• Tidak ada hasil yang ditemukan

Standarisasi Penyampaian Informasi Alur sungai

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Standarisasi Penyampaian Informasi Alur sungai "

Copied!
36
0
0

Teks penuh

(1)

i Karya Tulis Ilmiah

Standarisasi Penyampaian Informasi Alur Pelayanan Kesehatan

untuk Meningkatkan Pengetahuan Masyarakat terkait Program

BPJS dengan Menggunakan Bahasa Daerah di Kalimantan

Selatan

OLEH:

1. Jajar Martono (NIM. I1B113010)

2. Daru Dwi Utomo (NIM. I1B113028)

3. Ghina Pangestika (NIM. I1B114060)

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

BANJARBARU

(2)
(3)

iii

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyusun dan menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah yang berjudul Standarisasi Penyampaian Informasi Alur

Pelayanan Kesehatan untuk Meningkatkan Pengetahuan Masyarakat terkait

Program BPJS dengan Menggunakan Bahasa Daerah di Kalimantan Selatan

ini tepat pada waktu yang telah ditentukan. Karya Tulis Ilmiah ini diajukan guna memenuhi syarat untuk Perlombaan IDENTIC 2015 FSIM FK UNLAM.

Penulis dalam kesempatan ini mengucapkan terima kasih kepada Ns. Endang Pertiwiwati, MARS. selaku dosen pembimbing yang telah memberikan bimbingan pada penulisan ini. Tak lupa pula penulis mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak lain yang telah membantu atau memberikan dukungan baik secara langsung maupun tidak langsung.

Penulis menyadari isi Karya Tulis Ilmiah ini masih jauh dari kategori sempurna, baik dari segi kalimat, isi maupun dalam penyusunan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun dari pembimbing, juri dan rekan-rekan semua sangat penulis harapkan demi kesempurnaan Karya Tulis Ilmiah ini. Akhir kata, semoga Karya Tulis Ilmiah ini berguna bagi penulis pada khususnya dan para pembaca pada umumnya serta bermanfaat bagi instansi terkait dalam perbaikan dan penambahan program yang berhubungan dengan permasalahan yang diangkat.

Banjarbaru, 20 Oktober 2015

(4)
(5)

v

Tabel/Ga mbar

2.1 2.2 3.1

4.1

Skema Konsep Manajemen

Strategis………... Interaksi manajemen kesehatan dengan instansi lain...………... Kerangka Konsep Pelayanan Kesehatan Untuk Meningkatkan Pengetahuan Masyarakat terkait Program BPJS dengan Menggunakan Bahasa Daerah di Kalimantan Selatan ... Posisi Komunikasi dalam Menunjang Efektivitas Pelayanan publik...

Halaman

7 8

(6)

Standarisasi Penyampaian Informasi Alur Pelayanan Kesehatan untuk Meningkatkan Pengetahuan Masyarakat terkait Program BPJS dengan

Menggunakan Bahasa Daerah di Kalimantan Selatan

Jajar Martono1, Daru Dwi Utomo1, Ghina Pangestika1

1Program Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Kedokteran, Universitas Lambung Mangkurat

Email : Jajarmartono31@gmail.com

Kesehatan merupakan suatu kebutuhan manusia yang wajib terpenuhi, untuk mencapai aspek terpenuhi beberapa komponen harus terlampaui. Dalam prosesnya kesehatan memiliki suatu sistem, yakni sistem pelayanan kesehatan masyarakat yang terintegritas ke multi disiplin profesional. Disiplin profesional itu antara lain, tenaga keperawatan dan juga tenaga medis lainnya yang terikat dan terkoneksi dalam sistem yang sistematis. BPJS merupakan suatu BUMN yang diluncurkan pemerintah dalam kebijakan terbarunya terkait kesehatan, BPJS memiliki berbagai macam program yang berdampak langsung kepada masyarakat kedalam berbagai kalangan, tak terkecuali masyarakat Kalimantan Selatan. Namun, pada praktiknya untuk regional Kalimantan Selatan angka pesertanya masih kecil <30% dari rata-rata semua Provinsi yang ada di Indonesia dan munculnya berbagai permasalahan, permasalaha ini menjadi evaluasi nyata untuk pihak terkait dalam hal publikasi maupun sosialisasi program. Tujuan dari penelitian ini adalah menjelaskan mengenai konsep Standarisasi Penyampaian Informasi Alur Pelayanan Kesehatan untuk Meningkatkan Pengetahuan Masyarakat terkait Program BPJS dengan Menggunakan Bahasa Daerah di Kalimantan Selatan. Karya tulis ini menggunakan metode integrative literature review dan respondensi kuesioner dengan spesifik area pada Upaya Peningkatan Pengetahuan Masyarakat dalam Mengaplikasikan Program BPJS. Pengumpulan data yang digunakan adalah metode studi pustaka berdasarkan studi literature konvensional dan e-library yang telah teruji validitasnya, berhubungan, relevan, serat mendukung uraian dan analisis pembahasan.

(7)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Kesehatan menurut UU No. 23/1992 tentang kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomi. Sistem Kesehatan Indonesia adalah suatu tatanan yang menghimpun berbagai upaya bangsa Indonesia secara terpadu dan saling mendukung guna tercapainya derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya sebagai perwujudan kesejahteraan umum seperti yang dimaksud dalam pembukaan UUD 1945 (Anhari, 2009).

Di negara negara maju, peranan asuransi kesehatan menjadi penting karena telah tumbuh demand terhadap pelayanan kesehatan. Secara merata di negara negara maju, sistem asuransi kesehatan berjalan dengan pendekatan ekonomi yaitu demnad and suplai, sedangakan bagi mereka orang miskin maka negara akan memberikan bantuan. Asuransi Kesehatan adalah suatu jenis prosuk asuransi yang secara khusus menjamin biaya kesehatan atau perawatan pada anggota asuransi tersebut jika mereka jatuh sakit atau mengalami kecelakaan(Kasim, 2010).

