PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN SELF REGULATED LEARNING
(SRL) TERHADAP SIKAP SPIRITUAL
DAN HASIL BELAJAR PKn
I Nym. Doni Pramana
1, A. A. Gede Agung
2, Ni N. Madri Antari
3 1Jurusan PGSD,
2Jurusan TP,
3Jurusan BK, FIP
Universitas Pendidikan Ganesha
Singaraja, Indonesia
e-mail: [email protected]
1, [email protected]
2,
[email protected]
3Abstrak
Permasalahan rendahnya sikap spiritual dan hasil belajar PKn yang ditemukan pada siswa kelas IV di kota singaraja menjadi masalah utama dilakukannya peneltian ini. Indikasi rendahnya sikap spiritual dan hasil belajar PKn tersebut dibuktikan oleh nilai rata-rata sikap spiritual 68,54 dan nilai rata-rata hasil belajar PKn 70,26, sedangkan KKM yang ditetapkan sekolah 75,00. Ini berarti bahwa nilai tersebut masih di bawah KKM. Rendahnya kondisi kedua variabel tersebut diduga karena guru dalam pengelolaan pembelajaran masih cenderung menggunakan model yang kurang inovatif. Maka penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan sikap spiritual dan hasil belajar PKn antara siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model Self Regulated
Learning dan siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model pembelajaran
konvensional pada siswa kelas IV tahun pelajaran 2014/2015 di Gugus XIII Kecamatan Buleleng. Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimen semu. Jumlah populasi 52 orang dan sampel 45 orang. Data sikap spiritual dikumpulkan dengan lembar penilaian diri dan hasil belajar PKn dengan tes pilihan ganda. Data yang terkumpul dianalisis menggunakan analisis statistik deskriptif dan statistik inferensial (uji-t dan uji multivariat). Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) terdapat perbedaan yang signifikan sikap spiritual antara siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model Self Regulated
Learning dan model pembelajaran konvensional (thit=3,854 > ttab=2,038), (2) terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar PKn antara siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model Self Regulated Learning dan model pembelajaran konvensional (thit=8,787 > ttab=2,038), (3) terdapat perbedaan yang signifikan sikap spiritual dan hasil belajar PKn antara siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model Self Regulated
Learning dan model pembelajaran konvensional (F=37,431 dan p<0,05).
Kata kunci: sikap spiritual, hasil belajar PKn, Self Regulated Learning
Abstract
The problems of lack scientific spiritual attitudes and civics learning outcomes found in the fourth grade students in the city of Singaraja become a main problem doing this research. Indications of lack spiritual attitudes and civics learning outcomes is evidenced by the average value of the spiritual attitudes 68.54 and the average value of civics learning outcomes 70.26, while a set of school KKM is 75.00. It means that the value is still below the KKM. The low condition of both variables presumably because the teacher in the learning management still tend to use models that are less innovative. The purposes of this research was to know the difference of students spiritual attitudes and civics learning outcomes between student group which studied by Self Regulated Learning model and conventional learning model of fourth grade students in the academic year of 2014/2015 in cluster XIII Buleleng. The type of this research was a quasai experiment with the population amounted to 52 students in total and 45 students as the sample. The data of students spiritual attitudes collected by self-assessment sheet and civic education learning outcomes was collected by multiple-choice tests. The data gained was analyzed by using descriptive and inferential statistic analysis technique (t-test and multivariate test). The results of this research find that: (1) there is a
significant difference of spiritual attitudes between student group which studied by Self Regulated Learning model and conventional learning model (tvalue=3.854 > ttable=2.038), (2) there is a significant difference civics learning outcomes between student group which studied by Self Regulated Learning model and conventional learning model (tvalue=8.787 > ttable=2.038), (3) There are significant differences of students spiritual attitudes and civic education outcomes between student group which studied by Self Regulated Learning model and conventional learning model (F=37.431 and p<0.05). Keywords: spiritual attitudes, civics learning outcomes, Self Regulated Learning
PENDAHULUAN
Dewasa ini kemajuan di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi demikian pesatnya. Sebagai konsekuensi logis dari hal tersebut, sumber daya manusia yang berkualitas harus disiapkan. Di samping menguasai IPTEK (Ilmu Pengetahuan dan Teknologi), juga harus memiliki IMTAQ (Iman dan Taqwa). Dengan demikian bangsa Indonesia senantiasa mampu mengikuti perkembangan di bidang Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, juga mampu mengantisipasi pengaruh dari luar yang dapat merusak dan mengancam tatanan hidup, ideologi, kepribadian, dan budaya bangsa.
Dalam upaya mewujudkan manusia yang seutuhnya atau sumber daya manusia yang berkualitas, diperlukan upaya-upaya konkrit secara maksimal. Salah satu diantaranya adalah pembinaan dan peningkatan moral siswa melalui pendidikan karakter sedini mungkin, yakni di jenjang sekolah dasar. Pendidikan dasar pada prinsipnya merupakan pondasi bagi jenjang menegah dan seterusnya, sebagai dasar dari usaha mencerdaskan kehidupan
bangsa yang diamanatkan dalam
Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945. Apabila dasar atau pondasi itu lemah, maka kita tidak dapat meletakkan landasan yang kokoh untuk menciptakan sumber daya manusuia yang berkualitas. Mengingat begitu pentingnya karakter, maka institusi pendidikan memiliki tanggung jawab untuk menanamkannya melalui pembelajaran. Salah satunya yakni melaluai pembelajaran PKn (Pendidikan Kearganegaraan).
