• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN KOLABORATIF UNTUK PENINGKATAN HASIL BELAJAR GAMBAR TEKNIK DI SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN KOLABORATIF UNTUK PENINGKATAN HASIL BELAJAR GAMBAR TEKNIK DI SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

235

bengkel, dan menjadi referensi di dalam me-ngembangkan suatu rancangan ulang bengkel.

DAFTAR RUJUKAN

Arief S Sadiman. 2003. Media Pendidikan, Pengertian, Pengembangan dan Peman-faatan. Jakarta: CV Rajawali

Astika.2008. Ergonomi. Diakses dari http:// www.balihesg.org/index2.php?option=co m_content&do_pdf=1&id=314.pdf Hani, Lutfi.2011. Ergonomi. Diakses dari

http://www.indonesiapower.co.id/index.p hp?view=article&id=1592%3Aergonomi &format=pdf.

Hirano, Hiroyuki. 1995. Penerapan 5S di Tempat Kerja. (Paulus A. Setiawan. Terje-mahan). Jakarta: PQM Consultans James, Apple M. 1990. Tata Letak Pabrik dan

Pemindahan Bahan.Bandung: ITB Kader, Mokhtar. 2010. Kursus Kesadaran.

Diakses dari 5S.www.utm.my/registrar/ images/Notaptk07_15_5s.pdf

Miarso, Yusuf Hadi. 1986. Teknologi Pendidikan. Jakarta : CV. Rajawali MPC. 2010. Amalan Perserikaran Berkualiti

Melalui Pendekatan 5S. Diakses dari http://www/mswp.gov.my/mswp/image s/stories/5S/ceramah%205s.pdf

Oemar Hamalik. 1986. Media Pendidikan. Bandung: Alumni

Parkes, KR.1993.Human Factors, Shift, Work and Alertness inthe Offshore Oil Industry. Diakses dari http://www.hse.gov.uk/re-search/othpdf/200-399/oth389.pdf

Reason, J. 1990. Human Error. Diakses dari http://digilib.its.ac.id/public/ITSUndergra duate-94412505 100119 Paper.pdf

Rinanto, Andre. 1984. Peranan Media Audio Visual dalam Pendidikan. Yogyakarta: Yayasan Kanisius.

PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN KOLABORATIF UNTUK

PENINGKATAN HASIL BELAJAR GAMBAR TEKNIK

DI SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN

Zainur Rofiq, Urip Widodo, Dandhi Fajartanni

Jurusan Pendidikan Teknik Mesin FT UNY Email: zainur_rofiq@uny.ac.id

ABSTRACT

The objective of the study is to find out the effect of the instructional model and the cognitive style on the Vocational High School students’ learning outcomes. The model of this study was collaborative and direct. The students’ cognitive style were field independent and field dependent types. This study was conducted in SMKN 3 Yogyakarta by using the 2x2 factorial experiment design. The samples were 132 students of SMKN 3 Yogyakarta who were selected by multistage random sampling. The results of the study showed that (1) the learning outcomes of the students treated with the collaborative model is higher than those who were treated with the direct model in the subject of interpreting technical drawing (2) there was a significant interactional effect between the instructional model and the cognitive style, (3) the learning outcomes of field independent students who were treated with the collaborative model were higher than those who were treated with the direct model, (4) the learning outcomes of field dependent students who were treated with the collaborative model were not significantly different than those who were treated with the direct model.

Keywords: cognitive style, instructional model, interpreting technical drawing, learning outcomes

ABSTRAK

Tujuan penelitian ini adalah menemukan pengaruh model pembelajaran dan gaya kognitif pada hasil belajar siswa Sekolah Menengah Kejuruan (SMK). Model pembelajaran dalam penelitian ini adalah model pembelajaran kolaboratif dan model pembelajaran langsung. Gaya kognitif siswa adalah gaya kognitif field

independent dan field dependent. Penelitian ini dilaksanakan di SMKN 3 Yogyakarta dengan menggunakan

eksperimen desain faktorial 2x2. Jumlah sampel dalam penelitian ini sejumlah 132 siswa SMKN 3 Yogyakarta yang diambil secara multistage random sampling. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa (1) Hasil belajar siswa yang diberi perlakuan model pembelajaran kolaboratif lebih tingi dari pada hasil belajar siswa yang diberi perlakuan model pembelajaran langsung pada mata pembelajaran Membaca Gambar Teknik, (2) Terdapat interaksi antara model pembelajaran dan gaya kognitif pada siswa SMK, (3) Hasil belajar siswa yang mempunyai gaya kognitif field independent dan diberi perlakuan model pembelajaran kolaboratif lebih tinggi daripada mereka yang diberi perlakuan model pembelajaran langsung, (4) Hasil belajar siswa yang mempunyai gaya kognitif field

dependent dan diberi perlakuan model pembelajaran kolaboratif tidak berbeda secara signifikan dengan siswa yang

diberi perlakuan model pembelajaran langsung.

Kata kunci: gaya kognitif, hasil belajar, membaca gambar teknik, model pembelajaran

PENDAHULUAN

Polemik tentang kualitas lulusan Seko-lah Menengah Kejuruan (SMK), selama ini semakin berkembang sedemikian rupa yang

muaranya pada kondisi yang belum meme-nuhi tuntutan pasar kerja. Di sisi lain pergese-ran paradigma dan apresiasi terhadap ilmu pe-ngetahuan menempatkan sumber daya manusia yang berkualitas (knowledge worker) sebagai

(2)

236

asset utama dan kunci penting dalam perusahaan. Pergeseran paradigma ini juga mendorong pe-rubahan besar dalam sikap dan kebiasaan belajar bagi pelaku belajar yang harus secara aktif dengan cara belajar learning how to learn,namun demikian perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi saat ini tampaknya kurang mendapat respon dari SMK. Peran guru sebagai faktor uta-ma dan “peuta-main kunci” dalam proses pem-belajaran, sedangkan siswa sangat pasif dan hanya sebagai “penonton” masih sering dijumpai dalam proses pembelajaran di SMK.

