• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS AFIKSASI DALAM KARANGAN NARASI SISWA KELAS X SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN NEGERI 3 BINTAN TAHUN PELAJARAN 2012/2013 ARTIKEL E-JOURNAL

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ANALISIS AFIKSASI DALAM KARANGAN NARASI SISWA KELAS X SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN NEGERI 3 BINTAN TAHUN PELAJARAN 2012/2013 ARTIKEL E-JOURNAL"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS AFIKSASI DALAM KARANGAN NARASI SISWA KELAS X SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN NEGERI 3 BINTAN

TAHUN PELAJARAN 2012/2013

ARTIKEL E-JOURNAL

Disusun Oleh

HERLINDA NIM 110388201043

JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MARITIM RAJA ALI HAJI

TANJUNGPINANG

(2)
(3)
(4)

ABSTRAK

Herlinda.2015. Analisis Afiksasi dalam Karangan Narasi Siswa Kelas X Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 3 Binta Tahun Pelajaran 2014/2015.

Skripsi. Tanjungpinang: Jurusan pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Maritim Raja Ali Haji.

Kata Kunci: Afiksasi, Karangan Narasi.

Afiksasi atau pengimbuhan adalah proses pembentukan kata dengan membubuhkan afiks (imbuhan) pada bentuk dasar, baik bentuk dasar tunggal maupun kompleks. Penggunaan dan penulisan afiks dalam karangan siswa kelas X Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 3 Bintan masih banyak ditemukan kesalahan seperti penggunaan yang tidak tepat, tidak menggunakan afiks pada kata yang memerlukan, penulisan yang dipisah dengan kata yang mengikutinya.

Berdasarkan permasalahan tersebut, peneliti merumuskan permasalahan penelitian menjadi dua yaitu : 1) Bagaimanakah kesalahan penggunaan afiks yang terdapat dalam karangan narasi siswa kelas X SMK Negeri 3 Bintan? 2) Kesalahan penggunaan afiks apa yang dominan terdapat dalam karangan narasi siswa kelas X SMK Negeri 3 Bintan?. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis jenis afiks yang banyak kesalahan penggunaan dan penulisan dalam karangan narasi siswa kelas X Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 3 Bintan.

Populasi dari penelitian ini adalah siswa kelas X Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 3 Bintan Tahun Pelajaran 2014/2015 yang terdiri dari tiga kelas dengan jumlah 61 siswa. Jumlah populasi kurang dari 100, maka sampel penelitian diambil semua populasi yang jumlah 61 siswa. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif.

Dari hasil analisis kesalaham penggunaan afiks, maka diketahui jenis afiks yang banyak terjadi kesalahan penggunaan afiks di- yang terdapat 18 kesalahan karena penulisannya dipisah dan merupakan kata depan di terdapat 19 kesalahan. Berdasarkan hal tersebut diketahui bahwa siswa kelas X Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 3 Bintan belum bisa membedakan antara prefiks di- an kata depan di, sehingga dalam penulisannya masih banyak kesalahan.

(5)

ABSTRACT

Herlinda. 2015. The Afixation Error Analysis in Narative Essay of Senior High School 3 Bintan in the year 2014/2015. Indonesia Languange and Literature Division Faculty of Teacher and Education Knowledge, University of Mariti Raja Ali Haji.

Keywords : affixation, Narative essay

Afixation or augmentation is process word forming with add augmentation affix on shaped base, well singular and also complex. Ther are many error found in affix using and inscription in the composition of Tenh grade student in Senior High School 3 Bintan Such as : incorrect using, no affix in the word and spiriting inscripition from the base word.

According to the matter, researcher formulate the research problems into 2, ther are : 1) How the affix error in affix using in the narrative essay of the Tenth grade student Senior High School 3 Bintan? 2) affix purpose fault what does dominant exist in narrative essay the tenth students high school 3 Bintan? This research intend to analysis kind of affix which are many error in using and inscription narrative essay for the tenth grade students Senior High School 3 Bintan.

