• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS SATUAN KEMAMPUAN LAHAN KETERSEDIAAN AIR TANAH DI KABUPATEN PASURUAN.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ANALISIS SATUAN KEMAMPUAN LAHAN KETERSEDIAAN AIR TANAH DI KABUPATEN PASURUAN."

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS SATUAN KEMAMPUAN LAHAN KETERSEDIAAN AIR TANAH DI KABUPATEN PASURUAN

M. Sholichin1,Runi Asmaranto1, Idelia Ditta Jannati2

1

Dosen Jurusan Teknik Pengairan

2

Mahasiswa Jurusan Teknik Pengairan email : idelia.ditta@yahoo.com

ABSTRAK

Kabupaten Pasuruan merupakan kabupaten yang memiliki potensi airtanah dalam yang melimpah namun kurang bijaksana dalam pengelolaannya.Di Kabupaten Pasuruan airtanah banyak dimanfaatkan untuk kepentingan domestik, irigasi maupun industri.Jumlah penduduk yang semakin meningkat mendorong pemenuhan kebutuhan air baik kepentingan domestik, irigasi maupun industri.Pemanfaatan airtamah secara terus-menerus tanpa memperhatikan kemampuan lahannya dapat mengakibatkan penurunan permukaan tanah akibat penurunan muka airtanah. Berkurangnya daerah resapan air, dan lemahnya kinerja pengelolaan airtanah adalah masalah yang terjadi di Kabupaten Pasuruan.

Analisis ini bertujuan untuk mengetahui (SKL) Satuan Kemampuan Lahan ketersediaan airtanah serta penentuan daerah imbuhan airtanah di Kabupaten Pasuruan. Dengan parameter kelulusan batuan, curah hujan, jenis tanah, kemiringan lahan dan kedalaman muka airtanah yang di overlay sehingga didapatkan SKL ketersediaan airtanah.

Berdasarkan hasil analisis diketahui bahwa SKL ketersediaan airtanah sangat besar dengan total luas 831,6 ha yaitu di wilayah Pegunungan Bromo dan Pegunungan Arjuna. Pada SKL ketersediaan air sangat besar terdapat debit mata air sebesar 10 lt/dtk – 200 lt/dtk. Pada SKL ketersediaan airtanah besar, sedang dan kecil terdapat debit optimum sebesar 11 lt/dtk – 31 lt/dtk, 6,57 lt/dtk -8,63 lt/dtk dan kurang dari 6 lt/dtk. Pemetaan daerah imbuhan di Kabupaten Pasuruan didapatkan seluas 135,57 km2 di wilayah Gunung Arjuna dan seluas 312 km2 di wilayah Gunung Bromo.

Kata kunci : SKL ketersediaan airtanah, debit optimum, pemetaan

ABSTRACK

Pasuruan region awarded the abundant water resources, but less wise in managing it. In much areas in Pasuruan, groundwater being used to the benefit of domestic, irrigation and industrial. The population of the ever increasing push for more and more amount of water. Groundwater usage continuously without notice the land ability cause decreasing groundwater that impact from decreasing static water level groundwater . Decreasing of recharge area and decreasing of work ability at groundwater management is the problem that happened in Pasuruan.

This analysis aims to determine the unit land ability of groundwater availability and determination recharge area and discharge area in Pasuruan. Using overlay method from five parameter such as geology permeability, rainfall, kind of soil, land area elevation and groundwater level then obtained the unit land ability of groundwater availability.

Based on analysis result obtained the unit land ability of groundwater availability that categorized very much the extent 831.6 ha that existed at Bromo Mountains and Arjuna Mountains. At the unit land ability of groundwater availability that categorized very much available a water source with debit 10 lt/sec – 200 lt/sec. At categorized much available a well with optimum debit 11 lt/sec – 31 lt/sec, 6,57 lt/sec -8,63 lt/sec at categorized average and less than 6 lt/sec at categorized little. Recharge area mapping in Pasuruan obtained the extent 135,57 km2 at Arjuna Mountain dan seluas 312 km2 at Bromo Mountain.

Keywords: the unit land ability of groundwater availability, optimum debit, the mapping

1. PENDAHULUAN

Di Kabupaten Pasuruan, airtanah dimanfaatkan untuk kepentingan domestik, irigasi maupun industri. Jumlah penduduk yang semakin meningkat mendorong pemenuhan jumlah air yang semakin banyak.

