• Tidak ada hasil yang ditemukan

Strategi Bimbingan Agama Dalam Membentuk Motivasi Berprestasi Pegawai Di Kantor Kementerian Agama Kab. Bogor

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Strategi Bimbingan Agama Dalam Membentuk Motivasi Berprestasi Pegawai Di Kantor Kementerian Agama Kab. Bogor"

Copied!
101
0
0

Teks penuh

(1)

MOTIVASI BERPRESTASI PEGAWAI DI KANTOR KEMENTERIAN AGAMA KAB. BOGOR

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial Islam (S. Sos. I)

Disusun Oleh :

SITI NURJANAH

NIM : 108052000016

JURUSAN BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH

(2)

MOTIVASI BERPRESTASI PEGAWAI DI KANTOR KEMENTERIAN AGAMA KAB. BOGOR

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial Islam (S. Sos. I)

Oleh

SITI NURJANAH NIM : 108052000016

Di Bawah Bimbingan

Drs. Sugiharto, MA NIP : 19660806 199603 1 001

JURUSAN BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH

(3)
(4)

Dengan ini saya menyatakan bahwa :

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar strata satu (S1) di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau merupakan jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 27 Maret 2013

(5)

SITI NURJANAH (NIM 108052000016)

STRATEGI BIMBINGAN AGAMA DALAM MEMBENTUK MOTIVASI BERPRESTASI PEGAWAI DI KANTOR KEMENTERIAN AGAMA KAB. BOGOR

Strategi bimbingan agama sangatlah penting dalam membentuk motivasi berprestasi, karena dengan melibatkan unsur bimbingan agama diharapkan dapat menekankan pada penyadaran diri dan menyentuh hal paling hakiki dan fitri dalam kehidupan aparatur sebagai makhluk yang beragama sehingga para pegawai tidak menyalahgunakan kesempatan yang ada dan justru menciptakan prestasi untuk lembaga dan melayani masyarakat dengan baik serta mampu mempertanggungjawabkan amanah kerja yang telah diterimanya. Dengan motivasi yang baik maka akan menimbulkan prestasi yang baik juga, dengan prestas i yang baik perubahanpun akan menjadi nyata.

Tujuan penelitian ini dilakukan untuk mengetahui strategi bimbingan agama dalam membentuk motivasi berprestasi pegawai di kantor Kemenag Bogor. Adapun perumusan masalahnya yaitu bagaimanakah pelaksanaan bimbingan agama dalam membentuk motivasi berprestasi pegawai di kantor Kemenag Bogor? Bagaimana strategi bimbingan agama yang digunakan dalam membentuk motivasi para pegawai di Kemenag Bogor? apa yang menjadi faktor pendukung dan penghambat strategi bimbingan agama dalam membentuk motivasi berprestasi pegawai di Kemenag Bogor. Adapun batasan pada penulisan ini adalah pada strategi bimbingan agama yang digunakan dalam membentuk motivasi berprestasi pegawai di kantor Kementerian Agama Bogor.

Subyek yang diteliti yaitu Kepala Kantor Kementerian Agama Bogor, Kepala Seksi Penamas dan 7 orang pegawai dari berbagai unit yang mengikuti pelaksanaan bimbingan agama di kantor Kemenag ini. Jenis penelitian ini adalah menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode penelitian deskriptif, yang bertujuan untuk mendeskripsikan atau melukiskan realitas yang ada di kantor Kementerian Agama Bogor. Sedangkan tekhnik pengumpulan data dilakukan dengan observasi, wawancara dan dokumentasi.

(6)

Alhamdulillahirabbil’alamiin

Puja dan puji serta syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan hidayahnya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul: “Strategi Bimbingan Agama dalam Membentuk Motivasi Berprestasi Pegawai Di Kantor Kementerian Agama Kab. Bogor” walaupun dengan keterbatasan dan kesederhanaan.

Shalawat serta salam semoga senantiasa terlimpahkan kepada Nabi Muhammad SAW pembawa kesempurnaan, kepada keluarganya, sahabatnya, dan para pengikutnya yang tetap setia hingga akhir zaman.

Karya tulis ini merupakan skripsi yang diajukan kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Univeritas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta sebagai salah satu syarat untuk memperolah gelar sarjana Sosial Islam (S. Sos. I)

Penulis menyadari skripsi ini tidaklah mungkin dapat terselesaikan tanpa dukungan dan dorongan berbagai pihak, oleh karena itu penulis menghaturkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada yang terhormat Ayahanda H. Saefullah, Ibunda Hj. St. Aminah tercinta yang selalu memberikan semangat dengan cinta dan kasih sayang, rela mengorbankan tenaga, materi, waktu dan doanya. Semoga Allah meridhoi keduanya serta adik-adikku dan seluruh keluarga yang selalu mendukung dan mendoakan. Dan terimakasih juga penulis haturkan kepada:

(7)

Penyuluhan Islam

3. Drs. Sugiharto, MA. Selaku Sekretaris Jurusan Bimbingan dan Penyuluhan Islam, sekaligus menjadi pembimbing Skripsi yang telah membimbing dan memberikan saran-saran yang bermanfaat bagi penulis dengan penuh kesabaran, ketabahan dan keikhlasan demi penyempurnaan skripsi ini.

4. Dr. Suhaimi, M. Si Selaku Penasehat Akademik Jurusan Bimbingan dan Penyuluhan Islam, periode 2008-2009

5. Seluruh Staf Dosen Jurusan Bimbingan dan Penyuluhan Islam Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi.

6. Drs. H. Suhendra, MM Selaku Kepala Kantor Kementerian Agama Kab. Bogor

7. Ade Irawan S. Sos I. Selaku Pengarah Skripsi di Kantor Kementerian Agama Kab. Bogor

8. H. Deden Effendi, SE, M.Si selaku kepala seksi Penamas yang telah membantu melancarkan penelitian ini berlangsung.

9. Sahabat-sahabat Seperjuangan BPI Angkatan 2008-2009 yang selalu mensuport dan memberikan masukan kepada penulis.

(8)

SWT, semoga apa yang telah dilakukan menjadi amal shaleh dan mendapat ganjaran pahala yang berlipat ganda. Semoga penulis dapat menambah wawasan yang lebih banyak lagi. Amin Yaa Robbal’Alamin

Jakarta, 27 Maret 2013

(9)

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... iii

BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah ... 1

B.Batasan dan Perumusan Masalah ... 5

C.Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 5

D.Metode Penelitian ... 6

E. Tinjauan Kepustakaan ... 9

F. Sistematika Penulisan ... 12

BAB II TINJAUAN TEORI A.Strategi ... 13

1. Pengertian Strategi ... 13

2. Tahapan Strategi... 15

3. Evaluasi Strategi... 19

B.Bimbingan ... 21

1. Pengertian Bimbingan ... 21

2. Tahap Bimbingan ... 22

3. Bentuk Bimbingan ... 26

4. Macam-macam Bimbingan ... 28

5. Tujuan Bimbingan ... 30

C.Agama ... 31

(10)

3. Fungsi dan Tujuan Agama ... 36

D.Strategi Bimbingan Agama ... 38

E. Motivasi ... 39

1. Pengertian Motivasi ... 39

2. Proses Motivasi ... 42

3. Bentuk Motivasi ... 43

4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Terjadinya Motivasi Berprestasi ... 44

5. Tujuan pemberian Motivasi ... 46

F. Berprestasi ... 46

1. Pengertian Berprestasi ... 46

2. Jenis-jenis Prestasi ... 47

3. Tujuan Prestasi ... 49

G.Motivasi Berprestasi ... 49

BAB III GAMBARAN UMUM KANTOR KEMENTERIAN AGAMA KAB. BOGOR A.Kantor Kementerian Agama ... 52

1. Sejarah Kementerian Agama Kab. Bogor ... 52

2. Sejarah Kota Bogor ... 52

3. Sejarah Kabupaten Bogor ... 53

B.Visi dan Misi Kantor Kementerian Agama Kab. Bogor... 57

(11)

A.Identifikasi Informan ... 62 B.Pelaksanaan Bimbingan Agama dalam Membentuk Motivasi

Berprestasi Pegawai di Kantor Kementerian Agama Kab. Bogor... 66 C.Strategi Bimbingan Agama yang Digunakan oleh Kementerian

Agama dalam Membentuk Motivasi Berprestasi Pegawai ... 72 D.Analisis SWOT Strategi Bimbingan Agama dalam Membentuk

Motivasi Berprestasi Pegawai Kementerian Agama Kab. Bogor.... 73

BAB V PENUTUP

A.Kesimpulan ...78 B.Saran ...79

(12)

1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Bekerja merupakan bagian dari aktualisasi diri bagi individu dalam mengaplikasikan pengetahuan, kemampuan dan bahkan nilai keyakinan yang dimiliki. Bekerja tanpa nilai, keyakinan dan tanpa motivasi yang tinggi akan berdampak pada disorientasi kerja yang akhirnya dapat melahirkan kehampaan makna. Semua aparatur tentu tidak ingin hilangnya kebermaknaan dalam kerjanya. Nilai-nilai yang dijadikan dasar dalam bekerja tidak semata-mata didasarkan atas keinginan pribadi, melainkan juga atas keinginan kolektif yang dapat memayungi semua sikap, perilaku serta motivasi pegawai.1

