• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II URAIAN TEORITIS KEPARIWISATAAN DAN PRAMUWISATA - Pengaruh Pelayanan Pramuwisata Terhadap Kunjungan Wisatawan Ke Mesjid Raya Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB II URAIAN TEORITIS KEPARIWISATAAN DAN PRAMUWISATA - Pengaruh Pelayanan Pramuwisata Terhadap Kunjungan Wisatawan Ke Mesjid Raya Medan"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

URAIAN TEORITIS KEPARIWISATAAN DAN PRAMUWISATA

2.1 Pengertian Pariwisata

Kata Pariwisata terdiri dari dua suku kata yaitu “ Pari dan Wisata “(Yoeti,1985:102-103). Pari berarti berkali-kali, sedangkan wisata berarti perjalanan. Maka secara harfiah dapat disimpulkan Pariwisata adalah sebagai perjalanan yang dilakukan dari suatu tempat ke tempat lain. Untuk lebih jelas, penulis telah mengutip beberapa pendapat para ahli tentang Pariwisata.

Wahab (dalam Pendit, 1986 : 29) memberikan batasan tentang pengertian pariwisata sebagai berikut :

“… Pariwisata adalah salah satu jenis industri baru mampu menghasilkan pertumbuhan ekonomi yang cepat dalam penyediaan lapangan kerja, peningkatan penghasilan, standar hidup serta menstimulasi sektor-sektor produktivitas lainnya” Schulalard, seorang ahli ekonomi bangsa Austria, dalam Yoeti (1996 : 114) telah memberikan batasan pariwisata sebagai berikut:

“Tourism is the sum of operations,mainly of an economic nature,Which

directly related to the entry,stay and movement of foreigner, Inside certain

country,city or region”.

(2)

“Pariwisata dalam artian modern adalah merupakan fenomena dari zaman sekarang yang didasarkan atas kebutuhan akan kesehatan dan pergantian hawa, penilaian yang sadar dan menumbuhkan ( cinta ) terhadap keindahan alam dan pada khususnya disebabkan oleh bertambahnya pergaulan berbagai bangsa dan kelas masyarakat. Manusia sebagai hasil daripada perkembangan perniagaan, industri, perdagangan, serta penyempurnaan daripada alat-alat pengangkutan”.

Menurut Hunziger dan Krapf dari Swiss (dalam Pendit, 1986 : 33),

“… Pariwisata didefenisikan sebagai sejumlah hubungan dan gejala-gejala yang dihasilkan dari tinggalnya orang-orang asing, asalkan tinggalnya mereka itu tidak menyebabkan timbulnya tempat tinggal serta usaha-usaha yg bersifat sementara atau permanen sebagai usaha mencari kerja penuh.

Dari defenisi di atas, dapat disimpulkan bahwa pariwisata yang sesungguhnya adalah suatu perjalanan yang dilakukan untuk sementara waktu, yang diselenggarakan dari suatu tempat ke tempat lain, dan bukan untuk melakukan kegiatan yang menghasilkan upah. Dan pariwisata adalah segala sesuatu yang berhubugan dengan wisata, termasuk pengelola dan penyelenggara objek serta daya tarik sehingga dengan usaha itu orang/wisatawan datang untuk mengunjunginya.

2.2 Pengertian Wisatawan

(3)

Dalam pengertian ini orang melakukan perjalanan, maka wisatawan sama artinya dengan traveller.

Menurut Dirjen Pariwisata ( 1980 : 10 ) Wisatawan adalah merupakan:

“Setiap orang yang melakukan perjalanan dan persinggahan sementara di luar tempat tinggalnya untuk keperluan apapun kecuali mencari nafkah tetap/gaji”. Seseorang dapat dikatakan wisatawan apabila melakukan perjalanan dari tempat asalnya ke tempat lain dengan berbagai tujuan tetapi bukan untuk tinggal menetap.

Panitia Statistik Liga Bangsa-Bangsa (dalam Yoeti, 1996 : 137) pada sidang dewan yang diselenggarakan tanggal 22 Januari 1937, telah pula memberikan batasan tentang wisatawan sebagai berikut:

“. . .Istilah wisatawan hendaklah dimaksudkan, setiap orang yang mengadakan perjalanan selama 24 jam atau lebih dalam suatu negara yang lain dari negara di mana ia biasanya tinggal”.

