

(18)

BAB 2

LANDASAN TEORI

2.1. PERANGKAT KERAS

2.1.1. Arsitektur Mikrokontroler AT89S51

Mikrokontroler, sebagai suatu terobosan teknologi mikrokontroler dan

mikrokomputer, hadir memenuhi kebutuhan pasar (market need) dan teknologi baru.

Sebagai teknologi baru, yaitu teknologi semikonduktor dengan kandungan transistor

yang lebih banyak namun hanya membutuhkan ruang kecil serta dapat diproduksi

secara massal (dalam jumlah banyak) sehingga harga menjadi lebih murah

(dibandingkan mikroprosesor). Sebagai kebutuhan pasar, mikrokontroler hadir untuk

memenuhi selera industri dan para konsumen akan kebutuhan dan keinginan alat-alat

Bantu dan mainan yang lebih canggih.

Ilustrasi yang mungkin bisa memberikan gambaran yang jelas dalam

penggunaan mikrokontroler adalah aplikasi mesin tiket dalam arena permainan yang

saat ini terkenal di Indonesia. Jika kita sudah selesai bermain, maka akan diberikan

suatu nilai, nilai inilah yang menentukan berapa jumlah tiket yang bisa diperoleh dan

(19)

ditangani dengan mikrokontroler, karena tidak mungkin menggunakan komputer PC

yang harus dipasang disamping (atau di belakang) mesin permainan yang

bersangkutan.

Selain sistem tiket, kita juga dapat menjumpai aplikasi mikrokontroler dalam

bidang pengukuran jarak jauh atau yang dikenal dengan sistem telemetri. Misalnya

pengukuran disuatu tempat yang membahayakan manusia, maka akan lebih nyaman

jika dipasang suatu sistem pengukuran yang bisa mengirimkan data lewat pemancar

dan diterima oleh stasiun pengamatan dari jarak yang cukup aman dari sumbernya.

Sistem pengukuran jarak jauh ini jelas membutuhkan suatu sistem akuisisi data

sekaligus sistem pengiriman data secara serial (melalui pemancar), yang semuanya itu

bisa diperoleh dari mikrokontroler yang digunakan.

Tidak seperti sistem komputer, yang mampu menangani berbagai macam

program aplikasi (misalnya pengolah kata, pengolah angka dan lain sebagainya),

mikrokontroler hanya bisa digunakan untuk satu aplikasi tertentu saja. Perbedaan

lainnya terletak pada perbandingan RAM-nya dan ROM. Pada sistem computer

perbandingan RAM dan ROM-nya besar, artinya program-program pengguna

disimpan dalam ruang RAM yang relative besar, sedangkan rutin-rutin antarmuka

perangkat keras disimpan dalam ruang ROM yang kecil. Sedangkan pada

mikrokontroler, perbandingan ROM dan RAM-nya yang besar artinya program

(20)

ukurannya relatif lebih besar, sedangkan RAM digunakan sebagai tempat

penyimpanan sementara, termasuk register-register yang digunakan pada

mikrokontroler yang bersangkutan.

2.1.2. Konstruksi AT89S51

Mikrokontroler AT89S52 hanya memerlukan tambahan 3 kapasitor, 1 resistor dan 1

kristal serta catu daya 5 Volt. Kapasitor 10 mikro-Farad dan resistor 10 Kilo Ohm

dipakai untuk membentuk rangkaian reset. Dengan adanya rangkaian reset ini

AT89S52 otomatis direset begitu rangkaian menerima catu daya. Kristal dengan

frekuensi maksimum 12 MHz dan kapasitor 30 piko-Farad dipakai untuk melengkapi

rangkaian oscilator pembentuk clock yang menentukan kecepatan kerja

mikrokontroler. Memori merupakan bagian yang sangat penting pada mikrokontroler.

Mikrokontroler memiliki dua macam memori yang sifatnya berbeda.

Read Only Memory (ROM) yang isinya tidak berubah meskipun IC kehilangan

catu daya. Sesuai dangan keperluannya, dalam susunan MCS-51 memori

penyimpanan progam ini dinamakan sebagai memori progam.

Random Access Memori (RAM) isinya akan sirna begitu IC kehilangan catu

daya, dipakai untuk menyimpan data pada saat progam bekerja. RAM yang dipakai

(21)

Ada berbagai jenis ROM. Untuk mikrokontroler dengan progam yang sudah

baku dan diproduksi secara masal, progam diisikan ke dalam ROM pada saat IC

mikrokontroler dicetak di pabrik IC. Untuk keperluan tertentu mikrokontroler

mengunakan ROM yang dapat diisi ulang atau Programble-Eraseable ROM yang

disingkat menjadi PEROM atau PROM. Dulu banyak dipakai UV-EPROM (Ultra

Violet Eraseable Progamble ROM) yang kemudian dinilai mahal dan ditinggalkan

setelah ada flash PEROM yang harganya jauh lebih murah.

Jenis memori yang dipakai untuk Memori Program AT89S52 adalah Flash

PEROM, program untuk mengendalikan mikrokontroler diisikan ke memori itu lewat

bantuan alat yang dinamakan sebagai AT89S52 Flash PEROM Programmer.

Memori Data yang disediakan dalam chip AT89S52 sebesar 128 byte,

meskipun hanya kecil saja tapi untuk banyak keperluan memori kapasitas itu sudah

cukup.

Sarana Input/Ouput yang disediakan cukup banyak dan bervariasa. AT89S51

mempunyai 32 jalur Input/Ouput. Jalur Input/Ouput paralel dikenal sebagai Port 1

(P1.0..P1.7) dan Port 3 (P3.0..P3.5 dan P3.7) adalah sebagai berikut (gambar 2.1)

(22)

Gambar 2.1. IC Mikrokontroler AT89S51

Deskripsi pin-pin pada mikrokontroler AT89S51 :

VCC (Pin 40)

Suplai tegangan

GND (Pin 20)

Ground

Port 0 (Pin 39-Pin 32)

Port 0 dapat berfungsi sebagai I/O biasa, low order multiplex address/data ataupun

penerima kode byte pada saat flash progamming Pada fungsi sebagai I/O biasa port ini

dapat memberikan output sink ke delapan buah TTL input atau dapat diubah sebagai

(23)

multiplex address/data, port ini akan mempunyai internal pull up. Pada saat flash

progamming diperlukan eksternal pull up, terutama pada saat verifikasi program.