Beberapa potensi dan kompetensi seperti kecerdasan, keahlian, kreativitas dan motivasi yang tinggi bagi aparatur negara merupakan komponen yang menentukan kredibilitas sumber daya manusia disuatu instansi atau satuan organisasi/kerja. Namun berbagai potensi dan kompetensi tersebut tidak menjamin baiknya kinerja bila masing-masing pegawai belum memiliki motivasi berprestasi yang tinggi.2

Setiap organisasi ataupun lembaga tentu ingin mencapai suatu tujuan, begitu juga dengan Kementerian Agama. Untuk mencapai tujuan tersebut, peranan manusia yang terlibat di dalamnya sangatlah penting. Untuk menggerakan manusia agar sesuai dengan yang dikehendaki organisasi atau

1

Hamzah B. Uno, Teori Motivasi dan Pengukurannya, (Jakarta: PT . Bumi Aksara, 2006), h. 1

2

(13)

lembaga tersebut, maka haruslah dipahami motivasi manusia yang bekerja di dalam suatu organisasi tersebut, karena motivasi inilah yang menentukan perilaku orang-orang untuk bekerja, atau dengan kata lain, perilaku merupakan cerminan yang paling sederhana dari motivasi. 3

Menurut Gitosudarmo (2001) Dalam Edy (2007), motivasi adalah suatu faktor yang mendorong seseorang untuk melakukan suatu aktifitas tertentu, oleh karena itu motivasi sering kali diartikan pula sebagai faktor pendorong perilaku seseorang. Setiap aktifitas yang dilakukan oleh seseorang pasti memiliki suatu faktor yang mendorong aktifitas tersebut. Oleh karena itu, faktor pendorong dari seseorang untuk melakukan suatu aktifitas tertentu pada umumnya adalah kebutuhan serta keinginan orang tersebut.

Motivasi diartikan sebagai sebab-sebab yang menjadi pendorong tindakan seseorang, dasar fikiran dan pendapat. Pengertian ini sejalan dengan pemikiran Stephen P. Robbins yaitu suatu kerelaan untuk berusaha seoptimal mungkin dalam pencapaian tujuan organisasi yang dipengaruhi oleh kemampuan usaha untuk memuaskan beberapa kebutuhan individu.4

Motivasi kerja menurut Marihot (2002) adalah faktor-faktor yang mengarahkan dan mendorong perilaku atau keinginan seseorang untuk melakukan suatu kegiatan yang dinyatakan dalam bentuk usaha yang keras atau lemah. Pegawai yang memliki motivasi lemah atau menurun akan berdampak pula pada kinerja mereka sehingga akan berakibat pada titik maksimalnya mereka dalam menjalankan tugas dan tanggung jawab.

3

Hamzah B. Uno, Teori Motivasi dan Pengukurannya, (jakarta: PT Bumi Aksara, 2006), h. 38

4

(14)

Dalam bekerja karyawan atau pegawai dituntut untuk terus selalu meningkatkan kualitas kinerjanya agar dapat memberikan hasil yang terbaik (prestasi) untuk lembaga atau kepentingan orang banyak. Karena jika kualitas kinerja tidak baik hasilnya, maka akan dapat menimbulkan berbagai macam masalah dan dapat merugikan diri sendiri maupun organisasi atau yang bersangkutan. Pertambahan penduduk akan terus meningkat dengan segala permasalahannya, kecenderungan tersebut pada saatnya akan mempengaruhi pola kehidupan dimasa yang akan datang. Manusia dituntut untuk mampu lebih kreatif inovatif dan mandiri dalam merencanakan hidupnya untuk mendapatkan prestasi lebih baik dan sejahtera guna memperoleh kelestarian di tengah perubahan, persaingan dan tantangan yang berlangsung dengan cepat. Manusia yang akan mendapat keberhasilan dan kesejahteraan adalah manusia yang menguasai ilmu pengetahuan serta kualitas pribadi dengan keimanan tertentu.5

Tetapi biasanya seseorang lebih cenderung melakukan sesuatu pekerjaan berdasarkan dorongan dari luar saja, mereka bekerja semata-mata hanya karna ingin mendapatkan imbalan yang telah dijanjikan dari pihak yang bersangkutan saja, tanpa memikirkan prestasi yang lebih baik untuk kemajuan lembaga dengan memperbaiki layanan masyarakat dengan baik. Dalam lepper dan henderlong (1997 dalam sansone et all, 2000), biasa menyebutkan motivasi ini dinamakan dengan motivasi ekstrinsik.

Menurut penulisan Denci dan Ryan (1985; Chartrand et all dalam Tesser et all, 2002) ketika seseorang melakukan pekerjaan berdasarkan

5

(15)

motivasi ekstrinsik, mereka tidak melakukan pekerjaan berdasarkan kepentingan mereka sendiri, tetapi berdasarkan alasan eksternal seperti harapan akan imbalan. Oleh karena itu agar tidak terjadinya motivasi ekstrinsik di kantor Kementerian Agama Kab Bogor ini, maka diterapkannya strategi bimbingan agama, di mana strategi bimbingan agama dapat di lihat dari motto kementerian agama yang bertuliskan “Ikhlas Beramal” nilai tersebut perlu diterapkan, agar pemahaman atas kata “beramal” diharapkan dapat membentuk motivasi kerja yang dilakukan berdasarkan niat ikhlas dalam rangka mengabdikan diri kepada Tuhan untuk kebaikan dan kemajuan bangsa, bukan karena harapan akan imbalan dari pihak yang bersangkutan. Tentu saja pandangan ini akan menggugah kesadaran bersama terhadap kedudukan aparatur negara sebagai pelayan masyarakat. Karena banyak kalangan dari berbagai lapisan menaruh harapan besar terhadap profesionalisme aparatur Kementerian Agama Republik Indonesia.

Di duga adanya kinerja yang kurang maksimal, yang di tujukan dengan

kehadiran para pegawai yang tidak tepat waktu sehingga absensi tidak

optimal, dan adanya nilai-nilai negatif yang menempel pada citra Pegawai

Negeri Sipil (PNS), seperti adanya dugaan tentang kasus korupsi.

(16)

lembaga, melayani masyarakat dengan baik serta mau dan mampu mempertanggung jawabkan amanah kerja yang telah diterimanya. Berdasarkan uraian diatas, penulis tertarik untuk mengetahui strategi bimbingan agama yang dilakukan kantor kementerian agama dalam bentuk karya ilmiah yang berjudul “Strategi Bimbingan Agama Dalam Membentuk Motivasi Berprestasi Pegawai di Kantor Kementerian Agama Kab. Bogor”.

B. Batasan dan Rumusan Masalah Penelitian

Adapun batasan pada penulisan karya ilmiah ini dibatasi pada strategi bimbingan agama dalam membentuk motivasi berprestasi pegawai yang bekerja di kantor Kementerian Agama Kabupaten Bogor. Adapun perumusan masalahnya adalah:

1. Bagaimana pelaksanaan bimbingan agama dalam membentuk motivasi berprestasi pegawai di kantor Kementerian Agama Kab. Bogor?

2. Bagaimana strategi bimbingan agama dalam membentuk motivasi berprestasi di kantor Kementerian Agama Kab. Bogor?

3. Apa yang menjadi faktor pendukung dan penghambat strategi bimbingan

agama dalam membentuk motivasi berprestasi pegawai di kantor

Kementerian Agama Kab. Bogor?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian

(17)

b. Untuk mengetahui stategi bimbingan agama dalam membentuk motivasi berprestasi di kantor Kementerian Agama Kab. Bogor.

c. Untuk mengetahui analisis SWOT strategi bimbingan agama dalam membentuk motivasi berprestasi pegawai di kantor Kementerian Agama Kab. Bogor.

2. Manfaat Penelitian a. Manfaat Teoritis

Memberikan sumbangan bagi perkembangan ilmu pengetahuan khususnya tentang strategi bimbingan agama dalam membentuk motivasi berprestasi pegawai di kantor Kementerian Agama Kab. Bogor.

b. Manfaat Praktis

1) Dapat dijadikan sebagai bahan rujukan bagi peneliti selanjutnya pada kajian yang sama, akan tetapi ruang lingkup yang berbeda dan lebih luas.

2) Dapat dijadikan sumber bagi lembaga yang memiliki pelayanan bimbingan agama.

D. Metode Penelitian

1. Pendekatan dan Metode Penelitian

(18)

filsafat, metodologi penelitian merupakan episimologipenelitian yaitu yang menyangkut bagaimana mengadakan penelitian.6

Metode yang digunakan dalam metode ini adalah metode deskriptif.

Menurut Winarto Surachman (1993: 63) metode deskriptif adalah “ suatu

metode yang memiliki Sifat menuturkan dan menafsirkan data yang ada tentang suatu proses yang berlangsung.” Sedangkan pendekatan yang digunakan dalam skripsi ini adalah pendekatan kualitatif, menurut Bogdam dan Taylor yang dikutip oleh Lexy, J, Moleong, pendekatan kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati.7

2. Subjek Penelitian

Adapun yang menjadi subjek dalam penelitian ini yaitu tempat memperoleh keterangan8. Yang di maksud dalam subjek penelitian adalah semua pegawai yang bertanggung jawab tentang strategi bimbingan agama dalam membentuk motivasi berprestasi pegawai di kantor Kementerian Agama Kab. Bogor.

Adapun sumber berita atau informasi tentang masalah penelitian ini

yaitu pemimpin atau atasan yang berada di Kantor Kementerian Agama

Bogor, Kepala Seksi Penamas, serta pegawai yang mengikuti bimbingan

agama dalam membentuk motivasi berprestasi.

