• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN DUKUNGAN SOSIAL TEMAN SEBAYA DENGAN PERILAKU BULLYING PADA SISWA SMP KELAS VIII DI PANGUDI LUHUR SALATIGA OLEH FEBE EUNIKE PANYUWA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "HUBUNGAN DUKUNGAN SOSIAL TEMAN SEBAYA DENGAN PERILAKU BULLYING PADA SISWA SMP KELAS VIII DI PANGUDI LUHUR SALATIGA OLEH FEBE EUNIKE PANYUWA"

Copied!
35
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN DUKUNGAN SOSIAL TEMAN SEBAYA DENGAN

PERILAKU BULLYING PADA SISWA SMP KELAS VIII

DI PANGUDI LUHUR SALATIGA

OLEH

FEBE EUNIKE PANYUWA

802014192

TUGAS AKHIR

Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Guna Memenuhi Sebagian Dari Persyaratan Untuk Mencapai Gelar Sarjana Psikologi

Program Studi Psikologi

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA

SALATIGA

(2)
(3)
(4)

PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Sebagai civitas akademika Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW), saya yang bertandatangan dibawah ini:

Nama : Febe Eunike Panyuwa

Nim : 802014192

Program Studi : Psikologi

Fakultas : Psikologi, Univesitas Kristen Satya Wacana Jenis Karya : Tugas Akhir

Demi mengembangkan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada UKSW hak bebas royalty non-eksklusif (non-exclusive royalty free right) atas karya ilmiah saya yang berjudul:

HUBUNGAN DUKUNGAN SOSIAL TEMAN SEBAYA DENGAN PERILAKU BULLYING PADA SISWA SMP KELAS VIII

DI PANGUDI LUHUR SALATIGA

Dengan hak bebas royalty non-exclusive ini, UKSW berhak menyimpan mengalihmedia/mengalihformatkan, mengelola dalam bentuk pangkalan data, merawat dan mempublikasikan tugas akhir saya, selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis/pencipta.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di : Salatiga Pada Tanggal : 17 April 2018

Yang menyatakan:

Febe Eunike Panyuwa

Mengetahui,

Pembimbing

(5)

PERNYATAAN KEASLIAN TUGAS AKHIR

Yang bertanda tangan ini:

Nama : Febe Eunike Panyuwa

Nim : 80 2014 192

Program Studi : Psikologi

Fakultas : Psikologi, Univesitas Kristen Satya Wacana Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa tugas akhir, judul :

HUBUNGAN DUKUNGAN SOSIAL TEMAN SEBAYA DENGAN PERILAKU BULLYING PADA SISWA SMP KELAS VIII

DI PANGUDI LUHUR SALATIGA

Yang dibimbing adalah:

Enjang Wahyuningrum, M.Si., Psi.

Adalah benar-benar hasil karya saya.

Di salam laporan tugas akhir ini tidak terdapat keseluruhan atau sebagian tulisan atau gagasan orang lain yang saya ambil dengan cara menyalin atau meniru dalam bentuk rangkaian kalimat atau gambar serta simbol yang saya akui seolah-olah sebagai karya sendiri tanpa memberikan pengakuan kepada penulis atau sumber aslinya.

Salatiga, 17 April 2018 Yang memberi pernyataan

(6)

LEMBAR PENGESAHAN

HUBUNGAN DUKUNGAN SOSIAL TEMAN SEBAYA DENGAN

PERILAKU BULLYING PADA SISWA SMP KELAS VIII

DI PANGUDI LUHUR SALATIGA

OLEH

Febe Eunike Panyuwa

802014192

TUGAS AKHIR

Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Guna Memenuhi Sebagian Dari Persyaratan Untuk Mencapai Gelar Sarjana Psikologi

Disetujui Pada Tanggal : 24 April 2018 Oleh:

Pembimbing

Enjang Wahyuningrum, M.Si.,Psi.

Diketahui oleh,

Kaprogdi

Ratriana Y. E. Kusumiati, M.Si., Psi.

Disahkan oleh,

Dekan

Berta Esti Ari P, S.Psi., MA.

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA

SALATIGA

(7)

HUBUNGAN DUKUNGAN SOSIAL TEMAN SEBAYA DENGAN

PERILAKU BULLYING PADA SISWA SMP KELAS VIII

DI PANGUDI LUHUR SALATIGA

Febe Eunike Panyuwa Enjang Wahyuningrum

Program Studi Psikologi

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA

SALATIGA

(8)

i

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara dukungan sosial teman sebaya dengan perilaku bullying pada siswa SMP kelas VIII di Pangudi Luhur Salatiga. Responden dalam penelitian ini berjumlah 74 siswa. Variabel perilaku bullying diukur dengan menggunakan bullying subscale dari Olweus Bullying Questionnaire yang dirancang oleh Olweus. Variabel dukungan sosial diukur dengan Social Provisions Scale (SPA) yang dirancang oleh Weiss (dalam Cotruna & Russell, 1987). Perhitungan data dalam analisis ini menggunakan SPSS seri 16 for windows. Koefisien korelasi yang diperoleh sebesar -0,321 dengan nilai signifikansi 0,003 (p < 0,05). Kesimpulan yang diambil dari penelitian ini adalah ada hubunganantara dukungan sosial teman sebaya dengan perilaku bullying pada siswa SMP kelas VIII di Pangudi Luhur Salatiga.

(9)

ii Abstract

This study aims to determine how the correlation between peer social support with bullying behavior on students of SMP class VIII in Pangudi Luhur

Salatiga.Respondents in this study ampounted to 74 students. Variables measured

by bullyingbehavior is bullying subscale of the Olweus Bullying Questionnaire created by Olweus. Variables measured by social support subscale of the Social Provisions Scale (SPA) created by Weiss (in Cotruna & Russell, 1987). Data were analyzed using SPSS 16 for windows. The correlation coefficient obtained at -0,321 with a significance value of 0,003 (p < 0,05). This suggests that there was a correlation between peer social support and bullying behavior on students of SMP class VIII in Pangudi Luhur Salatiga.