Mengingat air merupakan kebutuhan yang sangat vital bagi manusia, sehingga apabila airtanah jumlahnya menurun, dikhawatirkan akan terjadi kekurangan pasokan air untuk mencukupi kebutuhan manusia. Sehubungan dengan uraian di atas, maka diperlukan upaya nyata dalam

(2)

pengembangan sumber daya airtanah yang berwawasan lingkungan di Kabupaten Pasuruan. Terkait dengan kondisi tersebut diatas, fenomena yang terlihat dari perkembangan Kabupaten Pasuruan berupa pengolahan tata guna lahan yang kurang optimal dan peningkatan eksploitasi air tanah yang sangat pesat di berbagai sektor telah menuntut perlunya persiapan berupa langkah-langkah nyata untuk menanganinya yaitu dengan mengetahui satuan kemampuan lahan ketersediaan airtanah.

2. TINJAUAN PUSTAKA

A. SATUAN KEMAMPUAN LAHAN (SKL) KETERSEDIAAN AIR

TANAH

Lingkup studi dalam SKL Ketersediaan Airtanah ini adalah melakukan analisis untuk mengetahui tingkat ketersediaan airtanah guna pengembangan kawasan, dan kemampuan penyediaan airtanah masing – masing tingkatan. Mengetahui sumber-sumber air yang bisa dimanfaatkan untuk keperluan pengembangan kawasan, dengan tidak mengganggu keseimbangan tata air. Sebagai salah satu model pengkelasan dan pemberian skor dari tiap kelas parameter dijelaskan sebagai berikut:

Tabel 1. .Skor Kelas Parameter SKL Ketersediaan Airtanah

No. Parameter Bobot

Nilai Keterangan 1. Kelulusan Batuan 5 Sangat Tinggi 2. Curah Hujan 4 Tinggi

3. Jenis Tanah 3 Cukup

4. Kemiringan Lereng 2 Sedang 5. Kedalaman Muka Airtanah 1 Rendah

Sumber : Direktorat Tata Lingkungan Geologi dan Kawasan Pertambangan, 2004

a. Jenis Batuan Penyusun

Pengkelasannya berdasarkan nilai permeabilitas dimana hal tersebut sangat dipengaruhi oleh tekstur dan struktur dari tiap jenis batuan. Semakin besar permeabilitas & koefisien resapan semakin besar skornya (Tabel-2)

Tabel 2.Kelas dan Skor Kelulusan Batuan

No. Permeabilitas

(m/hari) Batuan Skor Keterangan 1. > 103 Endapan Aluvial 5 Sangat Tinggi 2. 101 – 103 Endapan kuarter Muda 4 Tinggi 3. 10-2 – 101 Endapan kuarter tua 3 Cukup 4. 10-4 – 10-2 Endapan tersier 2 Sedang 5. < 10-4 Batuan intrusi 1 Rendah Sumber : Direktorat Tata Lingkungan Geologi dan Kawasan Pertambangan, 2004

b. Curah Hujan

Dari segi daya dukung lingkungan, dengan curah hujan yang sama resapan air akan semakin besar jika hujan terjadi dalam waktu yang panjang. Semakin tinggi dan lama curah hujan, semakin besar skornya karena pada dasarnya semakin tinggi dan lama curah hujan semakin besar air yang dapat meresap ke dalam tanah

Tabel 3. Kelas dan Skor Data Curah Hujan

No. Curah Hujan

(mm / th) Skor Keterangan 1 < 1.500 1 Rendah 2 1.500 – 2.000 2 Sedang 3 2.000 – 2.500 3 Cukup 4 2.500 – 3.000 4 Tinggi 5 > 3.000 5 Sangat Tinggi

Sumber : Direktorat Tata Lingkungan Geologi dan Kawasan Pertambangan, 2004

c. Jenis Tanah Permukaan

Karakteristik tanah yang harus diperhatikan adalah permeabilitas dan nilai faktor infiltrasi (lihat Tabel 4).

