• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENDIDIKAN INTEGRAL PERSPEKTIF HAMKA SKRIPSI Disusun untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan S.Pd

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "PENDIDIKAN INTEGRAL PERSPEKTIF HAMKA SKRIPSI Disusun untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan S.Pd"

Copied!
146
0
0

Teks penuh

(1)

PENDIDIKAN INTEGRAL PERSPEKTIF HAMKA

SKRIPSI

Disusun untuk Memperoleh Gelar

Sarjana Pendidikan / S.Pd

Oleh:

KUNNI FARIKHAH

111-13-273

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)

SALATIGA

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

vi

MOTTO

ْاوُنَماَء َنيِ ذلَّ

ٱ اَہُّيَأٰٓ ـَي

ۡمُڪيِيۡ ُيُ اَمِل ۡ ُكُاَعَد اَذِا ِلو ُسذرلِلَو ِ ذ ِلِلّ ْاوُبيِجَت ۡ س

ٱ

ۖ

ْآٰوُمَلۡع ٱَو

ُهذهَٱَو ۦِهِبۡلَقَو ِءۡرَمۡل ٱ َ ۡيَۡب ُلوُ َيُ َ ذلِلّ ٱ ذنَٱ

( َنوُ َشَۡ ُتُ ِهۡيَلِا ۤۥ

٤٢

)

Artinya:

“Hai orang-orang yang beriman, penuhilah seruan Allah dan seruan Rasul

apabila Rasul menyeru kamu kepada suatu yang memberi kehidupan kepada kamu, dan ketahuilah bahwa sesungguhnya Allah membatasi antara manusia

dan hatinya, dan sesungguhnya kepada-Nyalah kamu akan dikumpulkan.”

(7)

vii

PERSEMBAHAN

Dengan penuh ketulusan hati dan segenap rasa syukur kepada Allah SWT, skripsi ini saya

persembahkan kepada:

1.

Ayah dan Ibu tercinta yang senantiasa selalu mendoakan disetiap langkah yang saya

tempuh dan senanatiasa memberikan dukungan baik secara moral maupun

material.

2.

Kakak saya, Fatchul Mujib dan sahabat baik sekaligus calon kakak saya, Anis

Purwanti, yang selalu memberikan semangat, mendoakan, dan selalu ada setiap saya

membutuhkan, serta yang selalu memberikan cinta tulusnya.

3.

Sahabat dari kecilku UlyaRosidah, dan seluruh keluarga Sian

’s Hostel,

NurHeni,

Reni Sekar Oktaviana, Mella, Sayyidatul Muwafiqoh, Rumiyati, Kurniawati (Nia),

Farhani Hanifah, Quentesa Nur Wulandari, Maharani Wijayanti, Helmi Susanti,

Anggun Tri Indri, Dian Novitasari, Lia Dwi Purwanti, Ika Ervalina, , Kenanga, Desi,

Riski, dan Chaca, serta temanku Hamidah Nur V, dan kakak Marta yang selalu

memberikan motivasi satu sama lain, semoga apa yang kita impikan dapat tercapai,

dan yang pasti ilmu yang selama ini kita peroleh bermanfaat.

(8)

viii

KATA PENGANTAR

ِمْيِحَّرلا ِن ْحْْ رلا ِللها ِمْسِب

Alhamdulillah, segala puji bagi Allah yang telah melimpahkan rahmat, taufik, dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir skripsi dengan judul

“Pendidikan Integral Perspektif Hamka.” Skripsi ini disusun untuk memenuhi sebagian

persyaratan guna memperoleh gelar sarjana S1 Pendidikan Agama Islam Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa tanpa bantuan dari berbagai pihak, maka tidak akan mungkin penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini dengan lancar. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Dr. Rahmat Hariyadi, M. Pd, selaku Rektor IAIN Salatiga.

2. Bapak Suwardi, M.Pd, selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan (FTIK) IAIN Salatiga.

3. Ibu Siti Rukhayati, M.Ag, selaku Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI) IAIN Salatiga.

4. Bapak Dr. Fatchurrohman, S.Ag., M.Pd., selaku Dosen Pembimbing yang telah membimbing, memberi nasehat, arahan serta masukan-masukan yang sangat membantu dan membangun dalam penyelesaian tugas akhir ini.

5. Ibu Rr. Dewi Wahyu Mustikasari, S.S., M.Pd selaku dosen pembimbing akademik yang sabar membimbing dan sabar mendengar keluh kesah perkuliahan.

(9)

ix

7. Semua pihak yang telah membantu baik secara langsung maupun tidak langsung sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.

8. Terakhir untuk kampus tercinta IAIN Salatiga, terima kasih telah menjadi bagian terpenting dari perjalanan hidup.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih kurang dari sempurna. Oleh karena itu penulis mengharap kritik dan saran yang bersifat membangun dari berbagai pihak demi kesempurnaan tugas-tugas penulis selanjutnya. Semoga skripsi ini bisa memberikan manfaat bagi pembaca dan dunia pendidikan pada umumnya.

Aamiin Yaa Robbal „Alamin

Salatiga, 23 Agustus 2017 Penulis

(10)

x

ABSTRAK

Farikhah, Kunni. 2017. Pendidikan Integral Perspektif Hamka (Skripsi). Jurusan Pendidikan Agama Islam. Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan IAIN (Institut Agama Islam Negeri) Salatiga. Pembimbing: Dr. Fatchurrohman, S.Ag., M.Pd.

Kata Kunci: Pendidikan, Integral

Dalam khazanah dunia pendidikan Islam, dikenal dalam bahasa Arab yang memiliki makna untuk memberikan penjelasan tentang istilah yang menunjukkan pengertian pendidikan dalam Islam yaitu, ta‟lim, tarbiyah, dan ta‟dib. Ta‟limadalah pendidikan dengan makna pengajaran, tarbiyah adalah pendidikan dengan makna memelihara dan mengayomi. Sedangkan ta‟dib adalah makna pendidikan yang berkaitan dengan tata cara berperilaku dan berucap yang baik atau lebih dikenal dengan pendidikan moral atau karakter dalam rangka pembentukan individu yang bermartabat secara menyeluruh dan terintegrasi. Akan tetapi dengan melihat dari berbagai fenomena yang terjadi di masyarakat saat ini, arah gerak tujuan pendidikan Islam cenderung bersifat ta‟lim dan tarbiyah saja, disebabkan pemahaman dan pemikiran masyarakat yang cenderung bersifat materialistis dan berorientasi kebendaan. Tidak hanya itu, di kalangan remajapun banyak yang tidak mampu menghadapi permasalahan kehidupan, keluaran sekolah tinggi pun memiliki cita-cita yang lemah, kurangnya akal budi, dan kemauan. Bahkan yang lebih memprihatinkan dalam pendidikan saat ini yaitu terjadinya dikotomi dalam ilmu antara ilmu agama dengan ilmu umum. Hal ini dapat dilihat dari keterkaitan antara guru orang tua, dan lingkungan (sosial) yang kurang harmonis dan integral, pola kurikulum serta kerangka pendidikan (Islam) masih belum terealisasi secara maksimal dan utuh dalam sistem pendidikan nasional. Berdasarkan kondisi di atas, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui 1). Makna pendidikan integral perspektif Hamka, 2). Pandangan Hamka mengenai pendidikan integral, 3). Relevansi pemikiran Hamka dengan pendidikan sekarang.

Penelitian ini tergolong jenis penelitian kualitatif yang bercorak studi pustaka (library research), di mana jenis penelitian yang sumber datanya berasal dari naskah-naskah dokumen yang berkaitan. Kemudian melakukan pengumpulan data teoritis sebagai penyajian ilmiah dengan memilih literatur yang berkaitan dengan penelitian. Metode ini digunakan untuk menentukan literatur yang mempunyai hubungan dengan permasalahan yang diteliti. Penulis juga menggunakann pendekatan studi tokoh atau pendekatan sejarah, untuk mengetahui sejauh mana pemikiran seorang tokoh dengan meneliti karya-karya dan biografinya. Selanjutnya data-data yang sudah terkumpul, dicari pola, keterkaitan, pengaruh, hukum, konsep dan prinsip-prinsip yang ada, sehingga menjadi bangunan konsep teori yang runtut dan sistematis sesuai dengan tujuan penelitian.

(11)

xi

DAFTAR ISI

JUDUL……… i

LEMBAR BERLOGO ………... ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING ……….. iii

PENGESAHAN KELULUSAN ………... iv

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ………... v

MOTTO ………..……… vi

PERSEMBAHAN ……… vii

KATA PENGANTAR ………. viii

ABSTRAK ……….. x

DAFTAR ISI ………. xi

DAFTAR LAMPIRAN………. xiv BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ...1

B. Rumusan Masalah ...6

C. Tujuan Penelitian ...6

D. Kegunaan Penelitian ...6

E. Kajian Pustaka ...7

F. Metode Penelitian ...12

G. Penegasan Istilah ...16

H. Sistematika Penulisan ...17

(12)

xii

A. Biografi Hamka ...19

B. Silsilah Keluarga Hamka ...25

C. Setting Pendidikan dan Sosial Hamka ...26

D. Pengaruh Hamka dalam Pendidikan ...29

E. Karya-Karya Hamka ...33

BAB III DESKRIPSI PEMIKIRAN ...40

A. Pengertian Pendidikan ...40

B. Pengertian Pendidikan Islam...40

C. Pengertian Pendidikan Integral ...42

D. Tujuan Pendidikan Integral ...43

E. Materi Pendidikan Integral Menurut Hamka ...44

F. Pendidik ...48

G. Peserta Didik ...53

H. Lingkungan ...57

I. Kurikulum Pendidikan ...64

J. Metode Pendidikan Integral Menurut Hamka...66

BAB IV PEMBAHASAN ...74

A. Signifikansi Pemikiran Hamka tentang Pendidikan Integral ...74

B. Relevansi Pemikiran Hamka tentang Pendidikan Integral dengan Pendidikan Sekarang ...81

C. Implikasi Pemikiran Hamka tentang Pendidikan Integral dalam Pendidikan Sekarang di Indonesia ...105

(13)

xiii

A. Kesimpulan ...117 B. Saran ...118

DAFTAR PUSTAKA

RIWAYAT HIDUP PENULIS

PERNYATAAN PUBLIKASI SKRIPSI

(14)

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

1. Foto Hamka dan Cover Buku 2. Daftar Nilai Skk

(15)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan Islam adalah sebuah upaya sadar dan terencana dari seorang guru untuk berupaya menumbuh-kembangkan kemampuan jiwa dan raganya secara sempurna sesuai dengan panduan syar‟i dari al-Qur‟an dan hadis nabi Muhammad SAW, sehingga tercipta insan manusia yang sempurna untuk mampu menjalankan tugasnya sebagai khalifah dimuka bumi (Heri Jauhari Muchtar, 2005: 34).

