0 PERSEPSI KELUARGA PENAMBANG EMAS TERHADAP PENDIDIKAN ANAKNYA DI JORONG TANJUNG BERINGIN NAGARI TANJUNG KECAMATAN KOTO VII
KABUPATEN SIJUNJUNG
Dewi Surya Deni1 Ardi Abbas2 Yenni Melia3 Program Studi Pendidikan Sosiologi
STKIP PGRI Sumatera Barat ABSTRAK
Penelitian ini dilatar belakangi oleh asumsi dasar mengenai pendidikan anak penambang emas kecenderungan tidak ingin melanjutkan pendidikan ke tingkat yang lebih tinggi. penelitian ini bertujuan Untuk mengetahui persepsi keluarga penambang emas terhadap pendidikan anaknya di Jorong Tanjung Beringin Nagari Tanjung Kecamatan Koto VII Kabupaten Sijunjung
Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan kualitatif dengan tipe deskriptif. Penentuan informan dilakukan secara purpossive. Teknik pengumpulan data dilakukan melalui observasi, wawancara dan dokumentasi. Unit analisis yang digunakan adalah keluarga penambang emas. Metode analisis data yang digunakan adalah analisis data deskriptif yang dianalisis sesuai dengan model interaktif (Interaktif Model Of Analisis) Miles & Hubermas.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa persepsi keluarga penambang emas di Jorong Tanjung Beringin secara umum dapat disimpulkan penambang emas berpandangan positif tentang pentingnya pendidikan anak yang harus di jalankan oleh anak-anaknya, penambang emas bahagia atau senang jika anaknya ingin melanjutkan pendidikan, dan keluarga penambang emas pada umumya memfasilitasi anaknya kendaraan untuk melanjutkan pendidikan. Orang tua penembang emas berpandangan psitif terhadap pendidikan anak, tetapi anaknya tetap tidak melanjutkan pendidikan. Hal ini disebabkan anak penambang emas ingin bekerja sebagai penambang emas karena anak penambang emas sudah mendapatkan penghasilan 100.000/hari. Oleh sebab itu, anak penambang emas lebih memilih untuk bekerja di tambang emas dari pada sekolah
1Mahasiswa Program Studi Pendidikan Sosiologi STKIP PGRI Sumatera Barat Angkatan 2009 2Pembimbing I dan Dosen STKIP PGRI Sumatera Barat
1 PENDAHULUAN
Pendidikan merupakan aset penting bagi kemajuan sebuah bangsa, oleh karena itu setiap warga Negara harus mengikuti jenjang pendidikan. Ki Hajar Dewantara berpendapat`` pendidikan ialah proses penanggulangan masalah-masalah serta penemuan dan peningkatan kualitas hidup pribadi serta masyarakat yang berlangsung seumur hidup. Manusia akan selalu berinteraksi dengan manusia lain untuk mencapai tujuan hidupnya, dan interaksi tersebut merupakan wadah untuk pertumbuhan dan perkembangan kepribadiannya (Idris, 1995:1).
Untuk mewujudkan semua itu semua, maka dituntut pula adanya waktu khusus dan tempa khusus bagi anak, yang berbentuk lembaga sosial atau dikenal juga dengan lembaga kemasyarakatan. Salah satu lembaga
kemasyarakatan tersebut biasa kita kenal dengan lembaga pendidikan.
Lembaga pendidikan terdiri dari lembaga formal yaitu pendidikan yang didapat dibangku sekolah, informal yaitu pendidikan yang didapat di luar sekolah, misalnya dilingkungan keluarga dan masyarakat setempat, sedangkan pendidikan non formal yaitu pendidikan diperoleh dari kursus-kursus.
Pendidikan dari sekolah akan membantu seorang anak, bukan hanya mengerti teori dari mata pelajaran yang diajarkan, namun yang terpenting yaitu cara belajar yang terstruktur, sikap dan kepibadian yang baik.
Keluarga merupakan lembaga pertama sekali dikenal oleh seorang individu dalam masa pertumbuhannya. Adapun cara yang paling mendasar untuk mendapatkan pengetahuan dan keterampilan manusia menurut Todaro
2 (1983:245) adalah melalui pendidikan
formal atau sekolah. Pendidikan formal adalah sistem pendidikan yang disusun secara hierarkis dan berjenjang secara kronologis melalui SD sampai ke Perguruan Tinggi (PT), dan disamping pendidikan akademis umum termasuk pula bermacam-macam program dan lembaga-lembaga untuk kejuruan teknik dan profesional (Manan, 1989:32).
