• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEMODELAN SISTEM PENDULUM TERBALIK DENGAN LINTASAN MIRING DAN KARAKTERISASI PARAMETER PADA MASALAH TRACKING ERROR OPTIMAL BAMBANG EDISUSANTO

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PEMODELAN SISTEM PENDULUM TERBALIK DENGAN LINTASAN MIRING DAN KARAKTERISASI PARAMETER PADA MASALAH TRACKING ERROR OPTIMAL BAMBANG EDISUSANTO"

Copied!
79
0
0

Teks penuh

(1)

PEMODELAN SISTEM PENDULUM TERBALIK DENGAN

LINTASAN MIRING DAN KARAKTERISASI PARAMETER

PADA MASALAH TRACKING ERROR OPTIMAL

BAMBANG EDISUSANTO

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2008

(2)

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN

SUMBER INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis Pemodelan Sistem Pendulum

Terbalik dengan Lintasan Miring dan Karakterisasi Parameter pada Masalah Tracking

Error Optimal adalah karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum

diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi

yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan dari penulis lain telah

disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis

ini.

Bogor, Juli 2008

Bambang Edisusanto

(3)

ABSTRACT

BAMBANG EDISUSANTO

.

Modeling of Inverted Pendulum System with

Oblique Track and Parameter Characterization on Optimal Tracking Error

Problem. Under direction of TONI BAKHTIAR and ALI KUSNANTO

Inverted pendulum is an important device in education and research for control

engineering. Many results of research are reached through study to pendulum system.

The primary objective of this thesis is to characterize the inverted pendulum system

with oblique track on the optimal tracking error problem in terms of the system of

parameters. We first derive the equations of motion for the pendulum system with flat

track and then extend it to the system with oblique track. We then derive the

analytical expressions of the optimal tracking error problem for both systems. It is

shown that the expressions are completely determined by the pendulum’s parameters.

Furthermore, its is shown that the lowest possible tracking error can be attained as

long as the ratio between pendulum and motor masses is equal to a certain constant,

regardless the material of the pendulum.

(4)

RINGKASAN

BAMBANG EDISUSANTO. Pemodelan Sistem Pendulum Terbalik dengan Lintasan

Miring dan Karakterisasi Parameter pada Masalah Tracking Error Optimal.

Dibimbing oleh TONI BAKHTIAR, dan ALI KUSNANTO.

Pendulum adalah sebuah bandul. Ada dua jenis pendulum yaitu pendulum

biasa (direct pendulum) dan pendulum terbalik (inverted pendulum). Dewasa ini

pendulum biasa maupun pendulum terbalik merupakan alat yang sangat penting

dalam pendidikan dan penelitian di bidang teknik pengendalian (control engineering).

Banyak hasil penelitian dicapai melalui studi terhadap sistem pendulum. Di bidang

teknik, pendulum biasa dan terbalik dipakai untuk memantau pergerakan fondasi

bendungan, jembatan, dermaga dan struktur bangunan lainnya. Alat pengangkat peti

kemas (cranes) bekerja atas dasar pendulum biasa. Selain itu pendulum terbalik dapat

dimanfaatkan untuk mendeteksi usikan gelombang seismik dalam tanah yang

disebabkan oleh aktifitas seismik-makro, oseanik, dan atmosferik. Di bidang fisiologi

dan ilmu olah raga, prinsip kerja pendulum terbalik banyak digunakan untuk

mengkaji keseimbangan gerak manusia.

Berdasarkan dari hal tersebut maka penelitian ini bertujuan menentukan model

sistem pendulum terbalik dengan lintasan miring dan menentukan karakterisasi

parameter sistem pendulum terbalik dengan lintasan miring pada masalah tracking

error optimal.Langkah pertama adalah menurunkan model sistem pendulum terbalik

dengan lintasan datar dan lintasan miring. Model tersebut berbentuk persamaan

taklinear, sehingga harus dilinearkan terlebih dahulu dengan bantuan deret Taylor.

Selanjutnya dengan tranformasi Laplace ditentukan fungsi transfer P

x

(s) dan P

?

(s), di

mana

P s merupakan fungsi transfer antara input kendali u dengan posisi motor x

x

( )

dan

P s merupakan fungsi transfer antara input kendali u dengan sudut pendulum

( )

. Kemudian dicari pole dan zero dari fungsi transfer dengan mengasumsikan tidak

ada friksi antara motor dan pendulum serta tidak ada friksi antara motor dan lintasan,

yaitu

0 . Dari P

x

(s) dan P

?

(s), dapat ditentukan pole takstabil dan non

minimum phase zero. Selanjutnya diturunkan ekspresi analitik bagi J yang dapat

meminimumkan tracking error. Dengan menyelesaikan

dJ 0

dl

, maka panjang

pendulum optimal dapat ditentukan. Selanjutnya dilakukan simulasi antara ekspresi

analitik bagi J

dan panjang pendulum optimal, dari simulasi ini dapat dilihat bahwa

ketika panjang pendulum sangat pendek maka nilai J sangat besar. Jika panjang

pendulum diperpanjang, maka nilai J semakin kecil. Kejadian ini berlaku sampai

pada satu titik minimum, setelah itu akan berubah panjang pendulum semakin

panjang maka nilai J

semakin besar. Titik minimum dipengaruhi oleh sudut

kemiringan lintasan. Sudut kemiringan lintasan semakin besar maka titik

minimumnya juga semakin besar. Sedangkan hasil simulasi antara sudut kemiringan

lintasan dan panjang pendulum optimal menunjukkan bahwa untuk mendapatkan

kestabilan panjang pendulum optimal sangat dipengaruhi oleh sudut kemiringan

(5)

lintasan. Sudut kemiringan lintasan semakin besar maka panjang pendulum optimal

semakin pendek.

Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa nilai tracking error minimal

dipengaruhi oleh sudut kemiringan lintasan. Jika sudut kemiringan lintasan semakin

besar, maka nilai tracking errornya juga semakin besar. Panjang pendulum minimal

dipengaruhi oleh sudut kemiringan lintasan. Hubungan antara panjang pendulum

minimal dan sudut kemiringan lintasan berbanding terbalik. Sudut kemiringan

lintasan semakin besar maka panjang pendulum minimal semakin pendek. Karena

diasumsikan bahwa rasio antara massa pendulum dan massa motor adalah konstan,

maka dapat ditunjukkan bahwa tracking error optimal dapat dicapai sepanjang rasio

antara massa pendulum dan massa motor adalah konstan tanpa memandang bahan

dari pendulum.

(6)

© Hak cipta milik IPB, tahun 2008

Hak cipta dilindungi Undang-undang

1 Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan

atau menyebut sumber.

a Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya

ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik atau tinjauan suatu masalah.

b Pengutipan tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB.

2 Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis

dalam bentuk apapun tanpa izin IPB

(7)

PEMODELAN SISTEM PENDULUM TERBALIK DENGAN

LINTASAN MIRING DAN KARAKTERISASI PARAMETER

PADA MASALAH TRACKING ERROR OPTIMAL

BAMBANG EDISUSANTO

Tesis

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Magister Sains pada

Departemen Matematika

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2008

(8)

(9)

Judul Tesis

: Pemodelan Sistem Pendulum Terbalik dengan Lintasan Miring dan

Karakterisasi Parameter pada Masalah Tracking Error Optimal

Nama

: Bambang Edisusanto

NIM

: G551060171

Disetujui

Komisi Pembimbing

Dr. Toni Bakhtiar, M.Sc.

Drs. Ali Kusnanto, M.Si.

Ketua

Anggota

Diketahui

Ketua Program Studi

Dekan Sekolah Pascasarjana

Matematika Terapan

Dr. Ir. Endar H. Nugrahani, M.S.

Prof. Dr. Ir. Khairil A. Notodiputro, M.S.

