• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

38 4.1 Hasil Penelitian

4.1.1 Gambaran Sekolah

Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri Mlilir 01, yaitu sekolah dasar yang terletak di Dusun Mlilir, Desa Mlilir, Kecamatan Bandungan, Kabupaten Semarang, Provinsi Jawa Tengah. Secara geografis lokasi SD Negeri Mlilir 01 berada 1,5 km dari jalan tembus Bandungan-Semarang dan 3 km dari jalan raya Ambarawa. Sedangkan jarak UPTD Dinas Pendidikan Kecamatan dengan SD Negeri Mlilir 01 kurang lebih 3 km. Meskipun tidak dilewati angkutan umum tetapi akses menuju SD Negeri Mlilir 01 relatif mudah. Bisa dikatakan bahwa lokasi SD Negeri Mlilir 01 berada pada jalan alternatif Ambarawa-Bandungan. SD Negeri Mlilir 01 berada pada lokasi yang strategis sehingga mudah dijangkau oleh para siswa, guru, Dinas Pendidikan Kecamatan maupun Dinas Pendidikan Kabupaten.

4.1.2 Gambaran Subyek Penelitian

Penelitian dilakukan di kelas V SD Negeri Mlilir 01 Kecamatan Bandungan Kabupaten Semarang dengan jumlah siswa 36 yang terdiri dari 20 siswa laki-laki dan 16 siswa perempuan pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam dengan materi Mendeskripsikan sifat-sifat cahaya.

4.1.3 Kondisi Pra Siklus

Berdasarkan observasi yang dilakukan di kelas V SD Negeri Mlilir 01 Kecamatan Bandungan Kabupaten Semarang Tahun Ajaran 2013/2014 dengan jumlah siswa 36 pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam, terlihat bahwa kompetensi siswa masih rendah. Hal ini bisa terlihat dari nilai hasil evaluasi siswa pada mata pelajaran IPA yang telah dilakukan dimana sebagian siswa memperoleh nilai dibawah Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yaitu 70.

(2)

Diperoleh data hasil pembelajaran sebelum dilakukan tindakan pembelajaran yang dilakukan oleh peneliti yang terdapat dalam tabel 4.1.

Tabel 4.1

Distribusi Ketuntasan Belajar Sebelum Tindakan (KKM=70) Skor Kriteria Frekuensi Persentase (%)

< 70 Tidak Tuntas 24 66,67 %

≥ 70 Tuntas 12 33,33 %

Jumlah 36 100 %

Dilihat dari tabel 4.1 distribusi frekuensi nilai pelajaran IPA kelas V SD Negeri Mlilir 01 pada Pra Siklus pembelajaran belum efektif dengan banyaknya siswa yang belum tuntas dalam belajarnya. Diketahui skor nilai < 70 frekuensinya ada 24 siswa (66,67 % dari jumlah keseluruhan siswa) dan skor nilai ≥ 70 frekensinya ada 12 (33,33 % dari jumlah keseluruhan siswa)

Jumlah keseluruhan siswa 36 dengan nilai rata-rata 62,4, nilai tertinggi adalah 86 dan nilai terendah adalah 24. Sehingga peneliti perlu mengadakan tindakan pembelajaran demi membantu meningkatkan hasil belajar mata pelajaran IPA pada siswa kelas V SD Negeri Mlilir 01. Berdasarkan tabel 4.1 dapat digambarkan dalam gambar grafik 4.1

Gambar 4.1 Grafik Hasil Perolehan Nilai Sebelum Tindakan

0 5 10 15 20 25 30 < 70 ≥ 70

(3)

Berdasarkan gambar tabel 4.1 bisa dilihat bahwa frekuensi nilai ketuntasan belajar pada mata pelajaran IPA, siswa yang memiliki nilai kurang dari 70 ada 24 siswa atau 66,67% sedangkan yang sudah mencapai KKM ada 12 siswa atau 33,33%. Ketuntasan belajar siswa dapat dilihat pada gambar 4.2

Berdasarkan gambar 4.2 ketuntasan hasil belajar IPA sebelum tindakan adalah 67% dari jumlah keseluruhan siswa yang belum tuntas dan hanya 33% dari jumlah keseluruhan siswa yang telah tuntas. Rendahnya hasil belajar IPA dipengaruhi oleh Guru dalam menerangkan cenderung menggunakan metode ceramah dan pemberian tugas tanpa adanya interaksi yang membuat siswa lebih aktif dalam mengikuti pelajaran di kelas sehingga menimbulkan kecenderungan siswa untuk berbicara dan bercanda dengan temannya dan tidak memperhatikan penjelasan dari guru tentang materi yang diajarkan. Dengan kondisi seperti pada gambar 4.2 dengan ketuntasan 33%, peneliti merancang penelitian tindakan kelas sesuai rencana yang telah diuraikan pada bab sebelumnya dengan rancangan penelitian menggunakan TGT (Teams Games Tournament) yang akan diterapkan dalam dua Siklus dan setiap Siklus memuat dua kali pertemuan.