The population from this research are the tenth grade students of senior High School 3 Bintan in the year 2014/2015 which is contains from 3 clss with the 61 student. The population less than 100, therefore research sample is taken all population which foot up 61 students. The method in this research are descriptive and qualitative. According to the error analysis in affix using, so there are many kind of affix error happened in using affix are prefiks di- 18, because separating inscription and preposition di is 19. Based of the matter, the tenth grade students of senior High Scool 3 Bintan haven’t know yet the differentitation between prefikx di- and preposition di, so that there are many error inscription.

(6)

1. Pendahuluan

Afiks merupakan imbuhan pada kata dasar. Sebuah kata dasar kadang perlu diberi imbuhan untuk memperjelas maksud kalimat. Penggunaan afiks atau imbuhan dalam kata dasar haruslah tepat. Karena penggunaan imbuhan itu bisa mengubah makna pada kata yang digunakan. Kata yang sudah diberi afiks akan berbeda maknanya dengan kata dasarnya. Imbuhan yang digunakan sesuai dengan keperluan penggunaan dalam kalimat. Arifin, (2009:5) menyebutkan “afiks adalah bentuk linguistik yang pada suatu kata merupakan unsur lansung dan bukan kata atau pokok kata, yang memiliki kemampuan melekat pada bentuk-bentuk lain untuk membentuk-bentuk kata atau pokok kata baru. Karangan narasi siswa kelas X Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 3 Bintan terdapat kesalahan afiks atau imbuhan. Kesalahan yang banyak terjadi yaitu kesalahan penggunaan imbuhan yang tidak tepat, tidak menggunakan imbuhan pada kata yang memerlukan, menggunakan imbuhan pada kata yang tidak memerlukan, dan kesalahan penulisan yang seharusnya dirangkaikan tetapi dipisah seperti pada awalan di- yang sering disamakan dengan kata depan di.

Permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah kesalahan penggunaan dan penulisan afiks pada karangan narasi siswa kelas X Sekolah Menengah Atas Negeri 3 Bintan Tahun Pelajaran 2014/2015. Oleh karena itu, peneliti memilih judul “Analisis Afiksasi dalam Karangan Narasi Siswa Kelas X

(7)

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis kesalahan penggunaan dan penulisan afiks pada karangan narasi siswa kelas X Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 3 Bintan Tahun Pelajaran 2014/2015

2. Metode Penelitian

Metode dalam penelitian ini adalah kualitatif. Penelitian Menggunakan penelitian kualitatif karena data yang diperoleh berbentuk kalimat, Menurut Sugiyono (2012:211)

3. Hasil Penelitian dan Pembahasan

Karangan narasi siswa kelas X Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 3 Bintan masih banyak kesalahan dalam penggunaan dan penulisan afiks. Siswa dalam menggunakan afiks pada kalimat masih kurang tepat, seperti tidak menggunakan afiks pada kata yang memerlukan afiks. Pada karangan narasi siswa ditemukan kesalahan penggunaan dan penulisan afiks, antara lain sebagai berikut:

1) baru ini kami ngumpul teman sekolah pergi berenang dipantai trikora

Seharusnya: baru ini kami berkuumpul teman sekolah pergi berenang di pantai trikora Kumpul : gabung

Ber- +kumpul = berkumpul :bersama –sama menjadi satu kesatuan atau kelompok (tidak terpisah-pisah)

Penggunaan kata kumpul seharusnya berkumpul, sesuai Kamus Bahasa Indonesia (2012:756) bahwa prefiks (ber) pada kata berkumpul bermakna

(8)

bersama-sama karena kata makna ber memiliki makna mengalami atau berada pada keadaan tertentu.

2) sementara ayahnya hilang entah dimana ia tinggal di rumah peninggalan ibunya.

Seharusnya: Saya sementara ayahnya hilang entah dimana ia tinggal di rumah peninggalan ibunya.

Meng- +hilang = menghilang : melenyapkan diri

Menurut Kamus Bahasa Indonesia (2012:498) kata hilang seharusnya

menggunakan kata menghilang, karena prefiks (meng) pada kata menghilang merupakan perbuatan seseorang yang tidak nampak atau tidak terlihat. Kata menghilang merupakan perbuatan yang dilakukan seseorang dengan kata dasar hilang.