PKn adalah salah satu mata pelajaran wajib yang harus diajarkan kepada siswa dari jenjang dasar (SD) sampai jenjang pendidikan SMA. Kurikulum 2006 (KTSP), merumuskan bahwa PKn merupakan mata pelajaran yang memfokuskan pada
pembentukan warga negara yang
memahami dan mampu melaksanakan hak-hak dan kewajibannya untuk menjadi warga negara Indonesia yang cerdas, terampil dan berkarakter yang diamanatkan oleh Pancasila dan UUD 1945. Melihat karakteristik mata pelajaran PKn tersebut, sangatlah cocok dijadikan sarana dalam
pembentukan karakter melalui
pembelajaran di sekolah.
Karakter mengacu pada beberapa hal, salah satunya adalah sikap (Zubaedi, 2011). Menurut Allport (Dalam Hamdani, tt) sikap merupakan kesiapan mental, yaitu suatu proses yang berlangsung dalam diri seseorang, bersama dengan pengalaman individual masing-masing, mengarahkan dan menentukan respon terhadap berbagai objek atau situasi. Maksudnya, sikap diartikan sebagai keadaan diri dalam manusia yang menggerakkan untuk bertindak atau berbuat dengan perasaan tertentu di dalam menanggapi objek situasi atau kondisi di lingkungan sekitarnya.
Elfindri. dkk (2012) membuat sebuah model pendidikan karakter, di dalam skema model karakter ini, spiritual dijadikan sumber inspirasi sekaligus menjadi tujuan. Hal tersebut mengindikasikan bahwa spiritual merupakan landasan atau dasar bagi karakter lainnya yang nantinya akan terbentuk dalam sebuah pembelajaran.
Berdasarkan uraian di atas, sikap dapat menunjukkan karakter seseorang. Secara sederhananya, karakter dapat dipahami sebagai perulangan suatu sikap. Suatu sikap bisa saja berubah-ubah sesuai dengan cara meresponnya. Namun suatu sikap yang dilakukan secara terus menurus atau berulang-ulang akan membentuk sebuah karakter. Begitulah hubungan antara karakter dan sikap dapat digambarkan. Spritual yang merupakan landasan terbentuknya karakter haruslah
kuat yang nantinya akan ditunjukkan oleh sikap spritual. Sikap spritual apabila terus dikembangkan maka akan membentuk manusia yang berkarakter, khususnya karakter yang berkaitan dengan iman dan taqwa. Hal inilah yang menunjang terbentuknya manusia yang berkualiatas. Dan apabila sikap spritual terus dipupuk dan dikembangkan oleh tenaga pendidik dalam dunia pendidikan maka tujuan pendidikan nasional akan terealisasikan.
Kebutuhan akan penanaman
pendidikan sikap spritual mulai nampak dan dirasakan penting setelah maraknya berbagai bentuk penyimpangan asusila, amoral di tengah masyarakat. Dengan melihat keadaan sekarang ini, tidak henti-hentinya mendengar berita tentang kriminalitas yang dilakukan oleh siswa-siswa seperti yang terjadi di beberapa daerah yang hampir setiap minggu diberitakan di berbagai media, baik media cetak maupun media elektronik. Perkelahian antar siswa sekolah tidak sedikit menimbulkan korban. Maraknya fenomena semacam itu, disadari atau tidak, merupakan imbas sistem pendidikan yang kurang optimal penerapannya dalam
membangun generasi yang utuh.
Akibatnya, mereka tampak begitu santun di sekolah, tetapi menjadi liar dan bringas di luar sekolah. Siswa tidak pernah dididik
secara serius dalam menumbuh
kembangkan sikap spritual. Ranah sikap spritual yang amat penting perananya dalam melahirkan generasi muda yang berakhlak mulia justru dimarjinalkan.
Permasalahan serupa terkait dengan sikap spiritual, tidak jarang ditemukan di beberapa sekolah. Seperti di beberapa Sekolah Dasar Gugus XIII Kecamatan Buleleng. Berdasarkan pengamatan yang dilakukan tentang sikap spiritual siswa di kelas maupun di luar kelas, ditemukan hal-hal yang tidak sesuai dengan sikap tersebut seperti beberapa siswa enggan untuk berada dalam satu kelompok dengan siswa yang berbeda agama ataupun berbeda jenis kelamin, hal itu menunjukkan siswa kurang menghargai sebagai sesama mahluk ciptaan Tuhan, tidak seriusnya siswa saat mengucapkan salam kepada guru. Selain itu, ditemukan pula beberapa sekolah yang tidak melaksanakan kegiatan
berdoa diawal ataupun diakhir
pembelajaran. Melihat perilaku-perilaku siswa di atas, bisa dikatakan sikap spiritual siswa cenderung rendah.
Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan di Sekolah Dasar Gugus XIII Kecamatan Buleleng terkait pembelajaran di kelas, terdapat beberapa permasalahan yang diidentifikasi sebagai penyebab rendahnya sikap spiritual siswa, yakni pembelajaran masih berpusat pada guru (teacher centered). Guru cenderung menggunakan metode ceramah, sehingga rutinitas pembelajaran menjadi kaku dan monoton. Melihat keadaan tersebut, pembelajaran yang dilakuakan masih bersifat konvensional. Di mana penyampaian materi dalam pembelajaran konvensional lebih banyak dilakukan melalui ceramah (Rasana dalam Atmaja, 2013). Hal tersebut menyebabkan siswa menjadi pasif, sehingga siswa kurang berinteraksi dengan siswa lainnya yang berdampak pada kurangnya apresiasi terhadap masalah kemanusian, kejujuran, demokratis, toleransi, dan kedamaian hidup.
Pembelajaran yang tidak efektif tersebut di atas tentunya akan berdampak pada perolehan nilai hasil belajar siswa. Hasil ulangan PKn semester I tahun pelajaran 2014/2015 di Sekolah Dasar Gugus XIII Kecamatan Buleleng, menunjukkan hasil belajar PKn siswa secara umum masih tergolong rendah. Nilai rata-rata PKn siswa di gugus ini pada ulangan umum semester I tahun pelajaran 2014/2015 adalah 70,26. Sementara itu, kriteria ketuntasan minimal untuk mata pelajaran PKn adalah 72. Berdasarkan hasil ulangan tersebut, tampak bahwa rata-rata nilai siswa masih di bawah kriteria ketuntasan minimal yang harus dicapai. Rendahnya rata-rata nilai PKn siswa menunjukkan bahwa sebagian besar siswa memperoleh nilai yang rendah.
Masalah rendahnya sikap spiritual dan hasil belajar siswa tersebut perlu dicarikan
solusi agar pembelajaran yang
dilaksanakan dapat menumbuh
kembangkan sikap spiritual dan meningkatkan hasil belajar siswa. Dalam hal ini, perlu diterapkan model pembelajaran yang berpusat pada siswa, di
mana belajar diarahkan oleh siswa itu sendiri. Model pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk melakukan dan mengola sendiri pembelajarannya adalah model Self Regulated Learning (SRL).
Model pembelajaran Self Regulated Learning (SLR) adalah salah satu model pembelajaran yang memberikan keleluasan kepada siswa untuk mengelola secara efektif pembelajaran sendiri dalam berbagai cara sehingga mencapai hasil belajar yang optimal (Santyasa, 2012). Model ini menyediakan peluang kepada siswa untuk menjalani proses aktif untuk melakukan regulasi diri, mengontrol sendiri proses
pembelajaran yang dilakukan,
menumbuhkan motivasi diri, dan mengembangkan kepercayaan diri, serta memilih atau mengatur sendiri lingkungan belajarnya untuk mendukung keefektifan belajar yang mencakup lingkungan fisik dan nonfisik.
Pada model pembelajaran SRL, siswa memiliki otonomi penuh dalam pengaturan cara dan kondisi yang terbaik bagi dirinya untuk belajar. Selain itu, siswa juga memiliki otonomi untuk memberdayakan potensi teman sebaya dan guru dalam rangka memecahkan permasalahan dalam belajar. Apabila siswa mengalami kesulitan belajar, siswa bisa meminta bantuan kepada siswa lain atau guru. Hal tersebut dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk melakukan interaksi baik itu dengan siswa lain maupun guru. Dalam interaksi inilah muncul sikap-sikap yang menghargai dan menghayati ajaran agama yang dianut, seperti memelihara hubungan baik dengan sesama umat ciptaan Tuhan. Melihat karakteristik model pembelajaran Self Regulated Learning (SRL) seperti itu sangat cocok untuk menumbuhkembangkan sikap spritual dan meningkatkan hasil belajar PKn siswa.
Sikap spiritual memiliki pengertian sebagai sikap dan perilaku yang patuh dalam melaksanakan ajaran agama yang dianutnya, toleran terhadap pelaksanaan ibadah agama lain, dan hidup rukun dengan pemeluk agama lain. Adapun beberapa tindakan atau perilaku siswa yang dapat dijadikan indikator yang mencerminkan sikap spiritual, yakni (1) berdoa sebelum
dan sesudah menjalankan sesuatu, (2) menjalankan ibadah tepat waktu, (3) memberi salam pada awal dan akhir saat menyampaikan pendapat sesuai agama yang dianut, (4) memelihara hubungan baik dengan sesama umat ciptaan Tuhan Yang Maha Esa, (5) bersyukur atas nikmat dan
karunia Tuhan Yang Maha Esa
(Kemendikbud, 2013).
Menurut Susanto (2013) hasil belajar yaitu, perubahan-perubahan yang terjadi pada diri siswa, baik yang menyangkut aspek kognitif, afektif, dan psikomotor sebagai hasil dari kegiatan belajar. Mengacu pada pengertian tersebut, maka hasil belajar PKn adalah perubahan perilaku yang relatif menetap dalam diri siswa yang mencerminkan pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang dinyatakan dalam skor setelah siswa tersebut mengikuti kegiatan pembelajaran PKn. Hasil belajar PKn dalam penelitian ini adalah kemampuan yang dimiliki siswa setelah mengikuti pembelajaran PKn pada
materi dampak globalisasi di
lingkungannya. Perubahan ini dinyatakan dalam bentuk skor yang mampu dicapai oleh siswa ketika mengikuti tes mata pelajaran PKn.