(10)

1

PENDAHULUAN

Setiap orang pasti ingin mengalami perkembangan ke arah yang lebih

sempurna dan salah satu tahap perkembangan dalam kehidupan manusia adalah

masa remaja. Menurut Santrock (2003) masa remaja adalah periode transisi, saat

seorang individu mengalami perubahan fisik dan psikologis dari kanak-kanak

menjadi dewasa. Pada masa transisi ini, remaja dipandang dari dua sisi yang

berlainan, di satu sisi remaja ingin menjadi seorang yang mandiri tanpa bantuan

orang tuanya lagi namun di sisi lain remaja masih membutuhkan bantuan dari

orang tuanya.

Tidak sedikit remaja yang mengalami ketidakmampuan dalam menguasai

perubahan baik secara fisik dan psikologis. Kejadian-kejadian yang dialami

terkadang tidak dapat terselesaikan dengan baik, yang kemudian menjadi sebuah

konflik yang berkepanjangan. Bentuk reaksi yang terjadi dapat dalam bentuk

kekerasan untuk menyakiti diri dan orang lain, yang sering disebut dengan

tindakan agresi (Monks dalam Baron & Byrne, 2012).

Menurut Hurlock (1990) remaja adalah mereka yang berada pada usia

12-18 tahun. Masa remaja merupakan suatu periode penting dari rentang kehidupan,

suatu periode transisional, masa perubahan, masa usia bermasalah, masa dimana

individu mencari identitas diri, usia menyeramkan (dreaded), dan ambang menuju

kedewasaan, (Krori, 2011). Dimana periode remaja yang memiliki setiap masa

yang berbeda dan mempunyai pola emosi dan pola sosial disekitar lingkungan

yang harus dijaga.

Sekolah merupakan suatu lembaga tempat untuk menuntut ilmu dengan

(11)

2

menegaskan bahwa, Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk suasana

belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan

potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,

kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya,

masyarakat, bangsa dan Negara, (Widayanti, 2009). Di dalam instansi pendidikan

seperti sekolah, sering kali kita mendengar kasus bahwa siswa melakukan

ancaman atau pemalakan seperti mengejek dengan kata-kata yang tidak sopan,

menyebarkan rumor yang tidak sesuai kenyataan, menghasut, mengucilkan,

intimidasi, menindas, memukul, mencubit dan meneror, (Vintyana, 2015).

Data yang ada di Indonesia saat ini menyatakan bahwa 31,8% siswa

sekolah dasar mengalami bullying. Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI)

sepanjang tahun 2014, sangat miris melihat adanya 19 kasus bullying di sekolah.

Kasus bullying ini menurut KPAI beragam, mulai dari ejekan hingga perlakuan

kasar yang menyebabkan luka fisik kata Sekretaris KPAI, (Advianti dalam

Pratiwi, dkk. 2014). Kasus bullying dalam dunia pendidikan ini masih terjadi

dimana-mana. Berdasarkan berita terbaru kasus bullying hingga tahun 2017 masih

terjadi, seperti kasus bullying di Thamrin City pada bulan Juli 2017, bahwa ada 9

siswa dengan yang melakukan tindakan perilaku bullying mengetahui salah satu

teman yang sudah jarang untuk bermain bersama disalah satu tempat bermain

mereka. Disaat itu salah satu pelaku mengeluarkan kata-kata kasar atau makian

yang membuat salah satu korban merasa sakit hati, sejak dari itu salah satu pelaku

mengajak untuk berduel dengan temannya. Dari teman-teman pelaku mendukung

(12)

3

sangat keras sehingga salah satu korban mengalami beberapa kerusakan pada fisik

ditubuhnya sehingga dibawah ke rumah sakit terdekat (dalam detik.com).

Fenomena bullying merupakan potret dari kehidupan manusia yang penuh

ejekan, penghinaan, pengucilan, ketidakadilan dan kekerasan akibat dari budaya

yang mengutamakan kekuasaan dan memanfaatkan kekuasaan bagi kesenangan

pribadi yang menjadi gambaran keseharian yang berlangsung hampir disetiap

kehidupan manusia yang berkelompok (Bess, 2016).

Menurut Field (2007), membagi tipe-tipe tindakan bullying menjadi

teasing (sindiran), exclusion (pengeluaran), physical (fisik) dan harassment

(gangguan). Contoh dari teasing (sindiran) yaitu menghina, mengejek, meneriaki,

mengganggu korban melalui alat komunikasi. Exclusion (pengeluaran) berkaitan

dengan mengucilkan korban secara sosial seperti mengeluarkan korban dari group

teman sebaya, tidak mengikutsertakan korban dalam percakapan dan permainan,

contoh dari physical (fisik) seperti menendang, menjambak, memukul,

mendorong, mengganggu, dan merusak barang milik korban.

Perilaku bullying sering dijumpai diberbagai sekolah mulai dari TK hingga

perguruan tinggi. Lingkungan pendidikan seharusnya merupakan tempat yang

sehat dan aman di mana para siswa dapat mengembangkan diri. Akan tetapi pada

saat ini lingkungan pendidikan telah banyak terjadi berbagai perilaku dan aksi

kekerasan yang mengkhawatirkan. Sampai saat ini perilaku bullying kurang

mendapat perhatian dari masyarakat kita, terutama para pendidik dan orang tua.

Bullying terwujud dalam banyak hal, yaitu fisik, verbal, dan relasional

(Benbenishty & Astor, 2005). Bullying dalam bentuk verbal adalah jenis bullying

(13)

4

terlibat dalam bentuk fisik dan anak perempuan terlibat bullying dalam bentuk

verbal dan relasional, selain itu terdapat istilah yang berbeda untuk bullying di

negara yang berbeda dan perbedaan jenis perilaku yang terlibat, (Berger dalam

Sandri, 2015).