Port 2 (Pin 21 – pin 28)

Port 2 berfungsi sebagai I/O biasa atau high order address, pada saat

mengaksememori secara 16 bit. Pada saat mengakses memori 8 bit, port ini akan

mengeluarkan isi dari P2 special function register. Port ini mempunyai internal pull

up dan berfungsi sebagai input dengan memberikan logika 1. Sebagai output, port ini

dapat memberikan output sink keempat buah input TTL.

Port 3 (Pin 10 – pin 17)

Port 3 merupakan 8 bit port I/O dua arah dengan internal pullup. Port 3 juga

mempunyai fungsi pin masing-masing, yaitu sebagai berikut :

Nama pin Fungsi

P3.0 (pin 10) RXD (Port input serial)

P3.1 (pin 11) TXD (Port output serial)

P3.2 (pin 12) INTO (interrupt 0 eksternal)

P3.3 (pin 13) INT1 (interrupt 1 eksternal)

P3.4 (pin 14) T0 (input eksternal timer 0)

P3.5 (pin 15) T1 (input eksternal timer 1)

P3.6 (pin 16) WR (menulis untuk eksternal data memori)

P3.7 (pin 17) RD (untuk membaca eksternal data memori)

RST (pin 9)

(24)

ALE/PROG (pin 30)

Address latch Enable adalah pulsa output untuk me-latch byte bawah dari alamat

selama mengakses memori eksternal. Selain itu, sebagai pulsa input progam (PROG)

selama memprogam Flash.

PSEN (pin 29)

Progam store enable digunakan untuk mengakses memori progam eksternal.

EA (pin 31)

Pada kondisi low, pin ini akan berfungsi sebagai EA yaitu mikrokontroler akan

menjalankan progam yang ada pada memori eksternal setelah sistem direset. Jika

kondisi high, pin ini akan berfungsi untuk menjalankan progam yang ada pada

memori internal. Pada saat flash progamming, pin ini akan mendapat tegangan 12

Volt.

XTAL1 (pin 19)

Input untuk clock internal.

XTAL2 (pin 18)

(25)

2.1.3 Seven Segmen

Seven segmen merupakan komponen elektronika yang banyak digunakan untuk

menampilkan angka. Seven segmen ini sebenarnya merupakan LED yang disusun

sedemikian rupa sehingga membentuk suatu pola tertentu, dimana jika LED –LED

tersebut dinyalakan dengan kombinasi tertentu, maka akan terbentuk suatu angka

tertentu.

Seven segmen mempunyai 7 buah segmen ditambah 1 segmen yang berfungsi

sebagai desimal point. Gambar susunan dari seven segmen ditunjukkan pada gambar

berikut ini :

Gambar 2.2. Susunan seven segmen

Segmen yang atas disebut segmen a, segmen sebelah kanan atas disebut

segmen b, dan seterusnya sesuai gambar di atas. Dp merupakan singkatan dari desimal

point.

Seven segmen ada 2 tipe, yaitu common anoda dan common katoda. Pada

(26)

kemudian dihubungkan ke sumber tegangan positip dan katoda dari masing-masing

LED berfungsi sebagai input dari seven segmen, seperti ditunjukkan pada gambar

berikut ini :

Gambar 2.3. Konfigurasi seven segmen tipe common anoda

Sesuai dengan gambar di atas, untuk menyalakan salah satu segmen, maka

katodanya harus diberi tegangan 0 volt atau logika low. Misalnya jika segmen a akan

dinyalakan, maka katoda pada segmen a harus diberi tegangan 0 volt atau logika low,

dengan demikian maka segmen a akan menyala. Demikian juga untuk segmen

lainnya.

Pada seven segmen tipe common katoda, kaoda dari setiap LED dihubungkan

menjadi satu kemudian dihubungkan ke ground dan anoda dari masing-masing LED

berfungsi sebagai input dari seven segmen, seperti ditunjukkan pada gambar berikut

(27)

Gambar 2.4. Konfigurasi seven segmen tipe common katoda

Sesuai dengan gambar di atas, maka untuk menyalakan salah satu segmen,

maka anodanya harus diberi tegangan minimal 3 volt atau logika high. Misalnya jika

segmen a akan dinyalakan, maka anoda pada segmen a harus diberi tegangan minimal

3 volt atau logika high, dengan demikian maka segmen a akan menyala. Demikian

juga untuk segmen lainnya.

2.1.4 Analog to Digital Converter (ADC)

ADC yang digunakan adalah ADC 0804. ADC ini akan merubah tegangan yang

merupakan keluaran dari LM35 menjadi 8-bit data biner. Gambar IC ADC 0804

(28)

Gambar 2.5. IC ADC 0804

8-bit data yang keluar dari ADC inilah yang akan dioleh oleh mikrokontroler

(29)

2.1.5 Sensor Suhu LM35

Untuk mendeteksi suhu digunakan sebuah sensor suhu LM 35 yang dapat

dikalibrasikan langsung dalam C, LM 35 ini difungsikan sebagai basic temperature

sensor seperti pada gambar 2.6

Gambar 2.6. LM 35 basic temperature sensor

Vout dari LM 35 ini dihubungkan dengan ADC (Analog To Digital Converter).

Dalam suhu kamar (25oC) tranduser ini mampu mengeluarkan tegangan 250mV dan

1,5V pada suhu 150oC dengan kenaikan sebesar 10mV/oC.