Kecenderungan terhadap model pem-belajaran yang selama ini berlangsung perlu diadakan pembenahan dan dikembangkan sehingga lebih memacu kreativitas dan keaktifan siswa. Siswa SMK yang diharap-kan menjadi tenaga professional tingkat menengah sebaiknya juga dikenalkan dengan cara-cara kerja para profesional yang ada di industri, dengan demikian akan lebih mem-permudah para lulusan setelah memasuki dunia kerja. Cara-cara kerja di industri yang sangat menuntut kreativitas, kerjasama dan keaktifan itulah yang seharusnya diadopsi dalam model-model pembelajaran di SMK. Model pembelajaran mempunyai peranan yang sangat penting dalam menentukan kua-litas pembelajaran. Seels dan Richey (1994: 31) menjelaskan model pembelajaran seba-gai spesifikasi untuk menyeleksi dan me-ngurutkan peristiwa dari suatu kegiatan pem-belajaran sehingga termasuk salah satu kom-ponen dari domain design.

Berdasarkan penjelasan di atas, pe-ngembangan model pembelajaran seharus-nya lebih merangsang siswa untuk lebih aktif dalam meningkatkan kecakapan sosial yang pada akhirnya dapat meningkatkan prestasi belajar siswa. Kecakapan sosial ini dapat berbentuk kecakapan berkomunikasi dan kecakapan bekerjasama. Kecakapan seperti ini juga merupakan kecakapan yang dibutuh-kan di dunia kerja dan industri, karena di industri para profesional selalu bekerja secara berkelompok dan bersinergi untuk menyelesaikan suatu proyek atau pekerjaan

tertentu. Dengan demikian, SMK seharusnya mampu mengembangkan model-model pem-belajaran yang dapat meningkatkan prestasi siswa melalui interaksi yang positip antar sesama siswa, bekerjasama, bekerja dalam kelompok, bersinergi untuk menyelesaikan suatu pekerjaan.

Hasil wawancara peneliti dengan para guru praktik pemesinan SMK di BLPT Yogyakarta dan pengamatan peneliti ter-hadap proses pembelajaran praktik per-mesinan pada tanggal 3 Oktober 2011 me-nunjukkan bahwa kemampuan membaca gambar teknik mesin siswa SMK progam studi Teknik Mesin masih rendah, sehingga guru praktik harus menerangkan secara detail tentang maksud dari gambar kerja sebelum para siswa melaksanakan praktik pemesinan. Penjelasan guru tentang gambar kerja secara detail tersebut tentunya akan mengurangi waktu yang seharusnya dapat dipakai siswa untuk melakukan praktik pemesinan.

METODE

Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen, yang dilaksanakan dengan me-nggunakan rancangan grup faktorial 2x2. Populasi target dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas II SMK Negeri Program Studi Teknik Mesin Yogyakarta. Jumlah populasi adalah 2 sekolah yaitu SMKN 2 dan SMKN 3 Yogyakarta. Populasi terjangkau adalah siswa kelas 2 SMKN 3 Yogyakarta, jumlah populasi sebanyak 198 siswa yang menyebar dalam 6 kelas. Setiap kelas terdiri dari 33 siswa. Sebagian dari 6 kelas tersebut diambil untuk dijadikan sampel penelitian.

Instrumen pengukuran hasil belajar Membaca Gambar Teknik Mesin berupa tes kemampuan (achievement test) dalam bentuk pilihan ganda (multiple choice) yang di-kembangkan oleh peneliti. Instrumen ini dikembangkan berdasarkan dua faktor, yaitu tujuan pembelajaran yang direfleksikan oleh pokok-pokok bahasan dalam mata pelajaran

Membaca Gambar Teknik Mesin dan dimen-si pdimen-sikologis hadimen-sil belajar Membaca Gambar Teknik Mesin. Pokok bahasan Membaca Gambar Teknik Mesin tersebut meliputi fungsi garis, pengukuran, proyeksi, potongan dan irisan, tanda pengerjaan, toleransi linier, toleransi geometri, ulir dan pemilihan gambar. Dimensi psikologis hasil belajar tersebut menurut Gagne (1978: 62) meliputi (1) keterampilan intelektual (2) pengetahuan deklaratif, dan (3) model kognitif. Di mana keterampilan intelektual atau disebut juga kemampuan prosedural meliputi jenjang (a) discrimination, (b) concrete concept, (c) define concept, (d) rule, dan (e) higher order rule.

Perlakuan dalam eksperimen ini dilak-sanakan dan disesuaikan dengan proses pem-belajaran Membaca Gambar Teknik Mesin yang telah ada. Model pembelajaran kolaboratif adalah suatu pendekatan pembelajaran yang mengadopsi situasi dunia kerja atau industri dalam menyelesaikan suatu proyek atau peme-cahan suatu masalah. Model ini mengedepankan kerja kelompok dalam aktivitas belajarnya, serta terwujudnya kerjasama erat dan tanggung jawab bersama dalam menyelesaikan tugas. Model pembelajaran ini mengikuti tahapan (1) kese-pakatan, (2) ekplorasi, (3) transformasi, (4) pre-sentasi, dan (5) refleksi. Dalam model pem-belajaran langsung dijabarkan dalam langkah langkah sebagai berikut: daily review, presenting new material, guided practice, correction and feedback, independent practice and weekly and monthly reviews

Data yang telah dikumpulkan melalui alat pengumpulan data penelitian ini, selan-jutnya dianalisis dengan menggunakan tek-nik ANAVA 2x2, setelah sebelumnya ter-lebih dahulu dilakukan uji persyaratan untuk Anava, yang meliputi uji normalitas dan homogenitas data.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pembahasan hasil penelitian ini akan dipaparkan sesuai dengan hasil uji hipotesis.

Perbedaan Hasil Belajar Mata Pelajaran Mata Pelajaran Membaca Gambar Teknik Mesin antara Siswa yang Diberikan Model Pembe-lajaran Kolaboratif dan Langsung.