3) pada hari sabtu disekolah ada pertandingan sepak takrau.

Seharusnya: pada hari sabtu disekolah ada pertandingan sepak takrau.

di- + sekolah = di sekolah : belajar di sekolah, mendapat pendidikan di sekolah Berdasarkan Kamus Bahasa Indonesia (2012:1244) bahwa penulisan kata

sekolah seharusnya terpisah di sekolah, sebab prefiks (di) pada kata sekolah bermakna menyatakan „mengalami di sekolah.karena makna di- memiliki makna „mengalami atau berada dalam keadaan‟.

(9)

4) mereka di beri sebuah timun yang besar dan di dalam timun itu ada seorang bayi.

Seharusnya: mereka diberi sebuah timun yang besar dan di dalam timun itu ada seorang bayi.

Beri : serahkan atau bagi sesuatu dengan orang lain

di- + beri = diberi : diserahkan (dibagikan) sesuatu

Penulisan di beri dalam Kamus Bahasa Indonesia (2012:178) yang benar seharusnya digabung menjadi diberi, sebab makna prefiks (di) pada kata diberi bermakna adanya perlakuan seseorang menyerahkan sesuatu pada orang lain.

5) beberapa orang kurcaci menemukan cinderlela yang pingsan dan di bawa ke rumah kurcaci.

Seharusnya: beberapa orang kurcaci menemukan cinderlela yang pingsan dan

dibawa ke rumah kurcaci.

bawa : angkat ke tempat lain

di- + bawa = dibawa: memegang atau mengangkat sesuatu atau bergerak dari satu tempat ke tempat yang lain

Penulisan kata bawa dalam Kamus Bahasa Indonesia (2012:150) seharusnya digabung menjadi dibawa. Kata prefiks (di) pada kata dibawa bermakna mengangkat

(10)

sesuatu atau gerak gerik seseorang dari satu tempat ke tempat yang lain membawa suatu barang.

6) apabila pekerjaannya telah selesai ia mencari sayur kangkung untuk di jual ke pasar.

Seharusnya: apabila pekerjaannya telah selesai ia mencari sayur kangkung untuk

dijual ke pasar.

Jual : tukar sesuatu dengan uang

di- + jual = dijual : diberikansesuatu kepada orang lain untuk memperoleh uang.

Berdasarka Kamus Bahasa Indonesia (2012:588) penulisan kata jual yang benar digabung menjadi dijual, kata prefiks (di) dalam makna dijual yaitu kegiatan seseorang menukarkan sesuatu pada orang lain untuk memperoleh uang.

7) yang enak di lihat jam menunjukkan pukul 13.00 wib.

Seharusnya:yang enak dilihat jam menunjukkan pukul 13.00 wib. Lihat : melihat

Me- + lihat = melihat: mengetahui, membuktika

Menurut kamus bahasa Indonesia (2012:826) penulisan kata lihat seharusnya digabung dilihat, karena prefiks (di) pada kata dilihat bermakna bahwa keadaan yang dilakukan seseorang untuk mengetahui sesuatu

(11)

Seharusnya: sesampai di hutan Cinderella tersesat dan ia bingung harus bagaimana.

se- + sampainya = sesampainya : setelah tiba,semampu

Menurut Kamus Bahasa Indonesia (2012:1216) penulisan kata sampai seharusnya menjadi sesampainya, karena prefik (Se) pada kata sesampainya bermakna seseorang tiba disuatu tempat.

4. Simpulan dan saran

Pada hasil pembahasan BAB V yang telah diuraikan maka dapat ditarik kesimpulan kesalahan penulisan dan penggunaan afiks pada karangan narasi siswa kelas X SMK Negeri 3 Bintan sebagai berikut :

Kesalahan penulisan afiks dalam karangan narasi yaitu siswa kelas X SMK Negeri 3 Bintan tidak menulis afiks sesuai kaidah bahasa Indonesia yang tepat antara lain penulisan prefiks di- yaitu terdapat 18 orang melakukan kesalahan karena penulisannya dipisah dan merupakan kata depan di terdapat 19 orang melakukan kesalahan karena penulisan kata depan di diserangkaikan.

