• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS RESIDU INSEKTISIDA, FOSFAT DAN KLORIDA PADA TANAMAN BROKOLI (Brassica oleracea L. Grup Italica) DI PERKEBUNAN PADANG LAWEH SUMATERA BARAT

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ANALISIS RESIDU INSEKTISIDA, FOSFAT DAN KLORIDA PADA TANAMAN BROKOLI (Brassica oleracea L. Grup Italica) DI PERKEBUNAN PADANG LAWEH SUMATERA BARAT"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

Repository FMIPA 1

ANALISIS RESIDU INSEKTISIDA, FOSFAT DAN KLORIDA

PADA TANAMAN BROKOLI (Brassica oleracea L. Grup Italica) DI

PERKEBUNAN PADANG LAWEH SUMATERA BARAT

Riana Zulfa1, Itwawita2, Ganis Fia Kartika2

1Mahasiswa Program S1 Kimia FMIPA-Universitas Riau 2Bidang Kimia Analitik Jurusan Kimia

Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Riau Kampus Binawidya, Pekanbaru, 28293, Indonesia

rianazulfa22@yahoo.com ABSTRACT

Chemical insecticides have been widely employed for effective controlling of insect, but their indiscriminate use may create health hazards due to toxic residue that may persist on broccoli. The aims of this study was to analyze the levels of pesticide residues in broccoli with and without rinse with normal and hot water. Diazinon, chlorpyrifos and cypermethrin residues in broccoli were analyzed by gas chromatography, phosphate content by UV – Vis spectrophotometry and and Argentometry titration for chloride. The results showed that concentration of diazinon was ranged from 0.4321 to 0.4509 mg/kg, while residues of chlorpyrifos and cypermethrin were not detected. Normal and hot water rinse treatment could reduce 12.5 – 76.2% and 79.2 – 89.9% of diazinon residue, respectively. Based on MRL, the level of diazinon residue was under the standard (0.5 mg/kg). The rinse water treatment for phosphate were in the range of 2.2385 – 6.9725 ppm (normal water) and 46.3305 – 49.0825 ppm (hot water), while the chloride concentration were 0 – 0.1258 ppm (normal water) and 0.6296 – 1.0073 ppm (hot water). It could be concluded that hot water rinse treatment was effectively reduce the level pesticide residues in broccoli.

Keywords : broccoli, pesticide residues, washing effect

ABSTRAK

Insektisida kimia telah banyak digunakan sebagai cara yang efektif untuk pengendalian serangga, namun penggunaaan yang tidak sesuai aturan dapat membahayakan kesehatan akibat residu beracun yang tertahan pada brokoli. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis tingkat residu pestisida dalam brokoli dengan dan tanpa pencucian menggunakan air biasa dan air panas. Residu diazinon, klorpirifos dan sipermetrin dalam brokoli dianalisis dengan kromatografi gas, uji fosfat dengan spektrofotometri UV - Vis dan uji klorida dengan titrasi Argentometri (Mohr). Hasil penelitian menunjukkan bahwa konsentrasi diazinon yang diperoleh berkisar antara 0,4321 – 0,4509 mg/kg, sedangkan residu klorpirifos dan sipermetrin tidak terdeteksi. Pencucian dengan air biasa dan air panas dapat mengurangi residu diazinon masing – masing

(2)

Repository FMIPA 1

sebesar 12,5 – 76,2 % dan 79,2 – 89,9 %. Berdasarkan BMR, tingkat residu diazinon masih berada di bawah standar yaitu 0,5 mg/kg. Kandungan fosfat pada air pencucian brokoli dengan air biasa berkisar 2,2385 – 6,9725 ppm dan dengan air panas berkisar antara 46,3305 – 49,0825 ppm, sedangkan kandungan klorida dalam sampel air pencucian brokoli dengan air biasa berkisar antara 0 – 0,1258 ppm dan dengan air panas berkisar antara 0,6296 – 1,0073 ppm. Dapat disimpulkan bahwa pencucian dengan air panas efektif mengurangi residu pestisida tingkat dalam brokoli.