Didalam pelaksanaan pendidikan peranan keluarga juga tidak kalah pentingnya. Keluarga adalah unit sosial terkecil yang paling efektif menanamkan nilai-nilai budaya, karena didalam lingkungan keluarga hubungan emosional terjalin dengan akrab dan intensif, sehingga memungkinkan berlangsungnya proses pendidikan (Prasamyati, 2008:1)
Keberhasilan belajar seorang anak usia sekolah tidak dapat diserahkan sepenuhnya kepada guru saja, tetapi perlu didukung oleh kedua orang tua. Orang tua yang bekerja sebagai penambang emas rakyat memiliki penghasilan yang cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup dan biaya pendidikan anaknya.
Masyarakat yang bekerja sebagai penambang emas yang tidak memiliki izin dapat menyekolahkan anak-anak mereka sampai ke perguruan tinggi, bila mereka mendapatkan hasil tambang emas.
Kabupaten Sijunjung merupakan salah satu kabupaten yang memiliki potensi yang besar untuk maju. Selain mengandalkan pertanian, masyarakat juga bekerja di sektor lain.
Berdasarkan observasi di lokasi pendidikan anak penambang emas terlihat bahwa ada kecenderungan mereka tidak ingin melanjutkan pendidikan ke tingkat yang lebih tinggi. Mereka lebih memilih tidak sekolah karena sudah ada usaha yang mendatangkan uang.
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah “Untuk mengetahui persepsi keluarga penambang emas terhadap pendidikan anak di Jorong Tanjung Beringin Nagari Tanjung Kecamatan Koto VII Kabupaten Sijunjung”. BAHAN DAN METODE
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan tipe deskriptif. Teknik pemilihan informan
3 dilakukan dengan cara purposive
sampling. Metode pengumpulan data
dalam penelitian ini menggunakan observasi, wawancara, dan dokumentasi. Observasi dalam penelitian ini dilakukan secara partisipan as observer dan wawancara dilakukan secara mendalam. Data-data yang telah dikumpulkan kemudian dianalisis secara interaktif. Analisis data yang dilakukan dalam penelitian ini menggunakan interaktif yang dikembangkan oleh Miles dan Huberman dalam Sugiyono (2010:246)
HASIL PENELITIAN
Persepsi Keluarga Penambang Emas Terhadap Pendidikan Anaknya
Untuk mengetahui persepsi keluarga penambang emas terhadap pendidikan anak dapat dilihat dari tiga ranah yaitu yang pertama ranah kognitif (pengetahuan), untuk melihat seberapa pentingnya pendidikan anak bagi keluarga penambang emas dapat kita lihat nantinya dari pengetahuannya tentang pendidikan.
Kedua adalah afektif (sikap), dalam melihat persepsi keluarga
penambang emas terhadap pendidikan anak dilihat dari sikap orang tua untuk menyekolahkan anaknya ke tingkat yang lebih tinggi dan bagaimana perasaan informan ketika anaknya ingin melanjutkan pendidikan.
a. Ranah kognitif penambang emas dapat disimpulkan bahwa secara umum keluarga penambang emas di Jorong Tanjung Beringin terlihat berpersepsi positif tentang pentingnya pendidikan anak yang harus di jalankan oleh anak-anak mereka, pendidikan juga memberi pengaruh terhadap seorang individu. Maksud informan, pendidikan itu sangat besar pengaruhnya terhadap individu. Informan melihat orang-orang yang berhasil atau mempunyai pekerjaan yang bagus karena pendidikan. Dari pendapat informan juga terlihat pendidikan tinggi sangat berguna untuk masa depan anak mereka nantinya, pendidikan tinggi berkaitan dengan pekerjaan untuk melangsungkan hidupnya di masa yang akan datang.
4 b. Ranah afektif keluarga
penambang emas
Berdasarkan penjelasan informan diatas diketahui bahwa informan senang dan bahagia jika anaknya melanjutkan pendidikan, dan sikap orang tua penambang emas terhadap pendidikan anaknya bisa dikatakan cukup memotivasi anak untuk melanjutkan pendidikan. Motivasi yang diberikan oleh informan merupakan penyemangat anak untuk melanjutkan pendidikan. Keberhasilan seorang anak membuat informan bangga kepada anaknya. Oleh sebab itu, informan ingin anaknya berhasil, oleh karena itulah informan bahagia jika anaknya mau melanjutkan pendidikan. Hal ini terlihat dari pendapat informan bahwa mereka tidak melarang anak mereka untuk melanjutkan pendidikannya. Jika anak mereka ingin melanjutkan pendidikan, mereka menanggapinya dengan positif dan memberikan motivasi kepada anak mereka.