Dalam khazanah dunia pendidikan Islam, dikenal dalam bahasa Arab yang memiliki makna untuk memberikan penjelasan tentang istilah yang menunjukkan pengertian pendidikan dalam Islam yaitu, ta‟lim,

tarbiyah, dan ta‟dib. Ta‟lim adalah pendidikan dengan makna pengajaran,

(16)

2

pemikiran masyarakat yang cenderung bersifat materialistis dan berorientasi kebendaan.

Bahkan yang lebih memprihatinkan dalam pendidikan saat ini yaitu terjadinya dikotomi dalam ilmu antara ilmu agama dengan ilmu umum. Kita mengenal adanya sistem pendidikan agama dan pendidikan umum.

Seiring dengan terjadinya dikotomi tersebut, menghasilkan bahwa pendidikan agama berjalan tanpa dukungan iptek dan sebaliknya pendidikan umum hadir tanpa sentuhan agama. Ironisnya, muncul

fenomena pemikiran orang, yang menyebut dirinya sebagai “orang umum”

untuk tidak menyangkutpautkan ilmu pengetahuan dengan agama.

Latar belakang tersebut merupakan hasil dari pendidikan yang kurang integral. Di mana jasmani dan rohani peserta didik tidak di didik, hal ini yang mengakibatkan banyak dari kalangan peserta didik maupun mahasiswa terjadi tawuran. Namun tidak banyak yang menyadari hal itu, bahwa penyebab utama itu semua karena kurang didikan budi pekerti. Maka akhlak seorang pendidik harus terjaga sebelum memberikan pendidikan kepada peserta didik.

(17)

3

tersebut, ia lebih cenderung menekankan pemikiran pendidikan pada aspek pendidikan jiwa (al-qalb) atau akhlak al-karimah.

Salah satu bukti pemikiran Hamka yaitu pada awal abad XX tradisi dan wacana pemikiran masyarakat Minangkabau sangat tradisional dan ketat mengatur kegiatan kaum perempuan. Percampuran hukum adat dan hukum Islam di Minangkabau menyebabkan kehidupan dan dinamika kaum perempuan sangat terkekang. Bahkan untuk keluar rumah saja sangat sulit, karena dianggap tidak sopan. Kondisi yang demikian mengakibatkan 90% kaum perempuan Minangkabau pada era ini berada dalam keadaan buta huruf (aksara latin) (Samsul Nizar, 2008: 91). Melihat kondisi tersebut, Hamka melakukan pembaharuan di dalam pendidikan Islam. Beliau mengubah pendidikan tradisional menjadi pendidikan modern. Tidak banyak yang mengetahui bahwa Buya Hamka adalah sosok cendekiawan Indonesia yang memiliki pemikiran membumi dan bervisi masa depan. Pemikirannya tidak hanya berlaku di zamannya, namun masih sangat kontekstual di masa kini. Produktivitas gagasannya di masa lalu sering menjadi inspirasi dan rujukan gagasan-gagasan kehidupan di masa kini.

(18)

4

ilmuwan, diharapkan dengan pemikiran-pemikiran pendidikannya mampu memberikan solusi alternatif terhadap kondisi pendidikan saat ini.

Menurut Dr. Zakiah Daradjat (1982: 28), tujuan pendidikan yaitu mendidik dan menumbuhkan serta mengembangkan jiwa dari sila-sila yang lain dalam kehidupan anak didik baik di rumah maupun di sekolah, sehingga benar-benar akan terciptalah manusia Indonesia yang sesuai dengan yang diinginkan oleh dasar dan tujuan negara. Sedangkan, tujuan akhir pendidikan Islamnya adalah membentuk kepribadian seseorang menjadi Insan Kamil, artinya manusia utuh rohani dan jasmani (Zakiah Daradjat, 2014: 29). Orang yang sudah takwa dalam bentuk insan kamil, masih perlu mendapatkan pendidikan dalam rangka pengembangan dan penyempurnaan, sekurang-kurangnya pemeliharaan supaya tidak luntur dan berkurang. Tujuan akhir pendidikan Islam itu dapat dipahami dalam

“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa kepada-Nya; dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan beragama Islam.”(QS. Ali Imron (3): 102) (Depag RI, 2005: 79).

(19)

5

Dalam Al-Qur‟an telah dijelaskan bahwa tujuan pendidikan Islam adalah membina manusia guna mampu menjalankan fungsi-fungsinya sebagai hamba Allah dan khalifah-Nya (Abd. Rahman Dahlan, 1997: 173). Sedangkan menurut Hamka, sistem pendidikan Islam yang ideal seyogianya berorientasi pada visi keakhiratan sebagai alat control perilaku manusia, sekaligus visi kekinian dengan mengaktifkan fungsi akal peserta didik secara maksimal. Persentuhan kedua aspek tersebut secara harmonis dan integral akan menciptakan sosok peserta didik yang memiliki kepribadian paripurna (insan kamil). Melalui agama, dinamika akal akan terkontrol dengan baik. Adapun melalaui ilmu umum (rasional), akan menyiapkan umat Islam agar mampu menjawab berbagai tantangan dinamika zaman secara aktif, dinamis dan proporsional. Ungkapannya ini mencerminkan sikap intelektualitasnya yang ditujukan kepada umat Islam agar melihat visi pembaharuan, khususnya pendidikan Islam secara kritis dan objektif (Samsul Nizar, 2008: 10-12).

(20)

6

alam semesta. Untuk mencapai tujuan ideal ini, pendidikan Islam hendaknya diformulasi secara sistematis dan integral, sehingga dapat merangsang tumbuhnya dinamika fitrah peserta didik secara optimal (Samsul Nizar, 2008: 116-117).

Berdasarkan uraian di atas maka penulis tertarik untuk meneliti pemikiran HAMKA tentang pendidikan integral. Oleh karena itu, skripsi ini penulis beri judul Pendidikan Integral Perspektif HAMKA.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti merumuskan masalah penelitian sebagai berikut:

1. Bagaimana pemikiran HAMKA tentang pendidikan integral?

2. Bagaimana relevansi pemikiran HAMKA tentang pendidikan integral dengan pendidikan saat ini?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini yaitu untuk mengetahui:

1. Pemikiran HAMKA tentang pendidikan integral.

(21)

7

D. Kegunaan Penelitian

Adapun kegunaan penelitian ini adalah: 1. Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah khazanah keilmuan di bidang pendidikan Islam.

Bagi kalangan akademik yang ingin meneliti masalah pendidikan dalam Islam, penelitian ini dapat dijadikan referensi dan pedoman berupa sumbangan teoritis.

2. Praktis

a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat khususnya bagi para pendidik atau lembaga pendidikan Islam serta pihak lain yang berkepentingan untuk menambah khazanah pengetahuan pendidikan.

b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran serta wawasan kepada kaum muslimin, dengan harapan pendidikan integral yang dilaksanakan sesuai dengan ajaran Islam.

c. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran dalam bidang pendidikan Islam.

E. Kajian Pustaka

(22)

8

dalam bidang ilmu yang berhubungan atau yang pernah digunakan oleh peneliti-peneliti terdahulu (Mohammad Nazir, 1988: 111).

Dalam hal ini, pengkajian dan penelitian terhadap pemikiran Hamka mengenai pendidikan integral didasarkan pada pendidikan Islam yang ideal masih sangat sulit ditemukan. Hal ini dikarenakan masih jarangnya orang yang menganggap bahwa Hamka merupakan salah satu tokoh pemikir pendidikan. Meskipun demikian, penulis menemukan karya ilmiah yang membahas tentang pemikiran Hamka terhadap pendidikan Islam, yaitu:

Skripsi karya Roudlotul Jannah (11110003). Program Studi PAI STAIN Salatiga yang berjudul Pemikiran Hamka tentang Nilai-Nilai Pendidikan Budi Pekerti (2015). Dalam skripsi ini, Roudlotul Jannah mengulas pemikiran Hamka tentang nilai-nilai pendidikan pada budi pekerti. Penelitian ini membahas secara khusus dan mengupas secara komprehensif tentang Pemikiran Hamka tentang Nilai-Nilai Pendidikan Budi Pekerti. Sejauh yang penulis ketahui, kajian tentang pemikiran Hamka sendiri telah diangkat sebagai skripsi oleh Nur Kholis yang berjudul Studi Komparasi antara Konsep Hamka dengan Abdullah Nasih Ulwan tentang Pendidikan Akhlak.

Skripsi karya Lia Dwi Purwanti (11112131). Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan IAIN Salatiga yang berjudul Nilai-Nilai Pendidikan Sosial dalam Novel Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck Karya Buya

(23)

9

dalam novel Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck Karya Buya Hamka diantaranya: adanya nilai pendidikan sosial, pendidikan kasih sayang, tanggung jawab, dan keserasian hidup. Karakter tokoh yang patut diteladani diantaranya: sikap dan perilaku dalam hubungannya dengan Tuhan, dengan diri sendiri, keluarga, masyarakat, bangsa, dan alam sekitar.

