• Tidak ada hasil yang ditemukan

MAKALAH PROSES PERTUMBUHAN KELOMPOK aborrsi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "MAKALAH PROSES PERTUMBUHAN KELOMPOK aborrsi "

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Manusia diciptakan sebagai makhluk individu sekaligus sebagai makhluk sosial. Oleh karena itu, individu tidak dapat terlepaskan dengan orang lain lain. Setiap kali bertindak pasti ada keikut sertaan orang lain yang melengkapinya.

Kelompok menurut Meyrs 1996 adalah dua orang atau lebih dalam waktu beberapa lama (bukan sesaat) saling bereaksi, saling mempengaruhi, saling membutuhkan, memiliki harapan yang sama. Konsep dalam menjelaskan pengertian kelompok dapat di dasarkan pada :

 Persepsi (pemikiran)

Setiap orang dalam kelompok di katakan satu kelompok apabila memiliki persepsi yang sama atau hampir sama.

 Motivasi (dorongan) kekurangan yang menyertainya dalam kelompok tersebut.

 Kelebihan Kelompok, antara lain :

 Keterbukaan antar anggota kelompok untuk memberi dan menerima informasi & pendapat anggota yang lain.

 Kemauan anggota kelompok untuk mendahulukan kepentingan kelompoknya dengan menekan kepentingan pribadi demi kepentingan kelompok.

(2)

 Kekurangan Kelompok, Kelemahan pada kelompok bisa disebabkan karena waktu penugasan, tempat atau jarak anggota kelompok yang berjauhan yang dapat memengaruhi kualitas dan kuantitaspertemuan.

B. Tujuan

Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah sebagai berikut :  Untuk mengetahui mengapa manusia membutuhkan kelompok.  Mengetahui apa sajakah yang terjadi menjelang terbentuknya

kelompok.

 Dapat mengetahui tahap-tahap yang terjadi dalam pertumbuhan

kelompok. C. Manfaat

Manfaat yang dapat kita peroleh dari pembuatan makalah ini adalah sebagai pandangan dan pembelajaran bagi kita bahwa setiap manusia tidak dapat hidup sendiri tanpa adanya bantuan orang lain. Serta mengetahui apa pentingnya dan kegunaan kelompok.

(3)

PEMBAHASAN

A. Manusia Membutuhkan Kelompok

Manusia, baik sebagai makhluk individu maupun sebagai makhluk sosial, selalu berupaya untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Dorongan manusia untuk tergabung dalam suatu kelompok terjadi karena adanya tuntutan pemenuhan kebutuhan. Kebutuhan tersebut berupa : 1) kebutuhan utama, menyangkut kebutuhan fisik maupun biologis seperti makan minum,seksual, kesehatan, dan kebutuhan akan rasa aman; 2) kebutuhan sosial, menyangkut kepentingan untuk memenuhi kebutuhan utama, seperti berkomunikasi, melakukan kegiatan bersama,keteraturan sosial, dan kontrol sosial; 3) kebutuhan integratif, menyangkut hakikat manusia sebagai makhluk pemikir dan bermoral seperti kebutuhan akan adanya perasaan benar atau salah dan adil atau tidak adil, mengungkapkan perasaan dan sentimen-sentimen kolektif/ kebersamaaan, serta keyakinan diri tentang pengakuan atas keberadaan dirinya (Suparlan, 1999).

Menurut Yusuf (1998:69), Individu merupakan makhluk sosial maka memerlukan kelompok dengan harapan :

 Untuk melangsungkan kehidupan;  Untuk memenuhi kebutuhannya;

 Untuk mengembangkan potensi dirinya;  Untuk mengaktualisasikan dirinya;

Menurut Robius (1998), kelompok dibentuk atas dasar :

 Keamanan;

Menurut Forsyth suatu kelompok terbentuk dikarenakan :

(4)

 Kebutuhan akan informasi.