4.1.4 Deskripsi Pelaksanaan Siklus I

Dalam Siklus I terdapat 2 kali pertemuan dengan rincian sebagai berikut: a. Perencanaan

Sebelum mengadakan Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) materi “Mendeskripsikan sifat-sifat cahaya”, peneliti mempelajari materi serta

67% 33%

Gambar 4.2

Diagram Lingkaran Hasil Belajar Sebelum Tindakan

< 70 Tidak Tuntas ≥ 70 Tuntas

(4)

mempersiapkan media dan alat terlebih dahulu agar menguasai materi yang akan diajarkan. Perangkat pembelajaran juga disiapkan seperti Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), Lembar Kerja Siswa (LKS), lembar evaluasi Siklus I, rubrik penilaian keaktifan dan penerapan pembelajaran TGT. b. Tindakan dan Observasi

1. Pertemuan Pertama

Tindakan ini dilaksanakan pada hari Rabu, 19 Maret 2014, beberapa kegiatan seperti berikut:

Kegiatan Awal:

Pertemuan pertama berlangsung pada pukul 07.00 – 08.10 WIB. Sebelum pembelajaran dimulai, ruang ditata rapi sesuai persiapan pembelajaran. Dalam pembelajaran siswa akan dibagi menjadi 6 kelompok dan masing-masing kelompok berjumlah 6 siswa. Siswa duduk di kursi semula mereka duduk. Peneliti membawa nomor yang terdiri dari nomor satu sampai dengan nomor enam. Siswa berebut nomor dan nomor yang didapatnya akan menjadi nomor kelompok mereka. Bagi siswa yang mendapat nomor satu, maka dia akan berkumpul dengan siswa lain yang mendapat nomor sama dan duduk di meja kelompok satu dan seterusnya sampai dengan kelompok enam. Untuk mengawali pembelajaran peneliti mengucapkan salam, absensi kelas dan melakukan apersepsi dengan bertanya kepada siswa “Mengapa ketika malam hari dan berjalan di jalan yang menikung, kita bisa melihat sorot lampu kendaraan dari arah yang berlawanan?” Peneliti menginformasi tentang materi yang akan dipelajari yaitu “Cahaya dapat merambat lurus” Peneliti menjelaskan Model pembelajaran yang digunakan yakni Model TGT (Teams Games Tournament)

Kegiatan Inti:

Peneliti menjelaskan tentang sifat cahaya yang merambat lurus. Peneliti melakukan tanya jawab dengan siswa yang bertujuan untuk menggali pengetahuan yang dimiliki siswa tentang sifat cahaya merambat lurus dan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari. Peneliti

(5)

membagikan LKS (Lembar Kerja Siswa) kepada setiap kelompok. Siswa melakukan percobaan yaitu mengamati cahaya lilin melalui tiga karton yang dilubangi, siswa mendiskusikan hasil dari percobaan berikut. Kelompok yang sudah selesai menyerahkan hasil diskusinya kepada peneliti. Setelah semua terkumpul, peneliti menunjuk kelompok yang selesai pertama kali dengan mewakilkan anggotanya untuk maju ke depan menyampaikan hasil diskusinya. Kelompok yang lainnya menanggapi hasil diskusi kelompok yang maju. Peneliti membuat game, yaitu menyuruh setiap kelompok untuk membuat pertanyaan yang akan dikerjakan oleh kelompok lain. Setelah semua kelompok mendapat dan mengerjakan pertanyaan dari kelompok lain, peneliti mengadakan pertandingan yaitu memberi soal rebutan untuk semua kelompok. Kelompok yang bisa menjawab banyak pertanyaan dan jawabannya benar akan menjadi pemenangnya. Peneliti bersama siswa bertanya jawab tentang hal-hal yang belum dimengerti oleh siswa serta meluruskan kesalahpahaman yang terjadi. Siswa menyimpulkan hasil kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan dengan bimbingan peneliti

Kegiatan Akhir:

Siswa membuat rangkuman. Peneliti memberikan motivasi kepada siswa agar lebih giat belajar.

2. Pertemuan Kedua

Tindakan ini dilakukan pada hari Kamis, 20 Maret 2014, beberapa kegiatan sebagai berikut:

Kegiatan Awal:

Pertemuan ini berlangsung pada pukul 07.00 – 08.10 WIB. Sebelum pembelajaran dimulai, ruang ditata rapi sesuai dengan persiapan pembelajaran. Siswa duduk sesuai dengan kelompoknya kemarin yang satu kelompok beranggotakan 6 orang. Untuk mengawali pembelajaran, peneliti mengucapkan salam, absensi kelas, dan melakukan apersepsi dengan bertanya kepada siswa “Ketika main petak umpet, Dodi bersembunyi di dalam lemari kayu sedangkan Anton bersembunyi di