Skripsi karya Siti Lestari (063111037).Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang yang berjudul Pemikiran Hamka tentang Pendidik Dalam Pendidikan Islam (2010).Skripsi ini menunjukkan bahwa adanya hubungan antara pendidik dalam keluarga (orang tua), sekolah (guru) dan masyarakat (komunitas sosial) adalah sangat terkait dalam rangka mengembangkan semua potensi yang dimiliki anak didik menuju perkembangan yang optimal. Untuk mendukung komunikasi antara orang tua, guru dan masyarakat; Hamka menjadikan Masjid Al-Azhar sebagai tempat bersilaturrahmi antara guru dan orang tua untuk membicarakan perkembangan peserta didik. Pemikiran ini bisa dikembangkan lebih jauh dengan banyak cara seperti kunjungan ke rumah, Case conference, membentuk badan pembantu sekolah, surat menyurat, dan sebagainya.

Skripsi karya Dartim (G000120097). Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Surakarta yang berjudul Konsep Pemikiran Pendidikan Islam menurut Buya Hamka Tahun 1950-1980: Telaah Buku

(24)

10

berdasarkan telaah karya-karyanya pada tahun 1950-1980 untuk menyikapi realitas dunia pendidikan kontemporer. Hasil penelitian ini menyebutkan bahwa Pendidikan Islam pada tahun 1950-1980 adalah menekankan pada upaya maksimal dalam menumbuhkan dan menguatkan pribadi. Pribadi individu yang mencakup dari akal, budi, cita-cita dan bentuk fisik seseorang yang harus dikembangkan semaksimal mungkin dan seutuhnya.

Jurnal karya Abdul Nashir. FT PAI ISID Gontor yang berjudul

(25)

11

Pendidikan Islam adalah tempat melatih budi dan persiapan untuk hidup di masyarakat dengan menghasilkan alumni yang mandiri dan melepas ketergantungan pada orang lain dan mampu berinisiatif.

Berdasarkan tulisan-tulisan diatas, maka dapat disimpulkan bahwa penelitian yang akan peneliti angkat berbeda dari tulisan-tulisan yang sudah ada. Disebabkan karna masih minimnya penelitian yang menempatkan Hamka sebagai tokoh pendidikan, maka dalam penelitian ini peneliti menitikberatkan pada pemikiran Hamka yang relevan dengan kondisi pendidikan sekarang, terutama pemikiran Hamka tentang pendidikan integral dalam memberikan kontribusi dalam pendidikan kontemporer.

Hal ini karna dalam lintas sejarah kehidupannya, ia merupakan tokoh yang telah banyak ikut andil dalam memperkenalkan pembaharuan pendidikan di Indonesia dengan melakukan modernisasi kelembagaan dan orientasi materi pendidikan Islam, yaitu ketika mengelola Tabligh School

(26)

12

F. Metode Penelitian

Pokok-pokok bahasan yang terdapat dalam bab metode penelitian adalah (1) jenis penelitian, (2) metode pengumpulan data, (3) sumber data, dan (4) metode analisis data.

1. Jenis Penelitian

Penelitian ini tergolong jenis penelitian kualitatif yang bercorak studi pustaka (library research), di mana jenis penelitian yang sumber datanya berasal dari naskah-naskah berupa dokumen, baik berupa buku, jurnal, makalah, maupun tulisan-tulisan lainnya. Adapun penelitian dengan filosofis-historis yaitu, data yang diteliti merupakan data yang diperoleh dari hasil telaah kepustakaan buku-buku teks yang relevan dengan pembahasan penelitian yang akan dilakukan, berupa telaah sejarah maupun telaah terhadap pemikiran seorang tokoh, untuk kemudian dianalisis maknanya secara mendalam, sehingga dapat merumuskan sebuah konsep (Abudin Nata, 1997:5-6). Dalam hal ini, warisan pemikiran Hamka tentang pendidikan integral merupakan wacana yang sangat potensial untuk diteliti dan dikembangkan dalam rangka memperkaya konsep pendidikan nasional.

2. Metode pengumpulan data

(27)

13

literatur yang mempunyai hubungan dengan permasalahan yang diteliti, di mana penulis membaca dan menelaahnya dari buku-buku bacaan yang ada kaitannya dengan tema skripsi, yaitu pemikiran Hamka tentang pendidikan integral.

Penelitian ini berupa library research, maka pengumpulan data yang digunakan adalah dengan menelusuri buku-buku atau kitab yang disusun oleh Hamka. Proses pengumpulan data ini dilakukan dengan bahan-bahan dokumen yang ada, yaitu dengan melalui pencarian buku-buku, jurnal dan lain-lain di katalog beberapa perpustakaan dengan mencatat sumber data yang terkait yang dapat digunakan dalam studi sebelumnya.

Penulis juga menggunakan metode pendekatan studi tokoh atau pendekatan sejarah, objek yang dikaji adalah pemikiran seorang tokoh baik itu persoalan-persoalan, situasi, atau kondisi yang mempengaruhi terhadap pemikirannya. Menurut Mukti Ali, pendekatan ini adalah untuk mengetahui sejauh mana pemikiran seorang tokoh yaitu dengan cara meneliti karya-karyanya dan biografinya.

3. Sumber data

(28)

14

data selain data primer namun memiliki relevansi dengan objek utama pembahasan penlitian (Sugiyono, 2015: 1-3).

a. Data primer

Adapun yang menjadi sumber penelitian ini adalah karya dari Hamka sendiri, yaitu:

1). Hamka, Lembaga Hidup, Jakarta: Republika Penerbit, 2015. 2). Hamka, Lembaga Budi, Jakarta: Panjimas, 1983.

3). Hamka, Pribadi Hebat, Jakarta: Gema Insani, 2014.

4). Hamka, Pelajaran Agama Islam, Jakarta: Bulan Bintang, 1952.

5). Hamka, Falsafah Hidup, Jakarta: Pustaka Panji Masyarakat, 1950.

b. Data sekunder

Sumber data sekunder dalam penelitian ini adalah: 1). Hamka, Angkatan Baru, Jakarta: Gema Insani, 2016. 2). Hamka, Dari Hati ke Hati, Jakarta: Gema Insani, 2016, 3). Hamka, Tasawuf Modern, Jakarta: Pustaka Panjimas, 1983,

serta masih banyak lagi karya Hamka sendiri yang menjadi sumber data sekunder.

(29)

15

5). H. Rusydi, Pribadi dan Bermartabat Buya Prof. Dr. Hamka, Jakarta: Pustaka Panjimas, 1983.

6). Serta semua media yang menjadi sumber data sekunder, yaitu dari ebook, majalah, koran, PDF, jurnal maupun dari website

yang berkaitan dengan penelitian tentang pendidikan integral.

4. Metode analisis data

Penelitian studi pustaka data-data yang sudah terkumpul, dicari pola, keterkaitan, pengaruh, hukum, konsep dan prinsip-prinsip yang ada, sehingga menjadi bangunan konsep teori yang runtut dan sistematis sesuai dengan tujuan penelitain. Pada penelitian studi pustaka, berkaitan erat dengan sejarah kejadian atau kronologi tentang suatu peristiwa maupun berkaitan erat dengan sosok seorang tokoh (Amin Abdullah, 2016: 192). Dalam proses analisis ini penulis menggunakan dua cara yang saling bergantian yaitu:

a. Proses analisa deduksi, yaitu analisa dari pengertian yang umum yang kemudian dibuat nyata dan penerapan lebih khusus, yaitu dengan cara mengumpulkan data-data dalam permasalahan umum kemudian mengerucut pada proses pengambilan permasalahan-permasalahan yang bersifat khusus.

(30)

16

suatu ucapan umum. Yaitu dengan cara analisa dari data yang bersifat khusus kemudian yang bersifat umum.

Kemudian dianalisis hingga mampu menghasilkan sebuah kesimpulan yang sesuai dengan tujuan utama penelitian.

G. Penegasan Istilah

Untuk menghindari kesalahpahaman dalam mengartikan. Maka penulis akan mencoba memberikan sebuah penegasan istilah yang digunakan dalam penelitian ini. Beberapa istilah yang perlu ditegaskan adalah sebagai berikut:

(31)

17

2. HAMKA (Prof. Dr. H. Abdul Malik Karim Amrullah)

Hamka atau yang lebih sering dikenal dengan sebutan Buya Hamka lahir pada tanggal 17 Februari 1908 M (1327 H) di kampung Molek, Maninjau, Sumatera Barat, Indonesia (Sulaiman Al-Kumayi, 2004: 21). Beliau adalah ulama Indonesia era modern yang telah banyak memberikan kontribusi bagi pengembangan peradaban dan munculnya dinamika intelektualitas masyarakat (Islam).

H. Sistematika Penulisan

Untuk memberikan gambaran secara menyeluruh dalam skripsi ini, maka penulis mengemukakan sistematika penulisan sebagai berikut:

Bab pertama, merupakan pendahuluan yang membahas tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, kajian pustaka, manfaat penelitian, metode penelitian, penegasan istilah dan sistematika penulisan skripsi.

Bab kedua, membahas tentang biografi Hamka, silsilah keluarga Hamka, setting pendidikan dan sosial Hamka, pengaruh Hamka dalam pendidikan, dan karya-karya Hamka.