2.2.PERANGKAT LUNAK 2.2.1 Bahasa Assembly MCS-51

Bahasa yang digunakan untuk memprogram IC mikrokontroler AT89S51 adalah

(30)

ini hanya ada 51 instruksi. Dari 51 instruksi, yang sering digunakan orang hanya 10

instruksi. Instruksi –instruksi tersebut antara lain :

1. Instruksi MOV

Perintah ini merupakan perintah untuk mengisikan nilai ke alamat atau register

tertentu. Pengisian nilai dapat secara langsung atau tidak langsung.

Contoh pengisian nilai secara langsung

MOV R0,#20h

Perintah di atas berarti : isikan nilai 20 Heksadesimal ke register 0 (R0).

Tanda # sebelum bilangan menunjukkan bahwa bilangan tersebut adalah nilai.

Contoh pengisian nilai secara tidak langsung

MOV 20h,#80h

...

...

MOV R0,20h

Perintah di atas berarti : isikan nilai yang terdapat pada alamat 20

Heksadesimal ke register 0 (R0).

Tanpa tanda # sebelum bilangan menunjukkan bahwa bilangan tersebut adalah

alamat.

2. Instruksi DJNZ

Decreament Jump If Not Zero (DJNZ) ini merupakan perintah untuk

(31)

MOV R0,#80h

meneruskan ke perintah pada baris berikutnya.

3. Instruksi ACALL

Instruksi ini berfungsi untuk memanggil suatu rutin tertentu. Contoh :

...

Instruksi RETURN (RET) ini merupakan perintah untuk kembali ke rutin

pemanggil setelah instruksi ACALL dilaksanakan. Contoh,

(32)

Instruksi ini merupakan perintah untuk lompat ke alamat tertentu. Contoh,

Instruksi ini merupakan perintah untuk lompat ke alamat tertentu, jika pin yang

dimaksud berlogika high (1). Contoh,

Loop:

JB P1.0,Loop

...

7. Instruksi JNB (Jump if Not bit)

Instruksi ini merupakan perintah untuk lompat ke alamat tertentu, jika pin yang

dimaksud berlogika Low (0). Contoh,

Loop:

JNB P1.0,Loop

...

8. Instruksi CJNZ (Compare Jump If Not Equal)

Instruksi ini berfungsi untuk membandingkan nilai dalam suatu register

dengan suatu nilai tertentu. Contoh,

Loop:

...

(33)

...

Jika nilai R0 tidak sama dengan 20h, maka program akan lompat ke rutin

Loop. Jika nilai R0 sama dengan 20h,maka program akan melanjutkan

instruksi selanjutnya.

9. Instruksi DEC (Decreament)

Instruksi ini merupakan perintah untuk mengurangi nilai register yang

dimaksud dengan 1. Contoh,

MOV R0,#20h R0 = 20h

...

DEC R0 R0 = R0 – 1

...

10.Instruksi INC (Increament)

Instruksi ini merupakan perintah untuk menambahkan nilai register yang

dimaksud dengan 1. Contoh,

MOV R0,#20h R0 = 20h

...

INC R0 R0 = R0 + 1

...

11.Dan lain sebagainya

(34)

Instruksi-instruksi yang merupakan bahasa assembly tersebut dituliskan pada sebuah

editor, yaitu 8051 Editor, Assembler, Simulator (IDE). Tampilannya seperti di bawah

ini.

Gambar 2.7. 8051 Editor, Assembler, Simulator (IDE)

Setelah program selesai ditulis, kemudian di-save dan kemudian di-Assemble

(di-compile). Pada saat di-assemble akan tampil pesan peringatan dan kesalahan. Jika

masih ada kesalahan atau peringatan, itu berarti ada kesalahan dalam penulisan

perintah atau ada nama subrutin yang sama, sehingga harus diperbaiki terlebih dahulu

sampai tidak ada pesan kesalahan lagi.

Software 8051IDE ini berfungsi untuk merubah program yang kita tuliskan ke

dalam bilangan heksadesimal, proses perubahan ini terjadi pada saat peng-compile-an.

(35)

2.2.3 Software Downloader

Untuk mengirimkan bilangan-bilangan heksadesimal ini ke mikrokontroller digunakan

software ISP- Flash Programmer 3.0a yang dapat didownload dari internet.

Tampilannya seperti gambar di bawah ini

Gambar 2.8. ISP- Flash Programmer 3.0a

Cara menggunakannya adalah dengan meng-klik Open File untuk mengambil

file heksadesimal dari hasil kompilasi 8051IDE, kemudian klik Write untuk

(36)

BAB 3

PERANCANGAN ALAT

3.1 Diagram Blok

Adapun diagram blok dari sistem ini dapat digambarkan seperti gambar dibawah ini

(gambar 3.1).

Mikrokontroller DISPLAY SEVEN

SEGMEN

ADC SENSOR LM 35

PEMANCAR

Mikrokontroller DISPLAY SEVEN

SEGMEN

(37)

Vreg

Gambar 3.1. Diagram Blok

3.2 Perancangan Power Supplay (PSA)

Rangkaian ini berfungsi untuk mensupplay tegangan ke seluruh rangkaian yang ada.

Rangkaian PSA yang dibuat terdiri dari dua keluaran, yaitu 5 volt dan 12 volt,

keluaran 5 volt digunakan untuk mensupplay tegangan ke seluruh rangkaian,

Rangkaian power supplay ditunjukkan pada gambar 3.1 berikut ini :

Gambar 3.2 Rangkaian Power Supplay (PSA)

Trafo CT merupakan trafo stepdown yang berfungsi untuk menurunkan

tegangan dari 220 volt AC menjadi 12 volt AC. Kemudian 12 volt AC akan

disearahkan dengan menggunakan dua buah dioda, selanjutnya 12 volt DC akan

diratakan oleh kapasitor 2200 μF. Regulator tegangan 5 volt (LM7805CT) digunakan

(38)

5V

masukannya. LED hanya sebagai indikator apabila PSA dinyalakan. Transistor PNP

TIP 32 disini berfungsi untuk mensupplay arus apabila terjadi kekurangan arus pada

rangkaian, sehingga regulator tegangan (LM7805CT) tidak akan panas ketika

rangkaian butuh arus yang cukup besar. Tegangan 12 volt DC langsung diambil dari

keluaran 2 buah dioda penyearah.