Berdasarkan pemaparan di atas, maka dalam penelitian ini dapat dikemukakan tiga tujuan penelitian, yaitu (1) untuk mengetahui perbedaan yang signifikan sikap spiritual antara siswa yang mengikuti pembelajaran dengan Model Pembelajaran Self Regulated Learning (SRL) dan siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model pembelajaran konvensional, (2) untuk mengetahui perbedaan yang signifikan hasil belajar PKn antara siswa yang mengikuti pembelajaran dengan Model Pembelajaran Self Regulated Learning (SRL) dan siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model pembelajaran konvensional, (3) untuk mengetahui perbedaan yang signifikan sikap spiritual dan hasil belajar PKn antara siswa yang mengikuti pembelajaran dengan Model Pembelajaran Self Regulated Learning (SRL) dan siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model pembelajaran konvensional pada siswa kelas IV tahun pelajaran 2014/2015 di Gugus XIII Kecamatan Buleleng.
METODE
Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimen semu (quasi eksperiment). Disebut eksperimen semu karena subjek eksperimen tidak dirandomisasi untuk menentukan sampel dan ditempatkan dalam kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Adapun desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Non Equivalent Post-Test Only Control Group Design.
Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas IV sekolah dasar tahun pelajaran 2014/2015 di Gugus XIII Kecamatan Buleleng, Kabupaten Buleleng. Pada penelitian ini, teknik pemilihan sampel yang digunakan untuk memilih kelas eksperimen dan kelas kontrol adalah dengan cara Random sampling/sampling kelompok acak. Teknik ini digunakan sebagai teknik pengambilan sampel karena individu-individu pada populasi telah terdistribusi ke dalam kelas-kelas sehingga tidak memungkinkan untuk melakukan pengacakan terhadap individu-individu dalam populasi. Tahap pertama dilakukan uji kesetaraan dengan memberikan instrumen penilaian yang sama kepada seluruh populasi atau sekolah. Hal ini dilakukan untuk mengetahui apakah sekolah tersebut setara atau tidak. Untuk mengetahui sampel benar-benar setara, dilakukan uji-t kesetaraan dengan rumus separated varians.
Berdasarkan uji kesetaraan yang telah dilakukan dengan uji-t, seluruh populasi dinyatakan setara. Selanjutnya penentuan sampel dengan teknik random sampling, maka terpilihlah siswa kelas IV Sekolah Dasar No. 1 Banjar Tegal sebagai kelas eksperimen dan siswa kelas IV Sekolah Dasar No. 2 Banjar Tegal sebagai kelas kontrol. Kelas eksperimen diberikan perlakuan pembelajaran dengan model pembelajaran Self Regulated Learning dan kelas kontrol diberikan perlakuan pembelajaran dengan model pembelajaran konvensional.
Dalam penelitian ini, terdapat satu variabel independent (bebas) dan dua variabel dependent (terikat). Variabel
independent tersebut adalah model
pembelajaran Self Regulated Learning (SRL), sedangkan variabel dependent
adalah sikap spiritual dan hasil belajar PKn siswa.
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri dari dua jenis data meliputi sikap spiritual dan hasil belajar PKn. Data sikap spiritual dikumpulkan dengan menggunakan lembar penilaian diri. Penilaian diri merupakan penilaian yang dilakukan sendiri oleh peserta didik secara reflektif untuk membandingkan posisi relatifnya dengan kriteria yang telah ditetapkan (Kemendikbud, 2013:7). Sedangkan untuk mengumpulkan data hasil belajar PKn menggunakan tes hasil belajar berupa tes pilihan ganda. Setelah instrumen tersusun, agar instrumen itu memenuhi syarat instrumen yang baik, maka dilakukan uji validitas dan uji reliabilitas. Instrumen yang telah disusun kemudian diujicobakan untuk mendapatkan gambaran secara empirik tentang kelayakan instrumen tersebut dipergunakan sebagai instrumen penelitian. Hasil uji coba dianalisis lebih lanjut untuk mendapatkan validitas, reliabilitas instrumen tersebut.
Data yang terkumpul dalam penelitian ini dianalisis menggunakan statistik deskriptif dan statistik inferensial (uji-t dan uji multivariat). Pada teknik analisis statistik deskriptif akan dicari mean, median, modus, standar deviasi, dan varians sikap spiritual dan hasil belajar PKn dari kelas eksperimen dan kelas kontrol. Analisis deskriptif digunakan untuk mengetahui tinggi rendahnya kualitas dari dua variabel yaitu sikap spiritual dan hasil belajar siswa. Untuk mengetahui tinggi rendahnya kualitas dari dua variabel tersebut digunakan pedoman konversi PAP Skala Lima.
Teknik analisis statistik inferensial (uji-t dan uji mul(uji-tivaria(uji-t) digunakan un(uji-tuk menguji hipotesis penelitian. Sebelum melakukan uji hipotesis, harus dilakukan beberapa uji prasyarat, yaitu uji normalitas sebaran data dan uji homogenitas varians. Untuk uji normalitas sebaran data dan uji homogenitas varians menggunakan bantuan program IBM SPSS Statistics 22 for windows. Kriteria pengujian data berdistribusi normal dan varians homogen jika angka signifikan > 0,05 (p>0,05).
