• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II DASAR TEORI 2.1 - Studi pengaruh perbaikan faktor daya terhadap regulasi tegangan dan efisiensi motor induksi tiga fasa sebagai generator induksi keluaran satu fasa

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB II DASAR TEORI 2.1 - Studi pengaruh perbaikan faktor daya terhadap regulasi tegangan dan efisiensi motor induksi tiga fasa sebagai generator induksi keluaran satu fasa"

Copied!
43
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II DASAR TEORI

2.1 Umum

Motor induksi tiga fasa rotor belitan merupakan salah satu mesin ac yang berfungsi untuk mengubah energi listrik menjadi energi mekanis. Motor induksi terdiri atas bagian stasioner (diam) dan bagian bergerak. Bagian stasioner yang disebut juga stator, terdiri dari inti-inti besi yang dipisah oleh celah udara dan membentuk rangkaian magnetik yang menghasilkan fluksi oleh adanya arus yang mengalir melalui kumparan-kumparan, sedangkan bagian bergerak yang disebut juga rotor terdiri dari pada konduktor yang dialiri arus, sehingga pada konduktor ini berinteraksi dengan fluksi yang dihasilkan stator yang akan menyebabkan timbulnya gaya. Setiap bagian stator dan rotor masing-masing memiliki terminal masukan. Masukan dari motor induksi berupa tegangan ac yang dihubungkan di terminal stator.

Berdasarkan jenisnya, rotor dari suatu motor induksi terbagi atas dua bagian, yakni rotor sangkar dan rotor belitan. Untuk jenis motor induksi rotor belitan resistansi rotornya dapat dirangkai dengan resistansi variabel secara paralel.

(2)

2.2 Konstruksi Motor Induksi Tiga Fasa Rotor Belitan

Berdasarkan kontruksi pada motor induksi tiga fasa dapat dilihat pada Gambar (2.1) dibawah ini :

Gambar 2.1. Konstruksi Motor Induksi Tiga Fasa Rotor Belitan

Motor induksi tiga fasa rotor belitan terdiri atas dua bagian yang sangat berperan penting dalam prinsip kerja motor induksi. Konstruksi motor induksi rotor belitan tiga fasa di tunjukkan pada Gambar 2.1. Bagian-bagian motor induksi yaitu bagian stator dan bagian rotor.

2.2.1 Stator

(3)

Gambar 2.2. Komponen Stator Motor Induksi (a) Lempengan Inti

(b) Tumpukan Inti dengan Kertas Isolasi

(c) Tumpukan Inti dan Kumparan dalam Cangkang Stator.

2.2.2 Rotor

Komponen Stator Motor Induksi Tiga Fasa, (a) Lempengan Inti

(b) Tumpukan Inti dengan Kertas Isolasi pada Beberapa Alurn (c) Tumpukan Inti dan Kumparan dalam Cangkang Stator.

belitan terdiri dari kumpulan-kumpulan lilitan kumparan Terminal belitan rotor dihubungkan dengan tiga cincin slip yang terisolasi

rotor. Rotor belitan yang terhubung loop tertutup arus melalui dari fluksi dalam bentuk induksi dari ditunjukkan pada Gambar 2.3. Pada rotor belitan, cincin tahanan luar (rheostat) yang dapat mengurangi arus start pengasutan, penambahan tahanan eksternal pada rangkaian

torsi pengasutan yang lebih besar dengan arus pengasutan kecil dibanding dengan rotor sangkar.

Gambar 2.3. Konstruksi Rotor Belitan

pada Beberapa Alurnya (c) Tumpukan Inti dan Kumparan dalam Cangkang Stator.

(4)

2.3 Prinsip Kerja Motor Induksi

Bila sumber tegangan listrik tiga fasa yang seimbang, dihubungkan ke terminal belitan stator dari suatu motor induksi tiga fasa maka pada masing-masing belitan akan mengalir arus listrik yang sinusoidal yang besarnya dapat dituliskan pada persamaan 2.1 sebagai berikut :

t I

Im.sin ... (2.1) Arus pada masing-masing belitan stator akan menghasilkan fluksi (medan magnet) yang juga berbentuk sinusoidal sehingga dapat dituliskan pada persamaan 2.2 sebagai berikut : digambarkan pada Gambar 2.4 sebagai berikut :

Untuk sistem tiga fasa yang seimbang, maka pada persamaan 2.3, persamaan 2.4, dan persamaan 2.5 pada masing-masing fluksi adalah:

(5)

 Besarnya resultan fluksi yang konstan pada motor induksi tiga fasa dikenal sebagai medan putar. Adapun analisis menentukan besar resultan fluksi pada motor induksi tiga fasa dapat dijelaskan pada Gambar 2.5 dan Gambar 2.6 di bawah ini :

Gambar 2.6. Sudut Vektoris Tiga Fasa

(6)

60 atau 180 dari keadaan awal.o

Medan putar pada motor induksi tiga fasa memiliki kecepatan, yang bisa disimbolkan dengan ns. Adapun besar kecepatan medan putar motor induksi tiga fasa dapat dilihat pada persamaan 2.6 sebagai berikut :

(7)