Alur dalam pelayanan kesehatan di indonesia terbagi menjadi 2 yaitu pada tingkat pertama dan tingkat lanjutan. Untuk fasilitas tingkat pertama berupa Puskesmas perawatan ataupun Puskesmas non-perawatan, polikinik TNI/POLRI, dan praktek dokter umum ataupun spesialis. Pada tingkat ini pasien mendapat pelayanan kesehatan dan pelayanan rawat inap di Fasilitas Keshatan Tingkat Pertama sesuai dengan indikasi. Untuk fasilitas kesehatan tingkat lanjutan berupa Rumah Sakit Umum (RSU), Rumah Sakit Umum Daerah(RSUD), serta berbagai rumah sakit serupa. Pada fasilitas kesehatan tingkat lanjutan pasien harus menunjukkan Kartu Peserta dan menyerahkan surat rujukan dari Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama / surat perintah kontrol pasca rawat inap.

(8)

Kesehatan merencanakan kebutuhan belanja kesehatan seluruh Peserta per tahun sesuai dengan asumsi risiko, menegosiasikan tarif pelayanan di suatu wilayah dengan Asosiasi Fasilitas Kesehatan, membayar fasilitas kesehatan sesuai kinerja, dan menyelenggarakan kendali mutu dan kendali biaya. BPJS Kesehatan membayar Fasilitas Kesehatan dengan prinsip berbagi risiko finansial dengan Fasilitas Kesehatan secara prospektif. BPJS Kesehatan membayar Fasilitas Kesehatan tingkat pertama di muka untuk satu populasi peserta yang terdaftar(Eka, 2014).

Manfaat dari BPJS adalah pelayanan kesehatan perorangan menyeluruh yang mencakup pelayanan peningkatan kesehatan (promotif), pelayanan pencegahan penyakit, (preventif), pengobatan dan perawatan (kuratif) dan pemulihan kesehatan (rehabilitatif), termasuk obat dan bahan medis habis pakai sesuai dengan kebutuhan medis yang diperlukan. Pelayanan kesehatan perorangan tersebut terdiri atas manfaat medis dan manfaat non medis. Klasifikasi pelayanan didasari atas perbedaan hak peserta karena adanya perbedaan besaran iuran(Eka,2014).

Sejak dioperasionalkan 1 Januari 2014, BPJS Kesehatan memiliki beragam permasalahan, banyak aspek yang belum matang dan menjadi persoalan. Kurangnya sosialisasi dan perubahan struktur di dalam BPJS dinilai menjadi penyebab munculnya permasalahan tersebut. Kebanyakan masyarakat belum tahu mengenai sistem rujukan. Inilah yang menjadi persoalan, ketika sudah datang ke rumah sakit tersier pasien akan dilayani jika sudah mendapatkan rujukan dari peyanan kesehatan primer. Sistem rujukan sudah diatur dalam Peraturan Menteri Kesehatan No. 001/2012 Tentang Sistem Rujukan Pelayanan Kesehatan Perorangan (PMK). Sistem rujukan mengatur alur dari mana dan harus ke mana seseorang yang mempunyai masalah kesehatan tertentu untuk memeriksakan masalah kesehatannya(Kompasiana, 2014).

(9)

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas maka masalah dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut : Bagaimana Standarisasi Penyampaian Informasi Alur Pelayanan Kesehatan untuk Meningkatkan Pengetahuan Masyarakat terkait Program BPJS dengan Menggunakan Bahasa Daerah di Kalimantan Selatan

1.3.Tujuan Penelitian

1.3.1. Tujuan Umum

Penelitian ini bertujuan untuk mengamati penyampaian informasi tentang alur pelayanan kesehatan untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang BPJS dengan menggunakan bahasa daerah yaitu bahasa Banjar di Kalimantan Selatan

1.3.2. Tujuan Khusus

1. Mengukur sejauh mana pengetahuan masyarakat terkait program BPJS 2. Meningkatkan pemahaman masyarakat terkait program BPJS.

3. Menggunakan bahasa daerah sebagai media peningkatan komunikasi dalam penyampaian informasi.

4. Menganalisis tingkat kepuasan masyarakat terkait program BPJS agar mudah diaplikasikan dan dipraktekkan.

1.4. Manfaat Penulisan

1. Bagi mahasiswa, menjadi acuan dalam pendukungan program BPJS dan juga perbaikan sistem dalam pelayanan BPJS agar lebih bisa dipahami masyarakat dengan baik.

2. Bagi pemerintah, diharapkan menjadi acuan dalam pembuatan aturan baru yang mengatur tentang BPJS agar semakin sistematik dan berkesesuaian dengan daerah.

(10)
(11)

BAB II

TELAAH PUSTAKA

2.1 Sistem Pelayanan Kesehatan

Sistem adalah suatu keterkaitan di antara elemen-elemen pembentuknya dalam pola tertentu untuk mencapai tujuan tertentu (System is interconnected parts or elements in certain pattern of work). Berdasarkan

pengertian ini dapat diinterpretasikan ada dua prinsip dasar suatu sistem, yakni: (1) elemen, komponen atau bagian pembentuk sistem; dan (2) interconnection, yaitu saling keterkaitan antar komponen dalam pola tertentu.

Keberadaan sekumpulan elemen, komponen, bagian, orang atau organisasi sekalipun, jika tidak mempunyai saling keterkaitan dalam tata-hubungan tertentu untuk mencapi tujuan maka belum memenuhi kriteria sebagai anggota suatu sistem.

Sistem Kesehatan adalah suatu jaringan penyedia pelayanan kesehatan (supply side) dan orang-orang yang menggunakan pelayanan tersebut (demand side) di setiap wilayah, serta negara dan organisasi yang melahirkan sumber

daya tersebut, dalam bentuk manusia maupun dalam bentuk material. Dalam definisi yang lebih luas lagi, sistem kesehatan mencakup sektor-sektor lain seperti pertanian dan lainnya. (WHO; 1996).

Dalam batas-batas yang telah disepakati, tujuan sistem kesehatan adalah (Kementerian Kesehatan RI, 2008):

1. Meningkatkan status kesehatan masyarakat. Indikatornya banyak, antara lain Angka Kematian Ibu, Angka Kematian Bayi, Angka kejadian penyakit dan berbagai indikator lainnya.

2. Meningkatkan responsiveness terhadap harapan masyarakat. Dalam hal ini masyarakat puas terhadap pelayanan kesehatan.

(12)

2.2 Manajemen Pelayanan Kesehatan di Indonesia

Manajemen kesehatan adalah penerapan manajemen umum dalam sistem pelayanan kesehatan masyarakat, sehingga yang menjadi objek atau sasaran manajemen adalah sistem yang berlangsung (Notoatmodjo ,2007).