3.3 Rangkaian Mikrokontroler AT89S51

Rangkaian ini berfungsi sebagai pusat kendali dari seluruh sistem yang ada. Kompoen

utama dari rangkaian ini adalah IC mikrokontroler AT89S51. Pada IC inilah semua

program diisikan, sehingga rangkaian dapat berjalan sesuai dengan yang dikehendaki.

(39)

Gambar 3.3 Rangkaian mikrokontroller AT89S51

Mikrokontroler ini memiliki 32 port I/O, yaitu port 0, port 1, port 2 dan port

3. Pin 32 sampai 39 adalah Port 0 yang merupakan saluran/bus I/O 8 bit. Pin 1 sampai

8 adalah port 1. Pin 21 sampai 28 adalah port 2. Dan Pin 10 sampai 17 adalah port 3

Pin 40 dihubungkan ke sumber tegangan 5 volt. Dan pin 20 dihubungkan ke ground.

Rangkaian mikrokontroler ini menggunakan komponen kristal 12 MHz sebagai

sumber clocknya. Nilai kristal ini akan mempengaruhi kecepatan mikrokontroler

dalam mengeksekusi suatu perintah tertentu.

Pada pin 9 dihubungkan dengan sebuah kapasitor 10 uF yang dihubungkan ke

positip dan sebuah resistor 10 Kohm yang dihubungkan ke ground. Kedua komponen

ini berfungsi agar program pada mikrokontroler dijalankan beberapa saat setelah

power aktip. Lamanya waktu antara aktipnya power pada IC mikrokontroler dan

aktipnya program adalah sebesar perkalian antara kapasitor dan resistor tersebut. Jika

dihitung maka lama waktunya adalah :

10 10 1 det

t = =ΩR x C K =x µF m ik

(40)

3.4 Rangkaian Sensor Temperatur dan ADC (Analog to Digital Converter)

Untuk mengetahui temperatur dalam inkibator, digunakan LM35 yang merupakan

sensor temperatur. Output dari LM35 ini dimasukkan sebagai input ke Op-Amp

kemudian dimasukkan sebagi input ADC. Rangkaiannya seperti dibawah ini:

Gambar 3.4 Rangkaian Sensor Temperatur dan ADC

Agar output yang dihasilkan oleh ADC bagus, maka tegangan refrensi ADC

harus benar-benar stabil, karena perubahan tegangan refrensi pada ADC akan

merubah output ADC tersebut. Oleh sebab itu pada rangkaian ADC di atas tegangan

(41)

keluarannya menjadi 9 volt, kemudian keluaran 9 volt ini dimasukkan kedalam

regulator tegangan 5 volt (7805), sehingga keluarannya menjadi 5 volt. Tegangan 5

volt inilah yang menjadi tegangan refrensi ADC. Dengan demikian walaupun

tegangan masukan turun setengahnya, yaitu dari 12 volt menjadi 6 volt, tegangan

refrensi ADC tetap 5 volt.

Output dari LM35 diinputkan ke Op Amp LM358. Pada Op Amp ini tidak

terjadi penguatan tegangan tetapi terjadi penguatan arus. Output dari Op Amp ini

merupakan input pada ADC, ini berarti setiap perubahan tegangan yang terjadi pada

input ini maka akan terjadi perubahan pada output ADC.

Keluaran dari rangkaian sensor cahaya dihubungkan ke rangkaian ADC untuk

diubah datanya menjadi data biner agar dapat dikenali oleh mikrokontroler AT89S51.

Untuk mendapatkan Vref/2 digunakan dioda zener 4,7 volt, kemudian

outputnya dihubungkan ke rangkaian pembagi tegangan. Potensio yang digunakan

adalah 1 K ohm.

Output dari ADC dihubungkan ke mikrokontroler, sehingga setiap perubahan

output ADC yang disebabkan oleh perubahan inputnya (tegangan baterai) akan

(42)

SEVEN_SEG_DISPLAY

3.5 Rangkaian Display Seven Segmen

Rangkaian display seven segmen ini berfungsi untuk menampilkan nilai dari hasil

pengukuran suhu. Rangkaian display seven segmen ditunjukkan pada gambar 3.3

berikut ini :

Gambar 3.5 Rangkaian Display Seven Segmen

Display ini menggunakan 3 buah seven segmen common anoda yang

dihubungkan ke IC 4094 yang merupakan IC serial to paralel. IC ini akan merubah 8

bit data serial yang masuk menjadi keluaran 8 bit data paralel. Rangkaian ini

dihubungkan dengan P3.0 dan P3.1 AT89S51. P3.0 merupakan fasilitas khusus

(43)

Dengan menghubungkan P3.0 dengan IC serial to paralel (IC 4094), maka

data serial yang dikirim akan diubah menjadi data paralel. Kemudian IC 4094 ini

dihubungkan dengan seven segmen agar data tersebut dapat ditampilkan dalam bentuk

angka. Seven segmen yang digunakan adalah tipe common katoda (aktif high), ini

berarti segmen akan menyala jika diberi data high (1) dan segmen akan mati jika

diberi data low (0).

3.6 Rangkaian Pengirim Infra Merah

Data yang yang telah diolah mikrokontroler AT89S51, selain ditampilkan pada

display seven segmen, data tersebut juga dikirimkan ke rangkaian penerima dengan

menggunakan LED infra merah. Rangkaiannya seperti gambar di bawah ini :

Gambar 3.6 Rangkaian Pengirim Data Melalui Infra Merah P3.7 ( AT89S51)

LED_ir 5V VCC

330฀

R2

4.7k

(44)

Pada rangkaian di atas LED infra merah akan menyala jika basis pada

transistor C945 diberi tegangan yang lebih besar dari 0,7 volt, ini akan sama artinya

jika pada P3.7 AT89S51 diberi logika high (1), karena pin yang diberi logika high

akan mempunyai tegangan 4 s/d 5 volt, cukup untuk mengaktipkan transistor.