Tanggal Lulus:

Tanggal Ujian: 10 Juli 2008

(10)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karunia-Nya

sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian

yang dilaksanakan sejak bulan Nopember 2007 ini ialah masalah tracking error

optimal pada sistem pendulum, dengan judul Pemodelan Sistem Pendulum Terbalik

dengan Lintasan Miring dan Karakterisasi Parameter pada Masalah Tracking Error

Optimal.

Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Dr. Toni Bakhtiar, M.Sc dan

Bapak Drs. Ali Kusnanto, M.Si selaku pembimbing, serta Ibu Dr. Ir. Endar H.

Nugrahani, M.S. yang telah banyak memberikan saran selaku penguji luar komisi dan

selaku ketua Program Studi Matematika Terapan. Tak lupa ucapan terima kasih

penulis sampaikan pada Departemen Agama Republik Indonesia yang telah

memberikan fasilitas. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada istri dan anak

serta seluruh keluarga, atas segala doa dan kasih sayangnya.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat

Bogor, Juli 2008

Bambang Edisusanto

(11)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Purworejo pada tanggal 27 Agustus 1966 dari ayah

Witosedono dan ibu Astuti. Penulis merupakan putra kedua dari empat bersaudara.

Tahun 1986 penulis lulus dari STM Negeri Purworejo jurusan Teknik

Bangunan dan pada tahun yang sama lulus seleksi masuk IKIP Muhammadiyah

Yogyakarta. Penulis memilih Jurusan Pendidikan Matematika pada Fakultas

Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam dan selesai pada tahun 1990.

Tahun 1991 penulis menjadi staf pengajar di SMU Muhammadiyah 7

Yogyakarta. Pada tahun 1997 masuk PNS dan mengajar di MTs Negeri Sidoharjo

Samigaluh Kulon Progo. Setahun kemudian pindah tugas mengajar di MTs Negeri

Pakem. Pada tahun 2006 penulis lulus seleksi masuk Program Magister Program

Studi Matematika Terapan di Institut Pertanian Bogor lewat jalur Beasiswa Utusan

Daerah Departemen Agama Republik Indonesia.

(12)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR GAMBAR ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

I PENDAHULUAN ...

1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Tujuan Penelitihan ...

2

II LANDASAN TEORI ... 3

2.1 Sistem Pendulum Terbalik ... 3

2.2 Transformasi Laplace ...

4

2.3 Deret Taylor ... 5

2.4 Persamaan Ruang Keadaan ...

6

2.5 Fungsi Transfer ...

7

2.6 Pole dan Zero ... 8

2.7 Kestabilan ... 9

2.8 Sistem Umpanbalik ... 10

2.9 Masalah Tracking Error ... 11

III PEMODELAN SISTEM PENDULUM TERBALIK ... 13

3.1 Sistem Pendulum Terbalik dengan Lintasan Datar ... 13

3.2 Sistem Pendulum Terbalik dengan Lintasan Miring ... 16

3.3 Pole dan Zero ... 19

IV KARAKTERISASI PARAMETER PADA MASALAH TRACKING ERROR

OPTIMAL ... 23

4.1 Ekspresi Analitik ... 23

4.2 Tracking Error Optimal ... 24

V SIMULASI ... 28

(13)

DAFTAR PUSTAKA ... 33

(14)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

1. Sistem pendulum terbalik dengan lintasan datar ...

3

2. Diagram blok hubungan antara input dan output ... 8

3. Sistem pengendalian dengan umpanbalik ... 10

4. Sistem pengendalian dengan umpan balik pada masalah tracking error ... 11

5. Sistem pendulum terbalik dengan lintasan datar ... 13

6. Sistem pendulum terbalik dengan lintasan miring ... 16

7. Grafik masalah tracking error ... 29

(15)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

1. Bukti sifat-sifat Transformasi Laplace ... 35

2. Pole dan Zero pendulum terbalik dengan lintasan datar ... 38

3. Bukti Teorema 1 ... 41

4. Bukti Teorema 2 ... 44

5. Contoh penggunaan Deret Taylor ... 46

6. Pelinearan model sistem pendulum terbalik dengan lintasan miring ... 47

7. Karakterisasi parameter sistem pendulum terbalik dengan lintasan datar ... 49

8. Karakterisasi parameter sistem pendulum terbalik dengan lintasan miring ... 54

9. Tabel panjang pendulum dan ekspresi analitik ... 61

10. Tabel panjang pendulum dan kemiringan lintasan ... 62

(16)

This document was created with Win2PDF available at http://www.daneprairie.com. The unregistered version of Win2PDF is for evaluation or non-commercial use only.

(17)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pada kehidupan sehari-hari sering terlihat anak-anak bermain dengan berusaha menegakkan dan menyeimbangkan sebuah tongkat di ujung jari. Secara terus-menerus mereka berusaha menyesuaikan posisi tangan agar tongkat tersebut tetap tegak. Tongkat yang terletak di atas jari anak tersebut merupakan contoh pendulum terbalik (inverted pendulum) yang pada dasarnya memiliki konsep yang sama dengan hal tersebut. Hanya saja pendulum terbalik bergerak dalam satu dimensi, sementara tangan dapat bergerak bebas ke atas, ke bawah, dan ke samping.

Ada dua jenis pendulum yaitu pendulum biasa (direct pendulum) dan pendulum terbalik (inverted pendulum). Dewasa ini pendulum biasa maupun pendulum terbalik merupakan alat yang sangat penting dalam pendidikan dan penelitian di bidang teknik pengendalian (control engineering) (Ogata 1990). Sistem pendulum memiliki karakteristik sebagai berikut :

1. Taklinear dan takstabil.

2. Dapat dilinearkan di sekitar titik kesetimbangan.

3. Kompleksitasnya dapat ditingkatkan melalui penambahan pendulum atau modifikasi lainnya.

4. Mudah diterapkan dalam sistem aktual

Karena karakteristik di atas berbagai teori pengendalian (control theory) banyak dievaluasi dan dibandingkan melalui pengujian sistem pendulum (Microrobot 2007). Banyak hasil penelitian dicapai melalui studi terhadap sistem pendulum. Di bidang teknik, pendulum biasa dan terbalik dipakai untuk memantau pergerakan fondasi bendungan, jembatan, dermaga dan struktur bangunan lainnya. Alat pengangkat peti kemas (cranes) bekerja atas dasar pendulum biasa. Selain itu pendulum terbalik dapat dimanfaatkan untuk mendeteksi usikan gelombang seismik dalam tanah yang disebabkan oleh aktifitas seismik-makro, oseanik, dan atmosferik (Taurasi 2005). Di bidang fisiologi dan ilmu olah raga, prinsip kerja pendulum terbalik banyak digunakan untuk mengkaji

(18)

2

keseimbangan gerak manusia (Loram et al. 2001; Loram & Lakie 2002; Loram et al. 2006).

Kajian terhadap aspek teoritis sistem pendulum pun banyak dilakukan. Sebagai contoh, di (Atay 1999) dipelajari masalah kestabilan asimtotik dengan menggunakan umpanbalik posisi, sedangkan di (Woodyatt et al. 1997) dikaji kendala-kendala fundamental dalam pengendalian sistem pendulum terbalik dengan dua-input dan dua-output. Sedangkan di (Chen et al. 2003) dibahas sistem pengendalian dengan umpan balik pada masalah tracking error yang mampu menstabilkan sistem dan sekaligus meminimumkan tracking error.

1.2 Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang tersebut di atas maka penelitian ini bertujuan untuk : 1.2.1 Memodelkan sistem pendulum terbalik dengan lintasan miring.

1.2.2 Melakukan karakterisasi terhadap parameter pendulum terbalik dengan lintasan miring pada masalah tracking error optimal.

(19)

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Sistem Pendulum Terbalik

Dalam penelitian ini diperhatikan sistem pendulum terbalik seperti pada Gambar 1 di mana sebuah pendulum terbalik dimuat dalam motor yang bisa digerakkan. Diasumsikan motor bergerak dalam satu dimensi, yaitu maju atau mundur dalam satu garis lurus, sedangkan pendulum diasumsikan hanya bergerak dalam bidang vertikal yang datar.