Di mana : ns = Kecepatan medan putar stator (rpm)

s

f = Frekuensi sumber tegangan (Hz) P = Jumlah kutub

Medan putar ini selanjutnya akan memotong batang-batang konduktor dari kumparan-kumparan rotor sehingga pada ujung-ujung kumparan rotor akan timbul tegangan induksi. Tegangan induksi ini disimbolkan dengan Er. Adapun besar tegangan induksi ini dapat dilihat pada persamaan 2.7 sebagai berikut :

m r s

r f N

E 4,44. . . ... (2.7) Di mana : Er = Tegangan induksi saat rotor start (Volt)

r

N = Jumlah belitan efektif rotor

m

 = Nilai fluksi maksimum (Weber)

Bila motor induksi tersebut menggunakan rotor berjenis rotor belitan, maka besarnya arus rotor pada motor induksi tergantung pada tahanan luar (rheostat) motor dan tahanan rotor itu sendiri. Arus listrik yang mengalir pada kumparan-kumparan rotor motor induksi tiga fasa ini akan menimbulkan gaya listrik. Adapun besarnya gaya listrik dapat dilihat pada persamaan 2.8 sebagai berikut :

(8)

Pada motor induksi tiga fasa berjenis rotor belitan terdapat adanya tiga cincin (slip-ring) yang masing-masing dihubung singkat oleh operator. Namun pada umumnya ujung-ujung sikat sebelum dihubung singkat biasanya masing-masing dihubung paralel terhadap tahanan luar (rheostat), hal ini dilakukan untuk mengurangi arus rotor

 

Ir . Di bawah ini dapat kita lihat pada Gambar 2.10 yaitu motor induksi rotor belitan dengan tahanan luar hubungan wye.

1

3 2

ce sis StartingRe tan

Gambar 2.10. Motor Induksi Rotor Belitan dengan Tahanan Luar Hubungan Wye Keterangan : 1. Cincin (Slip Ring)

2. Sikat

3. Resistansi Variabel (Rheostat)

Bila jari-jari kumparan rotor adalah r, maka besarnya momen putar dapat dilihat pada persamaan 2.9 sebagai berikut :

r F

Tr  . ... (2.9) Di mana : Tr = Momen Putar (N.m)

(9)

Momen putar rotor ini akan bergerak searah dengan medan putar stator. Namun bergerak atau tidaknya rotor berputar tergantung dari besarnya beban yang dipikul oleh motor induksi. Bila besar beban yang dipikul oleh motor induksi melebihi momen putar rotor maka rotor tidak akan berputar. Di dalam hal ini jelas adanya perbedaan kecepatan dari medan putar stator

 

ns dengan kecepatan momen putar rotor

 

nr . Perbedaan kecepatan ini biasanya disebut dengan slip. Adapun besarnya slip motor induksi dapat dilihat pada persamaan 2.10 sebagai berikut :

Oleh karena perbedaan kecepatan medan putar stator

 

ns dengan kecepatan momen putar rotor

 

nr merupakan syarat agar rotor dapat berputar maka slip ini akan mempengaruhi frekuensi rotor dan tegangan induksi pada kumparan rotor. Adapun besar frekuensi rotor dapat dilihat pada persamaan 2.11 sebagai berikut :

Adapun besarnya tegangan induksi pada saat kumparan rotor sedang berputar dapat dilihat pada persamaan 2.12 adalah sebagai berikut :

m r r

rs f N

(10)

m

Faktor daya yang dinotasikan sebagai cos φ didefinisikan sebagai perbandingan antara arus yang dapat menghasilkan kerja didalam suatu rangkaian terhadap arus total yang masuk kedalam rangkaian atau dapat dikatakan sebagai perbandingan daya aktif (kW) dan daya semu (kVA). Daya reaktif yang tinggi akan meningkatkan sudut ini dan sebagai hasilnya faktor daya akan menjadi lebih rendah. Faktor daya selalu lebih kecil atau sama dengan satu. Maka dapat dilihat pada persamaan 2.14, 2.15, 2.16, dan 2.17:

P = V.I. cos φ……… (2.14)

S = V.I ………... (2.15)

P = S cos φ………. (2.16)

cos φ

=

………. (2.17)

(11)

 ' karena kebutuhan daya reaktif di atas. Jadi motor induksi tiga fasa ini membutuhkan arus magnetisasi yang dapat mempengaruhi faktor daya pada keadaan tanpa beban, tetapi dalam keadaan beban penuh pengaruh ini pada prakteknya dapat diabaikan. Oleh sebab itu kondisi pembebanan penuh dan tanpa beban dari motor akan mengakibatkan adanya besaran relatif pada faktor daya, seperti Gambar 2.11.

Gambar 2.11. Diagram akibat relatif pada faktor daya motor induksi tiga fasa dalam keadaan berbeban

Untuk semua pembebanan, arus magnetisasi umumnya adalah konstan dan komponen reaktif menjadi terbelakang tepat 90ºterhadap tegangan. Arus bolak-balik stator yang diberikan oleh tegangan bolak-balik sumber pada stator akan membangkitkan medan magnet bolak-balik yang menembus rotor. Dimana tegangan bolak-balik sumber adalah tetap tanpa dipengaruhi oleh beban.