Instruksi Presiden (InPres) No.9 Tahun 1969 mengatakan wisatawan adalah:

“...setiap orang yang bepergian dari tempat tinggalnya untuk berkunjung ke tempat lain dengan menikmati perjalanan dan kunjungannya itu”.

Pendapat Soekadijo (1997 : 3) mengatakan wisatawan adalah :

“…orang yang mengadakan perjalanan dari tempat kediamannya tanpa menetap di tempat yang didatangi”.

Holloway (dalam Pendit, 1986 : 30), mendefenisikan wisatawan sebagai:

(4)

Dari berbagai defenisi di atas, penulis dapat menyimpulkan bahwa wisatawan sebenarnya adalah seseorang ataupun sekelompok orang yang melakukan perjalanan dari satu tempat ke tempat lain dengan motif yang berbeda-beda tetapi bukan untuk tinggal menetap ataupun mencari nafkah.

2.3 Pengertian Objek Wisata dan Daya Tarik Wisata

Objek Wisata dan Daya Tarik Wisata merupakan salah satu faktor yang utama bagi daya tarik wisatawan untuk mengunjungi suatu daerah atau negara. Membicarakan objek wisata dan daya tarik wisata ada baiknya dikatikan dengan pengertian produk dari industri pariwisata itu sendiri. Hal ini dianggap perlu, karena sampai sekarang masih dijumpai perbedaan pendapat antara beberapa ahli mengenai produk usaha pariwisata disatu pihak dan objek daya tarik wisata dilain pihak. Menurut UU No. 9 tahun 1990 objek wisata ialah segala sesuatu yang dapat dilihat, didengar, dan dirasakan manusia yang diciptakan oleh alam, sedangkan daya tarik wisata ialah segala sesuatu yang membuat wisatawan tertarik untuk mengunjungi daerah tersebut, dimana manusia harus mempersiapkan terlebih dahulu.

Bentuk objek wisata dan daya tarik wisata terdiri dari:

1. Objek wisata dan daya tarik ciptaan Tuhan Yang Maha Esa yang berwujud keadaan alam, flora dan fauna.

(5)

Jenis objek wisata dan daya tarik wisata terdiri dari: 1. Objek dan daya tarik wisata alam.

2. Objek dan daya tarik wisata budaya. 3. Objek dan daya tarik wisata minat khusus.

Hal-hal yang dapat menarik orang untuk berkunjung ke suatu tempat daerah tujuan wisata diantaranya:

1. Benda-benda yang tersedia dan terdapat di alam semesta, yang termasuk ke dalam kelompok ini adalah:

a. Iklim, misalnya cuaca daerah, banyaknya sinar matahari dan sebagainya. b. Bentuk tanah dan pemandangan, misalnya lembah pegunungan, danau,

sungai, air terjun, gunung merapi dan lain-lain.

c. Hutan belukar, misalnya lautan yang luas, banyak pohon-pohon dan lain sebagainya.

d. Flora dan Fauna, seperti tanaman yang aneh, burung-burung cagar alam, daerah perkebunan, dan sebagainya.

e. Pusat-pusat kesehatan (Health Center), dan yang termasuk dalam kelompok ini, misalnya sumber air mineral, mandi air sulphur, sumber air panas. Semuanya itu dapat diharapkan meyembuhkan macam-macam penyakit .

(6)

a. Monumen bersejarah dan sisa peradaban masa lampau manusia. b. Museum, Art Gallery, perpustakaan, kesenian rakyat, handy carft.

c. Upacara tradisional, pameran festival, upacara perkawinan, dan lain-lain. d. Rumah-rumah ibadah, seperti mesjid, gereja, kuil, candi, dan pura. 3. Tata cara hidup masyarakat (the way of life)

Tata cara hidup tradisional dari suatu masyarakat adalah salah satu sumber yang sangat penting untuk ditawarkan pada wisatawan, bagaimana keadaan hidupnya, adat istiadat, semuanya merupakan daya tarik bagi wisatawan di daerah itu.

