STUDI DAN ANALISA KUALITAS PERMUKIMAN DI DESA MAGUWOHARJO KECAMATAN DEPOK SLEMAN
Hidayat Jati Dewanto 1, Syifa Alfiyah 2, Lilik Andriyani 3, Raden Pranantya Hapsara 4, Alfia Nur 5
Sains Informasi Geografi dan Pengembangan Wilayah, Fakultas Geografi, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, 2015
Abstrak
Permukiman atau tempat tinggal merupakan salah satu kebutuhan primer manusia sehingga semakin banyak jumlah penduduk maka semakin tinggi kebutuhan akan permukiman. Permasalahan permukiman biasanya terjadi di kawasan perkotaan karena kawasan perkotaan cenderung memiliki jumlah penduduk yang tinggi sehingga analisis kualitas permukiman penting untuk dilakukan. Parameter yang digunakan dalam melakukan analisis kualitas permukiman adalah kepadatan rumah, pola permukiman, luas blok, lokasi permukiman, air bersih, sanitasi, lebar jalan dan kondisi jalan. Metode yang digunakan adalah skoring dan overlay parameter penentu kualitas permukiman dengan interpretasi Citra Quickbird dan software ArcMap 10.1. Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan kuantitatif berjenjang tertimbang yaitu dengan memberikan bobot pada masing-masing parameter sesuai dengan pengaruh dari parameter tersebut terhadap kualitas permukiman. Hasil dari penelitian ini adalah Peta Kualitas Permukiman Daerah Maguwoharjo dan Sekitarnya. Kualitas permukiman di Daerah Maguwoharjo termasuk kedalam kategori baik.
Kata kunci: Permukiman, Kualitas permukiman, Kuantitatif berjenjang tertimbang
PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang
Rumah adalah salah satu dari tiga kebutuhan primer manusia yang harus terpenuhi. Rumah merupakan bangunan yang berfungsi sebagai tempat tinggal manusia. Manusia sebagai makhluk sosial pun tidak dapat hidup sendiri dan membutuhkan orang lain. Hal tersebut pun tergambar dari rumah yang selalu dijumpai bergerombol membentuk suatu permukiman dari
komunitas atau masyarakatnya. Permukiman pun pada akhirnya menjadi wadah bagi manusia untuk tumbuh dan berkembang di dalam suatu komunitas atau masyarakat.
dan perdesaan. Jumlah penduduk perkotaan yang jauh lebih tinggi
dibandingkan perdesaan
menyebabkan kebutuhan
permukiman di perkotaan lebih besar dibanding perdesaan. Persebaran penduduk di perkotaan pun terkadang tidak merata,
sehingga kepadatan
permukimannya pun tidak merata. Gambaran singkat tersebut secara tidak langsung menyiratkan bahwa permasalahan permukiman di perkotaan akan lebih kompleks dibanding permukiman perdesaan.
Permasalahan permukiman di perkotaan selalu berpengaruh pada kualitas permukiman yang ada. kualitas permukiman memiliki makna erat kaitannya dengan kondisi suatu permukiman yang berbeda-beda sesuai dengan kemampuan penghuninya dalam memanfaatkan permukiman tersebut. Kualitas permukiman tersebut meliputi kualitas fisik
permukiman, lingkungan
permukiman, lingkungan sosial, tingkat pelayanan fasilitas kota, dan kualitas bangunan. Kualitas permukiman yang sangat dinamis dan mengikuti perkembangan
penduduknya memerlukan
perhatian khusus agar kualitasnya tidak menurun dan menimbulkan kerugian bagi lingkungan serta kualitas masyarakatnya.
Informasi dan data terbaru mengenai permukiman sangat dibutuhkan bagi kajian kualitas permukiman. Informasi tersebut dapat disadap secara detail melalui citra dengan resolusi spasial tinggi. penggunaan citra Quickbird dalam
menyadap informasi terkait permukiman sangat baik karena resolusi spasial yang tinggi, yaitu 2,44 meter untuk multispectral dan 0,61 meter untuk pankromatik (Adeline et al, 2012). Informasi-informasi yang didapat dari citra tersebut yaitu kepadatan rumah, tata letak, luas blok permukiman, lokasi permukiman, kondisi halaman, dan informasi mengenai lebar dan kondisi jalan. Informasi yang berkaitan dengan kualitas lingkungan dan tidak dapat disadap dari citra yaitu kondisi sanitasi dan kondisi air bersih.
Kecamatan Maguwoharjo merupakan kawasan perkotaan di Kabupaten Sleman, Provinsi D.I. Yogyakarta. Walaupun kecamatan tersebut tidak berada di Kota Yogyakarta, kecamatan tersebut memiliki sifat perkotaan dan jumlah penduduk yang cukup tinggi. Dinamika penduduk di kecamatan tersebut akan berpengaruh bagi permukiman dan
kualitas permukiman
penduduknya. Peningkatan jumlah permukiman tanpa perencanaan yang matang akan berdampak negatif, misalnya estetika daerah menurun, munculnya permukiman kumuh, keteraturan bangunan yang rendah, sanitasi yang buruk, dan sebagainya sehingga kajian terhadap kualitas permukiman sangat dibutuhkan di kecamatan ini.
