BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Material Bahan Bangunan
Material adalah barang yang dibeli atau dibuat, yang disimpan untuk keperluan kemudian, baik untuk dipakai, diproses lebih lanjut atau dijual. Pengertian material (Hasan Shadaly, 1983 dalam Marie Rumangun, 2009). Bahan dasar untuk membuat membentuk sesuatu. Atau secara umum material didefinisikan sebagai obyek pengalaman indra dengan ciri-ciri keleluasan, masa, gerak, dan ditentukan oleh uang dan waktu.
Material konstruksi merupakan komponen yang paling banyak memakan biaya dan waktu, karena itu pemilihan material yang tepat merupakan unsur terpenting. Pemilihan material yang baik sesuai waktu dan biaya serta tenaga kerja yang tersedia dapat meningkatkan mutu proyek sekaligus dapat menghemat biaya konstruksi.
Sedangkan pengertian bahan bangunan adalah setiap bahan yang digunakan untuk tujuan konstruksi. Banyak bahan alami, seperti tanah liat, pasir, kayu dan batu, bahkan ranting dan daun telah digunakan untuk membangun bangunan. Selain dari bahan alami, produk buatan banyak digunakan, dan beberapa lagi kurang sintetik (Wikipedia Indonesia).
2.2 Pengertian Dinding
Dinding adalah bagian dari bangunan yang berfungsi sebagai pemisah antara ruangan luar dengan ruangan dalam dan sebagai pembatas ruangan satu dengan ruangan lainnya. Dalam menganalisis dan memilih material yang akan digunakan harus
dilakukan dengan cermat dengan mempertimbangkan ketahanannya terhadap perubahan iklim, temperatur yang tinggi, kelembaban, serta polusi yang ditimbulkan oleh kota besar atau lingkungan industri (blogspot.co.id, 2010).
Secara umum fungsi dinding adalah sebagai berikut : a. Sebagai pemikul beban di atasnya.
b. Sebagai Pembatas ruang, mempunyai sifat : privasi, indah dan bagus dalam skala, warna, tekstur, dapat dibuat transparan, sebagai peredam terhadap bunyi baik dari dalam maupun dari luar.
c. Perlindungan terhadap gangguan dari luar (sinar matahari, isolasi terhadap suhu, air hujan dan kelembapan, hembusan angin, serta gangguan dari luar lainnya). Fungsi dinding dilihat dari nilai kenyamanan, kesehatan dan keamanan : a. Sebagai pemisah antar ruangan.
b. Sebagai pemisah ruang yang bersifat pribadi, dan bersifat umum.
c. Sebagai penahan cahaya, angin, hujan, banjir dan lain-lain yang bersumber dari alam.
d. Sebagai pembatas dan penahan struktur (untuk fungsi tertentu seperti dinding, lift, resovoar dan lain-lain).
e. Sebagai penahan kebisingan.
Fungsi dinding dalam konstruksi adalah :
a. Dinding berfungsi sebagai pemikul. Itulah sebabnya konstruksinya harus kuat dan kokoh agar mampu menahan beban super struktur, bebannya sendiri serta beban horizontal.
b. Dinding berfungsi sebagai pembatas/partisi, tidak perlu kokoh tetapi harus kaku sehingga perlu kolom penguat (kolom praktis).
2.3 Material Dinding
Saat ini kita mengenal berbagai macam material yang bisa dipergunakan sebagai bahan konstruksi dinding. Selain bata merah yang sudah dipergunakan sejak jaman kolonial, saat ini tersedia batako, beton ringan, beton pra cetak, dan berbagai material alternatif lainnya. Tentu masing-masing material di atas mempunyai karakteristik sendiri-sendiri. Kita perlu mengetahui sifat masing-masing material untuk dapat memperoleh aspek manfaatnya secara optimal. Pada perencanaan penggunaan material dinding ini harus diperhatikan beberapa hal yang menunjang keberhasilan pelaksanaan pekerjaan (digilib.mercubuana.ac.id), yaitu :
a. Tepat guna : yaitu pemilihan jenis material dan pengerjaannya disesuaikan dengan pekerjaan konstruksi.
b. Tepat biaya : yaitu penggunaan anggaran yang seefisien mungkin sesuai dengan anggaran yang telah direncanakan tanpa mengurangi standar mutu.
c. Tepat waktu : yaitu pelaksanaan pekerjaan dengan efektif dengan memanfaatkan sumber daya yang tersedia guna mencapai target waktu yang direncanakan. d. Tepat mutu : yaitu pemilihan jenis material yang sesuai dengan spesifikasi dan
persyaratan yang ditentukan.
Saat ini pengerjaan dinding banyak mengalami perkembangan sehingga semakin banyak cara atau teknik yang digunakan sebagai penunjang material dinding pada pembangunan proyek konstruksi yang digunakan sebagai dinding interior maupun eksterior. Material yang umum digunakan untuk pengerjaan dinding konvensional yaitu bata merah atau bata. Dalam pembahasan, penulis hanya akan membandingkan material bata merah dengan bata ringan.
2.3.1 Dinding Bata ringan
Bata ringan merupakan bahan konstruksi dinding yang paling banyak digunakan di kota besar. Bata ringan sering kali disebut dengan hebel atau celcone. Material bata ringan ini pembuatannya sudah sangat modern dimana material ini dibuat dengan menggunakan mesin pabrik. Bata ini cukup ringan, halus dan memilki tingkat kerataan yang baik. Bata ringan diciptakan agar dapat memperingan beban struktur dari sebuah bangunan konstruksi, mempercepat pelaksanaan, serta meminimalisasi sisa material yang terjadi pada saat proses pemasangan dinding berlangsung. Ukuran bata ringan yang umum digunakan adalah 60 x 20 x 7.5 cm dan 60 x 20 x 10. (blogspot.com/2016)
Gambar 2.1 Bata Ringan Dimana :
Panjang : 600 mm Tinggi : (400; 200) mm
Tebal (mm) : (75; 100; 125; 150; 175; 200) mm Berat jenis kering : 520 kg/m3
Kuat tekan : > 4,0 N/mm2
Konduktifitas termis : 0,14 W/mK Tebal spesi : 3 mm
Ketahanan terhadap api : 4 jam
Jumlah per luasan per 1 m2 : 22 - 26 buah dengan construction waste Kelebihan dinding bata ringan :
a. Dapat menghasilkan dinding yang rapi, karena ukuran dan bentuknya bisa dikatakan sama dan seragam.
b. Mampu menghemat penggunaan bahan perekat, karena tidak membutuhkan siar yang tebal. Lebih kuat dibandingkan batako, tetapi memiliki beban yang lebih ringan dibandingkan bata merah. Dalam bangunan bertingkat tinggi disarankan untuk menggunakan bata ringan karena dapat mengurangi beban sehingga menghemat pada perhitunagn struktur.
c. Pemasangan yang lebih cepat dibandingkan bata merah karena ukurannya lebih besar.
d. Tidak membutuhkan plesteran yang tebal. Pada umumnya, plesteran untuk penggunaan bata ringan ditentukan setebal 2,5 cm saja.
e. Kedap air, sehingga jika musin hujan dinding dalam ruang tidak basah. f. Memiliki kemampuan kedap suara yang baik.
g. Kuat terhadap tekanan yang tinggi.
h. Ketahanan terhadap gempa bumi paling baik dibandingkan bata merah dan batako.
