• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEMBERIAN NILAI DAN TINDAK LANJUT HASIL PENILAIAN By. Dr. Weldan Firnando Smith,S.Pd.,M.AP

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PEMBERIAN NILAI DAN TINDAK LANJUT HASIL PENILAIAN By. Dr. Weldan Firnando Smith,S.Pd.,M.AP"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

PEMBERIAN NILAI DAN TINDAK LANJUT HASIL PENILAIAN By. Dr. Weldan Firnando Smith,S.Pd.,M.AP

PENDAHULUAN

Tujuan pendidikan, baik yang dikemukakan oleh ahli mapun yang menjadi hasil belajar yang menjadi amanat dalam UU No. 2 Tahun 1989 tentang sistem pendidikan nasional semuanya mencantumkan bahwa pendidikan bertujuan untuk mengembangkan proses berfikir (kognitif), keterampilan (psikomotor), serta nilai dan sikap (afektif). Pencapaian tujuan aspek kognitif saja. Kenyataan seperti itu misalnya dapat dilihat dari persiapan yang dibuat oleh guru dalam melakukan proses pembelajaran lebih menekankan pada pencapaian tujuan aspek kognitif, sehingga aspek psikomotor dan afektif belum diukur dan diberi nilai sebagaimana pada aspek kognitif.

Sejak diberlakukannya kurikulum berbasis kompetensi maka sistem pembelajaran mengalami pergeseran disemua aspek, tidak terkecuali aspek penilaian. Kurikulum berbasis kompetensi menggariskan bahwa pendidikan diarahkan kepada pencapai kompetensi standar yang sudah ditetapkan. Standar tersebut merupakan patokan atau acuan minimal dalam hal kompetensi yang harus dipenuhi oleh lulusan suatu lembaga pendidikan. Secara lebih rinci pergeseran tersebut tercermin pada ciri-ciri kurikulum berbasis kompetensi seperti berikut ini: 1. Adanya visi, misi, dan tujuan pendidikan yang disepakati secara bersama

ditingkat nasional.

2. Adanya standar kompetensi lulusan yang secara konsisten dan jelas dijabarkan dari tujuan pendidikan.

3. Adanya kerangka kurikulum dan silabus yang merupakan artikulasi yang ketat dari kompetensi lulusan

4. Adanya sistem penilaian acuan criteria (criteria-referenced assessment) dan standar pencapaian (performance standard) yang diterapkan secara konsisten. Dengan diberlakukannya kurikulum berbasis kompetensi peserta didik secara menyeluruh tidak hanya menekankan aspek kognitif, melinkan juga aspek

▸ Baca selengkapnya: contoh format tindak lanjut hasil penilaian

(2)

psikomotor dan afektif. Hal ini berarti proses pembelajaran akan mengembangkan secara proposional aspek tujuan pendidikan yang sebelumnya kurang mendapat perhatian. Berkaitan dengan sistem penilaian, pusat penilaian pendidikan depdiknas telah mengembangkan pedoman penilaian yang didasarkan pada penilaian kompetensi peserta didik secara menyeluruh. Pedoman tersebut berlaku untuk Sekolah Dasar, Sekolah Menengah Pertama, Sekolah Mengah Atas, dan Sekolah Menengah Kejuruan. Implikasi mendasar terhadap sistem penilaian dengan diterapkannya standar kompetensi adalah bahwa proses penilaian yang dilakukan oleh guru, baik yang bersifat formatif maupun sumatif, harus menggunakan acuan kriteria.

Dari kegiatan belajar pada modul-modul terdahulu tertentu Anda telah memahami apa yang dimaksud penilaian dengan acuan kriteria.

Secara umum, tujuan yang ingin dicapai setelah anda mengikuti materi pada modul 6 ini adalah agar anda dapat member contoh penilaian dan tindak lanjut hasil penilaian dalam pembelajaran. Tujuan tersebut mencakup tujuan-tujuan khusus yang mencakup kemampuan Anda dalam :

1. Menjelaskan prinsip pemberian nilai

2. Menentukan kegiatan apa saja yang akan dijadikan dasar penentuan nilai hasil belajar.

3. Memberikan nilai pada masing-masing aspek kemampuan hasil belajar berdasarkan petunjuk pemberian nilai.

4. Menjelaskan aturan pemberian nilai menurut pedoman pelaksanaan 5. Menerapkan aturan penilaian dalam kegiatan penilaian di kelas 6. Menjelaskan manfaat dilakukannya pre-test-post-test.

