• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN"

Copied!
46
0
0

Teks penuh

(1)

58 4.1 Gambaran Umum Tempat Penelitian

4.1.1 Sejarah Perusahaan

PT Mitra Pinasthika Mustika Rent (PT MPM Rent) adalah perusahaan yang bergerak dibidang jasa transportasi yang berdiri sejak tahun 1996. Pada awal berdirinya, perusahaan ini memiliki nama Family Rent Car, sebuah perusahaan keluarga dengan unit bisnis rental kendaraan, body repair yang memiliki kantor di Jl. Arteri Kelapa Dua No. 16 Kebon Jeruk Jakarta Barat. Dalam perkembangannya, pada tahun 2008 perusahaan ini diakuisisi oleh ANJ Group sehingga berganti nama menjadi PT Austindo Nusantara Jaya Rent. Sejak saat itulah secara resmi semua asset Family Rent Car menjadi satu dengan ANJ group.

Sejak diakuisisi, PT ANJ Rent terus berkembang dengan meningkatnya jumlah unit rental dari yang semula hanya puluhan unit menjadi ribuan unit. Bisnis pun mulai melebar, tidak hanya melayani bisnis rental namun mulai membuka bisnis pelayanan jasa driver untuk meningkatkan pelayanan terhadap customer.

Pada tahun 2012, perusahaan terus berbenah dengan membangun sebuah kantor baru di Tangerang dan secara resmi September 2012 semua kegiatan usaha dipindahkan ke Sunburst CBD Office Park Lot II No. 10 BSD Tangerang. Kemudian Desember 2012, PT ANJ Rent mengalami akuisisi kembali oleh PT MPM Group yang merupakan sebuah perusahaan yang bergerak di bidang penjualan kendaraan motor roda dua (main dealer) di wilayah Jawa Timur dan Nusa Tenggara. Maka secara resmi perusahaan berganti nama menjadi PT Mitra Pinasthika Mustika Rent.

(2)

Benefit yang bisa pelanggan nikmati untuk efisiensi dan efektifitas transportasi bisnis adalah

1. Fasilitas kendaraan pengganti memastikan kelancaran aktivitas bisnis dengan meminimalisasi inefisiensi tidak tersedianya kendaraan akibat kerusakan maupun perawatan kendaraan.

2. Asuransi pihak ketiga (Third-party liabilities) memberi perlindungan dari kerugian akibat kecelakaan lalu lintas, Emergency Service Team MPM Rent akan membantu hingga tuntasnya penyelesaian kasus

3. Perawatan berkala berstandar nasional memastikan kendaraan operasional pelanggan senantiasa dalam kondisi prima, ditangani mekanik terlatih yang melalui pelatihan berjenjang.

4. Layanan 24-Hour Customer Assistance Center memastikan solusi bagi masalah Anda, tak dibatasi oleh waktu. Customer Assistance Officer yang terlatih siap membantu Anda 24 jam sehari, tujuh hari seminggu

4.1.2 Tujuan Perusahaan

Tujuan PT Mitra PInasthika Mustika Rent adalah untuk menciptakan kekayaan berkelanjutan bagi semua pemangku kepentingan dan meningkatkan status Indonesia dengan memanfaatkan sumber daya produktif dan efektif. Ini harus dicapai konsisten dengan nilai inti kami: Innovation, Integrity, Develop and respect employee, Care for others and Environment, Continuous Improvement.

(3)

4.1.3 Visi dan Misi

Visi: pilihan pertama Anda untuk kebutuhan transportasi di Indonesia

Misi: Memberdayakan dan karyawan hormat sebagai aset prioritas perusahaan dalam rangka untuk menyediakan pelanggan kami dengan layanan transportasi dan solusi terbaik.

4.1.4 Nilai-nilai perusahaan

MPM memperkuat visi dengan menanamkan tata kelola perusahaan yang tepat dan budaya yang didukung oleh 10 filosofi dan prinsip:

1. Passion for Excellence

2. Menghormati individu, dorongan untuk kerja sama tim

3. Perbaikan terus-menerus, fokus pada pengembangan sumber daya manusia

4. Berkontribusi terhadap kesejahteraan rakyat, masyarakat dan lingkungan

5. Layanan pelanggan teladan 6. Tata kelola terbaik di kelas 7. Integritas dan kejujuran 8. Transparansi

9. Inisiatif dan Akuntabilitas 10. Kinerja berbasis remunerasi

(4)

4.1.5 Logo Perusahaan

Makna logo

1. Warna merah : memiliki makna energy, kekuatan, kuasa dan semangat yang ditanamkan dalam menjalankan bisnis.

2. Warna abu-abu : melambangkan kemanan, keandalan, kecerdasan/inteligen, dan konservatif.

3. Warna orange : melambangkan keberanian, kehangatan, keramahan, keakraban.

4. Tulisan MPM Rent merupakan singkatan dari Mitra Pinasthika Mustika Rent

5. Tulisan One Stop Transport Innovator merupakan slogan PT MPM Rent sebagai perusahaan yang memberikan inovasi dalam kebutuhan akan transportasi.

4.1.4 Unit Bisnis

Bermula hanya dari bisnis rental, perusahaan terus berkembang dengan lahirnya MPM Finance (bidang pembiayaan kendaraan bermotor), MPM Oto, Balai Lelang Asta Nara Jaya.

Layanan umum dimana jasa layanan yang diberikan mencakup; 1. Penyewaan Kendaraan

2. Penyediaan jasa pengemudi 3. Program pemeliharaan kendaraan

(5)

Layanan Khusus dimana jasa layanan yang diberikan mencakup; 1. Jasa Pengaturan Transportasi/ Customized Service

2. Pembelian Kendaraan 3. Penjualan Kendaraan 4. Penilaian

5. Body Repair dan Asuransi 6. Jasa Keuangan

Jenis kendaraan yang di rental meliputi berbagai jenis yaitu Sedan, Truck, Four Wheel Drive, dan mobil penumpang. Merk yang ditawarkan pun beraneka ragam seperti Toyota, Honda, Nissan, Daihatsu, Suzuki, Mercedes, Lexus dan lain-lain. Strategi perusahaan untuk melakukan pertumbuhan anorganik juga telah menjadikan bisnis sewa kendaraan kami dibawah MPMRent sebagai salah satu perusahaan rental mobil terbesar di Indonesia. Sampai dengan April 2013, bisnis sewa kendaraan kami telah mengoperasikan armada sebanyak 10.391 unit, meningkat 56% daripada periode sama 2012 sebanyak 6.644. Di bulan Juni ini jumlah armada PT MPM Rent bahkan telah bertambah menjadi 12.140 unit kendaraan. Untuk rental sendiri terdiri atas empat macam yaitu :

1. Sewa kendaraan jangka pendek (Short Term Rental )

Layanan sewa kendaraan untuk memenuhi kebutuhan transportasi harian yang fleksibel. Dengan layanan pick up, drop off membuat kebutuhan pelanggan akan transportasi yang nyaman, aman dan handal akan dapat terpenuhi.

(6)

Layanan sewa kendaraan dengan periode tahunan dari mulai 1-3 tahun. Sangat cocok untuk pelanggan yang menginginkan kenyamanan berkendara dengan biaya yang relatif bersaing.

3. Layanan Pengemudi

Layanan pengemudi professional yang dipilih melalui seleksi ketat, siap melayani pelanggan. Layanan ini akan membebaskan pelanggan dari masalah rekrutmen, penggajian, dan masalah mentalitas pengemudi yang tidak jarang mengganggu kelancaran bisnis. Para pengemudi PT MPM Rent dibekali dengan pelatihan berkala Safety Driving , penguasaan wilayah, etika pelayanan serta sikap diri yang positif.

4. Car Pooling

PT MPM Rent juga membantu perusahaan Anda untuk mengelola kendaraan yang disewa dengan sistem pooling. Pengaturan pemakaian kendaraan dan biaya dilakukan secara sistematis sesuai dengan kebutuhan operasional menggunakan sistem terintegrasi serta didukung dengan laporan dan analisa secara periodik untuk mencapai optimalisasi pemakaian unit dan efisiensi biaya perusahaan.

Misalkan, sebuah bank memiliki 3 kantor cabang yang berdekatan dan masing-masing cabang menggunakan 3 mobil sehingga 3 cabang itu total memiliki 9 mobil, padahal ketiga cabang ini mungkin hanya perlu 4 mobil. Untuk itu, kami memberikan solusi car pooling untuk mengelola pemakaian 4 mobil itu secara bergantian, maka pelanggan sudah memangkas penyewaan 5 mobil.

(7)

4.1.6 Jaringan Usaha

Dalam menjalankan usahanya, PT MPM Rent didukung oleh 20 Service Point yang tersebar di seluruh Indonesia.