Ditinjau dari sudut pemasaran pariwisata terutama dalam pengembangan suatu daerah menjadi daerah tujuan wisata agar ia dapat menarik dikunjungi oleh wisatawan, ia harus memiliki 3 syarat, yaitu:

a. Daerah itu harus mempunyai apa yang disebut “something to see”, artinya di tempat tersebut harus ada objek dan daya tarik wisata yang berbeda, harus memiliki daya tarik khusus, disamping itu dia harus mempunyai pula atraksi wisata yang dapat disajikan sebagai entertainment bila orang datang kesana.

(7)

c. Daerah itu harus memiliki apa yang disebut dengan istilah “something to buy”, artinya di tempat tersebut harus tersedia tempat berbelanja (shoping)

terutama barang-barang souvenir hasil kerajianan tangan rakyat sebagai oleh-oleh dibawa pulang ke tempat asal masing-masing. Fasilitas untuk berbelanja ini tidak hanya menyediakan barang-barang yang dapat dibeli tapi harus pula tersedia sarana-sarana untuk lebih memperlancar, seperti:

money changer, bank, kantor pos, telekomunikasi, dan lain-lain.

2.4 Pengertian Sarana dan Prasarana

Sarana dan prasarana adalah unsur penting dalam penyelenggaraan kegiatan kepariwisataan agar semua kegiatan kepariwisataan dapat berjalan dengan lancar dan dapat memberikan kepuasan kepada konsumen. Sarana dapat berupa transportasi, akomodasi, dan restauran, sedangkan prasarana dapat berupa prasarana jalan, rumah sakit dan lain-lain.

Sarana kepariwisataan dapat dibagi menjadi 3 kelompok besar, yaitu:

1. Sarana pokok kepariwisataan (Main Tourism Suprastructure) adalah perusahaan-perusahaan yang memberikan pelayanan kepada wisatawan, baik secaralangsung maupun tidak langsung dan hidup serta kehidupannya sangat tergantung kepada wisatawan. Contoh hotel, restauran, biro perjalanan umun, agen perjalanan, objek dan atraksi wisata.

(8)

Fungsi sarana pelengkap ini tidak hanya untuk melengkapi sarana pokok kepariwisataan, tetapi juga untuk membuat wisatawan tinggal lebih lama di daerah tujuan wisata, sarana pelengkap ini berupa sarana olahraga seperti kolam renang, lapangan golf, dan lapangan tenis.

3. Sarana Penunjang Kepariwisataan (Supporting Tourism Suprastructure) adalah semua perusahaan yang menunjang sarana pokok dan sarana pelengkap yang fungsinya bukan saja membuat wisatawan lebih lama berdiam disuatu daerah tujuan wisata, akan tetapi yang lebih penting lagi adalah mengusahakan agar wisatawan lebih banyak mengeluarkan uangnya di daerah yang dikunjunginya. Contohnya Night Club, diskotik, kasino dan lain-lain.

Pendapat beberapa ahli mengenai pengertian prasarana adalah sebagai berikut:

1. Menurut Lothar A. Krecht (Yoeti, 1981:hal 186-192), membagi prasarana dalam dua bagian, yaitu:

a. Prasarana Perekonomian (Economic Infrastructure) terdiri dari pengangkutan, prasarana komunikasi, prasarana utilities seperti air, listrik, dan prasarana sistem perbankan.

b. Prasarana Sosial (Social Infrastructure) terdiri dari sistem pendidikan, pelayanan kesehatan, faktor keamanan, petugas yang lagsung terlibat dalam pelayanan wisatawan.

(9)

a. Prasarana umum (general infrastructure) adalah prasarana yang menyangkut orang banyak, yang pengadaannya untuk kelancaran roda perekonomian. Contohnya: air bersih, sistem irigasi, perhubungan, dan lain-lain.

b. Prasarana kebutuhan masyarakat banyak (Basic needs of Civil Life), seperti bank, kantor pos dan rumah sakit.

c. Prasarana Kepariwisataan (Tourism Infrastructure) adalah prasarana yang menyangkut kepariwisataan, prasarana ini dibagi dalam 3 kelompok, yaitu:

1. Receptive Tourist Plan adalah segala bentuk badan usaha mengurus kedatangan wisatawan: seperti agen perjalanan, BPU.

2. Residential Tourist Plan adalah semua fasilitas yang disediakan untuk menampung wisatawan, seperti: restauran, dan hotel.

3. Recreative dan Sportive Tourist Plan adalah semua fasilitas yang dapat digunakan untuk kegiatan olahraga, seperti: kolam renang dan lapangan golf.

