PRINSIP-PRINSIP DAN HUKUM-HUKUM EKONOMI
DALAM USAHATERNAK
Tim Pengajar
Manajemen Usaha Ternak T.A. 2012/2013
OPPORTUNITY COST
Opportunity cost adalah biaya yang harus ditanggung karena tidak menggunakan kesempatan yang terbaik, atau hilangnya kesempatan memperoleh keuntungan dari suatu usaha karena telah memilih alternatif suatu usaha lain. Misalnya suatu bidang lahan secara fisik sangat cocok untuk ditanami jagung atau rumput. Bila keputusan yang diambil adalah menanam rumput, maka opportunity costnya adalah sebesar hasil terbaik bila ditanami jagung. Seseorang harus memilih antara bekerja di pabrik atau bekerja di sektor peternakan. Bila memilih bekerja di sektor peternakan maka opportunity costnya adalah sebesar upah bekerja di pabrik.
Bagi seorang peternak, dalam mengambil keputusan usaha apa yang akan dipilih dengan menggunakan prinsip opportunity cost, maka untuk memperoleh keuntungan yang paling besar adalah dengan pertimbangan
opportunity cost yang paling kecil. Berbeda dengan prinsip comparative
THE SUBSTITUTION PRINCIPLE FOR INPUT
Dalam suatu usaha pertanian/peternakan untuk menghasilkan suatu produk diperlukan kombinasi beberapa faktor produksi sekaligus. Pertanyaan ekonomi yang kita hadapi adalah bagaimana peternak dapat mengkombinasikan faktor-faktor produksi tersebut agar tercapai efisiensi setinggi-tingginya baik secara fisik maupun secara ekonomi. Seringkali peternak dihadapkan pada harga faktor produksi yang berubah-ubah secara cepat dan bagi peternak merupakan datum yang harus diterima, maka peternak harus luwes mengganti kombinasi faktor-faktor tersebut. Dengan meningkatnya harga salah satu faktor produksi peternak cenderung akan mengurangi faktor tersebut dan menggantinya dengan faktor lain yang lebih murah. Meningkatnya upah tenaga kerja seringkali diimbangi dengan pengurangan tenaga kerja dan atau menggantinya dengan tenaga mesin.
Pada dasarnya penggantian satu bahan dengan bahan yang lain bertujuan untuk melakukan penghematan biaya. Maka penghematan biaya dapat terus dilakukan selama nilai faktor produksi yang digantikan lebih mahal dari pada nilai faktor produksi yang menggantikannya.
Nilai faktor produksi yang digantikan = -∆X2.Hx2 Nilai faktor produksi yang menggantikan = ∆X1.Hx1
Selama –∆X2.Hx2 > ∆X1.Hx1 , maka penggantian X2 oleh X1 dapat terus dilakukan, karena masih ada penghematan biaya sampai dengan batas : -∆X2.Hx2 = ∆X1.Hx1 , yaitu kondisi dimana penghematan tidak dapat lagi dilakukan (berapa besar penghematan tersebut?)
Formulasi di atas dapat ditulis:
Contoh: Pada penggunaan faktor produksi X1 dan X2 berapa akan diperoleh keuntungan maksimal, bila diketahui harga
X1 = Rp.100,00 dan harga X2 = Rp.500,00
Tabel. Kombinasi Dua Macam Input dengan Output yang Sama
THE SUBSTITUTION PRINCIPLE FOR OUTPUT
Masalah yang muncul adalah berapa jumlah masing-masing produk tersebut harus dihasilkan supaya memperoleh
keuntungan maksimum. Dengan sumber-sumber yang tersedia, maka bila salah satu output ditingkatkan berarti ada output lain yang harus dikurangi. Bagi peternak yang rasional, menaikan atau menurunkan output selalu dengan pertimbangan untuk memperoleh keuntungan maksimum.
Pertimbangan-pertimbangan tersebut dinamakan The substitution Principle
for output.
Prinsip: Penggantian satu output oleh output yang lainnya masih dapat dilakukan bila nilai output yang ditambahkan lebih besar dari pada nilai output yang digantikan.
Misalkan: Y2 diganti oleh Y1. Selama nilai Y1 lebih besar dari nilai Y2 , maka penggantian Y2 oleh Y1 dapat terus dilakukan, dengan mengurangi hasil Y2
-∆Y2.Hy2< ∆Y1.Hy1 , sampai dengan -∆Y2.Hy2= ∆Y1.Hy1, atau
Bagaimana pilihan kombinasi produk yang menghasilkan
keuntungan terbesar? Bila Hy
1= Rp.105 dan Hy
2= Rp.60
Tabel. Kombinasi Dua Macam Output dengan Jumlah
Penggunaan Input Yang Sama
Ada beberapa sebab pertimbngan ekonomi dimana suatu
usahaternak memproduksikan lebih dari satu komoditas:
a. Mendapatkan hasil produksi yang optimal.
