• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF MATEMATIS SISWA DALAM MENYELESAIKAN SOAL BANGUN DATAR DITINJAU DARI DISPOSISI MATEMATIS SISWA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ANALISIS KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF MATEMATIS SISWA DALAM MENYELESAIKAN SOAL BANGUN DATAR DITINJAU DARI DISPOSISI MATEMATIS SISWA"

Copied!
106
0
0

Teks penuh

(1)

1

ANALISIS KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF MATEMATIS

SISWA DALAM MENYELESAIKAN SOAL BANGUN DATAR

DITINJAU DARI DISPOSISI MATEMATIS SISWA

PROPOSAL SKRIPSI

Disusun untuk memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana dalam bidang

Pendidikan Matematika

Oleh

Nama Mahasiswa : Rizki Wulansari

NPM : 1684202097

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH TANGERANG

2020

(2)

i

LEMBAR PERSETUJUAN SEMINAR PROPOSAL

Nama Mahasiswa : Rizki Wulansari

Nomor Pokok Mahasiswa : 1684202097

Program Studi : Pendidikan Matematika

Judul Skripsi : Analisis Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Siswa Dalam Menyelesaikan Soal Bangun Datar Ditinjau Dari Disposisi Matematis Siswa.

Telah disetujui oleh Tim Pembimbing Skripsi untuk mengikuti Seminar Proposal.

Tangerang, 25 Maret 2020

Tim Pembimbing: Tanda Tangan

Pembimbing I, Yenni, M.Pd ... NBM. 103 7271 Pembimbing II, Sumiyani, M.Pd ... NBM. 819 886

Ketua Program Studi Pend. Matematika

Dr. Hairul Saleh, M.Si NBM.113 9236

(3)

ii

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Rizki Wulansari

Nomor Induk Mahasiswa : 1684202097

Program Studi : Pendidikan Matematika

Fakultas : Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas : Universitas Muhammadiyah Tangerang

Dengan ini menyatakan bahwa judul skripsi “Analisis Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Siswa Dalam Menyelesaikan Soal Bangun Datar Ditinjau Dari Disposisi Matematis Siswa.” beserta seluruh isinya adalah benar-benar karya sendiri dan bukan merupakan hasil jiplakan atau plagiat dari karya orang lain karena hal tersebut melanggar etika yang berlaku dalam kaidah keilmuan. Atas pernyataan ini, saya siap menanggung risiko atau sanksi yang dijatuhkan kepada saya apabila dikemudian hari ternyata terdapat pelanggaran terhadap etika keilmuan dalam karya saya ini, atau ada klaim dari pihak lain terhadap keaslian karya ini.

Tangerang,8 April 2020

Rizki Wulansari NIM. 1684202097

(4)

iii

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang, yang telah memberi ilmu, inspirasi, dan keteguhan hati sehingga penulis dapat menyelesaikan proposal skripsi ini. Salam dan shalawat semoga tetap tercurah bagi junjungan kita Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi wa Sallam beserta segenap sahabat dan keluarganya yang telah menunjukkan jalan terang kepada kita semua.

Penulis menyadari bahwa terselesaikannya proposal skripsi ini tidak terlepas dari bantuan, bimbingan, dan pengarahan dari berbagai pihak. Untuk itu penulis menyampaikan terimakasih kepada:

Kritik dan saran yang sifatnya membangun demi kesempurnaan skripsi ini sangat penulis harapkan. Penulis berharap penelitian ini dapat bermanfaat bagi penulis pada khususnya, bagi dunia pendidikan dan pembaca pada umumnya.

Tangerang, 8 Maret 2020

Rizki Wulansari NIM. 1684202097

(5)

iv

DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN SEMINAR PROPOSAL ... i

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR TABEL ... vi

DAFTAR GAMBAR ... vii

DAFTAR LAMPIRAN ... viii

BAB I PENDAHULUAN ...1 A. Latar Belakang ... 1 B. Fokus Penelitian ... 7 C. Rumusan Masalah ... 8 D. Tujuan Penelitian ... 8 E. Manfaat Penelitian ... 8

BAB II KAJIAN PUSTAKA ...10

A. Landasan Teori ... 10

1. Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis ... 10

2. Soal Bangun datar ... 22

(6)

v

B. Penelitian Yang Relevan ... 27

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ...30

A. Pendekatan dan Jenis Penelitian ... 30

1. Tahap Perencanaan ... 31

2. Tahap Pelaksanaan ... 33

3. Tahap Analisis Data ... 38

B. Tempat dan Waktu Penelitian ... 39

1. Tempat Penelitian ... 39

2. Waktu Penelitian ... 39

C. Sumber dan jenis data penelitian ... 40

D. Teknik Pengumpulan Data ... 41

E. Instrumen Penelitian ... 46

F. Teknik Analisis Data ... 52

1. Reduksi Data ... 52

2. Penyajian Data ... 53

3. Kesimpulan Data ... 54

G. Keabsahan Data ... 54

1. Triangulasi ... 55

2. Menggunakan Bahan Referensi ... 55

(7)

vi

DAFTAR TABEL

Table 2.1 Indikator Aspek Berpikir Kreatif ... 21

Tabel 3.1 Kriteria koefisien CVR dcan CVI ... 34

Tabel 3. 2 Kriteria Koefisien Korelasi Reabilitas Instrumen ... 37

Tabel 3.3 Kriteria Pengelompokkan Siswa ... 37

Tabel 3.4 Jadwal Kegiatan Penelitian ... 39

Tabel 3.5 Penyekoran Item Yang Benilai Positif ... 43

Tabel 3.6 Penyekoran Item Yang Benilai Negatif ... 43

Tabel 3.7 Batas – Batas Kelompok Tiga Rangking ... 45

Tabel 3. 8 Kisi-Kisi Angket Disposisi Matematis Siswa ... 47

(8)

vii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Bagan Empat aspek kreatifitas ... 12

(9)

viii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Kisi -Kisi Angket Diposisi ... 59

Lampiran 2 Angket Disposisi Matematis ... 62

Lampiran 3 Lembar Pedoman Wawancara Siswa ... 64

Lampiran 4 Kisi-Kisi Angket Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Siswa ... 66

Lampiran 5 Angket Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Siswa ... 69

Lampiran 6 Kartu Soal Tes Berpikir Kreatif Matematis ... 72

Lampiran 7 Kunci jwaban ... 80

Lampiran 8 Rubrik Penskoran ... 91

Lampiran 9 Lembar Validasi Instrumen Soal ... 72

(10)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan merupakan bekal awal dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia, sehingga dituntut untuk terus berkembang dalam memahami ilmu-ilmu yang ada. Ilmu-ilmu tersebut di terapkan ke dalam segala aspek kehidupan sehingga siswa dapat menjadi pribadi manusia yang unggul dalam pembelajaran dan bermasyarakat. Menurut Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlaq mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara (UU RI No 2003). Salah satu cara untuk meningkatkan kualitas pendidikan adalah pembelajaran matematika.

Pembelajaran matematika merupakan pembelajaran yang dipelajari oleh semua peserta didik dari sekolah dasar hingga ke perguruan tinggi. Hal ini sesuai dengan (Permendiknas, 2006) yang menyatakan bahwa mata pelajaran matematika diberikan kepada semua siswa untuk membekali mereka dengan kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis, kritis, dan kreatif, serta kemampuan bekerjasama. Hal ini terjadi dikarenakan matematika merupakan dasar dari segala jenis ilmu pengetahuan yang ada.

(11)

2 Ini juga sejalan dengan visi matematika itu sendiri visi matematika antara lain: 1) Visi pertama, pembelajaran matematika mengarahkan pada pemahaman konsep dan ide matematika yang diperlukan untuk menyelesaikan masalah matematika dan ilmu pengetahuan dan ilmu pengetahuan lainnya. 2) Visi kedua, matematika memberi peluang berkembangnya kemampuan menalar yang logis, sistematik, kritis dan cermat, kreatif, menumbuhkan rasa percaya diri, dan rasa keindahan terhadap ketentuan sifat matematikanya (Hendriana & Soemarmo, 2014, hal. 6).

Salah satu kemampuan berpikir dalam pembelajaran matematika yang perlu dikembangkan adalah kemampuan berpikir kreatif. Hal ini sesuai dengan (Permendiknas, 2006) mengenai standar kompetensi kelulusan bahwa salah satu tujuan mata pelajaran matematika adalah kemampuan berpikir kreatif yang telah termuat pada kurikulum dan tujuan pembelajaran matematika yang termuat dalam KTSP 2006 dan Kurikulum 2013. Berdasarkan Permendikbud Nomor 20 tahun 2016 tentang standar kompetensi lulusan pendidikan dasar dan menengah mengungkapkan bahwa salah satu standar kompetensi lulusan siswa SMP/MTs/SMPLB/Paket B dalam dimensi keterampilan adalah memiliki keterampilan berpikir dan bertindak kreatif.

