• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN - Improvisasi dan Perilaku Politik Figuratif: Suatu Studi Marketing Politik Dalam Pilkada Karo Tahun 2010

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB II DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN - Improvisasi dan Perilaku Politik Figuratif: Suatu Studi Marketing Politik Dalam Pilkada Karo Tahun 2010"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

1. Sejarah Singkat Kabupaten Karo

Meletusnya revolusi sosial di Sumatera Utara yang dikumandangkan oleh Wakil

Gubernur Sumatera Dr. M. Amir pada tanggal 3 Maret 1946, tidak terlepas dari sikap

sultan-sultan, raja-raja dan kaum feodal pada umumnya, yang tidak begitu antusias terhadap

kemerdekaan Indonesia. Akibatnya rakyat tidak merasa puas dan mendesak kepada komite

nasional wilayah Sumatera Timur supaya daerah istimewa seperti Pemerintahan

swapraja/kerajaan dihapuskan dan menggantikannya dengan pemerintahan demokrasi rakyat

sesuai dinamika perjuangan kemerdekaan. Sistem yang dikehendaki ialah pemerintah yang

demokratis berporos kepada kedaulatan rakyat.

Gerakan itu begitu cepat menjalar ke seluruh pelosok daerah Sumatera Timur.Puluhan

orang yang berhubungan dengan swapraja ditahan dan dipenjarakan oleh laskar-laskar yang

tergabung dalam Volks Front. Di Binjai, Tengku Kamil dan Pangeran Stabat ditangkap

bersama beberapa orang pengawalnya. Istri-istri mereka juga ditangkap dan ditawan ditempat

berpisah. Sultan langkat di Tanjung pura pun tertangkap. Demikian juga sultan-sultan lainnya

seperti Sultan Kualoh Leidong, Sultan Asahan, dan sultan-sultan lainnya ditangkap walaupun

melakukan perlawanan tetapi pasukan-pasukannya dapat dikalahkan oleh laskar-laskar

rakyat. Pada saat itu di Sumatera Timur ada 21 swapraja atau kerajaan-kerajaan dan

kesultanan-kesultanan yang dalam Bahasa Belanda dinamakan Inlands Zelfbestuur (swapraja

bumiputera).

Demikian pula sebagai follow up dari revolusi sosial itu, pada tanggal 8 Maret 1946,

keadaan pun semakin genting di Tanah Karo. Pemimpin pemerintahan di Tanah Karo

Ngerajai Meliala beserta pengikut-pengikutnya ditangkap dan diungsikan ke tanah alas Aceh

Tenggara. Menghadapi keadaan yang semakin tidak menentu ini, Panglima Divisi X

Sumatera Timur, memperlakukan keadaan darurat. Khusus untuk Tanah Karo Panglima

mengangkat Mayor M. Kasim, komandan resimen I Devisi X Berastagi menjadi pejabat

sementara kepala pemerintahan sebagai pengganti Ngerajai Meliala. Selanjutnya pada

tanggal 13 Maret 1946, Komite Nasional Indonesia Tanah Karo bersama barisan pejuang

Tanah Karo, dalam sidangnya berhasil memutuskan antara lain: membentuk pemerintahan

(2)

menghapus sistem pemerintahan swapraja pribumi di Tanah Karo dengan sistem

pemerintahan demokratis berdasarkan kedaulatan rakyat, kemudian Kabupaten Karo

diperluas dengan memasukkan daerah Deli Hulu dan daerah Silima Kuta Cingkes dan

selanjutnya mengangkat Rakutta Sembiring Brahmana menjadi Bupati Karo, KM Aritonang

sebagai Patih, Ganin Purba sebagai Sekretaris dan Kantor Tarigan sebagai Wakil Sekretaris

dan mengangkat para lurah sebagai penganti raja urung yang sudah dihapuskan.

