• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Menurut wina sanjaya, Pembelajaran kontekstual (contextual teaching and

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II KAJIAN PUSTAKA. Menurut wina sanjaya, Pembelajaran kontekstual (contextual teaching and"

Copied!
28
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Pembelajaran Kontekstual

1. Pengertian Pembelajaran Kontekstual

Menurut wina sanjaya, Pembelajaran kontekstual (contextual teaching and learning) adalah suatu strategi pembelajaran yang menekankan kepada proses keterlibatan siswa secara penuh untuk dapat menemukan materi yang dipelajari dan menghubungkannya dengan situasi kehidupan nyata sehingga mendorong siswa untuk dapat menerapkannya dalam kehidupan mereka.1

Sedangkan menurut Mulyono, Pembelajaran kontekstual (contextual teaching and learning) merupakan konsep pembelajaran yang menekankan pada keterkaitan antara materi pembelajaran dengan dunia nyata, sehingga peserta didik mampu mehubungkan dan menerapkan kopetensi hasil belajar siswa dalam kehidupan sehari-hari.2

Jadi pembelajaran Konstektual merupakan strategi yang melibatkan siswa secara penuh dalam proses pembelajaran. Siswa didorong untuk beraktivitas mempelajari materi pelajaran sesuai dengan topik yang akan dipelajarinya dan mengubungkan ke dalam kehidupan nyata. Pembelajaran kontekstual adalah konsep belajar yang membantu guru mengaitkan materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata peserta didik dan mendorong peserta didik membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapanya dalam kehidupan sehari-hari.

Dengan Model pembelajaran kontkestual bukan hanya guru yang aktif jadi memudahkan siswa untuk menerima materi dengan tanya jawab guru dengan siswa

1 Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. (Jakarta : Kencana

Prenada Media, 2011) Hal. 255

2

Mulyono, strategi pembelajaran menuju efektifitas pembelajaran di abad global. (malang : uin maliki press, 2012) hal. 41

(2)

atau siswa bertanya dengan guru. Konsep dasar strategi pembelajaran kontektual ada tiga hal yang harus kita pahami :

a. Kontektual menekankan kepada proses keterlibatan siswa untuk menemukan materi.

b. Pembelajaran Kontektual mendorong siswa dapat menemukan hubungan antara materi yang di pelajari dengan situasi kehidupan nyata,

c. Pembelajaran kontekstual mendorong siswa untuk dapat menerapkannya dalam kehidupan.

2. Asas-asas pembelajaran kontekstual

Tujuh komponen utama (asas-asas) dalam pembelajaran kontekstual yakni: konstruktivisme (constructivism), bertanya (questioning), menemukan (inquiry), masyarakat belajar (learning community), pemodelan (modeling), dan penilaian sebenarnya (authentic assessment).3

a. Konstruktivisme

Merupakan proses membangun atau menyususun pengetahuan baru dalam struktur kognitif siswa berdasarkan pengalaman.4 Pembelajaran kontekstual (CTL) pada dasarnya mendorong siswa agar siswa bisa mengkonstuksi pengetahuannya melalui proses pengamatan dan pengalaman.

b. Inkuiri

3 Mulyono, Strategi Pembelajaran Menuju Efektifitas Pembelajaran Di Abad Global. (Malang : Uin

Maliki Press, 2012). Hal. 41

4

Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, (Jakarta : Kencana Prenada Media, 2011). Hal. 261

(3)

Merupakan proses pembelajaran didasarkan pada pencarian dan penemuan melalui proses berbikir secara sistematis.5 Proses penemuan sendiri mendorong siswa untuk berpikir kritis dalam memecahkan suatu masalah.

c. Bertanya

Belajar pada hakikatnya dalah bertanya dan menjawab pertanyaan. Bertanya dapat dipandang sebagai refleksi dari keingintahuan setiap individu, menjawab pertanyaan mencerminkan kemampuan seseorang dalam berpikir.6 Pada proses belajar kontekstual bertanya menimbulkan ke aktifan siswa dalam belajar sehingga mengakibatkan siswa mempunyai keingintahuan yang belum pernah di ketahui sebelumnya. Menjawab pertanyaan bagi siswa adalah kemampuan siswa dalam berpikir.

d. Masyarakat belajar

Leo semenovich vygotsky, seorang psikolog rusia, menyatakan bahwa pengetahuan dan pemahaman anak ditopang banyak komunikasi dengan orang lain.7 Suatu permasalahan tidak mungin dapat dipecahkan sendiri, tetapi membutuhkan bantuan orang lain. Yang dimaksud membtuhkan orang lain adalah kerjasama, dengan siswa berkomunikasi antar siswa, guru, atau mungin orang dianggap lebih pintar darinya akan membatu dalam memecahkan suatu masalah.

e. Pemodelan

Yang dimaksud pemodelingan adalah proses pembelajaran dengan memperagakan sesuatu sebagai contoh yang dapat ditiru oleh setiap siswa.8

5 Ibid. Hal. 261 6 Ibid. Hal. 262 7 Ibid. Hal. 263 8 Ibid. Hal. 267

(4)

Misalkan guru memberikan contoh mengoprasikan sebuah alat, otomatis siswa juga bisa meniru guru yang sebagaimana telah memeragakan.

f. Refleksi

Merupakan proses pengendapan pengalaman yang telah dipelajari yang dilakukan dengancara mengurutkan kembali kejadian-kejadian atau peristiwa pembelajaran yang telah dilaluinya.

g. Penilaian nyata

Merupakan proses yang dilakukan guru untuk mengumpulkan informasi tentang perkembangan belajar yang dilakukan siswa.9 Guru melakukan penilaian terhadap peserta didik dan di amati nilai-nilai dari peserta didik tersebut sehingga guru tahu tingkat kecerdasan perseta didik.

Jadi pembelajaran kontekstual memiliki tujuh komponen utama dalam penerapannya. Salah satu komponen tidak terlaksana maka pembelajaran kontekstual juga berjalan lebih lama.