(10)

2.5 Pengertian Pramuwisata

Pramuwisata merupakan orang yang bertugas memberikan bimbingan, penerangan dan petunjuk tentang suatu objek wisata. Sesuai dengan pengertian pramuwisata yang dikeluarkan oleh Surat Keputusan Menteri Pariwisata, Pos, dan Telekomunikasi No:KM/82/PW.102/MPPT-88 tanggal 17 September 1998, yang dimaksud pramuwisata adalah: “Seseorang yang bertugas memberikan bimbingan, penerangan dan petunjuk tentang objek wisata, serta membantu segala sesuatu yang diperlukan wisatawan” .(Yoeti 2000:11)

Dari sudut pandang wisatawan, pramuwisata adalah seseorang yang bekerja pada suatu biro perjalanan atau suatu kantor pariwisata (Tourist Office) yang bertugas memberikan informasi, petunjuk dan advis secara langsung kepada wisatawan sebelum dan selama dalam perjalanan wisata berlangsung.

Di dalam perjalanan tugas seorang pramuwisata selalu berusaha agar para anggota rombongannya, mereka yang mendengarkannya, dapat mengerti dan selalu memperhatikan apa yang selalu disampaikannya. Oleh karena itu pramuwisata harus selalu dapat menarik perhatian seluruh anggota rombongan yang dibawanya. Apa yang dibicarakan, dikomentari, harus dapat member kesan (image) tentang kota atau daerah dan bahkan keharuman nama negara dan bangsanya .

(11)

From the point of tourist view, the tour guide is a person employed, either

directly by the traveller, an official or private tourist organization or travel

agent to infrom directly and advice the tourists before and during his journey.

2. Oxford Advanced Learner’s Dictionary of Current English

A person employed to point bout interesting sights on a journey or visit.

3. R.S Damardjati (Istilah-istilah Dunia Pariwisata, 2001:101)

Seoarang yang telah memiliki serifikat tanda lulus ujian profesi dari instansi atau lembaga resmi pariwisata dan telah memiliki tanda pengenal (badge), sehingga berhak untuk menyelenggarakan bimbingan perjalanan serta pemberian penerangan tentang kebudayaan, kekayaan alam, dan aspirasi kehidupan bangsa Indonesia atau penduduk suatu wilayah dan mengenai suatu objek spesialisasi khusus terhadap para wisatawan baik sebagai perorangan atau dalam suatu kelompok, dengan menggunakan satu atau beberapa bahasa tertentu.

(12)

2.5.1 Peranan Pramuwisata

Di dalam kepariwisataan seorang pramuwisata dituntut sedemikian rupa agar citra pariwisata Indonesia, citra negara dan bangsa Indonesia berada dipundaknya. Karena itu, peranan pramuwisata sangat penting. Ibarat dalam pertempuran, pramuwisata merupakan pasukan tempur yang harus memenangkan perang.

Dilihat dari pihak wisatawan yang akan diberikan pelayanan, maka pramuwisata adalah teman dalam perjalanan yang dianggap serba tahu dan kepadanya nasib diserahkan selama perjalanan wisata yang diselenggarakan. Bagi wisatawan, pramuwisata dianggap sebagai “guru besar” yang ahli dalam bidangnya untuk memberikan penjelasan tentang Indonesia secara umum, termasuk penduduk, sejarah, potensi ekonomi, politik, seni budaya, lambang negara, dan falsafah Pancasila.

Kenyamanan wisatawan selama perjalan merupakan tujuan utama seoarang pramuwisata. Apabila pelayanan yang diberikan oleh seorang pramuwisata selama penyelenggaraan wisata kurang memuaskan wisatawan, maka sudah sewajarnya jika wisatawan mengeluh (complaint) kepada perusahaan perjalanan yang dipakai wisatawan tersebut. Wisatawan akan meminta pertanggungjawaban perusahaan atas perjanjian yang telah disepakati bersama.

(13)

diberikan oleh pramuwisata. Pelayanan yang diberikan baik maka image yang muncul juga baik. Sebaliknya pelayanan yang diberikan buruk, maka akan memberikan image yang buruk pula terhadap suatu perusahaan perjalanan.