Usul itu disetujui sepenuhnya oleh peserta sidang dan Mr. Luat Siregar mewakili

Gubernur Sumatera Utara dan disahkan oleh residen Yunus Nasution yang saat itu ikut di

dalam rapat tersebut. Dengan demikian terbentuklah sudah Tanah Karo sebagai suatu daerah

dan Rakutta Sembiring ditetapkan sebagai Bupati Karo yang pertama.

2. Keadaan Daerah

a. Kabupaten Karo terletak di dataran tinggi Pegunungan Bukit Barisan dan merupakan

Daerah Hulu Sungai. Luas wilayah Kabupaten Karo adalah 2.127,25 Km2 atau

212.725 Ha atau 2,97 persen dari luas Propinsi Daerah Tingkat I Sumatera Utara, dan

secara geografis terletak diantara 2°50’–3°19’ Lintang Utara dan 97°55’–98°38’

Bujur Timur. Batas-batas wilayah Kabupaten Karo adalah:

- Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Langkat dan Deli Serdang

- Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Dairi dan Toba Samosir

- Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Deli Serdang dan Kabupaten

Simalungun

- Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Aceh Tenggara (Propinsi Nangroe Aceh

Darusalam).

b. Kabupaten Karo terletak pada ketinggian 120–1.600 Meter di atas permukaan laut

dengan perbandingan luas sebagai berikut:

- Daerah ketinggian 120-200 Meter dari permukaan laut seluas 28.606 Ha (13,45%)

- Daerah ketinggian 200-500 Meter dari permukaan laut seluas 17.856 Ha (8,39%)

- Daerah ketinggian 500-1.000 Meter dari permukaan laut seluas 84.892 Ha (39,91%)

- Daerah ketinggian 1.000-1.400 Meter dari permukaan laut seluas 70.774 Ha (33,27%)

- Daerah ketinggian > 1.400 Meter di atas permukaan laut seluas 10.597 Ha (4,98%)

c. Bila dilihat dari sudut kemiringan/lereng tanahnya dapat dibedakan sebagai berikut:

(3)

- Landai 2 – 15 % = 74.919 Ha = 35,22 %

- Miring 15 – 40 % = 41.169 Ha = 19,35 %

- Curam 40 % = 72.737 Ha = 34,19 %

d. Sejak zaman Belanda Kabupaten Karo sudah terkenal sebagai tempat peristirahatan.

Setelah kemerdekaan Republik Indonesia kemudian dikembangkan menjadi daerah

tujuan wisata di Propinsi Sumatera Utara. Objek-objek pariwisata di Kabupaten Karo

adalah panorama yang indah di daerah pegunungan, air terjun, air panas, dan

kebudayaan yang unik. Kabupaten Karo terkenal sebagai daerah penghasil berbagai

buah-buahan dan bunga-bungaan, dan mata pencaharian penduduk yang terutama

adalah usaha pertanian pangan, hasil hortikultura dan perkebunan rakyat. Keadaan

hutan cukup luas yaitu mencapai 129.749Ha atau 60,99 persen dari luas Kabupaten

Karo. Kabupaten Karo merupakan Daerah Hulu Sungai (DHS) dan Daerah Aliran

Sungai (DAS) Wampu/Ular, sub Daerah Aliran Sungai Laubiang. Potensi Industri

yang ada adalah Industri kecil dan aneka industri yang mendukung pertanian dan

pariwisata. Potensi sumber-sumber mineral dan pertambangan yang ada di Kabupaten

Karo diduga cukup potensial namum masih memerlukan survei lapangan.

e. Iklim (Suhu, Musim, Angin, Curah Hujan)

- Suhu udara rata-rata di Kabupaten Karo berkisar antara 18,4°C - 19,3°C, dengan

kelembaban udara pada tahun 2006 rata-rata setinggi 88,39 persen, tersebar antara

86,3 persen sampai dengan 90,3 persen.