3. Peran guru dan siswa dalam pembelajaran kontekstual

Dalam pembelajaran kontekstual, setiap guru perlu memahami tipe belajar dalam dunia siswa, artinya guru menyesuaikan gaya mengajar terhadap gaya belajar siswa. Tugas guru adalah memberikan kemudahan belajar kepada peserta didik, dengan menyediakan sarana dan sumber belajar yang memadai. Guru bukan hanya menyampaikan materi pembelajaran yang berupa hapalan, tetapi mengatur lingkungan dan strategi pembelajaran yang memungkinkan peserta didik belajar.10

9 Ibid. Hal. 268 10

Mulyono, Strategi Pembelajaran Menuju Efektifitas Pembelajaran Di Abad Global. (Malang : Uin Maliki Press, 2012). Hal. 44

(5)

Jadi dalam pembelajaran kontekstual peranan guru bukan sekedar menyampaikan materi tetapi guru juga memberi sarana prasaran untuk kemudahan peserta didik dalam belajar.

Dengan mengutip pemikiran zahorik, E. mulyasa mengemukakan ada lima elemen yang harus diperhatikan dalam pembelajaran kontekstual,11 yaitu:

a. Pembelajaran harus memperhatikan pengetahuan yang sudah dimiliki oleh peserta didik

b. Pembelajaran dimulai dari keseluruhan (global) menuju bagian-bagiannya secara khusus (dari umum ke khusus)

c. Pembelajaran harus ditekankan pada pemahaman, dengan cara: 1) Menyusun konsep sementara,

2) Melakukan sharing untuk memperoleh masukan dan tanggapan dari orang lain,

3) Merevisi dan mengembangkan konsep

d. Pembelajaran harus ditekankan pada upaya mempratekan secara langsung apa-apa yang dipelajari.

e. Adanya refleksi terhadap strategi pembelajaran dan pengembangan pengetahuan yang dipelajari.

Pembelajaran kontekstual harus memperhatikan elemen dalam penerapanya, sehingga pembelajaran kontekstual berjalan dengan lancar sesuai dengan prosedur.

Adapun karakteristik pembelajaran kontekstual antara lain : a. Kerjasama

b. Saling menunjang

c. Menyenangkan, tidak membosankan

11

E. Mulyasa. Pendidikan islam berbasis kompetensi, ( Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 2004) hal. 63

(6)

d. Belajar dengan bergairah e. Pembelajaran terintegrasi f. Menggunakan beberapa sumber g. Peserta didik aktif

h. Sharing dengan teman

i. Peserta didik kritis guru kreatif

4. Perbedaan pembelajaran kontekstual dengan pembelajaran konvensional. Konvesional adalah model pembelajaran yang siswa ditempaktkan sebagai objek belajar.12 Artinya siswa hanya sebagai penerima informasi secara pasif, seperti guru menerangkan/menyampaikan materi siswa hanya mendengar dan cenderung takut untuk bertanya.

Jadi perbedaan model pembelajaran kontekstual dengan konvesional adalah dari segi guru, kontektual guru menjadi pengarah sedangkan konvesional guru menjadi sumber pelajaran, dari segi siswa kontekstual siswa lebih aktif dibanding konvesional yang cenderung pasif. Dari segi belajar kontekstual fleksibel, timbal balik (saling tanya) guru dengan siswa, sedangkan konvesional seperti guru berceramah tentang materinya sedangkan siswa hanya mendengarkan.

B. Metode Inquiry

1. Pengertian Model Pembelajaran Inquiry

12

Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. (Jakarta : Kencana Prenada Media, 2011). Hal. 261

(7)

Strategi pembelajaran inquiry juga dinamakan heuristic, yang berasal dari bahasa yunani, yaitu heuriskein yang berarti menemukan. Strategi pembelajaran inquiry menekankan kepada proses mencari dan menemukan.13

Menurut Roestiyah, Inquiry adalah istilah dalam bahasa inggris, merupakan suatu teknik atau cara yang digunakan guru untuk mengajar didepan kelas.14

Menurut Wina Sanjaya, pembelajan inquiry adalah rangkaian kegiatan pembelajaran yang menekankan pada proses berpikir secara kritis dan analitis untuk mencari dan menemukan sendiri jawaban dari suatu masalah yang dipertanyakan15.

Bardasarkan menurut diatas dapat disimpulkan pembelajaran inquiry merupakan teknik yang digunakan guru untuk mengajar siswa dengan menekankan pada proses berpikir secara kritis dan analitis untuk mencari dan menemukan suatu jawaban dari persoalan masalah yang diberikan guru.

2. Macam-macam Inquiry

Macam-macam inquiry yaitu guided inquiry dan open inquiry (bebas). Perbedaan itu dilihat dari seberapa besar campur tangan guru dalam penyelidikin tersebut. Di bawah ini akan dijelaskan kedua macam inquiry tersebut:

a. Guided Inquiry (Penemuan Terbimbing)

Guided inquiry adalah inquiry yang banyak campur tangan oleh guru. Dalam proses belajar mengajar dengan metode inquiry terbimbing, siswa dituntut untuk menemukan konsep melalui petunjuk-petunjuk seperlunya dari seorang guru. Petunjuk-petunjuk itu pada umumnya berupa pertanyaan-pertanyaan yang bersifat membimbing.

13 Mulyono, Strategi Pembelajaran Menuju Efektifitas Pembelajaran Di Abad Global. (Malang : Uin

Maliki Press, 2012). Hal. 71

14 Roestiyah, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta : PT. Rineka Cipta, 2008). Hal 75 15

Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, (Jakarta : Kencana Prenada Media, 2011). Hal. 196

(8)

Dengan model terarah atau terbimbing seperti ini, maka kesimpulan akan selalu benar dan sesuai dengan kehendak guru.16 Maksud dari inquiry terbimbing ini adalah campur tangan guru dalam pengumpulan data, dan memberi beberapa data kepada siswa sehingga siswa lebih cepat dan mudah dalam mengerjakan persoalan yang diberikan oleh guru.

b. Open Inquiry (Inquiry Terbuka, Bebas)

Guided inquiry, disini siswa diberi kebebasan dan insiatif untuk memikirkan bagaimana akan memecahkan persoalan yang dihadapi. Siswa sendiri berpikir, menentukan hipotesis, lalu menentukan peralatan yang akan digunakan, merangkainya, dan mengumpulkan data sendiri. Disini siswa lebih bertanggung jawab, lebih mandiri dan guru tidak banyak ikut campur. Siswa sendiri yang menentukan hipotesis, memilih peralatan, merangkaikan peralatan, dan mengumpulkan data. Guru sungguh hanya sebagai fasilitator, membantu sejauh diminta oleh siswa. Guru tidak banyak memberikan arah dan memberikan kebebasan kepada siswa untuk menemukan sendiri.17

Berdasarkan paparan di atas perbedaan keduanya sangat menonjol yaitu dari campur tangan dari guru dalam penerapan metode inquiry ini. Guided inquiry lebih banyak ikut campur guru dalam pencarian dan penemuan jawaban peserta didik.