Gambar 1: Sistem Pendulum Terbalik dengan Lintasan Datar

Berat motor dinotasikan dengan M dan berat pendulum dengan m, satuannya dalam kilogram. Panjang pendulum dilambangkan dengan 2l dan satuannya dalam meter. Pendulum diasumsikan seragam (uniform) sehingga inersianya diberikan oleh I = 1 2

3ml . Diasumsikan friksi antara pendulum dengan

motor sebesar dan friksi antara motor dengan lintasan sebesar . Diasumsikan bahwa sudut yang dibentuk oleh pendulum adalah cukup kecil.

Persamaan gerak antara input kendali u, yang merupakan gaya yang bekerja pada motor, dengan posisi motor x terhadap titik awal dan sudut pendulum

diberikan oleh persamaan-persamaan berikut :

(M m x) ml x u (2.1)

2

4

0

(20)

4

2.2Tranformasi Laplace

Transformasi Laplace adalah suatu metode operasional yang dapat digunakan untuk menyelesaikan persamaan diferensial linear. Dengan menggunakan transformasi Laplace, persamaan diferensial linear dapat diubah ke dalam persamaan aljabar dalam peubah kompleks.

Definisi 1. Transformasi Laplace dari fungsi f(t) adalah

£f(t) 0 st

e

f t dt

F s

f(t)

fungsi waktu t s

peubah kompleks £

simbol operasi yang mengidikasikan bahwa persamaan

diubah dengan menggunakan integral Laplace

0 ( )

st

e f t dt

F(s) transformasi Laplace dari f(t),

dengan syarat f t kontinu bagian demi bagian pada t 0 dan berorde eksponensial saat t menuju takhingga, yaitu ada konstanta real positif sedemikian sehingga lim t 0

t e f t (Ogata 1990).

Sifat – sifat transformasi Laplace :

Misalkan £ f t F s dan £ g t G s , maka: 1. Sifat penjumlahan

£ f t( ) g t( ) F s( ) G s( ) 2. Sifat perkalian

Jika a R , maka: £af(t) a F(s) 3. Sifat turunan pertama

£

df t

sF s

f

0

dt

4. Sifat turunan kedua

£ 2 2

( )

( )

(0)

(0)

d f t

s F s

f

sf

dt

(21)

5 5. Sifat eksponensial £

1

at

e

s a

Bukti dari sifat-sifat di atas dapat dilihat di Lampiran 1.

2.3 Deret Taylor

Suatu sistem taklinear dapat dilinear menggunakan deret Taylor dengan mengasumsikan variabel mengalami deviasi yang kecil terhadap titik kesetimbangannya.

Definisi 2. Deret Taylor Satu Peubah

Andaikan f dan semua turunannya, f ',f'', f''', …, kontinu di dalam selang [a,b]. Misalkan x0 [ , ]a b , maka untuk nilai-nilai x di sekitar x0 dan x0 [ , ]a b , f(x) dapat diekspansi ke dalam deret Taylor sebagai berikut (Ogata 1990):

2 ( ) 0 0 0 0 0 0 0 ( ) ( ) ( ) ( ) ( ) '( ) ''( ) ... ( ) ... 1! 2! ! m m x x x x x x f x f x f x f x f x m .

Definisi 3. Deret Taylor Dua Peubah

Deret Taylor dua peubah merupakan fungsi dari dua buah masukanx1 dan x . 2 Sehingga nilai x1 dan x di sekitar 2 x1 dan x2 merupakan deret Taylor dua peubah sebagai berikut (Ogata 1990):

1 2 1 2 1 1 2 2 1 2 ( , ) ( , ) f ( ) f ( ) f x x f x x x x x x x x

2 2 2 2 2 1 1 1 1 2 2 2 2 2 2 1 1 2 2 1 ( ) 2 ( )( ) ( ) ... 2! f f f x x x x x x x x x x x x

di mana turunan-turunan parsialnya dihitung pada x1 x x1, 2 x . Di sekitar titik 2 kerja normal, bentuk-bentuk orde tinggi dapat diabaikan. Model matematika linear dari sistem taklinear ini di sekitar kondisi kerja normal selanjutnya diberikan oleh

1 2 1 2 1 1 1 2 2 2

( , ) ( , ) ( ) ( )

f x x f x x K x x K x x

(22)

6

1 1 2 2 1 1 x x x, x f K x , 1 1 2 2 2 2 x x x, x f K x .

2.4 Persamaan Ruang Keadaan

Bentuk standar persamaan ruang keadaan merupakan bentuk persamaan diferensial biasa berorde satu berdimensi n, dan persamaan keluaran (out put) dengan dimensi m, didefenesikan sebagai berikut (Ogata 1990):

Defnisi 4.

Diberikan sistem persamaan ruang keadaan dan persamaan keluaran berturut-turut sebagai berikut: , , , x t f x u t

(2.3) , , y t g x u t . (2.4)

Jika vektor fungsi f, g bergantung terhadap peubah t, maka persamaan (2.3) dan (2.4) disebut sistem parameter-berubah (time-varying). Jika sistem tersebut dilinierkan, maka persamaan linear ruang keadaan dan persamaan keluarannya dapat ditulis sebagai berikut:

x t A t x t B t u t , (2.5)

y t C t x t D t u t , (2.6)

dengan A t ,B t C t, ,D t merupakan matriks-matriks yang bergantung pada peubah t, sedangkan x adalah vektor peubah keadaan (variable state) dan y adalah keluaran (output)sistem serta u merupakan input kendali.

Jika vektor fungsi f, g tidak bergantung terhadap peubah t, maka persamaan (2.3) dan (2.4) disebut sistem parameter-konstan (time-invariant). Di dalam kasus ini persamaan (2.3) dan (2.4) dituliskan sebagai berikut:

, x t f x u ,

, y t g x u .

Jika sistem tersebut dilinearkan,maka persamaan linear ruang keadaan dan persamaan keluarannya adalah:

( ) ( ) ( )

x t Ax t Bu t , (2.7)

( ) ( ) ( )

(23)

7

dengan A,B,C,D adalah matriks-matriks bernilai real, x adalah vektor peubah keadaan (state variable), y adalah keluaran (output) sistem, dan u adalah input kendali.

Sistem pada persamaan (2.7) dan (2.8) dapat ditulis dalam bentuk , , ,

A B C D , untuk A Rn n,B Rn m,C Rr n, dan D Rr m

2.5 Fungsi Transfer

Fungsi transfer adalah suatu fungsi yang menghubungkan antara output sistem dengan input sistem.

Hasil transformasi Laplace dari (2.7) dan (2.8) adalah: sX(s) = AX(s) + BU(s),

Y (s) = CX(s) + DU(s).

Dengan demikian diperoleh fungsi transfer:

1 ( ) ( ) ( ) ( ) Y s P s C sI A B D U s

(2.9) Selanjutnya, interaksi antara u dan y dapat diungkapkan melalui diagram blok seperti pada Gambar 2.

Gambar 2: Diagram blok hubungan antara input dan output.

2.6 Pole dan Zero

Dari fungsi transfer seperti pada persamaan (2.9) dapat dituliskan dalam bentuk fungsi rasional sebagai berikut:

1 1 1 0 1 1 1 0 ... ( ) ( ) ( ) ... m m m m n n n b s b s b s b N s P s D s s a s a s a , (2.10) dengan pembilang N(s) dan penyebut D(s) adalah koprima. Pole dari sistem P didefinisikan sebagai akar dari persamaan D(s) = 0. Zero dari sistem P

(24)

8

didefinisikan sebagai akar dari persamaan N(s) = 0. Jika n > m maka sistem P memiliki sejumlah zero di takhingga.