(12)

arus rotor. Ggl Es adalah tegangan Vs dikurangi tegangan jatuh karena adanya tahanan Rs dan reaktansi Xs pada stator. Kenaikan beban akan menaikkan arus rotor Ir'. Pada beban penuh, arus rotor Ir' akan jauh lebih besar dari pada arus magnetik Im yang besarnya relatif konstan. Akibatnya sudut  yang dibentuk antara arus stator dan tegangan stator mengecil (Gambar 2.12a) yang berarti faktor daya

cos

motor membesar, dan motor tampak sebagai beban resistif. Berikut adalah

Gambar 2.12 diagram fasor motor induksi tiga fasa.

(13)

Gambar 2.13, segitiga daya beban penuh, ACB dengan faktor daya 1 apabila beban turun dengan daya nyata turun dari CB ke CD maka faktor dayanya adalah pada 2 karena dalam hal ini besar KVA-nya tetap. Dapat kita lihat pada Gambar 2.13 dibawah :

Gambar 2.13. Diagram vektor segitiga daya dengan perubahan faktor daya akibat perubahan beban

2.5 Motor Induksi Tiga Fasa Sebagai Generator Induksi Tiga Fasa Motor induksi dapat dioperasikan sebagai generator bila motor diputar oleh sebuah penggerak mula (prime mover) melebihi kecepatan sinkronnya (kecepatan medan putar) dan tersedianya suatu sumber daya reaktif untuk kebutuhan arus eksitasi.

Motor induksi sebagai generator kini telah luas penggunaannya pada pembangkit-pembangkit listrik energi terbarukan seperti pada PLTMh dan PLTAngin. Penggunaan motor induksi rotor sangkar pada

(14)

Penggunaan motor induksi tiga fasa sebagai generator induksi dengan daya keluaran satu fasa menjadi suatu pilihan untuk pelistrikan daerah-daerah terpencil yang memang beban-beban yang umumnya digunakan adalah satu fasa, selain itu juga dikarenakan biaya distribusi dan proteksi yang lebih rendah bila

dibandingkan dengan menggunakan sistem jaringan tiga fasa.

Motor induksi tiga fasa dapat dijadikan generator induksi dengan keluaran satu fasa. Metode yang digunakan, yang juga diaplikasikan dalam tugas akhir ini adalah dengan menggunakan konfigurasi C-2C. Konfigurasi ini merupakan pengaturan nilai kapasitansi kapasitor pada motor induksi tiga fasa yang belitan

statornya terhubung segitiga (Δ), dengan memberikan kapasitor sebesarC pada antar fasa yang satu dan sebesar 2C pada antar fasa yang lainnya, sementara pada antar fasa yang ketiga tidak ada.

2.6 Keunggulan dan Kelemahan Penggunaan Motor Induksi Tiga Fasa Sebagai Generator

Motor induksi tiga fasa yang umum digunakan sebagai generator adalah motor induksi jenis sangkar tupai (squirrel cage). Penggunaan motor induksi jenis ini sebagai generator pada pembangkit-pembangkit listrik yang menggunakan tenaga air (mikro hidro) pada daerah terpencil dikarenakan beberapa keuntungan yang dimilikinya. Beberapa keuntungan tersebut adalah :

a. Ketersediaan

(15)

b. Harga

Motor induksi untuk kapasitas yang kecil (0,5 – 50 kW) harganya lebih murah dan penggunaannya sebagai generator lebih ekonomis dibandingkan dengan generator sinkron.

c. Kesederhanaan

Motor induksi yang dipergunakan sebagai generator tidak memerlukan sistem eksitasi (sumber arus searah) dan peralatan pengatur tegangan (AVR = Automatic Voltage Regulator) seperti halnya pada generator sinkron.

d. Konstruksi

Motor induksi sangkar tupai dalam penggunaannya sebagai generator memiliki konstruksi yang kokoh dan cukup sederhana dikarenakan ketiadaan slip ring dan sikat.

e. Perawatan

(16)

Dalam penggunaanya sebagai generator, kita dihadapkan pada beberapa masalah mengenai kelemahan-kelemahan yang dimiliki oleh motor induksi. Kelemahan-kelemahan tersebut antara lain :

a. Dibutuhkan perhitungan

Motor induksi sebagai generator tidak akan bekerja (dengan baik) tanpa kapasitor eksitasi terpasang dengan nilai yang sesuai dengan kebutuhan daya reaktif mesin, sementara generator sinkron umumnya dapat dibeli dengan keadaan yang siap pakai.

b. Dibutuhkan sumber daya reaktif eksternal

Motor induksi sebagai generator tidak dapat memproduksi daya reaktif dengan sendirinya, tetapi membutuhkan sumber daya reaktif eksternal baik itu dari sumber jala-jala ataupun kapasitor.

Walaupun memiliki beberapa kelemahan, akan tetapi kelemahan-kelemahan tersebut masih dapat diatasi. Oleh karena itu motor induksi sebagai generator mempunyai keuntungan yang jauh lebih banyak dari pada generator sinkron dalam penggunaannya untuk pembangkit listrik pada daerah-daerah terpencil.

2.7 Syarat – syarat Pengoperasian Motor Induksi Sebagai Generator

(17)

generator dari mesin tersebut. Kondisi-kondisi tersebut akan dijelaskan sebagai berikut.