Hasil analisis kesalahan afiks telah ditemukan bahwa siswa kelas X Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 3 Bintan belum bisa membedakan antara prefiks di- dan kata depan di. Sehingga dalam penulisannya masih banyak kesalahan.

(12)

Saran

Adapun saran yang dapat yang peneliti berikan untuk memperbaiki kemampuan siswa dalam menggunkan afiks yang benar sebagai berikut :

1. Sebaiknya guru lebih banyak memberikan bimbngan pada siswa tentang penggunaan dan penulisan imbuhan (afiks) sebelum siswa menulis karangan narasi.

2. Sebaiknya siswa lebih banyak mempelajari tata cara penulisan afiks maupun penggunaan imbuhan sesuai kaidah bahasa indonesia

3. Untuk peneliti yaitu hasil penelitian ini dapat dijadikan sumber rujukan bagi penelitian lain yang ingin melakukan penelitian mendalam tentang afiks (imbuhan)

DAFTAR PUSTAKA

Arifin, E. Zaenal, dan Junaiyah. 2007. Morfologi. Jakarta: Grasindo.

Diah Ayu Nursafitri. 2011. “Kesalahan Berbahasa Indonesia dalam Karangan Narasi Mahasiswa BIPA Kelas Karya.”Skripsi Sarjana Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Jember. (Tidak diterbitkan).

Finoza, Lamudin. 2009. Komposisi Bahasa Indonesia. Jakarta: Diksi Isan Mulia. Mahsusi, 2004. Mahir Berbahasa Indonesia. Jakarta: FITK UIN

Mulyasa, E. 2003. Menjadi Kepala Sekolah Profesional. Bandung: Remaja Rosdakarya

Putrayasa, Ida Bagus. 2010. Pengertian Afiksasi (Kajian Morfologi). Bandung: PT Refika Aditama.

Sri Handayani. 2013. “Analisis Kesalahan Afiks Pada Karangan Narasi Siswa Kelas X Sekolah Menengah Atas Negeri 3 Bintan.” Skripsi Sarjana

(13)

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Maritim Raja Ali Haji, Tanjungpinang (Tidak diterbitkan).

Sudarno dan Eman A. Rahman. 1986. Kemampuan Berbahasa Indonesia Untuk

Perguruan Tinggi. Jakarta : Hikmat Syahid Indah.

Sugiyono. 2005. Metode Penelitian Administrasi. Bandung: Alfabeta Sugiyono. 2012. Statistika Untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta

Sukmadinata. 2011. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Umar, Husein. 2011. Metode Penelitian Untuk Skripsi dan Tesis Bisnis. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Referensi

Dokumen terkait

Dalam sistem ini besarnya pembayaran untuk setiap periode akan selalu tetap, yang terdiri atas bunga pinjaman yang selalu menurun dan angsuran pokok pinjaman yang semakin

Dalam hal ini tahapan dalam pengelolaan keuangan Desa di Desa Ketanen dari perencanaan sampai pelaporan mengunakan aplikasi siskeudes dengan Pemendagri Nomor 20 Tahun 2018 yang

Sokletasi adalah ekstraksi menggunakan pelarut yang selalu baru yang umumnya dilakukan dengan alat khusus sehingga terjadi ekstraksi kontinu dengan jumlah pelarut relatif

Raya Boulevard Barat Kelapa Gading Ground Floor No.. Bulevar

Hasil penelitian sikap sebelum dan sesudah intervensi dapat dilihat pada tabel 5.5. Berdasarkan tabel tersebut didapatkan bahwa jumlah responden dengan sikap kurang baik

Berdasarkan permasalahan diatas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang “Hubungan Jumlah Konsumsi Vitamin A Dengan Pengeluaran ASI pada ibu post partum

Berdasarkan hasil penelitian dengan data yang diperoleh maka dapat ditemukan beberapa catatatan penting akan peningkatan yang terjadi dari proses pemberian

Model manajemen pelatihan IPA terpadu hasil pengembangan ini memiliki nilai keefektifan sebagai berikut: (1) terbukti dapat meningkatkan kemampuan kompetensi profesional IPA