Misalkan p dan z berturut-turut adalah pole dan zero dari P s , pole p disebut sebagai pole takstabil jika Re p 0, selain itu disebut pole stabil. Zero z disebut sebagai non minimum phase zero Re z 0, selain itu disebut zero stabil. Dapat dilihat bahwa dari persamaan (2.1) dan (2.2) dapat diperoleh

2 2 3 2 3 2 1 0 ( ) 4 3 3 ( ) : ( ) ( ) x X s s ml s gml P s U s s a s a s a s a , (2.11) 3 2 3 2 1 0 ( ) 3 ( ) : ( ) s mls P s U s a s a s a s a , (2.12) dengan 2 3 (4 ), a ml M m 2 2 3 ( ) 4 a M m ml , 1 3 3 ( ), a mgl M m 0 3 a mgl .

Di sini P s merupakan fungsi transfer antara input kendali u dengan posisi x( ) motor x dan P s merupakan fungsi transfer antara input kendali u dengan posisi ( ) sudut pendulum .

Jika diasumsikan tidak ada friksi antara motor dan pendulum serta tidak ada friksi antara motor dan lintasan, yaitu 0 , maka P s dan x( ) P s( ) memiliki pole takstabil di 3 ( ) (4 ) g M m p l M m (2.13) dan P s memiliki zero takstabil di x( )

3 , 4 g z z l . (2.14) Penurunan pole dan zero sistem pendulum terbalik dengan lintasan datar secara lengkap dapat dilihat pada Lampiran 2.

(25)

9

2.7 Kestabilan Definisi 3

Sistem = (A,B,C,D) seperti pada (2.7) dan (2.8) dikatakan 1. stabil jika lim sup ( )

x x t untuk setiap solusi x(t) dari

persamaan ( )x t Ax t ;

2. stabil asimtotik jika lim sup ( ) 0

x x t untuk setiap solusi x(t) dari persamaan

( ) ( ); x t Ax t

3. takstabil jika ia tidak stabil.

Dapat dilihat bahwa kestabilan tidak terkait dengan bagian manapun dari sistem selain dengan matriks A. Oleh karena itu, kestabilan dapat ditentukan dari spektrum matriks A (Lewis 2004).

Teorema 1

Diberikan sistem = (A,B,C,D) dengan A matriks berukuran n n yang memiliki akarciri 1, 2,..., n. Pernyatataan-pernyataan berikut berlaku:

1. Sistem stabil jika dan hanya jika Re i 0 untuk semua i = 1,2....,n 2. Sistem stabil asimtotik jika dan hanya jika Re i 0 untuk semua i = 1,2,…, n.

3. Sistem takstabil jika dan hanya jika Re i 0 untuk suatu i = 1,2,...,n (Lewis 2004).

Bukti: lihat Lampiran 3.

Teorema 2

Diberikan sistem P(s) yang memiliki pole p p1, 2,...,pn Pernyataan-pernyataan berikut berlaku:

1. Sistem P(s) stabil jika dan hanya jika Re pi 0 untuk semua i = 1,...,n.

2. Sistem P(s) stabil asimtotik jika dan hanya jika Re pi < 0 untuk semua i = 1,...,n

3. Sistem P(s) takstabil jika dan hanya jika Re pi > 0 untuk suatu i = 1,..., n

(26)

10

Bukti: lihat Lampiran 4.

2.8 Sistem Umpanbalik

Istilah umpanbalik digunakan untuk menjelaskan sebuah situasi di mana dua atau lebih sistem dinamik saling terhubung sedemikian sehingga setiap sistem mempengaruhi sistem lainnya. Umpanbalik memiliki banyak sifat menarik. Salah satunya adalah mampu membuat sistem taksensitif terhadap usikan dari luar.

Gambar 3: Sistem pengendalian dengan umpanbalik.

Sistem umpanbalik paling sederhana melibatkan tiga komponen, yaitu plant atau sistem P yang akan dikendalikan, controller atau pengendali K yang harus didesain sehingga menghasilkan input kendali tertentu, dan sensor F yang mencatat output sistem sebagai umpanbalik. Pada Gambar 3, r merupakan fungsi referensi bagi peubah yang akan dikendalikan, e merupakan galat (error) antara input referensi dan output sistem, yaitu e r Fy , dan d merupakan usikan yang bersifat eksogen.

Masalah utama dalam sistem umpanbalik adalah mendesain pengendali K sedemikian sehingga sistem menjadi stabil. Bentuk paling sederhana bagi umpanbalik u adalah

u Kx , (2.15) yaitu u merupakan kombinasi linear dari peubah keadaan x. Dengan menyubstitusikan (2.15) ke (2.3) diperoleh x (A BK x) . Dengan demikian K dipilih sehingga A BK memiliki akarciri seperti yang diinginkan. Masalah ini dikenal sebagai pole placement. Jika state x tidak tersedia maka dipilih umpanbalik u sebagai kombinasi linear dari output y, yaitu

u Ky , (2.16) sehingga diperoleh x (A BK I( DK)1C x)

(27)

11

2.9 Masalah Tracking Error

Perhatikan sistem umpanbalik seperti pada Gambar 4 di mana ditetapkan d(t) = 0, F(s) = 1, dan r merupakan fungsi tangga satuan (step function), yaitu :

( ) 1, 0

0, 0. t r t

t (2.18)

Gambar 4: Sistem pengendalian dengan umpanbalik pada masalah tracking error.

Masalah tracking error bertujuan untuk mendesain pengendali K yang menstabilkan sistem dan sekaligus meminimumkan tracking error, yaitu:

2 2

0 0

: ( ) [ ( ) ( )]

J e t dt r t y t dt (2.19) Dalam karya ilmiah ini, yang menjadi pokok perhatian bukanlah pada pendesainan pengendali optimal K melainkan pada ekspresi analitik pada J , * yaitu inf

K

(28)

BAB III

PEMODELAN SISTEM PENDULUM TERBALIK

3.1 Sistem Pendulum Terbalik dengan Lintasan Datar

Pada penelitian ini pertama kali yang dilakukan adalah menurunkan model sistem pendulum terbalik dengan lintasan datar seperti pada Gambar 5. Pendulum diasumsikan seragam (uniform) sehingga inersianya diberikan oleh I = 1 2

3ml .

Diasumsikan friksi antara pendulum dengan motor sebesar dan friksi antara motor dan lintasan sebesar .

Gambar 5: Sistem Pendulum Terbalik dengan Lintasan Datar

Persamaan gerak antara input kendali u, yang merupakan gaya yang bekerja pada motor, dengan posisi motor x terhadap titik awal, sudut pendulum maka model dapat diturunkan sebagai berikut :

1 Energi Kinetik

Energi kinetik pada motor:

2 1 . 2 m K Mx

Energi kinetik pada pendulum:

2 2 2 1 2 cos 2 3 p K mx mx ml .

Total energi kinetik:

m p K K K . 2 2 2 1 2 ( ) cos 2 3 K M m x mlx ml .

(29)

14 2 Energi Potensial

Energi potensial pada motor: 0

m

P .

Energi potensial pada pendulum: cos

p

P mgl .

Total energi potensial: cos

m p

P P P mgl .

3 Energi yang Hilang

Energi yang hilang pada motor:

2 1

1 2

D x .

Energi yang hilang pada pendulum:

2 2

1 2

D .

Total energi yang hilang:

2 2 1 2 1 ( ) 2 D D D x 4 Fungsi Lagrange L 1( ) 2 cos 2 2 2 cos 2 3 K P M m x mlx ml mgl

5 Persamaan Euler Lagrange

Misal q = (q1,q2) di mana q1 = x , 1 1 dq q dt dan q2 = ? , 2 2 dq q dt . Diperoleh: 1 ( ) cos L M m x ml q , 2 1 ( ) cos sin d L M m x ml ml dt q , 1 0 L q , 1 D x q ,

(30)

15

2 2 4 cos 3 L ml mlx q , 2 2 4 cos sin 3 d L ml mlx mlx dt q , 2 sin sin L mlx mgl q , 2 D q , 1 1 1 d L L D u dt q q q , 2 2 2 0 d L L D dt q q q .