(32)

18

Bab keempat mengenai pembahasan, berisi: urgensi pemikiran Hamka tentang pendidikan integral, relevansi pemikiran Hamka tentang pendidikan integral dengan pendidikan sekarang, dan implikasi pemikiran Hamka tentang pendidikan integral dalam pendidikan sekarang di Indonesia

(33)

19

BAB II

BIOGRAFI TOKOH

A. Biografi Hamka

Prof. Dr. Haji Abdul Malik Karim Amirullah atau lebih dikenal dengan julukan Buya Hamka atau Hamka saja, yakni singkatan namanya, (lahir di Maninjau, Tanjung Raya, Kabupaten Agam, Sumatera Barat, 17 Februari 1908 – meninggal di Jakarta, 24 Juli 1981 pada umur 73 tahun) adalah sastrawan Indonesia, sekaligus ulama, ahli filsafat, dan aktivis politik (Sholechul Azis, 2013: 53).

Ayahnya adalah Dr. Syekh Abdul Karim Amrullah, beliau merupakan tokoh pelopor gerakan Islam “Kaum Muda” di Minangkabau yang memulai gerakannya pada tahun 1906 setelah kembali dari Mekkah (H. Rusydi, 1983: 1). Sementara ibunya adalah Siti Shafiyah Tanjung. Dalam silsilah Minangkabau, ia berasal dari suku Tanjung, sebagaimana suku ibunya (Sholechul Azis, 2013: 53).

Pada tahun 1914, Abdul Malik, nama panggilan Hamka sewaktu masih kecil, telah mengawali pendidikannya dengan membaca al-Qur‟an di rumah orang tuanya sewaktu mereka sekeluarga pindah dari Maninjau ke Padang Panjang. Setahun kemudian, setelah mencapai tujuh tahun, Hamka dimasukkan ayahnya ke Sekolah Desa (Ahmad Hakim, M. Thalhah, 2005 : 25-26).

(34)

20

Haji Rasul, maka beliau memasukkan Malik ke Thawalib. Sekolah itu mewajibkan murid-muridnya menghafal kitab-kitab klasik, kaidah mengenai nahwu, dan ilmu saraf. Sistem pembelajaran di Thawalib yang mengandalkan hafalan membuatnya jenuh. Keadaan inilah yang membawa Hamka berada di perpustakaan umum milik Zainuddin Labai el-Yunusi dan Bagindo Sinarno.

Pada tahun 1924, Hamka berkunjung ke tanah Jawa selama kurang lebih satu tahun, yang menurut Hamka sendiri telah mampu memberikan semangat baru baginya untuk mempelajari Islam. Rantau pengembaraan pencarian ilmu dari tanah Jawa itu ia mulai mendapat kesempatan mengikuti kursus-kursus yang diselenggarakan oleh Muhammadiyah dan Syarikat Islam. Dalam kesempatan ini Hamka bertemu dengan Ki Bagus Hadikusumo, di mana Hamka mendapatkan pelajaran tafsir al-Qur‟an darinya. Ia juga bertemu dengan H.O.S Cokroaminoto dan mendengar ceramahnya tentang Islam dan sosialisme. Di sampingnya itu ia berkesempatan pula untuk bertukar pikiran dengan beberapa tokoh penting lainnya, seperti Haji Fachruddin dan Syamsul Rijal, tokoh Jong Islamieten Bond, suatu organisasi yang bertujuan mempelajari Islam dan mengajarkan agar ajaran-ajarannya dilaksanakan serta mengembangkan rasa simpatik kepada Islam dan pengikutnya, di samping juga menunjukkan sikap toleran terhadap pemeluk agama lain.

(35)

21

Buya Hamka menikah saat berumur 21 tahun sedangkan Istrinya, Siti Raham 15 tahun (Yudi Pramuko, 2001: 44). Setelah perkawinannya dengan Siti Raham, ia mengaktifkan diri sebagai pengurus Muhammadiyah cabang Padang. Pada tahun 1933, ia menghadiri Muktamar Muhammadiyah di Semarang, dan pada tahun 1934 ia diangkat menjadi anggota tetap Majlis Konsul Muhammadiyah Sumatera Tengah. Kemudian pada tahun 1946, berlangsung konferensi Muhammadiyah di Padang Panjang, dan Hamka terpilih sebagai ketuanya. Situasi ini sangat menguntungkan Hamka, sehingga kebolehannya sebagai penulis dan penceramah bertambah popular.

Pada saat yang sama, Hamka merupakan figur terkemuka dalam perjuangan revolusioner merebut kemerdekaan nasional di Sumatera Barat dari tahun 1945 sampai 1949, ia pindah ke Jakarta dan diangkat sebagai pejabat tinggi Depag, Hamka memanfaatkan sebagaian besar waktunya untuk mengajar, menulis dan menyunting serta menerbitkan jurnal Panji Masyarakat. Pada tahun 1955, Hamka terpilih menjadi anggota konstituante mewakili partai politik modern Islam, Masyumi.Karir politik berakhir dengan dibubarkannya majelis ini oleh presiden Sukarno.

(36)

22

negara-negara non-Islam. Sekembalinya dari Amerika Serikat, Hamka menerbitkan buku perjalanannya Empat Bulan Di Amerika sebanyak dua jilid. Sesudah itu, secara berturut-turut, Hamka menjadi anggota misi kebudayaan ke Muangthai (1953), mewakili Depag untuk menghadiri peringatan mangkatnya Budha di Birma (1954), menghadiri Konferensi Islam di Lahore (1958) dan menghadiri undangan Universitas Al-Azhar Kairo untuk memberikan ceramah tentang pengaruh Muhammad Abduh di Indonesia. Beberapa hari setelah mengadakan kunjungan tersebut, Hamka melanjutkan perjalanannya ke Saudi Arabia untuk memenuhi undangan raja Saud. Ia melanjutkannya ke Makkah, Jeddah dan ziarah ke makam Rasulullah saw. di Madinah. Setelah itu datanglah berita dari Riyadh yang menyatakan bahwa raja Saud berkenan menerimanya di istananya sebagai tamu. Pada waktu itu pula, datanglah kabar berita dari Mesir di Indonesia, Sayyid Ali Fahmi al-Amrouzi, yang menyatakan bahwa Al-Azhar University telah mengambil keputusan hendak memberinya gelar ilmiah tertinggi dari Al-Azhar University, yaitu Ustadziyah Fakhriyyah, yang sama artinya dengan Doctor Honoris Causa. Kemudian raja Saud meminta Hamka untuk kembali ke Mesir guna menghadiri upacara penyerahan gelar mulia itu, sebab dari ceramahnya tersebut ketika di Al-Azhar University sebelumnya.

(37)

23

pada akhir tahun 2002, bahwa Syeikh Ba‟asyir diisukan merencanakan

pembunuhan terhadap presiden Megawati Sukarno Putri- Hamka di tahan pada tahun 1964 (Ahmad Hakim, M. Thalhah, 2005: 26-28). Dari tahun 1964 hingga tahun 1966, Hamka dipenjarakan oleh Presiden Sukarno karena dituduh pro-Malaysia.

Namun dalam statusnya sebagai tahanan justru Hamka berhasil membuktikan keyakinannya, manusia membutuhkan kemerdekan jiwa dan pikiran, bahwa jeruji penjara tidak mampu mengekang jiwa dan pikiran Hamka yang merdeka, sehingga beliau berhasil menyelesaikan karya

monumentalnya tafsir Al Qur‟an yang diberi nama Tafsir Al Azhar yang

tersebar hingga mancanegara (Hamka, 2016a: 88). Setelah keluar dari penjara, Hamka dilantik sebagai ahli Badan Musyawarah Kebajikan Nasional, Indonesia, anggota Majelis Perjalanan Haji Indonesia dan anggota Lembaga Kebudayaan Nasional, Indonesia.

(38)

24

Siti Raham, istri tercinta Hamka, mendahuluinya pulang ke rahmatullah, tanggal 1 Januari 1972 (Yudi Pramuko, 2001: 44). Sembilan tahun kemudian, Hamka meninggal dunia pada 24 Juli 1981 dalam usia 73 tahun dan dikebumikan di Tanah Kusir Jakarta Selatan, namun jasa dan pengaruhnya masih terasa sampai sekarang ini. Beliau bukan saja diterima sebagai tokoh ulama dan sastrawan di negara kelahirannya, namun sampai keluar negeri termasuk Malaysia dan Singapura.

Dari sejarah di atas dapat dipahami bahwa Hamka tidak suka terhadap sikap sebagaian ummat Islam yang mengejar kehormatan dan meninggalkan moral Islam, umat Islam hendaknya tetap pada jati dirinya berani membela kebenaran, menimbang segala keputusan penuh dengan pertimbangan maka dengan sikap ini manusia akan menjadi mulia dan berharga diri baik di sisi Allah maupun pandangan manusia, kepribadian Hamka termasuk orang yang memiliki sikap tegas dan lugas. Konsistensi sikapnya yang tegas terlihat dalam upaya mempertahankan idealisme

hidupnya “sekali berbakti, sampai mati” dan kemerdekaan berfikirnya

yang lugas, karena kelugasannya sering kali ia berhadapan dengan berbagai rintangan, baik terhadap pemerintah ia sering mengkritik kebijakan-kebijakan yang dibuat oleh pemerintah, keteguhan sikapnya ini sampai-sampai menghantarkan ia ke penjara (1964-1966).

(39)

25

Selatan maupun bagi ummat Islam di Indonesia, dengan model pendidikan yang ditawarkannya menempatkannya sebagai seorang yang termasuk reformis muslim Indonesia bahkan melalui ide-ide pembaharuannya ia telah membuka wawasan intelektual muslim dan mensejajarkan pendidikan Islam dengan pendidikan yang dikelola oleh Kolonial Belanda.