3. Karakteristik Metode Inquiry

16

Ibid. Hal. 68

(9)

Agar teknik inquiry ini dapat dilaksanakan dengan baik memerlukan kondisi dan peranan guru, sehingga teknik ini berjalan dengan lancar. Adapun menurut Roestiyah kondisi-kondisi yang diperlukan dalam teknik inquiry yaitu :18

a. Kondisi yang fleksibel, bebas untuk berinteraksi b. Kondisi lingkungan yang responsif

c. Kondisi yang memudahkan untuk memusatkan perhatian d. Kondisi yang bebas dari tekanan

Sebagaimana yang dijelaskan Martinis Yamin19 ciri pembelajaran inquiry, antara lain:

Pertama, strategi inquiry menekankan kepada aktivitas peserta didik secara maksimal untuk mencari dan menemukan. Artinya strategi inquiry menempatkan peserta didik sebagai subjek belajar. Dalam proses pembelajaran, peserta didik tidak hanya berperan sebagai penerima pelajaran melalui penjelasan guru secara verbal, tetapi mereka berperan untuk menemukan sendiri inti dari materi pelajaran itu sendiri.

Kedua, seluruh aktivitas yang dilakukan peserta didik diarahkan untuk mencari dan menemukan jawaban sendiri dari sesuatu yang dipertanyakan, sehingga diharapkan dapat menumbuhkan sikap percaya diri (self belief). Dengan demikian, strategi pembelajaran inquiry menempatkan guru bukan sebagai sumber belajar, akan tetapi sebagai fasilitator dan motivator belajar peserta didik. Aktivitas pembelajaran biasanya dilakukan melalui proses tanya jawab antara guru dan peserta didik. Karena itu kemampuan guru dalam menggunakan teknik bertanya merupakan syarat utama dalam melakukan inquiry.

18 Roestiyah, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta : PT. Rineka Cipta, 2008). Hal 79-80 19

Martinis Yamin, Strategi Pembelajaran Berbasis Kompetensi. (Jakarta : Gaung Persada Press, 2006). Hal 56

(10)

Ketiga, tujuan penggunakan strategi pembelajaran inquiry adalah mengembangkan berpikir secara sistematis, logis, dan kritis atau mengembangkan kemampuan intelektual sebagai bagian dari proses mental.

Berdasarkan ciri-ciri yang dipaparkan di atas yaitu siswa dituntut untuk menemukan sendiri jawaban dari persoalan dengan cara berpikir secara kritis, logis dan sistematis untuk memecahkan masalah yang diberikan. Sehingga siswa lebih aktif dan lebih paham dengan materi yang disampaikan.

Teknik ini tidak akan berjalan lancar tanpa peranan dari guru. Adapun guru berperan dalam teknik inquiry untuk :

a. Menstimulir dan menantang siswa untuk berpikir

b. Memberikan fleksibilitas atau kebebasan untuk berinisiatif dan bertindak c. Memberikan dukungan untuk inquiry

d. Menentukan diagnosa kesulitan-kesulitan siswa dan membantu mengatasinya. e. Mengidentifikasi dan menggunakan “teach able moment” sebaik-baiknya.

4. Prosedur Metode Inquiry

Secara umum proses pembelajaran dengan menggunakan metode inquiry sebagai berikut.20: a. Orientasi b. Merumuskan masalah c. Mengajukan hipotesis d. Mengumpulkan data e. Menguji hipotesis f. Merumuskan masalah 20

Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan (Jakarta : Kencana Prenada Media, 2011). Hal 201

(11)

Penjelasan dari yang di atas diterapkan pembelajaran kontekstual berbasis inquiry sebagai berikut

a. Orientasi

Pada langkah ini guru mengondisikan agar siswa siap melaksanakan proses pembelajaran. Guru merangsang dan mengajak siswa untuk berpikir memecahkan masalah. Langkah orientasi ini sangat penting, keberhasilan metode inquiry tergantung kemauan siswa untuk beraktivitas menggunakan kemampuanya untuk memecahkan masalah.

Peran guru dalam langkah ini adalah

1) Guru menjelaskan topik, tujuan, dan hasil belajar yang diharapkan dapat dicapai oleh siswa

2) Menjelaskan pokok-pokok kegiatan yang harus dilakukan oleh siswa untuk mencapai tujuan.

3) Guru memberi motivasi kepada siswa,

4) Guru menjelaskan kegunaan materi dalam dunia nyata

b. Merumuskan masalah.

Merumuskan masalah merupakan langkah membawa siswa pada suatu persoalan yang mengandung teka-teki. Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam langkah ini :

1) Masalah hendaknya dirumuskan sendiri oleh siswa.

2) Masalah yang dikaji adalah msalah yang mengandung teka-teki yang jawabannya pasti.

3) Konsep-konsep dalam masalah adalah konsep yang sudah diketahui terlebih dahulu oleh siswa.