Saat ini pengembangan kemampuan berpikir kreatif telah menjadi salah satu fokus pemerintah di dalam pembelajaran. Menurut (Ahmadi, 2013, hal. 2) berpikir kreatif merupakan rangkaian tindakan yang

(12)

3 dilakukan seseorang untuk menciptakan buah pikiran baru dari kumpulan ide, keterangan, konsep, pengalaman, dan pengetahuan yang dimiliki. Dalam belajar matematika, siswa akan menemukan masalah yang menuntut penyelesaian siswa. (Munandar, 2009, hal. 61) menyatakan seseorang yang kreatif dapat melihat bermacam-macam kemungkinan penyelesaian terhadap suatu masalah. Kemampuan berpikir kreatif apabila dikembangkan dapat membantu siswa dalam menyelesaikan permasalahan menggunakan banyak alternatif cara. Selain itu, siswa juga dapat mengimplementasikannya didunia nyata untuk mengatasi berbagai permasalahan matematika yang ada dilingkungannya dengan banyak solusi. Berpikir kreatif dalam matematika dikenal dengan kemampuan berpikir kreatif matematis. Berpikir kreatif matematis merupakan kemampuan yang perlu ada pada diri siswa untuk menganalisis permasalahan matematika dari berbagai sudut pandang, kemudian menyelesaikannya dengan kemampuan yang dimiliki serta melahirkan ide-ide kreatif dengan banyak gagasan. Mursidik, Samsiyah, & Rudyanto (2015) mengatakan bahwa berpikir kreatif matematis adalah kemampuan seseorang untuk untuk menghasilkan gagasan-gagasan yang baru dan berguna yang merupakan kombinasi dari unsur-unsur yang telah ada sebelumnya untuk dapat memecahkan masalah matematika yang dihadapinya.

Pentingnya melatih siswa untuk berpikir kreatif matematis dalam menyelesaikan suatu masalah termuat dalam (Permendikbud, 2016)

(13)

4 menyebutkan bahwa proses pembelajaran pada tiap satuan pendidikan harus diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreatifvitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. (Noer, 2009) menyatakan dengan meningkatnya kemampuan berpikir kreatif matematis akan memberikan ruang yang luas bagi perkembangan potensi siswa seperti mengembangkan minat, mengasah bakat dan kemampuan, serta memberi kepuasan kepada individu untuk mencapai keberhasilan. Kemampuan berpikir kreatif matematis amat diperlukan baik untuk masa kini maupun masa yang akan datang terutama dalam menghadapi situasi dunia yang selalu berubah.

Berdasarkan hasil observasi dan uji studi pendahuluan di SMPN 2 PASARKEMIS , Peneliti menemukan bahwa kemampuan berpikir kreatif siswa masih rendah dalam proses pembelajaran matematika. Hal ini ditunjukkan dari hasil test tertulis berupa pemberian soal yang didalamnya mencakup kriteria soal berpikir kreatif matematis siswa, dari 38 siswa yang mengikuti tes kemampuan berpikir kreatif dan hasil wawancara yang dilakukan kepada guru pengajar disekolah tersebut.

Hal ini juga sesuai dengan sejumlah hasil studi penelitian (Kadir & Masi, 2014) menyimpulkan bahwa tingkat kreatifitas siswa masih rendah yaitu 41,19. Laporan tersebut menunjukkan bahwa kemampuan berpikir matematis peserta didik di Indonesia masih rendah. Penelitian (Hamdan,

(14)

5 2013) menyatakan hasil perhitungan pretes pada kelas eksperimen diperoleh siswa dengan kreatif tinggi sebesar 2,86%, cukup 25,1%, dan rendah 71,43% sedangkan postes hasilnya menjadi 68,57% siswa dengan kreatif tinggi, 17,14% cukup dan 14,29% rendah. Hal ini menyebabkan bahwa secara umum kemampuan berpikir kreatif matematis siswa termasuk kategori rendah.

Bangun datar merupakan salah satu pokok bahasan matematika yang diajarkan di tingkat Sekolah Menengah Pertama (SMP/MTs). Materi bangun datar memiliki kemungkinan memuat permasalahan yang memiliki banyak jawaban atau cara penyelesaian. Soal biasanya berupa permasalahan yang didalamnya menuntut siswa untuk berpikir kreatif seperti, soal yang meminta siswa untuk menggambar sebanyak-banyaknya bangun datar yang disertai dengan luasnya. Soal tersebut sangat memungkinkan untuk memperoleh banyak jawaban dan cara penyelesaian yang akan diberikan oleh siswa, karena jawaban yang diberikan tidak hanya bergantung pada kemampuan akademik, tetapi juga imajinasi masing-masing siswa dalam menggambar suatu bangun datar, sehingga sangat memungkinkan diperoleh banyak jawaban ataupun cara penyelesaian. Kenyataanya hal ini masih dinilai sulit untuk dikuasai oleh siswa, dikarenakan siswa belum terbiasa memecahkan soal bangun datar yang bersifat abstrak dan dengan konsep penyelesaian yang beragam sesuai dengan indikator kemampuan berpikir kreatif hal ini saling berkaitan.

(15)

6 Penilaian kemampuan berpikir kreatif dalam pelajaran matematika (berpikir kreatif matematis) menurut Silver (Siswono T. Y., 2018) dilakukan dengan menggunakan The Torance Tests of Creative Thinking (TTCT). Tiga komponen kunci yang dinilai dalam menggunakan TTCT adalah kefasihan (fluency), fleksibilitas dan kebaruan (novelty). Kefasihan mengacu pada banyaknya ide-ide yang dibuat dalam merespon sebuah perintah. Fleksibilitas tampak pada perubahan-perubahan pendekatan ketika merespon perintah. Kebaruan merupakan keaslian ide yang dibuat dalam merespon perintah.

Selain aspek kognitif matematika juga ada hal yang tak kalah pentingnya dalam mempelajari Matematika hal ini adalah keterlibatan aspek Afektif, dimana siswa memiliki sikap dalam menghadapi masalah Matematika serta, memiliki rasa ingin tahu yang dapat menjadikan siswa lebih percaya diri dalam mengembangkan kemampuan berpikir kreatif dalam hal matematika. Ungkapan tersebut serupa dengan pendapat kilpatrick, swafford dan findel mengemukakan disposisi matematis adalah sikap positif atau kebiasaan untuk melihat matematika sebagai sesuatu yang logis, berguna, dan berfaedah (Hendriana & Soemarmo, 2014). Pengertian serupa ditunjukan oleh wardani dalam (Hendriana & dkk, 2017) bahwa disposisi matematis adalah ketertarikan dan apresiasi terhadap matematika yang ditunjukan melalui kecnderungan berpikir dan bertindak dengan positif, termasuk kepercayaan diri, keingintahuan, ketekunan, antusias

(16)

7 dalam belajar, gigih menghadapi permasalahan, fleksibel, berbagi dengan orang lain, reflektif dalam melaksanakan kegiatan matematis.

Soal – soal bangun datar yang bersifat abstrak memerlukan disposisi matematis yang baik (tinggi) dalam berpikir kreatif matematis. Disposisi matematis siswa dapat berfungsi untuk mempermudah dalam pengerjaan soal bangun datar rumit dikarenakan dapat menyelidiki ide matematis dan berusaha mencari metode alternatif dalam menyelesaikan masalah matematis. Disposisi matematis memiliki kesamaan dengan indikator dari kemampuan berpikir kreatif yang dikemukakan oleh (Munandar, 2009) yaitu, berpikir lancar (Fluency) berpikir luwes (Flexibility), berpikir orisinal (Originality) dan memperinci (Elaboration). Siswa yang memiliki disposisi matematis tinggi dalam proses berpikirnya akan senantiasa melatih kemampuan berpikir kreatif matematis untuk menentukan berbagai macam solusi dalam menyelesaikan suatu masalah.

Berdasarkan latar belakang tersebut, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Siswa dalam Menyelesaikan Masalah Open-endeed Ditinjau Berdasarkan dari Disposisi Matematis Siswa”

B. Fokus Penelitian

Agar penelitian terarah dan tepat sasaran terhadap masalah yang akan dibahas, maka peneliti membuat fokus penelitian sebagai berikut:

(17)

8 1. Indikator berpikir kreatif matematis yang dimaksud meliputi berpikir lancar (Fluency) berpikir luwes (Flexibility), berpikir orisinal (Originality) dan memperinci (Elaboration)

2. Bangun datar merupakan salah satu materi yang membutuhkan kemampuan berpikir kreatif matematis.

3. Disposisi matematis siswa dapat membantu siswa dalam berpikir kreatif matematis.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan fokus penelitian diatas penulis menemukan rumusan masalah sebagai berikut:

Bagaimanakah kemampuan berpikir kreatif matematis siswa dalam menyelesaikan soal bangun datar ditinjau dari disposisi matematis siswa? D. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis dan mendeskripsikan kemampuan berpikir kreatif matematis siswa dalam menyelesaikan dalam menyelesaikan soal bangun datar ditinjau dari disposisi matematis siswa. E. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat antara lain: 1. Bagi guru

a. Menambah wawasan pengetahuan terkait kemampuan berpikir kreatif matematis dan disposisi matematis.

(18)

9 b. Memberikan tantangan untuk meningkatkan kemampuan berpikir

kreatif matematis dalam menyelesaikan soal banun datar yang bersifat abstrak.

2. Bagi Siswa

a. Mengembangkan kemampuan berpikir kreatif matematis pada pembelajaran matematika dalam materi bangun datar.

b. Menumbuhkan disposisi matematis siswa dalam proses berpikir kreatif matematis terhadap soal bangun datar matematika.