7. Memberi contoh manfaat dilakukannya pre-test-post-test. 8. Menjelaskan manfaat dilakukannya test diagnostic 9. Memeberi contoh manfaat dilakukannya tes formatif 10. Menjelaskan manfaat dilakukannya test pformatif 11. Memberi contoh manfaat dilakukannya tes formatif. 12. Menjelaskan manfaat dilakukannya penilaian non-tes 13. Memberi contoh manfaat dilakukannya penilaian non-tes.

(3)

Untuk mencapai tujuan diatas, modul ini mencakup tiga kegiatan belajar, yaitu :

1. Prinsip-prinsip pemberian nilai

2. Penilaian di berbagai jenjang pendidikan

3. Tindak lanjut penilaian untuk meningkatkan kualitas pembelajaran.

PEMBAHASAN

PRINSIP-PRINSIP PEMBERIAN NILAI

Seperti telah dikemukakan dimuka bahwa kurikulum yang digunakan dalam pendidikan sekarang ini adalah kurikulum berbasis kompetensi. Untuk dapat melaksanakan sistem pembelajaran yang berbasis kompetensi, guru harus

(4)

mempersiapkan proses pembelajaran dengan mengembangkan acuan sistem pembelajaran. Maksud dikembangkannya acuan tersebut adalah agar proses pembelajaran dapat terarah dalam hal pengalaman belajar yang diperoleh siswa dan pencapaian/penguasaan kompetensi. Produk persiapan pembelajaran yang dimiliki guru sekurang-kurangnya adalah berupa :

1. Matriks kompetensi belajar (learning competency matrix)n yang menjamin pengalaman belajar yang terarah;dan

2. Program penilaian otentik berkelanjutan (continus authentic assessment) yang menjamin pencapaian dan penguasaan kompetensi.

Sistem penilaian yang digunakan dalam Kurikulum Berbasis Kompetensi adalah Penilaian Kelas Otentik (Authenti Assesment)atau disebutkan sebagai penilaatau disebutkan sebagai penilaian kelas (saja). Penilaian kelas adalah proses pengumpulan informasi oleh guru tentang perkembangan dan pencapaian pembelajaran yang dilakukan anak didik melalui berbagai teknik yang mampu mengungkapkan ,membuktikan, atau menunjukkan secara tepat bahwa tujuan pembelajaran dan kemampuan (kompetensi) telah benar-benar dikuasai dan dicapai.

Dalam melakukan penilaian,guru hendaknya selalu pedoman kepada prinsip-prinsip penilaian kelas. Sebelum membahas tentang prinsip-prinsip-prinsip-prinsip penilaian kelas, berikut ini diuraikan tentang tujuan dan fungsi penilaian kelas, dan bagian akhir dipaparkan juga metode-metode penilaian kelas.

A. TUJUN PENILAIAN KELAS

Penilaian kelas hendaknya diarahkan pada empat tujuan berikut :

1. Penelusuran (keeping track) yaitu bahwa penilaian bertujuan untuk menelusuri agar proses pembelajaran anak didik tetap sesuai dengan rencana. Guru mengumpulkan informasi sepanjang semester dan tahun pelajaran melalui berbagai bentuk penilaian kerja agar memperoleh gambaran tentang pencapaian kompetensi siswa

2. Pengecekan (cheking-up) yaitu bahwa penilaian bertujuan untuk mengecek apakah ada kelemahan-kelemahan yang alami anak didik dalam proses pembelajaran. Melalui penilaian kelas, baik yang bersifat formal maupun

(5)

informal, guru melakukan pengecekan kemampuan (kompetensi) apa yang telah dikuasai siswa dan apa yang belum dikuasai.

3. Pencarian (finding-up) yaitu bahwa penilaian bertujuan untuk mencari dan menemukan hal-hal yang menyebabkan terjadinya kelemahan dan kesalahan dalam proses pembelajaran. Guru harus selalu menganalisis dan merefleksikan hasil penilaian kelas dan mencari hal-hal yang menyebabkan proses pembelajaran tidak berjalan secara efektif. Berdasarkan temuan tentang penyebab itulah guru dapat menentukan tindakan apa yang perlu dilakukan untuk mengatasinya.