(12)

c. Merumuskan Hipotesis

Dalam langkah ini siswa menjawab persoalan terapi berupa jawaban sementara yang harus diuji kebenarannya.

d. Mengumpulkan Data

Mengumpulkan data adalah aktifitas menjaring informasi yang dibutuhkan untuk menguji hipotesis yang diajukan. Tugas dan peran guru dalam tahap ini adalah mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang dapat mendorong motivasi berpikir siswa untuk mencari informasi yang dibutuhkan.

e. Menguji Hipotesis

Menguji hipotesis adalah proses menentukan jawaban yang dianggap diterima sesuai dengan data atau informasi yang diperoleh berdasarkan pengumpulan data.

f. Merumuskan Kesimpulan

Dalam tahap ini adalah tahp akhir disini guru menunjukan pada siswa data mana yang relevan.

5. Keunggulan dan Kelemahan Teknik Inquiry

Setiap teknik pembelajaran pasti mempunyai keunggulan dan kelemahan, termasuk teknik inqury dalam pembelajaran mempunyai keunggulan dan kelemahan. Adapun teknik inquiry memiliki keunggulan yang dikemukakan oleh Roestiyah, sebagai berikut:21

a. Dapat membentuk dan mengembangkan “sel-consept” pada diri siswa, sehingga siswa, dapat mengerti tentang konsep dasar dan ide-ide lebih baik

(13)

b. Membantu dalam menggunakan ingatan dan transfer pada situasi proses belajar yang baru

c. Mendorong siswa untuk berpikir dan bekerja atas inisiatifnya sendiri, bersikap obyektif, jujur, dan terbuka

d. Mendorong siswa untuk berpikir intuitif dan merumuskan hipotesisnya sendiri. e. Memberi kepuasan yang bersifat intrinsik

f. Situasi proses belajar menjadi lebih merangsang g. Dapat mengembangkan bakat atau kecakapan individu h. Memberi kebebasan siswa untuk belajar sendiri

i. Siswa dapat menghindari dari cara-cara belajar yang tradisional

j. Dapat memberi waktu pada siswa secukupnya sehingga mereka dapat mengasimilasi dan mengakomodasi informasi.

Adapun kelemahan-kelemahan pembelajaran menggunakan teknik inquiry ini yang dijelaskan oleh Mulyono, yaitu sebagai berikut :22

a. Jika strategi ini digunakan sebagai strategi pembelajaran, maka akan sulit mengontrol kegiatan dan keberhasilan peserta didik

b. Strategi ini sulit dalam merencanakan pembelajaran oleh karena terbentur dengan kebiasaan peserta didik dalam belajar

c. Kadang-kadang dalam mengimplementasikannya, memerlukan waktu yang panjang sehingga sering guru sulit menyesuakannya dengan waktu yang telah ditentukan

22

Mulyono, Strategi Pembelajaran Menuju Efektifitas Pembelajaran Di Abad Global. (Malang : Uin Maliki Press, 2012). Hal. 73

(14)

d. Selama kriteria keberhasilan belajar ditentukan oleh kemampuan peserta didik menguasai materi, maka strategi ini akan sulit diimplementasikan oleh setiap guru.

Semua metode pasti memiliki keunggulan dan kelemahan masing-masing, di inquiry keungulanya yaitu dari keaktivan siswa dalam memecahkan suatu permasalah yang di berikan dan kelemahan dari metode ini adalah waktu pengimplikasian tekadang cenderung lebih lama.

C. Langkah-langkah Pembelajaran Kontekstual berbasis Inquiry Terbimbing

Langkah-langkah dalam pembelajaran kontekstual berbasis guided inquiry terbimbing seperti ini :

1. Orientasi

Yang dimaksud orientasi dalam pembelajaran ini adalah membina suasana atau iklim pembelajaran yang responsif. Jadi di langkah ini guru mengondisikan siswa agar siap melaksanakan proses pembelajaran. Tugas guru diorientasi ini adalah memberi skema untuk menjawab persoalan yang diberikan. Guru merangsang dan mengajak siswa untuk berpikir memecahkan masalah dengan cara :

a. Guru menjelaskan topik, tujuan, dan hasil belajar yang diharapkan dapat dicapai oleh siswa

b. Menjelaskan pokok-pokok kegiatan yang harus dilakukan oleh siswa untuk mencapai tujuan.

c. Guru memberi motivasi kepada siswa.

(15)

Dalam langkah ini guru memberi siswa persoalan yang mengandung teka-teki, persoalan yang disajikan adalah persoalan yang menantang siswa agar berpikir. Pada langkah ini siswa dituntut untuk mencari atau menyelesaikan masalah dengan tepat yang telah di berikan sedangkan guru mengarahkan siswa pada prosedur-prosedur (skema) yang di gunakan guru. Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam langkah ini :

1) Masalah dirumuskan sendiri oleh siswa tetapi guru ikut memberi petunjuk agar siswa lebih mudah merumuskan masalah.

2) Masalah yang dikaji adalah msalah yang mengandung teka-teki yang jawabannya pasti.

3) Konsep-konsep dalam masalah adalah konsep yang sudah diketahui terlebih dahulu oleh siswa.

3. Merumuskan hipotesis

Hipotesis adalah jawaban sementara dari suatu permasalahan yang sedang dikaji. Pada langkah ini guru berharap siswa menebak jawaban yang di kajinya.

4. Mengumpulkan data

Pada langkah ini siswa dituntut mencari fakta-fakta untuk menguatkan hipotesisnya. Tugas guru memberi sedikit informasi dan mengarahkan siswa agar siswa dapat mengumpulkan data sebanyak-banyaknya.

5. Menguji hipotesis

Pada langkah ini siswa mentukan jawaban yang dianggap diterima sesuai dengan data atau informasi yang diperoleh berdasarkan pengumpulan data. Tugas guru membimbing agar siswa benar-benar yakin dengan beberapa data yang diperoleh untuk di ujinya.

(16)

6. Merumuskan kesimpulan

Proses ini adalah mendeskripsikan temuan siswa yang diperoleh berdasarkan hasil pengujian data. Guru menunjukan kepada siswa data mana yang relevan. Selanjutnya siswa mempresentasikan didepan kelas hasil temuannya, sedangkan tugas guru membenarkan jika temuan siswa melenceng dari persoalan.