Kekurangan dinding bata ringan :
a. Harus menggunakan perekat khusus, semen instan yang saat ini sudah banyak tersedia.
b. Harga yang relatif lebih mahal, sebanding dengan kualitas yang dihasilkan. c. Material ini cukup sulit didapatkan, belum banyak toko bangunan di daerah yang
menyediakan.
d. Penjualannya dalam volume yang besar.
e. Diperlukan keahlian khusus dalam melakukan pemasangan. 2.3.2 Dinding Bata Merah
Bata merah yang disini disebut juga dengan bata konvensional, memiliki bahan dasar berupa tanah liat (lempung), yang digunakan sebagai salah satu bahan bangunan yang menjadi komponen utama dalam sebuah struktur bangunan, terutama konstruksi dinding. Proses pembuatan bata merah ini dapat dilakukan secara tradisional (manual) atau secara mekanis di pabrik. Karena bata merah dibuat secara manual, maka ukuran maupun bentuk tekstur dari bata tersebut dapat beraneka ragam.
Menurut Ensiklopedi Nasional Indonesia, bata merah didefinisikan menjadi: (1) Bahan bangunan dari tanah liat dan mineral-mineral lain yang dibentuk dalam ukuran tertentu. Setelah melewati proses pengeringan, bata merah itu dibakar dalam tungku untuk membuatnya kuat, tahan lama, dan menarik; (2) Bahan bangunan yang keras, tahan api, tahan terhadap pelapukan, dan cukup murah, sehingga berperan penting dalam membuat dinding, lantai dan trotoar dan lain-lain.
Menurut SNI Bata Merah Sebagai Bahan Banguan NI-10, definisi bata adalah “Suatu unsur bangunan, yang diperuntukkan pembuatan konstruksi bangunan dan dibuat dari tanah dengan atau tanpa campuran bahan-bahan lain, dibakar cukup tinggi, hingga tidak dapat hancur lagi bila direndam dalam air”.
Gambar 2.2 Bata Merah Dimana :
Panjang (p) : 17 – 23 cm Lebar (l) : 7 – 11 cm Tebal (t) : 3 – 5 cm
Berat jenis kering (ρ) : 1500 kg/m3 Berat jenis normal (ρ) : 2000 kg/m3
Kuat tekan : 2,5 – 25 N/mm² (SII-0021,1978) Konduktifitas termis : 0,380 W/mK
Tebal spesi : 20 – 30 mm Ketahanan terhadap api : 2 jam
Jumlah per luasan per 1 m2 : 70 - 72 buah dengan construction waste
Bata merah memiliki beberapa kelebihan dan kekurangan, antara lain: Kelebihan bata merah, diantaranya :
a. Merupakan bahan tahan panas dan dapat menjadi perlindungan terhadap api/kebakaran.
b. Tidak memerlukan keahlian khusus untuk memasang bata merah.
c. Ukurannya yang kecil memudahkan untuk pengangkutan untuk jumlah kecil atau membentuk bidang-bidang yang kecil.
d. Murah dan mudah ditemukan.
e. Sangat cocok digunakan pada bangunan sederhana dan tidak tinggi. Kekurangan bata merah, diantaranya :
a. Dapat menyerap panas pada musim panas dan menyerap dingin pada musim dingin, menjadikan suhu ruangan tidak dapat terkondisikan/tidak stabil.
b. Waktu pemasangan lebih lama dibandingkan bahan dinding lainnya.
c. Tidak tahan terhadap perubahan suhu yang besar, sehingga sering mengakibatkan retak-retak rambut pada plesteran.
d. Bata merah menimbulkan beban yang cukup besar pada struktur bangunan. e. Sulit untuk membuat pasangan bata yang rapi sehingga dibutuhkan plesteran
yang cukup tebal untuk menghasilkan dinding yang cukup rata.
f. Kualitas yang beragam dan ukuran yang jarang sama membuat sisa material dapat lebih banyak.
2.4 Adukan
Adukan (mortar) adalah suatu bagian pasangan batu yang setara dengan satuan pasangan batu itu sendiri. Adukan berfungsi untuk membantali satuan pasangannya, yang memberi pasangan batu itu dukungan penuh satu sama lain meskipun permukaannya tidak beraturan. Adukan memberi perapatan antara satuan-satuannya untuk mencegah masuknya air dan angina, adukan merekatkan satuan-satuan tersebut satu sama lain untuk mengikatnya menjadi satuan struktural monolitik, dan tanpa bisa dihindari, adukan penting untuk penampilan dinding pasangan batu jadi. (Allen, 2002)
Jenis adukan yang paling karakteristik terbuat dari semen Portland, kapur hidrasi, agregat mulia (pasir), dan air. Pasir ini haruslah bersih dan diayak untuk menghilangkan partikel yang terlalu kasar atau terlalu halus; spesifikasi ASTM C144 menetapkan standar untuk pasir adukan. Semen Portland, yang diproduksi demi memenuhi spesifikasi ASTM C150, merupakan bahan perekat pada adukan, tetapi adukan yang terbuat hanya dari semen Portland akan keras dan tidak mengalir secara baik pada cetok atau di bawah bata merah, sehingga kapur ditambahkan untuk memberikan kelancaran dan daya kerjanya.
Semen pasangan batu kemasan (mortar instan) juga banyak digunakan untuk membuat adukan. Sebagian merupakan formulasi bermerk dagang yang mengandung campuran yang dimaksudkan untuk berkontribusi pada daya kerja adukannya. Formulasi ini beragam dari satu produsen ke produsen lainnya, tetapi semuanya harus memenuhi spesifikasi ASTM C91.
Ada dua warna semen pasangan yang lazim tersedia, yaitu warna muda yang matang ke warna kelabu muda yang sama seperti blok beton biasa, dan warna tua yaitu yang matang ke warna kelabu tua.
Komposisi adukan diperikan dalam ASTM C270. Empat jenis adukan dasar didefinisikan, seperti yang dirangkum dalam tabel 2.1 di bawah. Adukan jenis N digunakan untuk sebagian besar keperluan. Jenis M dan S sesuai untuk dinding struktural kekuatan lebih tinggi dan untuk menghadapi cuaca buruk. Jenis O, yang paling ekonomis, digunakan hanya pada pekerjaan bagian dalam dan bukan pendukung beban. (ASTM, 1990)
Tabel 2.1 - Jenis-jenis Adukan seperti yang didefinisikan ASTM C270 Jenis
Adukan Uraian Kesesuaian Konstruksi
Kekuatan Tekan Rata-rata Minimum pada 28 hari
M kekuatan Adukan tinggi
Pasangan-batu yang dikenai beban lateral atau
tekan tinggi atau aksi beku: pasangan- di bawah
tanah 2500 psi (17,25 Mpa) S kekuatan Adukan tinggi sedang Pasangan-batu yang membutuhkan kekuatan
ikat lentur yang tinggi tetapi hanya dikenai beban
tekan normal
1800 psi (12,40 Mpa)
N kekuatan Adukan sedang
Penggunaan umum di atas
tanah 750 psi (5,17 Mpa)
O
Adukan kekuatan
rendah sedang
Dinding dan sekat bagian dalam non-pendukung
beban
Adukan semen Portland matang karena hidrasi, bukan karena pengeringan. Sederetan reaksi kimiawi yang rumit mengambil air dan menggabungnya dengan konstituen semen dan kapur untuk menghasilkan struktur rapat yang kuat dan mengkristal yang mengikat partikel pasir menjadi satu. Adukan yang telah dicampur tetapi belum digunakan dapat menjadi terlalu kaku untuk digunakan, entah itu karena pengeringan atau berawalnya hidrasi. Jika dicampur kurang dari 90 menit sebelum pengerasannya, adukan itu masih dalam tahap pengeringan dan secara aman dapat dilunakkan lagi dengan air untuk membuatnya dapat digunakan lagi. Jika tidak digunakan lebih dari 2½ jam sebelumnya, adukan itu harus dibuang karena telah mulai berhidrasi dan tidak dapat dilunakkan lagi tanpa mengurangi kekuatan akhirnya. (Allen, 2002)
Pada proyek-proyek pasangan batu yang besar, campuran tambahan pengawet umur kadang-kadang dimasukkan ke dalam adukannya. Hal ini akan memungkinkan adukan tersebut dicampur dalam jumlah yang banyak dan dapat disimpan selama 72 jam sebelum adukan itu basi. Sebagian besar satuan pasangan batu harus dioleskan pada keadaan kering, tetapi untuk mencegah pengeringan dini adukannya, yang akan memperlemahnya, satuan pasangan batu yang sangat menyerap air harus dilembabkan sebelum dibentang.