3. Lokasi dan Jadwal Penelitian

Adapun penentuan lokasi untuk dapat memudahkan penulisan

6

Husaini, Usman-Purnomo, Setiady,Akbar. Metodologi Penelitian Sosial. PT. Bumi Aksara. Jakarta cet, ke-3.2000

7

Lexy.J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung : PT. Remaja Rosdakarya,2007) cet, ke-23,h.6

8

(19)

dengan kesesuaian judul di atas, penulis mengambil lokasi yang berdekatan dengan tempat tinggal penulis, agar lebih mudah terjangkau dan berjalan secara lancar. Yaitu bertempat di Jl. Raya Pemda Bogor, yang dilaksanakan dari tanggal 1 Juni2012 hingga akhir penelitian.

4. Sumber data

a. Data primer yaitu berupa wawancara kepada kepala kantor Kemenag, kepala seksi Penamas dan para pegawai yang mengikuti kegiatan bimbingan agama di kantor Kemenag Bogor.

b. Data sekunder yaitu data tidak langsung berupa catatan-catatan atau dokumen-dokumen.

5. Teknik Pengumpulan Data a. Observasi

Observasi adalah teknik pengumpulan data yang diarahkan pada kegiatan memperhatikan secara akurat mencatat fenomena yang diamati dan mempertimbangkan hubungan antara aspek dalam hubungan tersebut.9

b. Wawancara

Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu, percakapan ini dilakukan oleh dua pihak, yaitu penulis sebagai pewawancara (interviewer) untuk memperoleh informasi dari terwawancara (interview) dalam penelitian ini wawancara ditujukan kepada kepala kantor Kemenag Bogor, Ketua Seksi Penamas dan para karyawan yang mengikuti kegiatan bimbingan agama.

9 Masri Singarimbun, Sofyan Effendi, Metodologi Penelitian Survei, (Jakarta:LP3ES,

(20)

c. Dokumentasi

Dokumentasi adalah proses pengumpulan data pengambilan data berdasarkan tulisan-tulisan berbentuk catatan, buku dan lain-lain yang berkaitan dengan objek pemahaman skripsi.

6. Teknik Analisia Data

a. Peneliti mencoba memilih data yang relevan dengan strategi bimbingan agama yang di berikan pada para pegawai yang dilakukan oleh kantor Kemenag dalam memotivasi para pegawainya. Setelah data strategi diperoleh, data tersebut dituangkan kedalam tulisan dalam bentuk narasi, gambar, bagan dan sebagainya.

b. Teknik analisa data yang di lakukan adalah dengan melakukan analisis SWOT, yaitu untuk melihat kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman

mengenai strategi bimbingan agama dalam membentuk motivasi

berprestasi pegawai di kantor Kementrian Agama Kab. Bogor

c. Pengambilan kesimpulan akan dihubungkan dengan judul yang ada, hal

ini dilakukan untuk memudahkan peneliti dalam mengambil

kesimpulan.10

7. Teknik Penulisan

Untuk lebih memudahkan penulisan ini, penulis menggunakan tekhnik penulisan yang di dasarkan pada buku pedoman penulisan Skripsi, Tesis dan Disertasi yang diterbitkan oleh CEQDA (Centre For Quality Development and Assurance) Uin Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2007.11

10

S Nasution, M.P, Naturalistik Kualitatif, ( Bandung: PT. Tarsito Bandung, 2002), h.115-116.

11 Hamid Nasution dkk, Pedoman Penulisan Karya Ilmiah, (CEQDA ( Center For Quality

(21)

E. Tinjauan Kepustakaan

Dalam penulisan skripsi ini, penulis telah melakukan penelitian terhadap skripsi dan makalah yang terdahulu yang memiliki judul hampir sama dengan yang akan penulis teliti, adapun dari pengkajian ini adalah supaya dapat diketahui bahwa apa yang akan penulis teliti tidak sama dengan penelitian dari skripsi-skripsi terdahulu. Berikut diantaranya:

1. Nama: Agus Supriadi, Nim: 107053002169, Jurusan: Manajemen Dakwah, Fakultas: Dakwah dan Komunikasi, Tahun 20011, Judul Skripsi: Strategi Penyelenggaraan Pendidikan dan Pelatihan Manasik Haji Pada

Calon Jama’ah Haji Kantor Kementerian Agama Kota Jakarta Selatan.

Skripsi ini menerangkan tentang proses strategi penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan manasik haji menggunakan formulasi, implementasi dan evaluasi. Yang membedakan dengan skripsi penulis adalah pada strateginya karena skripsi ini mengenai strategi bimbingan agama dalam membentuk motivasi berprestassi pegawai kantor Kementerian Agama Bogor.

2. Nama: Ali Hanafiah, Nim: 107053002171, Jurusan: Manajemen Dakwah, Fakultas Dakwah dan Komunikasi, Tahun 2011, Judul Skripsi: Strategi Pelayanan Kesehatan Haji Kantor Kementerian Agama Kabupaten Bogor

Terhadap Jama’ah Haji Tahun 2010. Dalam skripsi ini menerangkan

(22)

3. Nama: Setyo Kurniawan, Nim: 106052001972, Jurusan: Bimbingan dan Penyuluhan Islam, Fakultas Dakwah dan Komunikasi, Tahun 2010, Judul Skripsi: Pengaruh Bimbingan Agama Terhadap Motivasi Beribadah

Jama’ah Masjid Raya Pondok Indah Jakarta Selatan. Dalam skripsi ini

menerangkan tentang pengaruh motivasi beribadah terhadap jama’ah masjid raya pondok indah jakarta selatan, yang membedakan skripsi ini dengan skripsi penulis yaitu penulis mengenai strategi bimbingan agama dalam membentuk motivasi berprestasi pegawai kementerian agama bogor, yang ditekankan pada motivasi berprestasi pegawainya.

4. Nama: Ali Ridho, Nim: 9952017439, Jurusan: Bimbingan dan Penyuluhan Islam, Fakultas Dakwah Dan Komunikasi, Tahun 2007, Judul Skripsi: Upaya Bimbingan Agama Forum Komunikasi Ulama Umara (FK-ULUM) Bagi Masyarakat Di Kecamatan Cakung Jakarta Timur. Dalam skripsi ini memfokuskan pada upaya bimbingan agama yanng dilakukan FK-ULUM terhadap masyarakat di Kecamatan Cakung, yang membedakan skripsi ini dengan skripsi penulis yaitu penulis mengenai strategi bimbingan agama dalam membentuk motivasi berprestasi pegawai kementerian agama bogor, yang ditekankan pada motivasi berprestasi pegawainya.

(23)

meningkatkan motivasi keagamaan pegawai, yang membedakan skripsi ini dengan skripsi penulis yaitu penulis lebih memfokuskan pada strategi bimbingan dalam membentuk motivasi berprestasi pegawai yang berada di Kementerian Agama Bogor.

F. Sistematika Penulisan

Penyusunan skripsi ini terdiri dari 5 bab dan masing-masing bab dibagi menjadi beberapa sub-sub bab. Sistematika tersebut dirumuskan sebagai berikut:

BAB I : PENDAHUL UAN

Bab ini meliputi latar belakang masalah, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, metodelogi penelitian, tinjauan kepustakaan dan sistematika penulisan.

BAB II : KAJIAN TEORITIS

Bab ini mengungkapkan tentang landasan teoritis, mengenai pengertian strategi, bimbingan, agama, bimbingan agama, motivasi, prestasi dan motivasi berprestasi.

BAB III :GAMBARAN UMUM KANTOR KEMENTERIAN AGAMA KAB. BOGOR

Bab ini berisikan mengenai latar belakang terbentuknya Kantor Kementerian Agama, serta visi dan misi.

BAB IV : PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

(24)

dalam membentuk motivasi berprestasi pegawai di kantor Kementerian Agama Bogor, waktu pelaksanaan, metode yang digunakan dalam bimbingan agama, strategi yang digunakan dan analisis SWOT strategi bimbingan agama dalam membentuk motivasi berprestasi pegawai di kantor Kementerian Agama Kab. Bogor.