Manajemen pelayanan kesehatan berarti penerapan prinsip-prinsip manajemen dalam pealayan kesehatan untuk sistem dan pelaksanaan pelayanan kesehatan dapat berjalan dengan baik, sesuai dengan prosedur, teratur, menempatkan orang-orang yang terbaik pada bidang-bidang pekerjaannya, efisien, dan yang lebih penting lagi adalah dapat menyenangkan konsumsi atau membuat konsumen puas terhadap pelayanan kesehatan yang diberikan (Suyadi, 2011).

Pelayanan kesehatan mencakup semua pelayanan yang bertumpu pada diagnosis suatu penyakit dan perlakuan yang harus diberikan, atau sistem promosi, perawatan dan restorasi kesehatan. Hal ini mencakup pelayanan kesehatan yang bersifat personal dan non personal. Pelayanan kesehatan merupakan fungsi yang paling mudah nampak dari semua sistem kesehatan, baik kepada pengguna maupun terhadap masyarakat umum. Penyediaan layanan menunjukkan semua input yang dapat mendukung pelayanan kesehatan seperti berbagai input dana, staf, peralatan dan obat-obatan. Peningkatan akses, kemampuan dan kualitas pelayanan tergantung pada ketersediaan semua pendukung tersebut, mutu dari terorganisasinya suatu sistem dan manajemen yang berlaku, dan juga besarnya insentif yang diberikan kepada para pelaku teknis. Hal ini tentunya pada ujungnya akan mempengaruhi besarnya dana yang harus dibayarkan oleh konsumen (Suyadi, 2011).

2.2.1 Konsep Manajemen Strategi dalam Pengembangan Pelayanan

Kesehatan

(13)

erbatas pada aspek pelaksanaan rencana, teapi lebih jauh lagi ke aspek visi, misi, dan tujuan kelembagaan (Suyadi,2011).

Secara singkat, beberapa penulis seperti Duncan dkk (1995), Truitt (2002), dan Katshioloudes (2002) mengambbarkan manajemen strategis sebagai langkah-langkah para pemimpin organisasi melakukan berbagai kegiatan secara sistematis. Langkah-langkah tersebut antara lain melakukan analisis lingkungan organisasi yang memberi gambaran mengenai peluang dan ancaman. Kemudian langkah berikutnya melakukan analisis kekuatan dan kelemahan organisasi dalam konteks lingkungan internal. Kedua langkah ini dilakukan dalam usaha menetapkan visi, misi dan tujuan organisasi.

2.2.2. Interdisipliner dalam Manajemen Pelayanan Kesehatan

Konsep interdisipliner dapat dipahami dari dua sisi yang berbeda meskipun dengan tujuan akhir penyelesaian suatu permasalahan yang sama yaitu secara komprehensif, yaitu (1) pandangan bahwa interdisipliner dipandang sebagai suatu

(14)

kajian atau kerja sekelompok ahli dari berbagai bidang ilmu, dan (2) dipandang sebagai suatu pandangan baru pada individu seseorang tentang penyelesaian suatu permasalahan yang dapat dilakukan secara komprehensif melalui pendekatan beberapa bidang ilmu (Suyadi, 2011).

Gambar 2.2 Interaksi manajemen kesehatan dengan instansi lain. Nampak adanya kebutuhan kerja harmonis antara unsur dan subunsur manajemen yang merupakan suatu hubungan interdisipliner (Suyadi,2011).

2.3 Program BPJS

Badan Penyelenggara Jaminan Sosial atau BPJS merupakan lembaga yang dibentuk untuk menyelenggarakan program jaminan sosial di Indonesia menurut Undang-undang Nomor 40 Tahun 2004 dan Undang-undang Nomor 24 Tahun 2011. Sesuai Undang-undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional, BPJS merupakan badan hukum nirlaba.

(15)

menjadi BPJS dilakukan secara bertahap. Pada awal 2014, PT Askes akan menjadi BPJS Kesehatan, selanjutnya pada 2015 giliran PT Jamsostek menjadi BPJS Ketenagakerjaan. Lembaga ini bertanggung jawab terhadap Presiden. BPJS berkantor pusat di Jakarta, dan bisa memiliki kantor perwakilan di tingkat provinsi serta kantor cabang di tingkat kabupaten kota.

Program BPJS Kesehatan merupakan sebuah inovasi baru didalam bidang jasa perasuransian, BPJS Kesehatan menggunakan sistem yang lain dari jasa asuransi pada umumnya. Terdapat 9 prinsip yang digunakan oleh BPJS Kesehatan yang menjadikan BPJS Kesehatan berbeda dengan jasa asuransi lain, seperti; prinsip gotong- royong/subsidi silang, prinsip nirlaba, prinsip keterbukaan, kehati-hatian, akuntabilitas, prinsip portabilitas, kepesertaan wajub, prinsip dana amanat, dan prinsip hasil pengelolaan dana digunakan seluruhnya untuk pengembangan program dan sebesar-besarnya untuk kepentingan peserta. Pada awal kehadiran program ini masyarakat masih mempertanyakan mengenai kejelasan program ini karena masih sulitnya informasi yang didapatkan masyarakat mengenai program BPJS Kesehatan sehingga masyarakat masih belum mengetahui mengenai apa itu program BPJS Kesehatan, bagaimana pelaksanaanya hingga manfaat yang ditawarkan oleh BPJS Kesehatan (Prescilla Roesalya, 2014).

2.4 Pengaplikasian JKN

Kesehatan sebagai sebuah pelayanan bagi masyarakat yang membutuhkan adalah komitmen pemerintah untuk mewujudkannya .Dengan perwujudan layanan kesehatan ,maka pemerintah telah berusaha agar seluruh masyarakat dapat merasakan haknya,dalam hal ini yaitu hak memperoleh kesehatan (Monalisa, 2015).

(16)

Dengan diselenggarakan Program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) pasien yang berobat di rumah sakit semakin meningkat. Hal ini disebabkan masyarakat Indonesia sudah sadar akan pentingnya arti kesehatan. Dengan meningkatnya pasien yang berobat rawat jalan di rumah sakit maka beban kerja menjadi bertambah.