(6)

bawah meja kaca. Siapa yang tertangkap terlebih dahulu?” Peneliti menjelaskan bahwa Model pembelajaran yang digunakan yakni Model TGT (Teams Games Tournament)

Kegiatan Inti:

Peneliti menjelaskan tentang sifat cahaya yang menembus benda bening. Peneliti melakukan tanya jawab dengan siswa yang bertujuan untuk menggali pengetahuan yang dimiliki siswa tentang sifat cahaya menembus benda bening dan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari. Peneliti membagikan LKS (Lembar Kerja Siswa) kepada setiap kelompok. Siswa melakukan percobaan yaitu menyinari benda-benda yang telah disiapkan oleh peneliti dengan senter kemudian mengelompokkan benda-benda tersebut ke dalam tabel benda-benda tembus cahaya atau benda-benda tidak tembus cahaya, siswa mendiskusikan hasil dari percobaan berikut. Kelompok yang sudah selesai menyerahkan hasil diskusinya kepada peneliti. Setelah semua terkumpul, peneliti menunjuk kelompok yang selesai pertama kali dengan mewakilkan anggotanya untuk maju ke depan menyampaikan hasil diskusinya. Kelompok yang lainnya menanggapi hasil diskusi kelompok yang maju. Peneliti membuat game, yaitu menyuruh setiap kelompok untuk membuat pertanyaan yang akan dikerjakan oleh kelompok lain. Setelah semua kelompok mendapat dan mengerjakan pertanyaan dari kelompok lain, peneliti mengadakan pertandingan yaitu memberi soal rebutan untuk semua kelompok. Kelompok yang bisa menjawab banyak pertanyaan dan jawabannya benar akan menjadi pemenangnya. Peneliti bersama siswa bertanya jawab tentang hal-hal yang belum dimengerti oleh siswa serta meluruskan kesalahpahaman yang terjadi. Siswa menyimpulkan hasil kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan dengan bimbingan peneliti

Kegiatan Akhir:

Siswa membuat rangkuman. Peneliti membagikan lembar evaluasi Siklus I untuk dikerjakan oleh siswa secara individu.

(7)

c. Hasil Observasi

Hasil tindakan diperoleh dari hasil observasi pada kegiatan pembelajaran yang telah diterapkan oleh peneliti. Untuk mengukur keberhasilan penerapan menggunakan TGT (Teams Games Tournament) dalam kegiatan pembelajaran digunakan lembar observasi yang diambil dari lembar observasi aktivitas guru mengajar (yang dalam hal ini kegiatan mengajar dilakukan oleh peneliti) dan lembar observasi aktifitas siswa.

Data hasil observasi guru (dalam hal ini yang melakukan proses pembelajaran adalah peneliti) dan observasi aktivitas siswa dapat dilihat pada tabel 4.2

Tabel 4.2

Hasil Observasi Kegiatan Peneliti dan Siswa Siklus I

No Pertemuan

Hasil Observasi

Peneliti Siswa

Jumlah Skor Kriteria Jumlah Skor Kriteria

1 1 77 B (Baik) 63 C (Cukup)

2 2 83 B (Baik) 75 B (Baik)

Dari data tabel 4.2 untuk Siklus I dapat disimpulkan bahwa pada pertemuan I pembelajaran menggunakan Model TGT (Teams Games Tournament) yang diterapkan oleh peneliti memperoleh jumlah 77 dengan kategori B (Baik) hal ini dikarenakan peneliti masih canggung dengan siswa. Peneliti sudah melaksanakan pembelajaran sesuai dengan Model TGT (Teams Games Tournament) tetapi belum maksimal karena masih ada beberapa siswa yang berbicara sendiri, tidak berdiskusi tentang materi pelajaran tetapi berbicara hal lain. Observasi aktivitas siswa yang dilakukan oleh guru kelas dapat disimpulkan bahwa pada pertemuan I pembelajaran menggunakan Model TGT (Teams Games Tournament) memperoleh jumlah 63 dengan kategori C (Cukup) hal ini dikarenakan masih ada beberapa siswa yang tidak ikut berdiskusi dalam kelompoknya. Mereka masih asyik berbicara sendiri dan bercanda dengan temannya. Ketika peneliti berada dalam satu kelompok, kelompok lain cenderung

(8)

bermain sendiri dan ketika peneliti mendekati kelompok yang bermain sendiri tadi kelompok yang tidah diawasi menjadi gaduh.