BAB V : PENUTUP

(25)

14

TINJAUAN TEORI

A. Strategi

1. Pengertian Strategi

Strategi berasal dari bahasa Yunani “ strategeia” dari penggalan dua kata stratos yang artinya militer dan ag yang artinya memimpin. Kata strategi secara harfiah berarti “seni para jenderal”. Strategi bisa juga diartikan sebagai suatu rencana untuk pembagian dan penggunaan kekuatan militer dan material pada daerah-daerah tertentu untuk mencapai suatu tujuan tertentu.1

Pengertian diatas dikuatkan oleh Hari Murti Kridalaksana, dalam bukunya Kamus Sinonim Bahasa Indonesia, yang mengungkapkan bahwa strategi berarti siasat perang, haluan, kebijaksanaan dan akal atau budi daya.2

Sedangkan strategi menurut istilah didalam kamus besar Bahasa Indonesia memiliki makna sebagai rencana yang cermat mengenai kegiatan untuk mencapai sasaran khusus.3

Banyak sekali para ahli yang mendefinisikan tentang pengertian strategi sehingga terjadi perbedaan diantara para ahli tetapi masih memiliki kesamaan pada substansinya. Berikut adalah pengertian dari beberapa para ahli:

1

Ziauddin Sardar, Tantangan Dunia Islam Abad 21, Terjemahan A.E Priyono dan Ilyas Hasan, (Bandung: Mizan, 1996), h. prakata

2

Hari Murti Kridalaksana, Kamus Sinonim Bahasa Indonesia, ( Jakarta: Nusa Indah, 1981), h.173

3

(26)

a. Menurut Endang Syaefuddin Anshari sebagaimana dikutip oleh Onong Uchayana, bahwa strategi adalah penyusunan suatu potensi personal (pemimpin dan anggota kesatuan) dan potensi material (logistik dan peralatan lainnya) dengan cara sedemikian rupa sehingga situasi tertentu dapat memenangkan perjuangan dalam rangka meraih tujuan akhir sesuai dengan dasar-dasar teori tertentu.4

b. Menurut Syarief Usman, bahwa strategi adalah kebijaksanaan dalam menggerakan dan membimbing seluruh potensi (kekuatan, daya dan kemampuan) bangsa untuk mencapai kemakmuran dan kebahagiaan.5 c. Menurut Litbang Departemen Agama merumuskan pengertian strategi

sebagai uraian yang dapat digunakan oleh organisasi untuk mencapai objektivitas formal dan sasarannya. Dan ada pula yang menerjemahkan strategi sebagai cara, teknik, taktik, untuk mencapai tujuan tertentu. d. Menurut Bintoro Tjokroamidjojo dan Mustapadidjaja, strategi adalah

keseluruhan langkah (kebijaksanaan-kebijaksanaan) dengan perhitungan yang pasti guna mencapai suatu tujuan atau untuk mengatasi suatu persoalan.6

e. Menurut Chandler, strategi adalah penuntun dasar goals jangka panjang.7

f. Menurut Onong Uchjana, strategi pada hakekatnya adalah perencanaan dan manajemen untuk mencapai tujuan.8

Syarief Usman, Strategi Pembangunan Indonesia dan Pembangunan Dalam Islam, (Jakarta: Firma Jakarta,tth), cet. ke-1, h.6

6

Bintoro Tjokroamidjojo dan Mustapadidjaja, Teori dan Strategi Pembangunan Nasional, (Jakarta: Haji Masagung, cet.ke-6. 1988), h.13

7

Supriyono, Manajemen Strategi dan Kebijaksanaan Bisnis, ( Yogyakarta: BPFC,1985), h.9

8

(27)

g. Sedangkan strategi menurut Steinner dan Minner adalah penempatan misi, penetapan sasaran organisasi, dengan mengingat kekuatan eksternal dan internal dalam perumusan kebijakan tertentu untuk mencapai sasaran dan memastikan implementasinya secara tepat, sehingga tujuan dan sasaran utama organisasi akan tercapai.

Dari beberapa definisi strategi diatas, penulis menyimpulkan strategi adalah suatu carauntuk melakukan rumusan dan penentuan rencana untuk mencapai tujuan yang diharapkan untuk tujuan jangka panjang. Secara umum strategi bisa dilakukan oleh suatu organisasi dalam merealisasikan pada kegiatannya, akan tetapi strategipun dapat dilakukan secara individu untuk mencapai tujuan yang diharapkannya dalam kehidupan sehari-hari.

2. Tahapan Strategi

Penerapan strategi suatu organisasi merupakan suatu proses yang dinamis, agar terjadinya keberlangsungan dalam organisasi.Langkah awal yang perlu dilakukan dalam menyusun strategi yaitu dengan cara merumuskan strategi, atau menyusun langkah awal. Sudah termasuk didalamnya untuk pengembangan tujuan, mengenai peluang dan ancaman eksternal, menetapkan kelemahan dan kekuatan secara internal, menetapkan suatu objektifitas, menghasilkan strategi alternatif dan memilih strategi untuk dilaksanakan. Dalam perumusan strategi juga ditentukan suatu sikap untuk memutuskan, memperluas, menghindari, atau melakukan suatu keputusan dalam proses kegiatan, tahapan tersebut secara garis besar adalah sebagai berikut:9

9

(28)

a. Perumusan strategi

Dalam hal ini adalah proses merancang dan menyeleksi berbagai strategi yang pada hakikatnya menuntun pada pencapaian misi dan tujuan organisasi. Strategi yang ditetapkan tidak dapat lahir begitu saja. Diperlukan suatu proses dalam memilih berbagai strategi yang ada.

Menurut David Aeker, sebagaimana dikutipoleh Kusnadi terdapat beberapa kriteria yang harus diperhatikan dalam merumuskan atau memilih suatu strategi, yaitu:

1) Strategi harus tanggap lingkungan eksternal. 2) Strategi melibatkan keunggulan kompetitif.

3) Strategi harus sejalan dengan strategi lainnya yang terdapat di dalam organisasi.

4) Strategi menyediakan keluwesan yang tepat terhadap bisnis dan organisasi.

5) Strategi secara organisasional dipandang layak (wajar).10

Setelah memilih strategi yang ditetapkan, maka langkah berikutnya adalah melaksanakan strategi yang telah di tetapkan tersebut.Dalamtahap pelaksanaan strategi yang telah dipilih sangat membutuhkan komitmen dan kerja sama dari seluruh unit, tingkat dan anggota organisasi. Ada beberapa yang penting dalam mengimplementasikan strategi dalam suatu organisasi, adalah sebagai berikut:

1) Sajikan citra yang baru

10

(29)

2) Kurangi konflik dan tangani secara terbuka 3) Bentuk persekutuan dengan berbagai pihak 4) Mulai secara kecil-kecilan.11

b. Tujuan Strategi

Tujuan pada umumnya didefinisikan sebagai sesuatu yang ingin dicapai dalam jangka panjang: sepererti bertahan hidup, keamanan dan memaksimalkan profit. Sasaran lebih nyata yaitu pencapaian hal-hal yang penting untuk mencapai tujuan. Mencapai sasaran akan lebih mendekatkan pada tujuan. Sasaran pada umumnya lebih spesifik dan harus dapat di ukur dan biasanya mencangkup kerangka target dan waktu.

Strategi menyebutkan satu persatu hubungan penyebab dan hasil antara apa yang di lakukan pelaku dan bagaimana dunia luar menanggapinya. Strategi disebut efektif jika hasil yang di capai seperti yang di inginkan. Karena kebanyakan situasi yang memerlukan analisis stratejik dan statis melainkan interaktif dan dinamis, maka hubungan antara penyebab dan hasilnya tidak tepat dan pasti.

c. Analisis lingkungan

Analisis lingkungan merupakan proses awal menetapkan strategi yang bertujuan untuk mengidentifikasi berbagai yang mempengaruhi kinerja lingkungan dan organisasi.

Secara garis besar analisis suatu organisasi mencakup dua komponen pokok yaitu analisis lingkungan internal dan analisis

11

(30)

lingkungan eksternal. Adapun proses ini dikenal dengan analisis SWOT (Streinght, Weakness, Opportunity, Threats).

Tujuan utama dilakukannya analisis lingkungan internal dan eksternal suatu organisai adalah untuk mengidentifikasi peluang (opportunity) yang harus segera mendapatkan perhatian serius dan pada saat yang sama organisasi menentukan beberapa kendala ancaman (threats) yang perlu diantisipasi.12

Hasil analisis SWOT akan menggambarkan kualitas dan kuantifikasi posisi organisasi yang kemudian memberikan rekomendasi berupa pilihan strategi generic serta kebutuhan atau modifikasi sumber daya organisasi.13

d. Penetapan misi dan tujuan

Setiap organisasi macamnya pasti memiliki misi dan visi tujuan dari organisasi itu. Misi dan tujuan ini menentukan arah mana yang akan dituju oleh organisasi. Misi menurut pengertiannya, adalah suatu maksud dan kegiatan utama yang membuat organisasi memiliki jati diri yang khas dan sekaligus membedakannya dari organisasi lain yang bergerak dalam bidang usaha yang sejenisnya.14

e. Implementasi Strategi

Setelah merumuskan dan memilih strategi yang telah ditetapkan, maka langkah berikutnya adalah melaksanakan strategi yang ditetapkna tersebut. Dalam tahap pelaksanaan strategi yang telah dipilih sangat

12

Amrullah dan Sribudi Cantika. Manajemen Startejik, (Yogyakarta: Graha Mada, 2002), h.127

13

M.Ismail Yusanto dan M. Karebet Widjajakusuma, Pengantar Manajemen Syariat, (Jakarta: Khairul Bayaan,2002),h.83

14

(31)

membutuhkan komitmen dan kerjasama dari, unit, tingkat dan anggota organisasi. Dalam pelaksanaan strategi, maka proses formulasi dan analisis strategi hanya akan menjadi impian yang jauh dari kenyataan. Implementasi strategi bertumpu pada alokasi dan pengorganisasian sumber daya yang ditampakan melalui penetapan struktur organisasi dan mekanisme kepemimpinan yang dijalankan bersama budaya perusahaan dan organisasi.15

f. Evaluasi Strategi

Tahap akhir strategi adalah evaluasi implementasi strategi. Evaluasi strategi diperlukan karena keberhasilan yang telah di capai dapat di ukur kembali untuk menetapkan tujuan berikutnya. Evaluasi menjadi tolak ukur strategi yang akan dilaksanakan kembali oleh suatu organisasi dan evaluasi sangat diperlukan untuk memastikan sasaran yang dinyatakan telah dicapai. Ada beberapa kegiatan mendasar untuk mengevaluasi strategi yaitu:

1. Menentukan standar evaluasi

Setiap organisasi atau lembaga pasti mempunyai visi,misi dan tujuan. Visi, misi dan tujuan ani akan menentukan arah yang akan dituju oleh organisasi. Tanpa adanya visi, misi dan tujuan maka kinerja organisasi akan tak terarah dan kurang jelas, serta mudah berubah dan diombang ambingkan oleh situasi eksternal. Perubahan yang tidak mempunyai visi, misi dan tujuan seringkali bertindak spontanitas dan kurang sistematis seperti yang dilakukan oleh pedagang kecil hanya untuk memperoleh sesuap nasi saja. Tentunya hal ini tidak boleh terjadi bagi suatu organisasi atau lembaga.