- Di Kabupaten Karo seperti daerah lainnya terdapat dua musim yaitu musim

penghujan dan musim kemarau. Musim hujan pertama mulai bulan Agustus sampai

dengan bulan Januari dan musim hujan kedua mulai bulan Maret sampai dengan bulan

Mei.

- Pada tahun 2006 ada sebanyak 172 hari jumlah hari hujan dengan rata-rata kecepatan

angin 1,32 M/DT.

- Arah angin terbagi 2 (dua) arah/gerak yaitu angin yang berhembus: Dari arah Barat

kira-kira bulan Oktober sampai dengan bulan Maret, Dari arah Timur dan Tenggara

antara bulan April sampai dengan bulan September.

(4)

a. Penduduk asli yang mendiami wilayah Kabupaten Karo disebut Suku Bangsa Karo.

Suku Bangsa Karo ini mempunyai adat istiadat yang sampai saat ini terpelihara

dengan baik dan sangat mengikat bagi Suku Bangsa Karo sendiri. Suku ini terdiri 5

(lima) Merga, Tutur Siwaluh, dan Rakut Sitelu.

Merga Silima yakni:

Dari kelima Merga tersebut di atas, masih terdapat sub-sub Merga. Berdasarkan

Merga ini maka tersusunlah pola kekerabatan atau yang dikenal dengan Rakut Sitelu, Tutur

Siwaluh dan Perkade-kaden Sepuluh Dua Tambah Sada.

Rakut Sitelu yaitu:

Perkade-kaden Sepuluh Dua:

(5)

- Bengkila

- Bibi

- Permen

- Mama

- Mami

- Bere-bere

Dalam perkembangannya, adat Suku Bangsa Karo terbuka, dalam arti bahwa Suku

Bangsa Indonesia lainnya dapat diterima menjadi Suku Bangsa Karo dengan beberapa

persyaratan adat.

b. Masyarakat Karo terkenal dengan semangat keperkasaannya dalam pergerakan

merebut Kemerdekaan Indonesia, misalnya pertempuran melawan Belanda, Jepang,

politik bumi hangus. Semangat patriotisme ini dapat kita lihat sekarang dengan

banyaknya makam para pahlawan di Taman Makam Pahlawan di Kota Kabanjahe

yang didirikan pada tahun 1950.

c. Penduduk Kabupaten Karo adalah dinamis dan patriotis serta taqwa kepada Tuhan

Yang Esa. Masyarakat Karo kuat berpegang kepada adat istiadat yang luhur,

merupakan modal yang dapat dimanfaatkan dalam proses pembangunan.

Dalam kehidupan masyarakat Karo, idaman dan harapan (sura-sura pusuh peraten)

yang ingin diwujudkan adalah pencapaian 3 (tiga) hal pokok yang disebut Tuah,

Sangap, dan Mejuah-juah.

- Tuah berarti menerima berkah dari Tuhan Yang Maha Esa, mendapat keturunan,

banyak kawan dan sahabat, cerdas, gigih, disiplin dan menjaga kelestarian sumber

daya alam dan lingkungan hidup untuk generasi yang akan datang.

- Sangap berarti mendapat rejeki, kemakmuran bagi pribadi, bagi anggota keluarga,

bagi masyarakat serta bagi generasi yang akan datang.

- Mejuah-juah berarti sehat sejahtera lahir batin, aman, damai, bersemangat serta

keseimbangan dan keselarasan antara manusia dengan manusia, antara manusia dan

lingkungan, dan antara manusia dengan Tuhannya. Ketiga hal tersebut adalah

(6)

4. Pemerintahan

a. Sistim pemerintahan tertua yang dijumpai di wilayah Kabupaten Karo ialah Penghulu,

yang menjalankan pemerintahan di Kampung (Kuta) menurut adat. Terbentuknya

suatu Kuta harus memenuhi persyaratan adat antara lain: ada Merga pendiri (Merga

taneh/simantek Kuta), ada Senina Simantek Kuta, ada Anak Beru simantek Kuta

(Anak Beru Taneh) serta ada Kalimbubu Simantek Kuta (Kalimbubu Taneh).

b. Pada masa penjajahan Belanda mulai tahun 1906, sistem pemerintahan di wilayah

Kabupaten Karo pada dasarnya ialah:

- Pemerintahan oleh Onderafdeling Karo Landen yang dipimpin oleh Controleur

pimpinan pemerintahan selalu ditangan bangsa Belanda.