c. Ranah psikomotor keluarga penambang emas
keluarga penambang emas pada umumya memfasilitasi anaknya untuk melanjutkan pendidikan. Tujuan informan memfasilitasi kendaraan agar anaknya lancar dan tidak terlambat pergi sekolah. Sepeda motor merupakan salah satu fasilitas yang diberikan orang tua penambang emas kepada anaknya untuk pergi kesekolah. Selain sepeda motor, informan juga membiayai sekolah anaknya, informan juga membelikan keperluan sekolah seperti pakaian sekolah, tas, sepatu, alat tulis dan keperluan sekolah yang lainnya. Hal ini terlihat setiap rumah masyarakat Tanjung Beringin sudah ada kendaraan roda dua, dalam setiap rumah bukan satu unit sepeda motor tetapi kurang lebih dua unit.
Terlihat dari ranah kognitif, afektif, psikomotor informan memperhatikan pendidikan anaknya, tetapi dari hasil observasi anak informan berhenti sekolah.
Anak penambang emas tergiur oleh penghasilan dari tambang emas yang lumayan banyak. Jika emas
5 banyak bisa mendapatkan berkilo-kilo
emas dalam satu hari yang duitnya bisa jutaan rupiah. Oleh sebab itu anak penambang emas lebih memilih bekerja di tambang emas dari pada sekolah. Berdasarkan keterangan informan diatas juga diketahui anak yang usia sekolah SMP dan SMA di Jorong Tanjung Beringin yang berhenti sekolah bukan karena orang tuanya melarang mereka untuk sekolah, mereka berhenti sekolah karena keinginan sendiri. Hal ini disebabkan karena anak penambang emas ini ingin bekerja sebagai pertambangan emas juga.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian maka dapat disimpulkan bahwa: 1. keluarga penambang emas di
Jorong Tanjung Beringin terlihat berpandangan positif tentang pentingnya pendidikan anak yang harus di jalankan oleh anak-anak mereka, pendidikan juga memberi pengaruh terhadap seorang individu. Keluarga penambang emas sangat senang dan bahagia jika anaknya melanjutkan pendidikan, terlihat dari pendapat
informan bahwa mereka tidak melarang anak mereka untuk melanjutkan pendidikannya. Jika anak mereka ingin melanjutkan pendidikan, mereka menanggapinya dengan positif dan memberikan motivasi kepada anak mereka. Keluarga penambang emas pada umumya memfasilitasi anaknya untuk melanjutkan pendidikan. Tujuan informan memfasilitasi anaknya kendaraan agar anaknya lancar dan tidak terlambat ke sekolah.
2. anak penambang emas berhenti sekolah bukan karena orang tuanya melarang mereka untuk sekolah, mereka berhenti sekolah karena keinginan sendiri. Hal ini disebabkan anak penambang emas ingin bekerja sebagai penambang emas karena anak penambang emas sudah mendapatkan penghasilan 100.000/hari. Oleh sebab itu anak penambang emas lebih memilih bekerja di tambang emas dari pada sekolah. Pertambangan emas membawa dampak kepada kehidupan ekonomi masyarakat. Dampak positif yang ditimbulkan dari pertambangan emas yaitu
6 dengan perubahan pada kehidupan
masyarakat Tanjung Beringin, seperti telah banyaknya kendaraan roda dua, rumah masyarakat sudah banyak yang permanen. Dampak negatif yang ditimbulkan dari pertambangan emas ini salah satunya yaitu banyaknya anak-anak yang masih sekolah berhenti sekolah dan bekerja di pertambangan emas.
DAFTAR PUSTAKA
Idris, Zahara. 1981. Dasar-Dasar
Pendidikan. Bandung: Angkasa
Manam, Imran. 1989. Dasar-Dasar
Sosial Budaya Pendidikan. Jakarta:
Depdikbud Dirjen Dikti. P2LPTP. Todaro, Michel. 1983. Pembangunan
Ekonomi Dunia Ketiga. Jakarta: Ghalia Indonesia.
Sugiyono. 2010. Metode penelitian
Kualitatif dan Kuantitatif dan R&D.
Bandung: Alfabeta.
Prasamyati, S. Mega. 2008. “Pendidikan Formal Anak di Kampung Anak Air Kelurahan Batipuh Panjang Kecamatan Koto Tangah Padang”. Padang. Skripsi Universitas