• Tidak ada hasil yang ditemukan

ISSN: Indonesian Journal of Applied Physics (2013) Vol.3 No.1 halaman 63 April 2013

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ISSN: Indonesian Journal of Applied Physics (2013) Vol.3 No.1 halaman 63 April 2013"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

Efektivitas Perkuliahan IPBA Terintegrasi

Berbasis Kecerdasan Majemuk

untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep dan

Menanamkan Karakter Diri Mahasiswa

Calon Guru SMP pada Tema Tata Surya

W. Liliawati, N.Y. Rustaman, D. Herdiwijaya, D. Rusdiana

Fakultas Pendidikan Matematika dan IPA, Universitas Pendidikan Indonesia (UPI), Bandung, Indonesia Received 09-02-2013, Revised 21-03-2013, Accepted 25-03-2013, Published 25-04-2013 ABSTRACT

Submission of Earth and Space Science materials to junior high school prospective teachers has been done through the development and implementation of multiple intelligences based-integrated Earth and Space Science (MIB-IESS) lecture. The materials are separated into Earth Science and Space Science all this time. In practice materials are given through natural science and social science within junior high school national curriculum which makes the stu-dents’ knowledge is not intact. To determine the effectiveness of MIB-IESS we employ

Pretest-Postest Control Group Design. A number of students (N = 51) are involved as

re-search subjects to be one experimental class using MIB-IESS (N = 25) and a control class (N = 26). The experimental class integrates the Earth and Space Science material and develop students’ multiple intelligences. The results of study shows an increase of normalized gain score for experimental and control classes of 43.9% and 19.9% respectively, besides the im-provement of concept understanding for experimental class significantly. The analytical test that measures the ability to identify natural phenomenon, linking the various disciplines (themes web), and identify the impact of phenomenon, shows that normalized gain score is in-creased by 82%. The characters which are built through MIB-IESS (including sensitivity to natural phenomena, structured logical thinking, draw a sketch or model of the solar system, hard work, discipline, democratic, honest and communicative) are within entrenched criteria (internalized)

Keyword: Integrated of Earth and Space Science, Multiple Intelligence, Character

ABSTRAK

Studi tentang pembekalan materi IPBA kepada calon guru SMP dilakukan melalui pengem-bangan dan implementasi perkuliahan IPBA Terintegrasi Berbasis Kecerdasan Majemuk (ITB-KM), karena cakupan Ilmu Bumi dan Antariksa sering dipersepsi menjadi dua materi kebumian dan keantariksaan yang diberikan secara terpisah. Di SMP, materi IPBA diberikan melalui mata pelajaran IPA dan IPS, sehingga pengetahuan siswa tidak utuh.. Untuk mengetahui efektifitas dari ITB-KM dipilih pretest-postest control group Design. Sejumlah mahasiswa (n= 51) terlibat sebagai subyek penelitian dengan satu kelas eksperimen menggunakan ITB-KM (n=25) dan satu kelas kontrol (n= 26) memisahkan antara materi kebumian dan astronomi serta mengembangkan kecerdasan majemuk. Hasil penelitian dengan menggunakan tes kemampuan IPBA Terintegrasi yang telah diuji validitas dan reliabilitasnya, memberikan hasil bahwa kedua kelas tersebut homogen, terjadi peningkatan dari skor gain ternormalisasi untuk kelas ekperimen dan kontrol sebesar 43,9% dan 19,9%, dan terdapat perbedaan peningkatan penguasaan konsep yang signifikan antara kedua kelas. Dari hasil tes uraian yang mengukur kemampuan mengidentifikasi fenomena alam, mengaitkan dengan berbagai disiplin ilmu (jaring tema), serta mengidentifikasi dampak yang ditimbulkan, terjadi peningkatan skor gain ternormalisasi sebesar 82%. Karakter diri yang tertanam melalui ITB-KM (kepekaan terhadap fenomena alam, berpikir logis terstruktur, menggambar sketsa atau model tata surya, kerja keras, disiplin, demokratis, kejujuran dan komunikatif) dengan kriteria mulai membudaya (terinternalisasi).