Hasil perhitungan menunjukkan Fh (A)= 7,26 >Ft(α= 0,05) = 3,98 dan Ft (α= 0,01) = 7,01. Dengan demikian. hipotesis statistik (Ho) pertama ditolak. Artinya dari hasil penelitian tersebut dinyatakan bahwa terdapat perbedaan hasil belajar mata pelajaran Membaca Gambar Teknik Mesin antara siswa yang diberikan model pembelajaran kolaboratif dan langsung. Perbe-daan tersebut juga dapat dilihat dari rerata nilai yang diperoleh kedua kelompok tersebut. Ke-lompok siswa yang mengikuti model pembe-lajaran kolaboratif mempunyai rerata 25,39 se-dangkan yang mengikuti model pembelajaran langsung mempunyai rerata 20,61. Data tersebut menunjukkan bahwa hasil belajar Mata Pe-lajaran Membaca Gambar Teknik Mesin antara siswa yang diberikan model pembelajaran kola-boratif lebih tinggi daripada siswa yang diberi-kan model pembelajaran langsung.

Perbedaan nilai rerata di atas menunjuk-kan bahwa model pembelajaran kolaboratif sangat sesuai untuk penyajian mata pelajaran Membaca Gambar Teknik Mesin. Permasalahan Membaca Gambar Teknik Mesin sangat memer-lukan pemahaman dari berbagai materi gambar teknik dengan demikian, dalam model pembela-jaran kolaboratif penyajian materi secara bersinergi akan lebih cepat membantu siswa da-lam menguasai mata pelajaran Membaca Gam-bar Teknik Mesin. Persoalan aktual yang dihadapi siswa sebagai tugas gambar yang komplek dan berkaitan dengan kegiatan praktik pemesinan yang di alami siswa, menjadikan mereka bersemangat dalam mencari sumber-sumber kajian atau buku, serta berdiskusi dengan teman sekelompok sehingga terjadi transfer pengetahuan. Kesiapan siswa yang cukup karena didukung oleh langkah eksplorasi dan transfor-masi tersebut menjadikan mereka lebih percaya diri untuk melakukan presentasi secara ber-kelompok di depan kelas. Refleksi yang disam-paikan oleh guru pada akhir materi menjadikan siswa yang mengikuti model kolaboratif lebih Jurnal Pendidikan Teknologi dan Kejuruan, Volume 22, Nomor 2, Oktober 2014

(3)

237 asset utama dan kunci penting dalam perusahaan.

Pergeseran paradigma ini juga mendorong pe-rubahan besar dalam sikap dan kebiasaan belajar bagi pelaku belajar yang harus secara aktif dengan cara belajar learning how to learn,namun demikian perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi saat ini tampaknya kurang mendapat respon dari SMK. Peran guru sebagai faktor uta-ma dan “peuta-main kunci” dalam proses pem-belajaran, sedangkan siswa sangat pasif dan hanya sebagai “penonton” masih sering dijumpai dalam proses pembelajaran di SMK.

Kecenderungan terhadap model pem-belajaran yang selama ini berlangsung perlu diadakan pembenahan dan dikembangkan sehingga lebih memacu kreativitas dan keaktifan siswa. Siswa SMK yang diharap-kan menjadi tenaga professional tingkat menengah sebaiknya juga dikenalkan dengan cara-cara kerja para profesional yang ada di industri, dengan demikian akan lebih mem-permudah para lulusan setelah memasuki dunia kerja. Cara-cara kerja di industri yang sangat menuntut kreativitas, kerjasama dan keaktifan itulah yang seharusnya diadopsi dalam model-model pembelajaran di SMK. Model pembelajaran mempunyai peranan yang sangat penting dalam menentukan kua-litas pembelajaran. Seels dan Richey (1994: 31) menjelaskan model pembelajaran seba-gai spesifikasi untuk menyeleksi dan me-ngurutkan peristiwa dari suatu kegiatan pem-belajaran sehingga termasuk salah satu kom-ponen dari domain design.

Berdasarkan penjelasan di atas, pe-ngembangan model pembelajaran seharus-nya lebih merangsang siswa untuk lebih aktif dalam meningkatkan kecakapan sosial yang pada akhirnya dapat meningkatkan prestasi belajar siswa. Kecakapan sosial ini dapat berbentuk kecakapan berkomunikasi dan kecakapan bekerjasama. Kecakapan seperti ini juga merupakan kecakapan yang dibutuh-kan di dunia kerja dan industri, karena di industri para profesional selalu bekerja secara berkelompok dan bersinergi untuk menyelesaikan suatu proyek atau pekerjaan

tertentu. Dengan demikian, SMK seharusnya mampu mengembangkan model-model pem-belajaran yang dapat meningkatkan prestasi siswa melalui interaksi yang positip antar sesama siswa, bekerjasama, bekerja dalam kelompok, bersinergi untuk menyelesaikan suatu pekerjaan.

Hasil wawancara peneliti dengan para guru praktik pemesinan SMK di BLPT Yogyakarta dan pengamatan peneliti ter-hadap proses pembelajaran praktik per-mesinan pada tanggal 3 Oktober 2011 me-nunjukkan bahwa kemampuan membaca gambar teknik mesin siswa SMK progam studi Teknik Mesin masih rendah, sehingga guru praktik harus menerangkan secara detail tentang maksud dari gambar kerja sebelum para siswa melaksanakan praktik pemesinan. Penjelasan guru tentang gambar kerja secara detail tersebut tentunya akan mengurangi waktu yang seharusnya dapat dipakai siswa untuk melakukan praktik pemesinan.

METODE

Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen, yang dilaksanakan dengan me-nggunakan rancangan grup faktorial 2x2. Populasi target dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas II SMK Negeri Program Studi Teknik Mesin Yogyakarta. Jumlah populasi adalah 2 sekolah yaitu SMKN 2 dan SMKN 3 Yogyakarta. Populasi terjangkau adalah siswa kelas 2 SMKN 3 Yogyakarta, jumlah populasi sebanyak 198 siswa yang menyebar dalam 6 kelas. Setiap kelas terdiri dari 33 siswa. Sebagian dari 6 kelas tersebut diambil untuk dijadikan sampel penelitian.

