• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH PELATIHAN PENGENDALIAN KELELAHAN KERJA TERHADAP PENINGKATAN PENGETAHUAN DOSEN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN DI BANDUNG ABSTRAK

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGARUH PELATIHAN PENGENDALIAN KELELAHAN KERJA TERHADAP PENINGKATAN PENGETAHUAN DOSEN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN DI BANDUNG ABSTRAK"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH PELATIHAN

PENGENDALIAN KELELAHAN KERJA TERHADAP PENINGKATAN PENGETAHUAN DOSEN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

DI BANDUNG

Gurdani Yogisutanti1, Hari Kusnanto2, Lientje Setyawati2, Yasumasa Otsuka3

ABSTRAK

Pekerjaan di sektor pendidikan lebih banyak menimbulkan stres dan kelelahan kerja baik fisik maupun psikologis. Kelelahan psikologis dapat menurunkan daya ingat, sehingga apabila kelelahan tersebut dialami dosen dapat menghambat proses belajar mengajar yang menjadi tugas utama seorang dosen. Penelitian bertujuan untuk mengetahui pengaruh pelatihan pengendalian kelelahan kerja pada dosen (PK2D) terhadap peningkatan skor pengetahuan dosen tentang pengendalian kelelahan kerja. Metode yang digunakan adalah kuasi eksperimen, dengan jumlah responden pada kelompok intervensi sebanyak 37 dan kontrol sebanyak 40 orang. Instrumen yang digunakan untuk mengukur pengetahuan tentang kelelahan kerja menggunakan instrumen yang valid dan reliabel. Analisis data menggunakan uji t dan

repeated measured analysis of variances untuk mengetahui perubahan perbedaan skor sebelum dan

setelah pelatihan pengendalian kelelahan kerja. Pelatihan pengendalian kelelahan kerja pada dosen telah dapat meningkatkan pengetahuan responden. Saran yang dapat direkomendasikan adalah perlunya pelatihan pengendalian kelelahan kerja pada dosen yang disampaikan bersamaan dengan sosialisasi beban kerja dosen dalam melaksanakan tridharma perguruan tinggi untuk mengingatkan kepada dosen pentingnya menjaga keselamatan dan kesehatan kerja, dan terbukti dari hasil penelitian ini dapat meningkatkan pengetahuannya. Perlunya memberikan pelatihan induksi (induction training) pada staf baru atau mentorship dalam pelaksanaan tridharma perguruan tinggi agar dapat berjalan sesuai peraturan yang berlaku.

Kata kunci: kelelahan kerja; dosen; pengetahuan; pelatihan

ABSTRACT

Objectives: This study aimed to analyze the efficacy of fatigue-controlled training program to increase

knowledge of fatigue among university teachers. Methods: A quasi experimental design was used to examine the efficacy of fatigue-controlled training among university teachers in intervention and control groups. As many as thirty-seven teachers from intervention group and 40 teachers from control group completed baseline and follow up data on knowledge. Results: The results of repeated measured analysis of variances showed that fatigue-controlled training program was associated with higher knowledge compared with control group. Main effects of fatigue-controlled training on knowledge was revealed.

Conclusions: Fatigue-controlled training program reported in this study was efficacious to enhance

university teachers’ knowledge about fatigue and occupational health and safety at a work place. This program may be considered as an initial strategy for occupational safety and health program in education setting to reduce fatigue particularly among university teachers. The training should be conducted frequently to enable university teachers controlled their fatigue.

(2)

2

PENGANTAR

Profesi dosen berisiko tinggi untuk terjadinya stres akibat kerja dan kelelahan akibat kerja, terutama kelelahan psikologis. Masalah kelelahan kerja dosen masih jarang dibahas dalam literatur yang ada sampai saat ini (Shernoff et al., 2011). Hubungan kelelahan kerja dan akibat burnout berhubungan dengan minimalnya respon koping yang dilakukan. Dosen mempersiapkan bahan ajar dalam waktu yang kurang memadai, merasa kurang bertanggung jawab terhadap proses pembelajaran dan menggunakan sedikit energi dan waktunya untuk mengajar (Hughes, 2001; Lens & Neves, 1999; Maslach & Goldberg, 1998). Penelitian Eta et al. (2011) pada dosen perawat klinik atau clinical nurse educators

(CNEs) di Kamerun, sebanyak 58,9% dosen

menyatakan bahwa mereka mendapatkan tantangan dalam kegiatan pembelajaran klinik dan pada saat melakukan aktivitas supervisi. Tantangan utama yang dirasakan adalah kurangnya kesempatan untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan dalam pembelajaran klinik, kurangnya insentif yang diterima dan buruknya kebijakan jaminan kesehatan.