(2)

PENDAHULUAN

Ilmu Pengetahuan Bumi dan Antariksa (IPBA), sekarang ini sedang mengalami transfor-masi yang luar biasa. Dahulu IPBA dianggap suatu materi yang kecil (minor) dibanding dengan ilmu fisika, biologi, kimia. IPBA muncul dari persepsi atau pandangan publik dan hasil penelitian di alam (bumi dan antariksa). Kehidupan dan masa depan kita bergantung kepada seberapa dalam kita memahami planet Bumi ini. Bumi merupakan suatu sistem yang kompleks dari komponen yang saling berhubungan dan menjadi sebuah paradigma utama dalam sains. Selanjutnya, era antariksa telah membuka pandangan baru secara revolusioner mengenai Bumi, serta memungkinkan kita untuk melihat, menjelajah dan meneliti dunia ini dengan cara yang belum pernah terpikirkan[1]. IPBA atau Earth and Space Sciences didefinisikan sebagai integrasi dan sintesis dari fisika, biologi, kimia, ge-ologi, oseanografi, meteorge-ologi, dan ilmu sains lainnya yang mempelajari kehidupan, bumi, dan langit[2]. Artinya ruang lingkup IPBA itu luas dan mendalam, tidak hanya ilmu mengenai Bumi dan Astronomi tapi mengintegrasikan dan menghubungkan dengan ilmu sains dasar lainnya seperti geologi, biologi, kimia, oceanografi, meteorologi, dan astro-nomi dan lainnya[1][2][3].

Melalui IPBA, siswa mampu mendeskripsikan fenomena alam dan keterkaitannya dengan dampak yang ditimbulkannya dalam kehidupan sehari-hari. Sehingga diharapkan mereka memiliki literasi terhadap fenomena alam yang terjadi dan dampak yang ditimbulkannya. Fenomena alam dan dampak yang ditimbulkan merupakan hal yang tidak terpisahkan. Siswa akan utuh memahami konsep dan lebih bermakna serta kontekstual. Sebagai con-toh, terjadinya perbedaan musim diberbagai negara merupakan interasi pemahaman ke-bumian, melalui fenomena cuaca, dan astronomi melalui fenomena pergerakan matahari. Selain itu, The National Science Education Standards menekankan agar siswa dapat mengkaji dan menghargai berbagai penemuan besar atau isu-isu hangat dalam bidang fisika, astronomi, kimia, geologi, biologi, dan kemajuan ilmu dan teknologi di bidang ke-dokteran, teknologi informasi, dan penemuan material baru[4]. Oleh sebab itu siswa seyogianya memiliki pengetahuan yang utuh dalam memahami fenomena alam, ke-hidupan, ilmu kebumian dan keantariksaan serta dapat menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari[5].

Namun selama ini mempelajari IPBA seolah-olah memisahkan materi kebumian dan keantariksaan. Hal ini dapat dilihat di kurikulum Sekolah Menengah Pertama (SMP), pemberian materi IPBA terpisah melalui mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) . dan Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) serta urutan pemberian materinya yang berbeda, kelas VII untuk IPS dengan materi kebumian dan kelas IX untuk IPA untuk materi keastronomian[6]. Pada kurikulum SMA materi kebumian dan keastronomian (IPBA) diberikan di mata pelajaran geografi (social science)[6]. Bagaimana dengan kurikulum Lembaga Pendidik dan Tenaga Kependidikan (LPTK) sebagai penghasil guru dalam mempersiapkan guru-guru IPBA di SMP dan SMA? Selama ini di salah satu LPTK ada dua Program Studi di Jurusan yang berbeda yaitu Fisika dan Geografi sehingga terjadi mata kuliah yang tumpang tindih.

Perkuliahan IPBA Terintegrasi diharapkan dapat menjembatani pemisahan antara IPA dan IPS tersebut. Begitu juga di dalam FPMIPA UPI, perkuliahan IPBA terintegrasi dituntut untuk membekali kompetensi calon guru SMP/MTs. Hal ini sesuai dengan tun-tutan dari Standards for Science Teacher Preparation yang merekomendasikan agar guru-guru IPA

(3)

sekolah dasar dan menengah memiliki kemampuan interdisipliner[4]. Sebagai usaha untuk memenuhi tuntutan tersebut, guru-guru IPA sekolah dasar dan menengah hendaknya disiapkan untuk memiliki kompetensi dalam biologi, kimia, fisika, bumi dan antariksa. Selain itu dituntut pula oleh kurikulum KTSP SD dan SMP, perlu ada penekanan pembe-lajaran Salingtemas (Sains, lingkungan, teknologi, dan masyarakat) secara terpadu yang diarahkan pada pengalaman belajar[6]. Berdasarkan kedua tuntutan tersebut, perlunya pengintegrasian konsep dan proses (unifying concept and processes)[7].