4. Penyimpulan (summing-up) yaitu bahwa penilaian bertujuan untuk menyimpulkan apakah anak didik telah menguasai seluruh kompetensi yang ditetapkan dalam kurikulum. Penyimpulan sangat penting khususnya pada saat guru diminta melaporkan hasil kemajuan belajar anak kepada orang tua, sekolah, atau puhak lain diakhir semester ata, atau puhak lain diakhir semester atau tahun pelajaran, baik dalam bentuk rapor maupun bentuk lainnya.

B. FUNGSI PENILAIAN KELAS

Penilaian kelas yang disusun secara terencana dan sistematis oleh guru memiliki fungsi motivasi, belajar tuntas, efektivitas pengajaran, dan umpan balik.. 1. Fungsi motivasi, berarti bahwa penilaian yang dilakukan oleh guru di kelas

harus dapat mendorong motivasi siswa belajar. Latihan , tugas, dan ulangan yang diberikan guru harus memungkinkan siswa melakukan proses pembelajaran baik secara individu maupun kelompok. Bentuk latihan, tugas, dan ulangan harus dirancang sedemikian rupa sehingga siswa terdorong untuk terus belajar dan merasa kegiatan tersebut menyenangkan dan menjadi kebutuhannya. Dengan mengerjakan latihan, tugas, dan ulangan yang diberikan, siswa memperoleh gambaran tentang hal-hal apa yang sudah dikuasai dan

2. Fungsi Belajar Tuntas, yaitu bahwa penilaian kelas haru diarahkan untuk memantau ketuntasan belajar siswa. Pertanyaan yang harus selalu dipikirkan oleh guru adalah apakah siswa sudah menguasai kemampuan yang diharapkan? Siswa mana yang belum menguasai kemampuan tertentu? Dan

(6)

tindakan apa yang harus dilakukan agar siswa akhirnya menguasai kemampuan tersebut? Ketuntasan belajar menjadi focus dalam perancangan kompetensi/kemampuan yang harus dicakup setiap kali guru melakukan penilaian. Jika suatu kemampuan belum dikuasai siswa, penilaian harus terus dilakukan untuk mengetahui apakah semua atau sebagaian besar siswa telah mengusasai kemampuan tersebut. Rencana penilaian harus disusun sesuai dengan target kemampuan yang harus dikuasai pada setiap semester dan kelas sesuai dengan daftar kemampuan yang ditetapkan.

3. Fungsi sebagai indicator efektivitas pengajaran, berarti bahwa di samping untuk memantau belajar siswa, penilaian kelas juga digunakan untuk melihat seberapa jauh proses belajar mengajar telah berhasil. Apabila sebagian besar atau semua siswa telah menguasai sebagian besar atau kemampuan yang ditetapkan, maka dapat disimpulkan bahwa proses belajar-mengajar telah berhasil sesuai dengan rencana. Apanila guru menemukan bahwa sebagian siswa saja yang menguasai kemampuan yang ditargetkan, guru perlu melakukan analisis dan refleksi mengapa hal ini terjadi dan apa tindakan yang harus dilakukan untuk meningkatkan efektivitas pengajaran.

4. Fungsi umpan balik, yaitu bahwa hasil penilaian harus dianalisis oleh guru sebagai bahan umpan balik bagi siswa dan guru. Umpan balik hasil penilaian Sangat bermanfaat bagi siswa agar mengetahui kelemahan yang dialaminya dalam mencapai kemampuan yang diharapkan, dan siswa diminta melakukan latihan dan atau pengayaan yang dianggap perlu baik sebagai tugas individu maupun kelompok. Manfaat bagi guru adalah untuk melihat hal-hal yang perlu diperhatikan secara serius dalam proses belajar mengajar. Misalnya analisis terhadap kesalahan yang umum dilakukan siswa dalam memahami konsep tertentu menjadi umpan balik bagi guru dan melakukan perbaikan pada proses belajar-mengajar berikutny. Dalam hal-hal tertentu hasil penilaian juga dapat menjadi umpan balik bagi sekolah dan orang tua agar secara bersama-sama mendorong dan membantu pencapaian target penguasaan kemampuan yang telah di tetapkan .