15

(32)

2. Mengukur prestasi (membandingkan hasil yang diharapkan dengan kenyataan).

Prosesnya dapat dilakukan dengan menyelidiki penyimpangan dari rencana, mengevaluasi prestasi individual, dan menyimak kemajuan yang dibuat kearah pencapaian sasaran yang dinyatakan. Kriteria yang meramalkan hasil lebih penting dari pada kriteria yang mengungkapkan apa yang terjadi.

3. Melihat penyimpangan yang ada

Yaitu suatu hal tidak sesuai dengan prosedur dan peraturan yang ada di dalam organisasi atau lembaga tersebut.

4. Meninjau faktor-faktor eksternalisasi dan internalisasi

Meninjau faktor-faktor eksternal dan internal yang menjadi dasar strategi. Adanya perubahan yang ada akan menjadi satu hambatan dalam pencapaian tujuan, begitu pula dengan faktor internal yang diantaranya strategi tidak efektif atau hasil implementasi yang buruk dapat berakibat buruk pula bagi yang akan dicapai.

5. Mengambil tindakan korektif

Mengambil tindakankorektif untuk memastikan bahwa prestasi sesuai dengan rencana. Dalam hal ini tidak harus berarti bahwa strategi yang ada yang ditinggalkan atau harus merumuskan strategi baru. Tindakan korektif diperlukan bila tindakan hasil tidak sesuai dengan yang dibayangkan semula atau pencapaian yang diharapkan.16

16

(33)

B. Bimbingan

1. Pengertian Bimbingan

Istilah bimbingan merupakan terjemahan dari bahasa Inggris

guidance”. Kata guidance dalam masalah pendidikan di sebut bantuan,

selain itu bimbingan dapat diartikan arahan, pedoman, dan petunjuk. Kata guidance berasal dari kata dasar (to) guide, yang artinya menuntun, mempedomani, menjadi petunjuk jalan, mengemudikan, menuntun orang kejalan yang benar. adapun pengertian bimbingan yang lebih formulatif adalah bantuan yang diberikan kepada individu agar dengan potensi yang dimiliki mampu mengembangkan diri secara optimal dengan jalan memahami diri, memahami lingkungan, mengatasi hambatan guna menentukan rencana masa depan yang lebih baik.17

Bimbingan secara umum sebagai suatu bantuan. Namun untuk sampai kepada pengertian yang sebenarnya kita harus ingat bahwa tidak setiap bantuan dapat diartikan bimbingan. Untuk memperoleh pengertian yang lebih jelas di bawah ini penulis akan memaparkan pendapat dari para pakar diantaranya:

a. Jear Book of education, mengemukakan bahwa bimbingan adalah suatu proses membantu individu melalui usahanya sendiri untuk mengembangkan kemampuan agar memperoleh kebahagiaan pribadi dan kemanfaatan sosial.

b. Stoops,mengemukakan bahwa bimbingan adalah suatu proses membantu perkembangan individu untuk mencapai kemampuannya

17

(34)

secara maksimal dalam mengarahkan manfaat yang sebenar-benarnya, baik bagi dirinya maupun bagi masyarakat.

c. Miller, mengemukakan bimbingan adalah proses terhadap individu untuk mencapai pemahaman dan pengarahan diri yang dibutuhkan untuk melakukan penyesuaian diri secara maksimum kepada sekolah, keluarga, serta masyarakat.

jadi secara singkat bimbingan adalah suatu proses bantuan kepada seseorang maupun kepada kelompok agar dapat memahami dirinya, sehingga ia sanggup mengarahkan dirinya sesuai dengan lingkkungannya dan dapat memperbaiki tingkah lakunya pada masa yang akan datang. 2. Tahapan Bimbingan

a. Pra bimbingan

1) Identifikasi Masalah

Mengenali gejala-gejala awal dari suatu masalah yang dihadapi pegawai. Maksud gejala awal disini adalah apabila pegawai menunjukan tingkah laku berbeda atau menyimpang dari biasanya. 2) Diagnosis

Diagnosis adalah menetapkan “masalah” berdasarkan analisis

latar belakang yang menjadi penyebab timbulnya masalah. Dalam hal ini dilakukan kegiatan pengumpulan data mengenai berbagai hal yang menjadi latar belakang masalah atau yang melatarbelakangi gejala yang muncul.

3) Tahap Pembentukan

(35)

memperkenalkan diri dan juga mengungkapkan tujuan ataupun harapan-harapan yang ingin dicapai baik oleh masing-masing, bagian maupun seluruh anggota.

Memberikan penjelasan tentang bimbingan sehingga masing-masing anggota akan tahu apa arti dari bimbingan itu sendiri dan mengapa bimbingan ini harus dilaksanakan serta menjelaskan aturan yang akan diterapkan dalam bimbingan kelompok ini.jika ada masalah dalam proses pelaksanaannya, mereka akan mengerti bagaimana cara menyelesaikannya.

4) Tahap peralihan

Dimana tahapan ini merupakan jembatan antara tahap pertama dan ketiga. Ada kalanya jembatan ditempuh dengan amat mudah dan lancar, artinya para anggota dapat segera memasuki kegiatan tahap ketiga dengan penuh kemauan dan kesukarelaan. Ada kalanya juga jembatan itu ditempuh dengan susah payah, artinya para anggota enggan memasuki tahap ketiga.Dalam keadaan seperti ini pemimpin, dengan gaya kepemimpinannya yang khas, membawa para anggota meniti jembatan itu dengan selamat.18

Adapun yang dilaksanakan dalam tahapan ini yaitu:

a) Menjelaskan kegiatan yang akan ditempuh pada tahap berikutnya b) Menawarkan atau mengamati apakah para anggota sudah siap

menjalani kegiatan pada tahap selanjutnya c) Membahas suasana yang terjadi

18

(36)

d) Meningkatkan kemampuan keikutsertaan anggota e) Bila perlu kembali kepada beberapa aspek tahap pertama

Ada beberapa hal penting yang harus diperhatikan oleh seorang pemimpin, yaitu:

a) Menerima suasana yang ada secara sabar dan terbuka

b) Tidak mempergunakan cara-cara yang bersifat langsung atau mengambil alih kekuasaanya.

c) Mendorong dibahasnya suasana perasaan

d) Membuka diri sebagai contoh dan penuh empati.19 b. Pelaksanaan Bimbingan

1) Tahap kegiatan

Tahap ini merupakan inti dari kegiatan, maka aspek-aspek yang menjadi isi dan pengiringnya cukup banyak, dan masing-masing aspek tersebut perlu mendapat perhatian yang seksamadari pemimpin kelompok. Ada beberapa yang harus dilakukan oleh pemimpin dalamtahap ini, yaitu sebagai pengatur proses kegiatan yang sabar dan terbuka, aktif akan tetapi tidak banyak bicara dan memberikan dorongan dan penguatan serta penuh empati.

Tahap ini ada berbagai kegiatan yang dilaksanakan, yaitu:

a) Masing-masing anggota secara bebas mengemukakan masalah atau topik bahasan.

b) Menetapkan masalah atau topik yang akan dibahas terlebih dahulu.

19

(37)

c) Anggota membahas masing-masing topik secara mendalam dan tuntas.

d) Kegiatan selingan

Kegiatan tersebut dilakukan dengan tujuan agar dapat terunkangkapnya masalah atau topik yang dirasakan, difikirkan dan dialami oleh anggota. Selain itu dapat terbahasnya masalah yang dikemukakan secara mendalam dan tuntas serta ikut sertanya seluruh anggota secara aktif dan dinamis dalam pembahasan baik yang menyangkut unsur tingkah laku, pemikiran ataupun pemasaran.

2) Prognosis

Prognosis ini pembimbing menetapkan alternatif tindakan bantuan yang akan diberikan. Selanjutnya melakukan perencanaan mengenai jenis dan bentuk masalah apa yang sedang dihadapi individu.