Pada pertemuan ke-II pembelajaran menggunakan Model TGT (Teams Games Tournament) yang diterapkan oleh peneliti memperoleh jumlah 83 dengan kategori B (Baik). Ada sedikit peningkatan dibandingkan dengan pertemuan pertama, hal ini dikarenakan peneliti sudah menggunakan Model TGT (Teams Games Tournament) secara maksimal dan sudah terbiasa dengan siswa. Walaupun masih ada sebagian dari siswa didalam anggota kelompoknya masih suka berbicara sendiri dan bercanda dengan temannya. Observasi aktivitas siswa yang dilakukan oleh guru kelas dapat disimpulkan bahwa pada pertemuan II pembelajaran menggunakan Model TGT (Teams Games Tournament) memperoleh jumlah 75 dengan kategori B (Baik). Aktivitas siswa sudah meningkat dibandingkan dengan pertemuan I. Meskipun tetap ada beberapa siswa yang tidak ikut berdiskusi dalam kelompoknya dan sibuk bermain sendiri.

4.1.5 Hasil Analisis Data Siklus I

Analisis penelitian setelah pembelajaran menggunakan Model TGT (Teams Games Tournament) yang terdiri dari 2 pertemuan pada Siklus I dan diperoleh hasil belajar pada pertemuan ke-2 seperti pada tabel 4.3

Tabel 4.3

Rekapitulasi Nilai Siklus I (KKM ≥70)

Skor Kriteria Frekuensi Persentase %

< 70 Tidak Tuntas 9 25 %

≥ 70 Tuntas 27 75 %

Jumlah 36 100 %

Dari tabel 4.3 dapat dilihat bahwa dengan menggunakan Model TGT (Teams Games Tournament) ada peningkatan jika dibandingkan dengan nilai yang diperoleh pada Pra Siklus, untuk skor nilai <70 terdapat 9 siswa dengan persentase 25% dan skor nilai ≥70 terdapat 27 siswa dengan persentase 75%. Jadi dapat dilihat dari nilai KKM yaitu 70 maka jumlah siswa yang tuntas sebanyak 27 siswa dan siswa yang belum tuntas sebanyak 9 siswa.

(9)

Untuk lebih jelasnya data nilai pada tabel 4.3 dapat dilihat pada distribusi frekuensi diagram batang pada gambar 4.3

Gambar 4.3 Grafik Hasil Perolehan Nilai Siklus I

Perolehan nilai ketuntasan belajar siswa Siklus I dapat diketahui bahwa siswa yang memiliki nilai kurang dari KKM sebanyak 9 siswa. Sedangkan yang sudah mencapai ketuntasan minimal sebanyak 27 siswa. Persentase belajar siswa pada tabel 4.3 dapat dilihat pada gambar 4.4

Berdasarkan pada gambar 4.4 kegiatan pembelajaran dengan menggunakan Model TGT (Teams Games Tournament) siswa yang belum tuntas atau di bawah KKM sebanyak 9 siswa dengan persentase 25% sedangkan siswa yang tuntas dalam belajarnya sebanyak 27 siswa dengan persentase 75%. Untuk lebih meningkatkan hasil belajar siswa agar nilai belajar siswa diatas KKM yaitu 70 diperlukan Siklus II sebagai penguat bahwa dengan menggunakan Model TGT (Teams Games Tournament) dapat meningkatkan hasil belajar dan aktifitas siswa dalam mata pelajaran IPA.

0 5 10 15 20 25 30 < 70 ≥ 70 25% 75% Gambar 4.4

Diagram Lingkaran Hasil Belajar Siklus I

< 70Tidak Tuntas ≥ 70 Tuntas

(10)

4.1.6 Refleksi Siklus I

Setelah melakukan perbaikan pembelajaran, guru kelas melakukan diskusi dengan peneliti yang telah menerapkan pembelajaran dengan menggunakan Model TGT (Teams Games Tournament) untuk meningkatkan hasil belajar dan keaktifan siswa pada mata pelajaran IPA dari awal sampai akhir dan juga telah mencatat semua temuan dalam perbaikan pembelajaran Siklus I. Yang selanjutnya akan digunakan untuk menyusun perbaikan pembelajaran Siklus II.

Setelah selesai perbaikan pada Siklus I, maka dilaksanakan evaluasi untuk mengukur keberhasilan siswa dalam penguasaan materi. Hasil evaluasi yang diperoleh siswa dengan ketuntasan belajar yaitu 70, maka diperoleh dari siswa yang berjumlah 36 sebanyak 27 siswa yang belum tuntas dengan persentase 75% dan 9 siswa yang telah tuntas dengan persentase 25%.

Berdasarkan hasil evaluasi siswa, ketuntasan yang ditentukan telah meningkat, semula 66,66% menjadi 75% dengan nilai maksimal 93 dan minimal 60, rata-rata semula 64,2 menjadi 75,53. Selanjutnya, sebagai pemantapan pada Siklus I akan dilanjutkan pada Siklus II dengan penerapan pembelajaran menggunakan Model TGT (Teams Games Tournament) untuk meningkatkan hasil belajar dan keaktifan siswa pada mata pelajaran IPA siswa kelas V SD Negeri Mlilir 01. Diketahui hasil pengamatan dari guru kelas pada Siklus I maka secara keseluruhan hasil refleksi yang dilakukan oleh guru kelas dan peneliti sebagai berikut:

Hambatan:

 Penggunaan Model TGT (Teams Games Tournament) dalam penerapannya masih ada kekurangan yang terjadi. Ketika siswa melakukan diskusi peneliti kurang memantau diskusi kelompok siswa dan pantauannya kurang menyeluruh di semua kelompok. Siswa masih berbicara sendiri dan bercanda dengan temannya.