- Landschaap, yaitu pemerintahan Bumi Putra. Pemerintahan (Landschaap) ini dibentuk berdasarkan perjanjian pendek dengan pemerintahan Onderafdeling.

Berdasarkan perjanjian pendek (Korte Verklaring) tahun 1907, maka di Tanah Karo

terdapat 5 (lima) Landschaap yang dikepalai oleh SIBAYAK yang membawahi

beberapa URUNG yang dikepalai oleh RAJA URUNG yaitu:

i.Landschaap Lingga, membawahi 6 (enam) urung:

- Sepuluh Dua Kuta di Kabanjahe

- Telu Kuta di Lingga

- Tigapancur di Tigapancur

- Empat Teran di Naman

- Lima Senina di Batu Karang, dan

- Tiganderket di Tiganderket

ii.Landschaap Kutabuluh, membawahi 2 (dua) urung:

- Namo Haji di Kutabuluh, dan

- Liang Melas di Samperaya

iii. Landschaap Sarinembah, membawahi 4 (empat) urung:

- Sepuluhpitu Kuta di Sarinembah

- Perbesi di Perbesi

(7)

- Kuta Bangun di Kuta Bangun

iv. Landschaap Suka, membawahi 4 (empat) urung:

- Suka di Suka

- Sukapiring/Seberaya di Seberaya

- Ajinembah di Ajinembah, dan

- Tongging di Tongging

v.Landschaap Barusjahe, membawahi 2 (dua) urung:

- Sipitu Kuta di Barusjahe, dan

- Sinaman Kuta di Sukanalu

Pada masa penjajahan Jepang (Tentara Jepang masuk ke Tanah Karo bulan Maret

1942) susunan pemerintahan di Tanah Karo adalah serupa dengan masa penjajahan Belanda,

dengan pergantian orang-orangnya yakni yang setia kepada penjajah Jepang.

c. Pada masa Kemerdekaan RI Struktur pemerintahan di Tanah Karo adalah sebagai

berikut:

i.Pemerintahan Tanah Karo sebagai alat pemerintahan Pusat yang pada saat itu dikepalai

oleh Sibayak Ngerajai Milala

ii.Pemerintahan Swapraja yaitu Landschaap:

- Lingga dengan 6 Urung

- Barusjahe dengan 2 Urung

- Suka dengan 4 Urung

- Sarinembah dengan 4 Urung

- Kutabuluh dengan 2 Urung

Oleh Komite Nasional Indonesia, Tanah Karo dalam sidangnya tanggal 13 Maret

1946, Kabupaten Karo diperluas dengan Daerah Deli Hulu dan Cingkes, dibagi kedalam 3

(tiga) Kewedanaan dengan masing-masing membawahi 5 (lima) Kecamatan yaitu:

i.Kewedanaan Kabanjahe membawahi 5 Kecamatan yaitu:

- Kabanjahe

- Tigapanah

- Barusjahe

(8)

- Payung

ii.Kewedanaan Tigabinanga membawahi 5 Kecamatan yaitu:

- Tigabinanga

- Juhar

- Munte

- Kutabuluh,

- Mardingding

iii. Kewedanaan Deli Hulu membawahi 5 Kecamatan yaitu:

- Pancur Batu

- Sibolangit

- Kutalimbaru

- Biru-Biru, dan

- Namo Rambe

d. Bentuk dan Susunan Pemerintahan Daerah

i.Susunan Pemerintah Daerah seperti yang diatur menurut UU No. 22 Tahun 1999 bahwa

di daerah dibentuk DPRD sebagai Badan Legislatif Daerah dan Pemerintah Daerah

sebagai Badan Eksekutif Daerah. Kepala Daerah Kabupaten disebut Bupati, dan dalam

melaksanakan tugas dan kewenangan selaku Kepala Daerah, Bupati dibantu oleh

seorang Wakil Bupati. Sejak Terbentuknya Kabupaten Karo hingga saat ini tercatat

yang memimpin Kabupaten Karo adalah Sbb :

Tabel 1. Daftar Bupati Karo

No Nama Bupati Masa Bakti

(9)

14 DR (HC) Kena Ukur Surbakti 2010-2015 Sumber:

Pada lembaga Legislatif dipimpin oleh:

Tabel 2. Daftar Ketua DPRD Karo

No. Nama Ketua DPRD Masa Bakti

14 Siti Aminah Br. Peranginangin 2009-2014 Sumber:

ii.Wilayah pemerintahan Kabupaten Karo sejak tanggal 29 Desember 2006 resmi berubah

dari 13 kecamatan menjadi 17 Kecamatan dan 262 Desa/Kelurahan yaitu:

- Kecamatan Kabanjahe, sebanyak 8 desa dan 5 Kelurahan

- Kecamatan Berastagi, sebanyak 5 Desa dan 4 Kelurahan

- Kecamatan Tigapanah, sebanyak 22 Desa

- Kecamatan Dolat Rayat sebanyak 7 Desa

- Kecamatan Merek, sebanyak 19 Desa

- Kecamatan Barusjahe, sebanyak 19 Desa

- Kecamatan Simpang Empat, sebanyak 17 Desa

- Kecamatan Naman Teran sebanyak 14 Desa

- Kecamatan Merdeka sebanyak 9 Desa

- Kecamatan Payung, sebanyak 8 Desa

- Kecamatan Tiganderket sebanyak 17 Desa

- Kecamatan Kutabuluh, sebanyak 16 Desa

- Kecamatan Munte, sebanyak 22 Desa

(10)

- Kecamatan Tigabinanga, sebanyak 18 Desa dan 1 Kelurahan

- Kecamatan Laubaleng, sebanyak 15 Desa

- Kecamatan Mardingding, sebanyak 12 Desa

5. Kependudukan

Berdasarkan hasil pencacahan Sensus Penduduk 2010, jumlah penduduk Kabupaten

Karo adalah 350.479 orang, yang terdiri atas 174.391 laki-laki dan 176.088 perempuan. Dari

hasil SP2010 tersebut Kecamatan Kabanjahe, Berastagi dan Tigapanah merupakan 3

kecamatan dengan jumlah penduduk terbanyak yaitu masing-masing berjumlah 63.290 orang

(18,06 persen), 42.555 orang (12,14 persen), dan 29.411 orang (8,39 persen). Kecamatan

yang penduduknya paling sedikit adalah Kecamatan Dolat Rayat dengan jumlah penduduk

8.311 orang (2,37 persen). Dengan luas wilayah 2.127,25 Km2 yang didiami 350.479 orang

maka

rata-rata tingkat kepadatan penduduk Kabupaten Karo adalah sebanyak 165 orang per kilo

meter persegi. Kecamatan yang paling tinggi tingkat kepadatan penduduknya adalah

Kecamatan Kabanjahe yakni sebanyak 1.417 orang per kilo meter persegi sedangkan yang

paling rendah adalah Kecamatan Dolat Rayat yakni sebanyak 44 orang per kilo meter persegi.