3. Bagi sekolah

a. Memberikan sumbangan informasi kepada sekolah dalam memperbaiki kualitas pembelajaran.

b. Mengetahui kualitas siswa dalam proses berpikir kreatif matematis terhadap soal matematika materi bangun datar.

4. Bagi peneliti

a. Menambah wawasan peneliti mengenai disposisi matematis yang berdampak pada kemampuan berpikir kreatif matematis.

(19)

10

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

Landasan Teori

1. Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis

a. Pengertian Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis

Proses pembelajaran sangat erat kaitannya dengan kemampuan berpikir. Purbaningrum (2017) berpendapat berpikir merupakan suatu proses dari kegiatan mental yang melibatkan fungsi kerja otak. Sesungguhnya pikiran siswa lebih dari sekedar fungsi kerja salah satu jaringan tubuh tersebut. Hal ini disebabkan oleh adanya keterkaitan antara keseluruhan sifat kepribadian siswa dengan perasaan dan kehendaknya untuk menentukan kepentingannya dalam berpikir. Maulana (2018) berpikir adalah satu keaktifan pribadi manusia yang mengakibatkan penemuan yang terarah kepada suatu tujuan. Berdasarkan pendapat diatas berpikir merupakan suatu proses kegiatan mental untuk membangun dan memperoleh pengetahuan secara terarah kepada suatu tujuan.

Ruggiero (1998) mengartikan berpikir sebagai suatu aktivitas mental untuk membantu memformulasikan atau memecahkan suatu masalah, membuat suatu keputusan, atau memenuhi hasrat keingintahuan (fulfill a desire to understand). Pendapat ini menunjukkan bahwa ketika seseorang merumuskan suatu masalah, memecahkan masalah, ataupun ingin memahami sesuatu, maka ia melakukan suatu aktivitas berpikir.

(20)

11 Kuswana (2014) Proses berpikir merupakan urutan kejadian mental yang terjadi secara alamiah atau terencana dan sistematis pada konteks ruang, waktu dan media yang digunakan serta menghasilkan suatu perubahan terhadap suatu objek yang mempengaruhinya. Proses berpikir juga merupakan peristiwa mencampur, mencocokkan, menggabungkan, menukar, dan mengurutkan konsep-konsep, presepsi-presepsi, dan pengalaman sebelumnya.

Dari beberapa pemaparan yang telah tertulis tersebut penulis menyimpulkan bahwa berpikir merupakan sebuah aktifitas yang melibatkan fungsi kerja otak dalam memformulasikan suatu pemecahan masalah (keputusan) dengan menggabungkan persepsi-persepsi yang telah ada sebelumnya. Hasil dari proses berpikir juga berkaitanya dengan kreatifitas seseorang.

Kreatifitas merupakan istilah yang banyak digunakan baik di lingkungan sekolah maupun di luar sekolah. pada hakikatnya , pengertian kreatif berhubungan dengan penemuan sesuatu yang baru dengan sesuatu yang telah ada. Sudarma (2013) kreatifitas berasal dari kata ‘to create’ artinya membuat dengan kata lain kreatifitas adalah kemampuan seseorang untuk membuat sesuatu baik dalam bentuk ide, langkah, dan produk. Sudarma (2013) kreativitas dapat ditinjau dari beberapa aspek, yaitu :

(21)

12 Gambar 2.1

Bagan Empat aspek kreatifitas

1. Kreatifitas dimaknai sebagai sebuah kekuatan atau dorongan yang ada dalam diri seseorang. Menurut Franken (2013)

2. Kreativitas dimaknai sebagai sebuah proses. Kreatifitas adalah mengelola informasi, melakukan sesuatu atau membuat sesuatu. Kreatifitas adalah suatu proses yang menghasilkan sesuatu yang baru, apakah suatu gagasan atau suatu objek dalam suatu bentuk atau susunan yang baru yang tercermin dalam kelancaran, kelenturan, dan keaslian dalam berpikir.

3. Kreativitas adalah sebuah produk. Maksud dari produk ini bisa dalam pengertian produk pemikiran (ide), karya tulis atau produk benda. Basuki (2013) bahwa kreatifitas sebagai kemampuan untuk menghasilkan sesuatu yang baru.

4. Kreatifitas dimaknai sebagai person. Sternberg (2013) seseorang yang kreatif adalah seorang yang dapat berpikir secara sintesis,

Process Product

Person

Power Kreatifitas

(22)

13 artinya dapat melihat hubungan-hubungan dimana orang lain tidak mampu melihatnya, dan mempunyai kemampuan menganalisis ide-idenya sendiri serta mengevaluasi nilai ataupun kualitas karya pribadinya, mampu menerjemahkan teori dan hal-hal abstrak kedalam ide-ide praktis (h.20).

Krulik dan Rudnick (2017) menjelaskan bahwa berpikir kreatif merupakan pemikiran yang bersifat asli, reflektif, dan menghasilkan suatu produk yang kompleks. Sehingga dapat disimpulkan bahwa berpikir kreatif dipandang sebagai suatu kesatuan atau kombinasi dari berpikir logis dan berpikir divergen untuk menghasilkan sesuatu yang baru. Sesuatu yang baru tersebut merupakan salah satu indikasi dari berpikir kreatif dalam matematika. Sedangkan Adams (2005) Berpikir kreatif merupakan kemampuan untuk mengkombinasikan pengetahuan awal yang masih tertanam dengan pemahaman pada cara yang baru. Oleh karena itu, kemampuan awal peserta didik yang baik, akan berpengaruh terhadap hasil dari proses berpikir kreatif atau yang disebut dengan kreativitas itu sendiri. Selanjutnya Barron dalam (Ali & Asrori, 2005) mendefinisikan bahwa kreatifitas adalah kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru yang merupakan kombinasi dari unsur-unsur yang telah ada sebelumnya. Dari beberapa pendapat para ahli tersebut, dapat diambil kesimpulan bahwa berpikir kreatif atau kreatifitas adalah kemampuan seseorang untuk untuk menghasilkan gagasan-gagasan yang baru dan berguna, yang merupakan kombinasi

(23)

14 dari unsur-unsur yang telah ada sebelumnya untuk dapat membentuk sebuah solusi sebagai alat untuk memecahkan masalah yang dihadapinya.

Nurmasari (2014) Berpikir kreatif dalam matematika dan dalam bidang lainnya merupakan bagian keterampilan hidup yang perlu dikembangkan terutama dalam menghadapi era informasi dan suasana bersaing semakin ketat. Individu yang diberi kesempatan berpikir kreatif akan tumbuh sehat dan mampu menghadapi tantangan. Sebaliknya, individu yang tidak diperkenankan berpikir kreatif akan menjadi frustrasi dan tidak puas. Pengembangan aktivitas kreatif tersebut adalah dengan melibatkan imajinasi, intuisi dan penemuandengan mengembangkan pemikiran divergen, orisinal, rasa ingin tahu, membuat prediksi dan dugaan serta mencoba-coba.

Daniel Fasko menyatakan bahwa kemampuan berpikir kreatif matematis adalah kemampuan berpikir tingkat matematis itu termasuk dengan keaslian, elaborasi, kelenturan dan kefasihan. Karakteristik pemikiran kreatif yaitu orisinalitas, elaborasi, kelancaran dan kelenturan. Agar kreativitas anak bisa terwujud dibutuhkan mendorong individu (motivasi intrinsik) dan dorongan lingkungan (motivasi ekstrinsik) (Nehe, Surya, & Syaputra, 2017). Munandar (2014) Kreativitas adalah kemampuan untuk mengkombinasikan, memecahkan atau menjawab masalah, dan cerminan kemampuan operasional anak kreatif.

(24)

15 Berdasarkan beberapa uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa berpikir kreatif matematis adalah kemampuan seseorang dalam menyelesaikan masalah matematis yang meliputi berpikir lancer, luwes, asli (originality)dan merinci (elaboration). Kreatifitas biasanya berhubungan dengan intelegensi hal ini membuka peluang bagi siswa untuk meningkatkan kemampuan bepikir kreatif matematis melalui pembelajaran matematika disekolah.

b. Indikator Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis

Untuk mengetahui sejauh mana kemampuan berpikir keratif siswa, perlu diadakannya pengukuran kemampuan berpikir kreatif. Menurut (Worthington, 2006) mengukur kemampuan berpikir kreatif siswa dapat dilakukan dengan cara mengeksplorasi hasil kerja siswa yang merepresentasikan proses berpikir kreatifnya. Sementara menurut (McGregor, 2007), mengukur kemampuan berpikir kreatif siswa dapat pula dilakukan dengan mendasarkan pada apa yang dikomunikasikan siswa, secara verbal maupun tertulis. Apa yang dikomunikasikan siswa tersebut dapat berupa hasil kerja siswa terkait tugas, penyelesaian masalah, atau jawaban lisan siswa terhadap pertanyaan guru (Hendriana, Sumarmo, & Rohaeti, 2017).