Dalam penelitian ini akan diuji tiga hipotesis. Pengujian hipotesis pertama dan kedua dilakukan dengan menggunakan uji-t
sampel independent (tidak berkorelasi) dengan rumus separated varians dengan kriteria tolak H0 jika thit > ttab dan terima H0
jika thit < ttab. Sedangkan hipotesis ketiga
digunakan uji multivariat untuk mengetahui pengaruh masing-masing variabel independen terhadap variabel dependen secara bersama-sama. Pengujian pengaruh antar subjek dilakukan dengan melihat analisis Pillae Trace Wilk’s Lambda, Hotelling’s Trace, dan Roy’s Largest Root terhadap angka signifikan statistik F varians. Angka signifikan lebih kecil dari 0,05 berarti H0 ditolak. Analisi ini
menggunakan bantuan program IBM SPSS Statistics 22 for windows. Jika H0 ditolak
dan HA diterima, dapat diinterpretasikan
bahwa terdapat perbedaan yang signifikan sikap spiritual dan hasil belajar PKn antara siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model pembelajaran Self Regulated Learning (SRL) dan siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model pembelajaran konvensional pada siswa kelas IV tahun pelajaran 2014/2015 di Gugus XIII Kecamatan Buleleng.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Berdasarkan analisis statistik deskriptif pada hasil posttest sikap spiritual dan hasil belajar PKn dari kelompok eksperimen dan kontrol diperoleh mean, median, modus, varians, dan standar deviasi adalah sebagaai berikut.
Tabel 1. Deskripsi Data Hasil Penelitian
Statistik Deskriptif A1 A2 Y1 Y2 Y1 Y2 Mean 67,8 15,11 58,16 10,11 Median 68,2 15 56,35 9,5 Modus 69,25 17 55,21 9 Varians 37,92 5,03 25,10 4,10 standar deviasi 6,16 2,2 5,03 2,02 Keterangan:
A1Y1 : sikap spiritual siswa kelompok eksperimen A1Y2 : hasil belajar PKn siswa kelompok eksperimen A2Y1 : sikap spiritual siswa kelompok kontrol
A2Y2 : hasil belajar PKn siswa kelompok kontrol Untuk mengetahui kualitas dari variabel sikap spiritual siswa, skor rata-rata sikap spiritual siswa dikonversikan dengan menggunakan pedoman konversi PAP skala lima. Berdasarkan hasil konversi skor rata-rata sikap spiritual siswa kelompok eksperimen, diperoleh 84,75. Hasil konversi tersebut tergolong kriteria tinggi. Sedangkan berdasarkan hasil konversi skor rata-rata sikap spiritual siswa kelompok kontrol, diperoleh 72,7. Hasil konversi tersebut tergolong kriteria sedang.
Untuk mengetahui kualitas dari variabel hasil belajar PKn siswa, skor rata-rata hasil belajar PKn siswa dikonversikan dengan menggunakan pedoman konversi PAP skala lima. Berdasarkan hasil konversi skor rata-rata hasil belajar PKn siswa kelompok eksperimen, diperoleh 75,55. Hasil konversi tersebut tergolong sedang.
Sedangkan berdasarkan hasil konversi skor rata-rata hasil belajar PKn siswa kelompok kontrol, diperoleh 50,55. Hasil konversi tersebut tergolong sangat rendah.
Selanjutnya akan dilakukan uji hipotesis yaitu dengan menggunakan uji-t dan uji uji multivariat. Namun, sebelum melakukan uji hipotesis, terlebih dahulu harus melalui dua uji prasyarat yaitu uji normalitas dan uji homogenitas.
Berdasarkan hasil perhitungan analisis Kolmogorov-Smirnov dengan menggunakan bantuan program IBM SPSS Statistics 22 for windows terhadap hasil post-test sikap spiritual, diperoleh hasil post-test kelompok eksperimen dengan p = 0,151. Sedangkan, hasil analisis post-test kelompok kontrol diperoleh p = 0,203. Hal ini berarti, Hal ini berarti, angka signifikan > 0,05 (p>0,05), sehingga data hasil post-test
kelompok eksperimen dan kontrol berdistribusi normal. Demikian pula dengan hasil post-test hasil belajar PKn, diperoleh hasil post-test kelompok eksperimen dengan p = 0,134. Sedangkan, hasil analisis post-test kelompok kontrol diperoleh p = 0,208. Hal ini berarti, angka signifikan > 0,05 (p>0,05).
Berdasarkan perhitungan uji homogenitas kelompok sampel dengan menggunakan bantuan program IBM SPSS Statistics 22 for windows, diperoleh hasil
post-test sikap spiritual kelompok
eksperimen dan kontrol adalah 0,956. Hal ini berarti, angka signifikan > 0,05 (p>0,05). Demikian pula untuk hasil post-test hasil belajar PKn kelompok eksperimen dan kontrol diperoleh angka signifikan 0,146. Hal ini berarti, angka signifikan > 0,05 (p>0,05), sehingga varians data hasil post-test sikap spiritual dan hasil belajar PKn antar kelompok eksperimen dan kontrol homogen.