Teman sebaya adalah teman dimana mereka biasanya bermain dan

melakukan aktifitas bersama-sama sehingga menimbulkan rasa senang bersama,

dan biasanya dengan jarak usia yang relatif tidak jauh berbeda bahkan sepantaran

atau sebaya. Menurut Hurlock (dalam Sarwono, 2001) menyatakan bahwa

dukungan teman sebaya merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi

kemampuan bersosialisasi. Karena kemampuan bersosialisasi setiap individu

berbeda-beda, ada tipe individu yang mudah bergaul dan ada pula sebagian tipe

individu yang susah bergaul. Santrock (2003) mengatakan bahwa seorang remaja

banyak menghabiskan waktu bersama teman-temannya di sekolah sehingga dapat

dilihat peranan dan pengaruh teman sebaya dalam kehidupan remaja. Selain itu,

ada juga individu yang tidak memilih kelompok pertemanannya, dan ada juga

yang membatasi dan selektif dalam memilih teman. Hubungan sosial individu

berkembang karena adanya dorongan rasa ingin tahu terhadap segala sesuatu yang

ada didunia sekitarnya.

Keberadaan teman sebaya dalam kehidupan remaja merupakan keharusan,

untuk itu seorang remaja harus mendapatkan penerimaan yang baik untuk

memperoleh dukungan dari kelompok teman sebayanya. Melalui berkumpul

dengan teman sebaya yang memiliki kesamaan dalam berbagai hal tertentu,

(14)

5

hal yang baru serta saling mendukung satu sama lain (Cairns & Neckerman,

1988).

Dukungan sosial adalah bantuan yang diterima individu dari orang lain

atau kelompok di sekitarnya, dengan membuat penerima merasa nyaman, dicintai

dan dihargai (Sarafino, 1994). Menurut Santrock (2007), teman sebaya adalah

anak-anak atau remaja yang memiliki usia atau tingkatan kematangan yang

kurang lebih sama. Pada usia remaja, keterlibatan remaja dalam kelompok sebaya

ditandai dengan persahabatan dengan teman. Melalui dukungan yang dirasakan

remaja yang diperoleh dari teman sebaya, remaja dapat merasa lebih tenang

apabila dihadapkan pada suatu masalah.

Penelitian yang dilakukan oleh Perren (2006) mengenai Social behavior

and peer relationships of victims, bully-victims, and bullies in kindergarten,

menyatakan terdapat hubungan negatif antara dukungan sosial dan perilaku

bullying. Hal tersebut berarti semakin rendah dukungan sosial maka semakin

tinggi perilaku bullying atau semakin tinggi dukungan sosial maka semakin

rendah perilaku bullying. Penelitian lainnya juga yang dilakukan oleh Syarifah

(2012), mengenai hubungan dukungan sosial teman sebaya pada perilaku bullying

pada remaja, menyatakan terdapat hubungan positif antara dukungan sosial teman

sebaya dan perilaku bullying. Hal tersebut berarti semakin tinggi dukungan sosial

teman sebaya maka semakin tinggi perilaku bullying, hal sebaliknya semakin

rendah dukungan sosial teman sebaya maka semakin rendah perilaku bullying.

Banyak fenomena-fenomena yang telah ada, seperti halnya pada SMP

Pangudi Luhur Salatiga terlihat dalam perilaku bullying antar siswa. Berdasarkan

(15)

6

bersekolah di SMP Pangudi Luhur Salatiga, yaitu masih ada beberapa teman

melakukan bullying terhadap teman-temannya, seperti mendorong temannya,

mengejek dengan kata-kata kasar atau rasis dalam budaya, meneriaki dan

mengganggu dalam kesenangan teman. Dalam hal ini juga, menurut salah satu

guru BK (Bimbingan Konseling) mengatakan beberapa siswa pasti ada bullying,

dari secara perkataan kepada teman atau dalam hal perlakuan terhadap teman

sendiri. Dalam teori psikologi yang dikemukakan oleh Adler (dalam Feist & Feist,

2012), seseorang menutupi kekurangan diri merupakan suatu bentuk perasaan

inferioritas akibat aktualisasi diri yang tidak terpenuhi. Seseorang yang

melakukan bullying tidak menyadari bahwa mereka menjadi remaja penindas,

mereka akan terus melakukan bullying hingga tujuannya tercapai yaitu

popularitas, memperoleh kekuasaan atas orang lain, dan membalas dendam,

(Shidiqi & Suprapti, 2013). Menurut Houghton (dalam Shidiqi & Suprapti, 2013)

bullying dilakukan remaja sebagai alat popularitas disebabkan karena remaja

memiliki kebutuhan untuk diakui teman-temannya dan menjadi kelompok sosial

yang penting.

Berangkat dari adanya fenomena-fenomena yang ada perilaku bullying

yang terjadi pada remaja dan beberapa dari penelitian yang dipaparkan, maka

peneliti tertarik untuk mengangkat penelitian denga judul “Hubungan Dukungan

Sosial Teman Sebaya dengan Perilaku Bullying pada Siswa SMP Kelas VIII di

(16)

7

TINJAUAN PUSTAKA Perilaku Bullying

a. Definisi Bullying

Menurut Olweus (2003) bullying yaitu tindakan negatif yang dilakukan

seseorang atau lebih terhadap orang lain secara berulang-ulang dari waktu ke

waktu. Selain itu, siswa yang melakukan bullying mengakibatkan seseorang

dalam keadaan tidak nyaman atau terluka.

b. Aspek-Aspek Bullying

Ada tiga aspek Bullying yang dibagi oleh Olweus dalam Olweus

Bully/Victim Quetionnaire menurut Solberg & Olweus (2003), yaitu physical

bullying, indirect bullying, dan verbal bullying.

1. Verbal bullying. Perilaku ini ditunjukkan dengan mengatakan untuk

menyakiti atau menertawakan seseorang (menjadikan bahan lelucon)

dengan menyebut atau menyapa dengan nama yang menyakiti hati

seseorang, menceritakan kebohongan atau menyebarkan rumor yang keliru

tentang seseorang.