Dari beberapa pernyataan tersebut dapat di simpulkan bahwa untuk mengukur kemampuan berpkir kreatif pada siswa bisa dilakukan secara tertulis ataupun tidak tertulis. Untuk mengukur bagaimana kemampuan berpikir kreatif matematis yang dimiliki siswa diperlukan

(25)

16 indikator yang memadai dalam proses pembelajaran matematika. Dalam pembelajaran matematika, hal yang perlu diperhatikan untuk meningkatkan kemampuan berpikir kreatif menurut Guilford menyebutkan lima indikator berfikir kreatif, yaitu:

1) Kepekaan (problem sensitivity), adalah kemampuan mendeteksi, mengenali, dan memahami serta menanggapi suatu pernyataan, situasi, atau masalah;

2) Kelancaran (fluency), adalah kemampuan untuk menghasilkan banyak gagasan;

3) Keluwesan (flexibility), adalah kemampuan untuk mengemukakan bermacam-macam pemecahan atau pendekatan terhadap masalah; 4) Keaslian (originality), adalah kemampuan untuk mencetuskan

gagsan dengan cara-cara yang asli, tidak klise, dan jarang diberikan kebanyakan orang;

5) Elaborasi (elaboration), adalah kemampuan menambah suatu situasi atau masalah sehingga menjadi lengkap, dan merincinya secara detail, yang didalamnya terdapat berupa tabel, grafik, gambar, model dan kata-kata.

Munandar (2016) menguraikan indikator berpikir kreatif hanya dengan 4 indikator dan diperjelas juga dengan karakteristik siswa yang memiliki kemampuan berpikir kreatif, sebagai berikut:

(26)

17 a. Mencetuskan banyak ide, banyak jawaban, banyak penyelesaian

masalah, banyak penyataan dengan lancar;

b. Memberikan banyak cara atau saran untuk melakukan berbagai hal.

c. Memikirkan lebih dari satu jawaban. 2) Kelenturan meliputi :

a. Menghasilkan gagasan, jawaban, atau pernyataan yang bervariasi b. Melihat suatu masalah dari sudut pandang yang berbeda-beda c. Mencari banyak alternatif atau arah yang berbeda-beda d. Mampu mengubah cara pendapatan atau pemikiran 3) Keaslian meliputi :

a. Mampu melahirkan ungkapan yang baru dan unik Melihat suatu masalah dari sudut pandang yang berbeda-beda

b. Memikirkan cara yang tidak ladzim

c. Mampu membuat kombinasi-ombinasi yang tidak ladzim dari bagian-bagiannya

4) Elaborasi meliputi :

a. Mampu memperkaya dan mengembangkan suatu gagasan atau produk.

b. Menambah atau merinci detail-detail dari suatu objek, gagasan, atau situasi sehingga menjadi lebih menarik.

5) Originality (Keaslian), yaitu memiliki ide-ide baru untuk memecahkan persoalan.

(27)

18 6) Elaboration (Penguraian), yaitu kemampuan memecahkan masalah

secara detail.

Adapun menurut rumusan yang dikeluarkan oleh Diknas, bahwa indikator siswa yang memiliki kreativitas, yaitu :

1) Memiliki rasa ingin tahu yang besar

2) Sering mengajukan pertanyaan yang berbobot,

3) Memberikan banyak gagasan dan usul dalam suatu masalah, 4) Mampu menyatakan pendapat secara spontan dan tidak malu-malu, 5) Mempunyai dan menghargai rasa keindahan,

6) Mempunyai pendapat sendiri dan dapat mengungkapkannya, tidak terpengaruh orang lain

7) Memiliki rasa humor tinggi

8) Mempunyai daya imajinasi yang kuat,

9) Mampu mengajukan pemikiran, gagasan pemecahan masalah yang berbeda dari orang lain (orisinal)

10) Dapat bekerja sendiri

11) Senang mencoba hal-hal baru,

12) Mampu mengembangkan atau memerinci suatu gagasan (kemampuan elaborasi).

Berdasarkan uraian beberapa uraian yang dikemukakan oleh para ahli mengenai indikator berpikir kreatif dalam penelitian ini adalah indikator berpikir kreatif yang dikemukakan oleh Munandar (2016)

(28)

19 yaitu, berpikir lancar (Fluency),berpikir luwes (Flexibility), berpikir orisinal (Originality) dan memperinci (Elaboration).

Fluency (Kelancaran) merupakan kemampuan siswa untuk menciptakan banyak ide atau gagasan. Ini dalam hal ini yaitu menghasilkan jawaban yang beragam dan bernilai benar. Jawaban dikatakan beragam bila jawaban tersebut berlainan dengan jawaban lainnya dan mengikuti suatu pola tertentu. Fluency merupakan salah satu indikator yang paling kuat dari berfikir kreatif, karena semakin banyak ide, maka semakin besar kemungkinan yang ada untuk memperoleh sebuah ide yang signifikan. Produktivitas siswa untuk menghasilkan jawaban yang beragam dan benar serta kesulitan untuk menyelesaikan masalah juga akan dinilai dan dieksplor untuk menambah hasil deskripsi tingkat kemampuan berpikir kreatif siswa.

Flexibility ( keluwesan) mengacu pada kemampuan seorang siswa untuk mengubah perangkat mentalnya ketika keadaan memerlukan itu, atau kecenderungan untuk memandang sebuah masalah secara instan dari berbagai sudut pandang. Fleksibilitas adalah kemampuan siswa untuk mengatasi rintangan-rintangan mental, mengubah pendekatan untuk sebuah masalah, tidak terjebak dengan mengasumsikan aturan-aturan atau kondisi-kondisi yang tidak bisa diterapkan pada sebuah masalah. Produktivitas siswa dalam mengubah sudut pandang penyelesaian dan tingkat kesulitan siswa dalam

(29)

20 menyelesaikan soal juga akan dinilai dan dieksplor untuk menambah deskripsi hasil tingkat kemampuan berpikir kreatif siswa.

Originality (Keaslian) mengacu pada kemampuan siswa memberikan variasi jawaban yang tidak lazim, lain dari yang lain yang jarang diberikan dan bernilai benar. Siswa diharapkan mampu menyelesaikan soal dengan pemikirannya sendiri. Orisinalitas jawaban siswa akan dinilai dan dieksplor lebih jauh untuk mengukur tingkat kemampuan berpikir kreatif siswa.

Elaboration (memperinci) mengacu pada kemampuan siswa dalam mengembangkan, menambah, dan memperkaya suatu gagasan atau kemampuan memberikan arah pemikiran yang berbeda. Elaborasi ditunjukkan oleh sejumlah tambahan dan detail yang bisa dibuat untuk stimulus sederhana untuk membuatnya lebih kompleks, tambahan-tambahan tersebut bisa dalam bentuk dekorasi, warna, bayangan, atau desain. Diharapkan siswa dapat menambahkan informasi atau keterangan lebih lanjut untuk memperjelas jawaban siswa. Produktivitas dalam memberikan informasi tambahan akan dinilai dan dieksplor lebih lanjut untuk mengukur tingkat kemampuan berpikir kreatif siswa.

Dalam penelitian ini, aspek-aspek berpikir kreatif yang diukur berdasarkan indikator kemampuan berpikir kreatif menurut Munandar adalah sebagai berikut :

(30)

21 Table 2.1

Indikator Aspek Berpikir Kreatif

Aspek Indikator

Berpikir Lancar (fluency)

1. Mencetuskan banyak gagasan, penyelesaian masalah atau pertanyaan.

2. Memberikan banyak cara atau saran untuk melakukan berbagai hal.

3. Memikirkan lebih dari satu jawaban

Berpikir Luwes (flexibility)

1. Menghasilkan gagasan, jawaban, atau pernyataan yang bervariasi

2. Melihat suatu masalah dari sudut pandang yang berbeda-beda

3. Mencari banyak alternative atau arah yang berbeda-beda

4. Mampu mengubah cara pendapatan atau pemikiran

Berpikir (Originality)

1. Mampu melahirkan ungkapan yang baru dan unik

2. Memikirkan cara yang tidak ladzim

3. Mampu membuat kombinasi-kombinasi yang tidak ladzim dari bagian-bagiannya

Berpikir (Elaboration)

1. Mampu memperkaya dan mengembangkan suatu gagasan atau produk

(31)

22 2. Menambah atau merinci detail-detail dari

suatu objek, gagasan, atau situasi sehingga menjadi lebih menarik.

Sumber: Sumarmo (2017)

Berdasarkan pemaparan beberapa hal mengenai indikator kemampuan berpikir kreatif matematis siswa, maka indikator dalam penelitian ini adalah :

1. Fluency

Siswa lancar dalam mencetuskan banyak gagasan, penyelesaian masalah atau pertanyaan.

2. Flexibility

Siswa mampu melihat suatu masalah dari sudut pandang yang berbeda-beda dan memberikan banyak alternatif peyelesaian dari suatu masalah. 3. Originality

Siswa mampu memikirkan - cara baru dalam menyelesaikan masalah yang belum diajarkan oleh guru atau membuat kombinasi-kombinasi yang tidak ladzim dari bagian-bagiannya,

4. Elaboration

Kemampuan siswa dalam menambah atau merinci detail-detail dari suatu objek, gagasan, atau situasi sehingga menjadi lebih menarik.

2. Soal Bangun datar

Soal bangun datar merupakan salah satu materi pada mata pelajaran matematika yang bisa digunakan sebagai instrumen pengukuran yang digunakan untuk mengukur kemampuan berpikir kreatif matematis yaitu

(32)

23 kemampuan yang tidak hanya menggunakan satu solusi penyelesaian dalam memecahkan masalah, kemampuan ini menggabungkan presepsi atau formula yang sudah ada menjadi formula yang terbaru dengan demikian berarti juga membutuhkan suatu hal yang tidak biasa dalam pengukurannya. Penulis menggunakan soal bangun datar yang berbasis indikator berpikir kreatif untuk mengukuran kemampuan tersebut.