Penyelesaian:

 Untuk mengatasi hal dimana siswa lebih cenderung berbicara dan bercanda dengan temannya, peneliti akan memberikan hadiah kepada kelompok yang paling aktif dalam bekerjasama menyelesaikan LKS dan kelompok yang

(11)

tercepat dalam mengerjakan LKS. Peneliti akan lebih memantau diskusi siswa dan pantauannya akan dilakukan secara merata pada semua kelompok.

4.1.7 Deskripsi Pelaksanaan Siklus II

Dalam Siklus II terdapat 2 kali pertemuan dengan rincian sebagai berikut: a. Perencanaan

Sebelum mengadakan Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) materi “Mendeskripsikan sifat-sifat cahaya”, peneliti mempelajari materi serta mempersiapkan media dan alat terlebih dahulu agar menguasai materi yang akan diajarkan. Perangkat pembelajaran juga disiapkan seperti Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), Lembar Kerja Siswa (LKS), lembar evaluasi Siklus I, rubrik penilaian keaktifan dan penerapan pembelajaran TGT. b. Tindakan dan Observasi

1. Pertemuan Pertama

Tindakan ini dilaksanakan pada hari Rabu, 26 Maret 2014, beberapa kegiatan sebagai berikut:

Kegiatan Awal:

Pertemuan ini berlangsung pada pukul 07.00 – 08.10 WIB. Sebelum pembelajaran dimulai, ruang ditata rapi sesuai dengan persiapan pembelajaran. Siswa duduk sesuai dengan kelompoknya kemarin pada Siklus I yang satu kelompok beranggotakan 6 orang. Untuk mengawali pembelajaran, peneliti mengucapkan salam, absensi kelas, dan melakukan apersepsi dengan bertanya kepada siswa “Mengapa kita bisa melihat diri kita pada cermin?” Peneliti menjelaskan bahwa Model pembelajaran yang digunakan yakni Model TGT (Teams Games Tournament)

Kegiatan Inti:

Peneliti menjelaskan tentang sifat cahaya yang dapat dipantulkan. Peneliti melakukan tanya jawab dengan siswa yang bertujuan untuk menggali pengetahuan yang dimiliki siswa tentang sifat cahaya dapat dipantulkan dan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari. Peneliti membagikan LKS (Lembar Kerja Siswa) kepada setiap kelompok. Siswa

(12)

melakukan percobaan yaitu mengamati bayangan yang terbentuk pada cermin datar, cermin cekung dan cermin cembung, siswa mendiskusikan hasil dari percobaan berikut. Kelompok yang sudah selesai menyerahkan hasil diskusinya kepada peneliti. Setelah semua terkumpul, peneliti menunjuk kelompok yang selesai pertama kali dengan mewakilkan anggotanya untuk maju ke depan menyampaikan hasil diskusinya. Kelompok yang lainnya menanggapi hasil diskusi kelompok yang maju. Peneliti membuat game, yaitu menyuruh setiap kelompok untuk membuat pertanyaan yang akan dikerjakan oleh kelompok lain. Setelah semua kelompok mendapat dan mengerjakan pertanyaan dari kelompok lain, peneliti mengadakan pertandingan yaitu memberi soal rebutan untuk semua kelompok. Kelompok yang bisa menjawab banyak pertanyaan dan jawabannya benar akan menjadi pemenangnya. Peneliti bersama siswa bertanya jawab tentang hal-hal yang belum dimengerti oleh siswa serta meluruskan kesalahpahaman yang terjadi. Siswa menyimpulkan hasil kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan dengan bimbingan peneliti Kegiatan Akhir:

Siswa membuat rangkuman. Peneliti memberikan motivasi kepada siswa agar lebih giat belajar.

2. Pertemuan Kedua

Tindakan ini dilaksanakan pada hari Kamis, 27 Maret 2014, beberapa kegiatan sebagai berikut:

Kegiatan Awal:

Pertemuan ini berlangsung pada pukul 07.00 – 08.10 WIB. Sebelum pembelajaran dimulai, ruang ditata rapi sesuai dengan persiapan pembelajaran. Siswa duduk sesuai dengan kelompoknya kemarin yang satu kelompok beranggotakan 6 orang. Untuk mengawali pembelajaran, peneliti mengucapkan salam, absensi kelas, dan melakukan apersepsi dengan bertanya kepada siswa “Ketika minum es teh dalam gelas menggunakan sedotan, sedotan terlihat seperti patah di dalam gelas.