(7)

Agar penilaian dapat memberikan fungsi secara optimal, dalam melakukan penilaian guru hendaknya selalu berpedoman kepada prinsip-prinsip penilaian sebagai berikut.

1. Proses Penilaian merupakan Bagaian dari Pembelajaran

Penilaian kelas yang baik mempersyaratkan adanya keterkaitan langsung dengan aktivitas proses belajar-mengajar. Demikian pula proses belajar-mengajar akan efektif apabila didukung oleh penilaian kelas yang efektif. Penilaian merupakan bagian integral dari proses belajar-mengajar, oleh karena itu penilaian mencakup penilaian proses dan hasil belajar. Penilaian dilakukan baik pada akhir pembelajaran atas kompetensi tertentu. Untuk mengetahuin ketercapaian kompetensi tertentu, guru harus melakukan penilaian secara terarah dan terproggram. Penilaian harus digunakan sebagai proses untuk mengukur dan menentukan tingkat ketercapaian kompetensi, dan sekaligus untuk mengukur efektivitas proses pembelajaran.

2. Penilaian Mencerminkan Masalah Dunia Nyata

Penilaian harus mengarah pada pengungkapan kemampuan siswa dalam memecahkan persoalan yang ada dalam masyarakat dan dunia kerja. Penilaian harus dapat mengarahkan siswa untuk memahami keterkaitan kemampuan yang diperoleh dari proses pembelajaran dengan masalah yang kemampuan yang dimiliki siswa harus dapat diaplikasikan dalam memecahkan masalah-masalah kehidupan nyata.

3. Menggunakan Berbagai Ukuran, Metode dan Kriteria

Berbagai aspek kemampuan belajar siswa memiliki karakteristik tersendiri. Untuk dapat mengungkapkan kemampuan yang dicapai siswa diperlukan ukuran, metode, criteria, dan teknik yang sesuai agar penilaian dapat memberikan hasil yang tepat dan terpercaya. Prinsip penilaianyang demikian itu akan dapat menjamin dikembangkannya alat penilaian yang valid daenilaianyang demikian itu akan dapat menjamin dikembangkannya alat penilaian yang valid dan reliable. Alat dan teknik penilaian yang digunakan tidak terbatas pada penilaian berupa tes, melainkan juga dengan teknik nonreliable. Alat dan teknik penilaian yang digunakan tidak terbatas pada penilaian berupa tes, melainkan juga dengan teknik

(8)

non-tes. Teknik-teknik tersebut meliputi tes tertulis, tes praktek (performance test), penilaian sikap, dan portofolio.

4. Penilaian Harus Bersifat Holistik

Sesuai dengan tujuan pendidikan yang mengembangkan kemampuan siswa pada aspek kognitif,afektif dan psikomotor, maka untuk mengetahui pencapaian kemampuan siswa secara utuh diperlukan penilaian yang mencakup seluruh aspek tersebut. Dengan prinsip penilaian semacam itu maka dapat diketahui pula karakteristik kemampuan, serta hubungan setiap aspek kemampuan dalam diri siswa.

5. Penilaian Kelas Mengacu Kepada Kemampuan (Competency Referenced) Penilaian kelas perlu disusun dan dirancang untuk mengukur apakah siswa telah menguasai kemampuan sesuai dengan standar yang ditetapkan dalam kurikulum. Butir-butir yang dicakup dalam penilaian harus terkait secara langsung dengan indicator pencapaian kemampuan tersebut. Ruang lingkup materi yang telah diajarkan serta pengalaman belajar siswa. Penilaian dilakukan untuk mengetahui kemajuan belajar dan ketuntasan penguasaan kompetensi siswa. Materi penugasan atau ulangan harus benar-benar merefleksikan setiap kemampuan yang ditargetkan untuk dikuasai siswa. Hanya materi yang secara esensial terkait langsung dengan kemampuan yang perlu dicakup dalam penilaian dikelas.

Hal penting lainnya adalah standar kemampuan. Hasil penilaian harus memberikan informasi pencapaian siswa terhadap standar kompetensi yang ditetapkan. Sejalan dengan prinsip ini maka penyampaian hasil belajar siswa digambarkan dalam bentuk chart yang memberikan informasi secara grafis kedudukan kemampuan siswa terhadap standar kompetensi. Contohnya adalah seperti berikut ini.