2. Indirect bullying. Perilaku ini ditunjukkan dengan adanya penolakan

terhadap seseorang dari kelompok pertemanan atau meninggalkannya dari

berbagai hal secara sengaja atau mengirim catatan dan mencoba membuat

siswa yang lain tidak menyukai orang tersebut.

3. Physical bullying. Perilaku ini ditunjukkan dengan menendang, memukul,

mendorong, mempermainkan, atau meneror dan melakukan hal-hal yang

(17)

8

c. Faktor-Faktor yang Memengaruhi Bullying

Quiroz, dkk (2006) mengemukakan sedikitnya tiga faktor yang dapat

menyebabkan perilaku bullying, antara lain :

1. Faktor Keluarga

Anak akan meniru berbagai nilai dan perilaku anggota keluarga yang akan

dilihat sehari-hari sehingga menjadi nilai dan perilaku yang akan diikuti.

Sehubungan dengan perilaku imitasi anak, jika anak dibesarkan dalam

keluarga yang menoleransi kekerasan atau bullying, maka ia mempelajari

bahwa bullying adalah suatu perilaku yang bisa diterima dalam membina

suatu hubungan atau dalam mencapai apa yang diinginkannya (image),

sehingga kemudian ia meniru (imitasi) perilaku bullying tersebut.

2. Faktor Teman Sebaya

Salah satu faktor besar dari perilaku bullying pada remaja disebabkan oleh

adanya teman sebaya yang memberikan pengaruh negatif dengan cara

menyebarkan ide (baik secara aktif maupun pasif) bahwa bullying

bukanlah suatu masalah besar dan merupakan suatu hal yang wajar untuk

dilakukan.

3. Faktor Sekolah

Bullying juga dapat terjadi jika pengawasan dan bimbingan etika dari para

guru rendah, sekolah dengan kedisiplinan yang sangat kaku, bimbingan

(18)

9

Dukungan Sosial Teman Sebaya

a. Definisi Dukungan Sosial Teman Sebaya

Dukungan sosial adalah dukungan atau bantuan yang berasal dari orang

yang memiliki hubungan sosial akrab dengan individu yang menerima

bantuan. Bentuk dukungan ini dapat berupa informasi, tingkah laku tertentu,

ataupun materi yang dapat menjadikan individu yang menerima bantuan

merasa disayangi, diperhatikan teori yang dikemukakan oleh (Weiss dalam

Cotruna,1994).

b. Aspek-Aspek Dukungan Sosial Teman Sebaya

Dukungan sosial teman sebaya diungkap dengan skala yang disusun

berdasarkan aspek-aspek dari teori yang dikemukakan oleh Weiss (dalam

Cotruna & Russell, 1987) meliputi:

1. Reliable alliance (Hubungan yang dapat diandalkan) adalah pengetahuan

yang dimiliki individu bahwa individu dapat mengandalkan bantuan yang

nyata yang dibutuhkan, individu yang menerima bantuan ini akan merasa

tenang karena individu menyadari ada orang yang dapat diandalkan untuk

menolong bila individu menghadapi kesulitan.

2. Guidance (Bimbingan) adalah dukungan sosial berupa nasehat dan

informasi dari sumber yang dapat dipercaya.

3. Reassurance of worth (Adanya pengakuan).adalah dukungan sosial ini

berbentuk pengakuan atau penghargaan terhadap kemampuan dan kualitas

individu, misalnya memberikan pujian kepada individu karena telah

(19)

10

4. Attachment (Kedekatan sosial) adalah dukungan ini berupa

mengekpresikan dari kasih sayang dan cinta yang diterima individu, yang

dapat memberikan rasa aman kepada individu yang menerimanya,

kedekatan dapat memberikan rasa aman.

5. Social Integration (Integrasi sosial) adalah dukungan yang dapat

menimbulkan perasaan memiliki pada individu karena menjadi anggota

didalam kelompok dalam hal ini dapat membagi minat, serta aktivitas

sosialnya sehingga individu merasa dirinya dapat diterima oleh kelompok

tersebut.

6. Opportunity to naturannce (Kesempatan untuk mengasuh) adalah

dukungan berupa perasaan bahwa individu dibutuhkan oleh orang lain jadi

dalam hal ini subjek merupakan sumber dukungan bagi orang yang

mendukungnya.

c. Faktor-Faktor yang Memengaruhi Dukungan Sosial

Myers (dalam Hobfoll, 1986) mengemukakan bahwa sedikitnya ada

tiga faktor penting yang mendorong seseorang untuk memberikan dukungan

yang positif, diantaranya :

1. Empati

Empati yaitu merasakan kesusahan orang lain dengan tujuan mengurangi

kesusahan dan meningkatkan kesejahteraan orang lain.

2. Pertukaran Sosial

Pertukaran sosial yaitu hubungan timbal balik dalam perilaku sosial antara

cinta, informasi, dan pelayanan. Terjadinya keseimbangan dalam

(20)

11

memuaskan. Pengalaman ini membuat individu lebih percaya bahwa orang

lain akan menyediakan dukungan.

3. Norma dan Nilai Sosial

Norma dan nilai sosial berfungsi sebagai pembimbing individu dalam

menjalankan kewajiban dalam hidupnya

HIPOTESIS PENELITIAN

Hipotesis dalam penelitian ini adalah ada hubungan negatif antara

dukungan sosial teman sebaya dengan perilaku bullying pada siswa SMP Pangudi

Luhur Salatiga. Semakin tinggi dukungan sosial teman sebaya maka semakin

rendah perilaku bullying atau semakin rendah dukungan sosial teman sebaya maka

semakin tinggi perilaku bullying.

H0 : Tidak ada hubungan antara dukungan sosial teman sebaya dengan

perilaku bullying.

H1 : Ada hubungan antara dukungan sosial teman sebaya dengan

perilaku bullying.