Kata kunci : brokoli, residu pestisida, efek pencucian

PENDAHULUAN

Brokoli merupakan salah satu

sayuran yang mengalami banyak

diminati. Menurut United States Agency

International (USAID) chapter

Indonesia, peningkatan pangsa pasar brokoli di Indonesia dengan sasaran pasar modern meningkat 15 – 20 %/tahun (Asril, 2009). Hal ini dikarenakan sayuran ini memiliki kandungan antioksidan cukup tinggi yang dapat melindungi tubuh dari serangan penyakit.

Peningkatan permintaan terhadap brokoli menuntut para petani untuk

dapat mempertahankan maupun

meningkatkan kualitas dan kuantitas produksi brokoli. Namun proses produksi sayuran ini tidak terlepas dari faktor pembatas produktivitas yaitu serangan hama dan penyakit tanaman yang. Salah satu cara untuk mengatasi gangguan hama dan meningkatkan produktivitas adalah penggunaan pestisida.

Berdasarkan hasil survey

(wawancara dan kuisioner) pada tanggal 25 Oktober 2014 di Padang Laweh, khususnya terhadap petani brokoli diketahui bahwa dari tujuh orang petani

semuanya menggunakan pestisida

sebagai tindakan yang paling tepat untuk menghilangkan hama tanaman.

Namun dalam penggunaannya tidak sesuai aturan yang ditetapkan. Tindakan ini akan menyebabkan kekebalan dan imunitas dari hama semakin meningkat, sehingga serangan hama akan terus

bertambah. Hal inilah yang

menyebabkan 71,43% petani akan mempertinggi dosis pestisida. Dengan demikian diduga bahwa sayuran brokoli memiliki banyak residu pestisida yang terperangkap di dalamnya.

Jenis petisida yang sering digunakan di daerah Padang Laweh terdiri dari beberapa golongan seperti organofosfat dan piretroid yang mengandung beberapa jenis bahan kimia yang sangat beragam seperti diazinon, sipermetrin dan klorpirifos. Organofosfat adalah insektisida yang paling toksik diantara jenis pestisida lainnya (Hartini, 2014). Sedangkan piretroid mempunyai sifat sebagai iritan, tidak mudah teradsorbsi ke kulit, tetapi mudah teradsorbsi melalui membran pencernaan dan pernafasan (Narwanti, dkk, 2012). Selain terdiri dari berbagai jenis bahan kimia, pestisida juga mengandung ion-ion seperti klorida dan fosfat. Klorida dan fosfat sangat bermanfaat bagi tubuh. Akan tetapi jika penggunaannnya berlebihan maka akan menyebabkan penyakit misalnya kelebihan klorida

(3)

Repository FMIPA 3

dapat mengiritasi sistem pernafasan (Agung, 2009) dan kelebihan fosfat akan meyebabkan iritasi, serta dapat merusak hati dan ginjal (Agnestisia, dkk, 2012).

Meskipun diduga residu pada tanaman brokoli cukup tinggi, maka dengan cara pengolahan yang benar, konsentrasi residu dapat diperkecil sehingga aman dikonsumsi masyarakat. Melalui penelitian ini pengolahan yang dilakukan adalah dengan proses pencucian menggunakan air biasa dan air panas.

METODE PENELITIAN a. Alat dan Bahan

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah Spektrofotometer UV-Vis (Thermoscientific Genesys 20), Kromatografi Gas (Shimadzu GC-2010) dengan detektor FPD dan ECD, ultra turaks (Heidolph Silentcrusher M),

rotavapor (Heidolph WB ECO),

timbangan analitik (Mettler tipe AE200), spatula, pisau, talenan, hot plate, buret 50 mL dan peralatan gelas yang umum di laboratorium.

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sampel sayur brokoli, larutan standar pestisida (diazinon, klorpirifos dan sipermetrin), aseton, diklorometana, petroleum benzen, isooktana, toluena, akuades, asam sulfat (H2SO4) 5 N, kalium

antimonil tartrat (K(SbO)C4H4O6.