2.7.1 nr > ns

Untuk mengoperasikan motor induksi sebagai generator diperlukan daya mekanis yang berasal dari penggerak mula (prime mover) untuk memutar rotor diatas kecepatan sinkronnya (nr > ns), dimana daya mekanis ini dapat diperoleh dari tenaga air (mikro hidro), tenaga angin, atau mesin diesel atau dengan kata lain mesin bekerja pada slip negatif (s < 0). Dengan menggunakan persamaan yaitu ns = 120 dan s =

(18)

Dari kurva karakteristik torsi-kecepatan pada gambar 2.14 dapat kita lihat bahwa, apabila sebuah motor induksi digerakkan pada suatu kecepatan yang lebih besar dari kecepatan sinkronnya, arah dari torsi induksinya akan berbalik dan motor akan bertindak sebagai sebuah generator. Dengan bertambahnya torsi yang diberikan oleh penggerak mula, besar daya yang dihasilkan oleh generator induksi juga bertambah.

2.7.2 Adanya Sumber Daya Reaktif

Sebagai sebuah generator, mesin induksi memiliki kelemahan karena tidak memiliki rangkaian medan yang terpisah untuk dapat menghasilkan daya reaktif, dimana pada kenyataannya generator induksi sendiri mengonsumsi daya reaktif. Dengan demikian, diperlukan suatu sumber daya reaktif eksternal yang terhubung ke generator untuk dapat memenuhi kebutuhan daya reaktif sebagai sumber arus eksitasi. Tanpa adanya daya reaktif, motor induksi yang dioperasikan sebagai generator tidak akan menghasilkan tegangan.

(19)

Gambar 2.15. Generator Induksi Terhubung ke Sistem Jaringan 3-Fasa

(20)

Arus magnetisasi Im yang dibutuhkan oleh sebuah motor induksi yang dioperasikan sebagai generator, sebagai fungsi dari tegangan terminal, dapat ditemukan dengan menjalankan mesin sebagai motor pada keadaan beban-nol dan mengukur arus jangkarnya sebagai fungsi dari tegangan terminal. Kurva magnetisasi tersebut ditunjukkan oleh gambar 2.17. Untuk memperoleh tingkat tegangan yang diberikan pada generator induksi, kapasitor-kapasitor eksternal harus dapat menyuplai arus magnetisasi yang sesuai dengan tingkat tegangan tersebut.

Gambar 2.17. Kurva Magnetisasi Motor Induksi pada Keadaan Tanpa Beban

(21)

Karena arus reaktif yang dapat diproduksi oleh kapasitor berbanding lurus terhadap tegangan yang diberikan kepadanya, lokus dari semua kemungkinan kombinasi tegangan dan arus melalui sebuah kapasitor merupakan sebuah garis lurus. Plot antara tegangan dan arus tersebut untuk suatu nilai frekuensi ditunjukkan pada gambar 2.18.

Gambar 2.19. Kurva Karakteristik Tegangan Terminal Generator Induksi pada Keadaan Tanpa Beban

(22)

2.8 Kapasitor pada Motor Induksi Tiga Fasa Sebagai Generator 2.8.1 Umum

Kapasitor secara sederhana didefinisikan sebagai suatu peralatan yang terdiri dari dua buah keping/plat konduktor yang dipisahkan oleh suatu bahan dielektrik, yang memiliki kemampuan untuk dapat menyimpan energi listrik. Bahan-bahan dielektrik yang umumnya digunakan misalnya udara vakum, keramik, gelas, dan lainnya.

Sedangkan kapasitansi kapasitor (C) didefinisikan sebagai jumlah muatan yang mampu diterima dan disimpan oleh kapasitor untuk setiap nilai tegangan dari potensial yang diberikan.

C = ……… (2.18) dimana,

Q = muatan listrik (coulomb) C = kapasitansi kapasitor (farad) V = tegangan kapasitor (Volt)

Kapasitor yang umumnya cocok digunakan sebagai kapasitor eksitasi pada generator induksi penguatan sendiri adalah jenis motor run, yang juga biasa digunakan pada motor induksi satu fasa. Penggunaan kapasitor jenis motor start harus dihindari, karena jenis ini tidak didesain pada penggunaan secara kontinyu. Rating tegangan kapasitor biasanya berkisar 380 – 450 V, meskipun terkadang ada juga jenis untuk ukuran 220 – 240 V.

(23)

secara individual/perfasa, akan sulit didapatkan nilai kapasitansi yang sesuai dengan kebutuhan. Dalam penggunaannya, disarankan agar digunakan kapasitor pada rating tegangan yang lebih besar dari nilai kapasitansi yang dibutuhkan untuk pengoperasian generator. Hal ini dilakukan agar kapasitor memilki umur kerja yang lebih lama.

2.8.2 Pemasangan Kapasitor

Untuk generator induksi yang membangkitkan tegangan tiga fasa, kapasitor

eksitasi dapat dihubungkan baik itu segitiga (Δ) ataupun bintang (Y). Bentuk sistem

konfigurasi pemasangan kapasitor eksitasi tersebut dapat dilihat pada gambar di bawah.