2.5 Metode Pelaksanaan
Metode pelaksanaan merupakan penjabaran tata cara dan teknik-teknik pelaksanaan pekerjaan. Penggunaan metode yang tepat, praktis, cepat dan aman, sangat membantu dalam penyelesaian pekerjaan pada suatu proyek konstruksi. Sehingga,
target 3T yaitu tepat mutu/kualitas, tepat biaya/kuantitas dan tepat waktu sebagaimana ditetapkan, dapat tercapai.
2.5.1 Metode Pelaksanaan Dinding Bata Merah
Dalam pelaksanaan pekerjaan dinding bata merah harus memperhatikan ketentuan-ketentuan seperti :
a. Pasangan harus tetap datar dan tegak lurus. b. Bagian ujung pasangan harus berbentuk gerigi.
c. Kelebihan adukan yang menempel pada dinding pasangan harus segera dibersihkan sebelum mengeras.
d. Bagian bata yang menumpang tidak boleh kurang dari ¼ dari panjang bata. e. Bata penutup dari suatu baris pasangan, adukan diletakkan pada bagian ujung
bata terlebih dahulu untuk mengisi sambungan tegak (vertical). f. Bata harus dalam kondisi lembab pada saat dipasang.
Kemudian juga harus diperhatikan ketentuan mengenai adukan yang digunakan yaitu menggunakan semen (PC) dan pasir. Adukan harus segera diplesterkan sebelum mencapai waktu paling lama 2,5 jam sejak mulai dicampur dan harus dilakukan pengadukan ulang selama masa pelaksanaan untuk menjaga homogenitas dan kemudahan pengerjaannya. Pada saat pekerjaan berlangsung juga harus memperhatikan ketentuan yang berlaku seperti tenggang waktu antar lapisan harus diberikan sampai lapisan terdahulu cukup keras dan stabil, terutama untuk lapisan badan (lapis kedua) sebelum diberi lapisan akhir (acian) sudah tidak terjadi penyusutan dan retak-retak lebih lanjut. Untuk hal tersebut, perlu diberikan tenggang waktu minimal 7 (tujuh) hari. Untuk langkah-langkah pekerjaannya antara lain:
a. Untuk pengadukan
Siapkan mesin pengaduk dan pastikan dalam kondisi baik.
Bahan-bahan yang telah ditakar dimasukkan dalam mesin pengaduk dan campurkan hingga merata.
Tuangkan air sedikit demi sedikit dan aduk terus hingga didapatkan adukan lembab, periksa bila terdapat gumpalan yang kurang merata pecahkan dengan sendok aduk, kemudian teruskan pengadukan, sisa air selebihnya dituangkan sedikit demi sedikit sambil diaduk terus hingga didapatkan adukan yang homogen dan plastis.
a. Untuk penyimpanan adukan. Adukan yang siap dipakai (sesaat setelah selesai pengadukan) simpan di dalam kotak atau tong dan bila belum segera digunakan tutuplah dengan lembaran plastik agar tidak terjadi penguapan air. Setelah dalam penyimpanan, harus dilakukan pengadukan ulang sebelum digunakan untuk menjaga homogenitas dan plastisitas adukan.
b. Untuk langkah-langkah pasangan bata untuk dinding adalah sebagai berikut : Siapkan semua peralatan dan tempatkan pada posisi yang benar.
Siapkan bahan-bahan (bata merah dan adukan) yang akan digunakan dalam kondisi siap pakai (bata merah telah direndam 2 – 8 menit).
Pasang profil dan mistar pengukur lapisan bata, secara tegak lurus, ukurlah dengan unting-unting.
c. Pasang benang penarik horizontal dan ukurlah dengan alat penyipat datar (water pass atau slang air).
d. Tentukan ketebalan lapisan arah vertikal pada mistar ukur sesuai ketebalan bata ditambah tebal spesi (6 – 10 mm).
e. Pastikan bahwa permukaan dasar dalam kondisi bersih dan bebas dari debu agar pelekatan cukup sempurna.
2.5.1.1 Bahan dan Peralatan
Alat-alat yang digunakan pada pekerjaan persiapan pemasangan dinding dengan material bata merah yaitu:
Bak/drum perendam bata Bak/drum penampung air
Saringan pasir (dari anyaman kawat) Kotak penakar bahan
Alat pengangkut bahan (kereta dorong)
Gambar 2.3. Saringan pasir Alat-alat untuk pengadukan mortar antara lain:
Sekop pengaduk
Wadah/kotak pengaduk manual; atau Mesin pengaduk
Gambar 2.4. Mesin pengaduk Alat-alat untuk pekerjaan pemasangan bata merah adalah: Alat pengangkut adukan (kotak, ember, kereta dorong) Wadah adukan
Sendok aduk Palu pemotong bata Profil kayu
Penarik benang kayu/pelat logam Mistar control
Penyipat datar (water pass/slang) Unting-unting
Penahan lendutan dari logam
Adapun bahan-bahan yang digunakan pada pekerjaan pemasangan dinding bata merah yaitu :
Adukan, adalah suatu campuran dari bahan pengikat, bahan pengisi dan air. Bahan pengikat yang biasa dipakai adalah semen, kapur bangunan atau campuran dari keduanya, sedangkan bahan pengisi adalah pasir atau tras.
Pasangan bata merah, adalah suatu pasangan yang terdiri dari bahan pengikat (adukan) dan bahan pengisi.
2.5.1.2 Pekerjaan Perawatan
Selama masa pelaksanaan, dinding harus dijaga dari pengaruh sinar matahari langsung dan dijaga agar tetap dalam kondisi lembab terutama pada lapisan akhir selama minimal 3 x 24 jam.
2.5.2 Metode Pelaksanaan Dinding Bata Ringan
Bata ringan adalah material yang menyerupai beton dan memiliki sifat kuat, tahan air dan api, awet (durable) yang dibuat di pabrik menggunakan mesin. Bata ini cukup ringan, halus dan memiliki tingkat kerataan permukaan yang baik. Bata ringan diciptakan dengan tujuan memperingan beban strukur dari sebuah bangunan konstruksi, mempercepat pelaksanaan, serta meminimalisasi sisa material yang terjadi pada saat proses pemasangan dinding berlangsung. (Anilaputri, 2009)
Bata ringan (light-weight concrete) sebagai salah satu alternatif solusi untuk
Smart Building, yang terbuat dari bahan baku berkualitas tinggi dengan standar Deutsche Industrie Norm (DIN) dan diproduksi di Indonesia dengan teknologi Jerman.
Bata Ringan memberikan kemudahan, kecepatan, serta kerapihan bagi kebutuhan konstruksi, baik berupa bangunan rumah tinggal, gedung komersial, bangunan industri dan fasilitas umum lainnya.