1/2H2O), ammonium molibdat ((NH4)6

Mo7O24.4H2O), asam askorbat (C6H8O6)

0,1 M, kalium dihidrogen fosfat anhidrat (KH2PO4), natrium klorida

(NaCl) 0,0141 N, kalium kromat (K2CrO4) 5%, perak nitrat (AgNO3)

0,0141 N, dan indikator fenolftalein.

b. Pengambilan dan Persiapan Sampel

Sampel diambil dari 3 orang petani brokoli yang siap panen di daerah Padang Laweh, Sumatera Barat. Sampel dari masing- masing petani dipotong ± 2 cm dan dihomogenkan,

kemudian dipisahkan menjadi 3

perlakuan, yaitu untuk analisis tanpa pencucian, dicuci dengan air biasa, dan dicuci dengan air panas. Setelah itu dilanjutkan dengan proses ekstraksi.

c. Proses pencucian sampel dengan air biasa dan air panas

Sampel brokoli yang telah dipotong ± 2 cm ditimbang masing –

masing sebanyak 100 gram dan

direndam dalam 200 mL air biasa atau air panas selama 5 menit, setelah itu

dilakukan penyaringan sehingga

diperoleh filtrat hasil pencucian dengan volume akhir kurang dari 200 mL. Filtrat ini dimasukkan ke dalam labu takar 200 mL dan dipaskan hingga tanda batas. Filtrat hasil pencucian brokoli tersebut digunakan untuk uji fosfat dengan spektrofotometer UV – Vis dan klorida dengan titrasi Argentometri (Mohr).

d. Analisis Residu Pestisida (Direktorat Jenderal Bina Produksi Tanaman Pangan)

Sampel brokoli yang telah dipotong ± 2 cm, dipotong lagi lebih kecil dan ditimbang sebanyak 15 gram, lalu ditambahkan dengan aseton, diklorometan dan petroleum benzen masing – masing sebanyak 30 mL, campuran tersebut dilumatkan selama ± 60 detik dan disaring. Selanjutnya filtrat

(4)

Repository FMIPA 4

yang dihasilkan dipipet 25 mL ke dalam labu bulat dan dipekatkan dalam rotavapor pada suhu tangas air 40oC sampai kering, dan residu tersebut dilarutkan dalam 5 mL iso oktana : toluena (9 : 1, v/v). Ekstrak yang diperoleh diinjeksikan sebanyak 1 μL ke dalam Kromatografi Gas.

e. Analisis fosfat (SNI 06 – 6989. 31 – 2005)

Air pencucian sayuran brokoli dipipet sebanyak 50 ml secara duplo dan masukkan masing – masing ke dalam Erlenmeyer dan ditambahkan 1 tetes indikator fenolftalein. Jika

terbentuk warna merah muda,

tambahkan tetes demi tetes H2SO4 5N

sampai warna hilang, lalu tambahkan 8 ml larutan campuran dan dihomogenkan hingga terbentuk larutan berwarna biru. Larutan ini dimasukkan ke dalam kuvet pada dan dibaca serapannya, lalu dicatat pada panjang gelombang 665 nm dalam kisaran waktu antara 21 – 27 menit.

Kandungan fosfat dalam sampel

dihitung dengan menggunakan kurva kalibrasi yang telah diperoleh.

f. Analisis klorida (SNI 06 – 6989.19 – 2004

Air pencucian sayuran brokoli dan larutan blanko diambil sebanyak 5 mL dan dimasukkan ke dalam Erlenmeyer.