(13)

Mengapa demikian?” Peneliti menjelaskan bahwa Model pembelajaran yang digunakan yakni Model TGT (Teams Games Tournament)

Kegiatan Inti:

Peneliti menjelaskan tentang sifat cahaya yang dapat dibiaskan. Peneliti melakukan tanya jawab dengan siswa yang bertujuan untuk menggali pengetahuan yang dimiliki siswa tentang sifat cahaya dapat dibiaskan dan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari. Peneliti membagikan LKS (Lembar Kerja Siswa) kepada setiap kelompok. Siswa melakukan percobaan yaitu mengamati sedotan, bolpoin, sendok jika dicelupkan ke dalam gelas yang berisi air dan ukuran uang logam yang dimasukkan ke dalan gelas berisi air, siswa mendiskusikan hasil dari percobaan berikut. Kelompok yang sudah selesai menyerahkan hasil diskusinya kepada peneliti. Setelah semua terkumpul, peneliti menunjuk kelompok yang selesai pertama kali dengan mewakilkan anggotanya untuk maju ke depan menyampaikan hasil diskusinya. Kelompok yang lainnya menanggapi hasil diskusi kelompok yang maju. Peneliti membuat game, yaitu menyuruh setiap kelompok untuk membuat pertanyaan yang akan dikerjakan oleh kelompok lain. Setelah semua kelompok mendapat dan mengerjakan pertanyaan dari kelompok lain, peneliti mengadakan pertandingan yaitu memberi soal rebutan untuk semua kelompok. Kelompok yang bisa menjawab banyak pertanyaan dan jawabannya benar akan menjadi pemenangnya. Peneliti bersama siswa bertanya jawab tentang hal-hal yang belum dimengerti oleh siswa serta meluruskan kesalahpahaman yang terjadi. Siswa menyimpulkan hasil kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan dengan bimbingan peneliti

Kegiatan Akhir:

Siswa membuat rangkuman. Peneliti membagikan lembar evaluasi Siklus II untuk dikerjakan oleh siswa secara individu.

c. Hasil Observasi

Hasil tindakan diperoleh dari hasil observasi pada kegiatan pembelajaran yang telah diterapkan oleh peneliti. Untuk mengukur keberhasilan penerapan

(14)

menggunakan TGT (Teams Games Tournament), dalam kegiatan pembelajaran menggunakan lembar observasi yang diambil dari lembar observasi aktivitas guru mengajar (yang dalam hal ini kegiatan mengajar dilakukan oleh peneliti) dan lembar observasi aktifitas siswa.

Data hasil observasi guru (dalam hal ini yang melakukan proses pembelajaran adalah peneliti) dan observasi aktivitas siswa dapat dilihat pada tabel 4.4

Tabel 4.4

Hasil Observasi Kegiatan Peneliti dan Siswa Siklus II

No Pertemuan Hasil Observasi Peneliti Siswa Jumlah Skor Kriteria Jumlah Skor Kriteria

1 1 93 A ( Sangat Baik) 89 A ( Sangat Baik) 2 2 96 A ( Sangat Baik) 92 A ( Sangat Baik)

Dari data tabel 4.4 untuk Siklus II dapat disimpulkan bahwa pada pertemuan I pembelajaran menggunakan Model TGT (Teams Games Tournament) yang diterapkan oleh peneliti memperoleh jumlah 93 dengan kategori A (Sangat Baik) hal ini dikarenakan peneliti sudah bisa adaptasi dengan kondisi siswa. Peneliti sudah melaksanakan pembelajaran sesuai dengan Model TGT (Teams Games Tournament) secara maksimal. Observasi aktivitas siswa yang dilakukan oleh guru kelas dapat disimpulkan bahwa pada pertemuan I pembelajaran menggunakan Model TGT (Teams Games Tournament) memperoleh jumlah 89 dengan kategori A (Sangat Baik), siswa dalam bekerjasama sudah melibatkan semua anggota kelompok, setiap kelompok mendiskusikan materi yang sedang diajarkan.

Pada pertemuan ke-II pembelajaran menggunakan Model TGT (Teams Games Tournament) yang diterapkan oleh peneliti memperoleh jumlah 96 dengan kategori A (Sangat Baik). Terjadi peningkatan dibandingkan dengan pertemuan pertama, hal ini dikarenakan peneliti sudah menggunakan Model TGT (Teams

(15)

Games Tournament) secara maksimal dan sudah terbiasa dengan siswa serta dapat menguasai kelas. Siswa terlihat senang dalam mengikuti pembelajaran. Observasi aktivitas siswa yang dilakukan oleh guru kelas dapat disimpulkan bahwa pada pertemuan II pembelajaran menggunakan Model TGT (Teams Games Tournament) memperoleh jumlah 92 dengan kategori A (Sangat Baik). Aktivitas siswa sudah meningkat dibandingkan dengan pertemuan I. siswa dalam bekerjasama dengan kelompoknya terlihat kompak dan senang melakukan percobaan-percobaan yang ada dalam LKS.