Instrumen pengukuran hasil belajar Membaca Gambar Teknik Mesin berupa tes kemampuan (achievement test) dalam bentuk pilihan ganda (multiple choice) yang di-kembangkan oleh peneliti. Instrumen ini dikembangkan berdasarkan dua faktor, yaitu tujuan pembelajaran yang direfleksikan oleh pokok-pokok bahasan dalam mata pelajaran

Membaca Gambar Teknik Mesin dan dimen-si pdimen-sikologis hadimen-sil belajar Membaca Gambar Teknik Mesin. Pokok bahasan Membaca Gambar Teknik Mesin tersebut meliputi fungsi garis, pengukuran, proyeksi, potongan dan irisan, tanda pengerjaan, toleransi linier, toleransi geometri, ulir dan pemilihan gambar. Dimensi psikologis hasil belajar tersebut menurut Gagne (1978: 62) meliputi (1) keterampilan intelektual (2) pengetahuan deklaratif, dan (3) model kognitif. Di mana keterampilan intelektual atau disebut juga kemampuan prosedural meliputi jenjang (a) discrimination, (b) concrete concept, (c) define concept, (d) rule, dan (e) higher order rule.

Perlakuan dalam eksperimen ini dilak-sanakan dan disesuaikan dengan proses pem-belajaran Membaca Gambar Teknik Mesin yang telah ada. Model pembelajaran kolaboratif adalah suatu pendekatan pembelajaran yang mengadopsi situasi dunia kerja atau industri dalam menyelesaikan suatu proyek atau peme-cahan suatu masalah. Model ini mengedepankan kerja kelompok dalam aktivitas belajarnya, serta terwujudnya kerjasama erat dan tanggung jawab bersama dalam menyelesaikan tugas. Model pembelajaran ini mengikuti tahapan (1) kese-pakatan, (2) ekplorasi, (3) transformasi, (4) pre-sentasi, dan (5) refleksi. Dalam model pem-belajaran langsung dijabarkan dalam langkah langkah sebagai berikut: daily review, presenting new material, guided practice, correction and feedback, independent practice and weekly and monthly reviews

Data yang telah dikumpulkan melalui alat pengumpulan data penelitian ini, selan-jutnya dianalisis dengan menggunakan tek-nik ANAVA 2x2, setelah sebelumnya ter-lebih dahulu dilakukan uji persyaratan untuk Anava, yang meliputi uji normalitas dan homogenitas data.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pembahasan hasil penelitian ini akan dipaparkan sesuai dengan hasil uji hipotesis.

Perbedaan Hasil Belajar Mata Pelajaran Mata Pelajaran Membaca Gambar Teknik Mesin antara Siswa yang Diberikan Model Pembe-lajaran Kolaboratif dan Langsung.

Hasil perhitungan menunjukkan Fh (A)= 7,26 >Ft(α= 0,05) = 3,98 dan Ft (α= 0,01) = 7,01. Dengan demikian. hipotesis statistik (Ho) pertama ditolak. Artinya dari hasil penelitian tersebut dinyatakan bahwa terdapat perbedaan hasil belajar mata pelajaran Membaca Gambar Teknik Mesin antara siswa yang diberikan model pembelajaran kolaboratif dan langsung. Perbe-daan tersebut juga dapat dilihat dari rerata nilai yang diperoleh kedua kelompok tersebut. Ke-lompok siswa yang mengikuti model pembe-lajaran kolaboratif mempunyai rerata 25,39 se-dangkan yang mengikuti model pembelajaran langsung mempunyai rerata 20,61. Data tersebut menunjukkan bahwa hasil belajar Mata Pe-lajaran Membaca Gambar Teknik Mesin antara siswa yang diberikan model pembelajaran kola-boratif lebih tinggi daripada siswa yang diberi-kan model pembelajaran langsung.

Perbedaan nilai rerata di atas menunjuk-kan bahwa model pembelajaran kolaboratif sangat sesuai untuk penyajian mata pelajaran Membaca Gambar Teknik Mesin. Permasalahan Membaca Gambar Teknik Mesin sangat memer-lukan pemahaman dari berbagai materi gambar teknik dengan demikian, dalam model pembela-jaran kolaboratif penyajian materi secara bersinergi akan lebih cepat membantu siswa da-lam menguasai mata pelajaran Membaca Gam-bar Teknik Mesin. Persoalan aktual yang dihadapi siswa sebagai tugas gambar yang komplek dan berkaitan dengan kegiatan praktik pemesinan yang di alami siswa, menjadikan mereka bersemangat dalam mencari sumber-sumber kajian atau buku, serta berdiskusi dengan teman sekelompok sehingga terjadi transfer pengetahuan. Kesiapan siswa yang cukup karena didukung oleh langkah eksplorasi dan transfor-masi tersebut menjadikan mereka lebih percaya diri untuk melakukan presentasi secara ber-kelompok di depan kelas. Refleksi yang disam-paikan oleh guru pada akhir materi menjadikan siswa yang mengikuti model kolaboratif lebih Zainur Rofiq dkk, Pengembangan Model Pembelajaran Kolaboratif Untuk Peningkatan Hasil Belajar Gambar Teknik di SMK

(4)

238

mudah memahami karena mereka telah me-lakukan pengkajian, diskusi dengan teman dalam kelompok serta mempresentasikan hasil diskusi kelompok tersebut di depan kelas. Langkah-langkah yang dilakukan secara berulang-ulang tersebut membuat siswa yang mengikuti model pembelajaran kolaboratif lebih percaya diri dalam menyelesaikan tugas-tugas mata pelajaran Membaca Gambar Teknik Mesin secara benar.