Gambar 2.5. Produk Bata Bingan
Dalam pelaksanaan pekerjaan dinding bata ringan harus memperhatikan ketentuan-ketentuan diantaranya adalah seperti berikut :
a. Pasangan harus tetap datar,rapi dan tegak lurus.
b. Pasangan batu ringan dengan menggunakan aduk MU-380.
c. Kelebihan adukan yang menempel pada dinding pasangan harus segera dibersihkan sebelum mengeras.
d. Tidak diperkenankan memasang bata ringan yang patah 2 (dua) lebih dari 2%. e. Pemasangan dinding bata ringan harus dilakukan secara bertahap, setiap tahap
terdiri maksimum 8-10 lapis setiap harinya, diikuti dengan kolom praktis. f. Bata harus dalam kondisi lembab pada saat dipasang.
2.5.2.1 Mortar
Mortar adalah semen instan dengan bahan dasar pasir silica, semen (OPC), filler dan aditif. Bahan ini diciptakan dengan tujuan untuk mempermudah pekerjaan pasangan bata, baik bata merah maupun bata ringan. Selain itu mortar juga digunakan untuk plesteran, acian, pemasangan keramik serta waterproofing. (Holcim, 2010). Beberapa keunggulan dari mortar adalah :
a. Mudah digunakan dan siap pakai, cukup dengan tambahan air.
b. Campuran yang lebih homogen antara semen, pasir silika, filler dan aditif. c. Mencegah retak rambut pada dinding.
Mortar yang digunakan sebagai perekat bata ringan adalah Mortar MU-380. Mortar MU-380 adalah semen instan yang digunakan sebagai perekat untuk pekerjaan pemasangan bata ringan ALC (Aerated Light Concrete) dengan ketebalan 3 mm. Merupakan campuran homogen antara semen, pasir silika, filler dan aditif. Untuk bata ringan dengan ketebalan 100 mm, per 1 zak (40 kg) dapat digunakan untuk pekerjaan pemasangan bata ringan seluas ± 10 m2 dengan ketebalan mortar 3 mm. Sedangkan untuk bata ringan dengan ketebalan 75 mm, per 1 zak (40 kg) dapat digunakan untuk pekerjaan pemasangan bata ringan seluas ± 16 m2 dengan ketebalan mortar 3 mm.
2.5.2.2 Pekerjaan Pemasangan Dinding Bata Ringan
Salah satu kelebihan material bata ringan adalah ringan bobotnya. Bobotnya yang ringan membuat anggaran bangunan bisa ditekan. Ringannya material dinding berakibat volume elemen struktur banguan bisa direduksi. Ini terutama jika beton serasi digunakan untuk dinding di lantai 2 ke atas. Volume elemen struktur seperti kolom, balok, plat lantai dan pondasi bisa dikurangi karena beban yang menumpunya ringan. Ringannya beban ini disyaratkan untuk mendapatkan struktur bangunan tahan gempa. Jika material pendukung bangunan berat dan terjadi keruntuhan akibat gaya gempa, beratnya material tersebut akan berbahaya bagi penghuninya. Dengan posisi Indonesia berada di daerah rawan gempa, kecuali Pulau Kalimantan, bangunan yang berada di Indonesia harus memliki persyaratan struktur bangunan tahan gempa. Untuk mendapatkan persyaratan ini, beton ringan bisa digunakan sebagai salah satu material pembuat dinding. (Sam, 2010)
2.3.2.3 Bahan dan Peralatan
Alat yang digunakan dalam pekerjaan pemasangan dinding dengan material bata ringan adalah:
Roskam bergigi 6 mm Tempat adukan Pengaduk
Dan untuk bahan yang digunakan adalah: Bata ringan ; dan
2.5.2.4 Pelaksanaan Pekerjaan
Adapun urutan pelaksanaan pekerjaan pemasangan dinding bata ringan adalah: a. Bersihkan dasar permukaan lokasi dari debu, kotoran, minyak, setelah itu beri
air pada lokasi.
b. Pastikan marking kios sudah terpasang sesuai shopdrawing/gambar rencana yang telah disetujui.
c. Masukkan adukan kering MU - 380 kedalam tempat adukan kemudian campur dengan air 10-15 liter / 40 kg MU – 380.
d. Aduk rata campuran MU - 380 dengan air, sebelum pemasangan bersihkan dulu permukaan bata ringan yang akan dipasang.
e. Tuangkan adonan MU - 380 pada tiap lapisan bata ringa setebal 3 mm dengan roskam bergigi 6 mm yang telah dipersiapkan.
f. Pemasangan bata ringan harus lurus dan rata, tahap pertama setinggi 7 lapis dengan spesi dasar 3 cm, setelah tahap pertama selesai biarkan pasangan mengering lebih kurang 3 jam, lanjutkan hingga tinggi yang ditentukan (beri ring balok / balok gantung bila tinggi bata ringan mencapai 2,4 – 2,5 meter). 2.5.2.5 Pekejaan Perawatan
Perawatan dinding yang menggunakan material bata ringan cukup mudah, walau 70% bata ringan ini berpori tetapi masing-masing pori independen sehingga tidak menyerap air. Dan untuk menjaga keawetan dari material dinding saat telah terpasang, dinding tetap harus diplester. Selain itu, perawatan dinding bata ringan dapat dilakukan dengan pengecatan untuk dinding bata ringan ekspos.
2.6 Rencana Perhitungan Anggaran Biaya
Menurut Ibrahim (1983), yang dimaksud rencana anggaran biaya (begrooting) suatu bangunan atau proyek adalah perhitungan banyaknya biaya yang diperlukan untuk bahan dan upah, serta biaya-biaya lain yang berhubungan dengan pelaksanaan bengunan atau proyek tersebut. Menurut Djojowirono (1984), rencana anggaran biaya merupakan perkiraan biaya yang diperlukan untuk setiap pekerjaan dalam suatu proyek konstruksi sehingga akan diperoleh biaya total yang diperlukan untuk menyelesaikan suatu proyek. Adapun, rencana anggaran biaya mempunyai pengertian sebagai berikut:
Rencana : Himpunan planning termasuk detail dan tata cara pelaksanaan pembuatan sebuah bangunan.
Anggaran : Perhitungan biaya berdasarkan gambar bestek (gambar rencana) pada suatu bangunan.
Biaya : Besarnya pengeluaran yang ada hubungannya dengan borongan yang tercantum dalam persyaratan yang ada.
Anggaran biaya merupakan harga dari bangunan yang dihitung dengan teliti, cermat dan memenuhi syarat. Anggaran biaya pada bangunan yang sama akan berbeda-beda di masing-masing daerah, disebabkan karena perberbeda-bedaan harga bahan dan upah tenaga kerja. Biaya (anggaran) adalah jumlah dari masing-masing hasil perkiraan volume dengan harga satuan pekerjaan yang bersangkutan. Secara umum disimpulkan sebagai berikut :
Menurut Mukomoko (1987), dalam menyusun biaya diperlukan gambar-gambar bastek serta rencana kerja, daftar upah, daftar harga bahan, buku analisis, daftar susunan rencana biaya, serta daftar jumlah tiap jenis pekerjaan. Sedangkan untuk prakiraan biaya secara secepat bisa menggunakan rencana anggaran biaya kasar.
Rencana anggaran biaya kasar merupakan rencana anggaran biaya sementara dimana pekerjaan dihitung tiap ukuran luas. Pengalaman kerja sangat mempengaruhi penafsiran biaya secara kasar, hasil dari penafsiran ini apabila dibandingkan dengan rencana anggaran yang dihitung secara teliti didapat sedikit selisih. Secara sistematisnya, dapat dilihat pada gambar.