3) Pemberian bantuanSetelah pembimbing merencanakan pemberian bantuan, maka dilanjutkan dengan merealisasikan langkah alternatif bentuk bantuan berdasarkan masalah dan latar belakang yang menjadi penyebabnya.20

c. Pasca Bimbingan Evaluasi

Setelah pembimbing dan klien melakukan beberapa kali pertemuan, dan mengumpulkan data beberapa individu, maka tahapan

20

(38)

selanjutnya adalah melakukan evaluasi. Evaluasi dapat dilakukan selama proses pemberian bantuan. Pengumpulan data dapat dilakukan dengan menggunakan beberapa tekhnik, seperti melalui wawancara, angket, observasi, diskusi, dokumentasi dan sebagainya.

d. Tahap pengakhiran

Pada tahap pengakhiran bimbingan, pokok perhatian utama bukanlah pada berapa kali bimbingan itu harus dilaksanakan, tetapi pada hasil yang telah dicapai kelompok anggota atau pegawai itu. Kegiatan sebelumnya dan hasil-hasil yang dicapai seyogyanya mendorong mereka melakukan kegiatan sehingga tujuan bersama tercapai secara penuh.21

3. Bentuk Bimbingan

Bentuk bimbingan yaitu menyangkut jumlah anggota yang dibimbing. Bentuk bimbingan terbagi menjadi 2, yaitu bimbingan kelompok dan bimbingan individual. Bimbingan kelompok adalah bimbingan yang diberikan kepada sekelompok orang untuk memberikan informasi atau penerangan tentang masalah-masalah yang tidak dibicarakan dalam pertemuan formal yang menyangkut segi pembelajaran. Isi materi bisa menyangkut soal pergaulan cara belajar, adat kebiasaan dan lain-lain. Sedangkan bimbingan individual lebih mengarah ke kegiatan konseling.

Jika dilihat dari segi bidangnya bimbingan dapat dibedakan menjadi beberapa macam, yaitu:22

21

Ibid.,h. 73 22

(39)

a. Vocational Guidance

Vocational guidance yaitu bimbingan dalam memilih lapangan pekerjaan atau jabatan/ profesi, dalam mempersiapkan diri untuk memasuki lapangan tersebut dan dalam menyesuaikan diri dengan tuntutan-tuntutan dalam bidang tertentu. Dewasa ini kerap digunakan

“ bimbingan karier.”

b. Educational Guidance

Educational guidance adalah bimbingan dalam hal menentukan cara belajar yang tepat, mengatasi kesukaran dalam belajar, dan juga memilih jenis/jurusan sekolah lanjutan yang sesuai.

c. Personal – Social Guidance

Personal social guidance ialah bimbingan dalam menghadapi dan mengatasi kesulitan dalam diri sendiri, apabila kesulitan tertentu berlangsung terus dan tidak mendapat penyelesaian terancamlah kebahagiaan hidup dan akan timbul gangguan-gangguan mental disamping itu, juga kesukaran yang timbul dalam pergaulan dengan orang lain (pergaulan sosial), karena kesukaran semacam ini biasanya dirasakan dan dihayati sebagai kesulitan pribadi.

d. Mental Health Guidance

Mental healt guidance (bimbingan dalam bidang kesehatan jiwa), yaitu suatu bimbingan yang bertujuan untuk menghilangkan faktor-faktor yang menimbulkan gangguan jiwa.

e. Religious Guidance

(40)

dengan masalah-masalah keagamaan, melalui keimanan menurut agamanya.

4. Macam- macam bimbingan

Macam bimbingan menuju pada bidang kehidupan tertentu atau aspek perkembangan tertentu yang menjadi fokus perhatian dalam bimbingan, dengan kata lain tentang apa yang diberikan. Ada 4 macam bimbingan, yaitu:23

a. Bimbingan pendidikan

Bimbingan pendidikan adalah usaha bimbingan yang ditujukan kepada siswa untuk mengatasi kesulitan dalam bidang pendidikan. Bentuk bimbingan pendidikan ini misalnya menyediakan informasi mengenai jurusan, informasi mengenai kelanjutan studi dan lain-lain. b. Bimbingan Belajar

Bimbingan belajar adalah bidang pelayanan yang membantu peserta didik mengenal, menumbuhkan, dan mengembangkan diri, sikap dan kemampuan belajar untuk menguasai pengetahuan dan ketrampilan dalam rangka mengikuti pendidikan sekolah dan berperan serta dalam kehidupan masyarakat.

c. Bimbingan Pribadi

Bimbingan pribadi adalah bidang layanan yang dapat membantu peserta didik dalam memahami, menilai dan mengembangkan potensi dan kecakapan bakat dan minat serta kondisi sesuai dengan karakteristik kepribadian dan kebutuhan dirinya secara realistic, serta

23

(41)

mengenal, menemukan, dan mengembangkan pribadi yang beriman dan bertaqwa kepada Yang Maha Esa, mandiri serta sehat jasmani dan rohani.

d. Bimbingan Sosial

Bimbingan sosial adalah bidang pelayanan yang membantu peserta didik dalam memahami diri, serta mengembangkan kemampuan hubungan sosial yang sehat dan efektif yang dilandasi budi pekerti luhur dan tanggung jawab sosial dengan teman sebaya, anggota keluarga dan warga lingkungan sosial yang lebih luas.Bimbingan pribadi sosial mengandung unsr-unsur sebagai berikut:

1) Informasi tentang fase atau tahap perkembangan yang sedang dilalui oleh siswa dan mahasiswa, antara lain tentang konflik batin yang dapat timbul dan tentang cara bergaul yang baik.

2) Penyadaran akan keadaan masyarakat dewasa ini yanng semakin berkembang kearah masyarakat modern.

3) Pengaturan diskusi.

4) Pengumpulan data yang relevan untuk mengenal kepribadian anggota.24

e. Bimbingan Pekerjaan atau Karier

Bimbingan karier adalah bidang pelayanan yang membantu peserta didik mengenal dan mengembangkan potensi diri melalui penguasaan pengetahuan dan keterampilan, memahami lingkungan pendidikan dan sector pekerjaan, serta mengembangkan nilai-nilai dan

24

(42)

sikap yang positif untuk mempersiapkan diri memilih dan mengambil keputusan karier. Bimbingan ini juga bisa diartikan sebagai proses bantuan terhadap seseorang sehingga orang tersebut mengerti dan menerima gambaran tentang diri pribadinya dan gambaran tentang dunia kerjanya serta mempertemukan keduanya, sehingga akhirnya dapat mempersiapkan diri dalam memasuki bidang kerja tertentu dan membina diri dalam bidang pekerjaan tersebut (simposium bimbingan jabatan)

f. Bimbingan dalam penggunaan waktu luang.

Bimbingan ini bertujuan untuk membantu siswa dalam mengisi waktu luangnya dengan kegiatan-kegiatan yang produktif. Karena biasanya dalam keadaan diam anak akan berfikir hal-hal yang tidak baik dan sangat mudah terpengaruh pada hal-hal negatif. Karena itu sebaiknya waktu senggang tersebut di isi dengan kegiatan yang bermanfaat, seperti beternak,berkemah dan lain-lain.25

5. Tujuan Bimbingan

Setelah dipahami arti dari bimbingan agama, maka dapat diketahui tujuan dari bimbingan yang akan dilakukan. Dengan tujuan bimbingan agama yang dilakukan dapat dicapai perkembangan lebih baik bagi seseorang dalam mewujudkan potensinya yang akan membawa kebaikan kepada klien dan masyarakat.

Menurut Aunur Rahim Faqih, tujuan bimbingan agama yaitu: a. Tujuan umum

Membantu individu mewujudkan dirinya sebagai manusia seutuhnya

25

(43)

agar mencapai kebahagiaan hidup di dunia maupun di akhirat. b. Tujuan khusus

1.) Membantu individu agar tidak menghadapi masalah

2.) Membantu individu mengatasi masalah yang sedang dihadapi 3.) Membantu individu memelihara dan mengembangkan situasi dan

kondisi yang lebih baik, sehingga tidak menjadi sumber masalah bagi dirinya dan orang lain.26

C. Agama

1. Pengertian Agama

Agama adalah wahyu yang diturunkan Tuhan untuk manusia. Fungsi dasar agama adalah memberikan orientasi, motivasi dan membantu manusia untuk mengenal dan menghayati sesuatu yang sakral. 27

Pengertian agama dari segi bahasa dikenal dengan kata “ad Dien” (Bahasa Arab) yang berarti menguasai, menundukan, patuh, hutang, balasan, dan kebiasaan. Selanjutnya din dalama bahasa semit berarti undang- undang atau hukum.28Dalambahasa indonesia sama artinya dengan peraturan.

Menurut bahasa sansekerta „a’ berarti tidak dan „gamma’ berarti

kacau, jadi agama yaitu tidak kacau, agama semakna dengan “religion”

(bahasa inggris), “religie” (Belanda) “religio” (Latin) yang berarti

mengamati, berkumpul/bersama mengambil dan menghitung. Dengan padanan kata Re+ Leg+io, yang artinya: Leg=to observe–mengamati=to

Mastuhu, Metodologi Penelitian Agama, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2006), h. 1

28

(44)

gather–berkumpul/bersama=totakeup–mengambil=to caout – menghitung. Sedangkan agama menurut para ahli sebagai berikut: 29

a. Menurut Harun Nasution, agama adalah suatu sistem kepercayaan dan tingkahlaku yang berasal dari suatu kekuatan yang ghaib.

b. Menurut Al-syahrastani, agama adalah kekuatan dan kepatuhan yang terkadang biasa diartikan sebagai pembalasan dan perhitungan (amal perbuatan di akhirat).

c. Menurut Prof.Dr. Bouquet mendefinisikan agama adalah hubungan yang tetap antara diri manusia dengan yang bukan manusia yang bersifat suci dan supernatur, dan yang bersifat berada dengan sendirinya dan yang mempunyai kekuasaan absolute yang disebut Tuhan.