Kelelahan kerja yang terjadi dapat berpengaruh terhadap kinerja dosen. Seperti hasil penelitian Bayram et al. (2010), burnout sebagai penyebab terjadinya kelelahan (fatigue) pada pendidik didominasi oleh kelelahan emosional (emotional

exhaustion). Shernoff et al. (2011) melakukan

penelitian kualitatif pada sumber dan akibat stres kerja pada pendidik di daerah urban, ternyata penyebab stres kerja adalah kurangnya sumber daya manusia terutama dosen, beban kerja berlebih, organisasi institusi perguruan tinggi yang tidak teratur, permasalahan yang berhubungan dengan perilaku dosen dan akuntabilitas kebijakan pemerintah (Dworkin, et

al., 1988 and Hughes, 2001).

Studi pendahuluan dengan melakukan focus

group discussion tanggal 27 April 2011 yang

berlangsung kurang lebih 2 jam terhadap 10 orang dosen yang berasal dari perguruan tinggi swasta dan pemerintah mendapatkan informasi bahwa seluruh peserta mengalami kelelahan kerja, baik fisik maupun psikologis. Penyebab kelelahan kerja disebabkan waktu istirahat dan waktu tidur yang tidak adekuat, banyaknya beban kerja yang harus dikerjakan sehingga harus dikerjakan di rumah, tetapi tidak ada tambahan insentif dan hubungan dengan rekan dosen dan atasan yang tidak harmonis. Tuntutan

(3)

3 dan target yang telah ditentukan oleh atasan

menjadi faktor penyebab kelelahan kerja yang mereka alami. Ketidakteraturan jam kerja, waktu istirahat yang kurang, kesempatan dan sarana berolah raga yang tidak ada, dan ketidaktahuan serta minimnya pengetahuan tentang keselamatan dan kesehatan kerja pada umumnya dan kelelahan kerja pada khususnya, menyebabkan dosen tersebut melakukan aktivitasnya tanpa berpikir akan terjadi penyakit akibat kerja. Selain itu, dilaporkan bahwa belum ada penjelasan tentang keselamatan dan kesehatan kerja di institusi masing-masing pada saat pertama kali mereka menjadi dosen sampai dengan saat dilakukan wawancara. Beberapa hal tersebut dinyatakan menyebabkan kelelahan kerja pada dosen (Yogisutanti, 2011).

Berdasarkan latar belakang di atas dapat disimpulkan bahwa semua dosen mengalami kelelahan kerja dan mereka tidak pernah mendapatkan sosialisasi tentang cara mengendalikan kelelahan kerja di tempat kerja, sejak dari awal menjadi pegawai sampai saat ini (inductional training). Berdasarkan hal tersebut, dilakukan intervensi berupa pelatihan pengendalian kelelahan kerja pada dosen, yang selama ini belum pernah dilakukan. Tujuan umum penelitian ini adalah mengetahui pengaruh pelatihan pengendalian kelelahan kerja pada dosen terhadap peningkatan pengetahuan tentang pengendalian kelelahan kerja, penurunan

waktu reaksi atau kelelahan kerja objektif dan penurunan skor kelelahan subjektif pada dosen. Penelitian ini telah dinilai kelayakannya oleh Komisi Etik Penelitian Kedokteran Universitas Gadjah Mada untuk mendapatkan ethical

clearance. Dalam melakukan penelitian, peneliti

mendapat rekomendasi dari institusi dengan mengajukan permohonan izin kepada institusi/lembaga tempat penelitian. Setelah mendapat persetujuan, penelitian dilakukan dengan menekankan masalah etika.

METODE PENELITIAN

Metode penelitian yang digunakan untuk mengetahui pengaruh pelatihan pengendalian kelelahan kerja pada dosen terhadap peningkatan pengetahuan dosen adalah intervensional atau eksperimental menggunakan quasi experimental design yaitu pretest-posttest nonequivalent control group design.

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh dosen di wilayah Kopertis IV. Populasi target adalah dosen pada 2 sekolah sekolah tinggi ilmu kesehatan yang berada di wilayah Kopertis IV Jawa Barat. Kelompok intevensi adalah kelompok yang diintervensi dengan diberi pelatihan pengendalian kelelahan kerja, dengan kriteria eksklusi: sedang melaksanakan tugas belajar, berada di luar negeri, dan menderita sakit kronis sebelum maupun pada saat

(4)

4 penelitian. Kelompok kontrol adalah seluruh

dosen pada sekolah tinggi ilmu kesehatan yang tidak diberikan intervensi. Jumlah dosen pada kelompok kontrol sebanyak 48 orang dan pada kelompok intervensi sebanyak 45 orang. Jumlah dosen pada kelompok intervensi yang dapat mengikuti penelitian sebanyak 38 orang dan kelompok kontrol sebanyak 40 orang.