(3)

Tabel 4. Kelas dan Skor Tiap Jenis Tanah

No. Permeabilitas (10-5 m/dt)

Tekstur

Tanah Skor Keterangan 1. Lambat (<2) Lempung Lanauan 1 Rendah 2. Agak Lambat (2-7) Lanau Lempung an 2 Sedang 3. Sedang – cepat (7-15) Lempung Pasiran 3 Cukup 4. Agak Cepat (15-30) Pasir Kerikil 4 Tinggi 5. Cepat (>30) Kerikil 5 Sangat Tinggi Sumber : Direktorat Tata Lingkungan Geologi dan Kawasan Pertambangan, 2004

d. Kemiringan Lahan

Merupakan variabel yang sangat berpengaruh terhadap proses resapan air dan penentuan kawasan konservasi. Tetapi pengaruhnya berbeda terhadap 2 kepentingan tersebut. Untuk kepentingan resapan air semakin besar kemiringan semakin kecil jumlah air yang meresap tetapi akan semakin penting atau perlu untuk dikonservasi.

Tabel 5. Kelas dan Skor Kemiringan Lahan No. Kemiringan Lahan (%) Koefisien Infiltrasi Skor Keterangan 1. < 8 >0,95 5 Sangat Tinggi 2. 8 - 15 0,8 4 Tinggi 3. 15 - 25 0,7 3 Cukup 4. 25 - 45 0,5 2 Sedang 5. > 45 0,2 1 Rendah

Sumber : Direktorat Tata Lingkungan Geologi dan Kawasan Pertambangan, 2004

e. Kedalaman Muka Airtanah

Semakin dalam kedalaman muka airtanah maka kemungkinan air untuk meresapkan air semakin besar dibandingkan dengan daerah yang kedalaman muka airtanahnya relatif dangkal (Tabel 6).

Tabel 6. Kelas dan Skor Kedalaman Muka Airtanah No. Kedalaman Muka Airtanah (m) Skor Keterangan 1 > 30 5 Sangat Tinggi 2 20 – 30 4 Tinggi 3 10 – 20 3 Cukup 4 5 – 10 2 Sedang 5 < 5 1 Rendah

Sumber : Direktorat Tata Lingkungan Geologi dan Kawasan Pertambangan, 2004

Kemudian untuk menentukan satuan kemampuan lahan ketersediaan air dikerjakan dengan menjumlahkan hasil perkalian antara nilai bobot dan skor pada tiap kelas parameter, dengan menggunakan rumus :

Nilai Total = Kb*Kp + Pb*Pp + Sb*Sp + Lb*Lp + Mb*Mp

Keterangan :

K = Kelulusan batuan

P = Curah hujan rata-rata tahunan S = Tanah penutup

L = Kemiringan lereng M = Kedalaman akuifer b = Nilai bobot

p = Skor klas parameter B. AKUIFER

Akuifer merupakan salah satu golongan air tanah yang berada di wilayah jenuh air di bawah permukaan tanah. Suatu formasi batuan yang mengandung cukup bahan-bahan yang lulus dan mampu melepaskan air dalam jumlah berarti ke sumur-sumur atau mata air. Ini berarti, formasi tersebut mempunyai kemampuan menyimpan dan mengalirkan air. Pasir dan kerikil merupakan contoh suatu jenis akuifer.

C. DAERAH IMBUHAN DAN

DAERAH LUAHAN

Daerah imbuhan airtanah (recharge area) adalah daerah dimana terjadi proses peresapan (infiltrasi) air hujan menjadi airtanah bebas maupun

(4)

airtanah tertekan. Airtanah bebas mendapat imbuhan langsung dari resapan air hujan setempat, sedangkan airtanah tertekan mendapat imbuhan dari daerah yang jauh lebih tinggi.

. Daerah luahan airtanah adalah daerah keluaran airtanah yang berlangsung secara alamiah pada cekungan airtanah. Letak daerah luahan biasanya berada di daerah hilir dengan morfologi berupa dataran rendah. Penentuan batas daerah imbuhan dan daerah lmubahan sangat penting dalam pelaksanaan upaya konservasi. Terdapat 5 metode dalam penentuan daerah imbuhan dan daerah luahan antara lain (Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, 2010) :

1. Metode tekuk lereng 2. Metode pola aliran sungai 3. Metode pemunculan mata air 4. Metode kedalaman muka airtanah 5. Metode isotop alam

D. PERHITUNGAN DEBIT OPTIMUM SUMUR

Debit ketersediaan airtanah dalam penelitian ini adalah debit optimum sumur Untuk mengetahui debit optimum sumur menggunakan metode Step Drawdown Test dengan rumus :

Qmaks2..rw.D.