Tabel 4.1.6.1

Service Point PT MPM Rent

No Service Point No Area Service Point

1 Semarang 16 Padang

2 Solo 17 Palembang

3 Bandung 18 Nunukan

4 Cirebon 16 Kalimantan Banjarmasin

5 Cilegon 17 Pontianak

6

Malang 18 Nunukan

7 Aceh 19 Kutai Barat

8 Medan 20 Bali Bali

9 Pekanbaru 21 Makassar

(8)

4.2 Hasil Penelitian

Bab ini merupakan hasil penelitian di lapangan dengan menggunakan pendekatan kuantitatif, data yang diperoleh dengan cara penyebaran kuesioner dengan total responden sebanyak 85 orang yang diambil melalui Stratified Random Sampling . Dari sampling frame semua total populasi yaitu sebanyak 452 orang, kemudian dikelompokan menjadi strata yang didasarkan atas divisi di PT MPM Rent yang berjumlah 6 divisi yaitu Operation, HR & GA, Business, Business Development, Finance Accounting, dan Sales & Service. Tujuannya adalah untuk menggambarkan jaringan komunikasi informal secara menyeluruh di semua divisi yang ada di PT MPM Rent.

Hasil penelitian ini meliputi karakteristik responden, peran-peran anggota siapa yang menjadi Klik, Opinion Leader, Gate Keeper, Bridge, Liason dan Isolate serta model dalam jaringan komunikasi informal.Hal ini sesuai dengan fungsi dari analisi jaringan yaitu untuk mengetahui operasional komunikasi network dan penempatan individu dalam peran-peran komunikasi. Adapun data dalam hasil penelitian ini diambil dari tabulasi hasil pengisian kuesioner dari para responden yang sudah dibuat tabulasi kemudian dituangkan dalam tabel-tabel frekuensi.

Unit analisis dari penelitian ini adalah hubungan antar individu dalam suatu system. Karena komunikasi dianggap sebagai kumpulan hubungan-hubungan sehingga ada interaksi antar individu dalam system. Hubungan-hubungan ini merupakan pola-pola aliran informasi.

4.2.1 Karakteristik Responden

Responden dalam penelitian ini berjumlah 85 orang karyawan PT MPM Rent yang tersebar di masing-masing divisi. Tujuan dari mengetahui karakteristik responden ini adalah untuk mengetahui gambaran mengenai responden dari berbagai kriteria yang ditetapkan.

(9)

Adapun karakteristik responden dalam penelitian ini dibagi dalam beberapa kriteria yaitu jenis kelamin, usia, status perkawinan, pendidikan terakhir, masa kerja, serta posisi jabatan. Data mengenai karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat dari tabel dibawah ini :

Tabel 4.2.1.1

Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin N = 85

No Jenis Kelamin Frekuensi %

1 Laki-Laki 45 Orang 53%

2 Perempuan 40 Orang 47%

Total 85 Orang 100%

Sumber : Kuesioner no.2A

Berdasarkan jawaban dari 85 responden, menunjukan bahwa jumlah responden yang berjenis kelamin laki-laki berjumlah 45 orang dengan presentase 53 % dan responden wanita berjumlah 40 orang atau 47 % dari total responden.

Dari segi usia, responden memiliki karakteristik seperti dalam tabel berikut ini :

Tabel 4.2.1.2

Karakteristik Responden Berdasarkan Usia N = 85 orang

No Usia Frekuensi %

1 < 20 tahun 1 orang 1 % 2 20-24 tahun 21 orang 25 %

(10)

No Usia Frekuensi % 3 25-29 tahun 36 orang 42 % 4 >30 tahun 27 orang 36 %

Total 85 orang 100 %

Sumber : Kuesioner no. 3

Berdasarkan table diatas terlihat bahwa responden yang berusia < 20 tahun berjumlah satu orang (1%) merupakan seorang yang berstatus karyawan tidak tetap/karyawan kontrak. Responden yang berusia 20-24 tahun berjumlah 21 orang dengan persentase 21%. Sementara responden yang berusia 25-29 tahun menduduki prosetase tertinggi yaitu sebanyak 36 orang (42%). Dan sisanya sebanyak 27 orang responden berada dalam range usia > 30 tahun.

Mengenai karakteristik responden berdasarkan status perkawinan dapat dilihat dari tabel dibawah ini :

Tabel 4.2.1.3

Karakteristik Responden Berdasarkan Status Pernikahan N= 85 Orang

No Status Pernikahan Frekuensi %

1 Belum Menikah 50 orang 59%

2 Menikah 35 orang 41%

3 Janda/Duda 0 0

Total 85 orang

Sumber : Kuesioner no. 4

Berdasarkan hasil jawaban responden, diketahui bahwa jumlah responden yang belum menikah adalah 50 orang dengan presentase sebesar 59 % . sedangkan responden yang belum menikah berjumlah

(11)

35 orang dengan prosentase sebesar 42 %. Dengan demikian diketahui bahwa responden yang paling banyak dalam penelitian ini adalah belum menikah.

Selanjutnya karakteristik responden berdasarkan tingkat pendidikan terakhir atau yang sedang ditempuh dapat dilihat dalam tabel dibawah ini

Tabel 4.2.1.4

Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan N= 85

No Pendidikan Terakhir Frekuensi %

1 SLTA/Sederajat 8 orang 9%

2 D3 30 orang 35%

3 S1 46 orang 54%

4 S2 1 orang 1%

Jumlah 85 orang 100%

Sumber : Kuesioner no. 5A

Dari tingkat pendidikan, hasil penelitian menunjukan bahwa responden yang memiliki tingkat pendidikan SLTA adalah berjumlah 8 orang (9%), jenjang diploma D3 sebanyak 30 orang (35%), dan responden yang memiliki tingkat pendidikan Strata S1 berjumlah 46 orang (54%) dan merupakan prosentase tertinggi.

Responden yang ada di PT MPM Rent memiliki lama bekerja yag berbeda-beda seperti terlihat dalam tabel dibawah ini :

(12)

Tabel 4.2.1.5

Karakteristik responden Berdasarkan Lama Bekerja N= 85 orang

No Lama Bekerja Frekuensi %

1. < 1 tahun 31 orang 36%

2. 1-3 tahun 41 orang 48%

3. 4-6 tahun 5 orang 6%

4. > 6 tahun 8 orang 9%

Jumlah 85 orang 100 %

Sumber : Kuesioner no. 6A

Berdasarkan jawaban dari responden, diketahui bahwa responden yang bekerja kurang dari satu tahun berjumlah 31 orang (36%), dan prosentase tertinggi adalah karyawan dengan lama bekerja 1-3 tahun sebanyak 41 orang (48 %). Sementara responden yang bekerja 4-6 tahun berjumlah 5 orang (6%) dan sisanya sebanyak 8 orang memiliki masa kerja > 6 tahun (9%)

Karakteristik responden berdasarkan jabatan dari masing-masing responden dapat dilihat dalam tabel berikut :

Tabel 4.2.1.6

Karakteristik Responden Berdasarkan Jabatan N =85

No Divisi Frekuensi %

1. Business 31 orang 36%

2. Business Development 5 orang 6%

(13)

No Divisi Frekuensi %

4. Operational 20 0rang 24%

5. Sales & Service 11 orang 13 % 6. Finance Accounting 15 orang 18 % 85 Orang 100 % Sumber : Kuesioner No. 7 A

Dari data diatas dapat diketahui bahwa responden yang menjadi sampel pada penelitian ini terbagi dalam 6 divisi dengan jumlah responden masing-masing divisi dihitung dengan rumus Yamane. Strata pengelompokan ini didasarkan atas jumlah divisi yang ada di PT MPM Rent yang berjumlah 6 divisi.

Kelompok Pertanyaan Pokok

Hal pokok yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah tentang jaringan komunikasi informal di PT MPM Rent pasca akuisisi tahun 2012. Keterbukaan informasi yang kurang kepada karyawan menimbulkan adanya pembicaraan dan isu-isu tentang hal tersebut. Kekhawatiran dan kecemasan tentang dalam pekerjaan akibat akuisisi seperti pemutusan hubungan kerja, pengurangan remunerasi dan tunjangan menjadi hal pokok yang sering dibicarakan dalam kelompok-kelompok karyawan. Tentu saja pembicaraan tersebut tidak mungkin dibicarakan dalam jaringan komunikasi formal. Sebagai akibatnya, pembicaraan tersebut berkembang dalam jaringan-jaringan komunikasi informal seperti pembicaraan santai saat makan siang, saat jam istirahat, di sela-sela pekerjaan.

Dari hasil penyebaran kuesioner yang telah dilakukan , dapat dijelaskan tentang ada-tidaknya jaringan komunikasi informal,

(14)

keterbukaan informasi tentang akuisisi, serta dampak akuisisi bagi kinerja dan kualitas kerja karyawan.

Tabel 4.2.1.7

Kepemilikan Kelompok Informal N= 85 orang No Kepemilikan Kel Informal Frekuensi % 1. Ya 76 orang 89 % 2. Tidak 9 orang 11 % 3. Jumlah 85 orang 100 %

Sumber : Kuesioner No. 1 B

Berdasarkan tabel diatas menunjukan bahwa sebanyak 76 orang responden (89%) menyatakan bahwa mereka memiliki kelompok informal, yaitu kelompok yang terbentuk diluar struktur formal organisasi yang biasanya dimanfaatkan untuk membicarakan segala hal dengan lebih leluasa tanpa harus memandang status dan posisi lawan bicaranya dalam kelompok tersebut. Sedangkan sisanya sebanyak 9 orang (11%) menyatakan bahwa mereka tidak memiliki kelompok informal.