Gambar 2.20. Hubungan Bintang (Y) dan Segitiga (Δ) pada Kapasitor Eksitasi Kapasitor yang dihubungkan bintang atau segitiga adalah mempunyai hubungan sebagai berikut :

………. (2.19)

(24)

= =

= ……….… (2.21) Karena C = ……….…. (2.22) Maka = ……….... (2.23)

Sehingga jika kapasitor dihubungkan bintang ( Y ), maka nilai kapasitansi

yang dibutuhkan adalah tiga kali nilai kapasitansi bila terhubung segitiga (Δ).

2.8.3 Perhitungan Besar Kapasitansi Kapasitor

Pada generator induksi penguatan sendiri (self-excited), kapasitor induksi merupakan satu-satunya sumber daya reaktif eksternal. Dengan demikian, agar diperoleh tegangan operasi yang sesuai dengan kebutuhan pada frekuensi yang diinginkan, besar kapasitansi untuk kapasitor eksitasi yang terpasang harus ditentukan dengan baik.

Untuk memperoleh nilai pendekatan, perhitungan kebutuhan kapasitansi kapasitor eksitasi generator induksi tiga fasa dapat diperoleh melalui dua metode, yaitu melalui percobaan beban nol dan data pabrikan (name plate) dari motor induksi tiga fasa.

 Percobaan Beban Nol

Data hasil percobaan beban nol dapat digunakan untuk menghitung kapasitansi eksitasi karena daya semu yang ditarik oleh motor induksi pada keadaan beban nol mendekati nilai daya reaktif yang dibutuhkan oleh mesin ketika bekerja sebagai generator.

(25)

VA ………... (2.24) Dari penjelasan diatas diketahui bahwa :

VAR ……….... (2.25)

 Data pabrikan (name plate)

Dari data yang ada pada name plate mesin, seperti tegangan operasi,

arus beban penuh, dan cos φ, maka dapat dihitung daya semu pada keadaan

beban penuhnya :

VA ……….... (2.26) Watt ………... (2.27) Dari persamaan segitiga daya dapat diperoleh nilai daya reaktif :

………..……... (2.28)

Dari hasil perhitungan kebutuhan daya reaktif, baik itu yang diperoleh dari metode percobaan beban nol maupun data name plate motor, kemudian perhitungan dilanjutkan sebagai berikut.

Daya reaktif yang dibutuhkan per fasa :

Qfasa= ……… (2.29)

 Hubungan bintang (Y) :

VpY = Volt ...………..………… (2.30)

(26)

Xc = = , maka

C/fasa y = µF ……….. (2.31) Atau,

= = µF ………. (2.32)  Hubungan segitiga (∆) :

Vp∆=Vl∆Volt ………... (2.33)

Ic = Ampere ………... (2.34) C/fasa∆= µF ………...………... (2.35)

= = ……….. (2.36) Dimana,

V0/I0= tegangan/arusline to linekeadaan beban nol. VlY= teganganline to linekapasitor hubungan bintang (Y) Vl∆= teganganline to linekapasitor hubungan segitiga (∆) VpY= tegangan per fasa kapasitor hubungan bintang (Y) Vp∆= tegangan per fasa kapasitor hubungan segitiga (∆)

(27)

2.9 Prinsip Kerja Generator Induksi

2.9.1 Prinsip Kerja Pembangkitan Tegangan

Motor induksi akan dapat dioperasikan sebagai generator, bila terdapat daya mekanis yang mampu memutar poros rotor untuk berputar lebih cepat dari kecepatan sinkronnya (medan putar). Selain itu diperlukan juga sumber daya reaktif yang berasal dari suatu unit kapasitor eksitasi untuk kebutuhan arus magnetisasi, agar proses pembangkitan tegangan dapat terjadi.

Gambar 2.21 memperlihatkan secara skematis prinsip kerja generator induksi penguatan sendiri. Prime mover yang digunakan untuk memutar rotor, kapasitor eksitasi yang dihubungkan segitiga yang tersambung ke terminalnya, dan daya yang dihasilkan disuplai ke beban. Rangkaian ekivalen generator induksi sendiri diperlihatkan pada gambar 2.22 (a).

(28)

Hal yang paling penting agar terjadinya pembangkitan tegangan dalam proses kerja generator induksi penguatan sendiri adalah keberadaan magnet sisa (residual magnetism) pada inti rotor atau kapasitor eksitasi yang digunakan harus mempunyai muatan listrik terlebih dahulu.

Untuk dapat memahami prinsip kerja pembangkitan tegangan dari generator induksi penguatan sendiri, cara paling mudah adalah dengan merepresentasikan mesin secara sederhana dalam bentuk rangkaian ekivalen, dengan Xm (reaktansi magnetisasi) pararel dengan Xc (reaktansi kapasitif) dari kapasitor eksitasi dan ggl induksi yang kecil Erem dari magnet sisa yang terdapat di rotor seperti ditunjukkan pada gambar 2.22 (b).