2. Sumber-Sumber Agama

Di kalangan ulama terdapat kesepakatan bahwa sumber agama Islam yang utama adalah Alquran dan Al-sunnah; sedangkan penalaran atau akal pikiran sebagai alat untuk memahami Alquran dan Al-sunnah. Ketentuan ini sesuai dengan agama Islam itu sendiri sebagai wahyu yang berasal dari Allah Swt. Yang penjabarannya dilakukan oleh Nabi Muhammad Saw. Didalam Alquran surat Al-Nisa ayat 156 kita dianjurkan agar menaati Allah dan Rasul-Nya serta ulil amri(pemimpin). Ketaatan kepada Allah dan Rasul-Nya ini mengandung konsekuensi ketaatan kepada ketentuan-Nya yang terdapat di dalamAlquran, dan ketentuan kepada ulil amriatau pemimpin sifatnya kondisional, atau tidak mutlak, karena betapapun

29

(45)

hebatnya ulil amriitu, ia tetap manusia yang memiliki kekurangan dan tidak dapat dikultuskan. Atas dasar inilah menaati ulil amribersifat kondisional. Jika produk dari ulil amritersebut sesuai dengan ketentuan Allah dan Rasul-Nya maka wajib diikuti, sedangkan jika produk ulil amri tersebut bertentangan dengan kehendak Tuhan, maka tidak wajib menaatinya.30

Penjelsan mengenai sumber agama Islam tersebut dapat dikemukakan sebagai berikut.

a. Alquran

Di kalangan para ulama dijumpai adanya perbedaan pendapat di sekitar pengertian Alquran baik dari segi bahasa maupun istilah.

Asy-Syafi’i mengatakan bahwa Alquran bukan berasal dari akar kata apa

pun, dan bukan pula di tulis dengan memakai hamzah. Lafal tersebut sudah lazim digunakan dalam pengertian kalamullah(firman Allah) yang diturunkan kepada Nabi Muhammad Saw. Sementara itu Al-Farra berpendapat bahwa lafal Alquran berasal dari kata qarain jamak dari kata qarinah yang berarti kaitan; karena dilihat dari segi makna dan kandungannya ayat-ayat Alquran itu satu sama lain saling berkaitan. Sedangkan menurut Al-Asy’ari dan para pengikutnya mengatakan bahwa lafal Alquran diambil dari akar kata qarn yang berarti menggabungkan sesuatu atas yang lain; karena surat-surat dan ayat-ayat Alquran satu dan lainnya saling bergabung dan berkaitan.31

Adapun pengertian Alquran dari segi istilah yaituManna’ al

30

Abuddin Nata, Metodologi Studi Islam, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2011), cet. 18, h. 66-67

31

(46)

Qaththan, secara ringkas mengutip pendapat para ulama pada umumnya yang menyatakan bahwa Alquran adalah firman Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad Saw, dan dinilai ibadah bagi yang membacanya. Pengertian tersebut senada dengan yang diberikan Al-Zarqani. Menurutnya Alquran adalah lafal yang diturunkan kepada Nabi Muhammad Saw. Mulai dari awal surat Al-fatihah, sampai dengan akhir surat Al-Nas. Pengertian Alquran secara lebih lengkap dikemukakan oleh Abd. Al-Wahhab Al-Khallaf, menurtnya Alquran adalah firman Allah yang diturunkan kepada hati Rasulullah, Muhammad bin Abdullah, melalui Jibril dengan menggunakan lafal bahasa arab dan maknanya yang benar, agar ia menjadi hujjah bagi Rasul, bahwa ia benar-benar Rasulullah, menjadi undang-undang bagi manusia, memberi petunjuk kepada mereka, dan menjadi sarana untuk melakukan dalam mushaf, dimulai dari surat Al-fatihah dan diakhiri dengan surat Al-Nas, disampaikan kepada kita secara mutawatir dari generasi ke generasi, baik secara lisan maupun tulisan serta terjaga dari perubahan dan pergantian.32

b. Al-Sunnah

Kedudukan Al-Sunnah sebagai sumber agama Islam, selain didasarkan pada keterangan ayat-ayat Alquran dan hadis juga didasarkan kepada pendapat kesepakatan para sahabat. Yakni seluruh sahabat sepakat untuk menetapkan tentang wajib mengikuti hadis, baik pada masa Rasulullah masih hidup maupun setelah beliau wafat.

32Abd al-Wahhab al-khlallaf, Ilmu Ushul Al-fiqh (jakarta: Al-Majelis al-Ala al-Indonesia li

(47)

Menurut bahasa Al-Sunnah artinya jalan hidup yang dibiasakan terkadang jalan tersebut ada yang baik dan ada pula yang buruk. Pengertian Al-Sunnah seperti ini sejalan dengan makna hadis Nabi yang artinnya: “barang siapa yang membuat sunnah (kebiasaan) yang terpuji, maka pahala bagi yang membuat sunnah itu dan pahala bagi orang yang mengerjakannya; dan barang siapa yang membuat sunnah yang buruk, maka dosa bagi yang membuat sunnah yang buruk itu dan dosa bagi orang yang mengerjakannya.33

Sementara itu Jumhurul Ulamaatau kebanyakan para ulama ahli hadis mengartikan Al-Sunnah yaitu segala sesuatu yang disandarkan kepada Nabi Muhammad Saw. Baik dalam bentuk ucapan, perbuatan maupun ketetapan. Pengertian ini didasarkan kepada pandangan mereka terhadap Nabi sebagai suri tauladan yang baik bagi manusia.

Sedangkan ulama Ushul mengartikan bahwa Al-Sunnah adalah sesuatu yang bersal dari Nabi Muhammad dalam bentuk ucapan, perbuatan, dan persetujuan beliau yang berkaitaan dengan hukum. Pengertian ini didasarkan pada pandangan mereka yang menempatkan Nabi Muhammad Saw sebagai pembuat hukum. Sementara itu ulama fiqih mengartikan Al-Sunnah sebagai salah satu dari bentuk hukum syara yang apabila dikerjakan mendapat pahala dan apabila ditinggalkan tidak mendapat siksa.34

3. Fungsi dan Tujuan Agama a. Fungsi Agama

Dalam kehidupan individu berfungsi sebagai suatu sistem nilai yang

33

Abuddin Nata, Metodologi Studi Islam, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2011), cet. 18, h. 72

34

(48)

memuat norma-norma tertentu. Secara umum norma-norma tersebut menjadi kerangka acuan dalam bersikap danbertingkah laku agar sejalan dengan keyakinan agama yang dianutnya. Sebagai sistem nilai agama memiliki arti yang khusus dalam kehidupan individu serta dipertahankan sebagai bentuk ciri khas. 35

Sedangkan fungsi agama dalam masyarakat adalah fenomena hidup manusia. Dorongan untuk bergama, penghayatan terhadap wujud agama serta bentuk pelaksanaanya dalam masyarakat biasa berbeda-beda, namun pada hakekatnya sama, yaitu, bahwa semua agama merupakan jawaban terhadap kerinduan manusia yang paling dalam yang mengatasi semua manusia. Pada hakekatnya seluruh manusia ini secara fithriah mempunyai potensi untuk percaya kepada Yang Maha Esa dan karena agama yang mengajarkan tentang konsepsi ketuhanan merupakan bagian yang tak terpisahkan dan kehidupan umat manusia. Agama merupakan factor yang sangat penting dan sangat menentukan bagi kehidupan jutaan manusia. Agama seringkali menjadi motif dalam keputusan-keputusan politik, social ekonomi, serta pernyataan-pernyataan kebudayaan. Agama dapat mempersatukan dari berbagai suku dan bangsa di dunia ini.

Agama dapat menjadi tali pengikat persaudaraan yang kekal, yang melampaui batas-batas wilayah atau georafi. Orang-orang beragama lebih dekat satu sama lain karena mereka mengenal seperangkat nilai-nilai dasar sebagai pedoman bagi kehidupan bermasyarakat dan bernegara. Agama mempunyai 2 dimensi yaitu transcendental(ukhrowi) menyangkut hubungan manusia dengan Tuhannya dan mondial (duniawi) menyangkut

35

(49)

hubungan manusia dengan manusia lain dan lingkungan. Menurut DR. Nico Syukur Dister ditinjau dari segi psikologi agama ada 4 macam motivasi kelakuan bergama yaitu:

1. Agama sebagai sarana untuk mengatasi frustasi

2. Agama sebagai sarana untuk menjaga kesusilaan dan tata tertib masyarakat.

3. Agama sebagai sarana untuk memuaskan intelek yang ingin tahu. 4. Agama sebagai sarana mengatasi ketakutan. Tinjauan ini bersifat

fungsional, sedangkan dibalik itu masih ada motif lain yang lebih dalam yang tidak bisa lepas dari sifat dan kodrat manusia itu sendiri.36 f. Tujuan Agama

Salah satu tujuan agama adalahmembentuk jiwa budi pekerti dengan adab yangsempurna baik dengan Tuhan-Nya maupun dengan lingkungan masyarakat. Semua agama sudahsangat sempurna dikarenakan dapat menuntun umatnya bersikap dengan baik dan benar, sertadibenarkan. Cara bersikap yang buruk dalam memeluk agama dikarenakanketidakpahaman tujuan daripada pemeluk agamanya. Berkata buruk dan mebandingkan agama satudengan yang lain adalah cerminan kebodohan si pemeluk agama.Beberapa tujuan agama diantaranya:

1. Menegakkan kepercayaan manusia hanya kepada Allah, Tuhan Yang Maha Esa(tauhid).

2. Mengatur kehidupan manusia didunia agar kehidupan teratur dengan baik, sehinggamencapai kesejahteraan hidup, lahir dan batin.