Instrumen penelitian menggunakan 27 pertanyaan yang telah diuji validitas dan reliabilitasnya kepada 21 orang di sekolah tinggi ilmu kesehatan di Cimahi. Variabel penelitian terdiri dari variabel terikat yaitu pengetahuan tentang kelelahan kerja pada dosen sebelum pelatihan, setelah pelatihan dan setelah 2 bulan pelatihan. Variabel eksperimen adalah pelatihan pengendalian kelelahan kerja pada dosen.

Pelatihan pengendalian kelelahan dosen dilakukan selama 1 hari kerja, meliputi

pengetahuan tentang keselamatan dan kesehatan kerja umum, gizi kerja, kelelahan kerja pada dosen dan beban kerja dosen. Pematei berasal dari Balai Hiperkes Kota Bandung, Asosiasi Ahli Gizi dan Analisis data dilakukan dengan membandingkan pengetahuan sebelum dan sesudah pelatihan pengendalian kelelahan kerja pada kelompok kontrol dan intervensi dengan menggunakan uji t untuk sampel saling bebas. Analisis untuk mengetahui pengetahun dosen sebelum pelatihan, setelah pelatihan dan setelah 2 bulan pelatihan menggunakan uji statistik

repeated measured analysis of variance pada alpha 5%.

HASIL

Karakteristik dosen pada kelompok kontrol dan kelompok intervensi dapat dilihat perbedaannya pada tabel 1 di bawah ini:

Tabel 1 Perbedaan karakteristik pada kelompok intervensi dan kontrol berdasarkan uji Chi-square (2) Karakteristik Responden Kelompok p value Kontrol (n=40) Intervensi (n=37) n % n % Jenis kelamin 0,900 Perempuan 27 67,5 32 86,5 Laki-laki 13 32,5 5 13,5 Status perkawinan 1.000 Tidak menikah 10 25,0 9 24,3 Menikah 30 75,0 28 75,7 Tingkat pendidikan 0.339 D4/S1 20 50,0 23 62,2 S2 20 50,0 14 37,8 Status merokok 0,755 Tidak merokok 36 90,0 35 94,6 Merokok 4 10,0 2 5,4

Pemeriksaan kesehatan awal 0.000*

(5)

5

Tidak dilakukan 37 92,5 18 48,6

Induction training -

Dilakukan 40 100,0 37 100,0

Tidak dilakukan 0 0,0 0 0,0

Kebiasaan olah raga 0,227

Mempunyai kebiasaan 29 72,5 21 56,8

Tidak mempunyai kebiasaan 11 27,5 16 43,2

Kebiasaan makan pagi 0,222

Makan pagi 31 77,5 23 62,2

Tidak makan pagi 9 22,5 14 37,8

Kebiasaan makan siang 1,000

Makan siang 35 87,5 32 86,5

Tidak makan siang 5 12,5 5 13,5

Bekerja di rumah 0,649

Tidak bekerja di rumah 8 20,0 5 13,5

Bekerja di rumah 32 80,0 32 86,5

Tepat waktu mengajar 0,877

100% 6 15,0 7 18,9

76-99% 5 12,5 4 10,8

50-75% 6 15,0 9 24,3

0-49% 23 57,5 17 45,9

Kelengkapan bahan ajar 0,210

100% 5 12,5 14 37,8

76-99% 34 85,0 21 56,8

50-75% 1 2,5 2 5,4

Hasil pengukuran skor pengetahuan dosen tentang kelelahan kerja dibuat dalam tabel silang untuk mengetahui perbedaan antara kelompok kontrol dan kelompok intervensi. Berdasarkan tujuan penelitian dan hipotesis yang telah ditentukan sebelumnya, maka pembahasan dalam penelitian ini sebagai berikut:

1. Pengaruh pelatihan pengendalian kelelahan kerja pada dosen terhadap peningkatan skor pengetahuan tentang kelelahan kerja

Analisis terhadap skor pengetahuan dilakukan dengan membandingkan skor yang dicapai pada kelompok intervensi dan membandingkan skor yang dicapai pada kelompok intervensi dan kelompok kontrol

sebelum dan setelah pelatihan pengendalian kelelahan kerja.