Tinjauan terhadap kondisi siswa menun-jukkan bahwa kondisi dari dua kelompok yang diteliti adalah sama yaitu mereka sedang berada di kelas II semester I. Bila dilihat dari faktor penyelesaian tugas, siswa yang mengikuti model pembelajaran kolaboratif banyak melakukan interaksi, yaitu saat pembagian tugas untuk melakukan eksplorasi dan berdiskusi ketika bertemu kembali pada tahap transformasi, serta keberanian mereka saat melakukan presentasi dan menerima masukan dari kelompok lain. Hal inilah yang mendukung kelompok siswa yang mengikuti model pembelajaran kolaboratif lebih efisien dalam memahami makna dari gambar teknik mesin. Pada kelompok model pembe-lajaran langsung dalam penyelesaian tugas cenderung melakukannya secara individu, sehingga waktu yang dibutuhkan untuk memahami gambar lebih lama, demikian juga pola interaksi yang dilakukan dengan teman

sekelas relatif kecil. Interaksi Antara Model Pembelajaran dan Gaya Kognitif yang Mem-berikan Perbedaan Pengaruh Terhadap Hasil Belajar Mata Pelajaran Mata Pelajaran Membaca Gambar Teknik Mesin.

Hasil penelitian ini menunjukkan interaksi antara model pembelajaran dan gaya kognitif yang mempengaruhi hasil belajar Mata Pelajaran Membaca Gambar Teknik Mesin. Kelompok siswa yang mempunyai gaya kognitif field

independent dan mengikuti model pembelajaran

kolaboratif memperoleh hasil belajar yang lebih tinggi daripada siswa yang mengikuti model pembelajaran langsung. Kelompok siswa yang mempunyai gaya kognitif field dependent dan mengikuti model pembelajaran kolaboratif tidak berbeda jauh dengan siswa yang mengikuti model pembelajaran langsung. Meskipun demi-kian, hasil rerata tersebut juga masih menun-jukkan bahwa bagi siswa yang mempunyai gaya kognitif field dependent akan lebih berhasil apabila mengikuti model pembelajaran kolabo-ratif. Gambar 1 di bawah ini menunjukkan bahwa pemilihan model pembelajaran khusus-nya dalam pembelajaran Mata Pelajaran Mem-baca Gambar Teknik Mesin memerlukan infor-masi tentang gaya kognitif yang telah dimiliki siswa.

Gambar 1. Interaksi Model Pembelajaran dengan Gaya Kognitif Keterangan :

= Model Pembelajaran Kolaboratif = Model Pembelajaran Langsung

35-Sekor Kemampuan 29,44 30 -25- 22,59 20 - 21,00 20,22 15 -10 - 5 - 0 Gaya Kognitif Dependent Independent

Perbedaan Hasil Belajar Mata Pelajaran Mata Pelajaran Membaca Gambar Teknik Mesin Siswa Field Independent yang Diberikan Model Pembelajaran Kolaboratif dan Langsung. Hasil Uji hipotesis ketiga ini menunjukkan adanya perbedaan hasil belajar Mata Pelajaran Mem-baca Gambar Teknik Mesin siswa yang mem-punyai gaya kognitif field independent yang mengikuti model pembelajaran kolaboratif dan model pembelajaran langsung. Demikian juga, rerata skor hasil belajar siswa yang mempunyai gaya kognitif field independent yang mengikuti model pembelajaran kolaboratif lebih tinggi daripada rerata skor hasil belajar siswa yang mengikuti model pembelajaran langsung, se-hingga dapat dikatakan, bahwa hasil belajar siswa yang mempunyai gaya kognitif field

independent yang mengikuti model

pembe-lajaran kolaboratif lebih tinggi daripada hasil belajar siswa yang mengikuti model pembe-lajaran langsung. Hasil di atas menunjukan bahwa model pembelajaran kolaboratif sangat sesuai dengan karakteristik siswa yang mem-punyai gaya kognitif field independent.

Siswa yang mempunyai gaya kognitif field

independent mempunyai kecenderungan tertarik

pada penguatan internal dan mengkonstruksi sendiri informasi-informasi yang diterimanya. Dengan demikian model penyajian materi pembelajaran yang lebih memberi kebebasan untuk berkreasi dan berprestasi lebih disukai individu field independent. Model pembelajaran yang memberi kesempatan kepada siswa untuk belajar dan menyusun pengetahuan-pegetahuan yang didapatkannya melalui interaksi pembe-lajaran akan memberi kesempatan kepada indi-vidu field independent untuk bisa berhasil lebih baik. Karena, selain cenderung bekerja suka menganalisis mereka juga cenderung untuk belajar dan memberikan respon dengan motivasi intrinsik. Orientasi terhadap model-model pem-belajaran yang menuntut kerjasama dan ber-sinergi dalam penyelesaian tugas akan lebih membantu siswa field independent untuk meningkatkan prestasi belajar. Kondisi pembelajaran kolaboratif yang sangat

menon-jolkan aspek pembagian tugas dalam melakukan ekplorasi sangat dituntut adanya individu yang mempunyai motivasi intrinsik yang besar. Tahap transformasi dalam pembelajaran kolaboratif akan mendorong siswa untuk saling memberi dan menerima serta menganalisis informasi dari teman-teman sekelompoknya dan pada akhirnya setiap individu dalam kelompok akan meng-konstruksi sendiri informasi-informasi yang diterimanya. Langkah individu field independent dalam menyelesaikan tugas-tugas yang cukup komplek, melalui kerjasama saling membantu, dan dialog yang terfokus, membantu mereka untuk dapat memecahkan permasalahan sulit, yang tidak dapat dikerjakan secara individual.