Metode perkuliahan yang sering digunakan hanya mengembangkan beberapa kecerdasan majemuk saja, yaitu kecerdasan bahasa, dan kecerdasan logik matematis. Pembelajaran perlu untuk bisa memahami kemampuan siswa secara personal, mengakui keberadaannya dengan segala kemampuan yang dimilikinya, menghargai bakat dan hasil karya siswa-siswanya. Sehingga perlu adanya inovasi pembelajaran yang membekali siswa terhadap materi IPBA dengan menggali kecerdasan majemuk setiap siswanya. Kecerdasan maje-muk tidak hanya mencakup kecerdasan bahasa dan kecerdasan logik matematis, tetapi juga harus dilihat dari aspek kinestetik, musikal, visual-spatial, interpersonal, intraper-sonal, dan naturalis[8]. Jenis-jenis kecerdasan majemuk (multiple intelligences) diperke-nalkan oleh Howard Gardner pada tahun 1983. Bentuk persiapan dituangkan dalam pengembangan program perkuliahan IPBA terintegrasi berbasis Kecerdasan Majemuk (ITB-KM).

Kecerdasan logis-matematis menunjukkan kemampuan seseorang dalam berpikir secara induktif dan deduktif, berpikir menurut aturan logika, memahami dan menganalisis pola angka-angka, serta memecahkan masalah dengan menggunakan kemampuan berpikir. Contohnya menerapkan hukum Kepler untuk menentukan jarak dan periode benda langit. Kecerdasan linguistik ditunjukkan oleh kepekaan akan makna dan urutan kata serta ke-mampuan membuat beragam penggunaan bahasa untuk menyatakan dan memaknai arti yang kompleks. Contohnya kemampuan untuk mendeskripsikan kejadian seperti terjad-inya gerhana matahari, perubahan siang dan malam, dan sebagaterjad-inya. Kecerdasan musikal menunjukkan kemampuan seseorang untuk peka terhadap suara-suara nonverbal yang berada di sekelilingnya. Contohnya mengenai keteraturan gerak benda-benda langit mengelilingi matahari dalam lintasan ellips. Kecerdasan visual-spasial menunjukkan ke-mampuan seseorang untuk memahami secara lebih mendalam hubungan antara objek dan ruang. Kemampuan membayangkan suatu bentuk nyata dan kemudian memecahkan ber-bagai masalah. Contohnya dapat membedakan peristiwa gerhana matahari total dan ger-hana matahari cincin. Kecerdasan kinestetik memungkinkan terjadinya hubungan antara pikiran dan tubuh yang diperlukan untuk berhasil dalam aktivitas. Kemampuan seseorang menggunakan bagian atau seluruh tubuhnya untuk berkomunikasi dan memecahkan ber-bagai masalah. Contohnya melalui bermain peran untuk menjelaskan periode sideris dan sinodis. Kecerdasan interpersonal menunjukkan kemampuan seseorang untuk peka terhadap perasaan orang lain.

Kemampuan bersosialisasi dengan lingkungan di sekelilingnya. Contohnya melakukan kerja kelompok dalam melakukan eksperimen. Kecerdasan intrapersonal menunjukkan kemampuan seseorang untuk peka terhadap perasaan dirinya sendiri. Ia cenderung mampu untuk mengenali berbagai kekuatan maupun kelemahan yang ada pada dirinya sendiri. Contohnya melalui self assesment. Kecerdasan naturalis adalah kemampuan untuk mengenali, membedakan, mengungkapkan dan membuat kategori terhadap apa yang di jumpai di alam maupun lingkungan. Kemampuan seseorang untuk peka terhadap lingkungan alam. Contohnya dengan menerapkan konsep dalam kehidupan sehari-hari,

(4)

contohnya ketika terjadi Gerhana Matahari Total siswa tidak melihat langsung Matahari, membedakan kenampakan fase bulan[9].