a. Perbedaaan skor pengetahuan sebelum dan sesudah pelatihan pengendalian kelelahan kerja dosen pada kelompok intervensi

Pada kelompok intervensi, pengukuran skor pengetahuan dilakukan selama 3 kali, yaitu pada saat sebelum pelatihan pengendalian kelelahan kerja pada dosen, setelah selesai pelatihan dan 2 bulan setelah pelatihan. Hasil analisis pengukuran pengetahuan tentang pengendalian kelelahan kerja pada dosen dapat dilihat pada tabel 2 berikut ini:

(6)

6 Tabel 2. Perbedaan skor pengetahuan tentang kelelahan kerja dosen pada kelompok intervensi

sebelum dan setelah pelatihan (n=37)

Paired sample t test Mean Gain

score t Sig

Skor pengetahuan sebelum pelatihan 11.11 3.919 9.715 0.000 Skor pengetahuan setelah pelatihan 15.03

Skor pengetahuan sebelum pelatihan 11.11 3.757 9.534 0.000 Skor pengetahuan 2 bulan setelah pelatihan 14.86

Skor pengetahuan setelah pelatihan 15.03 -0.162 -0.642 0.525 Skor pengetahuan 2 bulan setelah pelatihan 14.86

Hasil analisis skor pengetahuan tentang kelelahan kerja pada dosen sebelum dan setelah pelatihan menggunakan paired sample t test ditunjukkan dalam tabel 4.35 di atas dijelaskan dalam uji hubungan antara pengetahuan sebelum pelatihan, setelah pelatihan dan 2 bulan setelah pelatihan pengendalian kelelahan kerja pada dosen sebagai berikut:

1) Skor pengetahuan tentang kelelahan kerja pada dosen sebelum pelatihan adalah 11.11 dan setelah pelatihan sebesar 15.03. Pada tabel di atas dapat dilihat bahwa ada perbedaan skor pengetahuan sebelum pelatihan dan setelah pelatihan. Skor pengetahuan setelah pelatihan mempunyai rata yang lebih tinggi dibandingkan rata-rata skor pengetahuan sebelum pelatihan dan didapatkan nilai gain score sebesar 3.919 dengan nilai t sebesar 9.715 dan nilai p < 0,05. Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh yang signifikan antara pemberian pelatihan pengendalian kelelahan kerja pada dosen

dengan peningkatan skor pengetahuan dosen setelah pelatihan dan sebelum pelatihan. Pelatihan pengendalian kelelahan kerja pada dosen berpengaruh positif terhadap peningkatan pengetahuan tentang pengendalian kelelahan kerja pada dosen sebelum dan setelah pelatihan.

2) Skor pengetahuan pada saat 2 bulan setelah pelatihan didapatkan skor sebesar 14.86 poin dan skor sebelum pelatihan sebesar 11.11 poin. Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa sampai dengan 2 bulan setelah pelatihan, nilai skor pengetahuan dosen tentang kelelahan kerja masih lebih tinggi dibandingkan skor pengetahuan sebelum pelatihan. Besar gain score untuk kedua pengukuran tersebut adalah 3.757 dengan nilai t sebesar 9.534 dan nilai p < 0.05. Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan skor pengetahuan tentang kelelahan kerja pada dosen sebelum pelatihan dan 2 bulan setelah pelatihan pengendalian kelelahan kerja. Atau dapat

(7)

7 dikatakan bahwa pelatihan pengendalian

kelelahan kerja pada dosen mempunyai pengaruh positif terhadap kenaikan skor pengetahuan responden sampai dengan 2 bulan setelah pelatihan pengendalian kelelahan kerja pada dosen.

3) Skor pengetahuan tentang kelelahan kerja setelah 2 bulan pelatihan sebesar 14.86 dan setelah pelatihan pengendalian kelelahan kerja pada dosen sebesar 15.03. Skor pengetahuan pada saat 2 bulan setelah pelatihan mengalami penurunan bila dibandingkan dengan skor pengetahuan setelah pelatihan. Berdasarkan tabel 4.33 di atas diketahui bahwa nilai gain score untuk kedua skor tersebut adalah -0.162 dan nilai t sebesar -0.642 sedangkan nilai p > 0.05. Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan skor pengetahuan sebelum pelatihan dan 2 bulan setelah pelatihan pengendalian kelelahan kerja pada dosen. Apabila dilihat dari nilai gain score yang bernilai negatif, dapat dikatakan bahwa telah terjadi penurunan skor pengetahuan pada waktu 2 bulan setelah pelatihan, akan tetapi penurunan skor tersebut tidak signifikan. Pelatihan pengendalian kelelahan kerja pada dosen dapat dikatakan masih efektif sampai dengan 2 bulan setelah pelatihan.