3. Disposisi Matematis

a. Pengertian Disposisi Matematis

Katz (2015) mendefinisikan disposisi sebagai kecenderungan untuk berperilaku secara sadar (consciously), teratur (frequently), dan sukarela (voluntary) untuk mencapai tujuan tertentu. Sejalan dengan pendapat di atas, Sumarmo (2017) mengungkapkan bahwa “Disposisi matematika (mathematical dispotition) yaitu keinginan, kesadaran, kecenderungan dan dedikasi yang kuat pada peserta didik untuk berpikir dan berbuat dengan cara yang positif “.

Disposisi merupakan karakter atau kepribadian yang diperlukan seorang individu untuk sukses. Siswa memerlukan disposisi matematis untuk bertahan dalam menghadapi masalah, mengambil tanggung jawab dalam belajar mereka dan mengembankan kebiasaan kerja yang baik dalam matematika. Karakeristik demikian penting dikembangkan dan dimiliki siswa. Kelak siswa belum tentu akan meggunakan semua materi yang mereka pelajari di sekolah. Tetapi dapat dipastikan bahwa

(33)

24 mereka memerlukan disposisi positif untuk menghadapi situasi problematik dalam kehidupan mereka.

Disposisi matematika melibatkan minat siswa, rasa ingin tahu serta tekun dalam mempelajari matematika. Karena aspek aspek tersebut memegang peranan penting dalam pembelajaran matematika, seperti sikap meminati ilmu matematika dapat membuat siswa lebih mendalami ilmu matematika. Kilpatrick, Swafford, dan Findell menamakan disposisi matematis sebagai productive disposition (disposisi produktif), yakni pandangan terhadap matematika sebagai sesuatu yang logis, dan mengahasilkan sesuatu yang berguna (Hendriana, Rohaeti, Sumarmo 2017).

Berdasarkan pemaparan diatas, Disposisi Matematis melibatkan sikap yang dimiliki siswa terhadap pembelajaran Matematika. hal ini dapat mencerminkan kepribadian dan kegigihan siswa dalam menghadapi masalah, karena dengan adanya sikap, dapat dijadikan tolak ukur kemampuan yang dimiliki untuk mengajukan ide matematis. Suhendra menjelaskan bahwa seseorang yang memiliki disposisi produktif melakukan beberapa hal seperti:

1) Memandang ide atau gagasan matematika 2) Sebagai sesuatu yang benar,

3) meyakini bahwa matematika selalu bermanfaat

4) baik untuk diri sendiri maupun bidang lain bila kita memanfaatkanya dengan baik dan benar

(34)

25 5) berusaha untuk lebih menguasai dan memahami matematika

Dapat disimpulkan bahwa disposisi matematika merupakan sikap positif yang dimiliki siswa terhadap matematika sehingga dapat menumbuhkan minat dalam mempelajari matematika serta adanya keinginan untuk menggunakan konsep matematika kedalam masalah nyata yang akan membuat siswa lebih memaknai matematika.

b. Indikator Disposisi Matematis

Untuk mengukur bagaimana Disposisi Matematika yang dimiliki siswa diperlukan indikator yang yang memadai dalam proses pembelajaran matematika. Indikator disposisi matematika yang dipaparkan dalam National Council of Teacher Mathematics (2017) menjelaskan bahwa untuk menilai disposisi matematika siswa dapat dilihat dari tujuh komponen indikator berikut:

1) Rasa percaya diri dalam menggunakan matematika, memecahkan masalah, memberi alasan dan mengomunikasikan idea matematis, 2) Bersifat lentur dalam menyelidiki idea matematis dan berusaha mencari metode alternative dalam memecahkan masalah matematis; 3) Tekun mengerjakan tugas matematis; 4) Menunjukkan minat, rasa ingin tahu, dan daya temu dalam melakukan tugas matematis; 5) Cendenrung memonitor, merefleksikan penampilan dan penalaran mereka sendiri; 6) Menilai aplikasi matematika ke dalam situasi lain dalam matematika dan dalam pengalaman sehari-hari; 7)

(35)

26 Memberikan apresiasi peran matematika dalam kultur dan nilai, dan sebagai alat, dan sebagai Bahasa.

Selain itu juga terdapat Komponen-komponen disposisi matematika menurut Polking (1989) disposisi matematika mencakup beberapa komponen sebagai berikut : 1) Percaya diri dalam menggunakan matematika untuk menyelesaikan masalah, mengkomunikasikan ide-ide matematis dan memberikan argumentasi; 2) Berpikir fleksibel dalam mengeksplorasi ide-ide matematis dan mencoba metode alternatif dalam menyelesaikan masalah; 3) Gigih dalam mengerjakan tugas matematika; 4) Berminat, memiliki keingintahuan (coriousity) dan memiliki daya cipta (inventiveness) dalam aktivitas bermatematika; 5) Memonitor dan merefleksi pemikiran dan kinerja; 6) Menghargai aplikasi matematika pada disiplin ilmu lain atau dalam kehidupan sehari-hari; dan 7) Mengapresiasi peran matematika sebagai alat dan sebagai bahasa.

Satu diantara indikator disposisi matematis yang telah disebutkan diatas menurut NCTM adalah berkaitan dengan kemampuan berpikir kreatif matematis siswa. Pada penelitian ini akan diukur disposisi matematis siswa meliputi rasa percaya diri siswa dalam menyelesaikan soal matematika, fleksibilitas dalam mengeksplorasi idea matematis, ketekunan dalam mengerjakan tugas matematika, menunjukkan minat, rasa ingin tahu dan daya temu. Oleh karena itu, dapat dipahami bahwa

(36)

27 disposisi matematis mampu menunjang keberhasilan kemampuan berpikir kreatif matematis siswa.

A. Penelitian Yang Relevan

Penyusunan proposal penelitian ini, peneliti juga menggunakan hasil-hasil penelitian yang terdahulu :

1. Penelitian yang dilakukan Yenni & Putri, (2017) dalam skripsinya yang berjudul Optimalisasi Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Siswa Smp Melalui Pembelajaran Everyone Is A Teacher Here. Hasil penelitiannya menyimpulkan bahwa terdapat perbedaan peningkatan pada kemampuan berpikir kreatif matematis siswa pada materi ruang dimensi tiga setelah diberikan perlakuan pada kelompok kelas ETH dan kelompok kontrol. Kelas eksperimen dengan menggunakan strategi pembelajaran aktif tipe Everyone is a Teacher Here (ETH) sedangkan kelas kontrol menggunakan metode pembelajaran konvensional, maka dari kedua kelas tersebut mengalami peningkatan kemampuan berpikir kreatif matematis siswa. Penelitian diatas mempunyai kesamaan dan perbedaan dengan penelitian yang dilakukan oleh penulis. Persamaan penlitian terdahulu dengan yang saya teliti adalah terletak pada variabel yang ditelitinya yaitu sama-sama meneliti kemampuan berpikir kreatif siswa. Sedangkan untuk perbedaannya terletak pada metode dan tujuan peneliannya. Penelitian terdahulu menggunakan metode kuantitatif dan penelitian ini menggunakan metde kualitatif.

(37)

28 2. Penelitian yang dilakukan Irna Rahmawati (2016) berjudul Analisis Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Siswa SMP. Hasil penelitian mengungkapkan bahwa Instrumen kemampuan berpikir kreatif matematis valid dan konsisten terukur melalui konstruk fluency, elaboration, flexibility, dan originality. Kemampuan berpkir kreatif matematis siswa secara keseluruhan masih tergolong rendah, terlihat dari indikator fluency 67,4%, elaboration 34,23%, flexibility 67,78%, dan originality 30,51%. Kemampuan berpikir kreatif matematis siswa perempuan tergolong cukup baik dan lebih tinggi dibandingkan siswa laki-laki. Penelitian diatas memilki persamaan dan perbedaan dengan penelitian yang dilakukan penulis. Kesamaannya terdapat pada variable pertamanya dan data yang diambil ada dijenjang yang sama yaitu SMP serta menggunakan metode yang sama yaitu . Selain kesamaan juga terdapat perbedaan, perbedaanya pada penelitian saya juga mengukur kemampuan dispoisi matematis siswa sedangkan penelitian terdahulu hanya mengukur kemampuan berpikir kratif siswa.

3. Penelitian yang dilakukan Handayani, sa,dijah, & Susanto (2018) berjudul Analisis Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Siswa SMP Dalam Menyelesaikan Soal Adopsi PISA, bahwa terdapat 1 siswa tidak kreatif, 22 siswa kurang kreatif, 2 siswa kreatif, tidak ada siswa cukup kreatif dan sangat kreatif. Subjek penelitian terdiri dari 4 siswa yakni 1 siswa tidak kreatif, 1siswa kurang kreatif dan 2 siswa kreatif sesuai dengan Tingkat Berpikir Kreatif matematis (TBKM).Terdapat perbedaan

(38)

29 karakter siswa dalam menyelesaikan soal meskipun dalam level TBKM yang sama. Secara keseluruhan siswa berada pada level kurang kreatif karena jarangnya pemberian soalnon rutin, terbiasa menggunakan satu cara dalam penyelesaian dengan jawaban tunggal dalam pembelajaran. Dalam penelitian terdahulu dengan penelitian yang saya tulis terdapat perbedaan dan persamaan. Persamaannya adalah sama – sama mengukur keamampuan berpikir kreatif matematis siswa. Perbedaanya terdapat pada alat yang digunakan untuk mengukur kemampuan berpikir kreatif siswa, saya menggunakan soal bangun datar sedangkan penelitain terdahulu menggunakan soal adopsi PISA.