3. Menjunjung tinggi dan melaksanakan peribadatan hanya kepada Allah

36

(50)

Swt.

4. Menyempurnakan akhlak manusia. D. Strategi Bimbingan Agama

Strategi bimbingan agama adalah suatu proses atau cara untuk bimbingan yang diarahkan kepada agama, baik tujuan materi maupun metode yang diterapkan. Bimbingan tersebut berupa pertolongan dibidang mental spiritual, yang bertujuan agar dapat mengembangkan potensi fitrah yang dibawa sejak lahir secara optimal dengan rasa menginternalisasikan nilai-nilai yang terkandung dalam Al-Qur’an dan Al-Hadist Rasulullah dalam dirinya, sehingga ia mampu hidup selaras sesuai dengan apa yang dianjurkan Allah dan Rasulullah sehingga mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat.37

Berkembangnyafitrah beragama tiap individu secara optimal, maka akan dapat menciptakan hubungan yang baik dengan Allah SWT, dengan manusia, dengan alam sekitar, sekitar makhluk lainnya sebagai manifestasi dari perannya sebagai Khalifah Allah dibumi yang sekaligus juga berfungsi sebagai penyembah pengabdi kepada Allah SWT.38

Oleh sebab itu, Nabi Muhammad SAW menduduki fungsi sebagai counselor agung ditengah umatnya, yang diteladani oleh para sahabatnya dan para ulama sepanjang zaman.

Fenomena yang seperti inilah peran serta para ulama sangat dibutuhkan sebagai orang yang memahami agama islam secara mendalam, dan yang akan membimbing manusia kejalan yang di ridhoi Allah SWT.

37

Thohari Musnawar, Dasar Konseptual Bimbingan dan Konseling Islam, (Yogyakarta: UII Press, 1992) h.76

38

(51)

Jadi dapat penulis simpulkan strategi bimbingan agama yaitu: suatu proses atau cara membantu individu agar mampuhidup selaras dengan ketentuan dan petunjuk Allah, sehingga dapat mencapai kebahagiaan hidup di dunia maupun diakhirat.

E. Motivasi

1. Pengertian Motivasi

Istilah motivasi berasal dari kata motif yang dapat diartikan sebagai kekuatan yang terdapat dalam diri individu, yang menyebabkan individu tersebut bertindak ataupun berbuat. Motif tidak dapat diamati secara langsung, tetapi dapat diinterprestasikan dalam tingkah lakunya, berupa rangsangan, dorongan atau pembangkit tenaga munculnya suatu tingkah laku tertentu.

Motif menurut Drs. Malayu SP. Hasibuan adalah suatu perangsang keinginan (want) dan daya penggerak kemauan bekerja seseorang, setiap motif mempunyai tujuan tertentu yang ingin dicapai. Sedangkan motif

menurut Bernard Berelson dan Gray A. Steiner “ A motives is an inner state

that energizes, actives or moves and that direct or channels behavior toward goals, yang artinya “ sebuah motif adalah suatu pendorong dari dalam untuk beraktivitas atau bergerak dan secara langsung atau mengarah kepada sasaran akhir.39

Motivasi hanya diberikan kepada manusia, khususnya kepada para bawahan atau pengikut.Motivasi mempersoalkan bagaimana caranya mendorong gairah kerja bawahan (pegawai) agar mereka mau bekerja keras dengan memberikan semua kemampuan dan keterampilannya untuk

39

(52)

mewujudkan tujuan perusahaan. Pada dasarnya perusahaan bukan saja

mengharapkan karyawan yang “mampu, cakap dan terampil”, tetapi yang

terpenting mereka mau bekerja giat dan berkeinginan untuk mencapai hasil kerja yang optimal.Kemampuan,kecakapan dan keterampilan karyawan tidak ada artinya bagi perusahaan, jika mereka tidak mau bekerja keras dengan mempergunakan kemampuan, kecakapan dan keterampilan yang dimilikinya.

Motivasi penting karena dengan motivasi ini diharapkan setiap karyawan mau bekerja keras dan antusias untuk mencapai produktifitas kerja yang tinggi.40

Memotivasi karyawan atau pegawai harus dilakukan sejak dini untuk menjaga keajegan semangat kerja yang dapat menurun akibat kegiatan rutin dan monoton. Oleh karena itu mengamati motivasi kerja setiap karyawan atau pegawai dilakukan secara terus menerus, hari demi hari dan menjadi tanggung jawab atasan langsung karyawan. Hal ini penting dilakukan untuk mengidentifikasi karyawan yang memiliki potensi besar untuk berkembang dimasa depan.

Bernard Berebson dan Gary A. Steiner mendefinisikan motivasi

sebagai: “all those inner striving conditions variously described as wishes,

desires, needs, drives, and the like”. Yang dapat diartikan sebagai kondisi internal, kejiwaan dan mental manusia seperti: aneka keinginan, harapan, kebutuhan, dorongan dan kesukaan yang mendorong individu untuk berperilaku kerja untuk mencapai kepuasan atau mengurangi

40

(53)

ketidakseimbangan.

Motivasi dapat juga didefinisikan sebagai kesiapan khusus seseorang untuk melakukan atau melanjutkan serangkaian aktivitas yang ditujukan untuk mencapai beberapa sasaran yang teliti ditetapkan.41 Dalam menjalankan kehidupan manusia selalu melakukan berbagai macam aktivitas. Salah satu aktifitasnya adalah bekerja mengandung arti melaksanakan suatu tugas yang diakhiri dengan suatu karya yang dapat dinikmati oleh manusia. Faktor pendorong yang menyebabkan manusia adanya kebutuhan yang harus dipenuhi. Aktifitas didalam bekerja mengandung unsur suatu kegiatan sosial, menghasilkan sesuatu, dan pada akhirnya bertujuan untuk memenuhi kebutuhan.

Motivasi merupakan dorongan yang terdapat dalam diri seseorang untuk melakukan aktivitas tertentu, demi mencapai tujuan tertentu.

2. Proses Motivasi a. Tujuan

Dalamproses memotivasi perlu ditetapkan terlebih dahulu tujuan organisasi, baru kemudian para bawahan dimotivasi kearah tujuan tersebut.

b. Mengetahui Kepentingan

Dalamproses motivasi penting mengetahui kebutuhan atau keinginan karyawan dan tidak hanya melihatnya dari sudut kepentingan pimpinan dan perusahaan saja.

c. Komunikasi Efektif

Dalamproses motivasi harus dilakukan komunikasi yang baik dan

41

(54)

efektif dengan bawahan. Bawahan harus mengetahui apa yang akan diperolehnya dan syarat-syarat apa saja yang harus dipenuhi supaya insentif itu diperolehnya.

d. Integrasi Tujuan

Dalam proses motivasi perlu untuk menyatukan tujuan perusahaan dan tujuan kepentingan karyawan. Tujuan perusahaan adalah needs complex, yaitu untuk memperoleh laba, perluasan perusahaan, sedangkan tujuan individu karyawan adalah pemenuhan kebutuhan dan kepuasan. Jadi tujuan organisasi atau perusahaan dan tujuan karyawan harus disatukan dan untuk ini penting adanya persesuaian motivasi. e. Fasilitas

Atasan dalam memotivasi harus memberikan fasilitas kepada perusahaan dan individu karyawan yang akan mendukung kelancaran pelaksanaan pekerjaan,seperti memberi bantuan kendaraan kepada bawahan.

f. Team Work

Atasan harus menciptakan team work yang terkoordinasi baik yang bisa mencapai tujuan perusahaan. Team work (kerja sama) ini penting karena dalam suatu perusahaan biasanya terdapat banyak bagian.42 3. Bentuk Motivasi

Dalam perwujudan motivasi terealisasi dalam beberapa bentuk sesuai dengan arah tujuan dari individu yang memiliki motivasi tersebut. Winkle (2004) menyatakan lebih lanjut bahwa terdapat dua motivasi yang

42

Gambar

gambar, bagan dan sebagainya.
GAMBARAN UMUM KANTOR KEMENTERIAN AGAMA KAB. BOGOR

Referensi

Dokumen terkait

Gambar di atas merupakan diagram Psikrometrik dari udara pengering , pada masing-masing variasi temperatur.. Sedangkan proses 2-3 adalah proses ketika udara

Kandungan kedua bahan tersebut kaya sumber gas Methane (CH4) yang memiliki daya bakar yang sangat baik. Dengan penggunaan biogas sederhana, para petani ternak tidak perlu bekerja

Register merupakan sebagian kecil memori komputer yang dipakai untuk tempat penampungan data dengan ketentuan bahwa data yang terdapat dalam register dapat diproses

5 dari isolat tersebut yang mampu menghambat pertumbuhan bakteri Staphyl,ococcus aureus dan E8 yang aktifitas nya tinggi dengan diameter zona bening 18.96 mm dan

Adanya Penulisan Ilmiah dengan judul â Analisa Mengenai Spesifikasi dan Fitur dalam Format DVD â ini, bisa menambah alternatif bacaan untuk siapa saja yang ingin mengetahui lebih

Wadah dimana tersedianya berbagai sumber belajar yg dapat dimanfaatkan oleh peserta didik maupun guru atau dosen untuk membantu terlaksananya proses

[r]

Based on the results of cross tabulation relationship with the incidence of premenstrual stress syndrome in young girls class XI of the school year 2013/2014 in SMK X