Tabel 3. Jumlah Penduduk Kabupaten Karo Tahun 201028

No. Kecamatan Laki-laki Perempuan Laki-laki + Perempuan

(11)

10 Naman Teran 6.453 6.191 12.644 104

11 Merdeka 6.652 6.562 13.214 101

12 Kabanjahe 30.977 32.313 63.290 96

13 Berastagi 21.245 21.310 42.555 100

14 Tigapanah 14.584 14.827 29.411 98

15 Dolat Rayat 4.113 4.198 8.311 98

16 Merek 9.280 8.752 18.032 106

17 Barusjahe 10.876 11.115 21.991 98

KABUPATEN KARO 174.391 176.088 350.479 99

Sumber: BPS Kabupaten Karo

6. Pendidikan

Tingkat partisipasi sekolah merupajkan indikator yang paling sesuai untuk

menggambarkan keadaan pendidikan di Kabupaten Karo. Tingkat partisipasi sekolah

menggambarkan persentase penduduk yang masih sekolah yaitu umur 7-12 tahun dan umur

13-15 tahun sebagai pendidikan dasar, 16-18 tahun pendidikan menengah dan usia 19-24

tahun pada pendidikan tinggi. Pada umumnya, partisipasi pendidikan dasar masih cukup

tinggi, dan angka ini akan semakin menurun untuk tingkat pendidikan yang lebih tinggi.

Angka Partisipasi Sekolah (APS)merupakan indikator penting dalam pendidikan yang

menunjukkan persentase penduduk usia 7-12 tahun yang masih terlibat dalam sistem

pedidikan, tetapi ada sebagian kecil dari kelompok mereka yang sudah menyelesaikan

jenjang pendidikan setingkat SD.

Tabel 4 menunjukkan bahwa tingkat partisipasi sekolah penduduk Kabupaten Karo

terus meningkat. Pada usia 7-12 tahun meningkat dari 98,67 persen pada tahun 2009 menjadi

99,14 persen pada tahun 2010. Kemudian pada kelompok umur 13-15 meningkat dari 92,06

persen menjadi 97,28 pada tahun yang sama. Demikian juga pada kelompok umur 16-18,

meningkat dari 67,28 persen menjadi 70,46 persen dan kelompok 19-24 tahun 2009 sebesar

5,55 persen meningkat menjadi 6,76 persen pada tahun 2010.

Berdasarkan hasil Susenas (Survei Ekonomi Nasional) 2010, persentase penduduk

usia 10 tahaun ke atas menurut status skolah, terlihat bahwa lebih dari setengah penduduk

Kabupaten Karo tidak bersekolah lagi., yaitu 77,20 persen (76,53 persen penduduk laki-laki

dan 77,89 persen untuk penduduk perempuan). Adapun penduduk yang masih sekolah sekitar

(12)

gambaran tersebut terlihat bahwa keterlibatan penduduk laki-laki di dunia pendidikan masih

dominan dibandingkan penduduk perempuan.

Tabel 4. Persentase Penduduk yang Masih Sekolah Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin Tahun 2010

AKTIVITAS PENDIDIKAN MENURUT

Sumber: BPS Kabupaten Karo

Tabel 5. Persentase Penduduk Usia 10 Tahun Ke Atas Menurut Status Pendidikan dan Jenis Kelamin Tahun 2010

STATUS PENDIDIKAN PERSENTASE

Laki-laki Perempuan Jumlah

Tidak/belum bersekolah 1,34 3,06 2,18

Masih Sekolah

Sumber: BPS Kabupaten Karo

Keadaan pendidikan tertinggi yang ditamatkan di Kabupaten Karo mengalami

peningkatan dari tahun ke tahun yang pada umumnya di tingkat SD sampai dengan tingkat

perguruan tinggi. Hasil Susenas 2010 menunjukkan prersentasi penduduk usia 10 tahun ke

atas menurut pendidikan tertinggi yang ditamatkan yang dimulai dari tingkat SD sampai

dengan perguruan tinggi sebesar 81,69 persen, selebihnya sekitar 18,30 persen adalah mereka