4.1.8 Hasil Analisis Data Siklus II

Analisis penelitian setelah pembelajaran menggunakan Model TGT (Teams Games Tournament) yang terdiri dari 2 pertemuan pada Siklus II dan diperoleh hasil belajar pada pertemuan ke-2 seperti pada tabel 4.5

Tabel 4.5

Rekapitulasi Nilai Siklus II (KKM ≥70)

Skor Kriteria Frekuensi Persentase %

< 70 Tidak Tuntas 2 5,6 %

≥ 70 Tuntas 34 94,4 %

Jumlah 36 100 %

Dari tabel 4.5 dapat dilihat bahwa dengan menggunakan Model TGT (Teams Games Tournament) ada peningkatan jika dibandingkan dengan nilai yang diperoleh pada Siklus I, untuk skor nilai < 70 terdapat 2 siswa dengan persentase 5,6% dan skor nilai ≥ 70 terdapat 34 siswa dengan persentase 94,4%. Jadi dapat dilihat dari nilai KKM yaitu 70 maka jumlah siswa yang tuntas sebanyak 34 siswa dari jumlah keseluruhan 36 siswa dengan rata-rata 85,19 nilai tertinggi 100 dan nilai terendah 67.

Untuk lebih jelasnya data nilai pada tabel 4.5 dapat dilihat pada distribusi frekuensi diagram batang pada gambar 4.5

(16)

Gambar 4.5 Grafik Hasil Perolehan Nilai Siklus II

Perolehan nilai ketuntasan belajar siswa Siklus II dapat diketahui bahwa siswa yang memiliki nilai kurang dari KKM sebanyak 2 siswa. Sedangkan yang sudah mencapai ketuntasan minimal sebanyak 34 siswa. Persentase belajar siswa pada tabel 4.5 dapat dilihat pada gambar 4.6

Berdasarkan pada gambar 4.6 kegiatan pembelajaran dengan menggunakan Model TGT siswa yang belum tuntas sebanyak 2 siswa dengan persentase 6% sedangkan siswa yang tuntas dalam belajarnya sebanyak 34 siswa dengan persentase 94% yang berarti indikator kinerja penelitian pada Siklus II telah tercapai dengan baik.

4.1.9 Refleksi Siklus II

Setelah selesai pembelajaran pada Siklus II maka dilaksanakan evaluasi untuk mengukur keberhasilan siswa dalam penguasaan materi. Hasil evaluasi

0 5 10 15 20 25 30 35 40 < 70 ≥ 70 6% 94% Gambar 4.6

Diagram Lingkaran Hasil Belajar Siklus II

< 70Tidak Tuntas ≥ 70 Tuntas

(17)

yang diperoleh siswa dengan ketuntasan belajar nilai 70 maka diperoleh dari seluruh jumlah siswa yang berjumlah 36 siswa dalam belajarnya sebanyak 34 siswa yang tuntas dengan mendapat nilai ≥70.

Berdasarkan hasil evaluasi siswa, ketuntasan yang ditentukan telah meningkat, semula 75% menjadi 94% dengan nilai maksimal 100 dan minimal 67, rata-rata semula 75,53 menjadi 85,19. Dengan demikian berdasarkan hasil evaluasi tertulis siswa pada Siklus II telah mencapai indikator kinerja dan mengalami peningkatan dibandingkan Siklus I.

Diketahui hasil pengamatan pada Siklus I yaitu penggunaan Model TGT (Teams Games Tournament) dalam penerapannya masih banyak kekurangan yang terjadi, saat siswa melakukan diskusi guru kurang memantau diskusi siswa, siswa saat melakukan diskusi cenderung berbicara dengan teman dan membicarakan hal yang lain diluar materi pembelajaran.

Pada Siklus II ini telah dilakukan perbaikan yaitu saat siswa melakukan diskusi peneliti berkeliling dari kelompok satu ke kelompok lainnya untuk memantau dan membimbing siswa dalam menyelesaikan tugas kelompok, dan untuk mengurangi intensitas siswa yang berbicara sendiri di luar topik pembelajaran, peneliti memberikan hadiah kepada setiap kelompok yang paling aktif dalam berdiskusi dan bekerjasama serta kelompok yang paling cepat mengerjakan LKSnya. Siswa merasa terpacu untuk melakukan diskusi secara aktif dan saling kerjasama tiap kelompok karena diberi rangsangan yang berupa hadiah. 4.1.10 Rekapitulasi Nilai Sebelum Tindakan, Siklus I, Siklus II

Berikut ini dapat dilihat tabel nilai sebelum tindakan, Siklus I dan Siklus II Tabel 4.6

Rekapitulasi Nilai Kondisi Awal,

Silus

I dan Siklus II N

o

Nilai Kondisi Awal Siklus I Siklus II frekuensi persen Frekuensi persen frekuensi persen