B. Silsilah Keluarga Hamka

Abdullah Arief

(Tuanku Pauh Pariaman atau Tuanku Nan Koto Juo, salah seorang pahlawan perang Padri)

Abdullah Saleh (Tuanku Guguk Katur) Memiliki tiga orang istri

1. Anak pr Tuo 2. Saerah 3. Anak pr Koto

(40)

26

C. Setting Pendidikan dan Sosial Hamka

Sewaktu kecil Hamka mendapat pendidikan rendah di Sekolah Dasar Maninjau. Ketika usia Hamka mencapai 10 tahun, ayahnya telah mendirikan Sumatera Thawalib di Padang Panjang. Di situ Hamka mempelajari agama dan mendalami bahasa Arab. Hamka juga pernah mengikuti pengajaran agama di surau dan masjid yang diberikan ulama terkenal seperti Syeikh Ibrahim Musa, Syeikh Ahmad Rasyid, Sutan Mansur, R.M. Surjoparonto dan Ki Bagus Hadikusumo.

Hamka di waktu kecil tergolong anak nakal karena suka memberontak dan seorang preman karena hobinya waktu remaja mengadu ayam dan jadi joki dalam pacuan kuda. Menurut, penuturan Zen Hasan yang merupakan sahabat dekat Hamka waktu kecil menuturkan pergaulan Hamka lebih banyak dengan preman dari pada dengan kalangan terpelajar (Zamrud Ridwan Saidi, 1993: 79), karena itu pendidikan yang dilaluinya tidak begitu berjalan dengan baik.

(41)

27

meletakkan jabatan itu ketika Sukarno menyuruhnya memilih antara menjadi pegawai negeri atau bergeliat dalam politik Majlis Syura Muslimin Indonesia (Masyumi).

Hamka menimba ilmu pengetahuan melalui otodidak dalam berbagai bidang ilmu pengetahuan seperti filsafat, sastra, sejarah, sosiologi dan politik baik Islam maupun Barat. Dengan kemahiran bahasa Arabnya yang tinggi, beliau dapat menyelidiki karya ulama dan pujangga besar di Timur Tengah seperti Zaki Mubarak, Jurji Zaidan, Abbas al-Aqqad, Mustafa al-Manfaluti dan Hussain Haikal, melalui bahasa Inggris yang dimilikinya beliau meneliti karya sarjana Perancis, Inggris, dan Jerman seperti Albert Camus, James, Sigmund Freud, Arnold Toynbee, Jean Paul Sartre, Karl Marx dan Pierre Loti. Hamka juga rajin membaca dan bertukar pikiran dengan tokoh-tokoh terkenal Jakarta seperti HOS Tjokroaminoto, Raden Mas Surjopranoto, Haji Fachrudin, Ar Sutan Mansur dan Ki Bagus Hadikusumo sambil mengasah bakatnya sehingga menjadi seorang ahli pidato yang handal.

Hamka aktif dalam gerakan Islam melalui organisasi Muhammadiyah. Beliau mengikuti pendirian Muhammadiyah mulai tahun

1925 untuk melawan khurafat, bid‟ah, tarekat dan kebatinan waktu beliau

(42)

28

beliau terpilih menjadi ketua Majlis Pimpinan Muhammadiyah di Sumatera Barat oleh Konferensi Muhammadiyah, menggantikan S.Y. Sutan Mangkuto pada tahun 1946. Beliau menyusun kembali pembangunan dalam Kongres Muhammadiyah ke-31 di Yogyakarta pada tahun 1950.

(43)

29

Indonesia, anggota Majelis Perjalanan Haji Indonesia dan anggota Lembaga Kebudayaan Nasional, Indonesia.

Hamka berpulang ke rahmatullah pada 24 Juli 1981 dalam usia 73 tahun dan dikebumikan di Tanah Kusir Jakarta Selatan, namun jasa dan pengaruhnya masih terasa hingga sekarang dalam peradaban Islam.

D. Pengaruh Hamka dalam Pendidikan

Buya Hamka adalah sosok cendekiawan Indonesia yang memiliki pemikiran membumi dan bervisi masa depan. Pemikirannya tidak hanya berlaku di zamannya, naman masih sangat kontekstual di masa kini. Produktivitas gagasannya di masa lalu sering menjadi inspirasi dan rujukan gagasan-gagasan kehidupan di masa kini.

Hamka merupakan sosok yang memiliki kepribadian yang cemerlang. Ratusan karya tulis telah dilahirkannya. Tidak mengherankan biladalam Oxford History of Islam (2000), John L Esposito pun menyandingkannya dengan pemikirbesar Muslim terkemuka.

Karya Hamka yang banyak digemari masyarakat, seperti

Tenggelamnya Kapal van der Wijk (1938), Di Bawah Lindungan Ka‟bah (1938), Tasauf Modern (1939), Di Dalam Lembah Kehidupan (1940),

Falsafah Hidup (1940), Merantau ke Deli (1941), Margaretta Gauthier

(44)

30

akan nilai-nilai keadilan dalam masyarakat dan kepekaanya terhadap realitas sosial.

Keterlibatannya di dalam pendidikan formal merupakan sarana yang strategis untuk memasukkan pemikiran-pemikiran modernnya. Keinginan untuk mendirikan institusi pendidikan akhirnya tercapai dengan berdirinya Tabligh School di Padang Panjang, tahun 1931, dan Tabligh School di Makassar tahun 1932. Tujuan Tabligh School didirikan di Padang adalah untuk mencetak muballigh Islam yang akan disebar ke daerah-daerah di Minangkabau (Hamka, 1979: 21).

Adapun tujuan institusional pendidikan Tabligh School di Makassar adalah untuk mempersiapkan calon guru madrasah (semacam kursus guru) dan menyiapkan peserta didik menjadi muballigh, juru penerang keagamaan, dan tenaga khatib di masjid-masjid yang ada.

Di samping Tabligh School, di kota Makassar juga didirikan

sekolah dasar dengan nama “Munier School” dan “HIS Muhammadiyah”.

Pola pendidikannya mengambil corak model pendidikan modern.

Sekembalinya dari Makassar pada tahun 1934, ia mendirikan Kulliyatul Muballighin Muhammadiyah di Padang Panjang. Lembaga ini dikelolanya sejak tahun 1934 sampai tahun 1935. Ia mengajarkan ilmu-ilmu penting seperti ilmu-ilmu ushul fiqh, mantiq, ilmu-ilmu ikhtilaful mazahib

(memakai kitab Bidayatul Mujtahid), tafsir (tafsir al-Manar), dan „ilmu

„arudh (timbangan syi‟ir bahasa Arab), beliau juga mengajarkan ilmu

(45)

31

mengajarnya yang dinamis dan bervariasi, pengetahuannya yang luas, serta kepribadiannya yang dapat dijadikan teladan, merupakan salah satu faktor penarik tersendiri. Untuk itu, tak heran jika sebagian murid-muridnya di Makassar datang ke Padangpanjang untuk belajar di Kulliyatul Muballighin.

Pendidikan Kulliyatul Mubalighin dilaksanakan dua kali sehari. Pada pagi hari, pelaksanaanya mengambil tempat di ruang shalat berjamaah bagian dalam asrama Muhammadiyah. Sementara di malam

hari, setelah shalat isya‟, pelaksanaan pendidikan mengambil tempat di

lokal sekolah HIS Muhammadiyah.

Berbekal kemampuan intelektual dan pengalaman sebagai pendidik sewaktu di Tabligh School dan Kulliyatul Muballighin Makassar, sangat banyak membantu keberhasilannya sebagai pendidik dan sekaligus mengembangkan Kulliyatul Muballighin di Padang Panjang. Dalam pelaksanaan proses belajar mengajar, ia dibantu oleh A.R. Sutan Mansur yang mengajar tafsir Al-Qur‟an dan Saalah Sutan Mangkuto yang mengajarkan dasar-dasar ilmu hukum (Hamka, 1979: 34).

(46)

32

Penghargaan dan sikap toleran atas perbedaan jauh lebih penting dikemukakan untuk menciptakan tata kehidupan yang damai.

Pemikiran Buya Hamka sebagai intelektual yang mencintai keadilan dan memandang perbedaan sebagai suatu kenyataan hidup merupakan pemikiran yang sangat dibutuhkan di dalam kehidupan saat ini. Pribadi tangguh yang dilahirkan di tanah Minangkabau ini memberikan teladan untuk bersikap dewasa dan menghargai pluralisme serta mengakui perbedaan.

Perbedaan keyakinan bukan jalan untuk melakukan permusuhan. Hemat penulis, melihat dari jejak Hamka, apabila beliau memiliki perbedan prinsip keagamaan ia malah melakukan hubungan baik, namun kalau sudah menyangkut masalah kebangsaan beliau justru menentang kekuasaan pemerintahan yang zalim. Hingga dia masuk kedalam jeruji penjara. Namun jeruji penjara tidak membuatnya menjadi seorang yang lemah, justru karena kemerdekaan jiwa dan pikirannya beliau mampu melahirkan mahakarya berupa Tafsir Al Azhar.

(47)

33

dasar toleransi adalah jalan yang paling baik daripada menutup semua peluang dialog dan hidup berdampingan. Indonesia adalah bangsa yang dibangun atas dasar kesamaan nasib, bukan semata-mata kesamaan berkeimanan. Sudah selayaknya bangsa ini diolah dan dibangun dengan cara pandang yang terbuka pula.

E. Karya-Karya Hamka

Hamka telah menulis lebih dari seratus buku, termasuk fiksi, politik, adat Minangkabau, sejarah dan biografi, doktrin Islam, etika tasawuf dan tafsir. Kalau dicermati dengan seksama, maka dalam kurun waktu 1936-1942 (enam tahun) Hamka nampaknya mengonsentrasikan diri dalam hal menulis karya-karya di berbagai bidang ilmu, berikut adalah karya-karya Hamka:

1. Autobiografi

Kenang-Kenangan Hidup, Jilid I, II, III, IV cet. 4. Jakarta: Bulan Bintang, 1979.

2. Biografi

Ayahku; Riwayat hidup Dr. H. Abdul Karim Amrullah dan perjuangannya. Jakarta: Pustaka Wijaya, 1959.