(13)

Tabel 6. Persentase Penduduk Usia 10 Tahun Ke Atas Menurut Ijasah Tertinggi yang Dimiliki dan Jenis Kelamin

IJASAH TERTINGGI YANG DIMILIKI

PERSENTASE

Laki-laki Perempuan Jumlah

TIDAK PUNYA IJASAH 15,65 21,05 18,30

SD/MTS/SEDERAJAT/KEJURUAN 27,28 22,87 25,11 SLTP/MTS/SEDERAJAT/KEJURUAN 24,91 21,35 23,16

SMU/MA/SEDERAJAT 22,14 24.77 24,43

SM KEJURUAN 5,08 4,52 4,81

Sumber: BPS Kabupaten Karo

Dari gambaran diatas pendidikan di Kabupaten Karo masih rendah oleh karena itu

upaya untuk meningkatkan derajat pendidikan di Kabupaten Karo masih perlu terus menerus

ditingkatkan. Jika dibandingkan antara penduduk menurut jenis kelamin, maka terlihat bahwa

kondisi pendidikan laki-laki lebih baik dibandingkan perempuan, khususnya tamayan SLTA

ke atas. Penduduk laki-laki yang memiliki ijasah SD/MI sekitar 27,28 persen sedangkan

penduduk perempuan sekitar 22,87 persen. Untuk pendidikan tinggi sekitar 4,93 persen

laki-laki usia 10 tahun ke atas yang telah menyandang ijasah/diploma D-I sampai dengan sarjana

(S-1 atau lebih), sedangkan untuk perempuan hanya sekitar 5,45 persen.

7. Peta Politik Kabupaten Karo

Untuk menganalisis peta politik di Kabupaten Karo, maka yang pertama dilihat adalah

rekapitulasi suara di pemilu 2009 dan membandingkannya dengan pilkada di tahun 2010.

Pasangan Kena Ukur Surbakti – Terkelin Brahmana merupakan pasangan yang diusung

olehsepuluh partai pendukung yang pada pemilu 2009 masing-masing memperoleh suara

sebagai berikut:

Tabel 7. Perolehan Suara Partai Pengusung Pasangan Kena Ukur Surbakti – Terkelin Brahmana pada Pemilu Tahun 2009

NO Partai Pengusung pasangan Kena Ukur

Surbakti – Terkelin Brahmana

Perolehan

Suara

1 Partai Karya Peduli Bangsa 7.131

(14)

3 Partai Gerakan Indonesia Raya 4.752 4 Partai Nasional Benteng Kerakyatan Indonesia 3793 5 Partai Perjuangan Indonesia Baru 3.625

6 Partai Kebangkitan Bangsa 2.265

7 Partai Pemuda Indonesia 1.777

8 Partai Bulan Bintang 1.593

9 Partai Buruh 1.409

10 Partai Merdeka 788

JUMLAH

32.763

Sumber: KPUD Kabupaten Karo

Dari tabel tersebut dapat dilihat jumlah total suara yang diraih oleh partai-partai

politik pengusung pasangan Kena Ukur Surbakti – Terkelin Brahmana yakni 32.763 dengan

total 6 kursi. Kemudian dibandingkan dengan hasil pemilihan kepala daerah pada tahun 2010

di kabupaten karo, pada pada putaran pertama pasangan Kena Ukur Surbakti – Terkelin

Brahmana meraih suara sebanyak 25.310 suara, suatu jumlah yang lebih sedikit dibandingkan

dengan perolehan suara total pada saat pemilu tahun 2009. Hal ini menandakan partai politik

pengusung pasangan pasangan Kena Ukur Surbakti – Terkelin Brahmana yang berperan

sebagai mesin politik kurang berfungsi dengan baik, hal ini dapat dikatakan sebab partai

politik gagal mempertahankan jumlah suara yang ada pada pemilu di tahun sebelumnya.