Setelah melakukan uji prasyarat maka dapat dilanjutkan dengan uji hipotesis. Uji hipotesis terhadap hipotesis pertama dan kedua menggunakan uji-t separated varians, sedangkan uji hipotesis ketiga menggunakan uji multivariat (MANOVA) dengan bantuan program IBM SPSS Statistics 22 for windows.
Berdasarkan hasil pengujian hipotesis pertama, diketahui bahwa hasil perhitungan uji-t diperoleh thit sebesar 3,854. Sedangkan
ttab pada taraf signifikansi 5% adalah 2,083.
Hal ini berarti, thit lebih besar dari ttab (thit >
ttab), sehingga H0 ditolak dan HA diterima.
Dengan demikian, dapat diinterpretasikan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan sikap spiritual antara siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model pembelajaran Self Regulated Learning (SRL) dan siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model pembelajaran konvensional pada siswa kelas IV tahun pelajaran 2014/2015 di Gugus XIII Kecamatan Buleleng.
Berdasarkan hasil pengujian hipotesis kedua, diketahui bahwa hasil perhitungan uji-t diperoleh thit sebesar 8,787. Sedangkan
ttab pada taraf signifikansi 5% adalah 2,083.
Hal ini berarti, thit lebih besar dari ttab (thit >
ttab), sehingga H0 ditolak dan HA diterima.
Dengan demikian, dapat diinterpretasikan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar PKn antara siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model pembelajaran Self Regulated Learning (SRL) dan siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model pembelajaran konvensional pada siswa kelas IV tahun pelajaran 2014/2015 di Gugus XIII
Kecamatan Buleleng. Rangkuman
perhitungan uji-t disajikan pada Tabel 2. Tabel 2. Rangkuman Hasil Perhitungan Uji-t
Data Kelompok N X s2 thit ttab (t.s. 5%)
Sikap Spiritual Eksperimen 27 67,8 37,92
Kontrol 18 58,16 25,10
Hasil Belajar Eksperimen 27 15,11 5,03
Kontrol 18 10,11 4,10
Keterangan: N = jumlah, X = mean, s2 = varians Untuk menguji hipotesis ketiga digunakan uji Multivariate dengan bantuan program IBM SPSS Statistics 22 for
windows. Berdasarkan uji Multivariate
diperoleh hasil perhitungan nilai-nilai statistik Pillae Trace, Wilk’s Lambda, Hotelling’s Trace, dan Roy’s Largest Root masing-masing dengan nilai F = 37,431 dan p<0,05, sehingga H0 ditolak dan HA diterima.
Dengan demikian, dapat diinterpretasikan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan sikap spiritual dan hasil belajar PKn antara siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model pembelajaran Self Regulated Learning (SRL) dan siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model pembelajaran konvensional pada siswa kelas IV tahun pelajaran 2014/2015 di Gugus XIII
3,854 2,083
8,787 2,083 PKn
Kecamatan Buleleng. Hasil uji Multivariate ditunjukkan pada Tabel 3. Tabel 3 Hasil Uji Multivariate
Effect Value F Hypothesis df Error df Sig.
Intercept Pillai's Trace .993 2895.495 2.000 42.000 .000
Wilks' Lambda .007 2895.495 2.000 42.000 .000
Hotelling's Trace 137.881 2895.495 2.000 42.000 .000
Roy's Largest Root 137.881 2895.495b 2.000 42.000 .000
KELAS Pillai's Trace .641 37.431 2.000 42.000 .000
Wilks' Lambda .359 37.431 2.000 42.000 .000
Hotelling's Trace 1.782 37.431 2.000 42.000 .000
Roy's Largest Root 1.782 37.431 2.000 42.000 .000
Hipotesis pertama, berdasarkan hasil perhitungan uji-t diperoleh thit = 3,854 dan
ttab = 2,083 (taraf signifikan 5%). Hasil
perhitungan tersebut menunjukkan bahwa thit lebih besar dari ttab (thit > ttab), sehingga
H0 ditolak dan HA diterima. Dengan
demikian, terdapat perbedaan yang signifikan sikap spiritual antara siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model pembelajaran Self Regulated Learning (SRL) dan siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model pembelajaran konvensional pada siswa kelas IV tahun pelajaran 2014/2015 di Gugus XIII Kecamatan Buleleng.
Perbedaan sikap spiritual yang signifikan antara siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model pembelajaran Self Regulated Learning (SRL) dan siswa yang mengikuti pembelajaran dengan dengan model pembelajaran konvensional disebabkan karena perbedaan karakteristik dari masing-masing model pembelajaran tersebut. Menurut Santyasa, (2012) model pembelajaran Self Regulated Learning (SRL) adalah suatu model pembelajaran yang memberikan keleluasaan kepada siswa untuk mengelola secara efektif pembelajaran sendiri dalam berbagai cara, sehingga mencapai hasil belajar yang optimal. Dengan demikian, model ini menyediakan peluang kepada siswa untuk mengontrol sendiri proses pembelajaran yang dilakukan, serta memilih atau mengatur sendiri lingkungan belajarnya untuk mendukung keefektifan belajar yang mencakup lingkungan fisik dan nonfisik.