Model pembelajaran langsung lebih cen-derung sebagai model non kolaboratif dengan ciri-ciri sangat menuntut peran dari guru sebagai sumber informasi yang dominan, namun demi-kian seringkali siswa membatasi sumber-sumber informasi yang ada di lingkungannya, sehingga informasi yang disampaikan oleh guru dan buku teks yang dianjurkan oleh guru merupakan sumber utama dalam menyelesaikan permasala-han yang ada di pelajaran Membaca Gambar Teknik Mesin. Gambaran tersebut menunjukkan bahwa keberhasilan model pembelajaran lang-sung sangat ditentukan oleh penyampaian materi pembelajaran yang sistematis. Model di atas sangat menuntut pula keaktipan guru dalam pengelolaan kelas, karena mereka harus selalu mengontrol tahap demi tahap apakah siswa telah mengerti tentang materi yang di sampaikan oleh guru atau belum. Model pembelajaran langsung kurang sesuai dengan karakteristik individu field

independent, karena merekalebih tertarik pada

desain materi pembelajaran yang lebih memberi kebebasan untuk berkreasi dan berprestasi untuk mengkonstruksi sendiri informasi-informasi yang diterimanya. Kontrol oleh guru yang cukup ketat kurang memberikan kebebasan individu

field independent untuk berkreasi dan

meng-konstruksi sendiri pengetahuan-pengetahuan yang di dapat selama proses pembelajaran.

Perbedaan Hasil belajar Mata Pelajaran Membaca Gambar Teknik Mesin Siswa Field

(5)

239 mudah memahami karena mereka telah

me-lakukan pengkajian, diskusi dengan teman dalam kelompok serta mempresentasikan hasil diskusi kelompok tersebut di depan kelas. Langkah-langkah yang dilakukan secara berulang-ulang tersebut membuat siswa yang mengikuti model pembelajaran kolaboratif lebih percaya diri dalam menyelesaikan tugas-tugas mata pelajaran Membaca Gambar Teknik Mesin secara benar.

Tinjauan terhadap kondisi siswa menun-jukkan bahwa kondisi dari dua kelompok yang diteliti adalah sama yaitu mereka sedang berada di kelas II semester I. Bila dilihat dari faktor penyelesaian tugas, siswa yang mengikuti model pembelajaran kolaboratif banyak melakukan interaksi, yaitu saat pembagian tugas untuk melakukan eksplorasi dan berdiskusi ketika bertemu kembali pada tahap transformasi, serta keberanian mereka saat melakukan presentasi dan menerima masukan dari kelompok lain. Hal inilah yang mendukung kelompok siswa yang mengikuti model pembelajaran kolaboratif lebih efisien dalam memahami makna dari gambar teknik mesin. Pada kelompok model pembe-lajaran langsung dalam penyelesaian tugas cenderung melakukannya secara individu, sehingga waktu yang dibutuhkan untuk memahami gambar lebih lama, demikian juga pola interaksi yang dilakukan dengan teman

sekelas relatif kecil. Interaksi Antara Model Pembelajaran dan Gaya Kognitif yang Mem-berikan Perbedaan Pengaruh Terhadap Hasil Belajar Mata Pelajaran Mata Pelajaran Membaca Gambar Teknik Mesin.

Hasil penelitian ini menunjukkan interaksi antara model pembelajaran dan gaya kognitif yang mempengaruhi hasil belajar Mata Pelajaran Membaca Gambar Teknik Mesin. Kelompok siswa yang mempunyai gaya kognitif field

independent dan mengikuti model pembelajaran

kolaboratif memperoleh hasil belajar yang lebih tinggi daripada siswa yang mengikuti model pembelajaran langsung. Kelompok siswa yang mempunyai gaya kognitif field dependent dan mengikuti model pembelajaran kolaboratif tidak berbeda jauh dengan siswa yang mengikuti model pembelajaran langsung. Meskipun demi-kian, hasil rerata tersebut juga masih menun-jukkan bahwa bagi siswa yang mempunyai gaya kognitif field dependent akan lebih berhasil apabila mengikuti model pembelajaran kolabo-ratif. Gambar 1 di bawah ini menunjukkan bahwa pemilihan model pembelajaran khusus-nya dalam pembelajaran Mata Pelajaran Mem-baca Gambar Teknik Mesin memerlukan infor-masi tentang gaya kognitif yang telah dimiliki siswa.

Gambar 1. Interaksi Model Pembelajaran dengan Gaya Kognitif Keterangan :

= Model Pembelajaran Kolaboratif = Model Pembelajaran Langsung

35-Sekor Kemampuan 29,44 30 -25- 22,59 20 - 21,00 20,22 15 -10 - 5 - 0 Gaya Kognitif Dependent Independent

Perbedaan Hasil Belajar Mata Pelajaran Mata Pelajaran Membaca Gambar Teknik Mesin Siswa Field Independent yang Diberikan Model Pembelajaran Kolaboratif dan Langsung. Hasil Uji hipotesis ketiga ini menunjukkan adanya perbedaan hasil belajar Mata Pelajaran Mem-baca Gambar Teknik Mesin siswa yang mem-punyai gaya kognitif field independent yang mengikuti model pembelajaran kolaboratif dan model pembelajaran langsung. Demikian juga, rerata skor hasil belajar siswa yang mempunyai gaya kognitif field independent yang mengikuti model pembelajaran kolaboratif lebih tinggi daripada rerata skor hasil belajar siswa yang mengikuti model pembelajaran langsung, se-hingga dapat dikatakan, bahwa hasil belajar siswa yang mempunyai gaya kognitif field

independent yang mengikuti model

pembe-lajaran kolaboratif lebih tinggi daripada hasil belajar siswa yang mengikuti model pembe-lajaran langsung. Hasil di atas menunjukan bahwa model pembelajaran kolaboratif sangat sesuai dengan karakteristik siswa yang mem-punyai gaya kognitif field independent.