Secara mekanisasi, kelompok dapat terbentuk melalui kedekatan (proximity) dan daya tarik (attraction) tertentu. Selain itu, adanya kesamaan tujuan dan alasan ekonomi juga dapat menjadi penyebab mengapa orang mau berkelompok (Gibson et al, 1992). Melalui kedekatan, daya tarik, kesamaan tujuan, dan alasan ekonomi orang menjadi tahu sumber daya yang dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhannya.

B. Apa yang terjadi Menjelang Terbentuknya Kelompok

Pembentukan kelompok diawali dengan adanya perasaan atau persepsi yang sama dalam memenuhi kebutuhan. Setelah itu akan timbul motivasi untuk memenuhinya, sehingga ditentukanlah tujuan yang sama dan akhirnya interaksi yang terjadi akan membentuk sebuah kelompok.

Pembentukan kelompok dilakukan dengan menentukan kedudukan masing-masing anggota (siapa yang menjadi ketua atau anggota). Interaksi yang terjadi suatu saat akan memunculkan perbedaan antara individu satu dengan lainnya sehingga timbul perpecahan (konflik) Perpecahan yang terjadi bisanya bersifat sementara karena kesadaran arti pentingnya kelompok tersebut, sehingga anggotakelompok berusaha menyesuaikan diri demi kepentingan bersama. Akhirnya setelah terjadi penyesuaian, perubahan dalam kelompokmudah terjadi.

Langkah proses pembentukan Tim diawali dengan pembentukan kelompok, dalam proses selanjutnya didasarkan adanya hal-hal berikut :

Persepsi

(5)

kemampuan bahasa yang lebih baik. Dengan demikian diharapkan anggota yang memiliki kelebihan tertentu bisa menginduksi anggota lainnya.

Motivasi

Pembagian kekuatan yang berimbang akan memotivasi anggota kelompok untuk berkompetisi secara sehat dalam mencapai tujuan kelompok. Perbedaan kemampuan yang ada pada setiap kelompok juga akan memicu kompetisi internal secara sehat. Dengan demikian dapat memicu anggota lain melalui transfer ilmu pengetahuan agar bisa memotifasi diri untuk maju.

Tujuan

Terbentuknya kelompok karena memiliki tujuan untuk dapat menyelesaikan tugas-tugas kelompok atau individu.

Organisasi

Pengorganisasian dilakukan untuk mempermudah koordinasi dan proses kegiatan kelompok. Dengan demikian masalah kelompok dapat diselesaikan secara lebih efisien dan efektif.

Independensi

Kebebasan merupakan hal penting dalam dinamika kelompok. Kebebasan disini merupakan kebebasan setiap anggota untuk menyampaikan ide, pendapat, serta ekspresi selama kegiatan. Namun demikian kebebasan tetap berada dalam tata aturan yang disepakati kelompok.

Interaksi

(6)

C. Tahap-tahap Pertumbuhan KelompokTahap Pertumbuhan Kelompok

Dalam proses dinamika kelompok, jika diamati bagaimana kelompok mengalami kehidupan fase demi fase maka terlihat sebagai proses yang unik, yang akan dilalui oleh semua anggota dalam rangka menuju ke arah terbentuknya kelompok yang kohesif dan berfungsi untuk mencapai tujuan kelompok.

Fase pertumbuhan kelompok menurut Tuckman et al adalah : 1. Phase forming ( fase pembentukan rasa kekelompokkan)

2. Phase storming ( fase pancaroba)

3. Phase norming ( fase pembentukan norma)

4. Phase performing ( fase berprestasi) ( Weber, 1982)

Seperti dikemukakan diatas bahwa kehidupan dalam setiap tahap memiliki keunikan tersendiri dimana reaksi masing-masing anggota terhadap anggota lain pada tiap tahap berbeda-beda, sesuai dengan perkembangan pemahaman anggota terhadap anggota lain dan terhadap proses yang sedang berjalan. Semakin lama dan semakin intensif mereka berinteraksi , semakin berkembang pula komponen-komponen kepribadian yang mendukung kekompakan kelompok, seperti :

 rasa percaya pada anggota lain ( trust).

 keterbukaan diri satu sama lain (openess).

 perwujudan diri ( self realization), sebagai sikap berani menjadi diri sendiri dengan segala resikonya.