I.2. Rumusan Masalah
1. Tingginya jumlah penduduk di
menyebabkan jumlah permukiman meningkat.
2. Peningkatan jumlah
permukiman akan selalu berkaitan dengan kualitas permukiman.
3. Kualitas permukiman akan berpengaruh pada kualitas masyarakat yang tinggal di dalamnya.
I.3. Tujuan dan Manfaat
1. Mampu memanfaatkan data penginderaan jauh untuk mengestimasi jumlah penduduk dan memperkirakan jumlah permukiman yang ada.
2. Mengetahui kualitas
permukiman berupa kepadatan rumah, tata letak, luas blok
permukiman, lokasi
permukiman, kondisi halaman, dan informasi mengenai lebar dan kondisi jalan yang disadap dari data penginderaan jauh. 3. Mengetahui pengaruh kualitas
permukiman dengan kualitas masyarakat yang tinggal di dalam permukiman dengan
menggunakan data
penginderaan jauh dan observasi lapangan terkait dengan data kualitas sanitasi dan kualitas air bersih.
II. TINJAUAN PUSTAKA
Geografi sebagai ilmu yang bersifat human oriented menyebabkan pengertian permukiman ataupun pemukiman dalam geografi permukiman selalu dikaitkan dengan manusia dan kepentingannya. Secara lengkap pengertian permukiman dalam geografi, dapat diartikan sebagai segala bentukan artifisial maupun natural
dengan segala kelengkapannya yang dipergunakan oleh manusia baik secara individu maupun kelompok untuk bertempat tinggal baik sementara maupun menetap dalam rangka menyelenggarakan kehidupannya.
Keman (2005: 32) mengungkapkan kualitas permukiman yang baik haruslah memiliki sarana dan prasarana yang memadai dan didukung oleh perilaku penghuninya. Satuan lingkungan pemukiman adalah kawasan permukiman dalam berbagai bentuk dan ukuran dengan penataan tanah dan ruang, prasarana dan sarana lingkungan terstruktur yang memungkinkan pelayanan dan pengelolaan yang optimal. Prasarana lingkungan permukiman adalah kelengkapan dasar fisik lingkungan yang memungkinkan lingkungan pemukiman dapat berfungsi sebagaimana mestinya. Namun dalam perkembangannya, terdapat sejumlah masalah permukiman yang saat ini timbul diantaranya kepadatan bangunan, tidak mencukupinya jaringan air bersih, dan pembuangan air kotor yang tidak termanajemen dengan baik.
untuk mencapai kebersihan lingkungan (sanitation), kondisi lingkungan terutama lingkungan social cultural, namun demikian lingkungan fisik alami perlu mendapatkan perhatian (environment condition) dan 3 aspek keindahan dan arsitektural dari bangunan yang ada secara sendiri atau kelompok (aestetic and architectural aspects).
III. Metode Penelitian III.1. Alat dan Bahan
Sumber data yang digunakan dalam kajian kualitas permukiman kota adalah citra penginderaan jauh resolusi spasial tinggi dan survei lapangan.
Alat dan Bahan :
1. Citra Quickbird skala 1:5000 sebagian daerah Maguwoharjo, Depok, Sleman 2. Software ArcGIS 10.1
3. Daftar Isian Lapangan
4. Data-data penentuan perhitungan kualitas permukiman
Penelitian ini terdiri dari dua tahap yaitu tahap pralapangan (interpretasi citra) dan tahap lapangan (survei lapangan).
.
III.2. Tahap pralapangan
Pada tahap pralapangan hal yang harus dikerjaan meliputi pengarahan dalam persiapan penelitian dengan penilaian parameter kualitas permukiman yaitu pemberian skoring pada parameter kepadatan rumah, pola permukiman, luas
blok, lokasi permukiman dan lebar jalan. Setelah itu dilakukan interpretasi citra yang terdiri atas blok permukiman, atap, dan jalan. Hasil kegiatan pralapangan adalah Peta Tentatif Kualitas Permukiman. Peta ini didapatkan dari hasil skoring beberapa parameter untuk menentukan kualitas permukiman. Parameter yang digunakan yaitu:
3.2.1 Kepadatan Rumah
Kepadatan rumah pada setiap satuan pemetaan dihitung dengan rumus :
Bobot tertinggi yaitu 3 dari penentuan kualitas permukiman karena dilihat dari semakin padat rumah dalam satu blok maka tingkat kenyamanan sebagai tempat tinggal semakin rendah.