Selain kecerdasan, dalam pembelajaran diperlukan tambahan yaitu karakter, didukung pula oleh pendapat Luther King[10] “Intelligence plus character....that is the goal of true education” dan pernyataan Mahatma Gandhi bahwa salah satu dari tujuh dosa fatal yaitu “education without character”. Kedua pernyataan tersebut, kecerdasan dan karakter adalah hal penting dalam pendidikan dan tidak dapat dipisahkan atau kecerdasan dan karakter merupakan tujuan utama dari pendidikan.

METODE

Penelitian ini untuk mengungkap efektifitas perkuliahan ITB-KM dalam meningkatkan penguasaan konsep IPBA terpadu dan profil karakter diri mahasiswa calon guru yang tertanam selama perkuliahan ITB-KM. Desain penelitian yang dipilih yaitu Pretest-Postest Control Group Design. Di kelas eksperimen digunakan perkuliahan ITB-KM, se-dangkan di kelas kontrol tidak ada tindakan khusus, sama halnya seperti yang dilakukan selama ini yaitu materi kebumian dan keastronomian diberikan secara terpisah. Di masing-masing kelas dikembangkan kecerdasan majemuk.

Mahasiswa calon guru di Jurusan Pendidikan Fisika FPMIPA UPI yang mengikuti mata kuliah IPBA pada semester genap tahun akademik 2011/2012 terlibat sebagai subyek pe-nelitian. Dari jumlah 51 orang, 25 orang untuk kelas eksperimen dan 26 orang untuk kelas kontrol. Mata kuliah IPBA merupakan matakuliah wajib di semester dua untuk maha-siswa calon guru dan matakuliah pilihan di semester III bagi mahamaha-siswa non kependidi-kan. Penelitian berlangsung selama lima pertemuan (lima minggu), dengan alokasi waktu satu pertemuan 2,5 jam (3 SKS). Tema Bumi dan planet lainnya dibagi menjadi sub tema Bumi sebagai planet dan pengaruhnya, serta sub tema Karakteristik planet dan penga-ruhnya.

Sejumlah tes digunakan sebagai instrumen untuk menjaring data. Pertama, tes kemam-puan IPBA terpadu tema Bumi sebagai planet untuk mengukur penguasaan konsep IPBA dengan bentuk pilihan ganda (PG) berupa pertanyaan konsep-konsep dari berbagai disiplin ilmu seperti fisika, kimia, biologi, astronomi, dan oseanografi berjumlah 35 soal. Soal telah diuji validitas dan uji reliabilitas sebesar 0,54 kategori sedang. Kedua, tes uraian (essay test) untuk mengukur kemampuan mengidentifikasi fenomena lama, men-gaitkan dengan berbagai disiplin ilmu (jaring tema), serta mengidentifikasi dampak yang ditimbulkan. Ketiga, lembar observasi dan lembar evaluasi tutor sebaya (peer assessment) untuk melihat karakter diri yang tertanam melalui ITB-KM., meliputi kepekaan terhadap fenomena alam, berpikir logis terstruktur, menggambar sketsa atau model tata surya, kerja keras, disiplin, demokratis, kejujuran dan komunikatif. (4) Angket Kecerdasan Majemuk pada tema Bumi dan Planet lainnya untuk melihat profil Kecerdasan Majemuk selama perlakuan melalui self assesment.

Peningkatan penguasaan konsep IPBA Terpadu diperoleh dari nilai gain yang dinor-malisasi (normalized gain) dengan kategori dari Hake (1998)[11] , sedangkan untuk men-getahui perbedaan peningkatan antara kelas eksperimen dan kontrol menggunakan uji perbedaan yang sebelumnya di uji homogenitas dan uji normalitas. Profil karakter diperoleh dengan menggunakan lembar observasi karakter dengan penilaian peer asses-ment. Setiap mahasiswa menilai karakter teman sekelompoknya, jadi satu mahasiswa dinilai oleh beberapa mahasiswa. Selain itu, dosen melakukan penilaian langsung kepada mahasiswa yang bersangkutan. Apabila skor yang diperoleh tidak begitu jauh

(5)

perbe-daannya (0-1) antara mahasiswa dan dosen maka nilai akhir adalah rata-rata dari skor mahasiswa dan dosen. Apabila perbedaannya (1-2) maka 70% adalah nilai dosen dan 30% nilai mahasiswa. Apabila perbedaannya (lebih dari 3) maka 100% adalah nilai dosen dan mahasiswa sebagai pemberi nilai akan dikurangi 20%. Untuk mengetahui karakter diri mahasiswa calon guru IPBA di SMP dengan mengakumulasikan hasil yang diperoleh dari penilaian dosen dan teman sekelompoknya (peer assesment). Adapun profil kecer-dasan majemuk melalui persentase jawaban yang dipilih untuk setiap aspek pada setiap kecerdasan majemuk dengan instrumen self assesment.