Kemudian masing – masing

ditambahkan 0,2 mL larutan indikator K2CrO4 5% b/v dan diaduk. Kedua

larutan ini dititrasi dengan AgNO3

hingga titik akhir titrasi dengan pengulangan tiga kali dan dicatat

volume AgNO3 yang digunakan,

kemudian dirata – ratakan dan dihitung kandungan klorida dalam sampel.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil analisis residu insektisida

pada tanaman brokoli dan

penurunannya terlihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Hasil analisis residu insektisida pada sampel brokoli pasca panen dan setelah proses pencucian dengan air biasa dan air panas

Keterangan : ttd : tidak terdeteksi Insektisida Sampel Brokoli Residu (mg/kg)

Pencucian Air Biasa Pencucian Air Panas

BMR (mg/kg) Residu (mg/kg) Residu yang hilang (%) Residu (mg/kg) Residu yang hilang (%) Diazinon A 0,4443 0,3629 18,3 0,0449 89,9 0,5 B 0,4321 0,3782 12,5 0,0881 79,6 C 0,4509 0,1073 76,2 0,0937 79,2 Klorpirifos A ttd ttd ttd ttd ttd 2,0 B ttd ttd ttd ttd ttd C ttd ttd ttd ttd ttd Sipermetrin A ttd ttd ttd ttd ttd 1,0 B ttd ttd ttd ttd ttd C ttd ttd ttd ttd ttd

(5)

Repository FMIPA 5

Sampel brokoli yang dianalisis merupakan brokoli siap panen yang diambil secara acak dari tiga lahan petani di daerah Padang Laweh,

Sumatera Barat. Pada Tabel 1

menunjukkan bahwa pada ketiga

sampel brokoli positif mengandung residu insektisida dengan bahan aktif diazinon, sedangkan klorpirifos dan sipermetrin tidak terdeteksi. Hal ini terbukti dari hasil survei pada tanggal 25 oktober 2014, ketiga petani dominan menggunakan insektisida dengan bahan aktif diazinon dibandingkan dengan insektisida klorpirifos dan sipermetrin

Kandungan residu diazinon yang diperoleh dari ketiga sampel brokoli berkisar antara 0,4321 – 0,4509 ppm. Adanya perbedaan kandungan residu dari setiap petani dikarenakan para petani tidak menggunakan insektisida diazinon dengan takaran atau kuantitas yang sama, selain itu juga dipengaruhi oleh waktu aplikasi insektisida yang berbeda, yaitu pada petani A dan B penyemprotan dilakukan seminggu

sebelum pengambilan sampel,

sedangkan petani C tiga hari sebelum

pengambilan sampel. Waktu

penyemprotan mempengaruhi proses degradasi pestisida, semakin lama selang waktu penyemprotan dilakukan, maka semakin banyak pestisida yang terdegradasi.

Kandungan residu diazinon yang diperoleh dari penelitian ini cukup tinggi, hal ini disebabkan oleh penggunaan insektisida diazinon yang intensif oleh petani, sehingga kemungkinan akumulasi residu diazinon pada tanah yang ditanami brokoli cukup besar. Meskipun demikian, kandungan residu diazinon pada sayur brokoli ini masih berada di bawah Batas Maksimun Residu (BMR) yang ditetapkan oleh

Standar Nasional Indonesia (SNI) 7313: 2008 yaitu sebesar 0,5 mg/kg (BSN, 2008), sehingga masih dikategorikan aman untuk dikonsumsi.

Tidak terdeteksinya insektisida klorpirifos dan sipermetrin pada tanaman brokoli ini mengandung beberapa kemungkinan, yaitu pada brokoli tidak ditemukan residu

insektisida yang diukur, atau

kemungkinan ada residu tetapi di bawah batas pelaporan (reporting limit) dari alat Kromatografi Gas terhadap bahan aktif yang digunakan, yaitu untuk klorpirifos 0,0128 ppm dan sipermetrin 0,0985 ppm. Selain itu juga dipengaruhi oleh kondisi cuaca, yaitu satu hari sebelum pengambilan sampel terjadi hujan yang cukup deras di daerah

perkebunan brokoli, sedangkan

penyemprotan dilakukan seminggu sebelum hujan. Hal ini juga sejalan dengan rendahnya kandungan diazinon yang ditemukan. Menurut Pradina (2012), residu pestisida pada umumnya berasal dari residu permukaan, sehingga pestisida yang diaplikasikan pada tanaman brokoli akan mengalami pencucian (washing – off) oleh air hujan, sehingga kandungan yang diperoleh masih di bawah BMR.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Himawan, dkk (2012) yang melaporkan adanya residu diazinon pada stroberi dari petani dan pasar di daerah Tawangmangu Karanganyar, serta pada kubis dan kacang panjang di pasar Badung Denpasar oleh Sudewa, dkk (2008), meskipun masih di bawah BMR. Keberadaan klorpirifos pada sayuran telah banyak dilaporkan oleh para peneliti, seperti yang dilakukan