Nama siswa : Novia Ranah : Kognitif

No. Mata Pelajaran Pencapaian Belajar Kemampuan dasar yang belum dikuasai

(9)

1. 2. 3. 4. Matematika Bahasa Inggris Fisika Bahasa Indonesia Perkalian matriks Lulus

Zat padat, tata surya Lulus

0 2 4 6 8 10 7,5 (Batas Lulus) 6. Berkelanjutan (Continuous)

Penilaian harus merupakan proses yang berkelanjutan dalam rangkaian rencana mengajar guru selama satu semester dan tahan ajaran. Rangkaian penilaian melalui pemberian tugas, pekerjaan rumah, ulangan harian, ulangan tengah dan akhir semester, serta akhir tahun ajaran merupakan proses yang berkesinambungan dan berkelanjutan selama satu tahun ajaran. Selama proses tersebut dilihat pencapaian kompetensi dasar siswa. Guru menyusun indicator pencapaian kompetensi dasar sebagai acuan dalam pengembangan alat penilaian. Penilaian dilakukan dengan berbagai teknik baik tes maupun non-tes sesuai dengan karakteristik aspek yang diukur. Penilaian dilakukan tidak hanya pada akhir pembelajaran, melainkan juga dilakukan pada saat proses pembelajaran. Selanjutnya penilaian harus diikut dengan kegiatan analisis terhadap hasil penilaian dan merumuskan umpan balik yang berfungsi sebagai masukan dalam perencanaan proses pembelajaran berikutnya. Hasil analisis memberikan informasi kompetensi dasar yang telah dan belum dikuasai siswa, sehingga dapat ditentukan langkah pembelajaran dan penilaian berikutnya. Dengan demikian kegiatan pembelajaran yang dilakukan sepanjang semester dan tahun ajaran merupakan rangkaian siklus proses pembelajaran yang saling bersambung. Hal ini dapat menjamin pembelajaran secara tuntas dan pencapaian kompetensi.

7. Didaktis

Hasil penilaian diharapkan dapat digunakan untuk mendorong dan membina siswa dalam meningkatkan kualitas hasil belajar. Dalam hal ini guru dapat

(10)

melakukan berbagai upaya yang bersifat konstruktif, seperti pemberian hadiah bagi siswa yang berprestasi baik. Hadiah disini tidak harus bersifat material, melainkan dapat juga dalam bentuk tindakan psikologis, misalnya dengan mengumumkan nama-nama siswa yang berprestasi baik dilingkup sekolah pada acara upacara bendera, atau pada media sekolah seperti majalah dinding. Dengan dilaksanakannya manajemen berbasis sekolah, sangat dimungkinkan dilakukannya pemberian hadiah yang bersifat material. Yang penting diperhatikan adalah jangan sampai pelaksanaan pemberian hadiah tersebut menimbulkan pengaruh negatif berupa sikap materialistis dan selalu berharap adanya imbalan dalam berbuat.

Hal lainnya adalah alat dalam penilaian kelas berupa tes maupun nontes harus dirancang agar siswa menyenangi dan menikmati kegiatan penilaian, baik isi, format, maupun tata letak dan tampilannya. Perancangan bahan penilaian yang kreatif dan menarik dapat mendorong siswa untuk menyelesaikan tugas penilaian baik yang bersifat individual maupun kelompok dengan penuh antusias dan menyenangkan. Alat penilaian seperti ini dapat menumbuhkan rasa keingintahuan siswa lebih dalam dan mendorong belajar lebih kuat.

8. Menggali informasi

Penilaian kelas yang baik harus dapat memberikan informasi yang cukup baik guru untuk mengambil keputusan dan umpan balik. Pemilihan metode, teknik, dan alat penilaian yang tepat sangat menentukan jenis informasi yang ingin digali dari proses penilaian kelas. Penilaian diarahkan agar dapat diperoleh informasi yang luas mendalam. Oleh karenanya bentuk soal dan penugasan terbuka seperti soal uraian dan pemecahan masalah sangat dianjurkan untuk ulangan harian yang disiapkan guru. Sebaliknya bentuk soal lebih tertutup seperti pilihan ganda dan uraian terstruktur lebih dianjurkan untuk penilaian yang materinya bersifat luas dan komprehensif seperti pada ulangan akhir semester dan akhir tahun pelajaran.