3. Filsafat dan Keagamaan

a. Khatib al-Ummah. Padang Panjang, 1925. b. Islam dan Adat (1929).

(48)

34

d. Bohong di Dunia. Medan: Cerdas, 1939. e. Agama dan Perempuan. Medan: Cerdas, 1939.

f. Pedoman Mubaligh Islam. Medan: Bukhandel Islamiah, 1941. g. Hikmat Isra‟ Mi‟raj, (1946).

h. Negara Islam (1946).

i. Islam dan Demokrasi (1946). j. Revolusi Pikiran (1946).

k. Dibandingkan Ombak Masyarakat (1946).

l. Muhammadiyah Melalui Tiga Zaman. Padang Panjang, 1946. m. Revolusi Agama. Padang Panjang, 1946.

n. Sesudah Naskah Renville (1947). o. Pribadi (1950).

p. Falsafah Hidup. Jakarta: Pustaka Panji Masyarakat, 1950. q. Falsafah Ideologi Islam. Jakarta:Pustaka Wijaya, 1950. r. Urat Tunggang Pancasila. Jakarta: Keluarga, 1951. s. Pelajaran Agama Islam. Jakarta: Bulan Bintang, 1952. t. K.H.A. Dahlan. Jakarta: sinar pujangga, 1952.

u. Perkembangan Tasawuf dari Abad ke Abad. Jakarta: Pustaka Islam, 1957.

v. Pribadi. Jakarta: Bulan Bintang, 1959.

w. Pandangan Hidup Muslim. Jakarta: Bulan Bintang, 1962. x. Lembaga Hidup. Jakarta: Jajamurni, 1962.

(49)

35

z. Cemburu. Jakarta: Firma Tekad, 1962. aa. Angkatan Baru. Jakarta: Hikmat, 1962.

bb. Expansi Ideologi. Jakarta: Bulan Bintang, 1963.

cc. Pengaruh Muhammad Abduh di Indonesia. Jakarta: Tintamas, 1965.

dd. Sayyid Jamaluddin al-Afghani. Jakarta: Bulan Bintang, 1965. ee. Lembaga Hikmat. Jakarta: Bulan Bintang, 1966.

ff. Dari Lembah Cita-Cita. Jakarta: Bulan Bintang, 1967.

gg. Hak-Hak Azasi Manusia Dipandang dari Segi Islam. Jakarta: Bulan Bintang, 1968.

hh. Gerakan Penbaruan Agama di Minangkabau. Padang: Minang Permai, 1969.

ii. Hubungan antara Agama dan Negara menurut Islam.Jakarta: Pustaka Panjimas, 1970.

jj. Islam, Alim-Ulama dan Pembangunan. Jakarta: Pusat Dakwah Islam Indonesia, 1971.

kk. Islam dan Kebatinan. Jakarta: Bulan Bintang, 1972.

ll. Mengembalikan Tasawuf ke Pangkalnya. Jakarta: Bulan Bintang, 1973.

mm. Beberapa Tantangan terhadap Umat Islam di Masa Kini. Jakarta: Bulan Bintang, 1973.

(50)

36

oo. Muhammadiyah di Minangkabau. Jakarta: Nurul Islam, 1974. pp. Tanya Jawab Islam Jilid I dan II.Jakarta: Bulan Bintang, 1975. qq. Studi Islam, Aqidah, Syari‟ah, Ibadah. Jakarta: Yayasan Nurul

Islam, 1976.

rr. Perkembangan Kebatinan di Indonesia. Jakarta: Yayasan Nurul Islam, 1976.

ss. Tasawuf, Perkembangan dan Permuniannya.Jakarta: Yayasan Nurul Islam, 1976.

tt. Gairah dan Tantangan Terhadap Islam. Jakarta: Pustaka Panjimas, 1982.

uu. Kebudayaan Islam di Indonesia. Jakarta: Pustaka Panjimas, 1983. vv. Lembaga Budi. Jakarta: Pustaka Panjimas, 1983.

ww.Tasawuf Modern. Jakarta: Pustaka Panjimas, 1983.

xx. Doktrin Islam yang Menimbulkan Kemerdekaan. Jakarta: Yayasan Idayu, 1983.

yy. Islam:Revolusi Ideologi dan Keadilan Sosial. Jakarta: Pustaka Panjimas, 1984.

zz. Iman dan Amal Shaleh. Jakarta: Pustaka Panjimas, 1984. aaa. Renungan Tasawuf. Jakarta: Pustaka Panjimas, 1985. bbb. Filsafat Ketuhanan. Surabaya: Karunia, 1985.

ccc. Keadilan Sosial dalam Islam. Jakarta: Pustaka Antara, 1985. ddd. Tafsir al-Azhar, Juz I sampai Juz XXX. Jakarta: Pustaka

(51)

37

eee. Prinsip-prinsip dan Kebijaksanaan Dakwah Islam. Jakarta: Pustaka Panjimas, 1990.

fff. Tuntunan Puasa, Tarawih, dan Idul Fitri. Jakarta: Pustaka Panjimas, 1995.

4. Adat dan Kemasyarakatan

a. Adat Minangkabau Menghadapi Revolusi. Jakarta: Tekad, 1963. b. Islam dan Adat Minangkabau. Jakarta: Pustaka Panjimas, 1984.

5. Kisah Perjalanan

a. Mengembara di Lembah Nil. Jakarta: CV Gapura, 1951.

b. Di Tepi Sungai Dajlah. Jakarta: Tintamas, 1953. c. Mandi Cahaya di Tanah Suci. Jakarta: Tintamas, 1953. d. Empat Bulan di Amerika, 2 Jilid. Jakarta: Tintamas, 1954.

e. Merantau ke Deli. Jakarta: Bulan Bintang, 1977 (Samsul Nizar, 2008: 251-254).

6. Novel dan Roman:

a. Di Bawah Lindungan Ka‟bah, Haji Agus Hakim, Almuni

Kulliyatul Muballighin, yang didirikan Hamka di Padang Panjang, menceritakan bahwa naskah buku di atas telah ditulis pada tahun 1935, akan tetapi oleh Balai Pustaka ditulis pada 1937.

(52)

38

lahir setahun kemudian dari buku ini Di Bawah Lindungan

Ka‟bah.

c. Di dalam Lembah Kehidupan. Dalam buku ini banyak disinggung tentang kemudlaratan pernikahan poligami yang kurang perhitungan. Buku ini diterbitkan pada tahun 1939 oleh Balai Pustaka (M. Thalhah, Ahmad Hakim, 2005: 33).

d. Dijempoet Mamaknja.Jakarta: Balai Pustaka,1939. e. Keadilan Ilahi. Medan: Cerdas,1939.

f. Toean Direktoer. Medan: Cerdas,1939. g. Si Sabriah (1926).

h. Laila Majnun. Jakarta: Balai Pustaka, 1932. i. Salahnya Sendiri. Medan: Cerdas, 1939. j. Angkatan Baroe. Medan: Cerdas, 1949.

k. Cahaya Baroe. Jakarta: Pustaka Nasional, 1950.

l. Menoenggoe Bedoek Berboenji. Jakarta: Firma Pustaka Antara, 1950.

m. Teroesir. Jakarta: Firma Pustaka Antara, 1950.

7. Sejarah Islam

a. Pembela Islam. Medan: Pustaka Nasional, 1929.

(53)

39

e. Antara Fakta dan Khayal Tunaku Rao. Jakarta: Bulan Bintang, 1974.

f. Sejarah Umat Islam, 4 Jilid. Jakarta: Bulan Bintang, 1974.

8. Terjemahan

a. Sullam al-Wushul; Pengantar Ushul Fiqh, Terj. Karya Dr. H. Abdul Karim Amrullah. Jakarta: Pustaka Panjimas, 1984.

(54)

40

BAB III

DESKRIPSI PEMIKIRAN

A. Pengertian Pendidikan

Hamka membedakan makna pendidikan dan pengajaran. Menurutnya, pendidikan (Islam) merupakan serangkaian upaya yang dilakukan pendidik untuk membantu membentuk watak, budi, akhlak, dan kepribadian peserta didik, sehingga ia tahu membedakan mana yang baik dan mana yang buruk. Sementara pengajaran (Islam) merupakan upaya untuk mengisi intelektual peserta didik dengan sejumlah pengetahuan (Hamka, 2015: 305).

Setiap proses pendidikan, di dalamnya terdapat proses pengajaran. Keduanya saling melengkapi antara satu dengan yang lain, dalam rangka mencapai tujuan yang sama. Tujuan dan misi pendidikan akan tercapai melaui proses pengajaran. Demikian pula sebaliknya, proses pengajaran tidak akan berarti bila tidak dibarengi dengan proses pendidikan. Dengan pertautan ini kedua proses ini, manusia akan memperoleh kemuliaan hidup, baik di dunia maupun di akhirat (Hamka, 2015: 303).

B. Pengertian Pendidikan Islam

Pemikiran Hamka tentang pendidikan Islam didasarkan pada empat aspek yaitu; ( جشطفىا ) peserta didik; jiwa ( ةيقىا ), Jasad ( ٌسجىا), dan akal

(55)

41

pemikiran pendidikannya pada aspek pendidikan jiwa atau akhlakul al-karimah (budi pekerti) (Samsul Nizar, 2008: 120).