4) Perubahan skor pengetahuan peserta tentang pengendalian kelelahan kerja pada dosen sebelum pelatihan, setelah pelatihan, sampai dengan 2 bulan setelah pelatihan dapat dilihat pada gambar 1. di bawah ini:

Gambar 1. Perubahan skor pengetahuan tentang kelelahan kerja sebelum dan setelah pelatihan

pengendalian kelelahan kerja pada dosen

Skor pengetahuan kelelahan kerja pada dosen meningkat setelah mengikuti pelatihan pengendalian kelelahan kerja, akan tetapi setelah beberapa saat, yaitu 2 bulan setelah pelatihan, skor pengetahuan menjadi cenderung untuk menurun. Berdasarkan hal tersebut dapat digunakan sebagai dasar untuk mengadakan

refreshing kepada dosen tentang materi

kelelahan kerja yang dapat dilakukan selain melalui pelatihan, yaitu dengan menggunakan modul, poster di ruangan dosen atau di tempat yang mudah dilihat, leaflet ataupun dengan memberikan

(8)

8 informasi setiap ada pertemuan dengan

dosen.

b. Perbedaan skor pengetahuan sebelum dan setelah pelatihan pengendalian kelelahan kerja pada dosen antara kelompok intervensi dan kelompok kontrol

Pelatihan pengendalian kelelahan kerja pada dosen dilakukan hanya pada kelompok intervensi. Untuk mengetahui pengaruh pelatihan tersebut dalam

meningkatkan skor pengetahuan responden, maka analisis data dilakukan dengan membandingkan antara kelompok intevensi dengan kelompok kontrol dengan menggunakan indepedent sample

t test dari skor rerata pengetahuan

sebelum pelatihan dan setelah pelatihan pada kelompok intervensi dan kontrol pada tabel 3 berikut:

Tabel 3. Hasil analisis perbedaan skor pengetahuan antara kelompok intervensi dan kelompok kontrol menggunakan independent sample t test

Variabel Kelompok n Mean t Sig

Skor pengetahuan sebelum pelatihan Intervensi 37 11.11 0.12 0.990

Kontrol 40 11.10

Skor pengetahuan pada saat 2 bulan setelah pelatihan

Intervensi 37 14.86 69.55 0.000

Kontrol 40 11.07

Analisis data skor pengetahuan tentang pengendalian kelelahan kerja pada dosen sebelum dan setelah pelatihan pada kelompok intervensi dan kelompok kontrol dapat dilihat pada tabel 4.36 di atas. Skor pengetahuan sebelum pelatihan pengendalian kelelahan kerja pada dosen didapatkan rerata untuk kelompok intervensi sebesar 11.11 dan rerata untuk kelompok kontrol sebesar 11.10, dengan nilai t hitung sebesar 0.12 dan p > 0.05. Pada data sebelum pelatihan tidak ada

perbedaan skor pengetahuan tentang kelelahan kerja dosen pada kedua kelompok tersebut.

Setelah pelatihan pengendalian kelelahan kerja didapatkan skor pengetahuan pada kelompok intervensi sebesar 14.86 dan pada kelompok kontrol sebesar 11.07. Hasil uji beda dengan menggunakan

independent sample t test didapatkan

nilai t hitung sebesar 69.55 dan nilai p < 0.05. Berdasarkan hal tersebut dapat dikatakan bahwa ada perbedaan skor

(9)

9 pengetahuan pada kelompok intervensi

dan kelompok kontrol. Skor pengetahuan setelah 2 bulan pelatihan pada kelompok intervensi lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok kontrol. Pelatihan pengendalian kelelahan kerja pada dosen terbukti meningkatkan skor pengetahuan tentang kelelahan kerja pada dosen. Hasil analisis menggunakan repeated

measured analysis of variance untuk

kedua kelompok didapatkan nilai F sebesar 9.686 dan nilai p < 0.05. Hal ini berarti bahwa pelatihan pengendalian kelelahan kerja pada dosen berpengaruh dalam membedakan skor pengetahuan tentang kelelahan kerja pada responden. Pada kelompok intervensi terbukti meningkat skor pengetahuannya dibandingkan dengan kelompok kontrol. Untuk melihat grafik dari skor pengetahuan sebelum dan 2 bulan setelah pelatihan pengendalian kelelahan kerja pada dosen dapat dilihat pada grafik

estimated marginal means di bawah ini:

Gambar 2. Tren perubahan skor pengetahuan tentang kelelahan kerja pada

kelompok intervensi dan kelompok kontrol

Gambar 2 di atas menggambarkan kecenderungan pada kelompok intervensi terjadi kenaikan skor pengetahuannya sedangkan pada kelompok kontrol relatif tidak ada kenaikan pada saat sebelum pelatihan sampai dengan 2 bulan setelah pelatihan pengendalian kelelahan kerja pada dosen. Pelatihan pengendalian kelelahan kerja pada dosen terbukti dapat meningkatkan skor pengetahuan tentang kelelahan kerja pada dosen yang mengikutinya.

(10)

10

PEMBAHASAN

Pengetahuan yang diberikan dalam pelatihan pengendalian kelelahan kerja pada dosen meliputi pengetahuan tentang kelelahan kerja dosen, keselamatan dan kesehatan kerja di tempat kerja yaitu pada pendidikan tinggi, gizi kerja yang dibutuhkan oleh dosen dan undang-undang atau peraturan yang berkaitan dengan guru dan dosen, penghitungan beban kerja dosen berdasarkan aturan Dikti dalam tiap semester dan pengukuran kelelahan kerja fisiologis dan psikologis.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengetahuan responden sebelum dan sesudah mengikuti pelatihan pengendalian kelelahan kerja meningkat secara signifikan. Pada pengukuran pengetahuan sebelum dan setelah pelatihan terdapat peningkatan yang sangat signifikan. Akan tetapi setelah 2 bulan pelatihan tersebut berlangsung dan responden diberikan instrumen berupa kuesioner yang sama dengan yang dipergunakan untuk mengukur pengetahuan sebelum dan sesudah pelatihan ternyata terjadi penurunan skor pengetahuan responden. Walaupun terjadi penurunan, namun bila dibandingkan dengan skor pengetahuan sebelum pelatihan, skor pengetahuan 2 bulan setelah pelatihan tetap lebih tinggi dan berbeda signifikan. Peningkatan skor pengetahuan responden tentang kelelahan kerja terbukti disebabkan oleh pelatihan pengendalian

kelelahan kerja yang telah diikutinya. Sebelum mengikuti pelatihan, skor pengetahuan dosen lebih rendah dibandingkan dengan skor setelah mengikuti pelatihan dan dalam waktu 2 bulan setelah mengikuti pelatihan. Pelatihan dan dukungan materi yang disampaikan diperlukan sebagai awal perubahan dalam organisasi yang merupakan bagian dari promosi kesehatan di tempat kerja (Goodman and collegeus, 2002). Penurunan skor pengetahuan yang dialami oleh dosen pada saat 2 bulan setelah pelatihan mengindikasikan bahwa perlunya refreshing pemberian informasi tentang pengendalian kelelahan kerja pada dosen setelah 2 sampai 3 bulan pelatihan. Pemberian informasi maupun pengetahuan kepada responden dalam hal ini dosen tidak harus selalu dalam bentuk pelatihan maupun penyuluhan. Ada beberapa cara yang dapat dilakukan dalam upaya menjaga agar pengetahuan responden mengenai pengendalian kelelahan kerja dapat semakin meningkat atau tidak terjadi penurunan. Cara-cara atau metode yang dapat digunakan untuk menurunkan angka kecelakaan kerja di tempat kerja diantaranya adalah (Sumihardi, 2011): 1) pemajangan safety

poster yang dapat meningkatkan pengetahuan

dan sikap pekerja menjadi lebih positif; 2) penyuluhan, dan 3) pelatihan prosedur operasional tetap (protap).

Iverson dan Erwin (1987) berpendapat bahwa tenaga kerja yang belajar tentang keselamatan

(11)

11 kerja, baik melalui penyuluhan maupun

pelatihan yang dilaksanakan secara teratur, setelah diamati terus-menerus dapat memperkecil jumlah kasus kecelakaan kerja. Dalam konteks dunia pendidikan, kecelakaan kerja yang dimaksud adalah kelelahan kerja pada dosen. Sependapat dengan Iverson dan Erwin (1987), Guastello (1993) menyatakan bahwa dengan adanya program keselamatan kerja yang diterapkan di tempat kerja dapat memberikan perlindungan terhadap tenaga kerja dari risiko kecelakaan kerja dan secara bertahap dapat menurunkan angka kecelakaan kerja. Perilaku keselamatan kerja dapat mencegah dan menurunkan angka kecelakaan kerja (Cooper et

al., 1994).