K0,5/15

SwmaksBQmaksCQmaks2 Dimana :

Q maks = Debit maksimum sumur rw = Jari-jari sumur

D = Ketebalan akuifer K = Koefisien kelulusan air Sw maks = Penurunan muka air

maksimal di dalam sumur yang dipompa (m)

B = koefisien akuifer loss (dt/m2) C = koefisien well loss (dt2/m5)

Nilai Qmaks dan Swmaks diplot dan ditarik garis perpotongan antara kedua garis hasil ploting, maka akan diperoleh nilai Qoptimum dan Swoptimum

E. PENGUJIAN AKUIFER METODE THEIM

Di dalam metode Long Period Test, metode analisa yang dapat dilakukan adalah dengan metode Theim. Di mana anggapan yang paling penting dari cara ini adalah aliran ke dalam sumur adalah aliran tunak (steady flow/equilibrium atau steady stage). Adapun bentuk persamaan Theim adalah (Bisri, 1991:117):

1. Persamaan ini digunakan apabila pisometer lebih dari satu

T=        2 12 1 ' log ) ( 2 30 , 2 r r S S

2. Persamaan ini digunakan apabila pisometer hanyasatu T=        w w r r S S Q 1 1 ' log ) ( 2 3 , 2 

3. Persamaan ini digunakan apabila pisometer diabaikan T= w S Q ' 22 , 1 Dimana:

Q = Debit sumur yang dipompa (m3/dtk) T = Transmisivitas Akuifer (m2/dtk) S1= Penurunan air pada pisometer 1 (m) S2= Penurunan muka air pada pisometer

2 (m)

r1= Jarak pisometer 1 ke sumur pompa (m)

r1= Jarak pisometer 2 ke sumur pompa (m)

rw= Jari-jari sumur yang dipompa (m) Sw= Penurunan muka air di dalam sumur

yang dipompa (m)

re= Jari-jari pengaruh sumur (m) 3. METODE PENELITIAN A. DAERAH IMBUHAN DAN

DAERAH LUAHAN

Dikerjakan dengan

mengabungkan 4 metode yaitu metode tekuk lereng, pola aliran sungai, pemunculan mata air dan kedalaman muka airtanah dengan cara overlay

(5)

menggunakan bantuan program ArcGIS 9.3.

.

B. ANALISIS SATUAN KEMAMPUAN LAHAN

KETERSEDIAAN AIR TANAH Langkah–langkah:

1. Mengolah data menjadi peta tiap

parameter SKL dengan

menggunakan bantuan program ArcGIS 9.3.

2. Memberi skor pada tiap peta parameter berdasarkan pada tabel kelas dan skor tiap parameter

3. Mengalikan skor dengan bobot nilai tiap parameter

4. Overlay kelima peta parameter berdasarkan hasil skor akhir.

5. Klasifikasi tiap tingkatan SKL ketersediaan airtanah

C. ANALISIS DEBIT

KETERSEDIAAN AIR TANAH Langkah–langkah:

1. Menentukan jenis aliran pada akuifer menggunakan Long Period Test 2. Melakukan pengujian akuifer dengan

metode Theim.

3. Menghitung debit optimum sumur dengan metode Step Drawdown Test. 4. Memasukkan nilai debit optimum pada peta SKL ketersediaan airtanah. 4. HASIL DAN PEMBAHASAN A. PEMETAAN DAERAH IMBUHAN

DAN DAERAH LUAHAN 1. Metode tekuk lereng didapatkan

dari pengolahan peta kontur.

Gambar 1. Metode Tekuk Lereng

2. Metode pola aliran sungai didapatkan dari pengolahan peta kontur sungai.

Gambar 2. Metode Pola Aliran Sungai 3. Metode pemunculan mata air

didapatkan dari pengolahan peta mata air.