METODE PENELITIAN Variabel Penelitian

Adapun variabel-variabel dalam penelitian adalah :

1. Variabel bebas (X) : Dukungan Sosial Teman Sebaya

(21)

12

Partisipan

Partisipan dalam penelitian ini adalah siswa SMP Pangudi Luhur Salatiga

yang berjumlah 74 orang yang terdaftar sebagai siswa SMP Kelas VIII di Pangudi

Luhur Salatiga. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan

teknik sampel jenuh yaitu teknik penentuan sampel bila semua anggota populasi

digunakan sebagai sampel (Sugiyono, 2005).

Metode Pengumpulan Data

Penelitian ini mengunakan kuesioner untuk pengumpulan data, yang

terdiri dari 2 skala, antara lain :

1. Dukungan Soial Teman Sebaya

Dalam penelitian ini skala pertama yaitu, Skala Dukungan Sosial

Teman Sebaya yang disusun menggunakan skala Likert dengan empat

alternatif jawaban dari “sangat setuju” hingga “sangat tidak setuju”. Skala yang digunakan untuk mengukur Dukungan Sosial Teman Sebaya ini disusun oleh

Weiss dalam (Cotruna & Russell, 1987) dengan tingkat reliabilitas 0,865. Skala

terdiri dari 24 aitem. Skala ini terbentuk dari bentuk-bentuk, dukungan sosial

yaitu Reliable alliance, Guidance, Reassurance of worth, Attachment, Social

iintegration, dan Opportunity to naturannce yang terdiri dari 24 item dengan

12 aitem favorable dan 12 aitem unfavorable. Penguji skala dukungan sosial

dilakukan dua kali putaran oleh peneliti. Hasil yang didapati oleh penguji yang

pertama adalah α = 0,820 dengan 5 aitem α < 0,25 yaitu 4,6,8,9, dan 17. Hasil

yang didapati oleh penguji yang kedua adalah α = 0,865, tanpa item gugur (α < 0,25).

(22)

13

Tabel 1

Blueprint Dukungan Sosial

No. Aspek Favorable Unfavorable Total

1. Reliable alliance 1,4,7,23 3,10,15,18 8 2. Guidance 12 19 2 3. Reassurance of worth 13,20 6,14 4 4. Attachment 11,17 2,9,24 5 5. Social integration 5,8 21,22 4 6. Opportunity to naturannce 16 - 1 Total 12 12 24 2. Perilaku Bullying

Kedua adalah Skala Perilaku Bullying dari skala yang disusun oleh

Olweus (2003) dengan tingkat reliabilitas 0.809. Skala terdiri dari 10 aitem

yang menggunakan skala Likert yang terdiri dari empat kategori jawaban “sangat setuju” hingga “sangat tidak setuju”. Skala ini terbentuk dari bentuk-bentuk, perilaku bullying yaitu Verbal bullying, Indirect bullying, dan

Physical bullying yang terdiri dari 10 item dengan 10 aitem favorable.

Penguji skala perilaku bullying dilakukan hanya sekali putaran oleh peneliti.

Hasil yang didapati oleh penguji adalah α = 0,809, tanpa aitem gugur (α <

(23)

14

Tabel 2

Blueprint Perilaku Bullying

No. Aspek Favorable Unfavorable Total

1. Verbal Bullying 1,2,10,11 - 4

2. Indirect Bullying 5,8,9 - 3

3. Physical Bullying 4,6,7 - 3

Total 10 - 10

Teknik Analisis Data

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini

adalah angket atau skala pengukuran psikologis. Untuk pengolahan data

dan menganalisis apakah ada hubungan antara dukungan sosial teman

sebaya dengan perilaku bullying pada siswa SMP Pengudi Luhur Salatiga,

peneliti menggunakan program SPSS (Statistical Product and Service

Solutions) for windows release 16.0. Namun sebelum menghitung

(24)

15

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Hasil

A. Uji Realibilitas

a. Uji Realibilitas Perilaku Bullying

Hasil uji realibilitas yang didapat dari perilaku bullying dengan

tingkat realibilitas (Cronbach's Alpha) yaitu 0.809. Artinya, hal ini

ditunjukkan di tabel 1 dibawah ini :

Tabel 1

Uji Realibilitas Perilaku Bullying

Cronbach's Alpha Cronbach's Alpha Based on Standardized Items N of Items .809 .828 10

b. Uji Realibilitas Dukungan Sosial Teman Sebaya

Hasil uji realibilitas yang didapat dari dukungan sosial dengan

tingkat Cronbach's Alpha yaitu 0.865. Artinya, hal ini ditunjukkan di

tabel 2 dibawah ini :

Tabel 2

Uji Realibilitas Dukungan Sosial

Cronbach's Alpha Cronbach's Alpha Based on Standardized Items N of Items .865 .865 19

(25)

16

B. Uji Asumsi

Penelitian ini adalah penelitian korelasional yang digunakan untuk

mengetahui ada atau tidaknya korelasi antara dukungan sosial teman

sebaya dan perilaku bullying pada siswa SMP Pangudi Luhur Salatiga

kelas VIII. Namun sebelum dilakukan uji korelasi, peneliti harus

melakukan uji asumsi terlebih dahulu untuk menentukan uji normalitas

dan uji linearitas yang akan digunakan untuk uji korelasi.

1. Uji Normalitas

Hasil uji normalitas dapat ditentukan dengan melihat nilai Asymp.