9. Melihat yang benar dan yang salah

Dalam melaksanakan penilaian guru hendaknya melakukan analisis terhadap hasil penilaian dan kerja siswa secara seksama untuk melihat adanya kesalahan

(11)

yang secara umum terjadi pada siswa dan sekaligus melihat hal-hal positif yang diberikan siswa. Hal-hal positif tersebut misalnya berupa jawaban benar yang diberikan siswa diluar perkiraan atau cakupan yang ada pada guru. Siswa yang memiliki kelebihan kecerdasan, pengetahuan, dan pengalaman sangat mungkin memberikan jawaban dan penyelesaian masalah yang tidak tersedia pada bahan yang diajarkan dikelas. Melihat pola kesalahan yang umum dilakukan siswa dalam menjawab dan menyelesaikan masalah untuk materi serta kompetensi tertentu sangat membantu guru dalam melakukan perbaikan dan penyesuaian program belajar mengajar. Prinsip ini melandasi proses penilaian yang dapat mengungkap kemampuan siswa yang sebenarnya. Hal ini hanya dapat dilakukan jika penilaian didukung dengan alat penilaian yang shahih dan handal.

Kesimpulan

Standar kompetensi sebagai bentuk penyempurnaan kurikulum menuntut adanya perubahan orientasi dari semua pihak yang terkait dengan pendidikan agar tujuan dan upaya peningkatan mutu pendidikan dapat tercermin dari meningkatnya mutu kompetensi kelulusan sesuai dengan standar yang telah ditetapkan. Diterapkannya standar kompetensi membawa implikasi pada orientasi dan strategi penilaian di kelas oleh guru yang lebih menerapkan prinsip-prinsip pembelajaran tuntas. Penilaian kelas harus bersifat otentik, yakni penilaian yang menggunakan berbagai metode dan teknik yang sesuai dangan tujuan dan proses serta pengalaman belajar siswa. Agar dapat berdaya guna secara optimal, pelaksanaan penilaian kelas harus selalu dilandasi dengan prinsip-prinsip penilaian kelas. Berbagai metode dan teknik dapat digunakan dalam melakukan penilaian kelas.

(12)

D a f t a r P u s t a k a

______________, (2000). SK Mendiknas No. 232/U/2000, tentang kurikulum Perguruan Tinggi. Jakarta: Depdiknas.

Badan Standar Nasional Pendidikan. (2006). Panduan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan SD/MI.Jakarta: BI Dharmabhakti.

Departemen Pendidikan Nasional. (2006). Katalog Universitas Terbuka 2006.Jakarta: Universitas Terbuka.

Direktorat PMU. (2003). Pedoman Khusus Pola Induk Sistem Penilaian Hasil Kegiatan Pembelajaran Berbasis Kemampuan Dasar SMU.Jakarta:Dikmenum,Depdiknas.

Hopkin, C.D., & Antes, R.L. (1990). Classroom Measurement and Evaluation. Illinois: F.E.Peacock Publisher, Inc.

Noehi Nasoetion & Adi Suryanto. (2003). Tes. Pengukuran dan Penilaian. Jakarta: Universitas Terbuka.

Novak, J.D. (Ed). (1987). Proceeding of the Second International Seminar Misconception and Educational Strategis in Science aaand Mathematics. Ithaca, New York: Cornell University.

Popham, W. James. (1995). Classroom Assessment: What Teachers Need to Know. Boston: Allyn and Bacon.

Pusat Penilaian Pendidikan. (2003). Sistem Penilaian Kelas. Jakarta: BP Dharmabhakti.

(13)

Referensi

Dokumen terkait

Penilaian berbasis kelas adalah penilaian oleh guru dalam rangka proses pembelajaran yang merupakan proses pengumpulan dan penggunaaan informasi dan hasil belajar peserta didik

• Penilaian Hasil Belajar oleh Pendidik adalah proses pengumpulan informasi/data tentang capaian pembelajaran peserta didik dalam aspek sikap, aspek pengetahuan, dan aspek

Guru dituntut mampu membuat format penilaian menyeluruh yang mampu memberikan informasi lengkap tentang anak didik sehingga dapat membantu menjelaskan pencapaian