• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III DESKRIPSI PEMIKIRAN

F. Pendidik

Kemajuan suatu bangsa sangat tergantung pada kesempurnaan sistem pendidikan dan pengajaran yang ditawarkan (Hamka, 2015: 7).

Dalam proses pendidikan kompetensi pendidik merupakan hal yang sangat penting dan urgen, hal ini disebabkan karena pendidikan Islam sangat menekankan pada pola pendidikan yang dapat menyentuh seluruh potensi para peserta didik dan bahkan segala aspek kehidupan manusia.

Tugas pendidik pada umumnya adalah membantu mempersiapkan dan mengantarkan peserta didik untuk memiliki ilmu pengetahuan yang

49

luas, berakhlak mulia, dan bermanfaat bagi kehidupan masyarakat secara luas (Hamka, 1983a: 2-3). Sementara secara khusus tugas pendidik meliputi: mengetahui tingkat perkembangan dan kemampuan peserta didik, membangkitkan minat belajar, membangkitkan dan mengarahkan potensi peserta didik, mengatur situasi proses belajar mengajar yang kondusif, mengkomodir tuntutan sosial dan zaman ke dalam proses pendidikan, serta melakukan interaksi dengan peserta didik, orang tua, dan sosial secara harmonis.

Seorang pendidik tidak hanya memiliki ilmu yang luas. Lebih dari itu, mereka hendaknya seorang yang beriman, berakhlak mulia, sungguh-sungguh dalam melaksanakan tugas profesinya, serta menerima tanggung jawan profesinya sebagai bagian amanat yang diberikan Allah kepadanya dan mesti dilaksanakan secara baik. Sikap dan tingkah laku seorang pendidik hendaknya mencerminkan nilai dari apa yang diajarkannya, sehingga menjadi suri teladan bagi peserta didiknya, baik di dalam kelas maupun dalam kehidupan masyarakat.

Untuk mewujudkan interaksi proses pendidikan yang ideal, Hamka memberikan penjelasan mengenai syarat-syarat yang harus dimiliki seorang pendidik (Hamka, 2015: 299-302). Syarat-syarat tersebut antara lain:

1. Berlaku adil dan objektif pada setiap peserta didiknya.

2. Memelihara martabatnya dengan akhlaq al-karimah, berpenampilan menarik, berpakaian rapi, dan menjauhkan diri dari

50

perbuatan yang tercela. Sikap yang demikian akan menjadi contoh yang efektif untuk diteladani peserta didik.

3. Menyampaikan seluruh ilmu yang dimilikinya, tanpa ada yang ditutup-tutupi. Berikan kepada peserta didik ilmu pengetahuan dan nasihat-nasihat yang berguna bagi bekal kehidupannya di tengah-tengah masyarakat.

4. Hormati keberadaan peserta didik sebagai manusia yang dinamis dengan memberikan kemerdekaan kepada mereka untuk berpikir, berkreasi, berpendapat, dan menemukan berbagai kesimpulan keilmuan lainnya.

5. Memberikan ilmu pengetahuan sesuai dengan tempat dan waktu, sesuai dengan kemampuan intelektual dan perkembangan jiwa mereka.

6. Di samping mentransfer sejumlah ilmu (pengajaran), seorang pendidik juga dituntut untuk memperbaiki akhlak peserta didiknya (pendidikan) dengan bijaksana (ihsan).

7. Bimbing mereka sesuai dengan tujuan pendidikan yang telah ditentukan. Jangan biarkan mereka berjalan sendiri tanpa sebuah tujuan yang pasti.

8. Berikan mereka bekal ilmu-ilmu agama agar mereka bisa mengenal Tuhannya dan berakhlak mulia, serta ilmu-ilmu keduniaan (umum) agar mereka bisa hidup dengan baik di tengah-tengah masyarakatnya.

51

9. Bimbing mereka bagaimana cara hidup yang teratur dan dinamis. 10.Laksanakan tugas sebagai pendidik dengan ikhlas, tawadhu‟ dan

istiqomah dalam rangka menegakkan kebenaran dengan mengharapkan ridha Allah.