Sig.(2-tailed) yaitu p > 0,005. Berdasarkan ketentuan tersebut hasil uji

normalitas menunjukkan bahwa variabel dukungan sosial teman sebaya

memiliki nilai Asymp. Sig. (2-tailed) sebesar 0,745 (p > 0,05). Variabel

perilaku bullying memiliki nilai Asymp. Sig. (2-tailed) sebesar 0,200 (p >

0,05). Hal ini menggambarkan tes distribusi data dari variabel dukungan

sosial teman sebaya dan perilaku bullying adalah normal, seperti tampak

pada tabel 3 dibawah ini :

Tabel 3 Uji Normalitas Perilaku Bullying Dukungn Sosial N 74 74

Normal Parametersa Mean 17.58 75.0811

Std. Deviation 3.793 7.21634 Most Extreme Differences Absolute .125 .079 Positive .125 .079 Negative -.119 -.071 Kolmogorov-Smirnov Z 1.073 .680

Asymp. Sig. (2-tailed) .200 .745

(26)

17

2. Uji Linearitas

Hasil uji linearitas diperoleh nilai signifikasi sebesar 0.001 (p < 0,005).

Berdasarkan perhitungan tersebut maka dapat dinyatakan bahwa data yang

diperoleh memiliki hubungan linear.

Tabel 4 Uji Linearitas Sum of Squares df Mean Square F Sig. VAR00001 * VAR00002 Between Groups (CombineD) 656.335 27 24.309 2.840 .001 Linearity 108.248 1 108.248 12.648 .001 Deviation from Linearity 548.087 26 21.080 2.463 .004 Within Groups 393.679 46 8.558 Total 1050.014 73 C. Analisis Deskriptif

Peneliti membagi skor dari setiap skala menjadi 4 kategori mulai dari

“sangat tinggi” hingga “sangat rendah” menggunakan rumus kategorisasi. Hal ini menggambarkan dari tes kategorisasi data dari variabel dukungan sosial teman

sebaya dan perilaku bullying tampak pada tabel 5 dan 6.

Skala dukungan sosial ini memiliki 24 aitem, setelah dilakukan pengujian

terdapat 5 aitem yang gugur, kemudian dilakukan kembali pengujian yang kedua

dan tidak ada aitem yang gugur. Jadi terdapat 19 aitem yang valid. Skala ini

mendapatkan nilai maksimum sebesar 76, minimum sebesar 19, mean 61,50 dan

(27)

18

Tabel 5

Kategori Dukungan Sosial

No. Interval Kategori F % M SD

1 61.75 ≤ x ≤ 76 Sangat Tinggi 0 0% 61,50 6,80 2 47.5 ≤ x < 61.75 Tinggi 46 62.2% 3 33.25 ≤ x < 47.5 Rendah 27 36.5% 4 19 ≤ x < 33.25 Sangat Rendah 1 1.3% Total 74 100%

Berdasarkan kategori diatas, dapat dilihat bahwa kategori tinggi memiliki

presentase sebesar 62.2%, rendah memiliki presentase sebesar 36.5%, kategori

sangat rendah dengan presentase sebesar 1.3% dan sangat tinggi 0%. Nilai mean

dengan 61,50 rata-rata siswa siswi SMP masuk dalam kategori tinggi untuk

melakukan dukungan sosial pada teman sebaya.

Skala pada perilaku bullying dengan 10 aitem, skala ini mendapatkan nilai

maksimum sebesar 40, minimum sebesar 10, mean 17,58 dan standard deviasi

sebesar 3,79. Hal ini dilihat pada tabel 6 dibawah ini :

Tabel 6

Kategori Perilaku Bullying

No. Interval Kategori F % M SD

1 32,5 ≤ x ≤ 40 Sangat Tinggi 0 0 17,58 3,79 2 25 ≤ x < 32,5 Tinggi 2 2.7% 3 17,5 ≤ x < 25 Rendah 43 58.1% 4 10 ≤ x < 17,5 Sangat Rendah 29 39.2% Total 74 100%

Berdasarkan tabel diatas, bisa didapati bahwa kategori sangat tinggi

memiliki presentase 0%, tinggi memiliki 2,7%, dalam kategori rendah memiliki

(28)

19

Nilai mean dengan 17,58, bisa dikatakan bahwa siswa siswi SMP cenderung

mempunyai perilaku bullying yang memiliki kategori rendah.

D. Hasil Analisis Data

Perhitungan dalam analisis ini menggunakan SPPS seri 16 for windows.

Hasil korelasi antara Dukungan Sosial teman sebaya dengan Perilaku Bullying

pada siswa SMP kelas VIII di SMP Pangudi Luhur Salatiga adalah sebagai berikut

Tabel 7

Uji Korelasi

Bullying DukSosTS Bullying Pearson Correlation 1 -.321**

Sig. (1-tailed) .003

N 74 74

DukSosTS Pearson Correlation -.321** 1

Sig. (1-tailed) .003

N 74 74

**. Correlation is significant at the 0.01 level (1-tailed).

Tabel diatas menunjukkan bahwa koefisien korelasi antara dukungan

sosial dengan perilaku bullying adalah -.321 dengan nilai signifikan 0.003 (p <

0,05) yang berarti ada hubungan negatif yang signifikan antara dukungan sosial

teman sebaya dengan perilaku bullying pada siswa kelas VIII SMP Pangudi Luhur

(29)

20

PEMBAHASAN

Berdasarkan penelitian mengenai hubungan dukungan sosial teman sebaya

antara perilaku bullying pada siswa SMP kelas VIII di Pangudi Luhur Salatiga

didapatkan hasil adanya korelasi negatif yang signifikan antara dukungan sosial

teman sebaya dan perilaku bullying pada siswa SMP kelas VIII di Pangudi Luhur

Salatiga (r = -.321), ini menunjukkan semakin tinggi dukungan sosial pada siswa

SMP kelas VIII di Pangudi Luhur Salatiga, maka semakin rendah perilaku

bullying pada siswa siswi SMP.

Penelitian ini bisa dikatakan hipotesis diterima dengan

penelitian-penelitian sebelumnya yaitu mengenai Social behavior and peer relationships of

victims, bully-victims, and bullies in kindergarten, Perren (2006), yang

menyatakan bahwa terdapat hubungan negatif antara dukungan sosial teman

sebaya dengan perilaku bullying dan juga mengenai Hubungan Dukungan Sosial

Teman Sebaya Pada Perilaku Bullying Pada Remaja, Syarifah (2012) yang

menyatakan bahwa terdapat hubungan positif antara dukungan sosial teman

sebaya dengan perilaku bullying.