(17)

BAB III

METODE PENULISAN

3.1 Sumber dan Jenis Data

Untuk mendapatkan tujuan yang diinginkan dalam karya tulis ini, maka penulis menggunakan metode integrative literature review untuk spesifik area pada konservasi hutan untuk peningkatan kelestarian keanekaragaman hayati di Indonesia dengan model kekinian yang diharapkan dapat memberikan kontribusi dan integrasi pengetahuan terkait topik karya tulis.

3.2 Teknik Pengumpulan Data

Dalam pengumpulan karya tulis ini digunakan metode studi pustaka dan respondensi, berdasarkan studi terhadap berbagai literature konvensional dan e-library yang telah teruji validitasnya, berhubungan satu sama lain, relevan dengan

kajian tulisan serta mendukung uraian dan analisis pembahasan dengan kata kunci pencarian data adalah “Upaya peningkatan Pengetahuan Masyarakat dalam Mengaplikasikan Program BPJS”.

3.3 Analisis Data

Setelah data yang diperlukan terkumpul, dilakukan pengolahan data dengan menyusun dari yang terkumpul secara sistematis. Teknik analisis data yang dipilih adalah analisis deskriptif argumentatif dengan tulisan bersifat deskriptif.

3.4 Penarikan Kesimpulan

(18)

3.5 Kerangka Konsep

Gambar 3.1 Kerangka Konsep Pelayanan Kesehatan Untuk Meningkatkan Pengetahuan Masyarakat terkait Program BPJS dengan Menggunakan Bahasa Daerah di Kalimantan Selatan.

Optimalisasi Derajat Kesehatan dalam Era Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) dan Jaminan Kesehatan Nasional

Upaya peningkatan Pengetahuan Masyarakat dalam mengaplikasikan program BPJS

Local Wisdom

Bahasa Daerah Budaya

Metode Penyampaian

Petugas BPJS

Standarisasi Penyampaian Informasi Alur

Pelayanan Kesehatan untuk

Meningkatkan Pengetahuan Masyarakat terkait

Program BPJS dengan Menggunakan Bahasa Daerah di Kalimantan Selatan Evaluasi

Sasaran : Masyarakat Kota

(19)

BAB IV

PEMBAHASAN

Pelayanan publik/public service merupakan hal yang sangat penting dan harus diperhatikan oleh pemerintah karena memenuhi kebutuhan banyak orang. Selain itu pelayanan publik juga merupakan salah satu komponen dalam masalah kesejahteraan rakyat. Pelayanan publik harus dilaksanakan dengan baik karena yang menikmati kebijakan ini adalah seluruh warga negara Indonesia. Berdasarkan berbagai jenis pelayanan publik yang ada, pelayanan kesehatan bagi masyarakat merupakan salah satu pelayanan publik yang paling disoroti karena dinilai kurang baik dalam pelayanannya.

4.1Pelayanan Kesehatan

(20)

Rakyat Republik Indonesia pada tanggal 28 Oktober 2011. Badan yang dibentuk untuk menyelenggarakan program jaminan. BPJS dibagi menjadi 2 macam yaitu (Sigit, 2015):

1. BPJS Kesehatan 2. BPJS Ketenagakerjaan

Jaminan kesehatan sebagai salah satu komponen jaminannasional yang merupakan jaminan berupa perlindungan kesehatan agar peserta memperoleh manfaat pemeliharaan kesehatan dan perlindungan dalam memenuhikebutuhan dasar kesehatan yang diberikan kepada setiap orang yang telah membayar iuran atau iurannya dibayar oleh pemerintah. Aplikasi dari penerapan jaminan nasional tersebut dilaksanakan oleh BPJS Kesehatan. BPJS Kesehatan adalah badan yang dibentuk untuk menyelenggarakan program jaminan kesehatan dan mulai beroperasional pada tanggal 1 Januari 2014 (Sigit, 2015).

Berbagai asuransi kesehatan yang telah ditetapkan pemerintah sebelumnya yang telah berjalan yakni JAMKESMAS bagi masyarakat yang kurang mampu dan ASKES bagi pegawai negeri sipil sertaTNI/Polri yang mulai pada tahun 2005.Kedua program ini mempunyai tujuan yang sama yakni untuk menjamin dan memenuhi kebutuhan kesehatan masyarakat. Pelaksanaan program jaminan kesehatan ini pun merupakan program berlanjut yang kemudian diserahkan kepada Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan sesuai undang-undang SJSN (Monalisa, 2015).

BPJS juga merupakan transformasi dari empat badan usaha milik negara (BUMN) yaitu PT. Askes, Jamsostek, Taspen dan Asabri. Pelayanan kesehatan adalah subsistem pelayanan kesehatan yang tujuan utamanya adalah pelayanan preventif (pencegahan) dan promotif (peningkatan) dengan sasaran masyarakat (Notoatmodjo, 2011). Rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat.Dimana rumah sakit memegang peranan penting terhadap meningkatnya derajat kesehatan masyarakat (UU Nomor 44 Tahun 2009).

(21)

maupun rumah sakit swasta yang telah bekerja sama dengan BPJS Kesehatan.salah satu rumah sakit pemerintah yang memberikan pelayanan BPJS Kesehatan ini (Monalisa, 2015).

Dalam meningkatkan pelayanannya,BPJS Kesehatan berusaha untuk memenuhi kebutuhan masyarakat terutama dalam hal jaminan kesehatan.Pemerintah berupaya agar semua masyarakat Indonesia dapat berpartisipasi dalam program BPJS Kesehatan ini dengan menekankan bahwa setiap masyarakat wajib menjadi anggota BPJS Kesehatan agar semua masyarakat mendapatkan hak perlindungan kesehatan yang baik,sebagaimana yang menjadi tujuan Negara dalam UUD 1945 yaitu untuk mensejahterahkan seluruh masyarakat Indonesia (Monalisa, 2015).

4.2Program BPJS dan JKN

JKN (Jaminan Kesehatan Nasional) adalah program Pemerintah yang bertujuan memberikan kepastian jaminan kesehatan yang menyeluruh bagi seluruh rakyat Indonesia untuk dapat hidup sehat, produktif dan sejahtera.