Dengan menyubstitusikan suku-suku yang bersesuaian pada dua persamaan terakhir diperoleh: 2 (M m x) ml cos ml sin x u , (3.1) 2 4 cos sin 0 3ml mxl mgl . (3.2)

Karena model persamaan (3.1) dan (3.2) tersebut taklinear maka dilinearkan terlebih dahulu. Diasumsikan bahwa sudut yang dibentuk oleh pendulum adalah cukup kecil, sehingga sin , cos 1 dan 2 0 .

(lihat Lampiran 5)

Dengan demikian bentuk linear dari persamaan (3.1) dan (3.2) adalah sebagai berikut: (M m x) ml x u , (3.3) 2 4 0 3ml mlx mlg . (3.4)

3.2 Sistem Pendulum Terbalik dengan Lintasan Miring

Di bagian ini akan diturunkan model sistem pendulum terbalik dengan lintasan miring seperti pada Gambar 6, di mana lintasan pendulum membentuk sudut sebesar dari sumbu datar. Pendulum diasumsikan seragam (uniform)

(31)

16 sehingga inersianya diberikan oleh I = 1 2

3ml . Diasumsikan friksi antara pendulum

dengan motor sebesar dan friksi antara motor dan lintasan sebesar .

Gambar 6 : Sistem Pendulum terbalik dengan lintasan miring M = berat motor

m = berat pendulum ? = sudut pendulum a = sudut kemiringan jalan u = input kendali

Persamaan gerak antara input kendali u, yang merupakan gaya yang bekerja pada motor, dengan posisi motor x terhadap titik awal, sudut pendulum dan sudut kemiringan lintasan a dapat diturunkan sebagai berikut:

1 Energi Kinetik

Energi kinetik pada motor:

2

1 2

m

K Mx .

Energi kinetik pada pendulum:

2 2 1 2 cos( ) 2 3 p K mx mx ml .

Total energi kinetik:

m p K K K . 2 2 2 1 2 ( ) cos( ) 2 3 K M m x mlx ml . 2 Energi Potensial

Energi potensial pada motor:

µ = koefisien gesek antara motor dengan jalan

? = koefisen gesek antara motor dengan pendulum

g = koefisien gravitasi

(32)

17

0 m P .

Energi potensial pada pendulum:

cos( )

p

P mgl .

Total energi potensial:

cos( )

m p

P P P mgl .

3 Energi yang Hilang

Energi yang hilang pada motor:

2 1

1 2

D x .

Energi yang hilang pada pendulum:

2 2

1 2

D .

Total energi yang hilang:

2 2 1 2 1 ( ) 2 D D D x . 4 Fungsi Lagrange L 1( ) 2 cos( ) 2 2 2 cos( ) 2 3 K P M m x mlx ml mgl

5 Persamaan Euler Lagrange

Misal q = (q1,q2) dimana q1 = x , 1 1 dq q dt dan q2 = ? , 2 2 dq q dt

1 ( ) cos( ) L M m x ml q , 2 1 ( ) cos( ) sin( ) d L M m x ml ml dt q , 1 0 L q , 1 D x q , 2 2 4 cos( ) 3 L ml mlx q ,

(33)

18

2 2 4 cos( ) sin( ) 3 d L ml mlx mlx dt q , 2 sin( ) sin( ) L mlx mgl q , 2 D q , 1 1 1 ( ) sin d L L D u M m g dt q q q , 2 2 2 0 d L L D dt q q q .

Dengan menyubstitusikan suku-suku yang bersesuaian pada dua persamaan terakhir diperoleh:

2

(M m x) ml cos( ) ml sin( ) x u (M m g) sin , (3.5)

4 2

cos( ) sin( ) 0

3ml mxl mgl . (3.6)

Karena model persamaan (3.5) dan (3.6) tersebut taklinear maka dilinearkan terlebih dahulu. Diasumsikan bahwa sudut yang dibentuk oleh pendulum adalah cukup kecil, dengan demikian maka sin , cos 1, 2 0

danx 0 (lihat Lampiran 5). Diasumsikan juga bahwa x 0 0, x 0 0, 0 0 , 0 yang artinya berturut-turut adalah posisi awal motor ada di titik 0, motor bergerak dari keadaan diam, posisi awal pendulum adalah tegak lurus dengan bidang datar, dan pendulum bergerak dari keadaan diam.

Bentuk linear dari persamaan (3.5) dan (3.6) sebagai berikut:

(M m x) ml cos x u (M m g) sin , (3.7)

2

4

cos cos sin 0

3ml mlx mlg mlg . (3.8) Penurunan lengkap dari bentuk linear persamaan (3.7) dan (3.8) dapat dilihat di Lampiran 6.

Persamaan (3.7) dan (3.8) merupakan persamaan gerak antara input kendali u, yang merupakan gaya yang bekerja pada motor, dengan posisi motor x terhadap titik awal, sudut pendulum dan sudut kemiringan jalan a. Langkah selanjutnya

(34)

19 akan akan dicari pole dan zero dari persamaan gerak sistem pendulum terbalik dengan lintasan miring.

3.3 Pole dan Zero

Karena persamaan (3.7) dan (3.8) merupakan bentuk persamaan diferensial, maka untuk mempermudah penyelesaian persamaan tersebut diubah ke dalam bentuk persamaan aljabar dengan menggunakan transformasi Laplace.

Transformasi Laplace dari persamaan (3.7) dan (3.8) adalah:

2 2

(M m s X s) ( ) mls cos ( )s sX s( ) U s( ) (M m g) sin (3.9)

2 2 2

4

( ) ( ) cos ( ) cos ( ) sin

3ml s s s s mls X s mgl s mgl

(3.10)

Persamaan (3.19) dan (3.20) dapat ditulis dalam bentuk matriks sebagai berikut:

2 2 2 4 2 2 3 ( ) ( ) ( ) sin ( ) cos ( ) sin cos cos X s U s M m g M m s s mls s mgl mls ml s s mgl

1 2 2 2 4 2 2 3 ( ) ( ) cos ( ) ( ) sin

( ) cos cos sin

X s M m s s mls U s M m g s mls ml s s mgl mgl

2 2 2 4 3 2 2

( ) 1 cos cos ( ) ( ) sin

( ) cos ( ) sin X s ml s s mgl mls U s M m g s mls M m s s mgl

dengan 3 2 3 2 1 0 ( ) s a s a s a s a

di mana 4 2 2 2 2 3 3( ) cos a M m ml m l

2 4 2 3 ( ) a ml M m

1 ( ) cos a M m mgl

0 cos a mgl

Bentuk persamaan matriks di atas dapat dituliskan dalam bentuk persamaan matrik sebagai berikut:

2 2 2

4 3

2 2

( ) 1 cos cos ( ) ( ) sin

( ) cos ( ) 0 sin

X s ml s s mgl mls U s M m g

(35)

20 2 2 2 4 3 2 2 ( ) 1 cos cos ( ) ( ) cos ( ) 0 X s ml s s mgl mls U s s mls M m s s 2 2 2 4 3 2 2 ( ) sin cos cos 1 sin cos ( ) M m g ml s s mgl mls mgl mls M m s s

Selanjutnya dapat diperoleh:

2 2 2 4 3 2 2 ( ) 1 cos cos ( ) ( ) cos ( ) 0 X s ml s s mgl mls U s s mls M m s s 2 2 4 3 2 ( ) 1 cos ( ) ( ) cos X s ml s s mgl U s s mls Dengan demikian, 2 2 4 3 3 2 3 2 1 0 cos ( ) ( ) : ( ) ( ) x ml s s mgl X s P s U s s a s a s a s a

2 3 2 3 2 1 0 ( ) cos ( ) : ( ) ( ) s mls P s U s s a s a s a s a

Diasumsikan tidak ada friksi antara motor dan pendulum serta tidak ada friksi antara motor dan lintasan, yaitu 0 , maka Px(s) dan P?(s) memiliki pole

takstabil di 2 2 4 3 2 4 2 2 2 2 2 3 cos ( ) [ ( ) cos ] ( ) cos x ml s mgl P s s M m ml m l s M m mgl , (3.11) 2 2 2 2 2 4 3 cos ( ) [ ( ) cos ] ( ) cos ml P s M m ml m l s M m mgl . (3.12)

Dapat dilihat dengan mudah bahwa jika 0 , maka bentuk persamaan (3.11) dan (3.12) akan tereduksi menjadi:

2 2 3 2 3 2 1 0 ( ) 4 3 3 ( ) : ( ) ( ) x X s s ml s gml P s U s s a s a s a s a , 3 2 3 2 1 0 ( ) 3 ( ) : ( ) s mls P s U s a s a s a s a , seperti pada persamaan (2.11) dan (2.12) pada kasus sistem pendulum terbalik dengan lintasan datar.