Gambar 3. Metode Pemunculan Mata Air

4. Metode kedalaman muka airtanah didapatkan dari pengolahan peta kedalaman muka airtanah.

Gambar 4. Metode Kedalaman Muka Airtanah

5.Hasil Daerah imbuhan dan daerah luahan Kabupaten Pasuruan didapatkan dari hasil overlay 4

(6)

Gambar 5. Peta Daerah Imbuhan Dan Daerah Luahan Kabupaten Pasuruan B. PEMETAAN SKL

KETERSEDIAAN AIR TANAH 1. Pemetaan klasifikasi kelulusan

.batuan berdasarkan skor didapatkan dari pengolahan peta geologi

Gambar 6. Peta Klasifikasi Kelulusan Batuan

2. Pemetaan klasifikasi curah hujan berdasarkan skor didapatkan dari pengolahan peta curah hujan rerata daerah metode Polygon Thiessen

Gambar 7. Peta Klasifikasi Curah Hujan 3. Pemetaan klasifikasi jenis tanah penutup berdasarkan skor

didapatkan dari pengolahan peta jenis tanah

Gambar 8. Peta Klasifikasi Jenis Tanah Penutup

4. Pemetaan klasifikasi kemiringan lahan berdasarkan skor didapatkan dari pengolahan peta kontur

Gambar 9. Peta Klasifikasi Kemiringan Lahan

5. Pemetaan klasifikasi kedalaman muka airtanah berdasarkan skor didapatkan dari pengolahan peta sumur bor

Gambar 10. Peta Klasifikasi Kedalaman Muka Airtanah

6. Pemetaan SKL ketersediaan airtanah berdasarkan overlay kelima peta di atas berdasarkan

(7)

skor bobot dan nilai masing-masing parameter

Gambar 11. Peta SKL Ketersediaan Airtanah

C. PERHITUNGAN DEBIT

KETERSEDIAAN AIR TANAH 1. Membuat grafik normal Tampilan

Uji Akuifer (Performance Aquifer

Test) dengan absis waktu

pemompaan (t = menit) dan ordinat penurunan muka air (Sw) berfungsi

untuk menentukan tipe aliran dalam sumur (Unsteady atau Steady State Flow). Data hasil pemompaan dengan debit tetap (long period test) dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 7. Hasil Pemompaan dengan Debit Tetap (Long Period Test)

No. t Drawdown Discharge (menit) Sw (m) Q (l/dt) Q (m3/hari) 1 0 0.00 0.00 0.00 2 1 3.81 33.07 2857.25 3 2 5.91 33.07 2857.25 4 3 6.15 33.07 2857.25 5 4 6.25 33.07 2857.25 6 5 6.34 33.07 2857.25 7 6 6.45 33.07 2857.25 8 7 6.51 33.07 2857.25 dst

Sumber : Hasil Perhitungan

Gambar 12. Jenis Aliran Pada Akuifer

2. Karena jenis aliran steady flow maka pengujian akuifer dengan metode Theim. Diketahui data sebagai berikut :

Ketebalan akuifer (D) =39 m Jari-jari sumur (rw) =6 inch

=15.24 cm

=0,1524 m

Debit pemompaan=33.07 lt/dt =2857.248 m3/hari Sw = 7.45 m

Nilai transmisivitas akuifer adalah sebagai berikut: T = = = 467,898 m2/hari

Hargakelulusan air (K) dapat dihitung sebagai berikut:

K =

=

= 12 m/hari = 0,000139m/dt 3. Melakukan pengujian sumur dan menghitung debit optimum sumur dengan metode Step Drawdown Test. Uji sumur ini dilakukan untuk mengetahui debit optimum beberapa sumur yang terdapat dalam tiap kelas SKL ketersediaan airtanah

Tabel 8. Tabel Step Drawdown Test Sumur SDPS 444 No. Tahap Uji Sw Q Sc = Q/S S/Q (meter) (lt/dtk) (m3/dtk) (m2/dt) (dt/m2) 1 I 2.57 15.59 0.0156 0.0061 164.8493 2 II 4.04 21.11 0.0211 0.0052 191.3785 3 III 5.44 27 0.0270 0.0050 201.4815 4 IV 7.13 33.07 0.0331 0.0046 215.6033

(8)

Membuat grafik normal (Step drawdown Test) dengan absis debit dari ordinat Sw/Q untuk mendapatkan niali B dan C sehingga dapat dihitung nilai kehilangan tekanan pada akuifer (Aquifer loss/BQ) dan kehilangan tekanan pada sumur (well loss/CQ2). Kemudian menghitung nilai Fd (faktor development) untuk mengetahui kondisi sumur

Gambar 13. Grafik Hubungan Q dan Sw/Q

Berdasarkan hasil faktor development (Fd) sumur SDPS 444 merupakan sumur dengan kondisi yang sangat baik dan mempunyai produktifitas yang tinggi.