Pengertian pendidikan Islam ada tiga term yang digunakan para

ahli, yaitu ta‟lim ( ٌيؼت ), tarbiyah ( حيتشت ), dan ta‟dib ( بدأت ). Hamka

memosisikan pendidikan sebagai proses (ta‟lim) dan menyampaikan sebuah misi (tarbiyah) tertentu. Tarbiyah kelihatannya mengandung arti yang lebih komprehensif dalam memaknai pendidikan Islam, baik vertikal maupun horizontal. Prosesnya merujuk pada pemeliharaan dan pengembangan seluruh potensi (fitrah) peserta didik, baik jasmaniah maupun rohaniah. Misi pendidikan Islam menitik-beratkan pada tujuan penghambaan dan kekhalifahan manusia, yaitu hubungan pemeliharaan manusia terhadap makhluk Allah lainnya, sebagai perwujudan tanggung jawabnya sebagai khalifah di muka bumi, serta hubungan timbal balik antara manusia dengan alam sekitarnya secara harmonis. Bila kata tarbiyah ditarik pada pengertian interaksi edukatif, maka Hamka memandang tarbiyah mengandung makna:

1. Menjaga dan memelihara pertumbuhan fitrah (potensi) peserta didik untuk mencapai kedewasaan.

2. Mengembangkan seluruh potensi yang dimilikinya, dengan berbagai sarana pendukung (terutama bagi akal dan budinya). 3. Mengarahkan seluruh potensi yang dimiliki peserta didik menuju

(56)

42

Seluruh proses tersebut kemudian dilaksanakan secara bertahap sesuai dengan irama, kebutuhan masyarakat serta kemampuan perkembangan diri peserta didik. Hamka membedakan makna pendidikan dan pengajaran. Menurutnya pendidikan Islam merupakan serangkaian upaya yang dilakukan pendidik untuk membantu membentuk watak, budi, akhlak, dan kepribadian peserta didik, sehingga ia tahu membedakan mana yang baik dan mana yang buruk.

C. Pengertian Pendidikan Integral

Integral artinya mengenai keseluruhanya, meliputi seluruh bagian yang perlu untuk menjadikan lengkap, utuh, bulat, dan sempurna. Yang dimaksud pendidikan integral di sini adalah pendidikan yang memadukan antara potensi-potensi yang terdapat pada diri manusia yaitu, potensi jasmani dan potensi rohani dengan lingkungannya (baik lingkungan sosial maupun alam) dengan cara mengharmoniskan kembali relasi antara Tuhan-alam dan wahyu-akal untuk mewujudkan peserta didik yang kaffah.

Pendidikan yang mengintegralkan potensi fitrah-Nya yang tinggi dengan akal pikiran, perasaan, dan sifat-sifat kemanusiaannya yang lain serasi dan seimbang (Hamka, 1952: 105).

(57)

43

tetapi juga kemampuan psikomotorik dan spiritualnya dalam rangka membina hari esok yang lebih baik, di dunia ini dan di akhirat kelak.

D. Tujuan Pendidikan Integral

Tujuan pendidikan Islam adalah mengenal dan mencari keridhaan Allah, membangun budi pekerti untuk berakhlak mulia (Hamka, 2015: 190), serta mempersiapkan peserta didik untuk hidup secara layak dan berguna di tengah-tengah komunitas sosialnya (Hamka, 1983a: 2-3).

Apalah artinya keuntungan materi jika ilmu tidak dapat memimpin manusia menuju kepada keuntungan yang lebih tinggi lagi, yaitu keuntungan kebatinan dan kejiwaan (Hamka, 2014: 78).

Pendidikan harus didasarkan kepada kepercayaan, bahwa di atas dari kuasa manusia ada lagi kekuasaan Mahabesar. Itulah Tuhan. Sebab itu pendidikan modern tidak bisa meninggalkan agama. Kecerdasan otak tidaklah menjamin keselamatan kalau nilai rohani keagamaan tidak dijadikan dasarnya (Hamka, 2015: 304).

(58)

44

keagungan dan kebesaranNya, sekaligus untuk mempertebal keimanannya kepada Allah. Namun demikian, pendidikan bukan berarti hanya berorientasi pada hal-hal yang bersifat metafisik belaka.

Dalam melaksanakan tugasnya sebagai khalifah fil-ardh, yang berarti bahwa sebagian besar kekayaan dan Ilmu Allah tidaklah akan terbukti dengan jelas jika tidak manusia yang melaksanakannya. Untuk itu memikul jabatan yang mulia itu, manusia diberi Allah alat ataupun mahkota yang mulia berupa akal (Hamka, 2016b: 37). Dengan begitu manusia juga memerlukan pendidikan yang bersifat material. Hanya melalui pendekatan kedua proses tersebut, manusia akan dapat melaksanakan tugas dan fungsinya di muka bumi dengan sebaik-baiknya.

E. Materi Pendidikan Integral Menurut Hamka

(59)

45

akan menumbuhkan keyakinan kepada ketentuan Allah dan menjadi nilai control perilakunya. Sementara pendidikan akal (filsafat) akan membantu peserta didik membangun peradaban umat secara dinamis, sesuai dengan nilai-nilai ajaran agama yang diyakininya (Hamka, 2015: 303-304).

Dalam hal ini, ia membagi materi pendidikan Islam dalam empat macam. Keempat materi tersebut antara lain adalah:

1. Ilmu-ilmu agama, seperti tauhid, fiqh, tafsir, hadis, nahwu, bayan, mantiq, akhlak, dan sebagainya. Pelaksanaan pendidikan yang mengedepankan materi agama, merupakan suatu kemestian pada setiap lembaga pendidikan. Melalui muatan materi keagaman, diharapkan akan menjadi alat kontrol dan sekaligus ikut mewarnai pembentukan kepribadian peserta didik. Penekanannya bukan hanya transfer of knowledge (mengajar), akan tetapi lebih dari itu sebagai transfer of value (mendidik). Banyak orang yang memiliki ilmu agama yang demikian mendalam, akan tetapi dalam kehidupan kepribadiannya tidak memantulkan nilai-nilai yang bersifat agamis, sebagaimana yang terkandung dalam ilmu yang dimilikinya.

(60)

46

2. Ilmu-ilmu umum, seperti sejarah, filsafat, kesusasteraan, ilmu berhitung, ilmu bumi, ilmu tubuh (biologi), ilmu jiwa (psikologi), ilmu masyarakat (sosiologi), ilmu-ilmu tumbuh-tumbuhan, ilmu pemerintah, ilmu sejarah, dan lain sebagainya (Hamka, 1992: 192-193). Dengan ilmu-ilmu tersebut - khususnya filsafat- akan membuka dinamika berpikir, wawasan keilmuan dan kesiapan peserta didik untuk terlibat dalam kehidupan sosial yang demikian dinamis. Mereka akan mampu memikirkan fenomena alam sebagai ayat-ayat Allah dalam sebuah penelitian dan analisis untuk kemudian membangun sebuah peradaban yang rahmatan lil al-lamin, sebagai pengejawantahan tugas kekhalifahannya di muka bumi.

Agar peserta didik memiliki alat control dalam mengaplikasikan ilmunya, maka kesemua cabang ilmu tersebut hendaknya terlebih dahulu diformat secara integral dan disesuaikan dengan nilai esensial ajaran agama. Kesemua ilmu tersebut, menurutnya merupakan warisan Islam dan telah berkembang pesat pada zaman keemasan Islam dan telah ada jauh sebelum Barat mengembangkannya (Hamka, 1992: 187).

(61)

47

pelaksanaannya seyogianya bernuansa edukatif dan menunjang pencapaian tujuan pendidikan (Islam) (Hamka, 1950: 75-82). Pendekatan yang bervariasi akan menjadikan proses pendidikan lebih dinamis, sehingga peserta didik tidak merasa jenuh dengan materi pelajaran teoritis yang monoton. Terbinanya fitrah jasmani,

memiliki keterkaitan dengan pelaksanaan ibadah syari‟at; seperti

shalat, puasa, dan haji pelaksanaanya memerlukan kekuatan jasmaniah. Pendidikan jasmani hendaknya diarahkan pada keterampilan fisik, sebagaimana yang dipesankan pada rumusan tujuan pendidikan. Keterampilan yang diajarkan hendaknya memiliki manfaat bagi kehidupannya, baik pada masa kini maupun pada masa yang akan datang. Melalui keterampilan yang dimiliki, akan melatih peserta didik hidup secara kreatif. Pola pendidikan yang demikian akan membantu dalam memecahkan persoalan pengangguran (Hamka, 1950: 253).

(62)

48

adalah sabar dan tawakal, serta melihat seluruh persoalan sebagai jalan untuk mendekatkan diri kepada Allah (Hamka, 1992: 79). Keempat materi pendidikan di atas merupakan satu kesatuan yang harmonis dan integral. Agar seluruh materi tumbuh dan terpelihara, maka ada 5 (lima) hal yang perlu diperhatikan oleh setiap peserta didik, yaitu:

1. Bergaul dengan orang yang budiman. 2. Membiasakan pekerjaan berpikir. 3. Menahan syahwat dan marah. 4. Bekerja dengan teratur.

5. Senantiasa mengoreksi cita-cita diri apakah masih tetap mengacu pada role of system ilahiah atau mungkin telah tergelincir (Hamka, 1983c: 106).

F. Pendidik

Kemajuan suatu bangsa sangat tergantung pada kesempurnaan sistem pendidikan dan pengajaran yang ditawarkan (Hamka, 2015: 7).

Dalam proses pendidikan kompetensi pendidik merupakan hal yang sangat penting dan urgen, hal ini disebabkan karena pendidikan Islam sangat menekankan pada pola pendidikan yang dapat menyentuh seluruh potensi para peserta didik dan bahkan segala aspek kehidupan manusia.

(63)

49

luas, berakhlak mulia, dan bermanfaat bagi kehidupan masyarakat secara luas (Hamka, 1983a: 2-3). Sementara secara khusus tugas pendidik meliputi: mengetahui tingkat perkembangan dan kemampuan peserta didik, membangkitkan minat belajar, membangkitkan dan mengarahkan potensi peserta didik, mengatur situasi proses belajar mengajar yang kondusif, mengkomodir tuntutan sosial dan zaman ke dalam proses pendidikan, serta melakukan interaksi dengan peserta didik, orang tua, dan sosial secara harmonis.