Berbeda dengan pasangan Kena Ukur Surbakti – Terkelin Brahmana, kandidat yang

ada di peringkat pertama putaran pertama yakni pasangan pasangan Siti Aminah Br.

Peranginangin – Sumihar Sagala yang diusung hanya oleh Partai Demokrasi Indonesia

Perjuangan yang pada pemilu tahun 2009 meraih peringkat pertama di Kabupaten Karo yakni

22.012 suara dan 7 kursi kemudian pada pilkada tahun 2010 kandidat yang diusung berhasil

meraih 30.804 suara. Dari hasil tersebut dengan jelas dapat dilihat bahwa mesin politik

pengusung pasangan pasangan Siti Aminah Br. Peranginangin – Sumihar Sagala yaitu Partai

Demokrasi Perjuangan Indonesia menjalankan fungsinya dengan baik, terlihat dari

penambahan jumlah suara yang relatif banyak. Jumlah yang diraih pasangan pasangan Siti

Aminah Br. Peranginangin – Sumihar tak lepas dari masih kuatnya pengaruh basis Partai

Demokrasi Indonesia Perjuangan di Kabupaten Karo.

Pada putaran kedua yakni putaran yang menyisakan dua pasang calon disusul dengan

munculnya perbedaan signifikan dalam perolehan suara. Pasangan Kena Ukur Surbakti –

Terkelin Brahmana berhasil menempati peringkat pertama dengan meraih 85.343 suara diatas

pasangan pasangan Siti Aminah Br. Peranginangin – Sumihar Sagala yang meraih 53.598

suara. Pada putaran kedua ini mesin politik pasangan Kena Ukur Surbakti – Terkelin

(15)

pasangan Siti Aminah Br. Peranginangin – Sumihar Sagala. Hal ini terjadi diyakini karena

mulai munculnya isu-isu etnisitas yang sangat kuat di Kabupaten Karo yang pada akhirnya

Gambar

Tabel 1. Daftar Bupati Karo
Tabel 2. Daftar Ketua DPRD Karo
Tabel 3. Jumlah Penduduk Kabupaten Karo Tahun 201028
Tabel 4 menunjukkan bahwa tingkat partisipasi sekolah penduduk Kabupaten Karo
+3

Referensi

Dokumen terkait

Selatan sebagaimana dapat diamati melalui Bertolak dari hasil analisis data (Tabel 3) dapat diketahui bahwa dari 25 responden yang diwawancarai, ternyata ada

Untuk perhitungan AHP kondisi 1 aplikasi akan melakukan perangkingan 3 besar dari 5 pelanggan sehingga akan mendapatkan persentase terbaik yaitu id pelanggan 84023 dengan

Berdasarkan permasalahan yang ada kami menganalisis Sistem Informasi Apotek Sungai Bambu pada bisnis proses pelayanan dokter, penjualan obat resep dan tanpa resep,

Ada empat bentuk pola komunikasi yaitu pola komunikasi massa, public, interpersonal, dan antarbudaya yang digunakan oleh pengurus TPST Bantar Gebang Bekasi dalam

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kontribusi pemikiran Hamka dan Natsir adalah bahwa konsep ilmu harus melalui proses islamisasi; pendidikan Islam adalah pembentukan

Kegiatan penelitian rnendukung pengernbangan ilmu serta terapannya Dalam ha1 ini, Lembaga Penelitian Universitas Negeri Padang berusaha rnendorong dosen untuk melakukan

Hasil ujikoefisien determinasi (R 2 ) menunjukkan Adjusted R Square 0,345 atau 34,5% yakni berarti variasi variable semangat kerja karyawan dapat dijelaskan oleh variable gaya

Bagi pengguna internet terutama yang masih duduk dibangku sekolah, tata surya merupakan salah satu bagian dari ilmu pengetahuan yang mereka pelajari disekolah. Hal itu mendorong