Gambar 2.6 Bagan Perhitungan Anggaran Biaya Kasar
(Sumber : Ir. A. Soedradjat Sastraatmadja, Analisa Anggaran Pelaksanaan, 1994)
2.7 Analisa Harga Satuan Metode SNI
Prinsip pada metode SNI yaitu perhitungan harga satuan pekerjaan berlaku untuk seluruh Indonesia, berdasarkan harga satuan bahan, harga satuan upah kerja dan harga satuan alat sesuai dengan kondisi setempat. Spesifikasi dan cara pengerjaan setiap jenis pekerjaan disesuaikan dengan standart spesifikasi teknis pekerjaan yang telah
Daftar Upah Daftar Analisa
Daftar Harga Satuan Pekerjaan Daftar Tenaga
Daftar Bahan
Daftar Volume Pekerjaan
Anggaran Tiap
Pekerjaan Anggaran Tabel Pekerjaan Gambar
dibakukan. Kemudian dalam pelaksanaan perhitungan satuan pekerjaan harus didasarkan pada gambar teknis dan rencana kerja serta syarat- syarat yang berlaku (RKS).
2.8 Analisa Harga Satuan Metode Lapangan
Menurut Sastraatmadja (1994), penaksiran anggaran biaya adalah proses perhitungan volume pekerjaan, harga dari berbagai macam bahan dan pekerjaan yang akan terjadi pada suatu konstruksi. Karena taksiran dibuat sebelumnya dimulainya pembangunan maka jumlah ongkos yang diperoleh ialah taksiran bukan biaya sebenarnya (actual cost). Tentang cocok atau tidaknya suatu taksiran biaya dengan biaya yang sebenarnya sangat tergantung dari kepandaian dan keputusan yang diambil penaksir berdasarkan pengalamnnya. Sehingga analisis yang diperoleh langsung diambil dari kenyataan yang ada di lapangan berikut dengan perhitungan / indeks lapangannya. Secara umum proses analisa harga satuan pekerjaan dengan metode lapangan/kontraktor adalah sebagai berikut :
a. Membuat daftar harga satuan material dan daftar harga satuan upah.
b. Menghitung harga satuan bahan dengan cara : perkalian antara harga satuan bahan dengan nilai koefisien bahan.
c. Menghitung harga satuan upah kerja dengan cara : perkalian antara harga satuan upah dengan nilai koefisien upah tenaga kerja.
2.9 Komposisi Biaya Proyek
Dikenal beberapa komponen biaya bagi kegiatan proyek (Soeharto, 1997) yang terdiri dari:
a. Biaya pembelian material dan peralatan
Material dan peralatan ini dapat terdiri dari peralatan utama, peralatan konstruksi,material curah dan lain-lain yang perlu dibeli untuk mendirikan proyek. Tersedia berbagai cara untuk mendapat angka perkiraan biaya pembelian material dan peralatan di atas, yang terpenting di antaranya adalah :
Perkiraan jumlah material yang diperlukan dikalikan dengan harga satuan per unitnya. Ini termasuk dikerjakan untuk pembelian material curah seperti pipa, semen, kabel listrik, dan lain-lain.
Kombinasi dari buku petunjuk, katalog, gambar engineering dan catatan-catatan pembelian pada waktu yang lalu. Ini misalnya untuk pembelian peralatan proyek.
Didasarkan penawaran dari supplier.
Harga material dan peralatan sangat bergantung dari mutu atau spesifikasi yang dikehendaki. Oleh karena itu, sebelum memutuskan pelaksanaan pembelian, perlu dikaji secara seksama apakah spesifikasi yang ditentukan telah dipilih secara tepat tidak melebihi maupun di bawah keperluan. Bila penentuan spesifikasi dan kriteria telah diselesaikan maka langkah berikutnya adalah menghitung jumlah / kuantitas material dan peralatan yang hendak dibeli didasarkan atas gambar design engineering yang memenuhi spesifikasi dan kriteria tersebut di atas.
b. Biaya untuk upah dan tenaga kerja
Satuan upah tenaga kerja dinyatakan dalam rupiah per jam orang, rupiah per hari orang, rupiah per minggu orang dan lain-lain. Dikelompokkan menjadi bermacam-macam golongan seperti pengalaman, keterampilan, latihan dan lain-lainnya. Besarnya upah bervariasi tergantung kecuali pada hal-hal yang telah disebutkan di atas, juga pada letak geografis, waktu, dan faktor-faktor lain misalnya kerja lembur dan hari-hari besar. Dikenal bermacam cara untuk memperkirakan besar biaya upah buruh, diantaranya adalah:
Memakai petunjuk dan data-data dari buku (manual) handbook. Untuk itu diperlukan perincian macam-macam pekerjaan yang spesifik akan dilakukan. Metode man-loading yaitu suatu cara memperkirakan besar biaya tenaga kerja untuk merampungkan suatu kegiatan tertentu yang didasarkan atas pengkajian yang sistematis dari lingkup pekerjaan, peralatan yang akan dipakai dan lokasi kegiatan yang akan dikerjakan. Kemudian diperkiarakan jumlah dan susunan / campuran (man power
mix) yang diperlukan dan dikalikan dengan satuan biaya yang bersangkutan.
Salah satu upaya yang paling sulit dalam menyusun perkiraan biaya adalah menentukan standart upah tenaga kerja. Lazimnya hal ini ditentukan atas dasar derajat efisien tenaga kerja yang dihasilkan dari studi dan survey berkala oleh institusi yang bersangkutan dengan masalah-masalah tersebut.
c. Biaya transportasi tenaga kerja, material dan peralatan, biaya latihan (training), biaya computer dan reproduksi
d. Biaya administrasi dan overhead. Ini diantaranya meliputi pengeluaran untuk administrasi, pajak perusahaan, uang jaminan (warranty), membayar lisensi,
membayar asuransi, menyewa kantor dan biaya penggunaan tenaga listrik dan air.
e. Fee dan laba. Fee pada umumnya terdapat pada proyek dengan macam kontrak
dengan harga tidak tetap (cost plus). Besarnya sering ditentukan sebagai presentase dari total biaya pengeluaran proyek yang menjadi lingkup kerja kontraktor utama yang bersangkutan.
2.10 Pengukuran Produktifitas Kerja
Pengukuran produktifitas kerja adalah sebagai sarana untuk menganalisa dan mendorong efisiensi produksi. Saat berlangsungnya pekerjaan harus dicatat besarnya pencapaian agar dapat dibandingkan dengan rencana awal sebagai upaya untuk mengevaluasi besaran produktivitas yang telah dicapai. Pemantauan (monitoring) berarti melakukan observasi dan pengujian pada tiap interval tertentu untuk memeriksa kinerja maupun dampak sampingan yang tidak diharapkan (Istimawan, 1996). Ada dua macam alat pengukuran produktivitas, yaitu :
a. Physical productivity, yaitu produktivitas secara kuantitatif seperti ukuran (size), panjang, berat, banyaknya unit, waktu, dan biaya tenaga kerja.