Lozowicka, dkk (2014) yang

(6)

Repository FMIPA 6

terdapat residu klorpirifos sebesar 1,04 mg/kg. Sedangkan untuk kandungan sipermetrin cukup tinggi ditemukan pada tomat, kubis, selada dan sawi oleh Choy, dkk (1998), serta pada bawang merah oleh Narwanti, dkk (2012), akan

tetapi untuk sayuran brokoli

berdasarkan penelitian Bima dalam

Yenita, dkk (2012) diperoleh

kandungan sipermetrin sebesar 0,5129 ppm yaitu masih di bawah BMR.

Proses pencucian dapat

mengurangi bahkan menghilangkan kandungan residu insektisida diazinon dalam sayuran brokoli seperti yang terlihat pada Tabel 1. Pada proses pencucian menggunakan air biasa, kandungan residu dari ketiga sampel mengalami penurunan sebesar 12,5 % – 76,2 %. Jika dibandingkan dengan pencucian menggunakan air panas terlihat bahwa penurunan diazinon jauh lebih besar yaitu berkisar antara 79,2 – 89,9 %. Besarnya Penururan ini berkaitan dengan suhu pada proses pencucian, dengan adanya panas maka akan menurunkan energi aktivasi sehingga proses kelarutan semakin besar, selain itu pestisida akan mudah terurai seperti yang dijelaskan oleh Tarumingkeng (1992), panas akan

mempercepat penguapan yang

menyebabkan penghancuran insektisida yang lebih cepat. Hal ini juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Alsuhendra (1998) yang menemukan

bahwa residu pestisida yang terkandung dalam sayuran mentah akan mengalami penurunan dan bahkan ada yang bisa dihilangkan setelah sayuran tersebut mengalami pengolahan baik dengan pemanasan (perebusan, penumisan, pembuatan sop dan sayur asam) maupun yang hanya dengan pencucian. Hasil yang diperoleh dari penelitian ini ditunjang oleh penelitian yang dilakukan oleh Sudibyaningsih (1990) dalam Ameriana, dkk (2000) yang

memberikan informasi bahwa

pencucian pada kubis dapat

menurunkan residu diazinon sekitar 55%. Selain itu Chandra, dkk (2014) menyatakan pencucian dengan air panas

mampu mengurangi kadar residu

pestisida monokrotofos dan klorporifos dalam bunga kol dan cabai sebanyak 35 – 74 % dari keadaan awal.

Pada air hasil pencucian ternyata ditemukan kandungan fosfat dan klorida seperti yang terlihat pada Tabel 2. Hal ini membuktikan bahwa di dalam air cucian brokoli ada fosfat dan klorida yang terurai. Kandungan fosfat yang diperoleh dalam air biasa adalah sekitar 2,2385 – 6,9725 ppm dan kandungan tertinggi terdapat pada air panas yaitu sekitar 46,3305 – 49,0825 ppm. Tingginya kandungan fosfat pada air panas sejalan dengan hilangnya residu diazinon pada pencucian menggunakan air panas yang disebabkan oleh meningkatnya kelarutan.