Pada model pembelajaran SRL, siswa memiliki otonomi penuh dalam pengaturan
cara dan kondisi yang terbaik bagi dirinya untuk belajar. Selain itu, siswa juga memiliki otonomi untuk memberdayakan potensi teman sebaya dan guru dalam rangka memecahkan permasalahan dalam belajar. Apabila siswa mengalami kesulitan belajar, siswa bisa meminta bantuan kepada siswa lain atau guru. Hal tersebut dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk melakukan interaksi baik itu dengan siswa lain maupun guru. Dalam interaksi inilah muncul sikap-sikap yang menghargai dan menghayati ajaran agama yang dianut, seperti memelihara hubungan baik dengan sesama umat ciptaan Tuhan.
Hipotesis kedua, berdasarkan hasil perhitungan uji-t diperoleh thit = 8,787 dan
ttab = 2,083 (taraf signifikan 5%). Hasil
perhitungan tersebut menunjukkan bahwa thit lebih besar dari ttab (thit > ttab), sehingga
H0 ditolak dan HA diterima. Dengan
demikian, terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar PKn antara siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model pembelajaran Self Regulated Learning (SRL) dan siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model pembelajaran konvensional pada siswa kelas IV tahun pelajaran 2014/2015 di Gugus XIII Kecamatan Buleleng.
Perbedaan hasil belajar PKn yang signifikan antara siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model pembelajaran Self Regulated Learning (SRL) dan siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model pembelajaran konvensional disebabkan karena perbedaan perlakuan pada langkah-langkah pembelajaran dan proses penyampaian materi. Pembelajaran
dengan model pembelajaran SRL menekankan aktivitas siswa melalui langkah-langkah, yaitu: analyse, plan, implement, comprehend, problem solving, evaluate, modify (Santyasa, 2012).
Pada tahap analyse, siswa
menganalisis materi dan tujuan pembelajaran. Siswa juga mengorganisasi materi pembelajaran serta konsep-konsep sebelumnya yang terkait agar lebih mudah memahami pembelajaran yang akan dilakukan. Pada tahap plan, siswa menyusun dan merancang semua kegiatan
pembelajaran. Guru memberikan
pandangan terhadap langkah-langkah yang akan dilaksanakan siswa. Pada tahap
implement, siswa memilih dan
mengimplementasikan perencanaannya dalam proses pembelajaran. Siswa
melakukan pembelajaran secara
berkelompok, di mana pembentukkan kelompok diserahkan sepenuhnya kepada siswa. Pada tahap comprehend, siswa mengamati pemahaman sendiri terhadap konsep-konsep yang telah dipelajari. Pada tahap problem solving, siswa memecahkan masalah-masalah yang dihadapi serta konsep-konsep yang belum dimengerti selama pembelajaran. Pada tahap evaluate, siswa mengevaluasi mutu atau kemampuan diri tentang apa yang telah dikerjakan dalam proses pembelajaran. Siswa memperbaiki kesalahan serta melengkapi kekurangannya selama pembelajaran. Pada tahap modify, siswa
membuat kesimpulan terhadap
pembelajaran, peran guru hanya sebagai fasilitator dan mediator pembelajaran.
Hipotesis ketiga, berdasarkan
ringkasan uji Multivariate diperoleh hasil perhitungan nilai-nilai statistik Pillae Trace, Wilk’s Lambda, Hotelling’s Trace, dan Roy’s Largest Root masing-masing dengan nilai F = 37,431 dan p<0,05, sehingga H0 ditolak
dan HA diterima. Dengan demikian, dapat
diinterpretasikan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan sikap spiritual dan hasil belajar PKn antara siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model pembelajaran Self Regulated Learning (SRL) dan siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model pembelajaran konvensional pada siswa kelas IV tahun
pelajaran 2014/2015 di Gugus XIII Kecamatan Buleleng.
Perbedaan sikap spiritual dan hasil belajar PKn yang signifikan antara siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model pembelajaran Self Regulated Learning (SRL) dan siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model pembelajaran konvensional disebabkan karena dalam pembelajaran dengan model pembelajaran Self Regulated Learning (SRL) lebih memberikan keleluasan kepada siswa untuk mengelola secara efektif pembelajaran sendiri dalam berbagai cara, sehingga mencapai hasil belajar yang optimal. Keluasaan dalam mengelola pembelajaran telah terintegrasi pada ketujuh langkah pembelajaran SRL, yaitu analyse, plan, implement, comprehend, problem solving, evaluate, modify. Ketujuh langkah tersebut benar-benar memberikan peluang seluas-luasnya pada siswa untuk
berkreasi dalam mengelola
pembelajarannya sendiri. Siswa memiliki otonomi penuh dalam pengaturan cara dan kondisi yang terbaik bagi dirinya untuk belajar. Selain itu, siswa juga memiliki otonomi untuk memberdayakan potensi teman sebaya dan guru dalam rangka memecahkan permasalahan dalam belajar.
Hal tersebut dapat memberikan
kesempatan kepada siswa untuk
melakukan interaksi baik itu dengan siswa lain maupun guru. Dalam interaksi inilah muncul sikap-sikap yang menunjukkan memelihara hubungan baik dengan sesama umat ciptaan Tuhan Yang Maha Esa, dan siswa menjadi lebih termotivasi untuk belajar dan mengalami sendiri proses pembelajarannya sehingga menimbulkan kebermaknaan dalam belajar. Hal ini memberikan pengaruh positif terhadap sikap spiritual dan hasil belajar siswa.
Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Sandyagraha (2014). Penelitian tersebut menunjukan perbedaan yang signifikan prestasi belajar PKn yang diakibatkan oleh perbedaan model pembelajaran. Hal tersebut dapat dilihat dari prestasi belajar PKn siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model pembelajarn Self Regulated Learning (SRL) lebih baik daripada prestasi belajar siswa yang mengikuti pembelajaran
dengan model pembelajaran konvensional. Dengan demikian, implementasi model pembelajaran Self Regulated Learning dalam pembelajaran mampu meningkatkan prestasi belajar PKn siswa. Penelitian lain yang dilaksanakan oleh Novitayati (2013) pada siswa SMK Negeri 3 Malang. Dalam penelitiannya diperoleh bahwa model pembelajaran Self Regulated Learning telah memberikan kotribusi yang cukup signifikan terhadap hasil belajar siswa. Oleh karena itu, hasil penelitian ini berhasil memperkuat penelitian-penelitian tentang penerapan model pembelajarn Self Regulated Learning (SRL) sebelumnya.
SIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan di atas, dapat disimpulkan beberapa hal, yaitu: 1) terdapat perbedaan yang signifikan sikap spiritual antara siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model pembelajaran Self Regulated Learning (SRL) dan siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model pembelajaran konvensional pada siswa kelas IV tahun pelajaran 2014/2015 di Gugus XIII Kecamatan Buleleng, 2) terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar PKn antara siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model pembelajaran Self Regulated Learning (SRL) dan siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model pembelajaran konvensional pada siswa kelas IV tahun pelajaran 2014/2015 di Gugus XIII Kecamatan Buleleng, 3) terdapat perbedaan yang signifikan sikap spiritual dan hasil belajar PKn antara siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model pembelajaran Self Regulated Learning (SRL) dan siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model pembelajaran konvensional pada siswa kelas IV tahun pelajaran 2014/2015 di Gugus XIII Kecamatan Buleleng.
Saran yang dapat disampaikan berdasarkan penelitian yang telah dilakukan adalah sebagai berikut. Kepada siwa di sekolah dasar agar mampu mengontrol sendiri proses pembelajaran yang dilakukan, serta memilih atau mengatur sendiri lingkungan belajarnya untuk mendukung keefektifan belajar. Selain itu, siswa juga harus mampu memberdayakan
potensi teman sebaya dan guru dalam rangka memecahkan permasalahan dalam belajar. Kepada guru di sekolah dasar agar lebih berinovasi dalam pembelajaran
dengan menerapkan suatu model
pembelajaran yang inovatif dan didukung media pembelajaran yang relevan untuk dapat meningkatkan hasil belajar dan membentuk sikap siswa yang lebih baik.
Kepada sekolah yang mengalami
permasalahan rendahnya sikap spiritual dan hasil PKn, disarankan untuk mengimplementasikan model pembelajaran Self Regulated Learning (SRL) dalam pembelajaran di sekolah tersebut. Kepada peneliti lain yang berminat untuk mengadakan penelitian lebih lanjut tentang model pembelajaran Self Regulated
Learning (SRL) sebaiknya lebih
mnengembangkan ruang lingkup
penelitiannya, tidak hanya dalam bidang ilmu PKn dan sikap spiritual saja, namun dapat pula pada bidang ilmu dan sikap lainnya.
DAFTAR PUSTAKA
Atmaja, Sang Made. 2013. Pengaruh Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Berbasis Konsep Tri Pramana Terhadap Hasil Belajar IPA Siswa Kelas V Di SDN 1 Sangsit. Skripsi (tidak diterbitkan). Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Ilmu Pendidikan. Universitas Pendidikan Ganesha.
Depdiknas. 2006. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Jakarta: Depdiknas.
Elfindri. dkk. 2012. Pendidikan Karakter. Jakarta: Baduose Media.
Hamdani, Soleh. tt. Pengertian Sikap. Tersedia pada: https://solehhamdani. wordpress.com/sosiologi/pengertian-sikap/. Diakses pada 19 Januari 2015. Kemendikbud. 2013. Panduan Teknis
Penilaian di Sekolah Dasar. Jakarta. Novitayati, Ratna. 2013. Pengaruh Metode
Blended Learning dan Self Regulated
Learning Terhadap Hasil Belajar
Kognitif IPS. Jurnal Penelitian
Sandyagraha, I Dewa Nyoman Gde. 2014. Pengaruh Penerapan Model Self Regulated Learning Berbasis Asesmen Kinerja Terhadap Prestasi Belajar Pkn Dengan Kovariabel Self-Efficacy Pada Siswa Kelas XI Akuntansi SMK Negeri 1 Singaraja. Tesis (tidak diterbitkan). Program Studi Penelitian dan Evaluasi Pendidikan. Program Pasca Sarjana Universitas Pendidikan Ganesha. Santyasa, I Wayan. 2012. Pembelajaran
Inovatif. Singaraja: Universitas
Pendidikan Ganesha.
Susanto, Ahmad. 2013. Teori Belajar &
Pembeljaran di Sekolah Dasar.
Jakarta: Kencana.
Zubaedi. 2011. Desain Pendidikan Karakter. Jakarta: Prenada Media Group.