b. Value productivity, yaitu ukuran produktivitas dengan menggunakan nilai uang yang dinyatakan dalam rupiah, yen, dollar dan seterusnya. (Ravianto, 1986 : 21) Secara umum, produktivitas dapat diartikan sebagai perbandingan diantara output dan input. Produktivitas dinyatakan dengan Rumus (Thomas, 1999):
Productivity =
Produktifitas Pekerja (m²/jam) =
2.11 Efisiensi
Efisiensi adalah tingkat pengendalian biaya atau pengorbanan sumber daya ekonomi yang diukur dalam satuan uang yang telah terjadi untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan (Mulyadi, 1998). Efisiensi terbagi menjadi dua, yaitu efisiensi waktu dan efisiensi biaya. Efisiensi waktu adalah tingkat kehematan dalam hal waktu saat pelaksanaan hingga kapan proyek itu selesai. Berdasarkan pengertian di atas bahwa schedule proyek merupakan waktu yang direncanakan untuk menyelesaikan proyek tersebut. Dalam hal ini adalah schedule pelaksanaan khusus pekerjaan dinding lantai lower ground sampai dengan lantai atap/lower roof. Bahwa terdapat perbedaan waktu antara pelaksanaan pekerjaan dinding dengan material bata ringan dan material bata merah. Menurut Yamit (2000:303), waktu dalam percepatan proyek terbagi menjadi : a. Waktu Normal yang merupakan taksiran waktu yang paling mungkin untuk
menyelesaikan proyek.
b. Waktu dipercepat yaitu taksiran waktu yang memungkinkan untuk mempercepat penyelesaian proyek.
Efisiensi biaya adalah tingkat kehematan dan pengorbanan ekonomi yang dilakukan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Menurut Yamit (2000:304) Biaya dalam percepatan proyek dapat dibagi :
a. Biaya normal yang merupakan biaya yang dikeluarkan untuk menyelesaikan proyek dengan menggunakan waktu normal.
b. Biaya dipercepat yaitu biaya yang dikeluarkan bila proyek diselesaikan dengan menggunakan waktu yang dipercepat.
2.12 Penelitian Sebelumnya
Merupakan referensi dalam penulisan tugas akhir ini dari berbagai penelitian sebelumnya mengenai perubahan, perbandingan, metode yang digunakan dalam perhitungan biaya, waktu dan produktifitas terkai dengan material dinding sebagai bagian dari konstruksi. Berikut adalah table dari beberapa penelitian sebelumnya :
Tabel 2.2 - Tabel Referensi dari Penelitian Sebelumnya
No Nama Penulis Judul Tahun Latar Belakang Tujuan Hasil Penelitian &
Kesimpulan Metode 1 Birdyan Goritman, Robby Irwangsa, Jonathan Hendra Kusuma Studi Kasus Perbandingan Berbagai Bata Ringan dari Segi Material, Biaya, dan Produktifitas 2007 Terjadinya kesulitan konsumen dalam memilih material dinding yang tepat. Mengetahui jenis material yang terkandung, biaya yang diperlukan dan produktivitas dari masing-masing produk bata ringan. a. Secara keseluruhan biaya untuk pemasangan 1m2 tipe CLC lebih murah dari pada AAC
b. Dari segi produktifitas pemasangan bata ringan AAC lebih murah dari CLC
c. Ukuran bata ringan AAC lebih presisi dari pada CLC
d. Bahan campuran bata ringan AAC berbeda dengan CLC
e. Daya kapilaritas AAC lebih tinggi daripada CLC
f. Bata ringan CLC lebih cocok untuk dinding eksterior a. Pengumpulan data b. Observasi di lapangan c. Wawancara
No Nama Penulis Judul Tahun Latar Belakang Tujuan Hasil Penelitian &
No Nama Penulis Judul Tahun Latar Belakang Tujuan Hasil Penelitian & Kesimpulan Metode 2 Sentosa Limanto, Yuda Endro Witjaksono, Sumarlin W.A Produktifitas Material Beton Ringan dalam Pemakaian Sebagai Konstruksi Dinding 2010 Peningkatan produktivitas untuk keberhasilan suatu proyek dan kepuasan owner. Pengamatan pada proses pemasangan dinding menggunakan bata ringan sehingga nilai produktivitas dapat diketahui.
a. Beton ringan mudah diperoleh karena jumlah produksi yang cukup banyak dalam sehari dibandingkan bata konvensional b. Beton ringan lebih
ramah lingkungan daripada bata konvensional
c. Produktifitas pasangan beton ringan lebih cepat daripada bata
konvensional
d. Produktivitas pasangan dinding beton ringan bergatung pada durasi dan luasan dinding
a. Studi pustaka b. Observasi di lapangan 3 Kartika Puspa Negara, Saifoe El Unas, M. Hamzah Hasyim, Marchel Aditha Perhitungan Harga Satuan Pekerjaan Dinding Bata Ringan Dengan Metode SNI dan MS. Project pada Proyek 2015 Tidak adanya perhitungan analisa biaya dinding bata ringan dalam metode SNI Mengetahui metode yang tepat yang sesuai dengan keadaan di
lapangan.
a. Terdapat perbedaan
biaya antara
penggunaan metode SNI dan MS Project b. Pada perhitungan di lapangan, koefisien bata merah digunakan
a. SNI
b. MS. Project c. Observasi di
No Nama Penulis Judul Tahun Latar Belakang Tujuan Hasil Penelitian & Kesimpulan Metode Pembangunan Gedung Laboratorium Enterpreneurshi p Terpadu Universitas Brawijaya Malang
untuk perhitungan bata ringan, sehingga tidak cocok 4 Dwiana Oni Susanto, Cahyono Bintang Nurcahyo, Yusroniya Eka Putri Perbandingan Penggunaan Material Bata Merah dengan Bata Ringan I-CON akibat Perubahan Desain Struktur Ditinjau dari Biaya dan Waktu (Studi Kasus : Gedung Rektorat dan IT Universitas Negeri Surabaya) 2014 Peningkatan produktivitas konstruksi dan ramah lingkungan Mengetahui perbandingan bata merah dengan bata ringan I-CON ditinjau dari waktu dan biaya
pelaksanaan.
a. Perbandingan biaya dinding konfensional dan dinding bata beton ringan
b. Metode beton ringan dapat menjadi salah satu alternative
pengganti metode bata merah, dan didapat selisih biaya dan waktu pengerjaan
a. Komparasi metode konvensional dan bata ringan b. MS. Project
No Nama Penulis Judul Tahun Latar Belakang Tujuan Hasil Penelitian & Kesimpulan Metode 5 Michael Tedja, Charleshan, Jefri Efendi Perbandingan Metode Konstruksi Dinding Bata Merah dengan Dinding Bata Ringan 2014 Perkembangan teknologi dan tuntutan terhadap kecepatan proyek harus diimbangi dengan penggunaan material yang tepat. Mengetahui metode konstruksi yang tepat, efisien dari segi waktu dan biaya antara dinding bata merah dengan bata
ringan.
a. Adanya penurunan biaya konstruksi akibat perubahan metode dari bata ringan menjadi bata merah sebesar 17%
b. Untuk pemasangan bata ringan lebih cepat 49% daripada pemasangan dinding bata merah
a. Survei b. Komparatif c. Studi Pustaka
6 Felix Hidayat Studi
Perbandingan Biaya Material Pekerjaan Pasangan Dinding Bata Ringan dengan Bata Merah 2010 Perkembangan teknologi dan tuntutan terhadap kecepatan proyek harus diimbangi dengan penggunaan material yang tepat. Memberikan perbandingan harga material, kecepatan, dan berat antara bata merah dengan bata ringan untuk pekerjaan dinding.
a. Biaya pemasangan dinding bata ringan
lebih mahal
dibandingkan dengan bata merah karena bahan perekat prime mortar lebih mahal 1.18 kali disbanding dengan material pasangan bata merah
a. Studi Pustaka b. Observasi di
No Nama Penulis Judul Tahun Latar Belakang Tujuan Hasil Penelitian &
Kesimpulan Metode
b. Secara produktivitas pemasangan bata ringan lebih cepat 1,6 kali lipat dibandingkan dengan pemasangan bata merah c. Bata merah memiliki
berat jenis lebih berat 4.34 kali lipat dibandingkan dengan bata ringan 7 Arini Novita Rompas, H. Tarore, R.JM.Mandagi, J. Tjakra Penerapan Value Engineering pada Proyek Pembangunan Ruko Orlens Fashion Manado 2013 Adanya permasalahan yang terjadi di proyek yaitu penggunaan material yang boros, tenaga yang kurang terampil sehingga penyelesaian tidak tepat waktu & pemborosan biaya.