Gambar 2.22. (a) Rangkaian Ekivalen per-Fasa Generator Induksi

(29)

Dengan berputarnya rotor, maka fluksi sisa yang terdapat di belitan rotor membentuk ggl induksi awal Erem pada belitan stator. Tegangan sebesar Erem ini, pada terminal mesin yang dihubungkan dengan kapasitor, kemudian menghasilkan arus Ia pada kapasitor. Arus Ia ini merupakan arus magnetisasi yang menghasilkan fluksi celah udara. Fluksi ini kemudian menambah jumlah fluksi yang sudah ada, sehingga kemudian menghasilkan ggl induksi di stator yang lebih besar lagi yaitu Ea. Tegangan sebesar Ea ini akan menghasilkan arus Ib pada kapasitor, yang kemudian akan menambah jumlah fluksi celah udara, sehingga dihasilkan ggl induksi yang lebih besar lagi yaitu Eb. Eb ini kemudian menghasilkan arus Ic, dan kemudian membentuk ggl induksi Ec. Demikian proses ini berjalan terus sampai akhirnya mencapai titik kesetimbangan E = VC seperti ditunjukkan pada gambar 2.23

Gambar 2.23. Proses Pembangkitan Tegangan

(30)

proses eksitasi. Jika kapasitor yang dipasang lebih kecil dari kapasitor minimum yang diperlukan, maka proses pembangkitan tegangan untuk nilai tegangan yang kita inginkan tidak dapat terpenuhi.

2.9.2 Proses Pengendalian Tegangan

Tegangan keluaran generator induksi dapat dinaikkan atau diturunkan, baik itu pada keadaan berbeban atau tanpa beban dengan cara merubah besar tegangan induksi pada rangkaian magnetik Xm. Perubahan tegangan induksi ini dapat terjadi bila arus magnetisasi yang mengalir pada Xm ditambah atau dikurangi. Arus magnetisasi ini berfungsi untuk menghasilkan gaya gerak magnet (ggm) pada kumparan stator yang akan menghasilkan fluksi celah udara, dengan memperhatikan persamaan berikut :

………. (2.37) ……….. (2.38) Dimana diketahui persamaan tegangan induksi adalah sebagai berikut :

……… (2.39) Dimana,

= gaya gerak magnet (Ampere.turns) N = jumlah lilitan

Im = arus magnetisasi (Ampere) = fluks magnetic (Weber)

(31)

Dari persamaan (2.39) diketahui bahwa besar fluksi akan mempengaruhi besar tegangan induksi yang akan dihasilkan pada rangkaian magnetik. Dengan demikian perubahan pada arus magnetisaasi akan mempengaruhi nilai tegangan keluaran yag dihasilkan.

Dalam prakteknya ada beberapa cara untuk melakukan pengaturan tegangan generator induksi. Dengan menambah atau mengurangi nilai kapasitansi menyebabkan arus kapasitif yang mengalir pada rangkaian magnetiknya mengalami kenaikan atau penurunan (perhatikan gambar 2.23), dengan demikian akan diperoleh perubahan nilai tegangan induksi, yang artinya akan merubah tegangan keluaran yang dihasilkan generator.

Pengaturan tegangan keluaran generator induksi juga dapat dilakukan dengan cara merubah kecepatan putaran generator. Perubahan kecepatan putaran generator akan menyebabkan perubahan pada frekuensi yang dihasilkan, diketahui bahwa reaktansi kapasitif dan magnetik dipengaruhi oleh frekuensi.

(32)

2.10 Generator Induksi Tiga Fasa Dengan Keluaran Satu Fasa

Generator induksi tiga fasa dapat dioperasikan sebagai generator satu fasa. Hal ini dapat dilakukan dengan menerapkan metode dalam konfigurasi kapasitor eksitasinya. Pengoperasian generator induksi seperti ini biasanya dilakukan pada pembangkit mikro-hidro dengan skala kecil yang melayani beban-beban satu fasa dalam jumlah yang kecil.

2.10.1 Metode Untuk Memperoleh Keluaran Satu Fasa dari Generator Induksi Tiga Fasa

Metode yang dapat dilakukan untuk dapat memperoleh keluaran satu fasa dari generator induksi tiga fasa dengan tetap mempertahankan mesin dalam kondisi yang seimbang adalah sebagai berikut :

1. Dengan menggunakan motor induksi tiga fasa yang sesuai untuk pengoperasian 220/380 V dan pada statordihubungkan segitiga (Δ).

2. Hitung kebutuhan kapasitansi per fasa (C) kapasitor eksitasi yang dibutuhkan untuk pengoperasian tiga fasa 240 V hubungan segitiga.

(33)

2.10.2 Rangkaian Hubungan Kapasitor dan Diagram Fasor Generator Induksi Tiga Fasa Dengan Keluaran Satu Fasa

Dari gambar 2.24, dengan mengasumsikan bahwa beban yang terhubung , yang mana merupakan beban konsumen dan beban penyeimbang (ballast) adalah konstan dan resistif, dapat kita peroleh persamaan :

……….. (2.42) ………. (2.43)

Gambar 2.24. Rangkaian Generator Induksi Tiga Fasa dengan Keluaran Satu Fasa

(34)

Gambar 2.25. Diagram Fasor untuk Hubungan Satu Fasa

Dengan kapasitor C2 dihubungkan melalui fasa S dan T, vektor iT tegak lurus terhadap vektor VST. Untuk mendapatkan operasi dalam keadaan mesin yang seimbang, maka kondisi berikut harus terpenuhi :

dan ………...… (2.45) Dimana kondisi tersebut terpenuhi apabila dan kemudian dari persamaan (2.45) didapatkan .