(39)

30

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Pendekatan dan Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah penelitian kualitatif yang menggunakan pendekatan deskriptif. Tujuan penelitian ini yaitu untuk mendeskripsikan sejauh mana kemampuan berpikir kreatif matematis siswa yang ditinjau dari disposisi matematis siswa dalam menyelesaikan soal materi bangun datar. Sugiyono (2017):

metode penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang digunakan untuk meneliti pada kondisi objek yang alamiah, (sebagai lawannya adalah eksperimen) dimana peneliti adalah sebagai instrumen kunci, teknik pengumpulan data dilakukan secara trianggulasi (gabungan), analisis data bersifat induktif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna dari pada generalisasi (h. 9).

Sugiyono (2017) penelitian kualitatif bukan sekedar menghasilkan data atau informasi yang sulit dicari melalui metode kuantitatif, tetapi juga harus mampu menghasilkan informasi-informasi yang bermakna, bahkan hipotesis atau ilmu baru yang dapat digunakan untuk membantu mengatasi masalah dan meningkatkan taraf hidup manusia.

Creswell (Rukajat, 2018) mendeskripsikan pendekatan kualitatif merupakan pendekatan yang membangun pernyataan pengetahuan berdasarkan prespektif-konstruktif (misalnya makna-makna yang bersumber dari pengalaman individu, nilai-nilai sosial dan sejarah, dengan tujuan untuk membangun teori atau pola pengetahuan tertentu). Hasil penelitian

(40)

31 berdasarkan metode kualitatif mencakup masalah deskripsi murni tentang program atau pengalaman siswa di lingkungan penelitian. Arikunto (2013) penelitian yang menggunakan analisis deskriptif kualitatif adalah penelitian evaluasi yang bertujuan untuk menilai sejauh mana variabel yang diteliti telah sesuai dengan tolak ukur. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif disebabkan penelitian ini bertujuan untuk membantu pembaca mengetahui apa yang terjadi di lingkungan penelitian.

Pada penelitian ini peneliti melakukan analisis berupa deskripsi secara rinci terhadap kemampuan berpikir kreatif siswa SMP Kelas VIII di SMP Negeri 2 Pasarkemis dalam menyelesaikan soal bangun datar ditinjau dari disposisi matematis. Jadi, pendeskripsian pada penelitian ini dilakukan dengan cara memberi gambaran mengenai disposisi matematis siswa yang berhubungan erat dalam menyelesaikan soal bangun datar yang memuat indikator berpikir kreatif. Berikut adalah penjelasan langkah-langkah yang akan dilakukan oleh peneliti :

1. Tahap Perencanaan

Pada tahap perencanaan kegiatan yang harus dilakukan oleh peneliti adalah:

a. Mengkonsultasi instrumen angket disposisi matematis siswa yang diadaptasi dari buku kepada dosen pembimbing.

b. Mengkonsultasi instrumen tes kemampuan kemampuan berpikir kreatif matematis berdasarkan indikator kepada dosen pembimbing.

(41)

32 a. Mengkonsultasi pedoman wawancara tentang kemampuan berpikir

kreatif matematis siswa kepada dosen pembimbing.

b. Mengkonsultasi dalam penyusunan lembar observasi tentang kemampuan berpikir kreatif matematis siswa kepada dosen pembimbing.

c. Meminta izin terlebih dahulu kepada kepala SMPN 2 Pasarkemis untuk melakukan uji coba instrumen dikelas 8.10

d. Meminta surat permohonan izin penelitian dari Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan.

e. Menyerahkan surat permohonan izin kepada SMPN 2 Pasarkemis. f. Melakukan validasi instrumen tes kemampuan berpikir kreatif

matematis siswa dan angket disposisi matematis siswa kepada dosen.

(42)

33 Berikut adalah skema atau gambaran dari alur validasi instrumen soal tes:

Gambar 3. 1 Alur validasi instrumen

2. Tahap Pelaksanaan

Pada tahap pelaksanaan, kegiatan yang harus dilakukan oleh peneliti adalah :

a. Menganalisis hasil validasi instrumen dari dosen dan guru menggunakan metode CVR.

Menghitung nilai Content Validity Ratio (CVR) adalah dengan menggunakan persamaan: CVR=Ne -N 2 N 2 Keterangan :

Instrumen Tes Essay

Validasi instrumen oleh validator Valid? Revisi berdasarkan saran validator Tidak

(43)

34 Ne = Jumlah validator yang menyetujui

N = Jumlah total validator Tabel 3.1

Kriteria koefisien CVR dcan CVI

Koefisien Derajat

−1 < 𝑥 < 0 Tidak Baik

0 Baik

0 < 𝑥 < 1 Sangat Baik

(Pramesti & Wiyatmo, 2017) Lembar validasi berupa kesesuaian antar indikator kemampuan berpikir kreatif matematis dengaan soal yang akan dikembangkan. Lembar validasi ini digunakan untuk menentukan kualitas soal tes secara kualitatif atas penentuan validitas isi dengan meminta pertimbangan “judgement”yaitu kepada 3 (tiga) orang dosen.

b. Melakukan validasi instrumen kemampuan berpikir kreatif matematis ke siswa kelas 8.9 di SMPN 2 Pasarkemis yang berjumlah 38 siswa.

c. Menganalisis hasil tes kelas 8.9 denan perhitungan validasi reliabilitas.

1) Uji Validitas

Validitas adalah suatu alat ukur yag dapat mengetahui soal tersebut valid atau tidak valid. Sejalan dengan pendapat Hadi menyatakan bahwa bila bangunan teorinya sudah benar, maka hasil pengukuran

(44)

35 dengan alat ukur (instrumen) yang berbasis pada teori itu sudah dapat dipandang sebagai hasil yang valid (Sugiyono, 2017, h. 176). Suatu validitas berkaitan erat dengan tujuan penggunaan tes sebagai instrumen uraian. Maka peneliti akan melakukan uji validitas yang akan diberikan kepada siswa untuk mengetahui apakah soal bangun datar yang memuat indikator kemampuan berpikir kreatif matematis valid atau tidaknya dengan menggunakan rumus kolerasi product-moment sebagai berikut:

rxy= N ∑ XY-( ∑ X) ( ∑ Y) √{N ∑ X2-( ∑ X)2}{N ∑ Y2-( ∑ Y)2} Keterangan : rxy = Koefisien kolerasi N = Jumlah suku

X = Banyaknya skor butir soal Y = Skor soal

(Sugiyono, 2017, h. 255) Bandingkan nilai validitas korelasi pearson (rhitung) dengan nilai koefisien korelasi pearson (rtabel) untuk mengetahui valid atau tidaknya butir soal, yang dapat ditentukan dengan kriteria rtabel (n - k;a) dengan n adalah jumlah sampel, k adalah jumlah variabel, dan a adalah taraf signifikansi (biasanya dipilih 5% = 0,05). Adapun kriteria pengujiannya:

(45)

36 Jika rhitung < rtabel, maka butir soal tersebut tidak valid

Peneliti akan mengambil 4 soal yang sudah dinyatakan valid tersebut utuk dikerjakan oleh subjek penelitian dari kelas 8.10. 4 soal sudah mewakili 4 indikator dari berpikir kreatif matematis siswa.

2) Uji Realibilitas

Reliabilitas menunjuk pada pengertian bahwa instrumen yang digunakan dapat mengukur sesuatu yang diukur secara konsisten dari waktu ke waktu atau memiliki keajegan. Samarnu Invalid source specified. “Uji reliabilitas adalah uji kekonsistenan instrumen untuk mengukur data”(h. 9). Dapat disimpulkan bahwa tes yang reliabel berarti tes yang selalu memberikan hasil yang sama pada waktu yang berbeda.