1 Tdk Tuntas 24 66,7% 9 25% 2 5,6%

2 Tuntas 12 33,3% 27 75% 34 94,4%

(18)

Dari tabel rekapitulasi pengelompokkan nilai pada tabel 4.6 dapat dilihat adanya peningkatan jumlah siswa yang tuntas dalam mata pelajaran IPA terbukti untuk klasifikasi tuntas sebelum diadakan tindakan yang tuntas hanya 12 siswa. Sedangkan setelah Siklus I siswa yang tuntas ada 27 siswa dan setelah Siklus II yang tuntas ada 34 siswa. Ini membuktikan bahwa pembelajaran menggunakan Model TGT (Teams Games Tournament) dapat meningkatkan hasil belajar IPA. Pada klasifikasi tidak tuntas, sebelum tindakan terdapat 24 siswa yang tidak tuntas, setelah Siklus I ada 9 siswa yang tidak tuntas dan setelah Siklus II ada 2 siswa yang tidak tuntas belajar. Hal ini dapat dilihat pada gambar 4.7

Gambar 4.7 Grafik Hasil Perolehan Nilai Pra Siklus, Siklus I, Siklus II

4.2 Pembahasan Hasil Penelitian

Hasil observasi sebelum tindakan yang dilakukan di kelas V SD Negeri Mlilir 01 Kecamatan Bandungan Kabupaten Semarang ditemukan bahwa hasil belajar IPA masih rendah. Hal ini disebabkan karena kurangnya keaktifan yang terjadi selama proses pembelajaran. Siswa cenderung bermain sendiri dan tidak memperhatikan proses pembelajaran. Siswa cenderung mendengarkan ceramah guru sehingga siswa terkesan bosan pada proses pembelajaran. Siswa masih bekerja secara individual, tidak tampak kreatif siswa dan siswa tidak dibiasakan mengembangkan keterampilan bekerjasama dalam sebuah kelompok kecil. Siswa terlihat jenuh karena pembelajaran selalu monoton sehingga nilai rata-rata

0 5 10 15 20 25 30 35 sebelum tindakan siklus I siklus II tidak tuntas tuntas

(19)

pelajaran IPA rendah. Nilai rata-rata yang didapatkan siswa sebelum tindakan adalah 64,2 dengan nilai tertinggi 86 dan nilai terendah 24. Siswa yang mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) hanya 12 siswa atau 33,33% sedangkan siswa yang belum mencapai KKM ada 24 siswa atau 66,66%.

Adanya perbandingan yang signifikan antara jumlah siswa yang tuntas dan tidak tuntas maka pembelajaran diperbaiki dengan menggunakan Model TGT (Teams Games Tournament) yang dilaksanakan dalam 2 Siklus.

Siklus I dengan penerapan Model TGT (Teams Games Tournament) siswa yang mencapai KKM sebanyak 27 siswa atau 75% dan yang belum mencapai KKM ada 9 siswa atau 25%.

Siklus II dengan penerapan Model TGT (Teams Games Tournament) siswa yang mencapai KKM sebanyak 34 siswa atau 94,4% dan yang belum mencapai KKM ada 2 siswa atau 5,6%.

Gambar

Gambar 4.3 Grafik Hasil Perolehan Nilai Siklus I
Gambar 4.5 Grafik Hasil Perolehan Nilai Siklus II
Gambar 4.7 Grafik Hasil Perolehan Nilai Pra Siklus, Siklus I, Siklus II

Referensi

Dokumen terkait

Dengan mengetahui proses pembinaan Pramuka di SD Negeri Pangen Gudang, diharapkan dapat menjadi contoh bagi sekolah- sekolah lain yang kegiatan Pramukanya masih

kedalam sumur dan bisikan bahwa akan ada yang membunuhnya (halusinasi auditorik), mengaku melihat hantu berupa pocong di sekitarnya (halusinasi visual). Gangguan

Pada prakteknya penegakan hukum yang dilakukan oleh polisi senantiasa mengandung 2 (dua) pilihan. Pilihan pertama adalah penegakan hukum sebagaimana yang

Hasil penelitian menujukkan bahwa kelompok eksperimen yang menggunakan metode pemberian tugas terstruktur lebih efektif dari pada kelompok kontrol yang menggunakan metode

The objectives of the study are (1) To know the morphological process on derivational affixes found in research proposals made by English alumni of Education Department

Moreover, incorporation of nickel particle on MCF silica materials resulted in a decrease in textural parameters like total surface area, total pore volume, cell size

Sebagaimana kita ketahui, jika alih fungsi lahan hutan tersebut dilakukan sesuai dengan peruntukannya, yaitu sesuai dengan lingkungan yang mempunyai ekosistem

äyrien muoto on pääpiirteissään vastannut ihannekäyrää, joten sonnien valinnassa ei tutkimuksen käsittämänä aikana näytä kiinni- tetyn huomiota rinnan syvyyteen.