Program pembelajaran IPBA Terintegrasi Berbasis Kecerdasan Majemuk (ITB-KM) menggunkan model pembelajaran Kreatif dan Produktif yang memiliki sintaks orientasi – eksplorasi – konfirmasi - re-kreasi (Kemendikbud, 2011)[12]. Dimulai dari penemuan ma-salah berdasarkan fakta atau bukti dari fenomena alam yang terjadi, dilakukan eksplorasi dengan menggunakan berbagai sumber, dan diskusi. Terakhir mahasiswa membuat suatu produk (re-kreasi) dalam bentuk jaring tema dan makalah yang berisi laporan materi yang telah dikajinya.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kemampuan IPBA Terpadu

Dari hasil pre-test dan post-test untuk uji kemampuan IPBA terpadu atau terintegrasi yang diperoleh dari tes pilihan ganda, maka untuk kelas eksperiman dan kelas kontrol diperoleh dalam Tabel 1 berikut:

Tabel 1. Hasil pengujian peningkatan kemampuan IPBA terpadu tema Bumi dan planet lainnya dari tes

pilihan ganda

Kelas Rerata N-Gain

Uji Normalitas (Kolmo-gorov-Smirnov)

Uji Homogenitas (Uji Levene’s)

Uji-t (1-tailed) Keterangan

Eksperimen 0,439 0,727 (Normal) 0,253 (Homogen) t = 7,884 Taraf Sig = 0.000 Signifikan Kontrol 0,199 0,582 (Normal)

Keterangan: N kelas eksperimen = 25, N kelas kontrol 26

Hasil uji homogenitas untuk data pretest pada kedua kelas, diperoleh bahwa kedua kelas homogen (F=1,26 dan Sig.=0.725). Hal ini berarti tidak ada perbedaan antara mahasiswa kelas eksperimen dan kelas kontrol sebelum dilakukan perlakuan (treatment). Setelah dit-erapkan ITB-KM peningkatan kemampuan IPBA terpadu mahasiswa kelas eksperimen (kategori sedang) lebih besar dari pada kelas kontrol (kategori rendah). Hasil analisis sta-tistik menyatakan adanya perbedaan secara signifikan setelah diterapkan ITB-KM. Hal ini dapat disimpulkan bahwa mahasiswa yang mengikuti perkuliahan ITB-KM mampu men-ingkatkan kemampuan IPBA terpadu. Hal ini didukung pula dari hasil pada tema gerak dan posisi benda langit, diperoleh bahwa ITB-KM dapat meningkatkan kemampuan IPBA terpadu (Liliawati, 2012)[7][9]

Tabel 2. Perbandingan rerata peningkatan kemampuan IPBA terpadu menurut kelompok prestasi hasil tes

pilihan ganda

Kelompok Prestasi

n Pre-test (%) Post-test (%) Rerata N-gain Uji-t (2 tailed)

Keterangan

Tinggi 8 45,71 70,71 0,44 (sedang) 0,211 Tidak signifikan

(6)

Data Tabel 2, menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara ke-mampuan IPBA terpadu antara mahasiswa kategori tinggi dengan rendah. Hal ini diinter-pretasi bahwa perkuliahan IPBA Terintegrasi berbasis kecerdasan majemuk (ITB-KM) dapat meningkatkan kemampuan IPBA terpadu tanpa membedakan tingkat kemampuan intelektual mahasiswa.