Menurut Sandri (dalam Santrock, 2004), setiap siswa memiliki masalah

dalam perilaku bullying, baik masih tingkat ringan, sedang, maupun berat. Siswa

bisa menjadi pelaku bullying terhadap siswa lain, jika memiliki faktor- faktor

yang mendukung. Pada masa remaja kedekatan hubungan dengan teman sebaya

meningkat secara drastis, dan pada saat yang bersamaan kedekatan hubungan

remaja dengan orang tua menurun secara drastis. Selain itu, masa remaja

komunikasi dan kepercayaan terhadap orang tua berkurang, dan beralih kepada

(30)

21

Siswa siswi SMP kelas VIII rata-rata pada dalam masa remaja yang

hampir sama, yang memiliki tahap perkembangan atau periode transisi dalam

remaja, individu bisa mengalami perubahan fisik, perubahan berpikir, perubahan

sikap dan psikologis, (Santrock, 2003). Ditinjau dari siswa yang memiliki tipe

dukungan sosial pada teman dengan kategori tinggi 62.2%, kategori rendah

36.5%, dan kategori sangat rendah 1.3%.. Sedangkan dalam perilaku bullying,

terlihat dalam kategori rendah 58.1%, sangat rendah 39.2% dan sedikitnya dengan

kategori tinggi 2.7%. Dalam hal ini, tinggi rendah dalam perilaku bullying bisa

dilihat dukungan sosial pada teman sebaya disekitar lingkungan. Hal ini dukungan

teman sebaya salah satu faktor yang bisa mempengaruhi kemampuan dalam

bersosialisasi, walaupun dalam kemampuan bersosialisasi setiap individu

memiliki cara yang berbeda-beda (Hurlock,1990).

Berdasarkan hasil analisa deskriptif dalam penelitian ini, bahwa didapati

data dengan dukungan sosial pada teman sebaya memiliki kategori tinggi,

sedangkan perilaku bullying memiliki kategori rendah. Hal ini menunjukkan

bahwa siswa SMP kelas VIII di Pangudi Luhur Salatiga memiliki tingkat

dukungan sosial pada teman sebaya yang tinggi dan memiliki perilaku bullying

yang rendah. Berdasarkan penjelasan diatas bahwa, dapat disimpulkan dukungan

sosial pada teman sebaya merupakan salah satu faktor yang bisa mempengaruhi

munculnya perilaku bullying pada siswa SMP kelas VIII di Pangudi Luhur

Salatiga.

Berdasarkan hasil uji korelasi, adapun sumbangan efektif yang diberikan

oleh dukungan sosial terhadap perilaku bullying pada siswa-siswi sebesar 10,30%.

(31)

22

bullying siswa-siswi, sedangkan 89,7% dipengaruhi oleh faktor-faktor luar seperti

keluarga, teman sebaya dan sekolah (Quiroz dkk, 2006).

Berdasarkan uraian di atas dapat di ambil kesimpulan hasil penelitian ini

menunjukan bahwa dukungan sosial teman sebaya memiliki hubungan terhadap

perilaku bullying siswa SMP kelas VIII di Pangudi Luhur Salatiga. Hal ini

diketahui dari hasil penelitian yang menunjukkan bahwa hasil hipotesis yang

diajukan telah terbukti atau diterima yaitu terdapat hubungan negatif antara

dukungan sosial teman sebaya dengan perilaku bullying pada siswa SMP kelas

(32)

23

KESIMPULAN

Dari hasil penelitian dan pembahasan yang telah ditunjukkan di atas, maka

kesimpulan yang didapat oleh peneliti adalah sebagai berikut :

1. Adanya hubungan negatif yang signifikan antara hubungan dukungan

sosial teman sebaya dengan perilaku bullying pada siswa SMP kelas VIII

di Pangudi Luhur Salatiga. Maka, semakin tinggi dukungan sosial teman

sebaya maka semakin rendah perilaku bullying. Sebaliknya, semakin

tinggi perilaku bullying maka semakin rendah dukungan sosial teman

sebaya.

2. Sumbangan efektif yang diberikan oleh dukungan sosial teman sebaya

terhadap perilaku bullying pada siswa SMP kelas VIII sebesar 10,30%.

Hal ini berarti masih ada 89,7% adanya pengaruh dari faktor-faktor di luar

dari dukungan sosial teman sebaya yang dapat berpengaruh terhadap

perilaku bullying.

SARAN

Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan di atas, maka peneliti

menyarankan hal-hal sebagai berikut :

1. Bagi Siswa

Siswa diharapkan untuk lebih meningkatkan lagi bersosialisasi dengan

teman-teman disekitar sekolah, agar memiliki relasi hubungan pertemanan

yang baik, dan siswa diharapkan dapat terhindar dari perilaku bullying dan

lebih memilih kegiatan-kegiatan sekolah, baik di dalam lingkungan

(33)

24

2. Bagi Sekolah

Sekolah perlu mengadakan kegiatan – kegiatan yang dapat membuat siswa

menghindari adanya tindakan dalam perilaku bullying. Meskipun sebagian

besar siswa siswi SMP Pangudi Luhur berada dalam kategori rendah

dalam tindakan perilaku bullying, akan tetapi ada beberapa siswa siswi

yang masuk dalam kategori sedang bahkan beberapa dalam kategori

tinggi.

3. Bagi Peneliti Selanjutnya

Penelitian selanjutnya diharapkan dapat mengembangkan metode

penelitian selain kuantitatif. Dapat pula ditambahkan variabel bebas yang

dapat juga mempengaruhi perilaku bullying. Selain itu, perlunya observasi

lanjutan lebih dalam lagi sebelum dilakukan penyebaran angket penelitian

dan juga memperhatikan hasil wawancara dengan partisipan penelitian

yang sesuai dengan kriteria yang sudah ditentukan. Dengan begitu, maka

penelitian selanjutnya dapat memiliki sebuah gambaran yang lebih jelas

(34)

25

DAFTAR PUSTAKA

Benbenishty, R., & Astor, R. A. (2003). Violence in school; The view from Israel. in P. K. Smith (Ed.), Violence in scjools; The response in Europe (pp. 317-331). London; Routledge.