Kesehatan adalah hak dasar setiap orang, dan semua warga negara berhak mendapatkan pelayanan kesehatan. UUD 1945 mengamanatkan bahwa jaminan kesehatan bagi masyarakat, khususnya yang miskin dan tidak mampu, adalah tanggung jawab pemerintah pusat dan daerah. Pada UUD 1945 Perubahan, Pasal 34 ayat 2 menyebutkan bahwa negara mengembangkan Sistem Jaminan Sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Pemerintah menjalankan UUD 1945 tersebut dengan mengeluarkan UU No 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) untuk memberikan jaminan sosial menyeluruh bagi setiap orang dalam rangka memenuhi kebutuhan dasar hidup yang layak menuju terwujudnya masyarakat Indonesia yang sejahtera, adil, dan makmur. Dalam UU No 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan juga ditegaskan bahwa setiap orang mempunyai hak yang sama dalam memperoleh akses atas sumber daya di bidang kesehatan dan memperoleh pelayanan kesehatan yang aman, bermutu, dan terjangkau (TNP2K, 2014).

(22)

dan/atau anggota keluarganya. Dalam SJSN, terdapat Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) yang merupakan bentuk komitmen pemerintah terhadap pelaksanaan jaminan kesehatan masyarakat Indonesia seluruhnya. Sebelum JKN, pemerintah telah berupaya merintis beberapa bentuk jaminan sosial di bidang kesehatan, antara lain Askes Sosial bagi pegawai negeri sipil (PNS), penerima pensiun dan veteran, Jaminan Pemeliharaan Kesehatan (JPK) Jamsostek bagi pegawai BUMN dan swasta, serta Jaminan Kesehatan bagi TNI dan Polri. Untuk masyarakat miskin dan tidak mampu, sejak tahun 2005 Kementerian Kesehatan telah melaksanakan program jaminan kesehatan sosial, yang awalnya dikenal dengan nama program Jaminan Pemeliharaan Kesehatan bagi Masyarakat Miskin (JPKMM), atau lebih populer dengan nama program Askeskin (Asuransi Kesehatan Bagi Masyarakat Miskin). Kemudian sejak tahun 2008 sampai dengan tahun 2013, program ini berubah nama menjadi program Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas).

Seiring dengan dimulainya JKN per 1 Januari 2014, semua program jaminan kesehatan yang telah dilaksanakan pemerintah tersebut (Askes PNS, JPK Jamsostek, TNI, Polri, dan Jamkesmas), diintegrasikan ke dalam satu Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan (BPJS Kesehatan). Sama halnya dengan program Jamkesmas, pemerintah bertanggungjawab untuk membayarkan iuran JKN bagi fakir miskin dan orang yang tidak mampu yang terdaftar sebagai peserta Penerima Bantuan Iuran (PBI) (TNP2K, 2014).

4.2.1 Prinsip Pelaksanaan Program JKN/BPJS

Dalam penyelenggaraannya BPJS Kesehatan memiliki Visi dan Misi untuk mencapai mutu pelayanan yang baik kepada seluruh penduduk Indonesia peserta jaminan kesehatan nasional ini (www.bpjs-kesehatan.go.id).

a. Visi BPJS Kesehatan

(23)

b. Misi BPJS Kesehatan

1. Membangun kemitraan strategis dengan berbagai lembaga dan mendorong partisipasi masyarakat dalam perluasan kepesertaan Jaminan Kesehatan Nasional (JKN);

2. Menjalankan dan memantapkan sistem jaminan pelayanan kesehatan yang efektif, efisien, dan bermutu kepada peserta melalui kemitraan yang optimal dengan fasilitas kesehatan;

3. Mengoptimalkan pengelolaan dana program jaminan sosial dan dana BPJS Kesehatan secara efektif, efisien, transparan, dan akuntabel untuk mendukung kesinambungan program;

4. Membangun BPJS Kesehatan yang efektif berlandaskan prinsip-prinsip tata kelola organisasi yang baik dan meningkatkan kompetensi pegawai untuk mencapai kinerja unggul;

5. Mengimplementasikan dan mengembangkan sistem perencanaan dan evaluasi, kajian, manajemen mutu dan manajemen resiko atas seluruh operasionalisasi BPJS Kesehatan;

6. Mengembangkan dan memantapkan teknologi informasi dan komunikasi untuk mendukung operasionalisasi BPJS Kesehatan.

4.2.2 Peserta JKN/BPJS

Di dalam Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) diamanatkan bahwa seluruh penduduk wajib menjadi peserta jaminan kesehatan termasuk WNA yang tinggal di Indonesia lebih dari enam bulan. Untuk menjadi peserta harus membayar iuran jaminan kesehatan.

(24)

Berdasarkan Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2013 tentang Jaminan Kesehatan Bab II tentang peserta dan kepesertaan yang tercantum dalam Pasal 2 bahwa peserta Jaminan Kesehatan meliputi (Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2013 Pasal 16) :

a. Penerima Bantuan Iuran Jaminan Kesehatan

Peserta PBI Jaminan Kesehatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal huruf a meliputi orang yang tergolong fakir miskin dan orang tidak mampu.

b. Bukan Penerima Bantuan Iuran Jaminan Kesehatan

Peserta bukan PBI Jaminan Kesehatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 huruf b merupakan Peserta yang tidak tergolong fakir miskin dan orang tidak mampu yang terdiri atas :

1. Pekerja Penerima Upah dan anggota keluarganya, meliputi : a) Pegawai Negeri Sipil (PNS)

b) Anggota TNI c) Anggota Polri d) Pejabat Negara

e) Pegawai Pemerintah Non Pegawai Negeri f) Pegawai Swasta

2. Pekerja yang tidak termasuk huruf a sampai huruf f yang menerima upah. Pekerja Bukan Penerima Upah dan anggota keluarganya, meliputi :

a) Pekerja di luar hubungan kerja atau pekerja mandiri

b) Pekerja yang tidak termasuk huruf a yang bukan penerima upah. 3. Bukan Pekerja dan anggota keluarganya, meliputi :

a) Investor b) Pemberi Kerja c) Penerima Pensiun d) Veteran

(25)

f) Bukan pekerja yang tidak termasuk huruf a sampai dengan huruf e yang mampu membayar iuran.

g) Pekerja yang tidak termasuk huruf a sampai huruf f yang menerima upah.