Siswa yang mempunyai gaya kognitif field

independent mempunyai kecenderungan tertarik

pada penguatan internal dan mengkonstruksi sendiri informasi-informasi yang diterimanya. Dengan demikian model penyajian materi pembelajaran yang lebih memberi kebebasan untuk berkreasi dan berprestasi lebih disukai individu field independent. Model pembelajaran yang memberi kesempatan kepada siswa untuk belajar dan menyusun pengetahuan-pegetahuan yang didapatkannya melalui interaksi pembe-lajaran akan memberi kesempatan kepada indi-vidu field independent untuk bisa berhasil lebih baik. Karena, selain cenderung bekerja suka menganalisis mereka juga cenderung untuk belajar dan memberikan respon dengan motivasi intrinsik. Orientasi terhadap model-model pem-belajaran yang menuntut kerjasama dan ber-sinergi dalam penyelesaian tugas akan lebih membantu siswa field independent untuk meningkatkan prestasi belajar. Kondisi pembelajaran kolaboratif yang sangat

menon-jolkan aspek pembagian tugas dalam melakukan ekplorasi sangat dituntut adanya individu yang mempunyai motivasi intrinsik yang besar. Tahap transformasi dalam pembelajaran kolaboratif akan mendorong siswa untuk saling memberi dan menerima serta menganalisis informasi dari teman-teman sekelompoknya dan pada akhirnya setiap individu dalam kelompok akan meng-konstruksi sendiri informasi-informasi yang diterimanya. Langkah individu field independent dalam menyelesaikan tugas-tugas yang cukup komplek, melalui kerjasama saling membantu, dan dialog yang terfokus, membantu mereka untuk dapat memecahkan permasalahan sulit, yang tidak dapat dikerjakan secara individual.

Model pembelajaran langsung lebih cen-derung sebagai model non kolaboratif dengan ciri-ciri sangat menuntut peran dari guru sebagai sumber informasi yang dominan, namun demi-kian seringkali siswa membatasi sumber-sumber informasi yang ada di lingkungannya, sehingga informasi yang disampaikan oleh guru dan buku teks yang dianjurkan oleh guru merupakan sumber utama dalam menyelesaikan permasala-han yang ada di pelajaran Membaca Gambar Teknik Mesin. Gambaran tersebut menunjukkan bahwa keberhasilan model pembelajaran lang-sung sangat ditentukan oleh penyampaian materi pembelajaran yang sistematis. Model di atas sangat menuntut pula keaktipan guru dalam pengelolaan kelas, karena mereka harus selalu mengontrol tahap demi tahap apakah siswa telah mengerti tentang materi yang di sampaikan oleh guru atau belum. Model pembelajaran langsung kurang sesuai dengan karakteristik individu field

independent, karena merekalebih tertarik pada

desain materi pembelajaran yang lebih memberi kebebasan untuk berkreasi dan berprestasi untuk mengkonstruksi sendiri informasi-informasi yang diterimanya. Kontrol oleh guru yang cukup ketat kurang memberikan kebebasan individu

field independent untuk berkreasi dan

meng-konstruksi sendiri pengetahuan-pengetahuan yang di dapat selama proses pembelajaran.

Perbedaan Hasil belajar Mata Pelajaran Membaca Gambar Teknik Mesin Siswa Field Zainur Rofiq dkk, Pengembangan Model Pembelajaran Kolaboratif Untuk Peningkatan Hasil Belajar Gambar Teknik di SMK

(6)

240

Dependent diberikan model pembelajaran Kolaboratif dan Langsung. Hasil pengujian hipotesis ternyata menunjukkan tidak ada perbedaan yang signifikan antara hasil belajar Mata Pelajaran Membaca Gambar Teknik Mesin siswa field dependent yang mengikuti model pembelajaran kolaboratif dan langsung, namun demikian rerata hasil belajar siswa yang meng-ikuti ke dua model pembelajaran tersebut menunjukkan perbedaan. Perbedaan tersebut menunjukkan bahwa siswa yang mempunyai gaya kognitif field dependent lebih tinggi hasil belajarnya bila mengikuti model pembelajaran kolaboratif daripada langsung, walaupun per-bedaan ini tidak signifikan. Individu yang memiliki gaya kognitif field dependent cen-derung baik hati, ramah, dan bijaksana, sehingga lebih mampu untuk menjalin hubungan inter-personal dan lebih mudah diterima orang lain. Karakteristik seperti ini sebenarnya sangat menguntungkan ketika individu tersebut meng-ikuti model pembelajaran kolaboratif, terutama saat fase tranformasi, di mana setiap individu dituntut untuk bekerjasama saling tukar infor-masi dan saling menghargai pendapat teman-temannya dalam kelompok tersebut. Demikian juga, pada fase presentasi dalam model pembelajaran kolaboratif juga dibutuhkan sifat-sifat saling menghargai pendapat orang lain, namun demikian siswa yang mempunyai gaya kognitif field dependent cenderung kurang mempunyai kemampuan menganalisis, serta cenderung menerima informasi sebagaimana disajikan, menjadikan mereka kurang memiliki keterampilan merestrukturisasi kognitif.

Dengan demikian, individu field depen-dent cenderung menggunakan pendekatan pasif dalam belajar. Tujuan pembelajaran cenderung diikuti apa adanya, sehingga diperlukan tujuan pembelajaran yang tersusun dengan baik. Struktur materi pembelajaran juga cenderung diikuti sesuai yang disajikan, sehingga diperlu-kan materi pembelajaran yang terstruktur dengan baik dan sistematis serta bimbingan guru dalam setiap proses pembelajaran.

SIMPULAN

Penelitian ini menghasilkan kesimpulan sebagai berikut: (1) Secara keseluruhan terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar siswa yang diberi perlakuan model pembelajaran kolaboratif dengan siswa yang diberi perlakuan model pembelajaran langsung, (2) Hasil belajar mata pelajaran Membaca Gambar Teknik Mesin siswa yang mengikuti model pembelajaran kolaboratif lebih tinggi daripada siswa yang mengikuti model pembelajaran langsung, (3) Secara keseluruhan terdapat pengaruh interaksi model pembelajaran dengan gaya kognitif dalam mata pelajaran Membaca Gambar Teknik Mesin, (4) Hasil belajar Membaca Gambar Teknik Mesin siswa yang mempunyai gaya kognitif field independent yang diberi perlakuan model pembelajaran kolaboratif lebih tinggi daripada hasil belajar siswa yang mengikuti model pembelajaran langsung, dan (5) Hasil belajar Membaca Gambar Teknik Mesin siswa yang mempunyai gaya kognitif field dependent yang diberi perlakuan model pembelajaran kolabo-ratif tidak berbeda signifikan dibandingkan hasil belajar siswa yang diberi perlakuan model pembelajaran langsung.