(7)

1. Phase Forming ( fase pembentukan rasa kekelompokkan)

Tahap pembentukan kelompok merupakan tahap awal dalam proses pertumbuhan kelompok. Pada tahap ini individu dalam kelompok melakukan berbagai penjajagan terhadap anggota lainnya mengenai hubungan antar pribadi yang dikehendaki kelompok, sekaligus mencoba berperilaku tertentu untuk mendapatkan reaksi dari anggota lainnya. Dalam kaitannya dengan tugas kelompok, tujuan kelompok belum jelas dan satu sama lain masih mencari-cari, diantara anggota mulai bertanya-tanya: ”mau menghasilkan apa kelompok ini, apa yang sesungguhnya diharapkan kelompok ini dari diri saya, ketentuan apa yang sudah ada dan yang belum ada, dan yang seharusnya ada”.

Dalam kaitannya dengan hubungan antar pribadi, semua anggota mulai menjajagi situasi kelompok : “siapa dia, siapa sebetulnya yang berkuasa disini”. Hubungan satu sama lainnya diliputi oleh perasaan malu-malu, ragu-ragu dengan sopan santun yang bersifat basa basi. Suasana hubungan satu dengan lainnya masih terlihat kaku, namun pada umumnya setiap individu senang memperlihatkan “akunya”, dengan menceritakan berbagai keunggulan diri secara lengkap dan berkepanjangan. Kondisi akhir yang diharapkan terjadi dalam fase ini adalah hilangnya kekakuan dalam hubungan antar pribadi. Produk akhir fase forming ini diharapkan terbentuknya rasa kekompakan diantara anggotanya ( Forsyth, 1983 dan Silberman, 1996). Beberapa instrumen yang digunakan fasilitator untuk tahap ini adalah : perkenalan berjenjang, yaitu dengan memberi kesempatan kepada peserta untuk saling mengenal secara mendalam, Kartu teka teki, dll.

2. Phase Storming ( fase pancaroba)

(8)

ini anggota kelompok mulai mendeteksi kekuatan dan kelemahan masing-masing anggota kelompok melalui proses interaksi yang intensif, ditandai dengan mulai terjadinya konflik satu sama lain, karena setiap anggota mulai menonjolkan akunya masing-masing, yang merasa kuat mengeksploitir anggota lain yang terlihat lemah, atau bahkan kadang-kadang ada anggota yang terlihat menentang kelompok. Dalam situasi yang penuh dengan kilatan pendapat ini, mulai terlihat siapa anggota yang kuat dan siapa anggota yang lemah, secara perlahan-lahan terlihat karakteristik gaya kepribadian masing-masing anggota. Ada yang ingin menang sendiri, ada yang lebih suka mengalah, ada pula yang mudah tersinggung dan kecewa lantas menarik diri. Ada anggota yang pandai menghimpun berbagai aspirasi yang berbeda menjadi satu kesatuan pendapat yang bisa diterima oleh seluruh anggota kelompok. Dalam tahap pancaroba semua anggota sudah mulai mengenal siapa dirinya dan siapa orang lain dalam kelompok, mulai terlihat kekuatan dan kelmahan masing-masing, mulai terlihat siapa yang pantas diserahi tugas sebagai pimpinan kelompok, siapa pemikir, siapa pelaksana, dlsb, peran masing-masing anggota mulai jelas. Dalam pertumbuhan sebuah kelompok, fase pancaroba merupakan fase yang paling panjang perjalanan waktunya, karena didalam fase inilah melalui berbagai bentuk konflik dan kerjasama, munculnya kesadaran dan pemahaman setiap anggota kelompok tentang adanya aspek-aspek kepribadian yang unik dalam hubungan antar manusia, seperti adanya persepsi, perbedaan dalam corak-corak komunikasi, perbedaan dalam gaya-gaya kepemimpinan antara individu yang satu dengan lainnya. Instrumen yang digunakan pada tahap ini adalah : sungai berbuaya, bujur sangkar retak, membangun pyramida, dll.