Keadaan untuk operasi yang seimbang dari generator induksi dapat dinyatakan dalam bentuk persamaan arus. Dari gambar 2.25, dengan memperhatikan segitiga OAB, dengan menggunakan kondisi pada persaamaan (2.45), dapat diperoleh :

………...………. (2.46) = = ………..………. (2.47) Dari persamaan (2.46) dan (2.47) diperoleh :

(35)

………...… (2.49) Untuk beban-beban yang resistif, agar generator induksi dengan sistem kapasitor eksitasi C-2C berlaku sebagai mesin tiga fasa yang seimbang maka kondisi pada persamaan (2.49) harus dapat terpenuhi. Apabila kondisi pada persamaan (2.49) tidak dapat dipenuhi, maka generator induksi akan berlaku sebagai mesin tidak seimbang dan sebagai hasilnya mesin akan cepat panas, mengalami pemanasan berlebih dan kurang efisien.

Ketika sebuah generator digunakan dengan cara seperti ini, perhatian khusus harus diberikan pada hubungan dari kapasitor yang terpasang. Jika kapasitor C2 salah ditempatkan, misalnya dihubungkan di antara fasa T dan R sebagaimana ditunjukkan pada gambar 2.26, maka diagram fasornya adalah seperti yang ditunjukkan pada gambar 2.27.

Gambar 2.26. Hubungan yang Salah pada Kapasitor Eksitasi

(36)

lainnya. Pada kondisi ini, belitan generator akan mengalami pemanasan yang berlebih. Untuk itu, hubungan yang benar dari kapasitor C2 adalah penting.

Gambar 2.27. Diagram Fasor dari Hubungan Kapasitor Eksitasi yang Salah

2.11 Aliran Daya dan Efisiensi Generator Induksi Tiga Fasa 2.11.1 Aliran Daya

Aliran daya aktif generator induksi penguatan sendiri dapat dilihat pada gambar 2.28.

Diagram aliran daya aktif generator induksi tersebut dapat dinyatakan dengan persamaan berikut :

Pm=PporosPFW……… (2.50)

PAG=PmPRCL……….. (2.51)

PL=PAGPSCLPcore……….…….. (2.52)

Dimana,

(37)

Pm = daya masukan mekanis bersih (Watt) PFW = rugi-rugi gesekan dan angin (Watt)

PAG = daya celah udara (Watt)

PRCL = rugi-rugi tembaga rotor (Watt)

PSCL = rugi-rugi tembaga stator (Watt)

Pcore = rugi-rugi inti stator (Watt)

PL =daya kenalan generator (Watt)

2.28.Diagram Aliran Daya Aktif

Rugi-rugi gesekan dan angin Pg+a dan rugi-rugi inti stator Pi biasanya dianggap konstan dan disebut rugi-rugi beban nol. Sedangakan rugi-rugi tembaga stator dan rotor besarnya tidak tetap tergantung arus beban.

2.11.2. Efisiensi

(38)

= − − ... (2.53) Efisiensi motor adalah perbandingan antara daya keluaran yang berguna dengan daya masukan total, yaitu dilihat pada persamaan 2.54 sebagai berikut:

= 100%... (2.54) Faktor daya atau power factor (pf) merupakan salah satu kreiteria untuk menentukan kualitas daya listrik. rendahnya faktor daya akan mengakibatkan memburuknya karakteristik kerja dari suatu peralatan listrik, baik dari segi teknis operasional maupun dari segi ekonomis. Adapun penyebab rendahnya faktor daya adalah 1) Penggunaan motor-motor listrik sebagai tenaga penggerak, dan 2) Pemakaian lampulampu yang menggunakan balast atau lilitan untuk penyalaan awal, seperti lampu TL dan lampu mercury. Faktor daya sebagai cosinus dari sudut perbedaan fasa, didefinisikan sebagai rasio perbandingan antara daya tersambung atau daya aktif (P) dengan daya terpakai atau daya nyata (VA), yang mana besarannya bervariasi antara 0 (nol) sampai 1 (satu), secara matematis dapat dituliskan pada persamaan 2.56, 2.57, dan 2.58 sebagai berikut :

= V.I.cos φ ………. (2.56)

= V.I ……… (2.57)

.

. = ……….. (2.58)

Dari persamaan 2.59 diatas dapat juga ditulis ;

(39)

oleh suatu media isolasi yang disebut dielektrium. Kondensator yang umum digunakan adalah yang terbuat dari pelat tipis dari jenis logam aluminium, lapisan perak tipis dan lain-lain. Sedangkan dielektriumnya digunakan antara lain udara, mika, kertas, oksida logam dan lain-lain. Besar kapasitansi dari sebuah kapasitor yang akan digunakan untuk memperbaiki daya reaktif yang diakibatkan oleh menurunnya faktor daya adalah pada persamaan 2.60 seperti berikut ini :

= ...(2.60)

dengan Qc = daya reaktif kapasitif, f = frekuensi jala-jala listrik dan V = tegangan jala-jala listrik.

2.11.3. Perbaikan Torsi dan Efesiensi dengan Memperbaiki Faktor Daya dengan Kapasitor

Salah satu cara untuk memperbaiki faktor daya adalah dengan memasang kompensasi kapasitif menggunakan kapasitor. Pada konsumen level industri istilah ini lebih dikenal dengan sebutan pemasanganpower factor correction(PFC). Pemasangan PFC disini sama artinya dengan pemasanganPF controller(kumpulan dari kapasitor-kapasitor yang dipasang secara paralel).