Hasil perolehan dari instrumen soal uraian untuk kelas eksperimen diperoleh hasil rerata skor pre-test sebesar 20,11% dan rerata skor post-test 85,90%, dengan skor gain dinor-malisasi 0,82 kategori tinggi. Nilai pre-test sangat rendah dikarenakan mahasiswa banyak yang tidak mengisi dengan alasan tidak tahu, adapun yang diisi itu juga sangat rendah kemampuannya. Soal uraian meliputi soal kemampuan mengidentikasi fenomena alam yang berkaitan dengan tema, menuliskan cabang-cabang ilmu yang berkaitan dengan tema, menuliskan konsep yang terkait dengan tema, memetakan konsep-konsep yang ter-kait tersebut dalam bentuk jaringan tema dengan pola urutan keluasan konsep (yang pal-ing luas hpal-ingga palpal-ing sedikit searah dengan jarum jam), dan kemampuan mengidentifi-kasi dampaknya terhadap manusia, lingkungan, kehidupan, kesehatan, dan dampak lain yang ditimbulkannya. Hasil yang diperoleh dapat dilihat di Tabel 3.

Tabel 3. Rekapitulasi hasil tes uraian untuk setiap aspek

Aspek Rerata pre-test (%) Rerata post-test (%)

Mengidentifikasi fenomena alam 27 90

Menuliskan cabang ilmu yang terkait 26 87

Menuliskan konsep yang terkait 22 82

Memetakan konsep terkait dlm jaring tema 19 78

Mengidentikasi dampak yang ditimbulkannya 7 93

Kemampuan setiap aspek yang diperoleh mahasiswa sangat tinggi, hal ini dikarenakan temanya lebih popular[13], tema ini sudah sering dikenal dan dipelajari dari SD, SMP dan SMA dalam materi tata surya, fenomena yang terjadi lebih umum dan mudah diamati[3]. Hal ini didukung pula dari hasil Liliawati dan Ramlan (2010)[14], bahwa materi tata surya lebih mudah dipahami dan relatif lebih sedikit terjadi miskonsepsi. Namun apabila dilihat dari angka, kemampuan memetakan konsep terkait dalam suatu jaring tema lebih kecil dibanding yang lainnya. Kemampuan untuk memetakan perlu pemahaman mahasiswa yang utuh dan menyeluruh serta memiliki wawasan yang luas berkaitan dengan disiplin ilmu lainnya. Hal ini didukung pula dari hasil angket yang menyatakan bahwa mahasiswa menganggap bahwa wawasan mereka terhadap disiplin ilmu lain sangat kurang sehingga mereka sulit untuk memetakan konsep yang berkaitan. Kemampuan mengidentifikasi dampak yang ditimbulkan lebih besar karena dampak yang ditimbulkan pada tema ini le-bih populer dan banyak terjadi dalam kehidupan sehari-hari.

Tabel 4. Perbandingan rerata peningkatan kemampuan IPBA terpadu menurut katagori prestasi hasil tes uraian Katagori

Prestasi

n Pre-test (%) Post-test (%) Rerata N-gain Uji-t

(2 tailed)

Keterangan

Tinggi 8 25,94 90,00 0,86 (tinggi) 0,19 Tidak Signifikan

Rendah 8 15,63 79,06 0,75 (tinggi)

Hasil analisis statistik untuk kemampuan IPBA terpadu hasil tes uraian menunjukkan ti-dak ada perbedaan peningkatan kemampuan IPBA terpadu untuk mahasiswa kelompok tinggi maupun rendah. Dengan demikian dapat diinterpretasikan bahwa perkuliahan ITB-KM dapat meningkatkan kemampuan IPBA terpadu baik dari hasil tes pilihan ganda maupun tes uraian tanpa membedakan mahasisa berkatagori tinggi dan rendah.

(7)

Profil Karakter Diri

Data karakter yang terbangun selanjutnya dirangkum dan disajikan dalam Gambar 1.

Gambar 1. (color online) Rekapitulasi aspek karakter diri yang tertanam

Keterangan. GM: menggambar, LG: berpikir logis, PK: kepekaan, KK: kerjasama, DS: disiplin, DM: demokratif, KJ: kerja sama, KM: komunikatif

Untuk aspek kejujuran diperoleh nilai terkecil namun hal itu mengindikasikan bahwa mahasiswa memiliki kejujuran yang baik[15] . Untuk aspek karakter demokratis memiliki nilai terbesar, antar mahasiswa sudah saling menghargai, menghargai perbedaan penda-pat, dan saling mengenal satu sama lain. Karakter diri mahasiswa yang tertanam selama diterapkan ITB-KM berada dalam kategori antara berkembang dan membudaya. Hal ini dapat diinterpretasikan bahwa ITB-KM dapat menanamkan karakter diri mahasiswa.