Langkah-langkah yang harus dilakukan dalam menghitung debit optimum ini adalah sebagai berikut :

a. Plot nilai Sw dari masing-masing

tahap sebagai sumbu y, dan nilai Q sebagai sumbu x.

b. Selanjutnya menghitung debit maksimum (Qmaks) sumur dengan

persamaan Huisman sebagai berikut: Qmaks= π rw x D x ( ) =2 x 3,14 x 0,1524 x 39 x ( ) = 37,3258 x 0,00079 = 0,0293 m3/dt

c. Menghitung nilai Sw maksimum

dengan menggunakan persamaan : 2 maks maks maks BQ CQ Sw   = 2.771 Qmaks + 226.2 Qmaks 2 = 617.9 (0,0293) + 228.4 (0,0293) 2 = 6.64 m

d. Kemudan nilai S maks dihubungkan dengan Q maks maka dari grafik diperoleh Q optimum 0,017 m3/dt dan Sw

optimum 2.9 m. Secara grafis penyelesaiannya dapat dilihat pada grafik berikut :

Gambar 14. Grafik Debit Optimum Sumur SDPS 444

4. Memasukkan nilai debit optimum pada peta SKL ketersediaan airtanah. Setelah perhitungan debit optimum 23 sumur bor selesai, kemudian di plot pada tiap tingkatan SKL ketersediaan airtanah, sehingga didapatkan hasil sebagai berikut : Tabel 9. Tabel Debit Optimum Sumur

No Nama Q opt (lt/dtk) 1 SDPS 440 11.00 2 SDPS 442 7.20 3 SDPS 443 18.00 4 SDPS 444 17.00 5 SDPS 468 24.00 6 SDPS 469 24.00 7 SDPS 470 16.00 8 SDPS 471 30.00 9 SDPS 472 8.00 10 SDPS 533 EX 31.00 11 SDPS 93 EJ 28.00 12 SDPS 118 19.00 13 SDPS 119 19.00

(9)

Gambar 15. Peta Debit SKL Ketersediaan AirtanahDi Kabupaten

Pasuruan KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian ini, maka dapat diberikan kesimpulan sebagai berikut :

1. Pemetaan daerah imbuhan (recharge area) di Kabupaten Pasuruan didapatkan hasil di wilayah Gunung Arjuna seluas 135.57 km2 dan daerah imbuhan (recharge area) di wilayah Gunung Bromo seluas 312 km2. Yaitu di Kecamatan Prigen, Purwosari dan Purwodadi untuk daerah Gunung Arjuna. Pada daerah Gunung Bromo terdapat di Kecamatan Tutur, Tosari, Puspo, dan Lumbang. Daerah diluar daerah imbuhan merupakan daerah luahan, seperti ditunjukkan pada Gambar 5.

2. Kabupaten Pasuruan mempunyai Satuan Kemampuan Lahan (SKL) Ketersediaan Air Tanah sangat besar, dengan total luas 831,6 Ha. Terdapat di wilayah kaki Gunung Tengger antara lain di Kecamatan Tutur, Puspo dan Lumbung serta di wilayah Gunung Arjuna antara lain di Kecamatan Prigen, Sukorejo, Pandaan dan Purwoasari seperti ditunjukkan pada Gambar 6.

3. Besar potensi airtanah di Kabupaten Pasuruan menurut Dinas ESDM sebesar 43 juta m3/tahun. Sedangkan debit ketersediaan airtanah untuk tiap tingkatan SKL sebagai berikut :  SKL sangat besar : debit mata air

sebesar 10 lt/dtk – 200 lt/dtk

 SKL besar : debit optimum sumur bor sebesar 11.0 lt/dtk – 31.0 lt/dtk

 SKL sedang : debit optimum sumur bor sebesar 6.57 lt/dtk – 8.63 lt/dtk

 SKL kecil : debit optimum sumur bor sebesar < 6 lt/dtk DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2004. Kumpulan Panduan

Teknis Pengelolaan Air

Tanah.Jakarta : Direktorat Tata Lingkungan Geologi dan Kawasan Pertambangan, Departemen Energi dan Sumberdaya Mineral.

Bisri, Muhammad.2008.Airtanah.Malang : Tirta Media.

Erdelyi M. & Galfi J. . ” urface And Subsurface Mapping In Hydrogeology”. Budapest: Akademiai Kiado.