Tabel 2. Hasil Analisis kandungan fosfat dan klorida pada air pencucian sampel brokoli Preparasi Kode Sampel Konsentrasi PO43- (ppm) Konsentrasi Cl- (ppm)

Air Biasa A 6,9725 0,1258 B 2,2385 0,1258 C 3,1192 0 Air Panas A 49,0825 0,8812 B 48,6240 1,0073 C 46,3305 0,6296

(7)

Repository FMIPA 7

Pada pengujian klorida dalam air cucian brokoli, diperoleh konsentrasi klorida yang yaitu untuk air biasa 0 – 0,1258 ppm dan untuk air panas sekitar 0,6296 – 1,0073 ppm. Ditemukannya klorida dalam air cucian ini bisa disebabkan oleh kondisi sampel brokoli saat pemanenan yang masih terdapat partikel tanah yang menempel pada permukaan bunga brokoli yang sangat rapat, sehingga pada saat pencucian partikel – partikel tanah ini akan masuk ke dalam air pencucian sampel. Adanya kandungan klorida pada tanah yang ditanami brokoli ini bisa berasal dari rotasi tanaman yaitu penanaman berbagai jenis tanaman secara bergiliran di satu lahan sehingga memungkinkan penggunaan pestisida dengan jenis yang

beragam, dengan demikian

memungkinkan akumulasi residu

pestisida yang mengandung klorida belum terdegradasi dalam tanah.

Berdasarkan hasil penelitian ini dapat digambarkan bahwa proses

pencucian dapat menurunkan

kandungan residu pestisida pada sayuran, sehingga jika brokoli dilakukan pengolahan lebih lanjut seperti dimasak akan aman untuk dikonsumsi, karena beberapa komponen pestisida yang cukup berbahaya seperti fosfat dan klorida juga ikut terlarut.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka dapat diambil kesimpulan bahwa tanaman brokoli positif mengandung residu pestisida dengan bahan aktif diazinon sebesar 0,4321 – 0,4509 mg/kg, sedangkan untuk klorpirifos dan sipermetrin tidak terdeteksi. Proses pencucian dengan air panas lebih baik dibandingkan dengan

air biasa. Air panas mampu

menurunkan residu diazinon sebesar 79,2 – 89,9%, sedangkan air biasa hanya sebesar 12,5 – 76,2% dari keadaan awal. Kandungan fosfat dan klorida dalam air cucian sampel brokoli berkisar antara 2,2385 – 6,9725 ppm dan 0 – 0,1258 ppm untuk air biasa, dan untuk air panas sekitar 46,3305 – 49,0827 ppm dan 0,6296 – 1,0073 ppm.

UCAPAN TERIMA KASIH

Penulis mengucapkan terima kasih kepada pembimbing penelitian Ibu Dra. Itnawita, M.Si dan Ibu Ganis Fia Kartika, M.Si beserta seluruh pihak

yang telah mambantu sehingga

penelitian ini dapat diselesaikan.

DAFTAR PUSTAKA

Agnestisia, R., Komari, N., Sunardi. 2012. Adsorpsi Fosfat (PO43-)

Menggunakan Selulosa Purun

Tikus (Eleocharis dulcis)

Termodifikasi Heksadesil

Trimetilammonium Bromida

(HDTMABr). Sains dan Terapan Kimia. 6 (1): 71 – 86.

Agung, T.U. 2009. Analisis Kadar Klorida pada Air dan Air Limbah dengan Metode Argentometri. Karya Ilmiah. USU, Medan. Alsuhendra. 1998. Studi Residu Petisida

Pada Bahan Makanan Dan

Pengaruhnya Terhadap Keaadan

Biokimia Darah Dan Organ

Tubuh Tikus. Tesis. Program Pasca Sarjana, Institut Pertanian Bogor, Bogor.

(8)

Repository FMIPA 8

Ameriana, M., Basuki, R.S.,

Suryaningsih, E., Adiyoga, W.

2000. Kepedulian Konsumen

Terhadap Sayuran Bebas Residu Pestisida (Kasus pada Sayuran

Tomat dan Kubis). Jurnal

Hortikultura. 9(4): 366-377. Asril, Z. 2009. Analisis Kondisi dan

Desain Indikator Kinerja Rantai

Pasokan Brokoli (Brassica

oleracea) di Sentra Hoktikultura Cipanas – Cianjur, Jawa Barat. Skripsi. IPB, Bogor.