Sesuai dengan teori pendidikan kesehatan, bahwa refreshing pengetahuan atau pemberian informasi ulang tentang pengetahuan yang telah diberikan sebelumnya kepada sasaran belajar harus dilakukan untuk mencegah penurunan pengetahuan atau berkaitan dengan masalah memori untuk mengingatnya. Pemberian informasi atau pengetahuan yang dilakukan secara terus-menerus akan dapat membantu sasaran belajar dalam mengingat materi pengetahuan yang telah didapat. Hal tersebut sesuai dengan pendapat dari Iverson dan Erwin (1997). Dalam setting pendidikan tinggi, beberapa upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan dan menjaga agar pengetahuan

yang telah dimiliki oleh dosen tidak mengalami penurunan dapat dilakukan dengan cara: membagi modul pelatihan kepada dosen agar dapat dibaca sewaktu-waktu, pembuatan leaflet yang sederhana dan komunikatif agar mudah diingat dan diberikan kepada dosen, membuat

banner atau poster-poster yang berisi tentang

akibat kelelahan kerja secara khusus maupun K3 secara umum yang ditempel di dinding atau tempat-tempat yang sering dikunjungi oleh dosen. Selain itu dapat pula dengan memanfaatkan media SMS (short message

service) melalui handphone yang berisi

pesan-pesan singkat untuk mengingatkan dosen tentang pentingnya untuk menjaga kesehatan dan keselamatan kerja dan mencegah serta menghindari terjadinya kelelahan kerja.

KESIMPULAN

Pelatihan pengendalian kelelahan kerja terbukti dapat meningkatkan pengetahuan dosen tentang kelelahan kerja. Pengetahuan dosen setelah pelatihan lebih tinggi dibandingkan sebelum pelatihan, sedangkan pengetahuan dosen setelah 2 bulan pelatihan ternyata lebih rendah daripada pengetahuan setelah pelatihan akan tetapi masih lebih tinggi dibandingkan dengan pengetahuan dosen sebelum mengikuti pelatihan pengendalian kelelahan kerja pada dosen.

(12)

12

UCAPAN TERIMA KASIH

Ucapan terima kasih ditujukan kepada Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi melalui Kopertis IV yang telah memberikan bantuan hibah disertasi doktor untuk pembiayaan penelitian ini.

DAFTAR PUSTAKA

Baldinger, Nina., Krebs, Andreas., Műller, Roland., Aeberli, Isabelle (2012). Swiss Children Consuming Breakfast Regularly Have Better Motor Functional Skills and Are Less Overweight Than Breakfast Skippers, Journal of The American College of Nutrition, Vol. 31, No. 2, 87-93.

Cueto, Santiago. (2001). Breakfast and dietary balance: the enKid Study Breakfast and Perfomance. Public Health Nutrition 4(6A), 1429-1431.

Eta, Vivian, E.A., Atanga, Mary, B.S., Atashili, Julius., D’Cruz, Gibson (2011). Nurses Challeges Faced as Clinicl Educators: a survey of Group of Nurses in Cameroon,

Pan African Medical Journal, 8, 28.

European Trade Union Committee for Education (ETUCE). (2007). Report on the ETUCE Survey on Teachers Work –related-health, Farber, B. A. (1983). Stress and Burnout in The

Human Services Profession. New York. Pergamon Press.

Giovannini, M., Agostoni, C., & Shamir, R. (2010). Symposium overview: Do We all Eat Breakfast and is it Important?. Critical Reviews in Food Science & Nutrition,

50(2), 97-99.

doi:10.1080/10408390903467373

Hasz, Lauren A. & Lamport, Mark A.(2012). Breakfast and Adolescent Academic Performance: An Analytical Review of Recent Research, European Journal of Business and Social Sciences, Vol. 1, No.

3, pp. 61 - 79, June 2012. URL: http://www.ejbss.com/recent.aspx.

Hughes, R. E. (2001). Deciding to Leave but Staying: Teacher Burnout, Precusors and Turnover. International Journal of Human

Resource Management, 12, 288-298.

Iverson, RD., & Erwin, PJ. (1997). Predicting Occupational Injury: The Role of Affectivity. Journal of Occupational and

Organizational Psychology, 7, 113-128.

Jaarveld, Van, J. (2004). The Relationship between Burnout, Coping and Sense of Coherence amongst Engineers and Scientist. Unpublished Doctoral Dissertation. University of South Africa. Jongman, L., Meijman, T., & Jong, de Ritske.

