20
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kalkulus
2.1.1 Pengertian Kalkulus
Kalkulus adalah suatu massa adheren yang merupakan mineralisasi dari plak bakteri yang terbentuk pada permukaan gigi dan protesa di rongga mulut.23 Kalkulus merupakan etiologi sekunder dari penyakit periodontal.2 Kalkulus meningkatkan retensi dari plak dimana permukaan kalkulus dilapisi oleh plak yang tidak termineralisasi sehingga dapat meningkatkan laju formasi plak.24 Selain itu, sifat porositas dari kalkulus dapat menjadi tempat untuk patogen-patogen periodontal dan mempertahankan komponen bakteri yang berbahaya seperti endotoksin.2
2.1.2 Komposisi Kalkulus
Komposisi kalkulus secara umum terdiri dari komponen organik dan anorganik. Setidaknya duapertiga dari komponen anorganik adalah dalam struktur kristal. Bentuk kristal yang utama adalah 58% hidroksiapatit, 21% whitlockite
magnesium, 12% oktakalsium fosfat dan 9% brushite.24 Secara umum, setidaknya dua atau lebih dari kristal ini ditemukan dalam sampel kalkulus.1
21
stronsium, brom, tembaga, manggan, tungsten, emas, aluminum, silikon, besi dan ftor. Bahan organik kalkulus supragingiva terdiri dari campuran kompleks protein polisakarida, sel epitel deskuamasi, leukosit dan tipe mikroorganisme yang bervariasi.1
Komposisi kalkulus supragingiva dan subgingiva hampir sama, tetapi ada beberapa perbedaan dari keduanya.5 Perbedaan antara komponen kalkulus supragingiva dan subgingiva tidak terlalu banyak. Kalkulus supragingiva dan subgingiva mempunyai konten hidroksiapatit yang sama, tetapi pada kalkulus subgingiva komponen whitlockite magnesiumnya lebih banyak dengan komponen
brushite dan oktakalsium fosfat yang lebih sedikit.1
2.1.3 Klasifikasi Kalkulus
Berdasarkan hubungannya terhadap margin gingiva, kalkulus diklasifikasikan menjadi kalkulus supragingiva dan kalkulus subgingiva.24
2.1.3.1Kalkulus Supragingiva
Kalkulus supragingiva merupakan kalkulus yang terletak di bagian korona dari margin gingiva sehingga dapat terlihat secara klinis. Kalkulus supragingiva dapat dibersihkan dengan mudah dari permukaan gigi menggunakan skeler tetapi dapat terbentuk kembali dengan cepat terutama di permukaan lingual gigi anterior rahang bawah. Kalkulus supragingiva ini mempunyai konsistensi seperti tanah liat dan biasanya berwarna putih atau putih kekuningan tetapi warna ini juga dapat dipengaruhi oleh substansi seperti tembakau atau pigmen makanan.1 Bentuk kalkulus ini sangat tergantung pada bentuk anatomis gigi, kontur dari margin gingiva, tekanan dari lidah, bibir dan pipi.25 Kalkulus ini dapat terjadi pada satu gigi, sekelompok gigi atau pada seluruh gigi.1
22
oklusal dari gigi. Kalkulus supragingiva juga dikenal sebagai kalkulus saliva karena pembentukannya dibantu oleh saliva.1
Gambar 1. Kalkulus supragingiva pada permukaan lingual gigi anterior rahang bawah1
2.1.3.2Kalkulus Subgingiva
Kalkulus subgingiva merupakan kalkulus yang terletak di bawah puncak margin gingiva sehingga tidak dapat terlihat secara klinis. Pada keadaan dimana gingiva mengalami resesi, kalkulus subgingiva menjadi tersingkap sehingga klasifikasinya dapat mengalami perubahan menjadi kalkulus supragingiva.1
23
Kalkulus subgingiva dapat dijumpai dalam beberapa bentuk yang bervariasi antara lain adalah bentuk spikula, ledge dan cincin. Bentuk spikula merupakan bentuk kalkulus kecil dan banyak terdapat pada daerah interdental. Bentuk
ledge adalah bentuk deposit yang lebih besar dan letaknya paralel dengan pertemuan sementoenamel. Sedangkan, bentuk cincin adalah kalkulus yang membentuk cincin dan mengelilingi gigi.25
Gambar 2. Variasi bentuk kalkulus subgingiva25
2.1.4 Proses Pembentukan Kalkulus
24
Mineralisasi pada plak hanya bisa terjadi apabila plak mengalami kejenuhan oleh komponen dari kalkulus seperti kalsium fosfat.26 Plak gigi yang lunak mengalami pengerasan karena adanya presipitasi dari garam mineral dan pengerasan ini dapat terjadi antara hari pertama dan keempat belas setelah pembentukan plak. Selain itu, plak gigi yang berkembang menjadi kalkulus akan mengalami peningkatan komponen anorganik. Proses kalsifikasi ini hanya membutuhkan waktu 4-8 jam dan dapat mencapai 50% setelah dua hari bahkan 60-90% setelah dua belas hari.3 Peran mikroorganisme dalam pembentukan kalkulus tidak selalu penting karena kalkulus dapat terbentuk pada hewan percobaan yang bebas dari mikroorganisme.1
2.2 Saliva
2.2.1 Pengertian Saliva
Saliva adalah sekresi kelenjar yang berkontak secara konstan dengan jaringan lunak dan keras dari rongga mulut.27 Saliva merupakan bagian yang penting untuk melindungi dan mempertahankan kesehatan rongga mulut. Setiap komponen saliva saling berinteraksi dan bertanggung jawab terhadap setiap fungsi dari saliva.28
2.2.2 Komposisi Saliva
25
2.2.3 Fungsi Saliva
Saliva merupakan cairan yang kompleks dan serbaguna yang penting untuk berbagai fungsi fisiologis didalam rongga mulut. Fungsi saliva antara lain adalah 28-31
:
1. Memfasilitasi proses bicara.
2. Membasahi makanan di dalam rongga mulut sehingga mempermudah proses mastikasi dan penelanan makanan.
3. Membantu persepsi rasa dengan melarutkan makanan secara kimia yang merupakan langkah awal untuk stimulasi reseptor taste bud, sifat hipotonisitas dari saliva memungkinkan taste bud untuk mempersepsikan rasa yang berbeda, protein saliva juga penting untuk pertumbuhan dan maturasi dari taste bud tersebut.
4. Membentuk suatu lapisan seromukosa yang dapat melubrikasi dan melindungi mukosa oral dari agen yang mengiritasi.
5. Mengencerkan dan membersihkan rongga mulut dengan membilas debris, sisa makanan dan bakteri dari rongga mulut sehingga aktivitas bakteri di rongga mulut menjadi terbatas.
6. Sebagai buffer yang dapat menetralkan dan membersihkan asam untuk menjaga integritas enamel dengan mencegah terjadinya demineralisasi enamel.
2.3 Gambaran Klinis Gingiva Normal
Gambaran klinis gingiva normal perlu diketahui sebagai dasar untuk mengetahui perubahan patologis pada gingiva. Gambaran klinis gingiva normal tidak mempunyai patokan yang jelas karena gambaran klinis gingiva normal antara setiap individu berbeda.5
26
Gambar 3. Gingiva normal yang terlihat secara klinis pada pasien dewasa muda32
2.4 Gingivitis
Gingivitis adalah suatu proses inflamasi yang mengenai jaringan lunak yang mengelilingi gigi tanpa adanya kehilangan perlekatan epitel penyatu sehingga perlekatannya belum mengalami perubahan.13 Gingivitis bersifat reversibel dan inflamasinya tidak meluas ke tulang alveolar, ligamen periodontal atau sementum.8
27
Gambar 4. Penyakit gingiva yang di induksi oleh plak33
2.5 Periodontitis
Periodontitis adalah penyakit inflamasi dari jaringan pendukung gigi disebabkan oleh mikroorganisme yang menyebabkan destruksi yang progresif dari ligamen periodontal, tulang alveolar dengan peningkatan kedalaman probing, resesi atau keduanya.33
28
Gambar 5. Penyakit periodontal kronis33
2.6 Pengaruh pH dan Kapasitas Buffer Saliva Terhadap Keadaan
Rongga Mulut
2.6.1 pH Saliva
pH saliva adalah derajat keasaman dari saliva. pH saliva normal mempunyai nilai diantara 6 sampai 7.28 pH saliva merupakan hal yang penting dari saliva.21 Walaupun pembentukan kalkulus sebagian besar dipengaruhi oleh kebiasaan oral higiene dari seorang individu, tetapi banyak faktor lain yang juga berpengaruh terhadap pembentukan kalkulus, salah satunya adalah pH saliva.18 pH saliva mempunyai pengaruh yang besar terhadap pembentukan kalkulus.19 Peningkatan pH dapat mendukung pembentukan kalkulus dengan meningkatkan tingkat kejenuhan kalsium fosfat pada plak.20 Dawes menyatakan bahwa derajat kejenuhan plak meningkat ketika pH dalam keadaan tinggi.26 Hasil penelitian lain menunjukkan pentingnya pH yang bersifat alkali untuk deposisi kalsium fosfat yang dapat menyebabkan mineralisasi plak gigi.20
29
2.6.2 Kapasitas Buffer Saliva
Kapasitas buffer saliva merupakan suatu mekanisme pertahanan yang penting dimanakapasitas buffer saliva adalah suatu kemampuan dari saliva untuk menjaga pH saliva tetap berada dalam nilai diatas pH kritis.34 Kapasitas buffer dari saliva mempengaruhi perubahan pH dan dapat mencegah penurunan pH saliva dengan menetralkan asam yang ada di dalam rongga mulut (netralisasi).22
30
2.7 Kerangka Teori
Kalkulus Penyakit Periodontal
Saliva
Saliva yang di stimulasi
Kapasitas buffer saliva
pH saliva
Kapasitas buffer tinggi
pH diatas batas normal
31
2.8 Kerangka Konsep
Variabel Bebas :
- pH saliva pasien - Kapasitas buffer saliva pasien
Variabel Tergantung :
- Pembentukan kalkulus pada pasien
Variabel Terkendali :
- Wax yang digunakan untuk menstimulasi saliva
- Teknik pengumpulan saliva
- Strip indikator pH - Buffer test foil pack
- pH meter
Variabel Tak
Terkendali :
- Diet