Dalam industri pariwisata, seoarang pramuwisata harus memberikan cerminan dari kehidupan bangsa sendiri dengan segala kepribadiannya dan selalu dapat dan ingin bekerja sama dengan segala jenis bangsa yang datang ke Indonesia. Dalam memberikan pelayanan, seorang pramuwisata dipantangkan membedakan pemberian pelayanan kepada wisatawan yang dilayaninya. Bagi seorang pramuwisata semua manusia adalah sama tanpa membedakan ras, bangsa, dan agama, karena dalam kepariwisataan orang hanya dikenal secara universal.

Secara lebih luas pramuwisata adalah duta bangsa atau duta daerah tempat bertugas. Pengekspresian pramuwisata dianggap oleh wisatawan sebagai cerminan karakter masyarakat setempat. Demikian pula dengan segala sesuatu yang disampaikan oleh pramuwisata. Mengingat hal tersebut, maka seorang pramuwisata hendaknya dapat memberikan informasi dengan benar dan baik menyangkut negara, kota, maupun suatu desa, objek wisata, budaya dan lain-lain.

2.5.2 Persyaratan Pramuwisata

(14)

1. Untuk menjadi pramuwisata dan pengatur wisata diisyaratkan memiliki sertifikasi sebagai hasil mengikuti kursus dan ujian, serta diberika tanda pengenal (badge) sebagai ijin operasional.

2. Materi ujian, bentuk sertifikat, dan tanda pengenal (badge) pramuwisata dan pengatur wisata ditetapkan oleh Direktur Jenderal Pariwisata.

3. Sertifikat dan tanda penegenal (badge) pramuwisata oleh Gubernur Kepala daerah Tingkat I atau pejabat yang ditunjuk.

Untuk mengikuti kursus dan ujian Pengatur Wisata disyaratkan: a. Warga Negara Indonesia;

b. Umur serendah-rendahnya 25 (duapuluh lima) tahun;

c. Menguasai bahasa Indonesia dan salah satu bahasa asing dengan lancar; d. Memiliki keterampilan membawa rombongan wisata;

e. Memiliki sertifikat Pramuwisata Madya atau telah berpengalaman di bidang pramuwisata selama 5 (lima) tahun;

f. Mempunyai pengetahuan dan mampu secara mendalam mengenai ilmu bumi pariwisata, kependudukan, pemerintahan, sejarah dan kebudayaan serta atraksi pariwisata di seluruh Indonesia;

g. Pendidikan serendah-rendahnya Sekolah Menengah Tingkat Atas. Untuk mengikuti kursus dan ujian Pramuwisata Muda disyaratkan:

a. Warga Negara Indonesia;

b. Umur serendah-rendahnya 18 (delapan belas) tahun;

(15)

d. Mempunyai pengetahuan dan mampu secara mendalam mengenai ilmu bumi pariwisata, kependudukan, pemerintahan, sejarah dan kebudayaan daerah Tingkat II tempat Pramuwisata Muda dan Daerah Tingkat I secara umum;

e. Pendidikan serendah-rendahnya Sekolah Menengah Tingkat Atas.

Untuk mengikuti kursus dan ujian Pramuwisata Madya disyaratkan sebagai berikut: a. Warga Negara Indonesia;

b. Umur serendah-rendahnya 22 (duapuluh dua) tahun;

c. Menguasai bahasa Indonesia dan salah satu bahasa asing dengan lancar; d. Mempunyai pengetahuan dan mampu secara mendalam mengenai ilmu

bumi pariwisata, kependudukan, pemerintahan, sejarah dan kebudayaan daerah Tingkat I tempat Pramuwisata Madya dan Indonesia secara umum; e. Memiliki kemampuan membawa rombongan wisata;

f. Memiliki sertifikat Pramuwisata Muda atau telah berpengalaman di bidang Pramuwisata selama 3 (tiga) tahun;

g. Pendidikan serendah-rendahnya Sekolah Menengah Tingkat Atas.

(16)

2.5.3 Penggolongan Pramuwisata

Pada Pasal 2 Bab II Surat Keptutusan Menteri Pariwisata, Pos, dan Telekomunikasi tersebut di atas atau sesuai dengan penggolongan yang diberikan oleh Direktorat Jendral Pariwisata, pramuwisata dapat digolongkan sebagai berikut: Pertama : Pramuwisata Muda, yakni pramuwisata yang bertugas di wilayah Daerah

Tingkat II dalam Wilayah Daerah Tingkat I tempat sertifikat keahliannya diberikan.