Mengetahui dan mengidentifikasi biaya yang tidak memberikan kualitas atau kegunaan
a. Pekerjaan dinding bata ringan merupakan alternative pengganti dinding bata merah b. Terdapat penghematan
biaya akibat perubahan material sebesar 16.88%
Rekayasa Nilai atau Value
No Nama Penulis Judul Tahun Latar Belakang Tujuan Hasil Penelitian & Kesimpulan Metode 8 Saifoe El Unas, ST,MT, Kartika Puspa N, ST,MT, Rifky Rezha P.Y Analisa Produktivitas Pekerjaan Dinding Panel,Dinding Batu Bata Konvensional, dan SNI Pekerjaan Dinding Adanya material pengganti dinding bangunan konvensional seiring dengan perkembangan teknologi, salah satunya dinding PANEL. Mengetahui perbandingan produktivitas dan biaya satuan pekerjaan dinding Panel dan bata merah berdasarkan SNI.
a. Produktivitas pemasangan dinding panel dengan metode
Daily Record Sheet lebih
cepat dibandingkan dengan dinding bata konvensional metode
Daily Record maupun
dengan metode SNI b. Harga satuan dinding
panel lebih mahal 3 kali lipat dibanding dengan metode bata
konvensional dan 1.9 kali lipat dengan metode SNI a. Daily Record Sheet b. Baseline Productivity c. SNI 9 I Putu Widjaja Thomas Brunner Pengaruh Penggantian Material Bata Merah Dengan Batako Terhadap Biaya Bangunan 2012 Adanya material dinding bangunan yang beredar luas dan variatif yang berpengaruh terhadap biaya dan waktu pengerjaan Membandingkan pengaruh penggunaan material bata merah dan batako terhadap biaya konstruksi.
a. Terjadinya
penghematan 0.19% dari keseluruhan biaya proyek akibat
perubahan material dinding bata merah menjadi batako
a. Studi Pustaka b. Observasi di
No Nama Penulis Judul Tahun Latar Belakang Tujuan Hasil Penelitian &
Kesimpulan Metode
b. Jika dihitung dari pekerjaan dinding terjadi penghematan biaya sebesar 4.98% 10 Muhammad Didin Ahmadi, Ir. Wiwik Sumarmi, MT Evaluasi Pemilihan Alternatif Jenis Material Dinding pada Proyek Pembangunan Rumah dengan Menggunakan Metode AHP Terjadinya kerusakan pada dinding karena jarang diperhitungkan dalam segi fungsi dan proses pelaksanaannya.
Mengetahui pemilihan material yang tepat dan baik.
a. Botot nilai alternative tertinggi adalah bata merah dengan bobot nilai 0.501 (50%), batako 0.276 (27%) dan bata ringan 0.223 (22%)
b. Bata merah lebih disarakan dalam pemilihan alternatif dinding AHP (Analytical Hierarchy Process)
2.13 Riset Gap
Riset GAP merupakan celah atau kesenjangan penelitian yang dapat dimasuki oleh seorang peneliti berdasarkan pengalaman atau penemuan-penemuan yang telah dilakukan oleh peneliti terdahulu. Tujuan dari penyusunan riset GAP ini untuk mendapatkan permasalahan-permasalahan serta sebuah jawaban baru terhadap sesuatu yang menjadi permasalahan. Masalah yang akan dibahas pada penelitian ini adalah tentang material dinding pada proyek konstruksi. Permasalahan-permasalahan tersebut meliputi biaya, waktu dan metode-metode yang digunakan dalam proses perhitungan akibat perubahan material dinding. Berikut adalah tabel riset GAP terhadap beberapa penelitian yang telah dilakukan sebelumnya :
Tabel 2.3 - Reset GAP Terhadap Penelitian Sebelumnya
No Penulis Judul Tahun Kata Kunci Latar Belakang Tujuan Metode Persamaan Perbedaan
1 Joko Purnomo
Analisa Biaya dan Waktu Pekerjaan Dinding Akibat Perubahan Material Dari Bata Ringan Menjadi Bata Merah
Pada Proyek Emersia Hotel Batu Sangkar, Sumatera Barat
2017
Dinding, Bata Ringan, Bata Merah, Biaya dan
Waktu
Adanya masalah pengadaan material dinding bata ringan karena
bahan tidak tersedia di lokasi proyek yang harus
diganti dengan material lain.
Mengetahui perubahan biaya dan waktu akibat
perubahan material a. Studi Literatur b. Pengumpulan data c. Observasi di lapangan 2 Birdyan Goritman, Robby Irwangsa, Jonathan Hendra Kusuma
Studi Kasus Perbandingan Berbagai Bata Ringan dari Segi Material, Biaya,
dan Produktifitas 2007 Bata Ringan, ACC, CLC, Produktivitas, Biaya, Material Peningkatan produktivitas untuk keberhasilan suatu
proyek dan kepuasan owner. Mengetahui jenis material yang terkandung, biaya yang diperlukan dan produktivitas dari masing-masing produk bata ringan. a. Pengumpulan data b. Observasi di lapangan c. Wawancara Perhitungan biaya & waktu Latar belakang masalah, tujuan penelitian, material yang dibandingkan 3 Sentosa Limanto, Yuda Endro Witjaksono, Sumarlin W.A
Produktifitas Material Beton Ringan dalam Pemakaian Sebagai Konstruksi
Dinding 2010
Beton ringan, produktivitas, ramah lingkungan
Peningkatan produktivitas untuk keberhasilan suatu
proyek dan kepuasan owner. Pengamatan pada proses pemasangan dinding menggunakan bata ringan sehingga nilai produktivitas dapat diketahui. a. Studi pustaka b. Observasi di
lapangan Perhitungan waktu
Latar belakang masalah, tujuan penelitian, material yang ditinjau 4 Kartika Puspa Negara, Saifoe El Unas, M. Hamzah Hasyim, Marchel Aditha
Perhitungan Harga Satuan Pekerjaan Dinding Bata Ringan Dengan Metode
SNI dan MS. Project pada Proyek Pembangunan Gedung Laboratorium Enterpreneurship Terpadu Universitas
Brawijaya Malang 2015 Estimasi biaya, RAB, SNI, MS Project, Harga Satuan
Tidak adanya perhitungan analisa biaya dinding bata ringan dalam metode SNI
Mengetahui metode yang tepat
yang sesuai dengan keadaan di lapangan. a. SNI b. MS. Project c. Observasi di lapangan Material yang ditinjau, perhitungan biaya Latar belakang masalah, tujuan penelitian, metode yang digunakan sebagai pembanding, lokasi proyek 5 Dwiana Oni Susanto, Cahyono Bintang Nurcahyo, Yusroniya Eka Putri
Perbandingan Penggunaan Material Bata Merah dengan Bata Ringan I-CON
akibat Perubahan Desain Struktur Ditinjau dari Biaya dan Waktu (Studi
Kasus : Gedung Rektorat dan IT Universitas Negeri Surabaya)
2014 Beton ringan, CLC, Isolator panas, finishing, estimasi, presisi Peningkatan produktivitas konstruksi dan ramah
lingkungan
Mengetahui perbandingan bata
merah dengan bata ringan I-CON ditinjau dari
waktu dan
a. Komparasi metode konvensional dan bata ringan b. MS. Project Material yang ditinjau, perhitungan biaya dan waktu Latar belakang masalah, tujuan penelitian, metode yang digunakan sebagai pembanding,
No Penulis Judul Tahun Kata Kunci Latar Belakang Tujuan Metode Persamaan Perbedaan
biaya
pelaksanaan. lokasi proyek
6 Michael Tedja, Charleshan, Jefri Efendi
Perbandingan Metode Konstruksi Dinding Bata Merah dengan Dinding
Bata Ringan 2014
Dinding, bata merah, bata ringan, biaya dan
waktu
Perkembangan teknologi dan tuntutan terhadap kecepatan proyek harus
diimbangi dengan penggunaan material yang
tepat.