(36)

21

Menentukan Zero

Pada bagian ini akan ditentukan zero dari fungsi transfer P s dan x( ) P s pada ( ) persamaan (3.11) dan (3.14) a. Zero dari P sx( )

2 2 4 cos 0 3ml s mgl

2 2 4ml s 3mglcos

2 2 3 cos 4 mgl s ml

2 3 cos 4 g s l 3 cos 4 g s l

Jadi non minimum phase zero dariP s adalah: x( ) 3 cos 4 g z l

(3.13) Jika 0 maka bentuk persamaan (3.13) akan tereduksi menjadi:

3 4 g z

l seperti pada persamaan (2.14) b. Zero dari P s( ) cos 0 ml

0 s

Jadi P s tidak mempunyai non minimum phase zero ( )

Menentukan Pole

Selanjutnya akan ditentukan pole dari fungsi transfer P s dan x( ) P s( )

2 4 2 2 2 2 2 ( ) cos cos 0 3 s M m ml m l s M m mgl 2 2 2 2 2 2 4( ) 3 cos 3 cos 0 s M m ml m l s M m mgl 2 0

(37)

22 2 2 2 3( ) cos 4( ) 3 cos M m mgl s M m m ml 2 3 ( ) cos 4( ) 3 cos g M m s l M m m

Jadi pole tak stabil dari P s danx( ) P s adalah: ( )

2 3 ( ) cos 4( ) 3 cos g M m p l M m m

(3.14)

Jika 0 maka bentuk persamaan (3.14) akan tereduksi menjadi:

3 ( )

(4 )

g M m p

(38)

BAB IV

KARAKTERISASI PARAMETER PADA MASALAH

TRACKING ERROR OPTIMAL

4.1 Ekspresi Analitik

Pada bagian ini akan dibahas karakterisasi parameter pada masalah tracking error optimal. Pengendalian posisi motor x dan ekspresi analitik dari J yang akan menjadi pusat perhatian dalam karya ilmiah ini. Ekspresi analitik dari J diberikan oleh Teorema 3 berikut ini:

Teorema 3

Misalkan sistem P(s) memiliki pole takstabil pk (k = 1, ... , np) dan zero takstabil zi

(i = 1, ... , nz). Ekspresi analitik bagi

* 2 0 inf ( ) K J e t dt diberikan oleh * 2 1 , 1 2 Re 4 Re Re ( ) p z n n i k l k l k i i k l k l k l l z p p J p p p p b b z di mana 1; 1 : l k; 2 k l p p p k p p p l k n b n

1 : 1 z i k i k n z p k z p i

Bukti : lihat Chen et al. 2003.

Akibat 1

( )

x

P s pada kasus ini hanya memiliki satu pole takstabil p dan satu non minimum phase zero z, maka :

2 2 2 2 4 2 p J z pp 2 2 2 z p

(4.1) dengan 1 z p z p

(39)

24

2 2 2 4 ( ) p z p

Sehingga dengan menyubstitusi 2 ke dalam persamaan (4.1) didapat

2 2 2 2 2 4 2 p J z p z zp p

2 2 2( ) ( ) z p J z z p

(4.2) Akibat 2

Jika P s memiliki dua pole takstabil p p1, 2 dan satu non minimum phase zero z, maka : 2 2 1 1 2 2 2 2 1 1 1 2 1 2 2 2 2 2 8 2 J z p b p p b b p b

(4.3) dengan 2 1 1 2 1 p p b p p , 2 2 1 2 1 2 2 1 p p b p p , 1 2 2 1 2 p p b p p , 2 1 2 2 2 2 1 2 p p b p p , 1 1 1 1 z p z p , 2 2 1 1 2 1 4 p z p , 2 2 2 1 z p z p , 2 2 2 2 2 2 4 p z p . Dengan menyubstitusi 2 2 2 2 1, 2, 1, 2, 1, 2, 1, 2 b b b b ke dalam persamaan (4.3) di dapat: 2 2 1 2 1 1 2 1 2 2 1 2 2 2 2 2 2 1 1 2 1 2 2 1 1 1 2 2 8 16 8 2 p p p p p p p p p p J z p p z p p p p p z p z p p p z p

4.2Tracking Error Optimal

Sudah ditunjukkan bahwa sistem pendulum terbalik dengan lintasan miring memiliki satu pole takstabil dan satu non minimum phase zero seperti diberikan

(40)

25

oleh persamaan (3.13) dan (3.14), maka berdasarkan akibat 1 tracking error optimal diberikan oleh:

2 2 2 2 3 cos 3 ( ) cos 2 4 4( ) 3 cos

3 cos 3 cos 3 ( ) cos

4 4 4( ) 3 cos g g M m l l M m m J g g g M m l l l M m m (4.4)

Dari persamaan (4.4) dapat disederhanakan menjadi:

2 2 3 4 2 3 4 cos 4 3 cos cos M m m M m l J g M m m M m (4.5) Selanjutnya diasumsikan m m l

l dengan m massa pendulum, l panjang pendulum dan ”massa jenis pendulum”. Persamaan (4.5) menjadi:

2 2 3 4 2 3 4 cos 4 3 cos cos M l l M l l J g M l l M l . (4.6) Bentuk berikut: 2 3 4 2 3 4 cos cos M l l M l M l l M l

dapat dirasionalkan penyebutnya sehingga menjadi:

2 2 3 4 2 3 4 cos cos M l l M l l Sehingga persamaan (4.6) menjadi:

2 2 2 3 4 2 3 4 cos 4 3 cos cos M l l M l l J g l

dan dapat disederhanakan menjadi:

3 2 9 2 4 2 3 4 2 64 cos 9 3 cos l J M l l M l g . (4.7)

Selanjutnya akan dicari l dengan menyelesaikan persamaan dJ 0 dl

(41)

26 Misalkan 3 2 9 2 2 64 9 3 cos l w g maka 5 9 2 2 2 32 ' 3 3 cos w g l

4 2 3 4 cos v M l l M l maka 2 3 2 3 4 2 3 4 4 3cos ' 4 cos 2 8 cos v M l l M l M l M l l 5 9 2 2 4 2 3 4 2 32 cos 3 3 cos M l l M l dJ dl g l 3 9 2 2 3 2 3 2 4 2 3 2 4 256 cos 4 3cos 2 9 3 cos 8 cos M l l M l M l g l M l l

Dengan demikian berakibat:

5 9 2 2 4 2 3 4 2 32 cos 3 3 cos M l l M l g l 3 9 2 2 3 2 3 2 4 2 3 2 4 256 cos 4 3cos 2 9 3 cos 8 cos M l l M l M l g l M l l

yang selanjutnya dapat disederhanakan menjadi:

2 2 2 2 2

4 3cos l 8 3cos lM 60M 0.