Kedua : Pramuwisata Madya, yaitu pramuwisata yang bertugas dan beroperasi dalam Wilayah Daerah Tingkat I, tempat sertifikat keahliannya dikeluarkan.

Kita mengenal ada macam-macam pramuwisata, yang dibedakan dari keahlian dan tempat objek pramuwisata bekerja. Oleh karena itu, pramuwisata dapat dikelompokkan sesuai dengan sudut pandang berikut ini:

1. Berdasarkan Status, yaitu: a. Payroll Guide

Payroll Guide adalah pramuwisata yang berstatus sebagai pegawai tetap perusahaan perjalanan (travel agency) dengan mendapat gaji tetap disamping komisi dan tip yang diterima dari wisatawan.

b. Part timer/Free lance Guide

(17)

c. Member of guide Association

Member of guide Association adalah pramuwisata yang berstatus sebagai peserta dari suatu asosiasi pramuwisata dan melakukan kegiatannya sesuai dengan tugas yang diberikan oleh asosiasi tersebut.

d. Government Officials

Government Officials adalah pegawai pemerintah yang bertugas untuk memberikan informasi kepada tamu tentang suatu aktivitas, objek, atau suatu wilayah tertentu.

e. Company Guide

Company Guide adalah karyawan sebuah perusahaan yang bertugas memberikan penjelasan kepada tamu tentang aktivitas atau objek perusahaan.

2. Berdasarkan karakteristik wisatawan yang dipandu, yaitu: a. Individual Tourist Guide

Individual Tourist Guide adalah pramuwisata yang khusus memandu wisatawan individu.

b. Group Tour Guide

Group Tour Guide adalah pramuwisata yang khusus memandu wisatawan rombongan.

c. Domestic Tourist Guide

(18)

d. Foreign Tourist Guide

Foreign Tourist Guide adalah pramuwisata yang memandu wisatawan mancanegara.

3. Berdasarkan ruang lingkup kegiatannya, yaitu: a. Transfer Guide

Transfer Guide adalah pramuwisata yang kegiatannya menjemput wisatawan di bandara, pelabuhan laut, stasiun atau terminal menuju ke hotel atau sebaliknya mengantar wisatawan dari satu hotel ke hotel lainnya.

b. Walking Guide/Escourt Guide/Tour Guide

Walking Guide/Escourt Guide/Tour Guide adalah pramuwisata yang kegiatannya memandu wisata dalam suatu tour.

c. Local/Expert Guide

Local/Expert Guide adalah pramuwisata yang kegiatannya khusus memandu wisatawan pada suatu objek atau atraksi wisata tertentu, misalnya museum, wisata agro, river rafting, goa, gedung bersejarah dan lain-lain.

d. Common Guide

(19)

e. Driver Guide

Referensi

Dokumen terkait

Prestasi kerja penulis dalam kegiatan pemupukan tanah adalah 0.15 ha/HK, sedangkan untuk kegiatan pemupukan daun 0.014 ha/HK Beberapa alat yang digunakan dalam kegiatan

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa pemberian kupang sebesar 15% adalah yang terbaik dalam hal meningkatkan konsumsi, produksi telur, konversi pakan

Untuk mengontrol nilai pH pada lingkungan hidup ikan hias digunakan solenoid valve yang telah di hubungkan dengan dua buah tabung yang masing-masing terisi oleh cairan

In the novel by Frank McCourt entitled Angela’s Ashes: A Memoir of a Childhood that talks about life; Frank the main character has to struggle for life because of the problems

Sikap bijaksana yang dimiliki oleh guru BK harus mampu mencakup segala aspek kehidupan siswa, baik yang berhubungan dengan kegiatan akademik maupun orientasi

Jangka waktu pendaftaran merek di Indonesia memakan waktu 17 (tujuh belas) bulan sampai 24 (dua puluh empat) bulan, sedangkan jangka waktu pendaftaran merek di Amerika Serikat

Aplikasi program pendataan umat masih belum dapat mengintegrasikan antara kebutuhan dan mendokumentasikan program kerja bidang/seksi dan kelompok kategorial di tingkat