Mengetahui metode konstruksi yang tepat, efisien dari
segi waktu dan biaya antara dinding bata merah dengan bata ringan. a. Survei b. Komparatif c. Studi Pustaka Material yang ditinjau, perhitungan biaya dan waktu Latar belakang masalah, tujuan penelitian, metode yang digunakan sebagai pembanding
7 Felix Hidayat Studi Perbandingan Biaya Material Pekerjaan Pasangan Dinding Bata
Ringan dengan Bata Merah 2010
Biaya, bata merah, bata ringan
Perkembangan teknologi dan tuntutan terhadap kecepatan proyek harus
diimbangi dengan penggunaan material yang
tepat.
Memberikan perbandingan harga material, kecepatan, dan berat antara bata
merah dengan bata ringan untuk
pekerjaan dinding. a. Studi Pustaka b. Observasi lapangan Material yang ditinjau, perhitungan biaya dan waktu Latar belakang masalah, tujuan penelitian, metode yang digunakan sebagai pembanding 8 Arini Novita Rompas, H. Tarore, R.JM.Mandagi, J. Tjakra
Penerapan Value Engineering pada Proyek Pembangunan Ruko Orlens
Fashion Manado 2013 Rekayasa nilai, penghematan, proyek konstruksi, biaya dan waktu
Adanya permasalahan yang terjadi di proyek yaitu penggunaan material yang boros, tenaga yang kurang
terampil sehingga penyelesaian tidak tepat
waktu & pemborosan biaya.
Mengetahui dan mengidentifikasi biaya yang tidak memberikan kualitas atau kegunaan Rekayasa Nilai atau Value Engineering Material yang ditinjau, perhitungan biaya dan waktu Latar belakang masalah, tujuan penelitian, metode yang digunakan, lokasi proyek 9 Saifoe El Unas, ST,MT, Kartika Puspa N, ST,MT, Rifky Rezha P.Y
Analisa Produktivitas Pekerjaan Dinding Panel,Dinding Batu Bata Konvensional, dan SNI Pekerjaan
Dinding Dinding PANEL, dinding bata konvensional, harga satuan pekerjaan, produktifitas
Adanya material pengganti dinding bangunan konvensional seiring dengan perkembangan teknologi, salah satunya
dinding PANEL. Mengetahui perbandingan produktivitas dan biaya satuan pekerjaan dinding
Panel dan bata merah berdasarkan SNI. a. Daily Record Sheet b. Baseline Productivity c. SNI Perhitungan biaya dan waktu
Latar belakang masalah, tujuan penelitian, material & metode yang digunakan sebagai pembanding 10 I Putu Widjaja Thomas
Brunner
Pengaruh Penggantian Material Bata Merah Dengan Batako Terhadap Biaya
Bangunan 2012
Adanya material dinding bangunan yang beredar
luas dan variatif yang berpengaruh terhadap Membandingkan pengaruh penggunaan material bata a. Studi b. Pustaka Observasi lapangan Perhitungan biaya dan waktu
Latar belakang masalah, tujuan penelitian, material &
No Penulis Judul Tahun Kata Kunci Latar Belakang Tujuan Metode Persamaan Perbedaan
biaya dan waktu pengerjaan
merah dan batako terhadap biaya konstruksi. metode yang digunakan sebagai pembanding, lokasi proyek 11 Muhammad Didin Ahmadi, Ir. Wiwik Sumarmi, MT
Evaluasi Pemilihan Alternatif Jenis Material Dinding pada Proyek Pembangunan Rumah dengan Menggunakan Metode AHP
Proyek, material dinding, batako, bata merah, bata ringan, AHP
Terjadinya kerusakan pada dinding karena jarang diperhitungkan dalam segi
fungsi dan proses pelaksanaannya.
Mengetahui pemilihan material yang tepat dan baik
AHP (Analytical Hierarchy Process)
Perhitungan biaya dan waktu
Latar belakang masalah, tujuan penelitian, material & metode yang digunakan sebagai pembanding, lokasi proyek
2.14 Kerangka Berfikir
Dalam penelitian ini, penulis ingin mengetahui perubahan biaya dan waktu akibat perubahan material dari dinding bata ringan menjadi dinding bata merah akibat material yang tidak tersedia di lokasi proyek. Perubahan material tersebut ditetapkan sebagai variabel X. Variabel X adalah variabel bebas.
Variable Y adalah variable yang keberadaannya dipengaruhi oleh keadaan-keadaan yang mempengaruhinya. Variable Y disebut variable terikat. Dalam penelitian ini variable Y berupa hasil dari masalah.
Tabel 2.4 - Variabel X dan Y
No Variabel X Variabel Y
1 a. Material dinding proyek dengan menggunakan bata ringan
b. Ketindaktersedian material bata ringan pada lokasi proyek
a. Timbulnya permasalahan saat akan dilakukan pekerjaan pasangan dinding b. Jika tetap menggunakan material bata
ringan maka akan menambah biaya dan waktu pengadaan material bahan. 2 Review material dinding bata
ringan menjadi bata merah a. Sebagai solusi pengganti material dinding bata ringan b. Stok bata merah yang melimpah pada daerah lokasi proyek dapat menghemat biaya pembelian material
c. Pekerjaan pasangan dinding dapat dilakukan tanpa harus menunggu bahan material karena bata merah mudah didapat
3 Analisis perubahan material bata ringan menjadi bata merah terhadap biaya dan waktu
Dari segi waktu pekerjaan dinding bata merah lebih lama dari pada bata ringan, tetapi dari segi biaya didapatkan penghematan yang cukup besar
2.7 Gambar Kerangka Berpikir Mulai Identifikasi dan rumusan masalah Material dinding bata ringan dan bata merah Studi Pustaka
Pengolahan data dan analisa biaya dan waktu
perubahan material dinding Selesai Gambar Kerja Permasalahan Pengumpulan data-data Volume Dinding Harga Satuan Material dan Upah Jurnal / Penelitian Sebelumnya Metode pegolahan data
2.15 Hipotesa Penelitian
Didasarkan pada analisis pendahuluan yang ada di bab sebelumnya, maka dalam kajian ini dapat dibuat sebuah hipotesa yang dapat disebutkan sebagai berikut, “Apabila material pasangan dinding bata ringan diganti bata maka akan terjadi penghematan biaya yang cukup besar, tetapi dalam segi waktu pengerjaan terjadi penambahan waktu.”