Dari data tersebut menunjukan bahwa sebagian besar responden memiliki kelompok informal dan hanya sebagian kecil yang tidak. Hal itu tampak ketika jam istirahat banyak terlihat karyawan berkumpul dengan kelompoknya yang jumlah anggota nya bermacam-macam. Dari mulai dua orang sampai lima orang. Ada yang sekedar duduk-duduk, makan bersama, atau berbincang-bincang satu sama lain.

(15)

Dari segi keterbukaan informasi, hasil penelitian diperoleh data sebagai berikut : Tabel 4.2.1.8 Keterbukaan Informasi N = 85 orang No Keterbukaan Informasi Frekuensi % 1. Ya 35 orang 41 % 2. Tidak 50 orang 59 % 3. Jumlah 85 orang 100 %

Sumber : Kuesioner No. 2 B

Mengenai keterbukaan informasi, sebanyak 35 orang (41 %) menyatakan sudah mendapatkan informasi yang terbuka dari manajemen tentang akuisisi sedangkan 50 orang (59%) menyatakan tidak mendapatkan informasi secara terbuka tentang hal tersebut. Ada berbagai kemungkinan mengapa para responden memiliki jawaban yang berbeda, media yang digunakan dalam penyampaian informasi ataupun tingkat perhatian responden terhadap informasi yang diberikan juga berpengaruh dalam jawaban yang responden berikan.

Dari pihak manajemen memang sudah memberikan informasi melalui papan pengumuman yang tersebar di beberapa titik lokasi di sekitar kantor, namun informasi yang ada tersebut tidak cukup memberikan kejelasan terhadap karyawan tentang segala hal mengenai akuisisi.

(16)

Mengenai tingkat kecemasan yang ditimbulkan akibat akuisisi dijelaskan dalam tabel dibawah ini :

Tabel 4.2.1.9

Tingkat Kecemasan Pasca Akuisisi N = 85 orang

No Tingkat Kecemasan Frekuensi %

1. Ya 24 orang 28 %

2. Tidak 61 orang 72 %

3. Jumlah 85 orang 100 %

Sumber : Kuesioner No. 3 B

Untuk dampak akuisisi baik dari kurang terbukanya informasi yang berupa kecemasan dalam tubuh karyawan dijelaskan dalam tabel diatas. Sebanyak 24 orang (28 %) menyatakan bahwa akuisisi memberikan dampak kecemasan dalam bekerja dan sebanyak 61 orang (72%) menyatakan tidak memberikan dampak kecemasan bagi mereka.

Tabel 4.2.1.10

Kesempatan promosi, kenaikan jabatan N = 85 orang No Tingkat Kesempatan Promosi Frekuensi % 1. Ya 30 orang 35 % 2. Tidak 55 orang 65 % 3. Jumlah 85 orang 100 %

(17)

Adanya proses akuisisi di PT MPM Rent menimbulkan banyak perubahan, terutama dari segi susunan manajemen. Perombakan struktur organisasi juga dilakukan dengan bergantinya kepemilikan PT MPM Rent dari ANJ Group menjadi MPM Group. Perubahan kepemilikan dan struktur organisasi juga berdampak pada kebijakan-kebijakan yang diberlakukan. Dari hasil penelitian menunjukan bahwa 30 orang (35 %) menyatakan bahwa dengan adanya akuisisi menambah tingkat kesempatan promosi jabatan sedangkan sisanya sebanyak 55 orang (65%) menyatakan sebaliknya.

Tabel 4.2.1.11

Pengaruh akuisisi terhadap kinerja dan kualitas N = 85 orang

No Pengaruh Terhadap Kinerja dan Kualitas

Frekuensi %

1. Ya 57 orang 67 %

2. Tidak 28 orang 33 %

3. Jumlah 85 orang 100 %

Sumber : Kuesioner No. 5 B

Berdasarkan tabel diatas terlihat bahwa sebanyak 57 orang responden (67 %) menyatakan akuisisi berpengaruh terhadap kinerja dan kualitas kerja mereka sedangkan 28 orang (33 %) menyatakan bahwa akuisisi tidak berpengaruh terhadap kinerja dan kualitas kerja mereka. Hal ini salah satunya disebabkan berbagai karakter dari responden itu sendiri, ada yang bersifat cuek, ada juga yang memang sangat peduli dengan perkembangan dan segala yang terjadi di perusahaan.

(18)

Selanjutnya, untuk mengetahui tingkat kepuasan responden terhadap informasi tentang akuisisi dapat dilihat dalam tabel berikut :

Tabel 4.2.1.12 Kepuasan Informasi N = 85 orang No Tingkat Kepuasan Informasi Frekuensi % 1. Ya 25 orang 29 % 2. Tidak 60 orang 71 % 3. Jumlah 85 orang 100 %

Sumber : Kuesioner No. 6 B

Dari segi kepuasan informasi mengenai akuisisi , sebanyak 25 orang (29%) menyatakan bahwa mereka puas terhadap pemberian informasi yang diberikan pihak manajemen. Sementara 60 orang (71%) menyatakan bahwa mereka tidak puas terhadap informasi yang diberikan oleh manajemen. Pada saat akuisisi dilakukan, pihak manajemen telah berupaya memberikan informasi melalui papan pengumuman yang dipajang diberbagai pojok kantor bahkan di pos satpam.

4.2.2 Permasalahan Dominan dalam Jaringan Komunikasi Informal Dalam komunikasi organisasi, hal pokok yang dibicarakan adalah informasi yang berpindah secara formal dari seseorangyang otoritasnya lebih tinggi kepada orang lain yang otoritasnya lebih rendah, (komunikasi ke bawah), dari otoritas rendah ke otoritas tinggi (komunikasi kebawah), dari orang –orang yang sama otoritasnya (komunikasi horizontal) dan mereka yang menempati bagian fungsional yang berbeda (komunikasi lintas saluran) .

(19)

Komunikasi informal digambarkan sebagai metode penyampaian informasi dari orang-orang yang tidak dapat diperoleh melalui saluran formal. Informasi yang diperoleh lebih memperhatikan “apa yang dikatakan atau didengar “daripada apa yang dikeluarkan oleh pemegang kekuasaan. Melalui penelitian ini akan dibahas lebih lanjut tentang jaringan komunikasi informal di PT MPM Rent.

Pertanyaan Sosiometris adalah metode pengumpulan data secara kuantitatif mengenai pola komunikasi diantara individu dalam system yang berisi analisis data mengenai pilihan, komunikasi dan pola interaksi antar individu dalam kelompok. Dengan menggunakan analisis jaringan komunikasi informal dapat diketahui rutinitas responden atau sebarapa rutin responden melakukan komunikasi dengan rekan-rekan sekerjanya.

Tabel 4.2.2.1

Responden berdasarkan Rutinitas Komunikasi N= 85 orang

No Rutinitas Frekuensi %

1. Sangat Sering 32 orang 38%

2. Sering 49 orang 58%

3. Jarang 4 orang 5%

4. Tidak Pernah 0

Jumlah 85 orang Sumber : Kuesioner No. 1 C

Keterangan intensitas :

a. Sangat sering, frekuensinya lebih dari 6 kali dalam seminggu b. Sering, frekuensinya lebih dari 4 kali dalam seminggu

c. Jarang , frekuensinya antara 1-2 kali dalam seminggu atau setiap kali ada permasalahan

(20)

d. Tidak pernah, frekuensinya sama sekali tidak melakukan pembicaraan.

Setiap individu melakukan interaksi dengan lingkungannya hampir setiap hari dan tidak akan pernah terlepas dari kontak komunikasi antara satu individu dengan individu lainnya. Interaksi yang dilakukan dalam melakukan komunikasi didalam lingkungan mereka bekerja.

Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa responden melakukan komunikasi dengan rekan sekerjanya dalam intensitas yang sering dengan jumlah responden terbanyak 49 orang dan prosentase sebesar 58 %, sementara diurutan kedua yaitu sangat sering .sebanyak 32 orang (38 %) , dan intensitas jarang sebanyak 4 orang (5%)

Dan data tersebut menunjukan bahwa diantara sesama anggota klik mayorita mereka melakukan komunikasi secara rutin setiap harinya.

Tabel 4.2.2.2

Karakteristik Responden Berdasarkan Media Komunikasi N= 85 orang

No Media Komunikasi Frekuensi %

1. Telepon 12 orang 14%

2. Email 10 orang 12%

3. Tatap Muka (Obrolan) 57 orang 67%

4. Chatting via BBM, wechat dll 6 orang 7% Sumber : Kuesioner no. 2C

Dari tabel diatas dapat disimpulkan bahwa media yang paling sering digunakan dalam komunikasi informal adalah lebih banyak dilakukan dengan tatp muka. Alasan mereka adalah karena dengan komunikasi tatap muka merasa lebih nyaman apabila membicarakan langsung dan dapat melihat ekspresi dari lawan bicaranya. Sedangkan

(21)

orang responden memilih menggunakan chatting via jejaring social dikarenakan melalui media tersebut merupakan media yang paling popular bagi semua kalangan.