D. Berpikir Kritis

1. Pengertian berpikir

Berpikir merupakan hal terpenting dalam kehidupan manusia. Karena hal tersebut yang membedakan manusia dengan mahkluk lainnya. Dengan berpikir kita bisa menghasilkan keputusan dalam menyelesaikan masalah dengan baik. Berpikir dalam kitab suci Al Qur’an dijelaskan disurah Al Baqoroh ayah 219 :

ۡ سَي

َۡٔ ٔ

َۡكَوىُل

ۡ

ِۡهَع

ۡٱ

ۡ ل

ۡ مَخ

ِۡر

ۡ

َۡو

ٱۡ ل

ۡ يَم

ۡ ِرِس

ۡ

ۡ لُق

ۡ

ۡ اَمِهيِف

ۡ

ۡ ثِإ

ۡ م

ۡ

ۡ ريِبَك

ۡ

ۡ َىَمَو

ُۡعِف

ۡ

ِۡساَّىلِل

ۡ

ۡ ثِإَو

ۡ اَمُهُم

ۡ

ۡ كَأ

ُۡرَب

ۡ

هِم

ۡ

ۡ فَّو

ۡ اَمِهِع

ۡ

ۡ سَيَو

َۡٔ ٔ

َۡكَوىُل

ۡ

اَذاَم

ۡ

ۡ َنىُقِفىُي

ۡ

ِۡلُق

ۡٱ

ۡ ل

ۡ فَع

ۡ َى

ۡ

ۡ َذَك

َۡكِل

ۡ

ُۡهِّيَبُي

ۡٱ

َُّۡللّ

ۡ

ُۡمُكَل

ۡٱ

ۡ ل

ۡ َي

ِۡت

ۡ

ۡ مُكَّلَعَل

ۡ

َۡنوُرَّكَفَتَت

ۡ

٩١٢

ۡ

ۡ

Mereka bertanya kepadamu tentang khamar dan judi. Katakanlah: "Pada keduanya terdapat dosa yang besar dan beberapa manfaat bagi manusia, tetapi dosa keduanya lebih besar dari manfaatnya". Dan mereka bertanya kepadamu apa yang mereka nafkahkan. Katakanlah: "Yang lebih dari keperluan". Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu supaya kamu berfikir”.

Berdasarkan ayat tersebut dijelaskan bahwa Allah menyeru manusia supaya berpikir khamar dan judi adalah perbuatan yang jelek yang manfaatnya sedikit ditimbang dosanya. Jadi manusia sebelum melakukan tindakan berpikir dahulu agar tidak jalan dijalan yang sesat.

Berpikir menurut peter reason adalah proses mental seseorang yang lebih dari sekedar mengingat, dan memahami. Karena mengingat dan memahami lebih bersifat

(17)

pasif daripada kegiatan berpikir.23 Pendapat peter menunjukan bahwa seseorang yang mengingat dan memahami lebih bersifat pasif karena seseorang akan lebih mudah mendapat informasi tanpa otak bekerja dibandingkan dengan kegiatan berpikir.

J.P. Guilford mengemukakan bahwa intelengensi dapat dilihat dari tiga kategori dasar atau faces of intellect, yaitu :24

a. Opersi mental (proses berpikir) b. Content (isi yang dipikirkan) c. Produk (hasil berpikir)

Pendapat yang dikemukakan oleh Guilford, kecerdasan itu dapat dilihat melalui tiga katagori, bagaimana cara berpikir seseorang, apa yang dipikirkan seseorang dan bagaimana hasil berpikir seseorang dalam menyelesaikan suatu masalah.

Berpikir juga didefisinikan sebagai aktivitas psikis yang intensional, dan terjadi apabila seseorang menjumpai masalah yang harus dipecahkan.25 Berpikir melandasi semua tindakan manusia dan interaksinya.26 Berpikir bagi peserta didik merupakan kemampuan peserta didik untuk menyeleksi atau menganalisis, bahkan mengkritik pengetahuan yang diperoleh.

Hasil berpikir dapat diwujudkan dengan bahasa.27 Ini berarti hasil berpikir kita dapat kita ungkapkan melalui lisan. Proses berpikir itu sebenarnya tidak pasif, tetapi jiwanya aktif dan berusaha mencari penyelesaian.28 Dalam membentuk suatu pengetahuan dalam berpikir yag tersusun serta mengetahui pengetahuan tidaklah mudah harus ada suatu penalaran dan keputusan untuk memecahkan masalah.

23 Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, (Jakarta : Kencana

Prenada Media, 2011). Hal. 230

24

Muhammad Thobroni dan Arif Mustofa, Belajar & Pembelajaran: Pengembangan Wacana Dan Praktik Pembelajaran Dalam Pembangunan Nasional, (Maguwoharjo : Ar-Ruzz Media, 2013). Hal 128

25 Abu Ahmadi, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Rienka Cipta, 2009), Hal. 83

26 Wowo Sunaryo Kuswa, Taksonomi Berpikir, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2011) Hal 3

27 Moh. Maksur dan Halim Fathani, mathematical Intelegence, (Yogyakata: Arr-Ruzz Media, 2007). Hal

43

(18)

La costa mengklasifikasikan mengajar berpikir menjadi tiga yaitu teaching of thinking, teaching for thinking, dan teaching abaut thinking.29

Teaching of thinking adalah proses pembelajaran yang diarahkan untuk pembentukan keterampilan mental tertentu, seperti misalnya keterampilan berpikir kritis, berpikir kreatif, dan lain sebagainya. Teaching for thinking adalah proses pembelajaran yang diarahkan pada usaha menciptakan lingkungan belajar yang dapat mendorong terhadap pengembangan kognitif. Teaching abaut thinking adalah pembelajaran yang diarahkan pada upaya untuk membantu agar siswa lebih sadar terhadap proses berpikirnya.

Dari beberapa macam definisi mengenai berpikir yang telah dipaparkan diatas, pada dasarnya berpikir merupakan kegiatan otak yang bukan sekedar mengingat dan memahami melainkan suatu kemampuan yang dimiliki seseorang untuk memecahkan masalah. Di pendidikan berpikir sangatlah penting karena dalam berpikir membantu siswa dalam menghadapi persoalan atau masalah dalam proses pembelajaran. Proses berpikir pada peserta didik dalam proses belajar mengajar bertujuan untuk membangun kebiasaan peserta didik dalam menyelesaikan permasalahan dengan baik, benar, efektif dan efisien.