3.2.2 Tata letak/ Pola permukiman
Pola permukiman melihat tata letak permukimannya teratur atau tidak teratur. Semakin teratur pola permukiman dan aksebilitas semakin mudah maka kualitas permukiman baik. Menilai tata letak atau pola pengaturan letak bangunan rumah, dengan rincian sebagai berikut:
Kepadatan
Rumah Kategori Harkat
5-20% Baik 3
21-60% Sedang 2
<60% Buruk 1
Tata Letak Kategori Harkat
>50% Baik 3
25-50% Sedang 2
Dengan ketentuan. Tata letak >50% bangunan teratur, bangunan menghadap jalan, akses baik. Tata letak 25-50% pengaturan cukup teratur. Dan tata letak <25% tata letak bangunan kurang tertata.
3.2.3 Luas Blok
Luas blok dapat digunakan untuk melihat kepadatan permukiman. Jika luas blok masuk ke dalam kategori yang kecil tetapi bangunannya banyak maka kepadatannya makin tinggi, dan jika kepadatan tinggi maka kualitas permukimannya semakin buruk.
3.2.4 Lokasi Permukiman
Menilai parameter lokasi permukiman dengan rinci sebagai berikut :
kondisi lokasi
permukiman kategori harkat
Jauh dari
sumber polusi, dekat dengan dengan sumber polusi atau lokasi rentan bencana.
Sedang 2
Lokasi dekat dengan polusi, dekat dengan sumber polusi udara maupun suara.
Buruk 1
3.2.5 Lebar Jalan
Software arcgis 10.1 dan citra PJ dapat membantu mengetahui lebar jalan sehingga dapat melakukan pengukuran lebar jalan tanpa harus survei ke lapangan. Lebar jalan dikategorikan baik, sedang dan buruk. Dikatakan baik apabila lebar jalan rata-rata >6m dan dapat dilalui mobil besar. Perhitungan besarnya lebar jalan rata-rata :
Keterangan : Lb = Lebar Jalan Pj = Panjang Jalan
Semakin lebar jalan di suatu permukiman maka aksesbilitas menuju permukiman tersebut semakin tinggi sehingga kualitas permukiman semakin baik.
3.3 Tahap lapangan
Pada tahap lapangan meliputi uji akurasi dari hasil interpretasi yang telah dilakukan dengan cara survei ke daerah kajian. Pemberian skoring parameter air bersih, sanitasi, kondisi jalan dan halaman yang diperoleh dari pengamatan lapangan. Parameter air bersih dan sanitasi diperoleh dari hasil wawancara. Untuk memperoleh data pada tahap lapangan, parameter yang digunakan yaitu :
3.3.1 Air Bersih
Air bersih dengan mengetahui sumber air dari tiap permukiman dengan metode wawancara apakah menggunakan PAM, sumur atau sungai. Kualitas permukiman dinilai baik jika sumber air bersihnya berasal dari PAM dan tetap terdapat sumur.
Pam, dan Sumur Baik 3 Pam saja atau
Sungai Buruk 1
3.3.2 Kondisi Jalan
Mengamati kondisi jalan di permukiman dengan melihat material jalan yang digunakan seperti aspal, tanah, atau beton dan memperhatikan kualitas jalannya, apakah dalam kondisi yang rusak, bergelombang atau halus.
3.3.3 Sanitasi
Penilaian kesehatan (Air bersih dan letak sanitasi). Sanitasi merupakan penyehatan lingkungan kaitanya dengan
limbah. Sanitasi dikatakan baik apabila jika pembuangan limbahnya tidak dibuang ke sungai tetapi dibuang ke septic tank. Jika sanitasi baik maka kualitas permukiman juga baik.
3.3.4 Halaman
Jika halamannya luas maka ruang yang tersedia untuk aktivitas manusia masih banyak, sehingga tidak sempit dan terbatas serta tingkat kenyamanan tinggi maka kualitas permukimannya baik. Kondisi jalan Kategori Harkat
>50% telah diperkeras dengan aspal
semen atau
konblok
Baik 3
25-50%
diperkeras Sedang 2
<25% belom
diperkeras Buruk 1
Kondisi halaman Kategori Harkat
>50% Halaman rumah luas dan terawat dengan baik
Baik 3
25-50% terawat dengan baik Sedang 2
Diagram Alir Penelitian
8
CITRA
Interpretasi visual
Peta Tentatif Blok Permukiman
Penilaian parameter
Kepadata
n rumah Pola permukima n
Aksesibilitas
Kondisi halaman Pohon
pelindung Lokasi permukima n
pembobotan
Peta Tentatif Kualitas Permukiman
Survei Lapangan
Cek Interpretasi Wawancara
Blok
permukiman Kualitas permukima n
Interpretasi visual
Sanitasi Air bersih Pengukuran parameter
pada titik sampel
Pola permukima n
Aksesibilitas
Kondisi halaman Pohon
pelindung
Lokasi permukima n
Hasil Survei Lapangan