Tinggi rendahnya derajat suatu instrumen dapat ditentukan oleh nilai koefisien korelasi antara butir soal atau item pertanyaan dalam instrumen tersebut yang dinotasikan dengan r. Tolak ukur untuk menginterpretasikan derajat reliabilitas instrumen ditentukan berdasarkan kriteria Guildford (1956)

(46)

37 Tabel 3. 2

Kriteria Koefisien Korelasi Reabilitas Instrumen Koefisien

Korelasi Korelasi Interpretasi Reliabilitas 0,90 ≤ rxy≤ 1,00 Sangat tinggi Sangat tepat/ sangat baik

0,70 ≤ rxy< 0,90 Tinggi Tepat/baik 0,40 ≤ rxy< 0,70 Sedang Cukup tepat/cukup baik

0,20 ≤ rxy< 0,40 rendah Tidak tepat/ buruk

rxy < 0,20 Sangat rendah

Sangat tidak tepat/ sangat buruk

(Lestari & Yudhanegara, 2015, h. 206) Menentukan kedudukan siswa menggunakan simpangan baku atau standar deviasi dapat dilakukan dengan mengelompokkan tiga atas 3 rangking terdiri dari kelompok atas, sedang dan bawah. Batas-batas kelompok atau kemampuan berdasarkan tiga rangking tersebut dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

Tabel 3.3

Kriteria Pengelompokkan Siswa

Kriteria Pengelompokkan Kriteria

Nilai ≥ Mean + SD Tinggi

Mean - SD ≤ Nilai < Mean + SD Sedang

Nilai < Mean - SD Rendah

(47)

38 Adapun mencari rumus yang digunakan untuk mencari rata-rata dan simpangan baku adalah:

a. Mencari rata-rata X ̅ = ∑ fixi ∑ fi Keterangan : X

̅ = rata − rata (mean)

∑fixi = Jumlah frekuensi siswa dikali nilai tengah

∑fi = Jumlah frekuensi siswa

b. Menentukan stanmdar deviasi dengan menggunakan rumus:

SD= √∑fixi ∑fi - (

∑fixi ∑fi )

2

3. Tahap Analisis Data

Pada tahap analisis data, kegiaqtan yang dilakukan peneliti adalah sebagai berikut:

a. Melakukan analisis data yang telah didapatkan pada kegiatan pelaksanaan. Analisis data yang dilakukan yaitu sebagai berikut: 1) Memberi skor

2) Mereduksi dan memaparkan data 3) Meyajikan data

(48)

39 B. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SMPN 2 Pasarkemis yang beralamat di Jalan Boegenville Raya Perum Bumi Indah , Sukamantri, Kecamatan. Pasar Kemis, Kabupaten. Tangerang Provinsi. Banten, pada kelas VIII. Adapun alasan memilih SMP Negeri 2 Pasarkemis. Siswa yang bersekolah di sini sebagian besar adalah yang tinggal di Kecamatan Pasarkemis. Banyak siswa yang mempunyai prestasi di bidang akademik maupun non akademik. Pemilihan lokasi penelitian di sini dimaksudkan untuk menggali lebih dalam tentang informasi siswa mengenai disposisi matematis dalam menyelesaikan masalah matematika.

2. Waktu Penelitian

Rencana rincian kegiatan pada saat penelitian dijelaskan pada tabel sebagai berikut.

Tabel 3.4

Jadwal Kegiatan Penelitian

No Kegiatan Okt Jan Feb Mar Apr Juni

1 Pengajuan judul √

2 Bimbingan proposal

3 Seminar proposal skripsi √

4 Bimbingan dan revisi hasil

seminar √

5 Pembuatan instrumen

penelitian √

6 Pengumpulan data

7 Pengolahan dan analisis data √

(49)

40 C. Sumber dan jenis data penelitian

Berdasarkan jesnis penelitian, jenis penelitian ini adalah kuualitatif. Sumber data utama dalam penelitian ini adalah kata-kata dan tindakan, selebihnya adalah data tambahan seperti dokumentasi dan lain-lain. Data tersebut diperoleh setelah melakukan observasi dan penelitian di sekolah, memberiikan inmsrumen soal matematika kemampuan berpikir kreatif matematis dan instrumen angket disposisi matematis siswa, serta angket skala berpikir kreatif yang selanjutnya dianalisis.

Sumber data dalam penelitian kualitatif ada dua macam data, yaitu data primer dan data sekunder.

1. Data Primer

Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung dari informan atau objek yang diteliti. Riadi (2014) data primer adalah “data informasi yag diperoleh tangan pertama yang dikmpulkan secara langsung dari sumbernya” (h. 29). Data primer pada penelitian ini berupa data yang didapatkan dari hasil tes kemampuan berpikir kreatif, angket berpkir kreatif dan angket disposisi matematis siswa.

2. Data sekunder

Data sekunder adalah data-data yang diperoleh secara tidak langsung oleh peneliti. Data sekunder dapat digunakan dalam penelitian ini berupa foto-foto ketika wawancara, dan pelaksanaan tes. Data ini berguna untuk pendukung dari data primer setelah dilakukan tes dan angket.

(50)

41 D. Teknik Pengumpulan Data

Penelitian ini menggunakan teknik tes dan non tes sebagai teknik pengumpulan data. Teknik tes berupa soal bangun datar yang memuat indikator berpikir kreatif .Teknik non tes berupa angket disposisi, skala sikap kreatif dan wawancara yang digunakan untuk untuk mendapatkan data, fakta dan, gambaran tentang kemampuan berpikir kreatif siswa dalam menyelesaikan soal bangun datar dan diperkuat dengan wawancara sebagai tindak lanjut dari angket. Penjelasan lebih lanjut sebagai berikut:

1. Angket

Sugiyono (2017), kuesioner (angket) merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya. Penyusunan angket disposisi memiliki tujuan untuk mengetahui disposisi matematis yang dimiliki oleh subjek yang diamati. Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII 10 SMP Negeri 2 Pasarkemis. Jumlah pernyataan angket disposisi berjumlah 24 pernyataan. Waktu yang disediakan untuk mengisi angket disposisi adalah 40 menit.

Dalam skala ini terdapat 4 (empat) kategori jawaban yaitu Sangat setuju (SS), Setuju (S), Tidak setuju (TS), Sangat Tidak Setuju (STS). Skor skala ini bergerak dari 1 dan 4. Jawaban “Sangat Setuju”diberi skor 4, jawaban “Setuju” diberi skor 3, jawaban “Tidak Setuju” diberi skor 2 dan jawaban “Sangat Tidak Setuju” diberi skor 1 untuk item yang

(51)

42 menunjukkan sikap positif, jawaban diberi skor kebalikannya untuk item yang menmunjukkan sikap negatif.

(52)

43 Tabel 3.5

Penyekoran Item Yang Benilai Positif

Kategori Skor

Sangat Setuju 4

Setuju 3

Tidak Setuju 2

Sangat TIdak Setuju 1

Tabel 3.6

Penyekoran Item Yang Benilai Negatif

Kategori Skor

Sangat Setuju 1

Setuju 2

Tidak Setuju 3

Sangat TIdak Setuju 4

Pada hasil angket disposisi matematis siswa tersebut dikelompokkan ke dalam tiga rangking. Arikunto (2015), penentuan kedudukan siswa dengan simpangan baku atau standar deviasi dapat dilakukan dengan pengelompokkan atas tiga rangking yang terdiri dari kelompok atas, sedang, dan bawah. Dari masing-masing kelompok tersebut diambil dua siswa, dari kelompok atas diambil dua siswa yang memiliki disposisi matematis yang tinggi, sedangkan dari kelompok sedang diambil dua siswa yang memiliki disposisi matematis sedang, dan dari kelompok rendah diambil dua siswa yang memiliki disposisi matematis rendah.

(53)

44 Untuk menentukan disposisi matematis pada siswa digunakan rumus Deviasi Standar, dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

SD = √∑ x 2 N − ( ∑ x N ) 2

Keterangan: SD = Standar Deviasi x2 = Kuadrat tiap siswa

∑ x2 = Jumlah kuadrat tiap skor

(∑ x)

2

= Kuadrat jumlah semua skor

Adapun rumus untuk mencari rata-rata adalah sebagai berikut: x = ∑x

N

Untuk menentukan batas-batas kelompok adalah sebagai berikut a. Kelompok tinggi

Semua siswa yang mempunyai skor sebanyak skor rata-rata ditambah standar deviasi ke atas

b. Kelompok sedang

Semua siswa yang mempunyai skor antara -1 SD dan +1 SD c. Kelompok rendah

Semua siswa yang mempunyai skor -1 SD yang kurang dari itu secara umum dapat dilihat pada table dibawah ini:

(54)

45 Tabel 3.7

Batas – Batas Kelompok Tiga Rangking

Skor Kelompok

x ≥ x̅ + SD Tinggi

(x̅ - SD) < x < (x̅ + SD) Sedang

x ≤ - SD Rendah

2. Tes

Dalam penelitian ini dignaan juga tes sebagai alat ukur kemampuan berikir kreatif matematis. Sudaryono (2016) tes digunakan sebagai instrument pengumpul data yang merupakan serangkaian pertanyaan atau latihan soal yang digunakan untuk megukur keterampilan, pengetahuan, kemampuan, atau bakat yang dimiliki individua tau kelompok. Tes dalam penelitian ini berupa 4 (empat) soal essay / uraian sebagai bahan untuk menganalisis kemampuan berpikir kreatif matematis siswa mengenai Bangun Datar. Tes yang digunakan bersifat diagnosis untuk menegetahui atau melihat setiap langkah penyelesaian siswa dalam menyelesaikan soal. Tes tersebut diberikan kepada subjek penelitian yang berjumlah 38 orang siswa kelas 8.10 SMP Negeri 2 Pasarkemis, yang sebelumnya telah dikelompokkan menjadi tiga kategori tingkatan disposisi matematis tinggi, sedang, dan rendah.

(55)

46 3. Wawancara

Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan itu dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawncara yang mengajukan pertanyaan dan narasumber yang memberiikan jawaban atas petanyaan itu. Sugiyono (2017) menyatakan bahwa wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila ingin melakukan studi pendahuluan untuk menemukan masalah yang akan diteliti. Wawancara dapat dilakukan secara terstruktur maupun tidak terstruktur. Penelitian ini menggunakan wawancara semi terstruktur guna mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kemampuan berpikir kreatif siswa dalam menyelesaikan soal bangun datar yang memuat indikator berpikir kreatif siswa.

E. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian ini adalah alat dan sarana yang digunakan oleh peneliti dalam mendapatkan data yang diperlukan untuk penelitian. Nasution (1998) menyatakan bahwa dalam penelitian kualitatif, tidak ada pilihan lain daripada menjadikan manusia sebagai instrumen penelitian alasannya karena segala sesuatu belum mempunyai bentuk yang pasti. Masalah, fokus penelitian, prosedur penelitian, hipotesis yang digunakan, bahkan hasil yang diharapkan, itu semuanya tidak dapat ditentukan secara pasti dan jelas sebelumnya. Segala sesuatu masih perlu dikembangkan sepanjang penelitian itu. Dalam keadaan yang serba tidak pasti dan tidak jelas itu, tidak ada pilihan lain dan hanya peneliti itu sendiri sebagai alat satu-satunya yang dapat

(56)

47 mencapainya (Sugiyono, 2017, h. 306). Instrumen penelitian dalam penelitian ini adalah tes soal bangun datar yang memuat indikator kemampuan berpikir kreatif matematis, dan angket skala sikap berpikir kreatif, angket respon siswa, dan Wawancara kepada siswa. Berikut adalah penejelasan lebih lanjut mengenai instrument yang diunakan dalam penelitian ini :

1. Angket

Instrumen angket disposisi matematis siswa diadopsi dan dimodifikasi dari buku yang berjudul Hard Skills Dan Soft Skills Matematik Siswa tahun 2017.

Tabel 3. 8

Kisi-Kisi Angket Disposisi Matematis Siswa

No Indikator

Item

Jumlah

+ -

1 Kepercayaan diri dalam menyelesaikan masalah matematika, mengkomunikasikan ide-ide, dan memberi alasan.

1,3 2,4, 4

2 Fleksibel dalam menyelidiki idea matematis dan mencari alternate metode

5,7,9 6,8 5

3 Tekun mengerjakan tugas matematika 10, 11, 12

13,

14 5

4 Menunjukkan minat, rasa ingin tahu, dan daya temu.

15, 17, 19

(57)

48 5 Memonitor, merefleksikan performance dan

penalaran sendiri 20, 21, 22 23, 24 5 Jumlah 14 10 24 Tabel 3. 9

Kisi-Kisi Angket Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Siswa

Variabel Penelitian Indikator Deskriptor Jumlah Item No Item + - Kemampuan berpikir kreatif siswa Kemampuan berpikir lancer (fluency) a). mencetuskan banyak jawaban, gagasan, penyelesaian masalah dan pertanyaan 4 2 b). Memberikan banyak cara atau saran untuk melakukan

berbagai hal

(58)

49

c). Selalu

memikirkan lebih dari satu jawaban

5 Kemampuan berpikir luwes (flexibility) a). menghasilkan gagasan, jawaban dan pertanyaan yang bervariasi 3 38,37 b). dapat melihat suatu masalah dengan arah pemikiran yang berbedabeda 4 c). Mampu mengubah cara pendekatan atau pemikiran 3 Kemampuan berpikir orisinal (originality) a). mampu melahirkan ungkapan yang unik dan baru

3

(59)

50

b). mampu

membuat

kombinasi-kombinasi yang tidak lazim dari bagian-bagian atau unsur-unsur 3 27, 28,29 Kemampuan berpikir memperinci (elaboration) a). mengembangkan, menambah, memperkaya suatu gagasan 3 32,33,34 b). Mampu memperinci detail-detail suatu objek sehingga menjadi menarik

4

1 36,37,38,30, 31, 35,

2. Tes Soal Matematika

Instrument tes uraian dibuat berdasarkan indikator kemampuan berpikir kreatif matematis yang telah disesuaikan dengan materi Bangun Datar. Validasi instumen dilakukan dengan mengacu pada lembar validasi

(60)

51 yang memuat sejumlah pernyataan, serta kesesuaian bahasa yang digunakan. Rencana validasi instrumen di validasikan pada dosen ahli matematika yaitu Kus Andini Purbaningrum, M.Pd., Ahmad Fadillah, M.Pd., Muhammad Arie Firmansyah, M.Pd. Berikut adalah kisi-kisi soal tes kemampuan berpikir kreatif matematis siswa.

Kisi-kisi soal Tes Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Indikator Kemampuan Nomor

Soal

Teknik Bentuk Istrumen Memberikan gagasan-gagasan dalam

menentukan luas dan keliling bangun datar yang diberikan berdasarkan ukurannya.

(Fluency)

1 Tes

Tulis

Uraian/Essay

Menghasilkan gagasan atau melihat masalah dari sudut pandang berbeda (Flexibility)

2 Tes

Tulis

Uraian/Essay

Memberikan solusi dengan cara sendiri yang jarang digunakan orag lain dalam menyelesaikan masalah kontekstual tentang keliling bangun datar (originality)

3 Tes

Tulis

Uraian/Essay

Menemukan solusi / alternatif lain dalam menyelesaikan soal.(elaboration)

4 Tes

Tulis

Uraian/Essay

(61)

52 Pedoman wawancara digunakan utu menmgetahui kemampuan berpikir kreatif matematis tulis. Pengerjaannya sama dengan tes tulis hanya saja pada tes wawancara ini siswa diminta untuk mnyampaikannya secara lisan mengenai apa yang sudah dikerjakan yaitu berkaitan dengan pertanyaan tes soal matematika. Pedoman wawancara disusun berdasarkan tahapan pemecahan masalah polya yang melputi: memahami masalah, merencanakan penyelesian, menyelesaikan masalah sesuai rencana dan, memeriksa kembali hasil yang diperoleh.

F. Teknik Analisis Data

Analisis data adalah proses mencari dan menyusun data secara sistematis. Sugiyono (2017) mengemukakan bahwa;

analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi, dengan cara mengorganisasikan data ke dalam kategori, menjabarkan ke dalam unit-unit, melaklukan sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan sehingga sehingga mudah dipahami baik oleh diri sendiri maupun orang lain (h.334).

berikut adalah teknik analisis yang digunakan oleh peneliti diantaranya : 1. Reduksi Data

Mereduksi data berarti merangkum, memilah hal-hal intinya saja, dan memfokuskan pada hal-hal yang penting, mencari tema

(62)

53 dan pola serta membuang hal-hal yang tidak penting. Redusi data belangsug terus – menerus selama proyek yang berorientasi penelitian kualitatif berlangsung. Reduksi data ini berlanjut terus sesudah penelitian lapangan sampai laporan akhir lengkap tersusun. Data yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas, dan mempermudah peneliti untuk menarik kesimpulan.

Berdasarkan hasil observasi, tes, dan wawancara maka diambil pokok-pokok sebagai gambaran untuk menjelaskan tentang disposisi matematis siswa yang lebih spesifik dari hasil angket disposisi matematis siswa yang telah dijawab oleh siswa dan analisis kemampuan berpikir kreatif matematis siswa yang dilakukan berdasarkan penyelesaian tes soal bangun datar yang memuat indikator kemampuan berpikir kreatif matematis yang dikerjakan siswa, dengan perpedoman pada kunci jawaban dan penskoran soal. Selain itu, kemampuan berpikir kreatif matematis siswa dianalisis lebih mendalam dengan melakukan wawancara dan observasi kepada subjek penelitian.

2. Penyajian Data

Langkah selanjutnya setelah data direduksi adalah menyajikan data. Sugiyono (2017) pada penelitian kualitatif, penyajian data dapat dilakukan dalam bentuk beberapa uraian singkat, bagan, hubungan, antar kategori dan flowchart.

Gambar

Gambar 3. 1  Alur validasi instrumen

Referensi

Dokumen terkait

Aspek Hukum dan Administrasi Proyek pada Jurusan Pendidikan Teknik.. Sipil-Universitas Pendidikan Indonesia:

Dari teori-teori di atas, dapat disimpulkan bahwa manajemen sumber daya manusia merupakan aktivitas atau kegiatan yang dilaksanakan dengan menerapkan fungsi-fungsi manajemen

Pembangunan ekonomi jangka panjang dengan pertumbuhan PDB atau PN akan membawa suatu perubahan mendasar dalam struktur ekonomi:. 0 ekonomi tradisional dengan pertanian sebagai

Pembelajaran kooperatif tipe Think-Pairs-Share memiiki kelbihan dan kelemahan.. yaitu 1) TPS memungkinkan siswa untuk merumuskan dan mengajukan

HASIL DAN PEMBAHASAN Langkah awal penelitian peramalan kunjungan wisman menggunakan GRNN dengan membuat plot data runtun waktu kunjungan wisman ke Indonesia.. Plot

Rendahnya oksigen terlarut di dasar stasiun 1 diduga disebabkan posisi stasiun yang merupakan inlet Danau Pinang Dalam, sehingga diduga berpengaruh terhadap

Ada beberapa karakteristik yang menandakan seseorang adalah hacker, seperti (1) dia suka belajar detail dari bahasa pemrograman atau system, (2) dia melakukan pemrograman tidak

Yet in the past twenty years a growing number of critics have drawn attention to Clough’s modernity: John R.A.Yeoman finds an affinity of tone between MacNeice’s Autumn Journal and