2. Pengertian Berpikir Kritis

Berpikir sebagai suatu kemampuan mental dapat dibedakan menjadi beberapa jenis yaitu berpikir logis, analisis, sistematis, kritis dan kreatif. Menurut Tatag Siswono berpikir kritis merupakan perwujudan dari berpikir tingkat tinggi.30 Itu artinya berpikir kritis sebenarnya lebih komplek daripada berpikir biasa. Berpikir

29 Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, (Jakarta : Kencana

Prenada Media, 2011). Hal 107

30 Tatag Siswono. Penjenjangan Kemampuan Berpikir Kreatif dan Identifikasi Terhadap Berpikir Kritis

Dalam Pemecahan dan Mengajukan Masalah Matematika. Disertasi tidak dipublikasikan. (Surabaya : Unesa. 2007) hal 22

(19)

biasa dapat diartikan sebagai berpikir dasar yang hanya memahami konsep dan mengenali konsep ketika konsep berada pada suatu setting. Sedangkan berpikir kritis lebih tinggi dari hanya mengenali konsep tersebut, karena membutuhkan kemampuan mental dan intelektual yang tinggi.

Menurut Richad Paul, berpikir kritis adalah metode berpikir mengenai hal, subtansi atau masalah apa saja dimana si pemikir meningkatkan kualitas pemikiranya dengan menangani secara terampil, struktur-struktur yang melekat dalam pemikiran dan menerapkan standar-standar intelektual padanya.31 Jadi berpikir kritis itu menggunakan pemikiran yang masuk akal untuk memutuskan apa yang harus dilakukan sesuai dengan kemampuan intelektualnya.

Jadi secara umum berpikir kritis adalah penentuan secara hati-hati dan sengaja apakah menerima, menolak atau menunda keputusan tentang suatu klaim/pernyataan. Berpikir kritis penting bagi masa depan siswa, mengingat bahwa itu mempersiapkan siswa untuk menghadapi banyak tantangan yang akan muncul dalam hidup mereka, karier dan pada tingkat kewajiban dan tanggung jawab pribadi mereka.

3. Karakteristik Berpikir Kritis

Seseorang yang berpikir kritis memiliki karakter khusus yang dapat diidentifikasi dengan melihat bagaimana seseorang menyikapi suatu masalah. Informasi atau argumen karakter-karakter tersebut tampak pada kebiasaan bertindak, berargumen dan memanfaatkan intelektualnya. Berikut adalah karakteristik pemikir kritis: 32

a. Menanyakan sesuatu yang berhubungan

31 Rhichard Paul dalam kowiyah, Pengembangan Berpikir Kritis, dalam Jurnal Pendidikan Dasar Vol.3.

No.5. 2012. Hal 175

32 Umi Istianah. Penerapan Pembelajaran Berdasarkan Masalah (PBM) untuk Melatih Kemampuan

Berpikir Kritis Siswa Dalam Memecahkan Masalah Matematik. Skripsi tidak dipublikasikan. (Surabaya:IAIN Sunan Ampel. 2010). Hal 28

(20)

b. Menulis pernyataan dan argumen

c. Dapat memperbaiki kekeliruan pemahaman atau informasi d. Memiliki rasa ingin tahu

e. Tertarik untuk mencari solusi baru

f. Dapat menjelaskan suatu karakteristik untuk menganalisis pendapat

g. Ingin menguji kepercayaan, asumsi dan pendapat serta membandingkanya dengan bukti yang ada

h. Mendengarkan orang lain dengan baik dan dapat memberikan umpan balik

Jadi ciri-ciri seseorang berpikir kritis itu ada delapan sesuai dengan paparan di atas. Seseorang yang bepikir kritis lebih cerdas daripada sesorang yang berpikir biasa. Karena seseorang yang berpikir kritis mampu melaksanakan kedelapan karakteristik tersebut.

4. Indikator Berpikir Kritis

Kemampuan berpikir kritis merupakan kemampuan penting yang harus dikuasai oleh siswa. Berpikir kritis tidak lepas dari indikator, Adapun indikator berpikir kritis menurut Ennis,33 pada tabel 2.1 yaitu:

Tabel 2.1 indikator berpikir kritis No. Kelompok Indikator Sub Indikator 1 Memberikan penjelasan sederhana Memfokuskan pertanyaan a. Mengidentifikasi atau merumuskan pertanyaan b. Mengidentifikasi atau merumuskan kriteria untuk menimbangkan kemungkinan jawaban c. Menjaga kondisi berpikir Menganalisis argumen a. Mengidentifikasi kesimpulan

33 Evi Sapinatul Bahriah, Indikator Berpikir kritis dan Kreatif, pada situs :

http://evisapinatulbahriah.wordpress.com/2011/06/30/indikator-berpikir-kritis-dan-kreatif/ diakses pada 16/06/2016

(21)

b. Mengidentifikasi kalimat-kalimat pertanyaan c. Mengidentifikasi kalimat-kalimat bukan pertanyaan d. Mengidentifikasi dan menangani suatu tidak ketepatan

e. Melihat sruktur dari suatu argumen Bertanya dan menjawab pertanyaan a. Memberikan penjelasan sederhana b. Menyebutkan contoh 2 Membangun keterampilan dasar Mempertimbangkan apakah sumber dapat dipercaya atau tidak

a. Mempertimbangkan keahlian b. Mempertimbangkan kemenarikan konflik c. Mempertimbangkan reputasi d. Mempertimbangkan penggunaan prosedur yang tepat e. Mempertimbangkan resiko untuk reputasi f. Kemampuan untuk memberikan alasan g. Kebiasaan berhati-hati Mengobservasi dan mempertimbangkan laporan observasi a. Melibatkan sedikit dugaan b. Menggunakan waktu yang singkat antara observasi dan laporan c. Melaporkan observasi d. Merekam hasil observasi e. Menggunakan bukti-bukti benar f. Menggunakan akses yang baik g. Menggunakan teknologi h. Mempertanggungkan observasi 3 Menyimpulkan Mendeduksi dan

mempertimbangkan hasil deduksi

a. Siklus logika Euler b. Mengkondisikan logika c. Menyatakan tafsiran Menginduksi dan memperimbangkan hasil induksi a. Mengemukakan hal yang umum b. Mengemukakan kesimpulan dan hipotesis c. Merancang eksperimen d. Menarik kesimpulan sesuai fakta