Tabel 4.2.2.3

Responden Berdasarkan Masalah yang Dibicarakan N= 58

No Masalah yang

Dibicarakan

Frekuensi %

1. Gaji dan Tunjangan 10 orang 12%

2. Pimpinan 0 0%

3. Rekan Kerja 4 orang 5%

4. Pekerjaan 71 orang 84%

Jumlah

Sumber : Kuesioner No.3 C

Dalam berinteraksi dengan sesama rekan kerjanya, ada banyak hal yang mereka bicarakan baik yang hubungannya dengan pekerjaan maupun hal-hal lain diluar pekerjaan. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh data bahwa 10 orang (12 %) membicarakan tentang gaji dan tunjangan dengan rekan kerjanya, 4 orang responden ( 5 %) membicarakan tentang rekan kerjanya, dan sisanya 71 orang (89 %) membicarakan tentang pekerjaan.

Dari tabel diatas menunjukan bahwa masalah yang paling banyak dibicarakan dalam komunikasi informal di PT MPM Rent adalah masalah pekerjaan. Load pekerjaan yang terlalu tinggi, tekanan yang terlalu berat dalam bekerja, customer yang complain, dan hal lain yang berhubungan dengan pekerjaan.

Untuk mengetahui adanya kepemilikan rekan untuk berkomunikasi secara informal dapat dijelaskan melalui tabel dibawah ini :

(22)

Tabel 4.2.2.4

Responden Berdasarkan Kepemilikan Rekan N= 58

No. Mempunyai Rekan atau Tidak

Frekuensi %

1. Ya 69 orang 81%

2. Tidak 16 orang 19%

Jumlah 85 orang 100 %

Sumber : Kuesioner No. 5C

Dari data diatas menunjukan bahwa 69 orang responden (81%) menyatakan memiliki rekan untuk berkomunikasi dan sebanyak 16 orang responden (19%) menyatakan tidak memiliki rekan untuk melakukan komunikasi secara informal . Hubungan tingkat pribadi (antarpersona) memiliki pengaruh yang besar dan menembus kehidupan organisasi. Bila kondisi hubungan antarpersona yang baik hadir, respons –respons yang positif, kesediaan untuk berbagi informasi, yang pada akhirnya akan menciptakan komunikasi antar karyawan baik yang sifatnya ke atas, kebawah , horizontal akan menjadi lebih efektif.

Dalam berkomunikasi, responden membentuk kelompok dengan orang-orang yang mereka sukai baik sehingga menimbulkan kedekatan karena sikapnya yang familiar dan terbuka ataupun karena alasan lainnya seperti karena sudah mengenal sejak lama, atau memiliki kesamaan dalam beberapa hal.

Kelompok ini memiliki jumlah yang beragam, seperti terlihat dalam tabel berikut ini :

(23)

Tabel 4.2.2.5

Responden Berdasarkan Jumlah Orang Terdekat N= 58 orang

No. Jumlah Orang Terdekat Frekuensi %

1. 2-3 orang 11 orang 13%

2. 3-5 orang 25 orang 29%

3. > 5 orang 49 orang 58%

Jumlah 85 orang 100%

Sumber : Kuesioner no. 4C

Berdasarkan tabel diatas menunjukan bahwa responden yang memiliki jumlah orang yang terdekat berjumlah 2-3 orang adalah sebanyak 11 orang responden (13%), 3-5 orang berjumlah 25 orang (29%), dan responden yang memiliki teman terdekat sebanyak >5 adalah sebanyak 49 orang (58%)

Keberadaan kelompok informal dalam sebuah organisasi, memiliki pengaruh yang berbeda-beda di setiap responden. Untuk lebih jelasnya, dapat dijelaskan pada tabel dibawah ini.

Tabel 4.2.2.6

Responden Berdasarkan Kelompok Penyelesai Masalah N= 85 orang

No. Kelompok Penyelesai Masalah Frekuensi % 1. Ya 31 orang 36% 2. Kadang-Kadang 39 orang 46% No Kelompok Penyelesai Masalah Frekuensi %

(24)

3. Tidak 15 orang 18%

Jumlah 85 orang 100 %

Sumber : Kuesioner no. 6C

Dengan adanya kelompok komunikasi informal tersebut, memiliki fungsi yang berbeda bagi tiap individu. Sebanyak 31 orang responden (36 %) menyatakan bahwa kelompok informal tersebut mampu membantu menyelesaikan masalah, 39 orang (46 %) menyatakan kadang-kadang mampu menyelesaikan masalah, dan sisanya sebanyak 15 orang (18 %) menyatakan bahwa kelompok informal tersebut tidak mampu menyelesaikan masalah.

Responden memiliki banyak pilihan tempat untuk berkomunikasi melalui jaringan informal seperti dijelaskan dalam tabel berikut :

Tabel 4.2.2.7

Responden Berdasarkan Tempat Berkomunikasi N= 85 orang

No. Tempat Berkomunikasi Frekuensi %

1. Di Ruang makan 8 orang 9%

2. Saat bertemu di lift 2 orang 2%

3. Saat jam istirahat 54 orang 64%

4. Saat jam kerja 21 orang 25%

Jumlah 85 orang 100%

Sumber : Kuesioner no. 7C

Berdasarkan tabel diatas, terlihat bahwa tempat dan waktu yang dipilih responden dalam berkomunikasi dengan kelompok informalnya berbeda-beda. Prosentase tertinggi waktu yang dipilih responden adalah saat jam istirahat sebanyak 54 orang responden (64 %). 21 orang responden (25%) memilih jam kerja, 8 orang responden (9%) memilih ruang makan , dan sisanya 2 orang

(25)

responden (2%) memilih saat bertemu di lift untuk berkomunikasi dengan rekan kelompok informalnya.

Saat jam istirahat merupakan saat-saat dimana tingkat kelelahan mulai terasa, berbagai persoalan dalam pekerjaan membuat responden membutuhkan orang lain untuk berbagi dengannya. Disinilah muncul komunikasi antara responden yang terjadi diluar struktur formal organisasi. Bisa antar karyawan dengan status yang sama, divisi yang sama ataupun dengan divisi yang berbeda. Bahkan dari komunikasi inilah biasanya berita-berita yang terkadang tidak sesuai dengan fakta mulai beredar dengan sumber yang tidak diketahui.

Frekuensi komunikasi yang dilakukan oleh responden dapat dilihat melalui tabel dibawah ini:

Tabel 4.2.2.8

Frekuensi melakukan komunikasi N= 85 orang

No. Frekuensi Berkomunikasi Frekuensi %

1. Setiap Hari 42 orang 49%

2. Kadang-kadang 8 orang 9%

3. Setiap Jam 4 orang 5%

4. Jika ada keperluan 31 orang 36%

Jumlah 85 orang 100%

Sumber: Kuesioner No. 1 C

Tabel di atas memperlihatkan bahwa 42 orang responden (49%) melakukan komunikasi dengan kelompok informalnya setiap hari, 31 orang (36%) melakukan komunikasi jika ada keperluan, 8 orang responden (9%) hanya kadang-kadang melakukan komunikiasi dan 4 orang responden (5%) melakukan komunikasi setiap jam.

(26)

Ketika melakukan komunikasi dengan lawan bicaranya, setiap orang memiliki alas an yang berbeda dalam menentukan pilihan siapa yang akan mereka ajak berkomunikasi. Hasil penelitian diperoleh data :

Tabel 4.2.2.9

Alasan Melakukan Komunikasi Dengan Orang Yang Dipilih N= 85 orang

Alasan Melakukan Komunikasi

Orang Pertama Orang kedua Orang ketiga

F % F % F %

Karena Jabatanya 25 29 % 15 18 % 13 15 % Karena familiar dan terbuka 43 51 % 42 49 % 41 48 % Karena Senioritas 23 27 % 15 18 % 9 11 % Karena pendidikannya 8 9 % 8 9 % 10 12 % Karena satu divisi 47 55% 52 61 % 36 42 % Karena sudah mengenal lama 33 39 % 31 36 % 25 29 % Karena satu almamater 5 6 % 2 2 % 2 2 %

Alasan lain ,,,,

Sumber : Kuesioner No. 10 C

Dari data diatas terlihat bahwa ada berbagai macam alasan mengapa manusia berkomunikasi. Alasan terbanyak adalah karena mereka satu divisi sebanyak 47 orang responden (55%) , sedangkan familiar dan terbuka merupakan alternative kedua mengapa responden memilih orang pertama untuk berkomunikasi dengan jumlah responden yang memilih sebanyak 43 orang (51%) . Alasan yang ketiga dan keempat adalah karena sudah mengenal lama sebanyak 33 orang responden (39%) dan karena jabatannya sebanyak 25 orang (29%). Dan di urutan kelima dan terakhir adalah karena pendidikan dank arena satu almamater.