Berger, S. K. (2007). Update on bullying at school: Science forgetten?. Developmental Review, 27, 90-126.

Bess, E. (2016). Hubungan kelekatan ibu dan anak dengan perilaku bullying anak remaja di SMA Negeri 3 kota Kupang. Jurnal Psikologi Perseptual, 1, 01 – 02.

Cairns, R. B., & Neckerman. (1988). Social network and aggressive behavior : peer support or peer rejection?. Developmental Psychology Journal, 24, 815-823.

Cutrona, C. E., & Russell, D. (1987). The provision of social relationships and adaptation to stress. Advances in Personal Relationship,1, 36-37.

Cutrona. C. E., et. AL. (1994). Perceived parental social support & academic achievement.An Attachment Theory Perspective. Journal of personality and social psychology, 2, 87-89.

Field, E. M. (2007). Bully blocking six secrets to help children. United Kingdom: Jessica Kingsley Publishers.

Garret, A. G. (2003). Bullying in American schools. Jefferson, North Carolina, and London :McFarland & Company, Inc.

Gini, G., Pozzoli, T., Borghi, F. & Franzoni, L. (2008). The role of bystanders in students perceptions of bullying and sense of safety. Journal of School Psychology, 46, 617-638.

House, J. S. (1981). Work stress and social support. Reading MA:

Addison-Wesley.

Hurlock, E. B. (1990). Developmental psychology: A Lifeespan approach. Jakarta: Erlangga Gunarsa.

Krori, S. D. (2011). Developmental psychology. Homeopathic Journal, 4 , 12-15.

Myers, D. G. (2012). Psikologi sosial jilid 2. Jakarta: Salemba Humanika.

Olweus, D. (1993). Bullying at school: what we know and what we can do. Oxford: Blackwell Publishers.

(35)

26

_____.(1996). The Revised Olweus Bully/Victim Questionnaire. Mimeo. Bergen, Norway: Research Center for Health Promotion (HEMIL Center), University of Bergen.

Perren, S., & Alsaker, F. D (2006). Social behavior and peer relationship of victims, bully-victims, and bullies kondergartenI. Department of Psychology, University of Berne. Journal of child psychology and psychology.

Quiroz, H.C., et al. (2006). Bullying in schools; Fighting the bully battle. [Online].

Tersedia: http://www,schoolsafety.us/pubfiles/bullyingchalktalk.pdf.(16 April)

Sandri, R. (2015). Perilaku bullying pada remaja panti asuhan ditinjau dari kelekatan dengan teman sebaya dan harga diri. Jurnal Psikologi Tabularasa, 10, 43-57.

Santrock. J. W. (2003). Adolescence, Perkembangan remaja. Terjemahan :Adelar, s. B.,Saragih, S. Jakarta: Erlangga.

______.(2007). Remaja (edisi 11 jilid 2). Jakarta: Erlangga.

Sarafino, E. P. (1994). Health psychology. Canada: john Wiley & Sons. Inc.

Sugiyono. (2005). Memahami penelitian kualitatif. Bandung: ALFABET.

Syarifah, N. N. (2012). Hubungan dukungan sosial teman sebaya dengan perilaku bullying pada remaja. Skripsi. Kudus: Fakultas Psikologi Universitas Muria Kudus.

Vintyana, S. R. A. (2015). Hubungan antara harga diri dan kecenderungan perilaku bullying pada siswa SMP Kristen 1 Magelang. Jurnal Psikologi. Salatiga: Fakultas Psikologi Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga.

Widayanti, C. G. (2009). Fenomena bullying di sekolah dasar negara di Semarang. Jurnal Psikologi Undip. Semarang: Fakultas Psikologi Universitas Diponegoro Semarang.

Gambar

Tabel 3  Uji Normalitas  Perilaku  Bullying  Dukungn Sosial  N  74  74
Tabel 4  Uji Linearitas  Sum of  Squares  df  Mean  Square  F  Sig.  VAR00001 *  VAR00002  Between Groups  (CombineD)  656.335  27  24.309  2.840  .001  Linearity  108.248  1  108.248  12.648  .001  Deviation  from  Linearity  548.087  26  21.080  2.463  .
Tabel 7  Uji Korelasi

Referensi

Dokumen terkait

Namun jika perusahaan tidak transparan dalam mengungkapkan informasi keuangan maka pasar akan mengandalkan informasi dari luar perusahaan sehingga return yang

Harapan untuk rekan sejawat pada masalah Diabetes Mellitus dengan intoleransi aktivitas agar mengajak keluarga untuk ikut berperan serta dalam pemberian asuhan

In this paper, we focus on their organizational advantage by examining the value- adding potential of two characteristics of business groups, viz., portfolio diversity and

 Adalah suatu komposisi pangan yg seimbang untuk dikonsumsi guna memenuhi kebutuhan gizi penduduk.  PPH dpt dinyatakan dalam

Prinsip kerja dari wind tunnel ini adalah menggerakkan udara dengan fan hisap dibagian belakang dan meletakkan benda uji pada external balance yang berfungsi

Kumpulan baris perintah tersebut biasanya disimpan ke dalam file dengan nama ekstensi *.ASM dan lain sebagainya, tergantung pada program Assembler yang akan dipakai untuk

Uji validitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah validitas konstruk dan validitas empiris. Validitas konstruk sering juga disebut validitas logis yang berkenaan

Peristiwa ini, benar-benar merupakan ujian yang sangat besar, sehingga perbuatan menepati janji yang telah dilakukan itu termasuk perilaku terpuji. Dan sebaliknya, berdasarkan