(22)

e. Menarik kesimpulan dari hasil menyelidiki Membuat dan menentukan hasil pertimbangan a. Membuat dan menentukan hasil pertimbangan berdasarkan latar belakan fakta-fakta b. Membuat dan menentukan hasil pertimbangan berdasarkan akibat c. Membuat dan menentukan hasil pertimbangan berdasarkan penerapan fakta d. Membuat dan menentukan hasil pertimbangan berdasarkan penerapan fakta e. Membuat dan menetukan hasil pertimbangan keseimbangan dan masalah 4 Memberikan penjelasan lanjut Mendefinisikan dan mempertimbangkan suatu definisi a. Membuat bentuk definisi b. Strategi membuat definisi c. Bertindak dengan memberikan penjelasan lanjut d. Mengidentifikasi dan menangani ketidakbenaran yang disengaja

e. Membuat isi definisi Mengidentifikasi asumsi-asumsi a. Penjelasan bukan pertanyaan b. Mengkontruksi argumen 5. Mengatur strategi dan taktik Menentukan suatu tindakan a. Mengungkap masalah b. Memilih kriteria untuk

mempertimbangkan solusi alternatif c. Menentukan tindakan sementara d. Mengulang kembali e. Mengamati penerapanya Berinteraksi dengan orang lain a. Menggunakan argumen b. Menggunakan strategi logika

(23)

c. Menggunakan strategi retorika

d. Menunjukan posisi, orasi, atau tulisan

Berdasarkan indikator berpikir kritis di atas, maka indikator yang digunakan dalam penelitian ini untuk mengetahui kemampuan untuk dapat menyesuaikan dengan situasi yang diberikan, sehingga kemampuan berpikir kritis siswa dapat dilihat dari karakter berikut:

a. K1 = kemampuan untuk menolak informasi bila tidak benar atau tidak relevan Siswa dapat menyeleksi pertanyaan-pertanyaan yang dibutuhkan untuk memecahkan masalah matematika. Siswa yang berpikir kritis tidak menggunakan informasi yang tidak relevan. Siswa yang berpikir kritis tidak menggunakan informasi yang tidak relevan tersebut, karena tidak sesuai dengan permintaan tugas yang diberikan.

b. K2 = kemampuan mendeteksi kekeliruan dan memperbaiki kekeliruan konsep Kemampuan ini dapat dilihat dengan menganalisis hasil pekerjaan siswa dalam menyelesaikan tugas yang diberikan. Untuk kemampuan ini dapat digunakan tes yang sengaja dibuat menyalahi konsep dan aturan dalam matematika, siswa yang berpikir kritis mampu mendeteksi kesalahan dan dapat memperbaikinya dengan benar.

c. K3 = kemampuan untuk mengambil keputusan atau kesimpulan setelah seluruh fakta dikumpulkan dan dipertimbangkan.

Setelah siswa dihadapkan pada satu masalah atau soal, kemudian memecahkan masalah dengan bekal pengetahuan yang sebelumnya dan tetap melakukan koreksi sebelumnya diyakini kebenarannya, serta siswa mampu membuat kesimpulan yang merupakan jawaban dari permintaan tugas.

(24)

d. K4 = ketertarikan untuk mencari solusi baru

Karakter ini juga merupakan karakter seseorang yang berpikir kritis. Dimana peserta didik dalam menyelesaikan tugas melebihi dari permintaan tugas. Karakter ini juga menggambarkan siswa suka akan tantangan dan rasa ingin tahu. Karakter ini dapat dilihat dari pekerjaan siswa yang menghadapi tugas yang divergen. Jika siswa menjawab lebih dari satu jawaban atau solusi benar, maka siswa dapat memenuhi karakter berpikir kritis.

Kemampuan siswa untuk mendeteksi kesalahan juga merupakan faktor penting bagi kemampuan-kemampuan yang selanjutnya sepertimenyimpulkan dan mencari solusi lain. Selanjutnya kempuan berpikir kritis siswa dibagi menjadi tiga level.34

a. Level 3 = kritis

Pada level ini siswa dikatakan memenuhi karakteristik berpikir kritis jika memenuhi ke-4 karakter berpikir kritis yaitu K1, K2, K3, dan K4 atau hanya memenuhi tiga karakter berpikir kritis dengan ketentuan K1 dan K2 terpenuhi.

b. Level 2 = cukup kritis

Pada level ini siswa dikatakan cukup kritis jika memenuhi tiga atau dua karakteristik berpikir kritis tapi salah satu dari K1 dan K2 terpenuhi atau siswa hanya memenuhi K1 dan K2 saja sedangkan K3 dan K4 tidak terpenuhi. c. Level 1 = tidak kritis

34 Umi Istianah. Penerapan Pembelajaran Berdasarkan Masalah (PBM) untuk Melatih Kemampuan

Berpikir Kritis Siswa Dalam Memecahkan Masalah Matematik. Skripsi tidak dipublikasikan. (Surabaya:IAIN Sunan Ampel. 2010). Hal 42-43

(25)

Pada level ini siswa dikatakan tidak kritis jika hanya memenuhi salah satu dari K1, K2, K3, dan K4 saja atau bahkan siswa tidak memenuhi semua karakter berpikir kritis yang ada.

Sehingga penelitian ini mengikuti acuan penelitian terdahulu, menggunakan 3 tingkatan kemampuan berpikir kritis, jika kritis maka memenuhi ke-4 karakter berpikir kritis yaitu K1, K2, K3, dan K4, sedangkan cukup kritis apabila memenuhi tiga karakter tersebut, yakni K1, K2, dan K3. Dan jika tidak kritis hanya memenuhi salah satu karakter yakni K1, K2, K3, dan K4.