Mengenai alasan responden memilih rekan kerja yang tepat untuk diajak berkomunikasi . Responden memilih orang pertama untuk diajak berkomunikasi dengan alasan familiar dan terbuka. Dengan alasan tersebut mereka lebih mudah dan nyaman untuk melakukan komunikasi diantara rekan kerja.

(27)

Alasan responden dalam memilih orang kedua untuk berkomunikasi juga beraneka ragam dan tidak berbeda jauh dengan alas an memilih orang pertama . Orang yang familiar dan pandai bergaul lebih banyak dipilih oleh responden dibandingkan dengan orang yang kurang pandai bergaul.

Selanjutnya, alasan responden memilih orang ketiga untuk berkomunikasi adalah berdasarkan pada factor karena familiar dan terbuka. Untuk pilihan ketiga ini sudah tidak didasarkan karena satu divisi, karena responden juga berkomunikasi dengan orang dari divisi lain dengan dasar familiar dan terbuka. Walaupun tidak satu divisi sejauh mereka memiliki kecocokan baik karena sifatnya maupun karena keterbukaan orang tersebut maka tidak menjadi halangan bagi mereka untuk menjalin komunikasi.

4.2.3 Peran –peran dalam Jaringan Komunikasi Informal

Sebuah organisasi terdiri dari orang orang dalam berbagai jabatan. Ketika orang-orang dalam berbagai jabatan itu mulai berkomunikasi satu dengan yang lainnya berkembanglah keteraturan dalam kontak dan siapa berbicara kepada siapa.

Tabel 4.2.3.1

Peran –Peran dalam Jaringan Komunikasi Informal N = 85

Anggota Peran Frekuensi %

Klik 54 orang 64 %

Klik

Opinion Leader 18 orang 21 % Gatekeeper 2 orang 2 % Cosmopolites 1 orang 1 % Bridge 6 orang 7 % Non Klik Liason 1 orang 1%

Isolate 3 orang 4 %

Jumlah 85 orang 100%

(28)

Untuk mengetahui masing-masing peranan anggota dalam jaringan komunikasi informal di PT MPM Rent akan dibahas sesuai hasil penelitian di kuesioner no

1. Klik

Orang –orang yang menjadi klik adalah sebuah kelompok individu yang paling sedikit separoh dari kontaknya merupakan hubungan hubungan dengan anngota lainnya. Klik ini juga terdiri dari individu-individu yang keadaan sekelilingnya (kantor, tempat kerja) memungkinkan kontak antar individu yang satu sama lain saling menyukai dan merasa puas dengan kontak-kontak tersebut.

Klik yang terbentuk dari hasil analisis jaringan ini terdapat dalam masing-masing divisi.

Tabel 4.2.3.2 Keanggotaan Klik

No Klik Asal Divisi Anggota Klik 1 Klik A Operasional 001,002,006,009 007,016,044,048, 2 Klik B Operasional 046,082, 021,020,011,010,018 3 Klik C Finance Accounting 012, 078, 077,022, 013 4 Klik D Finance Accounting 060,049,055, 051,050,052 5 Klik E Business 062, 032, 031, 063, 075, 074, 079, 068, 069,065,073,061 6 Klik F Business 026,070, 025,071, 029,030 7 Klik G Sales &Service 064,083,084,085,

(29)

081,076,072, 066 8 Klik H Business Development 043,037,036,035,034,033 9 Klik I Business 038, 040,042, 041,024 10 Klik J HR & GA 056, 057,058,

Dari hasil survey menunjukan bahwa yang menjadi anggota sebuah klik adalah sekelompok responden yang memiliki kesamaan dalam suatu hal yang membuat mereka melakukan kontak komunikasi dan saling berhubungan. Mayoritas responden memilih rekan yang satu divisi untuk melakukan komunikasi, namun tidak tertutup kemungkinan anggota klik berasal dari divisi yang berbeda dikarenakan diantara responden tersebut memang memiliki keterkaitan dalam hal pekerjaan sehari-hari yang menuntut mereka untuk berkomunikasi secara intens. Komunikasi dengan intensitas tinggi dalam jaringan komunikasi formal juga menjadi sebab munculnya jaringan komunikasi informal.

Adanya anggota kik yang tidak hanya berasal dari 1 divisi yang sama, membuktikan bahwa anggota anggota klik tidak harus berdekatan secara fisik satu sama lainnya, namun syarat dari keanggotaan klik ini adalah bahwa individu-individu harus mampu melakukan kontak satu sama lainnya bahkan dengan cara tidak langsung, misalnya melalui media komunikasi seperti

2. Opinion Leader

Opinion leader merupakan orang-orang yang memimpin didalam organisasi tanpa jabatan formal dalam semua sistem

(30)

social, namun mereka dapat membimbing pendapat dan mempengaruhi orang-orang dalam mengambil keputusan.

Responden ini dipilih sebagai opinion leader karena merupakan orang-orang yang update dalam berbagai permasalahan yang ada, easy going dan diterima oleh berbagai kalangan karyawan. Mereka juga dipercaya oleh anggotanya serta memiliki peran kunci komunikasi dengan mempengaruhi pembentukan pendapat dan perubahan sikap.

Penelitian ini membuktikan bahwa para responden lebih mungkin berinteraksi dengan orang-orang yang dapat mereka lihat dalam intensitas yang cukup tinggi misalnya karena satu divisi, satu jobdesk ataupun karena pekerjaan yang menuntut mereka saling berinteraksi secara intens. Disini terlihat bahwa lingkungan juga berpengaruh pada pembentukan klik. Kebanyakan anggota klik relatif akrab satu dengan yang lainnya dalam hierarki formal organisasi, ini menunjukan bahwa ada kemiripan antara sistem komunikasi formal dengan sistem komunikasi informal.

Syarat keanggotaan klik adalah individu-individu harus melakukan kontak satu sama lainnya bahkan dengan cara tidak langsung bisa melalui tatap muka , ataupun yang lainnya. Klik ini juga terdiri dari individu-individu yang keadaan sekelilingnya memungkinkan kontak antar individu, yang satu sama lainnya saling menyukai dan yang merasa amat puas dengan kontak-kontak tersebut. Jadi dapat ditarik kesimpulan bahwa klik terdiri dari individu-individu yang memlikiki alasan formal, yang berhubungan dengan jabatan untuk melakukan kontak sekaligus mempunyai alasan informal dan bersifat antarpersona.

Salah satu cara untuk menentukan opinion leader adalah jika individu yang dipilih oleh individu lain sebagai pasangan komunikasi melebihi jumlah rata-rata pilihan komunikasi yang

(31)

diterima individu lain. Dan sebaliknya, jika dibawah rata-rata maka tidak bias disebut sebagai opinion leader.

Rumus mencari opinion leader = ∑ Hubungan Komunikasi ∑Anggota Jaringan

Jumlah hubungan komunikasi = 85 +82 +69 Jumlah anggota jaringan = 85

Opinion Leader = 236/85 Opinion leader = 2,777

= 3

Maka individu yang dipilih lebih dari 3 orang adalah opinion leader

Tabel 4.2.3.3

Peran Responden sebagai Opinion Leader

No No Responden Jabatan Formal Asal Klik

1 006 (Dedi) SPV Operasional Klik A

2 007 (Tigo) Staff Operasional Klik A 3 016 (Rozak) Staff Operasional Klik A 4 046 (Deden) Staff Operasional Klik B 5 018 (Farhan) Staff Operasional Klik B 6 082 (Astri) Staff Operasional Klik B

7 077 (Fajar) Staff FA Klik C

8 022 (Dewi) Staff FA Klik C

(32)

No No Responden Jabatan Formal Asal Klik

10 012 (Ranti) Staff FA Klik C

11 062 (Inez) SPV Business Klik E

12 063 (Rosi) SPV Business II Klik E

13 032 (Roy) SPV Business III Klik E

14 070 (Wirani) Staff Business Klik F 15 064 (Bowo) Staff Sales &

Service

Klik G

16 043 (Restu) Staff Business Dev Klik H 17 042 (Mepa) Staff Finance Acc Klik I 18 058 (Aryo) Staff HR & GA Klik J

Hasil penelitian menunjukan bahwa peran opinion leader ini memiliki karakteristik yang beragam. Yang menjadi ciri khas adalah opinion leader ini merupakan responden yang memiliki masa kerja cukup lama sehingga memiliki akses yang cukup luas dengan responden yang ada. Di sisi lain , ada juga responden yang berperan sebagai opinion leader ini adalah responden yang memiliki masa jabatan kurang dari satu tahun, namun dikarenakan sifatnya yang familiar, supel dan terbuka membuat responden ini memiliki jaringan komunikasi dengan banyak orang.

Opinion leader ini melakukan fungsi kunci komunikasi dengan mempengaruhi pembentukan pendapat dan perubahan sikap. Mereka ini juga biasa dimintai pendapat sedangkan anggota lainnya mendengarkan. Responden yang memiliki peran sebagai opinion leader dipilih dengan berbagai alasan, misalnya ada yang

(33)

memilih karena jabatannya, sifatnya yang familiar dan terbuka, pendidikannya, karena senioritas dan ada juga yang memilih karena orang tersebut atas dasar kepercayaan. Selain itu juga , mereka dianggap mempunyai pengalaman yang lebih, pengetahuan yang luas dan selalu update akan berita-berita yang sedang hangat dibicarakan.