4. Pekerja Bukan Penerima Upah dan anggota keluarganya, meliputi : a) Pekerja di luar hubungan kerja atau pekerja mandiri; dan

b) Pekerja yang tidak termasuk huruf a yang bukan penerima upah. 5. Bukan Pekerja dan anggota keluarganya, meliputi :

a.) Investor b.) Pemberi Kerja c.) Penerima Pensiun; d.) Veteran;

e.) Perintis Kemerdekaan

f.) Bukan pekerja yang tidak termasuk huruf a sampai dengan huruf e yang mampu membayar iuran.

4.2.3 Iuran Program BPJS/JKN

Dalam aplikasinya di Indonesia untuk program BPJS Kesehatan didapatkan bahwa masyarakat Indonesia yang terdiri dari 3 golongan peserta mampu memilih paket manfaat asuransi mereka sendiri dengan batasan besarnya iuran yang dibayarkan. Tiga golongan tersebut, yaitu golongan pertama untuk peserta dengan besarnya tarif iuran sebesar Rp 59.500,00, golongan kedua untuk peserta dengan besarnya tarif iuran sebesar Rp 42.500,00, dan golongan ketiga untuk peserta dengan besarnya tarif iuran sebesar Rp 25.500,00 (Handayani,2013).

(26)

Peran serta masyarakat dalam membayar iuran sangat tergantung dengan willingness to pay (WTP) masyarakat itu sendiri. WTP atau kesediaan atau kemauan membayar adalah kesediaan individu untuk membayarkan sejumlah uang sebagai premi (premium) dalam rangka memperbaiki kualitas lingkungan (Wright et al,2009).

Masyarakat dapat berperan aktif dalam berpartisipasi memilih manfaat asuransi sesuai keinginan mereka. Masyarakat juga mampu memilih paket manfaat asuransi mereka secara bijaksana. Dengan menerapkan kebijaksanaan ini dapat mendukung keberhasilan program asuransi bagi masyarakat. Paket manfaat yang sesuai dengan keinginan masyarakat akan mendorong kemauan masyarakat dalam membayar iuran dan menekan subsidi pemerintah bagi biaya kesehatan (Dror et al. 2006).

4.2.4 Manfaat Menjadi Peserta JKN/BPJS

Berdasarkan Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2013 tentang Jaminan Kesehatan Bab V tentang Manfaat Jaminan Kesehatan yang tercantum dalam Pasal 21 bahwa Manfaat Pelayanan Promotif dan Preventif, meliputi pemberian pelayanan :

a. Penyuluhan Kesehatan Perorangan. Meliputi paling sedikit penyuluhan mengenai pengelolaan faktor resiko penyakit dan perilaku hidup bersih dan sehat;

b. Pelayanan Imunisasi Dasar. Meliputi Baccile Calmett Guerin (BCG), Difteri Pertusis Tetanus dan Hepatitis-B (DPT-HB), Polio, dan

Campak yang disediakan oleh Pemerintah dan/atau Pemerintah Daerah;

c. Pelayanan Keluarga Berencana. Meliputi konseling, kontrasepsi dasar, vasektomi, dan tubektomi bekerja sama dengan lembaga yang membidangi keluarga berencana yang disediakan oleh Pemerintah dan/atau Pemerintah Daerah;

(27)

4.2.5 Prosedur Pelayanan JKN/BPJS

Standar Operasional Prosedur pelayanan BPJS Kesehatan yang dilaksanakan dan diatur dalam Peraturan BPJS Kesehatan Nomor 4 Tahun 2014 oleh pemerintah.Ini bertujuan agar pelayanan yang diberikan BPJS Kesehatan berjalan efektif dan efisien sesuai dengan mekanisme atau prosedur yang telah ditetapkan. Maka implementasi standar operasional prosedur dalam pelayanan BPJSKesehatan dapat dilihat dari empat variable yang dikemukakan oleh George C Edwards III yakni (Edwards, 1980):

a) Komunikasi

Komunikasi yaitu saling berhubungannya pihak penyelenggara

BPJS Kesehatan dengan pemberi pelayanan dan penerima pelayanan BPJS Kesehatan yang ada. Komunikasi merupakan langkah awal dalam pelaksanaan kebijakan atau program yang akan diberlakukan untuk mencapai sasaran. Tujuannya yaitu untuk pelaksanaan kebijakan atau program yang lebih efektif dan terkontrol sebagaimana tujuan yang ditetapkan.

(28)

komunikasi antar pihak pemberi pelayanan agar program berjalan dengan baik. Komunikasi mengunakan bahasa daerah dalam bentuk sosialisasi ini dilakukan agar masyarakat atau peserta BPJS Kesehatan dapat lebih memahami SOP dari BPJS Kesehatan.

b) Sumber daya

Sumber daya yaitu kualitas atau daya kerja setiap pihak pelaksana BPJS Kesehatan, pemberi pelayanan dan penerima pelayanan BPJS Kesehatan serta sumber sumber biaya maupun jasa yang telah diterapkan dalam melaksanakan program tersebut.

c) Disposisi

Disposisi yaitu watak dan karakteristik yang hsrus dimiliki oleh implementor pelaksana program SOP BPJS Kesehatan dan pemberi pelayanan kesehatan seperti komitmen, kejujuran, konsistensi dan lain sebagainnya.

d) Struktur birokrasi

Struktur birokrasi yang merupakan susunan komponen (unit-unit kerja) dalam pelaksanaan program BPJS Kesehatan yang menunjukan adanya pembagian kerja serta adanya kejelasan bagaimana fungsi-fungsi atau kegiatan yang berbeda-beda diintegrasikan atau dikoordinasikan.

4.3Penggunaan Bahasa Daerah dalam Komunikasi

4.3.1 Aspek Komunikasi

Berbagai definisi komunikasi dikemukakan para pakar. Antara lain adalah Claude Shannon dan Warren Weaver7 mendefinisikan komunikasi merupakan penyampaian informasi, ide, perasaan (emosi), keahlian, dan sebagainya melalui penggunaan simbolsimbol seperti kata-kata, gambar, bentuk, grafik, dan sebagainya. Sedangkan Harold Laswell memberikan definisi komunikasi sebagai who says to whom in what channel with what effect (siapa mengatakan kepada siapa melalui media apa dan memberikan

(29)

komunikasi yaitu pelaku/pengirim pesan, penerima pesan, isi pesan, media yang digunakan, dan dampak yang terjadi (Andi, 2010).