E. Penelitian Terdahulu

Berdasarkan penelitaan terdahulu oleh Anizar Khanifatul, 2012 yang berjudul Penerapan Pembelajaran Kontekstual Berbasis Guided Inquiry untuk Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas III MI Tarbiyatussibyan Boyolangu Tulungagung Ajaran 2011/2012. Penelitian menggunakan metode penelitian tindakan kelas diperoleh data pada tes akhir siklus I adalah 72,5 pada kriteria baik dan tes akhir siklus II adalah 85,63 dan pada kreteria sangat baik menunjukan peningkatan sebesar 13,13. Sedangkan siswa tuntas pada siklus I adalah 75% dan meningkat pada siklus II yaitu 87,5%.

Berdasarkan penelitaan terdahulu oleh Titik Puspitasari, 2013 yang berjudul Pengaruh Metode Inquiry dengan pendekatan prinsip Motivasi Terhadap presteasi belajar

siswa Kelas VII SMP 2 Bandung Tulungagung Ajaran 2011/2012.

Penelitian yang dilakukan oleh Titik menggunakan metode kuantitatif ada pengaruh signifikan metode Inquiry dengan pendekatan prinsip motivasi terhadap hasil belajar siswa, hal ini ditunjukan oleh nilai thitung = 4,253 sedangkan ttabel pada taraf signifikasi 5% yaitu 2,000 maka ttabel > thitung sehingga Ha diterima. Dan adapun pengaruh inquiry adalah 19,389 % kriteria sangat rendah.

(26)

Berdasarkan penelitian terdahulu Wahyu Lia Rahmawati (2015) IAIN Tulungagung dengan judul Penerapan Strategi pembelajaran (SPI) Dalam mengembangkan penalaran matematika siswa SMP Islam Hasanudin Kesamben-Blitar. Hasil penelitiannya menunjugakan ada pengaruh terhadap SPI dalam pengembangan penalaran matematika di SMP Islam Hasanudin Kesamben-Blitar. Adapun kesamaan dan perbedaan penelitian terdahulu dengan penelitian ini disajikan pada tabel 2.2 berikut:

Tabel 2.2 kesamaan dan perbedaan penelitian

F. P a r a d i g m a P e n elitian Nama peneliti terdahulu

Penelitian terdahulu Penelitian sekarang

1. Anizar khanifatul

perbedaan Penelitian yang dilakukan oleh Anizar menggunakan metode penelitian PTK

Penelitian sekarang menggunakan metode penelitian Kualitatif persamaan Penelitian terdahulu

menggunakan teknik guided inquiry Penelitian terdahulu menggunakan teknik guided inquiry 2. Titik Puspitasari

perbedaan Penelitian yang dilakukan oleh titik menggunakan metode penelitian kuantitatif

Penelitian sekarang menggunakan metode penelitian Kualitatif persamaan Penelitian terdahulu

menggunakan teknik inquiry Penelitian terdahulu menggunakan teknik inquiry 3. Wahyu Lia Rahmawati

perbedaan Penelitian yang dilakukan oleh Lia untuk mengembangkan penalaran matematika siswa

Penelitian sekarang untuk meningkatkan hasil belajar siswa.

persamaan Penelitian terdahulu menggunakan teknik inquiry Penelitian terdahulu menggunakan teknik inquiry Meteri matematika Penerapan Metode guided Inquiry Pembelajaran Kontekstual Berpikir kritis

(27)

Pembelajaran Kontekstual berbasis Gueided Inquiry di pelajaran matematika di SMP Islam Al Azhar akan semakin meningkatkan berpikir kritis pada materi yang di ajarkan, Hal ini dikarenakan pembelajaran kontekstual adalah pembelajaran yang menghubungkan materi ke kehidupan nyata, sedangkan metode guided Inquiry adalah strategi pembelajaran mencari dan menemukan sendiri jawaban persoalan-persoalan dari masalah yang di berikan dengan bimbingan dari guru. Jadi pembelajaran kontekstual berbasis Guided Inquiry adalah pembelajaran yang menekankan pada proses mencari dan menemukan sendiri jawaban dari persoalan dan mengubungkan ke dunia nyata dengan terbimbing. Pembelajaran ini mampu mengembangkan berpikir dan kreativitas karena siswa dituntut untuk mencari dan menemukan suatu jawaban dan dihubungkan ke dunia nyata.

(28)

Gambar

Tabel 2.1 indikator berpikir kritis
Tabel 2.2 kesamaan dan perbedaan penelitian

Referensi

Dokumen terkait

Soewandi (2000: 53)mengutarakan bahwa kalimat-kalimat yang memberi penjelasan lebih lanjut itu disebut sebagai kalimat penjelas, sedangkan ide pokok yang terletak pada

Dengan bimbingan guru siswa membahas tentang berbagai pekerjaan yang menjadi cita-cita antara lain menjadi seorang guru, arsitek, dokter hewan, penyanyi, dan pilot.. Guru

Nur Rafida Herawati. PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN IMPROVE UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN DAN PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIKA SISWA KELAS X MIA 1 SMA NEGERI 1 SUKOHARJO TAHUN PELAJARAN

Lamandau, Sukamara, Kobar, Kotim, Seruyan, Katingan, Gunung Mas, Pulang Pisau, Kapuas, Barsel, Bartim, Barut, Murung Raya, Kota Palangkaraya.. 150.000.000,00 Meningkatnya

Lembaga atau perusahaan besar pada umumnya sudah menggunakan teknologi canggih dengan memanfaatkan program-program yang biasanya mereka buat atau beli dari orang yang

sedangkan perusahaan yang memiliki risiko finansial yang rendah adalah PT. Risiko finansial yang tinggi mengindikasikan bahwa proporsi hutang PT. Barito pada tahun 2012 lebih

Kebijakan pidana terkait dengan korupsi sesungguhnya sudah ada dan diatur dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidanan (KUHP) namun yang diatur mengenai penyalahgunaan

Nije zbog toga neobično da ta proslava svake godine izaziva i negativne reakcije onih koji drugačije gledaju na događaje iz srpnja 1941.. Vrhunac je takva