Metode untuk meningkatkan faktor daya di berikan dibawah ini: Faktor daya dapat diperbaiki dengan menghubungkan condenser static.

(40)

komponen reaktif ekstensial dari arus yang masuk dan itu dapat memperbaiki faktor daya.

Kapasitor dapat dihubungkan juga dalam wye atau delta sebagaimana diperlihatkan dibawah pada Gambar 2.29 dan Gambar 2.30 secara jelas.

Gambar 2.29.Kapasitor Dihubung Wye

Gambar 2.30.Kapasitor Dihubung Delta

(41)

Perhatikan arus yang masuk pada pf cos φ digambarkan dengan alat sebagaimana berikut pada Gambar 2.31 dibawah :

Gambar 2.31.Diagram Vektor Pada Kapasitor Arus ini “I” dapat di pisahkan ke dalam dua komponen,

(i) I cos φ adalah komponen nyata

(ii)I sin φ komponen reaktif nyata (mengalir di belakang tegangan 90 )

Sekarang jika sebuah kapasitor dihubungkan parallel dengan motor, maka hal

itu menggambarkan arus tambahan, dari supply sama dengan I sin φ tetapi

mendahului tegangan sebesar 90 kemudian dua komponen reaktif seimbang dan faktor daya menyatu. Dengan demikian nilai dari kapasitansi adalah dideterminasikan dimana dapat menggambarkan arus “I sin φ”.

V= tegangan fasa pada catu I = arus fasa

Dengan demikian pada persamaan 2.61 diperoleh,

= arus digambarkan oleh kapasitansi seharusnya sama dengan I sin φ = I sin φ

I c

os φ

I sin φ

I

(42)

=I 1−

= I √1−( . ) ………...… (2.61) Tetapi,

= ……….. (2.62)

= ……….… (2.63)

Membandingkan persamaan 2.62 dan persamaan 2.63

= 2 = 1−( . ) ………... (2.64) C = / 1−( . ) ………... (2.65)

Ini merupakan nilai C jika kapasitor dihubungkan dalam bintang. Jika kapasitor dihubungkan dalam delta kemudian nilai kapasitor dihubungkan, Dimana persamaan 2.65 membuat p.f. unity diberikan oleh :

C = / = 1−( . ) ………. (2.66) Torsi (M) dibangkitkan pada poros motor atau mesin penggerak dengan kecepatan putaran (n). Pada motor listrik, gaya bekerja pada keliling lingkaran poros. Kecepatan pada keadaan ini tergantung pada kecepatan putaran (n) dan radius poros (r). Kecepatan putaran menunjukkan berapa kali bagian tersebut berputar mengelilingi garis tengah poros untuk waktu tertentu.

Titik atau bagian tersebut menempuh lintasan sebesar S=2.π.r (garis keliling

lingkaran poros) Kecepatan titik ini adalah : V = n . 2 . .π . r. Sehingga gaya (F)

yang bekerja pada poros motor dan kecepatan titik mengelilingi lingkaran poros dimasukkan ke persamaan daya mekanis yaitu : P = F . V maka, diperoleh rumus :

(43)

Daya mekanis mempunyai satuan Newton meter per menit dan torsi satuannya adalah Newton meter sedangkan kecepatan putaran adalah rpm maka, dengan membagi persamaan di atas yaitu 60 detik/menit kemudian dibagi lagi dengan 1000,

diperoleh bahwa: P = 2 . π / 60 . 1000 . n . M KW, maka persamaan ini menjadi : P =

Gambar

Gambar (2.1)  dibawah ini :
Gambar 2.3. Konstruksi Rotor Belitan
Gambar 2.4. Fluksi tiga fasa
Gambar 2.5. Analisis Resultan Fluksi
+7

Referensi

Dokumen terkait

• Jika Screen.MousePointer bernilai 0 dan kursor mouse melewati suatu kontrol, Visual Basic akan memeriksa properti MousePointer dari kontrol tersebut; jika

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa: 1) Kemampuan literasi matematis mahasiswa dalam menyelesaikan soal cerita terbagi menjadi dua kategori yaitu: (1) Kelompok

Hak Tanggungan atas tanah beserta benda-benda yang berkaitan dengan tanah, yang selanjutnya disebut Hak Tanggungan, adalah hak jaminan yang dibebankan pada hak atas tanah sebagaimana

Tidak mengherankan, konsumen dari budaya yang memiliki perbedaan nilai, berbeda pula reaksi mereka pada produk asing, iklan, dan sumber yang lebih disukai dari suatu

Berdasarkan Berita Acara Hasil Pelelangan Sederhana Pengadaan Formulir Pemutakhiran Data Keluarga Tahun Anggaran 2014 nomor : 563/KU.807/J.1/2014 dan Penetapan

Paket pengadaan ini terbuka untuk penyedia yang teregistrasi pada Layanan Pengadaan Secara Elektronik ( LPSE ) dan memiliki Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP) Usaha Kecil

However, the situation changes in 2nd cycle when the teacher keep repeating the commands and showing actions used as the technique to clarify the meaning of the

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan group cognitive behavior therapy untuk membantu wanita dalam hal ini istri dengan infertilitas primer melakukan proses