Penyelesaian bagi l adalah:

2

2 2 2 2 2 2 2

1,2 2 2

8 3cos 8 3cos 240 4 3cos

2 4 3cos

M M M

l

2 2 4

1,2 2

8 3cos 1024 768 cos 9 cos

8 6 cos

M M

l

2 2 4

1 2

8 3cos 1024 768 cos 9 cos

8 6 cos

M l

(42)

27

2 2 4

2 2

8 3cos 1024 768 cos 9 cos

8 6 cos

M l

Jadi panjang pendulum minimal adalah

2 2 4

2

8 3cos 1024 768 cos 9 cos

8 6 cos

M

l

2 2 4

2

8 3cos 1024 768 cos 9 cos

8 6 cos m

M

(4.8) Penurunan secara lengkap dapat dilihat pada Lampiran 8.

Dapat dilihat bahwa jika 0 , maka ekspresi akan tereduksi menjadi: 265 5 2 m M

(4.9) Persamaan (4.8) menunjukkan bahwa rasio antara massa pendulum dan massa motor adalah konstan. Sehingga tracking error optimal dapat dicapai sepanjang rasio antara massa pendulum dan massa motor adalah konstan, tanpa memandang bahan dari pendulum.

(43)

BAB V

SIMULASI

Pada karya ilmiah ini bahan pendulum yang digunakan adalah platina. Bahan platina dipilih karena platina mempunyai massa jenis yang cukup besar bila dibandingkan dengan bahan yang lain, yaitu sebesar 21450 kg/m3 (Kittel 2005).

Dengan asumsi pendulum berbentuk silinder berjari-jari (0,5 .10-2) meter dan panjang pendulum 2l, maka volum pendulum:

2 2 V r l

3 2 (5 10 ) 2 V l

6 2 25 10 V l

5 5 10 V l .

Selanjutnya akan dicari nilai dari sebagai berikut: m V

5 5 5 10 5 10 m m l l

Jadi nilai adalah :

5

5 10

di mana

= massa jenis pendulum m = massa pendulum V = volum pendulum

Jika pendulum terbuat dari platina yang mempunyai massa jenis 21450 kg/m3, maka 107250 .10 . Dengan mengambil 5 3,14 maka nilai

3, 3677 .

Dengan mengambil M = 1 maka dapat ditentukan panjang pendulum minimal untuk sistem pendulum terbalik dengan lintasan datar yaitu 1, 675 meter. Sedangkan untuk sistem pendulum terbalik dengan lintasan miring 450 diperoleh

2 0 2 0 4 0

2 0

8 3cos 45 1024 768 cos 45 9 cos 45 1 8 6 cos 45 3, 3677

(44)

29 2 2 4 2 8 3(0, 7071) 1024 768(0, 7071) 9(0, 7071) 8 6(0, 7071) 3, 3677 l l = 1,119 meter.

Secara lengkap perbandingan sudut kemiringan lintasan dan panjang pendulum minimal yang diperlukan l dapat dilihat Gambar 7.

Pada Gambar 7 disimulasikan nilai tracking error optimal J dan panjang pendulum minimal l pada lintasan yang besar sudut kemiringannya berbeda-beda.

Hasil dari simulasi antara nilai tracking error optimal J dan panjang pendulum optimal l pada lintasan yang besar sudut kemiringannya berbeda-beda dapat dilihat pada Gambar 7 sebagai berikut:

TRACKING ERROR 0 50 100 150 200 250 300 350 400 450 500 0.1 0.4 0.7 1 1.3 1.6 1.9 2.2 2.5 2.8

panjang pendulum optimal (l)

tr a ck in g er ro r o p ti m a l (J ) Jd J45 J30 J15 J12

Gambar 7: Grafik masalah tracking error Dari gambar di atas dapat dilihat:

1. Pada lintasan datar panjang pendulum minimal 1,7 meter dengan J = 15,5085 2. Pada lintasan miring dengan sudut kemiringan 100 panjang pendulum minimal

1,6 meter dengan J = 17,27245

3. Pada lintasan miring dengan sudut kemiringan 150 panjang pendulum minimal

(45)

30 4. Pada lintasan miring dengan sudut kemiringan 300 panjang pendulum minimal

0,7 meter dengan J = 96,19386

5. Pada lintasan miring dengan sudut kemiringan 450 panjang pendulum minimal

1,1 meter dengan J = 120,7843

Hasil secara lengkap simulasi dapat dilihat pada Lampiran 9.

Jadi jika pendulum sangat pendek maka nilai J sangat besar. Jika panjang pendulum diperpanjang, maka nilai J semakin kecil. Kejadian ini berlaku sampai pada satu titik minimum. Setelah itu akan berubah, yaitu jika pendulum semakin panjang maka nilai J semakin besar. Tracking error optimal juga dipengaruhi oleh sudut kemiringan lintasan. Jika sudut kemiringan lintasan semakin besar maka nilai optimumnya juga semakin besar. Ini berarti bahwa semakin miring lintasan, maka semakin sulit sistem untuk dikendalikan dan distabilkan.

Selain itu juga disimulasikan panjang pendulum optimal l dan lintasan yang besar sudut kemiringannya berbeda-beda lihat Gambar 8.

Hasil dari simulasi antara panjang pendulum optimal l dan lintasan yang besar sudut kemiringannya berbeda-beda dapat dilihat pada Gambar 8 berikut:

PANJANG PENDULUM DAN KEMIRINGAN LINTASAN

0.8 1 1.2 1.4 1.6 1.8 0 7.5 15 22.5 30 37.5 45 52.5 60 67.5 75 82.5 90

sudut ke miringan lintasan (dalam de rajad)

p a n ja n g p e n d u lu m (d a la m m e te r ) l

Gambar 8: Grafik panjang pendulum optimal dan sudut kemiringan lintasan

Dari Gambar 8 di atas dapat dilihat bahwa panjang pendulum minimal yang diperlukan sangat dipengaruhi oleh besar sudut kemiringan lintasan. Apabila sudut kemiringan lintasan semakin besar, maka panjang pendulum semakin kecil.

(46)

BAB VI

SIMPULAN

Dari penelitian ini dapat disimpulkan sebagai berikut :

1. Diturunkan model sistem pendulum terbalik dengan lintasan datar dan model sistem pendulum terbalik dengan lintasan miring. Kedua model tersebut merupakan persamaan gerak antara input kendali u, yang merupakan gaya yang bekerja pada motor dengan posisi motor x terhadap titik awal dan sudut pendulum .

2. Tracking error optimal dipengaruhi oleh sudut kemiringan lintasan. Jika sudut kemiringan lintasan semakin besar, maka tracking errornya juga semakin besar.

3. Panjang pendulum optimal dipengaruhi oleh sudut kemiringan lintasan. Hubungan antara panjang pendulum optimal dan sudut kemiringan lintasan berbanding terbalik. Sudut kemiringan lintasan semakin besar maka panjang pendulum optimal semakin pendek.

4. Tracking error optimal dapat dicapai sepanjang rasio antara massa pendulum dan massa motor adalah konstan, tanpa memandang bahan dari pendulum.

(47)

DAFTAR PUSTAKA

Atay FM, Balancing the inverted pendulum using position feedback, App. Math. Lett., vol. 12, pp. 51–56;1999.

Chen J, Hara S, and Chen G , ”Best tracking and regulation performance under control energy constraint,” IEEE T. Automat. Contr., vol. 48, no. 8, pp. 1320– 1336; 2003.

Hara S dan Kogure C , ”Relationship between H2 control performance limits and RHP pole/zero locations,” Proc. 2003 SICE Annual Conference, Fukui, Japan, pp. 12421246; 2003

Kittel C. Introduction to Solid State Physics. Eighth Edition. John Wiley & Sons, Inc; 2005.

Lewis AD. A Mathematical Approach to Classical Control, Canada: Departement of Mathematics and Statistics Queen’s University Kingston; 2004.

Loram ID dan Lakie M , ”Human balancing of an inverted pendulum:

position control by small, ballistic-like, throw and catch movements,”J. Physiol., 540.3, pp. 1111-1124; 2002.