Sedangkan untuk mematikan LED infra merah, maka P3.7 AT89S51 harus diberi

logika low (0), karena dengan memberikan logika low pada P3.7, maka P3.7 akan

memiliki tegangan 0 s/d 0,009 volt, tegangan ini akan menyebabkan transistor tidak

aktip.

Untuk pengiriman data agar data dapat dikirimkan dari jarak yang jauh, maka

LED infra merah harus dipancarkan dengan frekuensi 38 KHz karena frekuensi ini

bebas dari gangguan frekuensi infra merah alam. Jika LED infra merah dipancarkan

dengan frekuensi selai 38 KHz, maka pancarannya akan terganggu oleh

frekuensi-frekuensi infra merah dari alam, seperti frekuensi-frekuensi infra merah yang dipancarkan oleh

matahari, tumbuhan, bahkan badan manusia. Dengan menggunakan frekuensi 38 KHz,

maka pancaran LED infra merah yang dihasilkan oleh rangkaian tidak terganggu oleh

(45)

P3.7 ( AT89S51) 3.7 Rangkaian Penerima Infra Merah

IC yang digunakan sebagai penerima infra merah adalah IC TSOP 1738. IC ini sering

digunakan sebagai penerima/receiver remote control dari TV atau VCD.

Rangkaiannya tampak seperti dibawah ini:

TSOP1738

Gambar 3.7 Rangkaian Penerima Infra Merah

Pada rangkaian diatas digunakan resistor 100 ohm untuk membatasi arus yang masuk

pada rangkaian, sedangkan kapasitor 10 μF digunakan agar arus yang masuk ke IC

TSOP 1738 lebih stabil.

IC ini mempunyai karakteristik yaitu akan mengeluarkan logika high (1) atau

tegangan ± 4,5 volt pada outputnya jika IC ini mendapatkan pancaran sinar infra

merah dengan frekuensi antara 38 – 40 KHz, dan IC ini akan megeluarkan sinyal low

(0) atau tegangan ± 0,109 volt jika pancaran sinar infra merah dengan frekuensi antara

(46)

setelah itu outputnya kan kembali menjadi high. Sifat inilah yang dimanfaatkan

sebagai pengiriman data.

Output dari IC ini dihubungkan ke P3.7 pada mikrokontroler, sehingga setiap

kali IC ini mengeluarkan logika low atau hing pada outputnya, maka mikrokontroller

dapat langsung mendeteksinya

(47)

BAB 4

ANALISA RANGKAIAN DAN SISTEM KERJA ALAT

4.1 Pengujian Rangkaian Power Supplay (PSA)

Pengujian pada bagian rangkaian power supplay ini dapat dilakukan dengan mengukur

tegangan keluaran dari rangkaian ini dengan menggunakan volt meter digital. Pada

power supplay ini terdapat dua keluaran. Dari hasil pengujian diperoleh tegangan

keluaran pertama sebesar + 5,1 volt. Tegangan ini dipergunakan untuk mensupplay

tegangan ke seluruh rangkaian. Mikrokontroler AT89S51 dapat bekerja pada

tegangan 4,0 sampai dengan 5,5 volt, sehingga tegangan 5,1 volt ini cukup untuk

mensupplay tegangan ke mikrokontroler AT89S51. Sedangkan tegangan keluaran

kedua sebesar 11,9 volt. Tegangan ini digunakan untuk mensupplay tegangan ke

ADC., dimana ADC dapat aktif pada tegangan 9 sampai 15 volt, sehingga tegangan

(48)

4.2 Pengujian Rangkaian Mikrokontroler AT89S51

Untuk mengetahui apakah rangkaian mikrokontroler AT89S51 telah bekerja dengan

baik, maka dilakukan pengujian.Pengujian bagian ini dilakukan dengan memberikan

program sederhana pada mikrokontroler AT89S51. Programnya adalah sebagai

berikut:

Program di atas bertujuan untuk menghidupkan LED yang terhubung ke P0.0

selama ± 0,13 detik kemudian mematikannya selama ± 0,13 detik secara terus

menerus. Perintah Setb P0.0 akan menjadikan P0.0 berlogika high yang menyebabkan

LED mati. Acall tunda akan menyebabkan LED ini mati selama beberapa saat.

Perintah Clr P0.0 akan menjadikan P0.0 berlogika low yang menyebabkan LED akan

(49)

Perintah Sjmp Loop akan menjadikan program tersebut berulang, sehingga akan

tampak LED tersebut tampak berkedip.

Lamanya waktu tunda dapat dihitung dengan perhitungan sebagai berikut :

Kristal yang digunakan adalah kristal 12 MHz, sehingga 1 siklus mesin membutuhkan

waktu = 12 1

12 MHz = mikrodetik, untuk 2 siklus dihitung dengan cara yang sama

sehingga diperoleh harga sebagai berikut:

Mnemonic Siklus Waktu Eksekusi

MOV Rn,#data 2 2 x 1 μd = 2 μd

DJNZ 2 2 x 1 μd = 2 μd

RET 1 1 x 1 μd = 1 μd

Dari table diatas, maka dapat dibuat program sebagai berikut:

Tunda:

mov r7,#255 2

Tnd: mov r6,#255 2

djnz r6,$ 255 x 2 = 510 x 255 = 131.070 = 131.073

2

1

djnz r7,loop3

(50)

Jadi waktu yang dibutuhkan untuk mengerjakan program di atas adalah 131.073

μdetik atau 0,131073 detik dan dapat dibulatkan menjadi 0,13 detik.