Dalam komunikasi dikenal adanya model-model komunikasi, antara lain model komunikasi interaksional dikemukakan oleh Wilbur Schramm menekankan interaksi antara dua pihak yang berlangsung secara dua arah dan menghasilkan umpan balik sebagai tanggapan atau respon. Pengalaman dan latar belakang seseorang berpengaruh terhadap komunikasi yang terjadi. Model berikutnya adalah komunikasi transaksional, dimana pengiriman dan penerimaan pesan berlangsung secara kooperatif yaitu bahwa pengirim maupun penerima pesan sama-sama bertanggung jawab terhadap dampak dan efektivitas komunikasi yang terjadi sehingga ada kesamaan makna yang terbangun (Andi, 2010).

Komponen utama yang harus dipenuhi dalam menyelenggarakan pelayanan publik adalah tersedianya sumber daya aparatur (man), ketersediaan anggaran (money), sarana dan prasarana pelayanan (material), dan metode (method) seperti standar operasional prosedur (SOP). Tidak diperlukan komponen machine dalam konteks pelayanan pada tulisan ini karena produk yang dihasilkan oleh unit pelayanan dalam tulisan ini adalah jasa, bukan barang. Sedangkan peralatan yang dipergunakan baik berupa mesin dan sebagainya merupakan faktor penunjang terselenggaranya pelayanan, dimana faktor tersebut dimasukkan sebagai komponen sarana dan prasarana.

(30)

Berdasarkan model gambar tersebut, terlihat bahwa komunikasi yang baik merupakan variabel antara sebagai jembatan bagi para penyelenggara pelayanan publik untuk mewujudkan pelayanan publik yang efektif. Sedangkan komponen man, money, material dan method merupakan variabel bebas (independent) sebagai modal utama untuk mewujudkan public service effectivity sebagai variabel tergantung (dependent).

4.3.2 Bahasa Daerah

Bahasa daerah adalah suatu bahasa yang dituturkan disuatu wilayah dalam sebuah negara kebangsaan pada suatu daerah kecil, negara bagian federal, provinsi, atau daerah yang lebih luas. Pulau Kalimantan terbagi menjadi 5 provinsi secara administratif yang terbagi atas Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur, Kalimantan Tengah, Kalimantan Barat dan Kalimantan Utara. Disetiap daerahnya mendominasi berbagai bahasa daerah, mulai dari bahasa dayak sampai bahasa banjar. Bahasa banjar adalah sebuah bahasa austronesia dari rumpun melayu yang dipertuturkan oleh suku Banjar di Kalimantan Selatan.

Bahasa banjar tak hanya digunakan oleh suku Banjar saja, tapi sudah sering digunakan oleh berbagai kalangan di Kalimantan dikarenakan penyebaran masyarakat Kalimantan Selatan yang sudah tersebar diberbagai tempat di Kalimantan, salah satu faktor pendukung penyebaran itu adalah karena perniagaan. Maka dari itu, bahasa banjar sering dikatakan sebagai bahasa nasional di pulau Kalimantan.

4.3.3 Penyampaian Program BPJS/JKN dengan Menggunakan Bahasa

Daerah

(31)

program yang ada didalamnya, baik melalui media televisi sampai media cetak seperti koran, atau majalah.

Diasumsikan melalui upaya ini seluruh masyarakat mengetahui dan mengikuti berbagai program BPJS ini, masyarakat Kalimantan Selatan juga bisa menjadi pelopor untuk program ini di regional Kalimantan sendiri. Berdasarkan Statistik yang dikeluarkan terjadi peningkatan secara umum di Indonesia terkait program ini dengan angka 31,6 Juta jiwa untuk program jamkesda, dan 76,4 juta jiwa untuk program jamkesmas dengan total peserta 108 juta jiwa (PPJK Depkes, 2010).

Posisi Kalimantan Selatan termasuk kategori propinsi dengan peserta Jamkesmas dibawah 1 juta jwa atau lebih tepatnya berada pada angka 843.837 jiwa pada tahun 2010 hal itu berarti untuk pengelolaan jamkesmas sekarang diganti BPJS terendah di Indonesia berada pada angka 25,52 % dengan perbandingan jumlah penduduk di Kalimantan Selatan dan terendah bila dibandingkan dengan Propinsi lain yang ada di Pulau Kalimantan. Hal ini semakin membuktikan bahwa tingkat penggunaan program BPJS masyarakat Kalimantan Selatan masih rendah bila diakumulasikan secara totoal dengan rerata di Indonesia tiap propinsinya berada pada angka 34,58% (PPJK Depkes RI, 2011).

(32)
(33)

BAB V

PENUTUP

5.1. Kesimpulan

Sistem pelayanan kesehatan Indonesia sudah sangat tersistematis dan terstandar profesional yang mengikutsertakan berbagai kalangan profesional mulai dari tenaga perawat sampai tenaga medis lainnya. Berbagai produk kebijakan kesehatan sudah dikeluarkan pemerintah untuk meningkatkan status kesehatan masyarakat Indonesia, salah satunya melalui program BPJS dan JKN yang dikuatkan berbagai aturan pemerintah. Kalimantan Selatan sebagai provinsi yang integritas arus transfortasi dan komunikasinya cukup baik di Kalimantan seharusnya menjadi pelopor penegakkan program BPJS.

Menurut data statistik yang didapat, angka peserta BPJS/Jamkesmas masih rendah dibanding dengan provinsi lain di Kalimantan. Hal ini didukung dengan kuesioner yang tim peneliti bagikan, faktor utamanya adalah kendala dalam penyampaian informasi yang menggunakan Bahasa Indonesia yang baku. Penggunaan bahasa daerah, yakni Bahasa Banjar sebagai sarana penyampaian informasi sangat aplikatif karena digunakan semua orang di kalangan masyarakat Kalimantan Selatan khususnya dan Pulau Kalimantan secara umumnya.

5.2. Saran

(34)

Abdul wahab, S. 1996. Pengantar Analisis Kebijaksanaan Negara. Jakarta : Rineka Cipta.