Loram ID, Gawthrop PJ, dan Lakie M , ”The frequency of human, manual adjustments in balancing an inverted pendulum is constrained by intrinsic physiological factors,” J. Physiol., 577.1, pp. 417-432; 2006.

Loram ID, Kelly SM, dan Lakie M , ”Human balancing of an inverted pendulum: is sway size controlled by ankle impedance?” J. Physiol., 532.3, pp. 879-891; 2001.

Microrobot Co.L.td,” MP-2000 ( MR-010 )Inverted Pendulum System Manual”, , http//www.active-robots.com/produck/inverted-pendulum/ip-manual.pdf, [21 Des 2007]

Ogata K. Modern Control Engineering, Second Edition. Minnesota: University of Minnesota; 1990.

Ogata K. Teknik Kontrol Automatik. Jilid 1,2. Edi Laksono, penerjemah; Bandung: ITB; 1985. Terjemahan dari:” Modern Control Engineering”. Taurasi I, Inverted Pendulum Studies for Seismic Attenuation, SURF Final Report

LIGO T060048-00-R, California Institute of Technology, USA; 2005.

Woodyatt AR, Middleton RH, and Freudenberg JS, Fundamental Constraints for the Inverted Pendulum Problem, Technical Report EE9716, Department of Electrical and Computer Engineering, the University of Newcastle, Australia; 1997

(48)

35

Lampiran 1

Bukti Sifat-sifat Transformasi Laplace

Sifat – sifat transformasi Laplace :

Misalkan £ f t F s dan £ g t G s , maka: 1. Sifat penjumlahan £ f t( ) g t( ) F s( ) G s( ) Bukti: £ 0 st

f t

g t

e

f t

g t dt

0 0 st st e f t dt e g t dt

£f(t) + £g(t) F(s) + G(s) 2. Sifat perkalian Jika a R , maka: £af(t) a F(s) Bukti: £ af(t) 0 st e af t dt

0 st a e f t dt

f(t) a F(s) 3. Sifat turunan pertama

£

0

df t

sF s

f

dt

Bukti: £ 0 0

( )

( )

( )

lim

b st st b

df t

df t

df t

e

dt

e

dt

dt

dt

dt

Misalkan fungsi f t dan turunannya adalah kontinu di dalam selang terbatas, maka :

Misal u e st

st

(49)

36

df t dv dt

v f t maka dengan integral parsial diperoleh:

0 0 0

( )

( )

( )

b st

df t

st b b st

e

dt

e

f t

s

e

f t dt

dt

0 0 st sb s e f t dt f e f b Akan ditunjukkan lim sb 0

b e f b

Karena f t eksponensial berorder e , maka ada konstanta M dan T yang t memenuhi: t t Me f t Me

atau st t st st t e Me e f t e Me

s t st s t Me e f t Me untuk t T

Karena T cukup besar t T , fungsi e stf t terbatas diantara dua fungsi untuk s mendekati 0 ketika t . Sehingga e stf t juga mendekati 0 ketika t , jadi lim sb 0

b e f b

£ df t sF s f 0 0 dt

( ) (0) sF s f 4. Sifat turunan kedua

£ 2 2

( )

( )

(0)

(0)

d f t

s F s

f

sf

dt

Bukti: £ 2 2 0

( )

st

( )

d f t

d f t

e

dt

dt

dt

0 0

( )

( )

st

df t

st

df t

e

s

e

dt

dt

dt

(0)f s £ df t( ) dt

(50)

37

2 ( ) (0) (0) s F s f sf

5. Sifat eksponensial £

1

at

e

s a

Bukti: £ 0 at st at

e

e e dt

( ) 0 s a t

e

dt

( ) 0 1 s a t e s a

0 1 e e s a

1 0 1 s a

1 s a

(51)

(52)

35

Lampiran 1

Bukti Sifat-sifat Transformasi Laplace

Sifat – sifat transformasi Laplace :

Misalkan £ f t F s dan £ g t G s , maka: 1. Sifat penjumlahan £ f t( ) g t( ) F s( ) G s( ) Bukti: £ 0 st

f t

g t

e

f t

g t dt

0 0 st st e f t dt e g t dt

£f(t) + £g(t) F(s) + G(s) 2. Sifat perkalian Jika a R , maka: £af(t) a F(s) Bukti: £ af(t) 0 st e af t dt

0 st a e f t dt

f(t) a F(s) 3. Sifat turunan pertama

£

0

df t

sF s

f

dt

Bukti: £ 0 0

( )

( )

( )

lim

b st st b

df t

df t

df t

e

dt

e

dt

dt

dt

dt

Misalkan fungsi f t dan turunannya adalah kontinu di dalam selang terbatas, maka :

Misal u e st

st

(53)

36

df t dv dt

v f t maka dengan integral parsial diperoleh:

0 0 0

( )

( )

( )

b st

df t

st b b st

e

dt

e

f t

s

e

f t dt

dt

0 0 st sb s e f t dt f e f b Akan ditunjukkan lim sb 0

b e f b

Karena f t eksponensial berorder e , maka ada konstanta M dan T yang t memenuhi: t t Me f t Me

atau st t st st t e Me e f t e Me

s t st s t Me e f t Me untuk t T

Karena T cukup besar t T , fungsi e stf t terbatas diantara dua fungsi untuk s mendekati 0 ketika t . Sehingga e stf t juga mendekati 0 ketika t , jadi lim sb 0

b e f b

£ df t sF s f 0 0 dt

( ) (0) sF s f 4. Sifat turunan kedua

£ 2 2

( )

( )

(0)

(0)

d f t

s F s

f

sf

dt

Bukti: £ 2 2 0

( )

st

( )

d f t

d f t

e

dt

dt

dt

0 0

( )

( )

st

df t

st

df t

e

s

e

dt

dt

dt

(0)f s £ df t( ) dt

(54)

37

2 ( ) (0) (0) s F s f sf

5. Sifat eksponensial £

1

at

e

s a

Bukti: £ 0 at st at

e

e e dt

( ) 0 s a t

e

dt

( ) 0 1 s a t e s a

0 1 e e s a

1 0 1 s a

1 s a

Gambar

Gambar 1: Sistem Pendulum Terbalik dengan Lintasan Datar
Gambar 2: Diagram blok hubungan antara input dan output.
Gambar 3: Sistem pengendalian dengan umpanbalik.
Gambar 4: Sistem pengendalian dengan umpanbalik pada masalah  tracking error.
+7

Referensi

Dokumen terkait

Bcrisi data-data yang digunakan dalam pembelajaran, seperti nama-nama obyek yang ditemui dalam setiap kategori yang sudah ditentukan, disertai dengan pengucapan dalam Bahasa

Menurut pendapat Keynes, pada umumnya investasi yang dilakukan oleh para Menurut pendapat Keynes, pada umumnya investasi yang dilakukan oleh para pengusaha

a) Potensi bahaya: kontaminasi kimia, bakteri patogen dan benda asing karena kesalahan penanganan. b) Potensi cacat mutu: kemunduran mutu kesalahan penanganan. c)

Besar faktor beban ini didefinisikan sebagai perbandingan antara daya beban rata-rata dengan daya beban maksimum (beban puncak) yang terjadi..

Sebagai konpensasinya maka perlu dipasang kapasitor bank, baik oleh penyedia tenaga listrik maupun perusahaan / industry pada umumnya dan untuk rumah tangga atau

In specific, the research questions of the study address how maturity, strategic field position and identity of an organization in the payment service industry affect its experience

Dengan memanjatkan puji syukur Alhamdulillah kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga pada kesempatan ini peneliti dapat

Surat berharga yang diklasifikasikan ke dalam kelompok dimiliki hingga jatuh tempo dinyatakan di neraca sebesar biaya perolehan setelah ditambah atau dikurangi dengan saldo premi atau