Jika program tersebut diisikan ke mikrokontroler AT89S51, kemudian

mikrokontroler dapat berjalan sesuai dengan program yang diisikan, maka rangkaian

minimum mikrokontroler AT89S51 telah bekerja dengan baik.

4.3 Pengujian Rangkaian Display Seven Segmen

Pengujian pada rangkaian ini dapat dilakukan dengan menghubungkan rangkaian ini

dengan rangkaian mikrokontroler, kemudian memberikan data tertentu pada port serial

dari mikrokontroler. Seven segmen yang digunakan adalah common anoda, dimana

semen akan menyala jika diberi logika 0 dan sebaliknya segmen akan mati jika diberi

logika 1.

Dari hasil pengujian diperoleh data yang harus dikirimkan ke port serial untuk

menampilkan angka desimal adalah sebagai berikut:

Angka Data yang dikirim

1 0EDH

2 19H

(51)

4 0C5H

Program yang diisikan pada mikrokontroler untuk menampilkan nilai-nilai

tersebut adalah sebagai berikut:

(52)

Program di atas akan menampilkan angka 0 pada semua seven segmen.

Sedangkan untuk menampilkan 3 digit angka yang berbeda pada seven segmen adalah

dengan mengirimkan ke 3 data angka yang akan ditampilkan pada seven segmen.

Programnya adalah sebagai berikut :

Loop:

mov sbuf,#bil1

Jnb ti,$

Clr ti

mov sbuf,#bil2

Jnb ti,$

Clr ti

mov sbuf,#bil3

Jnb ti,$

Clr ti

sjmp loop

Program di atas akan menampilkan angka 1 pada seven segmen ketiga, angka 2 pada

(53)

4.4 Rangkaian Pengirim Data Melalui Infra Merah

Data yang yang telah diolah mikrokontroler AT89S51, selain ditampilkan pada

display seven segmen, data tersebut juga dikirimkan ke rangkaian penerima dengan

menggunakan LED infra merah. Rangkaiannya seperti gambar di bawah ini :

Gambar 4.1 Rangkaian Pengirim Data Melalui Infra Merah

Pada rangkaian di atas LED infra merah akan menyala jika basis pada

transistor C945 diberi tegangan yang lebih besar dari 0,7 volt, ini akan sama artinya

jika pada P3.7 AT89S51 diberi logika high (1), karena pin yang diberi logika high

akan mempunyai tegangan 4 s/d 5 volt, cukup untuk mengaktifkan transistor.

Sedangkan untuk mematikan LED infra merah, maka P3.7 AT89S51 harus diberi

logika low (0), karena dengan memberikan logika low pada P3.7, maka P3.7 akan P3.7 ( AT89S51)

LED_ir 5V VCC

330฀

R2

4.7k

(54)

memiliki tegangan 0 s/d 0,009 volt, tegangan ini akan menyebabkan transistor tidak

aktif.

Untuk pengiriman data agar data dapat dikirimkan dari jarak yang jauh, maka

LED infra merah harus dipancarkan dengan frekuensi 38 KHz karena frekuensi ini

bebas dari gangguan frekuensi infra merah alam. Jika LED infra merah dipancarkan

dengan frekuensi 38 KHz, maka pancarannya akan terganggu oleh frekuensi-frekuensi

infra merah dari alam, seperti frekuensi infra merah yang dipancarkan oleh matahari,

tumbuhan, bahkan badan manusia. Dengan menggunakan frekuensi 38 KHz, maka

pancaran LED infra merah yang dihasilkan oleh rangkaian tidak terganggu oleh

pancaran infra merah alam, sehingga jarak pengiriman data semakin jauh.

Untuk memancarkan frekuensi 38 KHz dari LED infra merah, langkah yang

harus dilakukan adalah dengan mengedipkannya (menghidupkan dan mematikannya)

dengan frekuensi tersebut, yaitu dengan memberikan logika high dan low pada P3.7

dengan selang waktu (perioda) :

1 1 13 0, 0000263 26, 3

38 38 10

T s s

f KHz x Hz µ

= = = ==

Untuk mendapatkan perioda tersebut, maka program yang harus diberikan pada

mikrokontroler AT89S51 adalah:

38KHz:

clr p3.7

(55)

nop

Mikrokontroler AT89S51 memerlukan 12 Clock setiap satu siklus mesin. Dengan

demikian, jika digunakan kristal 12 MHz, maka waktu yang diperlukan untuk satu

(56)

T =12 1 106 1 12

Clock

x sekon s MHz = = µ

Jika dihitung lamanya mikrokontroler AT89S51 mengerjakan perintah di atas adalah

sebagai berikut:

Instruksi Siklus mesin Waktu (μS)

CLR

Berdasarkan tabel di atas, maka lamanya logika low (0) pada P3.7 adalah 13 μs dan

lamanya logika high (1) adalah 13 μs, sehingga periodanya menjadi 26 μs.

13 μs 13 μs

Low High

26 μs

Dengan demikian frekuensi yang dihasilkan oleh P3.7 adalah :

(57)

Jika LED infra merah dipancarkan dengan frekuensi ini, maka pancaran LED infra

merah dari rangkaian tidak akan terganggu oleh frekuensi infra merah alam. Sebagai

catatan frekuensi infra merah yang tidak dipengaruhi oleh frekuensi infra merah dari

alam adalah anatara 38 KHz s/d 40 KHz, frekuensi inilah yang digunakan sebagai

frekuensi remote kontrol dari TV, VCD dan DVD di seluruh dunia.

Ketika penerima infra merah menerima pancaran infra merah dengan frekuensi

38 KHz dari rangkaian pemancar, maka output dari penerima akan berlogika high (1),

jika pancaran infra merah ini dihentikan, maka penerima akan mendapatkan logika

low (0) sesaat (± 1200 μs ) kemudian berubah menjadi high (1) kembali walaupun

tidak ada pancaran infra merah dengan frekuensi 38 KHz. Ini sudah merupakan

karakteristik dari penerima infra merah yang digunakan (TSOP 1738). Pada alat ini,

logika high setelah setelah logika low sesaat itulah yang dijadikan sebagai data,

sehingga dengan mengatur lebar pulsa high (1) tersebut dengan suatu nilai tertentu dan

menjadikan nilai tersebut sebagai datanya, maka pengiriman data dapat dilakukan.