Seorang pendidik tidak hanya memiliki ilmu yang luas. Lebih dari itu, mereka hendaknya seorang yang beriman, berakhlak mulia, sungguh-sungguh dalam melaksanakan tugas profesinya, serta menerima tanggung jawan profesinya sebagai bagian amanat yang diberikan Allah kepadanya dan mesti dilaksanakan secara baik. Sikap dan tingkah laku seorang pendidik hendaknya mencerminkan nilai dari apa yang diajarkannya, sehingga menjadi suri teladan bagi peserta didiknya, baik di dalam kelas maupun dalam kehidupan masyarakat.

Untuk mewujudkan interaksi proses pendidikan yang ideal, Hamka memberikan penjelasan mengenai syarat-syarat yang harus dimiliki seorang pendidik (Hamka, 2015: 299-302). Syarat-syarat tersebut antara lain:

1. Berlaku adil dan objektif pada setiap peserta didiknya.

(64)

50

perbuatan yang tercela. Sikap yang demikian akan menjadi contoh yang efektif untuk diteladani peserta didik.

3. Menyampaikan seluruh ilmu yang dimilikinya, tanpa ada yang ditutup-tutupi. Berikan kepada peserta didik ilmu pengetahuan dan nasihat-nasihat yang berguna bagi bekal kehidupannya di tengah-tengah masyarakat.

4. Hormati keberadaan peserta didik sebagai manusia yang dinamis dengan memberikan kemerdekaan kepada mereka untuk berpikir, berkreasi, berpendapat, dan menemukan berbagai kesimpulan keilmuan lainnya.

5. Memberikan ilmu pengetahuan sesuai dengan tempat dan waktu, sesuai dengan kemampuan intelektual dan perkembangan jiwa mereka.

6. Di samping mentransfer sejumlah ilmu (pengajaran), seorang pendidik juga dituntut untuk memperbaiki akhlak peserta didiknya (pendidikan) dengan bijaksana (ihsan).

7. Bimbing mereka sesuai dengan tujuan pendidikan yang telah ditentukan. Jangan biarkan mereka berjalan sendiri tanpa sebuah tujuan yang pasti.

(65)

51

9. Bimbing mereka bagaimana cara hidup yang teratur dan dinamis. 10.Laksanakan tugas sebagai pendidik dengan ikhlas, tawadhu‟ dan

istiqomah dalam rangka menegakkan kebenaran dengan mengharapkan ridha Allah.

11.Biasakan diri membaca kitab (buku). Hal ini disebabkan karena buku merupakan gudang ilmu, sumber informasi, dan dapat membuka cakrawala. Membaca buku perlu dilakukan dalam rangka menciptakan proses belajar mengajar yang dinamis dan harmonis, sesuai dengan perkembangan zaman. Seorang pendidik dituntut untuk membiasakan diri membaca pelbagai sumber ilmu yang ada. Dengan demikian, wawasan keilmuannya akan berkembang dan proses belajar akan berjalan secara interaktif. Pentingnya pendidik yang berkepribadian karimah, disebabkan karena tugasnya yang suci dan mulia. Eksistensinya bukan hanya sekedar melakukan proses transformasi sejumlah informasi ilmu pengetahuan, akan tetapi lebih dari itu adalah berupaya membentuk karakter (kepribadian) peserta didik sesuai dengan nilai-nilai ajaran Islam. Pendidik yang tidak memiliki kepribadian sebagai seorang pendidik, tidak akan dapat melaksanakan tugas profesinya dengan baik. Kondisi ini akan mengakibatkan peserta didik kurang menanggapi secara seksama, terhadap apa yang akan diajarkan (Hamka, 2015: 296-297).

(66)

52

menimbulkan semangat. Oleh karena itu, gerakan kaum ibu adalah langkah awal pemberi semangat. Bersemangat berarti jika kata-kata yang dikatakannya adalah kata hati. Jika menulis, yang dituliskan adalah suara jiwa. Kata hati diterima oleh hati, suara jiwa disambut oleh jiwa pula. Kata yang tidak sungguh-sungguh hanya akan sampai di daun telinga dan tidak masuk ke dalam hati (Hamka, 2014: 150-156).

Mengutip pendapat Al-Hakim Al-Musta‟shimi tentang cara mendidik anak-anak,

“Jangan dibiarkan anak banyak tidur. Ajar dia lekas bangun.

Karena banyak tidur menyebabkan dia pemalas, lamban, berat tegak, buntu otaknya dan mati hatinya. Sebaiknya anak tidak dibiasakan tidur di kasur tebal, biar di tikar tipis, supaya dia bergerak lincah, tidak suka penyenang. Jaga supaya dia tidak pendusta. Hendaklah dia berkata benar, walaupun atas suatu kesalahan yang telah dilakukannya, supaya dia terbiasa sejak kecil bertanggung jawab atas perbuatnnya.ajar dia pendiam dan berkata hanya di tempatya. Larang dia mengeluarkan perkataan yang keji dan kotor.Ajar dia membiasakan berkata yang manis-manis, lemah lembut dan teratur keluarnya, serta berkhidmat kepada gurunya dan orang yang lebih tua usianya. Ajar dia membiasakan taat kepada ibu bapak, hormat dan cinta. Ajar dia menahan hati apabila

bertemu dengan yang enak dan lezat, jangan rakus” (Hamka, 2015:

307).

Hamka memberikan rambu-rambu bagi kedua orang tua bagaimana cara melaksanakan pendidikan terhadap anak, yaitu:

(67)

53

2. Tanamkan pendidikan akhlak yang mulia dan hidup sederhana sedini mungkin. Sebab, bila tidak maka akan sulit untuk mengubah sikap yang telah mengkristal tersebut kepada sebuah kebaikan. 3. Melalui cerita-cerita yang menekankan cinta kasih, ajarkan kepada

mereka pentingnya kehidupan harmonis.

4. Biasakan anak untuk percaya diri tidak menggantungkan diri dengan orang lain, memiliki kemerdekaan dalam mengeluarkan pendapat, serta bertanggung jawab terhadap keputusan yang diambilnya. Setidaknya, ada dua pendekatan Islam untuk menanamkan kekpercayaan diri, yaitu melalui tauhid dan melalui

takdir. Mempercayai tiada kekuatan dan ketentuan yang paling baik selain aturan Allah. Tidak ada satu makhluk pun yang patut ditakuti, kecuali Allah. Selama aktivitas tidak bertentangan dengan ketentuan dan nilai-nilai Ilahi, maka tidak perlu tumbuh kekhawatiran. Aktivitas yang dilakukan akan lebih dinamis dan sekaligus bernilai ketundukan kepada zat yang agung. Tumbuhnya kepercayaan pada diri peserta didik akan menimbulkan daya gerak dan daya pikir secara merdeka (Samsul Nizar, 2008: 144)

G. Peserta Didik

(68)

54

yang dinamis dan religius. Dengan tertanamnya cita-cita, akan tumbuh daya dorong yang kuat pada peserta didik untuk percaya diri dan belajar secara maksimal bagi maksud kehidupannya (Hamka, 1950: 249-253).

Setiap murid hendaklah mengakui kelebihan gurunya dan menghormatinya, karena guru itu lebih utama daripada ibu dan bapak mengasuh anak sejak dilahirkan. Tetapi guru melatih murid supaya berguna setelah besar. Akal budi adalah laksana berlian yang baru keluar dari tambang, masih kotor dan belum berkilat. Guru adalah yang menjadi tukang gosoknya dan membersihkannya, sehingga menjadi berlian yang berharga. Meskipun guru tidak akan dikatakan lebih daripada ibu bapak, tetapi janganlah dikatakan kurang (Hamka, 2015: 290).

Seorang peserta didik hendaklah senantiasa memiliki rasa rindu dan cinta pada ilmu pengetahuan, percaya kepada keutamaanya dan yakin pada manfaatnya. Hamka berpendapat tugas dan tanggung jwab peserta didik adalah berupaya mengembangkan potensi yang dimilikinya dengan serangkaian ilmu pengetahuan sesuai dengan nilai-nilai kemanusiaan yang telah dianugerahkan Allah melalui fitrahnya (Hamka, 1983b: 126).

Referensi

Dokumen terkait

seharusnya yang mesti dipersiapkan dalam menghafal Alquran adalah kemahiran melantunkan ayat-ayat suci, sebab itu dapat membantu dalam mengahafal Alquran, sebagai

Ibu Ipop Sjarifah, Dra, M.Si selaku Kepala Program Studi Diploma 4 Keselamatan dan Kesehatan Kerja Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta dan juga

Laporan akhir ini bertujuan untuk dapat membantu dalam pengolahan data bukti pengeluaran anggaran pada divisi teknik dan sistem informasi.. Masalahnya yaitu data yang diolah

Berdasarkan hal tersebut saya tertarik untuk mengungkapkan dalam karya seni lukis, dengan mengangkat tema “fenomena persahabatan dalam interaksi sosia l di desa Bentuyung

Laporan Akhir ini dimaksudkan untuk memenuhi persyaratan dalam menyelesaikan Pendidikan pada Jurusan Teknik Mesin Politeknik Negeri Sriwijaya Palembang dengan

Dengan RAB kita dapat mengukur kemampuan materi dan mengetahui jenis-jenis material dalam pembangunan, sehingga biaya yang kita keluarkan lebih terarah dan sesuai dengan yang

serta implikasinya dalam pemberlajaran sastra di SMA. Berdasarkan masalah tersebut penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan: Unsur intrinsik novel, Nilai

Tegangan keluaran realisasi Dari hasil simulasi komputasi dan realisasi dilaboratorium, sistem yang didesain untuk mendapatkan tegangan rendah tetapi memiliki arus