Alamsyah, D. 2011. Manajemen Pelayanan Kesehatan. Cetakan Pertama. Yogyakarta: Penerbit Nuha Medika.

Arianto, Kurniawan. Jaminan Kesehatan Dalam Sistem Jaminan Sosial Nasional di Indonesia. Jurnal Administrasi Publik. 2011.

Bungin, M. Burhan. 2006. Sosiologi Komunikasi : Terori, Paradigma, dam Diskursus Teknologi Komunikasi di Masyarakat. Jakarta : Prenada

Media Group.

Bustami. 2011. Penjaminan Mutu Pelayanan Kesehatan & Akseptabilitasnya. Jakarta : Erlangga.

Edi, S. Pengaruh Pelayanan Puskesmas Terhadap Kepuasan Pasien di Puskesmas Adiarsa Karawang Timur. Jurnal Manajemen Januari 2012; 09 (02):

609-621.

International Labor Organization, Recommendation No. 202 of 2012

regarding the National Floors of Social Protection Kasim, Felix. Tinjauan Tata Laksana Pelayanan Kesehatan Melalui Sistem

Asuransi Kesehatansi Rs Prof. Dr. WZ Yohannes Kupang. 2009.

Indonesian Journal of Health Sevice Management. Volume 13. Nomor 02. Hal 99 – 104 .

Komala, Lukiati. 2009. Ilmu Komunikasi: Perspektif, Proses, dan Konteks. Bandung : Widya Padjajaran.

Martha, Merry Mahayu Prana. 2013. Kualitas Pelayanan Kesehatan Penerima Jamkesmas di RSUD Ibnu Sina Gresik. Jurnal FISIP. 173-185.

Muninjaya, A.A. Gde. 2011. Manajemen Mutu Pelayanan Kesehatan . Jakarta : EGC

Notoatmodjo, S. 2007. Kesehatan Masyarakat: Ilmu dan Seni. Cetakan Pertama. Jakarta : Penerbit Rineka Cipta.

(35)

Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan oleh BPJS Kesehatan. 2013. Jakarta: BPJS

Peraturan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan. 2014. Peraturan BPJS Kesehatan Nomor 1 Tentang Penyelenggaraan Jaminan Kesehatan. Republik Indonesia

Pinontoan, Monalisa Eirene. Dengo, Salmin. Ruru, Joorie. Implementasi Standar Operasional Prosedur Dalam Pelayanan BPJS Kesehatan di RSU Prof. Dr. Kandou Manado.

Pohan IS. 2006. Jaminan Mutu Layanan Kesehatan: Dasar-dasar Pengertian dan Penerapan. Jakarta: EGC.

Prakoso, Sigit Budhi. Efektivitas Pelayanan Kesehatan Bpjs Di Puskesmas Kecamatan Batang. Economics Development Analysis Journal. 2015 Putri R. Kesiapan PT Askes (Persero) Cabang Manado dalam Bertransformasi

Menjadi Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan. Tesis Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi. Manado, 2008.

Putri, Asih Eka. 2014. Buku Saku 4 : Paham JKN ( Jaminan Kesehatan Nasional ). Jakarta : Friedrich-Ebert-Stiftung Kantor Perwakilan Indonesia.

Rahman, Fauzie. Pujianti, Nita. Yulia Anhar, Vina. Riana Sari, Ayu. The Implementation Of BPJS Health Program At Public Health Center

Martapura In Banjar Regency . International Refereed Journal of

Engineering and Science. Volume 4. April 2015. PP.26-28

Retnowati, Dinik. 2008. Kualitas Pelayanan Kesehatan di Puskesmas Bringin Kabupaten Semarang(Analisis Tingkat Kepuasan Masyarakat). Jurnal FISIP.

Santosa, Heru. 2010. Persepsi Masyarakat Terhadap Kualitas Pelayanan Kesehatan di Puskesmas Binjai Kota. Jurnal IKM. 166-171.

Saputra, Tri Agus. 2010. Pengaruh Kinerja Perawat Terhadap Kepuasan Pasien Pengguna Kartu Jamkesmas Dalam Pelayanan Keperawatan di RSUD

(36)

Approah. 2011

Swayne LE., Duncan WJ., and Ginter. 2005. Strategic Management Of Health Care Organization. Blackwell Business.

Vivian John. 2008. Teori Komunikasi Massa. Jakarta : Fajar Putra Grafika

Winarno, Budi, 2002. Teori dan Proses Kebijakan Publik. Yogyakarta : Media Presindo.

Gambar

Gambar 2.1 Skema Konsep Manajemen Strategis (Trisnantoro, 2005)
Gambar 2.2 Interaksi manajemen kesehatan dengan instansi lain. Nampak
Gambar 3.1 Kerangka Konsep Pelayanan Kesehatan Untuk Meningkatkan Pengetahuan Masyarakat terkait Program BPJS dengan Menggunakan Bahasa Daerah di Kalimantan Selatan
Gambar 4.1 Posisi Komunikasi dalam Menunjang Efektivitas Pelayanan

Referensi

Dokumen terkait

Hal ini tentunya bertentangan dengan Pasal 9 ayat (1) huruf e UUJN yang menegaskan bahwa seorang Notaris diberhentikan sementara dari jabatannya apabila sedang menjalani

Menurut Hasbi metode komparasi yang dalam ilmu fikih disebut fikih muqaran dimaksudkan sebagai suatu ilmu yang menerangkan hukum syara’ dengan mengemukakan pendapat yang

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT) disertai dengan media

Oleh karena legitimasi jabatan tersebut ditentukan oleh rakyat dengan agenda politik yang disebut dengan pemilihan kepala daerah secara langsung (Pilkadasung), maka gereja juga

Persentase Sekolah yang memiliki Perpustakaan SMP/MTs % 50 Prosentase Angka Melanjutkan ke SMA/SMK Sederajat % 100 Prosentase Jumlah ruang kelas SMP/MTs yang memadai % 85. Rasio

Hasil praktikum pada preparat irisan melintang batang Apium graveolens dengan nama lokal seledri famili Apiaceae sudah sesuai dengan pustaka, karena pada

Hal lain yang diungkapkan yaitu puncak jaringan pipa siphon yang dilihat dari titik muka air masuk, harus disesuaikan dengan suhu dan tekanan udara