3. Phase Norming ( fase pembentukan norma)

(9)

kelompok satu sama lain sedah semakin mengenal kekuatan dan kelemahan, persamaan dan perbedaan gaya berperilaku masing-masing , mungkin ada perilaku anggota yang tidak disukai anggota lain. Dalam fase ketiga meskipun konflik masih terjadi terus, namun anggota kelompok mulai melihat karakteristik kepribadian masing-masing anggota secara lebih mendalam, sehingga lebih memahami mengapa terjadi perbedaan dan konflik, bagaimana berkomunikasi dengan orang-orang tertentu, bagaimana cara membantu orang lain dan bagaimana cara memperlakukan orang lain dalam kelompok. Dengan adanya pemahaman demikian, ikatan (cohesi) dan rasa percaya ( trust) serta kepuasan hubungan dan consensus diantara anggota kelompok dalam pengambilan keputusan meningkat, anggota mulai merasakan perlunya kesatuan pendapat mengenai perilaku yang boleh dan yang tidak boleh ditampilkan dalam pergaulan kelompok atau norma kelompok, agar kelompok bisa bekerja secara efektif dan efisien dalam memecahkan masalah yang dihadapi bersama.

(10)

komunikasi satu arah/dua arah, corak-corak komunikasi, memahmi perintah (test 3 menit), analisis transaksional, dll.

4. Phase Performing ( fase berprestasi)

Pada fase ini kelompok sudah dibekali dengan suasana hubungan kerja yang harmonis antara anggota yang satu dengan lainnya, norma kelompok telah disepakati, tujuan dan tugas kelompok serta peran masing-masing anggota telah jelas, ada keterbukaan dalam komunikasi dalam kelompok dan keluwesan dalam berinteraksi satu sama lain, perbedaan pendapat ditolerir, inovasi berkembang, Dalam iklim kelompok seperti inilah sinergi kelompok akan tercapai sehingga kelompok mampu menghasilkan kerja yang optimal.

Tahap berprestasi ini bukan tercipta secara tiba-tiba pada saat akhir dari proses dinamika kelompok , akan tetapi merupakan produk akhir dari proses pertumbuhan dan perkembangan ketiga tahap sebelumnya.

Instrumen yang bias digunakan dalam fase ini antara lain : bujur sangkar bolong,Alex, pedagang kaya, pekerja bangunan, pawang gajah, operasi otak, tersesat ditengah laut, Kasus NASA mendarat di bulan, Gaya-gaya kepemimpinan, dll.

Suatu hal yang penting dalam proses dinamika kelompok ini adalah menegakkan azas learning by doing (belajar melalui pengalaman sendiri). Oleh karena itu sehabis penyajian satu atau beberapa instrumen, fasilitator perlu menggali apa yang dirasakan dan apa saja yang mereka pelajari dari pengalaman interaksi yang baru dialami.

Menggali perasaan peserta dalam hal-hal yang dapat dipelajari oleh peserta pada akhir sesi inilah merupakan inti dari upaya pemanfaatan proses dinamika kelompok bagi perubahan perilaku ke arah perilaku yang lebih efektif, baik bagi peserta secara perorangan maupun bagi efektifitas kerja kelompok.

(11)

Indikator yang dijadikan pedoman untuk mengukur tingkat perkembangan kelompok adalah sebagai berikut:

1. Adaptasi

Proses adaptasi berjalan dengan baik bila: a) Setiap individu terbuka untuk memberi dan menerima informasi yang baru, b) Setiap kelompok selalu terbuka untuk menerima peran baru sesuai dengan dinamika kelompok tersebut, c) Setiap anggota memiliki kelenturan untuk menerima ide, pandangan, norma dan kepercayaan anggota lain tanpa merasa integritasnya terganggu.