3. Gate Keeper

Gate keeper adalah seorang yang secara strategis ditempatkan didalam jaringan agar dapat melakukan kendali atas pesan yang masuk dan keluar. Gate keeper merupakan orang yang mengontrol arus informasi masuk dan keluar, serta mereka memberikan informasi kepada anggota klik lainnya.

Responden yang dipilih sebagai gate keeper dikarenakan posisi mereka dekat dengan orang-orang yang mempunyai informasi mengenai masalah-masalah pekerjaan dan responden diatas juga ikut menyaring informasi mana saja yang boleh disebarluaskan dan informasi yang tidak boleh disebarluaskan

Tabel 4.2.3.4

Peran Responden sebagai Gate keeper

No No Responden Jabatan

Formal

Asal Klik

1 006 (Dedi) SPV Opr Klik A

2 032 (Roy) SPV Business Klik E

Responden ini adalah orang yang mengontrol arus informasi yang masuk dan keluar. Mereka menginformasikan kepada anggota-anggota klik lainnya. Mereka dipilih karena memiliki kedekatan

(34)

dengan orang yang memiliki informasi yang akurat tentang isu-isu yang berkembang terutama yang ada kaitannya dengan akuisisi. Dari segi jabatan formal nya, mereka adalah karyawan dari level supervisor yang juga memiliki akses yang luas dengan subordinatnya. Dan dari subordinatnya sendiri, mereka berhubungan langsung dengan gatekeeper. Setelah informasi diterima oleh gatekeeper, maka responden inilah yang mengatur mana informasi yang perlu disampaikan kepada anggotanya dan mana yang tidak.

4. Cosmopolites

Cosmopolites merupakan individu yang melakukan kontak dengan dunia luar, dengan individu-individu diluar organisasi dan kosmopolites menghubungkan para anggota organisasi dengan orang-orang dan peristiwa diluar batas-batas struktural organisasi. Responden yang menduduki peran ini adalah no 043 dengan jabatan sebagai staff Business Development. Responden ini merupakan penghubung antara PT MPM Rent dengan organisasi diluar perusahaan seperti Asperkindo (Assoisasi Perusahaan Rental Kendaraan Indonesia). Responden ini juga terlibat aktif dalam komunikasi dengan perusahaan rental sejenis dikarenakan aktifitasnya yang seringkali mengikuti rapat, meeting dan tender dengan pihak eksternal.

Cosmopolites adalah anggota organisasi yang banyak bepergian, aktif dalam organisasi professional . membaca terbitan-terbitan regional dan internasional dan cenderung menjadi lebih cosmopolitan. Mereka memiliki kontak yang lebih kerap dengan sumber-sumber diluar organisasi dan bertindak sebagai saluran bagi gagasan-gagasan baru yang akan memasuki organisasi.

(35)

Tabel 4.2.3.5

Peran Responden sebagai Cosmopolites

No No Responden Jabatan Formal Asal Klik 1 043 (Restu) Staff Business Dev Klik H

5. Bridge (Jembatan)

Bridge merupakan pemroses sentral informasi yang menyediakan hubungan langsung diantara klik yang berlainan. Bridge (jembatan) juga bertindak sebagai pengontak langsung antara dua kelompok pegawai. Dan sebagai orang yang menyampaikan pesan dan citra sentral dalam sistem komunikasi suatu klik, responden ini rentan terhadap semua kondisi yang menyebabkan kehilangan , kerusakan dan penyimpangan informasi.

Untuk responden yang menduduki peran sebagai bridge dapat dilihat dalam tabel dibawah ini :

Tabel 4.2.3.6

Peran Responden sebagai Bridge

No No Responden Jabatan Formal Klik yang Dihubungkan 1 013 (Linda) Staff FA (Klik C) Klik C dan Klik D 2 010 (Wahyu ) Staff OPR (Klik B) Klik A dan Klik B 3 049 (Ellyana) Staff FA (Klik D) Klik C dan Klik D 4 026 (Yosse) Staff Business (Klik

F)

Klik E dan Klik F

5 029 (Adriani) Staff Business (Klik F)

(36)

No No Responden Jabatan Formal Klik yang dihubungkan

6 039

(Pramudia)

Staff Business (Klik E)

Klik E dan Klik A

Jika dilihat dari karakteristik responden yang menjadi bridge ini, bridge merupakan anggota klik yang memiliki sejumlah kontak yang menonjol dalam kontak antar kelompok, menjalin kontak dengan anggota klik lain. Seorang bridge menjadi penghubung antara klik dimana dia tergabung dengan klik lain.

6. Liason

Liason memiliki peran yang sama dengan bridge, tugasnya adalah mengaitkan atau menghubungkan dua klik atau lebih tetapi ia bukan anggota salah satu kelompok yang dihubungkan tersebut. Responden tersebut hanya membantu dengan memberikan informasi yang relevan diantara satu kelompok klik dengan kelompok klik lain dalam jaringan komunikasi informal.

Adapun responden yang berperan sebagai liason adalah Tabel 4.2.3.7

Peran Responden sebagai Liason No No Responden Jabatan

Formal

Klik yang

dihubungkan 1 004 (Rini) Staff OPR Klik C dan Klik A

Responden ini dalam jabatan formal menduduki staff operasional. Dalam lingkup formal organisasi, responden ini

(37)

banyak berhubungan dengan divisi finance accounting dan business sehingga memiliki kedekatan personal dengan orang-orang dari kedua divisi tersebut. Dengan didukung oleh peran nya tersebut membuat responden ini menjadi penghubung komunikasi diantara mereka sedangkan walaupun dirinya tidak termasuk dari salah satu dari kedua divisi yang dihubungkannya tersebut.

Peran liason ini dijalankan dengan baik selaras dengan posisinya yang kuat di dalam organisasi.

7. Isolate

Isolate adalah mereka yang hanya melakukan sedikit atau sama sekali tidak melakukan kontak dengan anggota kelompok lainnya. Responden ini lebih senang menyendiri dengan kesibukannya sendiri dibandingkan berinteraksi dengan orang-orang disekelilingnya. Mereka tidak terbuka dikarenakan kurang bersedia berinteraksi dengan orang lain. Mereka menganggap bahwa sistem komunikasi didalam perusahaan sangat tertutup mengenai masalah masalah pekerjaan. Responden ini selalu tepat waktu didalam melakukan pekerjaan yang sudah diberikan atasan dan mereka hanya berkomunikasi dengan orang lain dalam masalah-masalah pekerjaan.

Responden yang memiliki peran sebagai isolate adalah responden 045 yang jika dilihat dari sosiometri , reponden ini tidak melakukan jaringan komunikasi dengan responden manapun.

Tabel 4.2.3.8

Peran Responden sebagai Isolate

No No Responden Jabatan Formal Asal Klik

1 045 (Fadil) Staff OPR Bukan Klik

(38)

No No Responden Jabatan Formal Asal klik 3 047(Tamin) Staff Sales &

Service

Bukan Klik

Responden yang berperan sebagai isolate ini merupakan seorang karyawan baru di PT MPM Rent (< 1 tahun) dengan umur yang cukup muda dan hanya melakukan sedikit komunikasi. Karakter nya sendiri sangat pendiam, tidak banyak bicara dan menduduki posisi yang kurang kuat dalam organisasi yang sewaktu-waktu bisa diputus kontraknya. Dari segi komunikasinya sendiri, responden ini terlihat kurang percaya diri dan lebih sering disibukkan dengan rutinitas pekerjaannya.

4.3 Pembahasan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan di PT MPM Rent , bahwa terdapat jaringan komunikasi informal. Jaringan informal ini terjadi tanpa adanya rencana dan tidak bersifat resmi namun mengalir melalui selentingan atau desas desus dari karyawan satu kepada karyawan lain yang membentuk klik pada obrolan tersebut sehingga komunikasi informal ini dilakukan atas kehendak sendiri.

Jaringan komunikasi informal pada PT MPM Rent tidak hanya dilakukan oleh karyawan bawahan namun juga melibatkan atasan. Bahkan melalui jaringan komunikasi informal inilah hambatan-hambatan komunikasi seperti adanya kecanggungan antara atasan dan bawahan mampu dikurangi bahkan dihilangkan. Dengan kata lain, jaringan komunikasi informal mampu melengkapi jaringan komunikasi formal. Hal-hal yang tidak biasa dibicarakan melalui komunikasi formal seringkali mampu diatasi dengan komunikasi melalui komunikasi informal.

(39)

Salah satu kemiripan antara jaringan komunikasi formal dengan jaringan komunikasi informal adalah bahwa kebanyakan anggota klik relative akrab satu dengan yang lainnya dalam hierarki formal organisasi.Misalnya responden yang berasal dari divisi operasional karena melakukan komunikasi yang rutin dalam melakukan pekerjaannya pada akhirnya membentuk sebuah klik walaupun tanpa disadari. Dengan kata lain, jaringan komunikasi informal terdiri dari individu-individu yang memiliki alasan formal yang berhubungan dengan jabatan untuk melakukan kontak sekaligus juga mempunyai alasan informal dan bersifat antarpersona.