Herinaldi.2005.Prinsip-Prinsip Statistik

Untuk Teknik dan

Sains,Jakarta:Erlangga

Imam, Asy' Ari. 2007. Evaluasi Kondisi

Pemanfaatan Airtanah Di

Kabupaten Pasuruan. Surabaya: ITS.

Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, 2010. Manajemen Airtanah Berbasis Cekungan Airtanah. Bandung: Pusat Lingkungan Geologi Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral

Keputusan Menteri Energi Dan Sumber Daya Mineral Nomor: 716 K/40/MEM/2003, 2003.Batas Horisontal Cekungan Air Tanah Di Pulau Jawa Dan Pulau Madura. Jakarta: Energi Dan Sumber Daya Mineral.

Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.20/PRT/M/2007, 2007.Pedoman Teknik Analisis Aspek Fisik dan Lingkungan, Ekonomi Serta Sosial

(10)

Rencana Tata Ruang. Jakarta: Direktorat Jenderal Penataan Ruang Setiadi, Hendri., Burhanul A, M., Sukrisna, A., Murtianto, Edi. & Ruchijat, Sjaiful.2003. Penjelasan Peta Cekungan Air Tanah P. Jawa dan P. Madura Skala 1:250000 Sebagai Basis Pengelolaan Sumber Daya Air Tanah. Bandung: Direktorat Tata Lingkungan

Geologi Dan Kawasan

Pertambangan.

Soemarto, C. D. 1995. Hidrologi Teknik. Jakarta: Erlangga

Subaris Heru.2005.Aplikasi Statistika.Yogyakarta:Media

Pressindo

Suharyadi. 1984. Geohidrologi (Ilmu Air Tanah). Yogyakarta: Universitas Gajah Mada. Sugiyono.2005.Statistika Untuk Penelitian. Bandung:CV.Alphabeta. Sugiyono.2008.Metode Kuantitatif, Kualitatif Dan RND.Bandung:CV.Alphabeta odd avid eith. . ”Ground ater

Hydrologi”. Ne York: John Wiley & Sons.

Gambar

Tabel 1. .Skor Kelas Parameter SKL  Ketersediaan Airtanah
Tabel 6. Kelas dan Skor Kedalaman  Muka Airtanah  No.  Kedalaman Muka  Airtanah  (m)  Skor  Keterangan  1  &gt; 30  5  Sangat  Tinggi  2  20 – 30  4  Tinggi  3  10 – 20  3  Cukup  4  5 – 10  2  Sedang  5  &lt; 5  1  Rendah
Gambar 1. Metode Tekuk Lereng
Gambar 5. Peta Daerah Imbuhan Dan  Daerah Luahan Kabupaten Pasuruan  B. PEMETAAN SKL
+4

Referensi

Dokumen terkait

3. Arahan penggunaan lahan disesuaikan dengan kondisi eksisting unit lahan, yaitu pada unit- unit lahan yang belum dimanfaatkan secara optimal, pilihan penggunaan lahan yang

Klaten terdiri dari satuan lahan untuk sawah, tegal dan permukiman. Dalam penelitian ini sampel air tanah bebas/air sumur dii tentukan berdasar satuan lahan”

Pada masa sepuluh tahun mendatang atau sampai dengan tahun 2020, penggunaan tata guna lahan disekitar Sungai Tambak Bayan diperkirakan akan berubah sesuai dengan

Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji perubahan bentuk dan luas penggunaan lahan, menganalisis pola sebaran perubahan tata guna lahan, serta kesesuaian tata guna lahan

Manfaat hasil penelitian adalah sebagaimana dijelaskan di bawah ini. a) Secara teoritis, hasil penelitian ini dapat memberikan kontribusi terciptanya model tata guna lahan yang

SO 1. Melaksanakan aturan hukum untuk terjaganya kondisi geologi dan tata guna lahan agar tetap berfungsi sebagai kawasan cekungan air tanah yang potensial.

Dalam kajian ini, untuk mengetahui nilai erosi, sedimen, dan limpasan yang diakibatkan oleh perubahan tata guna lahan adalah menggunakan program ArcSWAT.. Dan untuk

Kondisi tersebut terlihat dari sebaran guna lahan permukiman pada tahun 2000 yang sebelumnya hanya memusat pada sekitar area sungai Mahakam, dan pada tahun 2016 tersebar pada beberapa