11.Biasakan diri membaca kitab (buku). Hal ini disebabkan karena buku merupakan gudang ilmu, sumber informasi, dan dapat membuka cakrawala. Membaca buku perlu dilakukan dalam rangka menciptakan proses belajar mengajar yang dinamis dan harmonis, sesuai dengan perkembangan zaman. Seorang pendidik dituntut untuk membiasakan diri membaca pelbagai sumber ilmu yang ada. Dengan demikian, wawasan keilmuannya akan berkembang dan proses belajar akan berjalan secara interaktif. Pentingnya pendidik yang berkepribadian karimah, disebabkan karena tugasnya yang suci dan mulia. Eksistensinya bukan hanya sekedar melakukan proses transformasi sejumlah informasi ilmu pengetahuan, akan tetapi lebih dari itu adalah berupaya membentuk karakter (kepribadian) peserta didik sesuai dengan nilai-nilai ajaran Islam. Pendidik yang tidak memiliki kepribadian sebagai seorang pendidik, tidak akan dapat melaksanakan tugas profesinya dengan baik. Kondisi ini akan mengakibatkan peserta didik kurang menanggapi secara seksama, terhadap apa yang akan diajarkan (Hamka, 2015: 296-297).

Pendidik berkewajiban membangkitkan semangat pada anak didiknya. Dalam kalangan terpelajar belum tambah sebab yag

52

menimbulkan semangat. Oleh karena itu, gerakan kaum ibu adalah langkah awal pemberi semangat. Bersemangat berarti jika kata-kata yang dikatakannya adalah kata hati. Jika menulis, yang dituliskan adalah suara jiwa. Kata hati diterima oleh hati, suara jiwa disambut oleh jiwa pula. Kata yang tidak sungguh-sungguh hanya akan sampai di daun telinga dan tidak masuk ke dalam hati (Hamka, 2014: 150-156).

Mengutip pendapat Al-Hakim Al-Musta‟shimi tentang cara mendidik anak-anak,

“Jangan dibiarkan anak banyak tidur. Ajar dia lekas bangun.

Karena banyak tidur menyebabkan dia pemalas, lamban, berat tegak, buntu otaknya dan mati hatinya. Sebaiknya anak tidak dibiasakan tidur di kasur tebal, biar di tikar tipis, supaya dia bergerak lincah, tidak suka penyenang. Jaga supaya dia tidak pendusta. Hendaklah dia berkata benar, walaupun atas suatu kesalahan yang telah dilakukannya, supaya dia terbiasa sejak kecil bertanggung jawab atas perbuatnnya.ajar dia pendiam dan berkata hanya di tempatya. Larang dia mengeluarkan perkataan yang keji dan kotor.Ajar dia membiasakan berkata yang manis-manis, lemah lembut dan teratur keluarnya, serta berkhidmat kepada gurunya dan orang yang lebih tua usianya. Ajar dia membiasakan taat kepada ibu bapak, hormat dan cinta. Ajar dia menahan hati apabila

bertemu dengan yang enak dan lezat, jangan rakus” (Hamka, 2015:

307).

Hamka memberikan rambu-rambu bagi kedua orang tua bagaimana cara melaksanakan pendidikan terhadap anak, yaitu:

1. Biasakan anak cepat bangun dan jangan terlalu banyak tidur. Sebab, dengan banyak tidur akan membuat anak malas beraktivitas, malas berpikir, dan lamban berkreasi.

53

2. Tanamkan pendidikan akhlak yang mulia dan hidup sederhana sedini mungkin. Sebab, bila tidak maka akan sulit untuk mengubah sikap yang telah mengkristal tersebut kepada sebuah kebaikan. 3. Melalui cerita-cerita yang menekankan cinta kasih, ajarkan kepada

mereka pentingnya kehidupan harmonis.

4. Biasakan anak untuk percaya diri tidak menggantungkan diri dengan orang lain, memiliki kemerdekaan dalam mengeluarkan pendapat, serta bertanggung jawab terhadap keputusan yang diambilnya. Setidaknya, ada dua pendekatan Islam untuk menanamkan kekpercayaan diri, yaitu melalui tauhid dan melalui

takdir. Mempercayai tiada kekuatan dan ketentuan yang paling baik selain aturan Allah. Tidak ada satu makhluk pun yang patut ditakuti, kecuali Allah. Selama aktivitas tidak bertentangan dengan ketentuan dan nilai-nilai Ilahi, maka tidak perlu tumbuh kekhawatiran. Aktivitas yang dilakukan akan lebih dinamis dan sekaligus bernilai ketundukan kepada zat yang agung. Tumbuhnya kepercayaan pada diri peserta didik akan menimbulkan daya gerak dan daya pikir secara merdeka (Samsul Nizar, 2008: 144)

Dokumen terkait