(1999). The Working Memory Hypothesis of Mental Fatigue. Department of Experimental and Work Psychology University of Gronigen, Netherlands. Lewis, G., Wessely, S. (1992). The

Epidemiology of Fatigue: More Questions than Answer. Journal of Epidemiology and Community Health, 46, 92-97.

Otsuka Yasumasa, Sasaki Takeshi, Mori Ippei. (2008). Working hours. Coping skills, and psychological health in Japanese daytime workers, Industrial Health, 47: 22-32. Piper, B., 1986. Fatigue. In Gutiѐrrez, Josѐ Luis

Gonzàlez., Jimѐnez, Bernardo Moreno., Hѐrnandez, Eva Garrosa., López, Almudena López. 2005. Spanish Version of The Swedish Occupational Fatigue Inventory (SOFI): Factorial Replication, Reliability and Vallidity, International Journal of Industrial Ergonomics, 35(2005) 737-746.

Pollitt, Ernesto and Mathews, Rebecca. Breakfast and cognition: an integrative summary, (Am J Clin Nutr 1998;67(suppl):804S–13S.

Schuler, Randall., Jackson, Susan., Sobari, Nurdin., Sihombing, Tulus., Dwi Kartini, Yahya. (1999). Manajemen Sumber Daya Manusia Menghadapi Abad 21. Erlangga, Jakarta.

(13)

13 Shernoff, Elisa, S., Mehta, Tara, G., Atkins,

Marc, S., Torf, Raechel., Spencere, Jordan. (2011). A Qualitative Study of The Sources and Impact of Stress Among Urban Teachers, School Mental Health, 3: 59-69, Chicago.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen Verdugo, R., Vere, A.(2003). International

Labour Office 2003, Workplace Violence in Service Sectors with Implications for the Education Sector: Issues, Solution and Resources.

Wignjosoebroto, Sritomo (2000).Egronomi Studi Gerak dan Waktu. Edisi 1 Cetakan ke-II, Penerbit Guna Widia, Jakarta.

Yogisutanti G. Had accreditation system covered safety and health for lecturer? Paper presented at: 2nd HPEQ Health Professional Education Quality. Promoting Health Through Interprofessionalship Education; 2011 Dec. 3-5; Bali. Indonesia.

1)

Gurdani Yogisutanti, Dosen STIK Immanuel sedang menempuh program Doktor di Fakultas Kedokteran UGM;

2)

Hari Kusnanto Promotor/Pembimbing dan

Lientje Setyawati,

Co-promotor/Pembimbing Pendamping dari Fakultas Kedokteran UGM Yogyakarta;

3)

Yasumasa Otsuka, Supervisor Program

Sandwich-Like untuk S3 Dikti dari

Graduate School of Eduation Hiroshima University Japan.

Gambar

Gambar 1. Perubahan skor pengetahuan tentang  kelelahan kerja sebelum dan setelah pelatihan
Gambar 2. Tren perubahan skor  pengetahuan tentang kelelahan kerja pada

Referensi

Dokumen terkait

skripsi yang berjudul “IMPLEMENTASI FULL DAY SCHOOL (SEKOLAH SEHARI PENUH) SEBAGAI BEST PRACTICE (LATIHAN TERBAIK) DALAM PENDIDIKAN KARAKTER DI SMA NEGERI 1

Pengelolaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a sampai dengan huruf d dan pasal (2) tersebut di atas pada pasal ini diatur dalam format-format yang diajukan oleh PIHAK

Kantor Pengelolaan Air dan Air limbah adalah salah satu unit kerja BP Batam seseua dengan tugas pokok dan organisasinya adalah bertanggung jawab atas pengelolaan dan

Syukur alhamdulilah penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang senantiasa melimpahkan rahmat dan karunia-NYA, sehingga peneliti dapat menyelesaikan penelitian yang berjudul “Program

Governance , Leverage dan Likuiditas Terhadap Pengungkapan Islamic Social Reporting pada Bank Umum Syariah di Indonesia”.. Adapun maksud

Lahirnya ide pendirian bank syariah sendiri tentunya tidak lepas dari peran para pemikir fundamental, yang mereka berpendapat bahwa bunga bank itu adalah riba,

Fiqih Islam sangat dipengaruhi oleh aliran-aliran pemikiran mazhab-mazhab Islam. Kelompok mazhab yang terluas pengaruhnya hingga menyentuh Indonesia adalah mazhab

Konsepsi Santri Terhadap Sistem Pendidikan Di Pesantren (Studi Kasus Di Pesantren Langitan, Desa Widang, Kecamatan Widang, Kabupaten Tuban).. Ahmad Khubby