Pada alat ini, data yang dikirimkan sebanyak 3 data, yaitu data untuk nilai

ratusan, nilai puluhan dan nilai. Setiap pengiriman masing-masing data dari ketiga

data tersebut, didahului dengan pengiriman sinyal low, jadi ada 3 sinyal low dan ada 3

data. Akan terjadi masalah jika pengiriman data dilakukan seperti ini, yaitu data yang

(58)

dikirimkan adalah 567, kemungkinan data yang diterima adalah: 675, dan 756.

Sehingga hanya 1/3 kemungkinannya data yang dikirimkan benar.

Kesalahan pengambilan data oleh penerima disebabkan karena adanya

penghalang atau karena kesalahan pengambilan data ketika alat pertama kali

dihidupkan. Seharusnya penerima mengambil sinyal low dari data yang pertama,

kemudian mengambil data pertama, setelah itu mengambil sinyal low dari data kedua,

kemudian mengambil data kedua, dan demikian seterusnya, sehingga data tersebut

sesuai dengan urutannya. Namun jika ada penghalang sesaat atau ketika pertama kali

dihidupkan terjadi kesalahan pengambilan sinyal low, maka pengambilan data

seterusnya akan salah. Misalnya jika ada penghalang sesaat, sehingga sinyal low yang

diterima adalah sinyal low yang kedua, maka data kedua akan dianggap sebagai data

pertama, dan data ketiga akan dianggap sebagai data kedua, demikian seterusnya,

sehingga urutan data menjadi salah.

Untuk menghindari kesalahan dalam pengambilan data, maka pada alat ini

ditambahkan satu data yang berfungsi sebagai startbit atau data awal. Data awal ini

mempunyai nilai tertentu, jadi ketika penerima mendapatkan sinyal low, penerima

akan mengambil 1 data setelah sinyal low tersebut dan membandingkannya apakah

sesuai dengan data awal atau tidak. Jika tidak sama, maka penerima akan mengambil

data berikutnya , kemudian membandingkan lagi sesuai atau tidak dengan data awal.

(59)

data yang sesuai dengan data awal, maka penerima akan mengambil data pertama

setelah data awal sebagai data pertama, data kedua setelah data awal sebagai data

kedua, dan seterusnya hingga data ketiga. Dengan demikian tidak akan terjadi

kesalahan urutan data, walaupun ada penghalang sesaat.

Setiap data mempunyai lebar pulsa high (1) tertentu. Untuk nilai data 0, maka

lebar pulsa high yang dikirim adalah ± 1131 μ sekon. Programnya seperti berikut:

(60)

P3.7 ( AT89S51)

Demikian juga seterusnya jika yang dikirimkan data 1 s/d data 9, maka data ini akan

ditambah dengan nilai 1, dan kemudian hasil penjumlahannya digunakan sebagai

banyaknya perulangan dalam pengiriman pulsa.

Sebagai contoh jika data yang dikirimkan adalah data 1, maka data ini akan

ditambahkan 1 sehingga hasilnya menjadi 2. 2 inilah yang merupakan banyaknya

perulangan pengiriman pulsa. Jadi pulsa untuk data satu ± 2 x 1.131 μs = 2.262 μs.

Demikian pula untuk data-data yang lainnya.

4.5 Rangkaian Penerima Infra Merah

IC yang digunakan sebagai penerima infra merah adalah IC TSOP 1738. IC ini sering

digunakan sebagai penerima/receiver remote control dari TV atau VCD.

Rangkaiannya tampak seperti dibawah ini:

(61)

Gambar 4.2 Rangkaian Penerima Infra Merah

Pada rangkaian diatas digunakan resistor 100 ohm untuk membatasi arus yang masuk

pada rangkaian, sedangkan kapasitor 10 μF digunakan agar arus yang masuk ke IC

TSOP 1738 lebih stabil.

IC ini mempunyai karakteristik yaitu akan mengeluarkan logika high (1) atau

tegangan ± 4,5 volt pada outputnya jika IC ini mendapatkan pancaran sinar infra

merah dengan frekuensi antara 38 – 40 KHz, dan IC ini akan megeluarkan sinyal low

(0) atau tegangan ± 0,109 volt jika pancaran sinar infra merah dengan frekuensi antara

38 – 40 KHz berhenti, namun logika low tersebut hanya sesaat yaitu sekitar 1200 μs,

setelah itu outputnya kan kembali menjadi high. Sifat inilah yang dimanfaatkan

sebagai pengiriman data.

Output dari IC ini dihubungkan ke P3.7 pada mikrokontroler, sehingga setiap

kali IC ini mengeluarkan logika low atau hing pada outputnya, maka mikrokontroler

dapat langsung mendeteksinya. Programnya sebagai berikut :

Utama:

mov 60h,#0h

jb P3.7,$

nop

jnb P3.7,$

nilai:

(62)

acall hitung

jb P3.7,nilai

mov a,60h

mov b,#10

div ab

dec a

cjne a,#10,Utama

Awalnya mikrokontroler akan memasukkan nilai 0 pada alamat 60h, kemudian

menunggu sinyal low dari P3.7 yang terhubung ke output dari IC TSOP 1738. Jika ada

sinyal low, itu berarti ada data yang akan dikirim oleh pemancar, kemudian

mikrokontroler akan mengabaikan sinyal low tersebut sampai datang sinyal high,

sinyal high inilah yang dihitung oleh mikrokontroler sebagai data yang masuk. Data

yang masuk akan dibagikan dengan nilai 10. Hal ini dilakukan karena lebar data

pengirim 10 kali lebih besar daripada lebar data penerima, sehingga harus dibagi

dengan 10. Kemudian hasilnya akan dikurangi dengan 1, hal ini karena pada saat

pengiriman, setiap data telah ditambah dengan nilai satu. Selanjutnya lebar data akan

dibandingkan, apakah sama dengan 10 atau tidak, jika sama dengan 10 maka data ini

merupakan data startbit, dengan demikian 3 data setelah ini adalah merupakan data

temperatur, dan akan diambil untuk ditampilkan nilainya. Namun jika data tersebut

tidak sama dengan 10, maka data ini bukan merupakan data startbit, program akan

(63)