Profil Kecerdasan Majemuk

Apabila di tinjau dari kecerdasan majemuk yang dikembangkan selama pembelajaran, kecerdasan majemuk yang dominan/kuat yang dapat berkembang yaitu verbal, visual, in-terpersonal dan intrapersonal. Namun yang masih rendah/lemah yaitu naturalis, matema-tis logis, musikal dan kinetematema-tis. Berikut Gambar 2, karakteristik dari aktivitas kecerdasan majemuk yang tertanam selama pembelajaran.

Apabila di tinjau dari kecerdasan majemuk yang dikembangkan selama pembelajaran, menunjukkan bahwa aktivitas kecerdasan interpersonal dan intrapersonal paling besar perolehannya. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian dari Gutierrez[16] bahwa kecerdasan intrapersonal paling menonjol dari kecerdasan yang lainnya. Selain itu, didukung pula bahwa aspek karakter demokratis memperoleh nilai yang lebih besar. Sehingga dapat dis-impulkan untuk sementara bahwa kecerdasan berkaitan dengan karakter yang ditanamkan atau sebaliknya.

Secara keseluruhan kecerdasan majemuk kelompok eksperimen lebih baik atau lebih be-sar dari kelompok kelas kontrol. Namun perolehan aktivitas kecerdasan kinestetik, kelompok eksperimen lebih tinggi dibanding kelompok rendah. Hal ini mengindikasikan bahwa melalui ITB-KM dapat mengembangkan berbagai kecerdasan majemuk.

(8)

Gambar 2. (color online) Perbandingan profil kecerdasan majemuk antara kelas eksperimen dan kelas kontrol.

Keterangan: VER: verbal/linguistik, VIS: Visual spasial, LGS: logis matematis,

KIN: kinestetik, MSK: musikal, INTER: interpersonal, INTRA: intrapersonal, NAT: naturalis

KESIMPULAN

Program perkuliahan IPBA berbasis Kecerdasan Majemuk (ITB-KM) dapat meningkat-kan kemampuan konsep IPBA terpadu mahasiswa, baik berdasarmeningkat-kan tes pilhan ganda maupun uraian. Berdasarkan analisis statistik terjadi perbedaan peningkatan yang signifi-kan antara kelompok yang menggunasignifi-kan ITB-KM dengan yang konvensional yaitu yang memisahkan materi astronomi dan kebumian. Selain itu apabila ditinjau dari tingkat in-telektual antara mahasiswa katagori tinggi dan rendah, tidak ada perbedaan yang signifi-kan. Perkuliahan ITB-KM dapan meningkatkan kemampuan IPBA terpadu tanpa membe-dakan kemampuan intelektual atau prestasi kelompok mahasiswa. Karakter yang di-tanamkan termasuk dalam kategori antara berkembang dan membudaya. Sedangkan un-tuk aktivitas kecerdasan majemuk, kecerdasan kinestetik kelas eksperimen lebih tinggi dibanding kelas kontrol. Setiap pertemuan kecerdasan interpersonal dan intrapersonal menunjukkan perolehan yang besar dibanding kecerdasan lainnya.

UCAPAN TERIMA KASIH

Penulis ucapkan terima kasih kepada rekan-rekan dan dosen pengampu mata kuliah IPBA di Jurusan Pendidikan Fisika FPMIPA UPI yaitu bapak Drs. Taufik Ramlan Ramalis, M.Si, bapak Judhistira Aria Utama, M.Si, dan bapak Agus Fani Chandra, M.Pd yang telah membantu kami dalam pelaksanaan penelitian ini, kerjasama dan masukannya terhadap perbaikan model ITB-KM.

DAFTAR PUSTAKA

1 Trefil, J., dan Hazen, R.M. 2010. Science an Integrated Approach, Sixth Edition. Hoboken New Jersey: John Wiley and Sons Pte Ltd

2 Barstow, Daniel, dan Geary, Ed. 2002. Revolution in Earth and Space Science Education. //www.EarthScienceEdRevolution.org

3 Curriculumon Student Achievement, Science Process Skill, and Science Attitude. Electronic Journal of Literacy Throught Science

4 National Science Teachers Association (NSTA). 2003. Standards for Science Teacher Preparation. http://www.nsta.org/pdfs/NSTAstandards2003.pdf

5 Berlin, D.F., dan White, AL. 2012. A Longitudinal Look at Attitudes & Perceptions related to the Integration of Mathematics, Science, & Technology Education. School Science & Mathematics, Vol 112 No 1 pp 20-30.