Informasi yang diperoleh dari jaringan komunikasi informal lebih memperhatikan “apa yang dikatakan atau didengar oleh seseorang” daripada apa yang dikeluarkan oleh pemegang kekuasaan. Sumber informasinya pun tidak harus dari pejabat yang memiliki kedudukan dalam struktur formal, namun bisa siapa saja yang memiliki informasi bahkan dari bawahan sekalipun.

Jaringan komunikasi informal di PT MPM Rent berjalan melalui interaksi dari mulut ke mulut selaras dengan hasil data penelitian dimana tatap muka merupakan media komunikasi yang paling diminati oleh sebagian besar responden. Dari interaksi melalui mulut kemulut inilah yang menyebabkan informasi bisa mengalir dengan cepat karena bebas dari kendala birokrasi dan posisi.

Komunikasi informal yang terjadi di PT MPM Rent terjadi dalam kelompok-kelompok fungsional dalam struktur formal. Kelompok fungsional yang dimaksud adalah dalam divisi-divisi yang ada di PT MPM Rent. Data yang mendukung adalah data tentang alasan pemilihan rekan kerja untuk berkomunikasi yaitu sebanyak 55% responden memilih rekan satu divisi nya untuk berkomunikasi membicarakan berbagai hal.

Dari klik-klik yang terbentuk pun terlihat bahwa klik tersebut muncul di setiap divisi yang ada. Walaupun ditemukan juga anggota kik yang berasal dari divisi yang berbeda. Contohnya Klik A terdiri atas indivdu –individu

(40)

yang berasal dari divisi operasional, klik C terdiri atas individu dari divisi Finance Accounting. Namun muncul juga individu dari divisi lain yang ikut masuk dalam klik tersebut, misalnya individu yang berperan sebagai penghubung antar klik yang berbeda dan liason yang berfungsi menghubungkan klik dimana dia tergabung dengan klik yang lainnya.

Dari gambar sosiometri yang terbentuk dalam analisis jaringan ini akan tampak Frekuensi Pilihan Hubungan Komunikasi pilihan-pilihan komunikasi yaitu sedikit -banyaknya pilihan yang ditunjuk individu dalam jaringan komunikasi sebagai pasangan komunikasinya. Pilihan komunikasi ini dapat dibedakan menjadi dua:

1. Memilih tapi tidak dipilih (neglected) 2. Memilih dan dipilih

Responden yang berada dalam status neglected bukan berarti tidak disukai oleh responden yang memilihnya, namun lebih karena tidak adanya jaringan formal yang mendukung untuk melakukan komunikasi dua arah.

Dengan memperhatikan sosiometri pada lampiran gambar bisa ditentukan juga arah hubungan komunikasi yaitu kedudukan individu memilih individu lain sebagai pasangan komunikasi dalam jaringan komunikasinya sehinggan dapat dihitung jumlah hubungan komunikasi satu arah dan dua arah. Hubungan satu arah adalah ketika responden memilih seorang responden namun responden tersebut memilih individu lain yang berbeda untuk berkomunikasi. Dan sebaliknya, komunikasi dua arah adalah jika terjadi hubungan timbal balik saling memilih dan dipilih satu sama lain.

Munculnya Jaringan Komunikasi Informal di PT MPM Rent diawali oleh adanya hubungan atau komunikasi interpersonal atau antarpribadi yang erat berhubungan melalui pola arus komunikasi yang bersifat informal, diantara karyawan karyawan mereka saling berinteraksi, berkaitan dan tergantung satu sama lain, bagaimana hubungan antar pribadi akan membentuk suatu kelompok. Karena adanya kesamaan yang mereka miliki

(41)

sehingga membuka hubungan mereka dan mereka pun membina hubungan tersebut.

Melalui komunikasi tatap muka antar karyawan sebagai media yang paling diminati oleh responden, berbagai informasi berkembang melalui interaksi dari mulut ke mulut. Begitu pula di PT MPM Rent, dimasing-masing divisi muncul kelompok-kelompok informal yang biasanya digunakan sebagai wadah membicarakan berbagai hal baik tentang pekerjaan maupun hal-hal lain.

Dalam jaringan komunikasi informal ini , setiap orang yang menyampaikan selentingan cenderung mengabarkannya kepada sekelompok orang daripada hanya kepada satu orang saja. Bila suatu informasi yang disampaikan pada seseorang menyangkut sesuatu yang menarik perhatiannya, semakin besar kemungkinan ia menceritakannya kepada orang –orang lainnya. Proses akuisisi di PT MPM Rent merupakan topik yang hangat dibicarakan dikarenakan informasi tentang hal tersebut sangat minim dari pihak manajemen. Dari hasil penelitian menunjukan bahwa akuisisi menimbulkan kecemasan pada karyawan. Kecemasan tersebut terkait dengan adanya isu-isu tentang pergantian manajemen yang tentu saja akan berimbas kepada kebijakan-kebijakan yang diberlakukan. Responden menilai bahwa manajemen kurang terbuka dalam menyampaikan informasi tentang akuisisi kepada karyawan.

Hal yang menjadi perhatian penting dalam jaringan komunikasi informal ini adalah bahwa informasi yang disampaikan biasanya tidak lengkap bahkan terkadang bisa menimbulkan kesalahan interprestasi. Selentingan tersebut jika tidak dikontrol dengan baik akan mempengaruhi organisasi apakah untuk kebaikan atau keburukan.Jika isu yang beredar adalah isu-isu negatif maka dimungkinkan akan memberi dampak yang negatif pula kepada organisasi.

Penelitian yang dilakukan pada karyawan PT MPM Rent menunjukan adanya 10 klik yang terbentuk di setiap divisi. Rutinitas komunikasi yang

(42)

dilakukan ketika melakukan aktivitas pekerjaan sehari-hari menjadi salah satu sebab kedekatan diantara anggota klik. Disamping itu, keterbukaan dan sikap familiar responden juga menjadi sebab terbentukmya komunikasi informal meskipun dari struktur organisasi formal, responden tersebut tidak mempunyai hubungan. Faktor lain yaitu adanya kesamaan hobi diantara responden membuat sekelompok responden membentuk klik karena hobi yang mereka kerjakan bersama di sela-sela pekerjaan ataupun setelah jam kerja.

Hal-hal yang dibicarakan dalam jaringan komunikasi informal pun beraneka ragam meliputi kebijakan –kebijakan perusahaan seperti adanya peraturan cost reduction di tiap divisi, penghematan anggaran, dan lain-lain. Tentang pembagian tugas sesame karyawan yang kurang adil di satu divisi misalnya ada staff yang harus lembur tiap hari, namun di sisi lain ada staff yang kerjanya lebih terlihat santai namun dengan gaji yang sama. Hal lain yang dibicarakan yaitu tentang gaji karyawan seperti ada karyawan yang baru masuk namun gajinya sudah menyamai gaji karyawan yang sudah bekerja bertahun-tahun dengan posisi yang sama.

Bentuk-bentuk komunikasi informal yang ada di PT MPM Rent berbeda-beda sesuai dengan karakteristik dari individu yang tergabung didalamnya. Klik A dan Klik C yang beranggotakan mayoritas kaum pria memiliki agenda khusus untuk touring bersama untuk berkunjung ke tempat-tempat wisata. Mereka memilih sepeda motor untuk berkonvoi bersama untuk menjalin keakraban dan silaturahmi sesame anggota yang tidak mereka dapat di lingkungan kerja.

Klik C dan Klik D yang beranggotakan mayoritas kaum wanita, biasanya melakukan shopping bersama, wisata kuliner bersama, atau sekedar berkumpul santai saat jam istirahat sambil membicarakan hal-hal yang menarik bagi mereka.

Klik E dan Klik F terdiri atas gabungan pria dan wanita yang mayoritas sudah berkeluarga biasanya mereka melakukan karaoke bersama selepas jam

(43)

kerja untuk melepas kelelahan , kemudian makan bersama. Dengan intensitas komunikasi yang rutin tersebut, jalinan komunikasi menjadi lebih dekat dan akrab antar sesame anggota meskipun tidak jarang ketika dalam jam kerja mereka saling berselisih paham.

Manfaat dari adanya jaringan komunikasi informal tersebut bisa memacu semangat para karyawannya, karena melalui komunikasi informal tersebut dapat menciptakan lingkungan yang kondusif didalam perusahaan. Komunikas informal membuat karyawan lebih akrab dan sering berinteraksi sehingga menimbulkan kepedulian diantara sesama karyawan. Selain itu juga bisa menciptakan suasana rileks dan mengusir kepenatan dalam menghadapi pekerjaan.