Setelah mendapatkan data startbit, maka mikrokontroler akan mengambil 3

data setelah data startbit tersebut, yang merupakan dara dari nilai temperatur yang

dikirimkan oleh pemancar. Programnya sebagai berikut :

(64)

acall hitung

jb P3.7,nilai3

Pada program di atas data nilai satuan akan disimpan di alamat 61h, data untuk nilai

puluhan akan disimpan pada alamat 62h, sedangkan data untuk nilai ratusan akan

disimpan pada alamat 63h . Kemudian data ini akan masing-masing akan dibagi

dengan nilai 10 dan dikurangi dengan 1 seperti data pada starbit, kemudian

ditampilkan pada display.

4.6 Pengujian Rangkaian ADC

Pengujian pada bagian rangkaian ADC ini dapat dilakukan dengan menghubungkan

rangkaian ADC ini dengan rangkaian mikrokontroler. Selanjutnya rangkaian

mikrokontroler dihubungkan dengan rangkaian display seven segmen. Mikrokontroler

diisi dengan program untuk membaca nilai yang ada pada rangkaian ADC, kemudian

hasil pembacaannya ditampilkan pada display seven segmen. Programnya adalah

sebagai berikut :

mov a,p2

mov b,#100

div ab

mov 70h,a

(65)

mov b,#10

div ab

mov 71h,a

mov 72h,b

Dengan program di atas, maka akan tampil nilai temperatur yang dideteksi

oleh sensor temperatur. Dengan demikian maka rangkaian ini telah berfungsi dengan

baik. Dari hasil pengujian didapatkan data sebagai berikut:

Tabel 4.1. Nilai temperatur yang dideteksi oleh sensor temperatur

Suhu terukur (°C) Output LM35 (mV) Output ADC Tampilan Display

(66)

BAB 5

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Mikrokontroler merupakan sebuah chip atau IC yang di dalamnya terdapat sebuah

prosessor dan flash memori yang dapat dibaca/tulis sampai 1000 kali, sehingga biaya

pengembangan menjadi murah karena dapat dihapus kemudian diisi kembali dengan

program lain sesuai dengan kebutuhan. Sistem Pengendalian suhu dengan AT89S51

ini mampu mempertahankan suhu yang dikehendaki pada daerah sekitar sensor. Hasil

Pengendaliannya dilakukan pada satu daerah atau pada daerah didekat sensor suhu,

dan untuk daerah yang letaknya jauh dari sensor. Bahasa yang digunakan untuk

memprogram IC mikrokontroler AT89S51 adalah bahasa assembly untuk MCS-51.

angka 51 merupakan jumlah instruksi pada bahasa ini hanya ada 51 instruksi tetapi

instruksi yang digunakan disini ada 10 instruksi.

5.2. Saran

Agar sistem/rangkaian yang diinginkan tidak terganggu, sebaiknya alat dikemas dalam

bentuk yang lebih aman dan terlindungi sehingga penggunaannya lebih efektif.

(67)

kegunaannya dikalangan mahasiswa maupun masyarakat. Untuk dimasa yang akan

(68)

DAFTAR PUSTAKA

Afgianto. 2004. Belajar Mikrokontroler AT89C51/52/55 Teori dan Aplikasi . Edisi

Kedua. Yogyakarta: Gava Media.

Ibrahim, KF. 1996. Teknik Digital . Edisi Pertama. Yogyakarta: ANDI

Lukito, Ediman. 1991. Pemrograman Dengan Menggunakan Bahasa Assembly.

Jakarta: PT. Elex Media Komputindo-Gramedia.

Samuel, H dan Tirtamihardja. 1996. Elektronika Digital. Cetakan 1. Yogyakarta:

Gambar

Gambar 2.2. Susunan seven segmen
Gambar 2.3. Konfigurasi seven segmen tipe common anoda
Gambar 2.6. LM 35 basic temperature sensor
Gambar  2.7. 8051 Editor, Assembler, Simulator (IDE)
+7

Referensi

Dokumen terkait

Untuk itu, penulis tertarik untuk meneliti masalah tersebut, khususnya pengaruh dari variabel kepastian harga, kualitas barang, dan fasilitas yang tersedia dengan

Hasil pengujian hipotesis ini telah konsisten dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Mauludin (2014) yang menyebutkan bahwa secara parsial kebijakan hutang berpengaruh

This data showed that nausea often occurred in the patients taking the aspirin with dosage of more than 80 mg (95%) compared to clopidogrel (7%).It can be concluded that

Melihat hasil tracking bisa dilakukan dengan klik tracker pada menu bar yang ada pada aplikasi, tentunya baru akan ada informasi dari produk apabila sudah ada

Namun, selulosa dengan berat molekul yang relatif tinggi tidak dapat larut. dalam pelarut tanpa pendinginan ke -12 o C atau tanpa penambahan urea

Pemilik usaha berniat untuk membeli mesin baru untuk menggantikan mesin lama yang3. dirasa sudah tidak sesuai lagi / ketinggalan

Pada bagian ini akan dijelaskan mengenai alur sistem pengiriman SMS Gateway. Pengiriman pesan melalui SMS ini ditujukan kepada masyarakat sekitar bantaran sungai agar

Di Indonesia definisi asuransi tertuang dalam UU Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 1992 Tentang Usaha Perasuransian 3 “asuransi atau pertanggungan adalah Perjanjian