DAFTAR RUJUKAN

_____. Studies of Learning, 50 Years of Research. Tallahassee Florida: Florida State University Gagne, R.M. 1973.The Conditions of learning.

New York: Holt, Rinehart and Winston Seels, Barbara B. dan Rita C. Richey.

1994. Teknologi Pembelajaran, Definisi dan

Kawasannya (Intructional Techno-logy: The

Definition and Domains of the Filed) Diterjemahkan oleh Dra. Dewi S. Prawiradilaga, dkk. Jakarta: UNJ

Undang Undang Sistem Pendidikan Nasional Tahun 2003. 2003. Jakarta: CV Medya Duta Jakarta

PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATA KULIAH INSTALASI

LISTRIK MELALUI PENDEKATAN

LEARNING CYCLE FIVE “E” (LC 5 E)

Zamtinah, Hafidz

Jurusan Pendidikan Teknik Elektro FT UNY Email: zamtinah@uny.ac.id

ABSTRACT

The objective of this study was to improve the students’ motivation and achievement in the course of Electrical Installation through the 5 E learning cycle (5 E LC) at the Department of Electrical Engineering Education, Faculty of Engineering, Yogyakarta State University. The approach used in this study was the 5 stages of the 5 E learning cycle consists of Engagement, Exploration, Explain, Extend, and Evaluation. This study is categorised as Classroom Action Research (CAR). It referred to the model of CAR offered by Kemmis and Taggart. The data was collected using documentation, questionnaires, observation and tests. The data was analysed descriptively. The results of the study showed the 5 E learning cycle could improve the students’ achievement, learning activities, and learning motivation. The mean score of learning achievement was 79. It was higher compared to the minimum target that was 60. The improvement of learning activities in the first cycle, second cycle and third cycle were 1.25, 2.42, and 2.92 respectively. The improvement of learning motivation in the first cycle, second cycle and third cycle were 2.5, 2.8, and 3.2 respectively.

Keywords: instructional materials, maintenance and repair, relevance

ABSTRAK

Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui proses pelaksanaan pembelajaran dengan pendekatan LC 5 E pada Mata Kuliah Instalasi Listrik untuk meningkatkan motivasi dan prestasi belajar mahasiswa Jurusan Pendidikan Teknik elektro Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta; dan mengetahui peningkatan aktivitas, motivasi dan hasil belajar mahasiswa Jurusan Pendidikan Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta. Pendekatan penelitian yang digunakan adalah Learning Cycle 5 E yaitu suatu siklus pembelajaran 5 tahap mulai Engagement, Exploration, Explain, Extend, dan Evaluation. Jenis penelitian adalah Penelitian Tindakan Kelas Model Kemmis and Taggart. Data dikumpulkan dengan metode dokumentasi, angket, observasi dan tes. Selanjutnya data yang sudah terkumpul kemudian dianalisis secara deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pendekatan pembelajaran Learning Cycle 5 E dapat meningkatkan prestasi belajar, aktivitas belajar, dan motivasi belajar. Ditinjau dari prestasi belajar, nilai rerata yang dicapai sebesar 79, nilai ini berada di atas nilai minimum yang ditargetkan sebesar 60. Ditinjau dari aktivitas belajar terjadi peningkatan, siklus I sebesar 1,25; siklus II sebesar 2,42; dan siklus III meningkat menjadi 2,92. Selanjutnya ditinjau dari motivasi belajar dari siklus I sampai III juga terjadi peningkatan mulai dari 2,5; 2,8; dan di siklus ketiga menjadi 3,2.

Kata Kunci: bahan ajar, perawatan dan perbaikan, relevansi PENDAHULUAN

Pada Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional (UUSPN) 20/2003 Pasal 50 ayat (3) dinyatakan bahwa pemerintah dan atau peme-rintah daerah menyelenggarakan sekurang-kurangnya satu satuan pendidikan pada semua

jenjang pendidikan untuk dikembangkan men-jadi satuan pendidikan bertaraf internasiona. (Depdiknas, 2003) Sebagai realisasi dari amanah undang-undang tersebut, Departemen Pendidi-kan Nasional melalui Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah dalam empat Jurnal Pendidikan Teknologi dan Kejuruan, Volume 22, Nomor 2, Oktober 2014

Gambar

Gambar 1. Interaksi Model Pembelajaran dengan Gaya Kognitif  Keterangan :

Referensi

Dokumen terkait

Kebutuhan akan informasi bagi masyarakat desa setempat sangat besar tetapi yang tidak mendukung disebabkan karena kurangnya pengetahuan akan teknologi informasi

Dikarenakan cukup banyaknya masyarakat kota Cianjur yang sudah memakai gadget canggih dengan sistem operasi android, aplikasi ini memiliki kesempatan yang bagus untuk

Hasil penelitian telah menunjukkan bahwa kelompok anak yang memiliki kecerdasan interpersonal yang tinggi dan bermain permainan kooperatif secara kompetisi lebih tinggi

Kenagarian Indarung, Kecamatan Lubuk Kilang, Sumatera Barat” ini saya persembahkan pada semua yang telah membantu saya dari proposal, lapangan, hingga

Penjelasan umum UULH-1997 juga menegaskan bahwa Pancasila, sebagai dasar dan falsafah negara, merupakan kesatuan yang bulat dan utuh yang memberikan keyakinan kepada

Dapat peneliti paparkan bahwa pada penelitian ini, untuk memperoleh data mengenai profile pesantren yang meliputi sejarah, visi, misi, jumlah santri dan pengajar, jumlah

Ronaldo memiliki keterampilan dalam membintangi iklan produk sepatu olahraga 1LNH´ GLSHUROHK QLODL UDWD ± rata sebesar 3,86 yang masuk kriteria setuju, ini berarti secara

Setelah 20 menit pertama (adonan % mengembang), bagian atas adonan roti dioles dengan susu dan selanjutnya diproofing lagi sampai adonan