Pada dasarnya, setiap peranan memainkan suatu bagian khusus dalam jaringan komunikasi. Anggota klik adalah jantung sistem dan bertindak sebagai tujuan akhir bagi kebanyakan pesan. Penyendiri (Isolate) member tantangan pada sistem dan menciptakan derajat ketidakpastian pada ke efektifan program penyebaran pesan. Bridge (jembatan) merupakan pemroses sentral informasi yang menyediakan hubungan langsung diantara klik-klik yang berlainan. Penghubung mengintegrasikan dan menjadi penghubung antar klik. Gate keeper mengendalikan perpindahan pesan-pesan dan kontak-kontak dengan tujuan meminimalkan beban dan meningkatkan ke efektifan. Pemimpin pendapat (opinion leader) melancarkan pembentukan dan perubahan sikap dan membantu dalam mengambil keputusan informal. Kosmopolit menghubungkan organisasi dengan orang-orang dan gagasan-gagasan dalam lingkungan yang lebih besar.

Jaringan komunikasi informal merupakan salah satu upaya mengurangi hambatan komunikasi yaitu dengan cara menetapkan lebih dari satu saluran komunikasi merupakan salah satu upaya dalam meminimalisir hambatan komunikasi yang berupa adanya kesenjangan yang berupa adanya hierarki organisasi. Susunan posisi dalam bentuk hierarki menggambarkan bahwa ada orang yang menduduki posisi yang superior dan yang lainnya bawahan.

(44)

Hirarki hubungan atasan-bawahan ini mempengaruhi cara orang berkomunikasi. Informasi mungkin terganggu ke atas karena bawahan harus hati-hati untuk membicarakan sesuatu yang menarik bagi atasannya untuk didengar dan menghindarkan topik atau cara penyampaian yang sensitif terhadap atasannya. Sebaliknya atasan hanya ingin mendengarkan atau mendiskusikan hal-hal yang cenderung tidak mengurangi posisi mereka dalam organisasi.

Bila seorang karyawan atau pimpinan merasa bahwa informasi yang dia terima mungkin mendapat gangguan tersebut adalah mengkonfirmasikan pesan itu dengan berbagai sumber pesan. Adanya jaringan komunikasi informal didalam lingkungan kerja dapat menyalurkan ekspresi emosional dan membantu menterjemahkan pengarahan pimpinan kedalam bahasa yang lebih mudah dipahami oleh karyawan sehinggan sedikit banyak dapat memecahkan masalah yang ada. Jaringan komunikasi informal juga dapat dimanfaatkan untuk bertukar pikiran dan informasi mengenai masalah – masalah yang sedang berkembang di perusahaan.

Manfaat jaringan komunikasi informal bagi responden (karyawan) merupakan salah satu upaya dalam menciptakan hubungan komunikasi yang lebih personal. Salah satu dari karakteristik organisasi formal adalah hubungan yang bersifat formal dan tidak personal. Hubungan-hubungan yang tidak personal ini mengarahkan kepada tekanan-tekanan yang bersifat emosional. Untuk menyembunyikan atau memungkiri ekspresi emosional kepada orang lain mengembangkan cara-cara menyimpan ekspresi emosional tersebut. Melalui jaringan komunikasi informal ini memberikan manfaat yang positif dalam memacu semangat para karyawan karena melalui komunikasi informal ini dapat menciptakan lingkungan kerja yang dinamis, tidak monoton dan harmonis sehingga menciptakan lingkungan yang kondusif di dalam perusahaan.

Manfaat lain yang bisa diambil dari jaringan komunikasi informal ini adalah dapat dijadikan sebagai sarana alternatif penyampaian pesan dari

(45)

manajemen kepada karyawan terutama untuk informasi yang tidak tercover oleh jaringan komunikasi formal.

Manfaat jaringan komunikasi informal bagi organisasi dapat digunakan untuk memudahkan komunikasi baik itu sesama karyawan maupun kepada atasan, karena jaringan yang terbentuk ini merupakan penghubung antara atasan dengan bawahan tanpa harus dihalangi oleh jabatan formalnya sehingga mampu menghilangkan kesenjangan antara mereka dan membantu mempermudah penyelesaian masalah.

Dengan komunikasi yang efektif kepada karyawan baik melalui jaringan komunikasi formal maupun informal akan membantu karyawan mengetahui informasi tentang organisasi mereka dan mendorong mereka untuk menyampaikan pandangan mereka kepada pihak manajemen. Mendapatkan komunikasi yang berhasil di dalam sebuah organisasi bukanlah pekerjaan yang mudah. Di tengah perubahan perusahaan seperti yang terjadi di PT MPM Rent berupa akuisisi, perusahaan menghadapi tantangan untuk tetap mempertahankan karyawan yang berkualitas salah satunya adalah dengan memenuhi kebutuhan karyawan akan informasi.

Komunikasi karyawan adalah suatu spesialisasi public relations yang berhubungan dengan bagaimana para professional Public Relations didalam organisasi dalam membantu mewujudkan komunikasi yang efektif antarkaryawan dan antara karyawan dengan manajemen puncak. Dengan memanfaatkan jaringan komunikasi informal merupakan salah satu alternative dalam mewujudkan hal tersebut.

Adanya pemetaan peran-peran dalam jaringan komunikasi informal merupakan penghubung antara atasan dan bawahan yang baik terutama ketika ada hambatan dalam penyebaran informasi dalam organisasi. Adanya peran-peran strategis seperti seorang opinion leader, bridge, liason dapat dimanfaatkan untuk menyampaikan pesan-pesan manajemen kepada karyawan tanpa harus menginformasikan kepada setiap karyawan. Merekalah pesan kunci dalam komunikasi karyawan yang biasanya lebih “didengar”

(46)

oleh karyawan daripada penyampaian informasi secara formal. Karyawan pun bisa langsung memberikan feedback terhadap informasi yang mereka terima.

Peranan jaringan komunikasi informal di PT MPM Rent dalam hal ini adalah aliran komunikasi antara atasan dan bawahan berkenaan dengan komunikasi formal sebagai saluran penyampaian informasi yang dirancang manajemen untuk memudahkan hubungan pekerjaan. Komunikasi informal walaupun muncul secara tidak disengaja atau tidak direncanakan, merupakan bagian penting dari aliran komunikasi organisasi. Komunikasi ini mempunyai berbagai peranan dalam komunikasi antar karyawan.

Peranan yang pertama adalah pemuasan kebutuhan –kebutuhan manusiawi, seperti kebutuhan berhubungan dan berkomunikasi dengan orang lain. Pada hakikatnya manusia memiliki karakter suka berkomunikasi. Meskipun dalam hubungan pekerjaan, karyawan di PT MPM Rent sudah bisa dikatakan berkomunikasi, namun secara naluriah mereka membutuhkan komunikasi yang lebih luwes dan tidak kaku/monoton sehingga salah satu cara untuk memenuhinya adalah dengan melalui jaringan-jaringan komunikasi informal.

Peranan yang kedua adalah sebagai sumber informasi hubungan pekerjaan yang tidak disediakan oleh saluran komunikasi formal. Disini tampak bahwa komunikasi informal merupakan pelengkap dari saluran komunikasi formal. Apa yang tidak diperoleh di dalam komunikasi formal biasanya ditemukan dalam komunikasi informal. Meskipun jaringan komunikasi ini dianggap cenderung merusak karena informasi yang beredar berasal dari sumber yang tidak jelas dan tidak jarang terjadi informasinya tidak tepat, tidak lengkap bahkan menyimpang dari yang sebenarnya, namun jaringan komunikasi informal memiliki peranan fungsional sebagai alat komunikasi tambahan bagi organisasi

Gambar

Tabel 4.2.1.12  Kepuasan Informasi     N = 85 orang  No   Tingkat  Kepuasan  Informasi  Frekuensi   %  1
Tabel 4.2.3.2          Keanggotaan Klik

Referensi

Dokumen terkait

Jenis penelitian yang digunakan yaitu PTK atau penelitian tindakan kelas. PTK ini biasanya dilakukan oleh guru untuk mengetahui tingkat keberhasilan peserta didik selama

Jika digabungkan dengan hasil uji statistika paired-t untuk utilitas maka diperoleh kesimpulan bahwa sistem alternatif kedua yang terbaik dikarenakan sistem alternatif pertama

Jadi dalam penelitian ini fenomena yang akan diteliti adalah mengenai keadaan penduduk yang ada di Kabupaten Lampung Barat berupa dekripsi, jumlah pasangan usia

Sumber data diperoleh dari Pusat Pelatihan Pertanian per 31 Desember 2020 selanjutnya diolah oleh Sekretariat Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia

Berdasarkan latar belakang masalah diatas peneliti tertarik melakukan penelitian dengan mencoba memberikan gaya mengajar melalui media Audiovisual dan gaya mengajar

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, atas kasih dan limpahan berkatnya, sehingga penulisan disertasi ini dapat diselesaikan dengan judul Biostimulasi

“Produktifitas karyawan merupakan suatu proses efesiensi dalam penilaian dalam suatu kelompok ataupun group, pada dasarnya produktivitas merupakan suatu komponen yang

Tujuan dari penelitian ini adalah mendapatkan desain catalytic converter berbahan katalis kawat stainless steel berbentuk sarang laba-laba, mendapatkan performa emisi gas buang