2. Pencapaian tujuan

Dalam hal ini setiap anggota mampu untuk : a) menunda kepuasan dan melepaskan ikatan dalam rangka mencapai tujuan bersama, b) membina dan memperluas pola, c) terlibat secara emosional untuk mengungkapkan pengalaman, pengetahuan dan kemampuannya.

Selain hal diatas, perkembangan kelompok dapat ditunjang oleh bagaimana komunikasi yang terjadi dalam kelompok. Dengan demikian perkembangan kelompok dapat dibagi menjadi tiga tahap, antara lain :

1. Tahap pra afiliasi

Merupakan tahap permulaan, diawali dengan adanya perkenalan semua individu akan saling mengenal satu sama lain. Kemudian hubungan berkembang menjadi kelompok yang sangat akrab dengan saling mengenal sifat dan nilai masing-masing anggota.

2. Tahap fungsional

(12)

3. Tahap disolusi

(13)

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari pembahasan diatas dapat kita simpulkan bahwa :

 Dorongan manusia untuk tergabung dalam suatu kelompok terjadi

karena adanya tuntutan pemenuhan kebutuhan.

 Secara mekanisasi, kelompok dapat terbentuk melalui kedekatan (proximity) dan daya tarik (attraction) tertentu.

 Pembentukan kelompok diawali dengan adanya perasaan atau persepsi yang sama dalam memenuhi kebutuhan, selain itu juga adanya motivasi, tujuan, organisasi, interdependensi, serta interaksi.

 Fase pertumbuhan kelompok menurut Tuckman et al adalah :

1. Phase forming ( fase pembentukan rasa kekelompokkan) 2. Phase storming ( fase pancaroba)

3. Phase norming ( fase pembentukan norma)

4. Phase performing ( fase berprestasi)

(14)

Janganlah kita menyepelekan orang lain, karena dalam kehidupan kita tidak terlepas dari orang lain. Serta kita harus saling menghargai pendapat ataupun saran dari orang lain dan membantu orang lain yang membutuhkan.

DAFTAR PUSTAKA

Hartinah Sitti, Dra, DS, MM. 2008. Konsep Dasar Bimbingan Kelompok. Refika Aditama. Bandung.

http://id.wikipedia.org/wiki/Dinamika_kelompok#cite_note-Fred-1

Referensi

Dokumen terkait

Pendekatan penelitian yang digunakan ini sangat beragam jenis data dan tujuan dalam penelitian. Pendekatan yang sering digunakan dalam penelitian pada pendidikan Islam

Fosfor merupakan mineral yang dibutuhkan ikan, karena sangat berperan dalam pertumbuhan dan pembentukan tulang (Phillips et al. 1982) dan defisiensi fosfor dalam

Pertama : Menetapkan Susunan Unit Pengelola Keuangan dan Unit Pengelola Kegiatanyang terdiri atas Panitia Perencana, Panitia Pelaksana dan Panitia Pengawas Bantuan

Puji syukur kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa / Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkatrahmat-Nya, skripsi yang berjudul “Pengaruh Asimetri Informasi, Locus of Control,

Sebuah masyarakat tidak akan lepas dari unsur kebudayaan, baik dari cerminan karakteristik dari masyarakat tersebut ataupun sebagai sebuah

Jika ketika membelok mobil mempunyai kecepatan maksimum v m/s, dan g adalah percepatan gravitasi bumi, maka koefisien gesek statik yang terdapat pada ban mobil terhadap

Berdasarkan implementasi dan hasil perancangan serta hasil pengujian yang telah dilakukan pada aplikasi prediksi nilai ujian sekolah siswa SD menggunakan jaringan saraf

sehingga proses penyidikan tindak pidana hak cipta yang dilakukan oleh PPNS Hak Cipta atas perkara hak cipta yang dilaporkan diselesaikan melalui pengadilan niaga