BSN. 2008. Standar Nasional Indonesia batas maksimum residu pestisida pada hasil pertanian. Badan Standardisasi Nasional, Jakarta. Chandra, S., Kumar, M., Mahindrakar,

A. N., Shinde, L. P. 2014. Effect of Washing on Residues of Chlorpyrifos and Monocrotophos in Vegetables. International Journal of Advanced Research. 2 (12): 744 – 750.

Choy, L. H. L. F., Seeneevassen, S. 1998. Monitoring Insecticide Residue In Vegetables and Fruits at The Market Level. Food Agricultural Research Council. Himawan, H., Santoso, B., Suhendi, A.

2012. Penetapan Kadar Residu Diazinon pada Buah Stroberi (Fragaria Sp.) Setelah Pencucian Dengan Metode GC. Naskah publikasi. UMS, Surakarta.

Łozowicka, B., Jankowska, M. 2014.

Effects of Technological

Processing on Levels of Fungicide and Insecticide Residues in

Broccoli. Dubai, 21 – 22 Maret 2014.

Narwanti, I., Eko, S., Chairil, A. 2012. Residu Pestisida Piretroid pada Bawang Merah di Desa Srigading Kecamatan Sanden Kabupaten

Bantul. Jurnal Ilmiah

Kefarmasian. 2 (2): 119 – 128. Pradina, E.L. 2012. Aplikasi Metode

GC-MS untuk Penetapan Kadar Residu Profenofos pada Buah Stroberi (Fragaria Sp.) Setelah Pencucian. Naskah publikasi.

Universitas Muhammadiyah

Surakarta, Surakarta.

Sudewa, K. A., D.N Suprapta., M.S.

Mahendr, A. 2008. Residu

Pestisida Pada Sayuran Kubis (Brassica oleracea L.) dan Kacang Panjang ( Vigna sinensis L.) yang Dipasarkan Di Pasar Badung Denpasar. Ecothrophic. 4 (2): 125 – 130.

Tarumingkeng, R C. 1992. Insektisida; Sifat, Mekanisme Kerja dan Dampak Penggunaannya. Skripsi.

Universitas Kristen Krida

Wacana, Jakarta.

Yenita, R.N., Amin, B., Jose, C. 2012. Analisis Kadar Residu Pestisida Organofosfat dan Antioksidan Pada Bayam (Amaranthus sp) di Perkebunan Kartama Kecamatam

Marpoyan Damai Pekanbaru.

Referensi

Dokumen terkait

Plat kendaraan berasal dari kelas berbeda namun teridentifikasi sebagai kelas yang sama , antara query dari kelas kedua yang diambil pada pagi dan siang hari dengan citra no.84

Seiring dengan naiknya angle of attack, terjadi perbedaan yang signifikan pada kedua kondisi ini, seperti terlihat pada gambar 7(c) dan 7(d) Pada sudut sebesar 16.00°, posisi

Bila dibandingkan dengan hasil STBP tahun 2007 di lokasi yang sama, persentase penggunaan kondom pada hubungan seks terakhir dengan pasangan seks tidak tetap dan

Karena selain tidak tahu mengenai cara penyelenggaraan ibadah haji, para jemaah yang karakter seperti ini juga tidak pernah naik pesawat, boarding pass, bagaimana

Dari hasil perhitungan, maka diketahui bahwa jumlah sampel responden minimum yang harus diambil dalam penelitian ini adalah sebanyak 97 pasien yang sedang

Bagi siapa saja yang dapat menaklukkannya maka ia tidak hanya sebagai penakluk esistensi dirinya tetapi juga akan menjadi penkluk segenap dunia, hal ini disebabkan

Gangguan pada sistem tenaga listrik merupakan kegagalan penyaluran energi listrik pada sistem yang diakibatkan oleh adanya suatu kecacatan pada sistem sehinga

Dari hasil Perancangan Sistem Pendukung Keputusan Pengambilan Keputusan Untuk Penerimaan Beasiswa Dengan Metode SAW ( Simple Additive Weighting ), dapat disimpulkan bahwa