(9)

6 Depdiknas. 2006. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan SMP dan SMA. Jakarta: Pusat Kurikulum

7 Turpin, T., and Cage, B. 2004. The Effect of Integrated, Activity-based Science

8 Gardner, H. 1983. Frames of Mind: The Theory of Multiple Intelligences, New York: Basic Books. The second edition was published in Britain by Fontana Press. 466 + xxix pages

9 Liliawati, W. dkk. 2012. Analisis Karakter Diri Mahasiswa yang terbangun melalui Perkuliahan IPBA Terintegrasi Berbasis Kecerdasan Majemuk. Proceeding Seminar Nasional Penelitian, Pendidikan dan penerapan MIPA, FMIPA UNY.

10 Muslich, M. 2011. Pendidikan Karakter. Jakarta: Bumi Aksara

11 Hake.1998. Chapter IV Result (The Hake Factor), (Online). Tersedia: dwb4.unl.edu/Diss/Royuk_Diss_04.pdf (15 Juni 2011)

12 Kemendikbud. 2011. Peningkatan Kuallitas Pembelajaran. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Direktorat Pendidik dan Tenaga Kependidikan

13 Plotnick, R.E., Varelas, M., Fan, Q. 2009. An Integrated Earth Science, Astronomi, and Physics science couorse for elementary education major. Journal of Geoscience Education, Vol.57, pp.152-158.

14 Liliawati, W. dkk. 2012. Peningkatan Kemampuan Konsep IPBA Terpadu Melalui Pembelajaran Berbasis Kecerdasan Majemuk Pada Mahasiswa Calon Guru SMP. Prosiding Seminar Nasional Fisika III, Jurusan Fisika FMIPA Universitas Negeri Semarang

15 Lang, K.R. 2004. An education curriculum for space science in developing countries. Elsevier: Space policy 20: 297-302

16 Liliawati, W., dan Ramlan, T. 2010. Identifikasi Miskonsepsi Materi IPBA bagi Siswa, Guru SMP dan Mahasiswa Calon Guru dalam Upaya Perbaikan dan Pengembangan Program Pembelajaran. Proceeding Seminar Nasional Penelitian, Pendidikan dan penerapan MIPA, FMIPA UNY.

17 Gutierrez, D.2006. Exploring The Multiple Intelligences of Community College Students Enrolled In Online Courses. Journal of College Teaching & Learning, Vol.3 No.11, pp. 85-90.

Gambar

Gambar 1. (color online) Rekapitulasi aspek karakter diri yang tertanam
Gambar 2. (color online) Perbandingan profil kecerdasan majemuk antara kelas eksperimen dan kelas                      kontrol

Referensi

Dokumen terkait

politik, sedangkan Bungkarno di Indonesia memisahkan antara agama dan negara secara “lunak”, dalam arti proses politik demokratis dapat membuka corak Islam pada

Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe ‘Berpikir-Berpasangan-Berbagi’ merupakan salah satu cara belajar alternatif yang dapat digunakan dalam upaya meningkatkan

Dalam penyajian Laporan Realisasi Anggaran untuk periode yang berakhir sampai dengan tanggal 30 Juni 2020 , disusun dan disajikan berdasarkan basis kasj. Sedangkan Neraca,

2) Wawancara, hasil wawancara yang diperoleh akan digunakan sebagai data penunjang dalam penelitian ini. Data tersebut diperoleh dari pihak-pihak yang telah ditentukan sebagai

Jenis kelamin, pekerjaan, dan sumber informasi yang paling berkesan diklasifikasikan ke dalam skala nominal; sedangkan kelompok usia, tingkat pendidikan, jumlah sumber

Sementara itu untuk mengetahui seberapa ban- yak penduduk usia sekolah yang sudah dapat me- manfaatkan fasilitas pendidikan, dapat dilihat dari penduduk yang masih

anggota. Sekarang tiga senator dipilih dengan cara yang sama di 32 satuan federal: dua berdasarkan prinsip mayoritas relatif dan yang ketiga ditunjuk dengan

Penggunaan media dalam proses pembelajaran bertujuan agar proses pembelajaran dapat berlangsung secara tepat guna dan berdaya guna sehingga mutu pendidikan dapat