Yaitu dengan memanfaat seluruh sumber-sumber yang
tersedia sehingga tidak ada yang menganggur. Pada
tanaman tumpangsari, hal ini biasa dilakukan
mengingat tiap tanaman mempunyai umur tanam yang
berbeda.
b. Mengurangi risiko.
Dengan diversifikasi usaha risiko kerugian usaha yang
satu dapat ditutupi oleh usaha yang lain.
c. Memanfaatkan
slack season.
Yang perlu disadari hanyalah kenyataan bahwa masalah ekonomi dalam hal ini tidak lain dari masalah efisiensi dalam penggunaan sumber-sumber ekonomi yang tersedia. Kebutuhan manusia tidak terbatas, padahal sumber-sumber yang tersedia terbatas jumlahnya, namun melalui teknologi penggunaan faktor produksi dapat dilakukan secara lebih efisien sehingga didapatkan hasil yang optimal.
Berbagai komoditas yang dihasilkan oleh peternak dapat mempunyai hubungan fisik antar komoditas yang berbeda. Kombinasi komoditas yang dihasilkan tersebut dapat berupa:
a. Komoditas gabungan (joint product)
b. Komoditas yang bebas bersaing (competitive independent product, substitutes).
c. Komoditas pelengkap (complementer)
a. Komoditas gabungan (Joint Product)
Apabila dua atau lebih produk dihasilkan bersama-sama dari suatu proses produksi. Misalnya Ternak sapi perah menghasilkan pedet dan susu serta pupuk kandang. Dedak dan bekatul keluar bersama-sama dengan beras dalam proses penggilingan padi. Tanaman kacang tanah bersama-sama dengan daun kacang untuk pakan ternak. Khusus untuk tanaman kacang ini kadang-kadang petani memanen kacang lebih awal dari waktunya dengan harapan produk daun kacang akan lebih banyak dan masih hijau.
b. Komoditas substitusi (substitutes)
c. Komoditas komplementer (comlementer)
Dalam hubungan komplementer, kenaikan produk yang satu turut menaikan produk yang lain. Dalam usaha ternak domba, meningkatkan produksi domba sekaligus juga meningkatkan produksi bulu dan kulit domba. Dalam pertanian hal ini biasanya tidak sekaligus dalam waktu yang sama tetapi dalam beberapa waktu (musim) dalam satu tahun. Misalnya penanaman krotalaria untuk pupuk hijau mempunyai akibat memperkaya zat-zat hara dalam tanah sehingga menaikan produk tanaman padi pada musim tanam berikutnya.
d. Komoditas suplementer (supplementer)
Sifat hubungannya bila produk yang satu ditambah tidak akan berpengaruh terhadap produk lainnya. Misalnya peternak sapi yang memanfaatkan waktu luangnya dengan membuat
kerajinan bambu. Meningkatnya produk susu tidak
COST and REVENUE RELATIONSHIP
Beberapa jenis biaya yang digunakan untuk pengambilan keputusan manajemen usahaternak antara lain:
a. Total cost = Fixed cost + Variable cost.
b. Marginal cost = Tambahan biaya sebagai akibat tambahan satu satuan output.
c. Average total cost = Total cost : Total output.
d. Average variable cost = Total variable cost : Total output. e. Average fixed cost = Total fixed cost : Total output.
Beberapa jenis penerimaan yang digunakan untuk pengambilan keputusan manajemen usahaternak yaitu:
a. Total Revenue = Total output x harga per satuan output. b. Average revenue = total revenue : total output.
Contoh Soal: Lengkapilah tabel berikut ini, kemudian buat kesimpulan nya.
Tabel A. Struktur Pembiayaan Produksi Rumput (Data hipotetis)
Tabel B: Profitabilitas Produksi
No
Hasil
TC
TR
Profit
MR
MC
GROSS MARGIN
Besarnya Gross Margin dari suatu usahatani ternak diukur dengan mengurangi nilai total produksi (penerimaan) dengan total biaya variabel. Gross margin seringkali digunakan untuk evaluasi keberhasilan usahatani ternak yang banyak menggunakan komponen biaya tetap yang sifatnya tersamar (sulit diperhitungkan), misalnya usahaternak domba yang dilakukan masyarakat umum atau usahaternak lainnya.
Dalam suatu usaha dengan biaya tetap yang sama, bila Gross Margin nya makin besar menunjukkan farm profit
THE TIME VALUE of MONEY
Mengatur waktu dan akibat-akibatnya merupakan tugas penting lainnya bagi peternak. Hal ini disebabkan waktu merupakan biaya dan setiap rupiah yang diterima sekarang nilainya lebih tinggi dari pada rupiah yang diterima enam tahun yang akan datang. Hal ini disebabkan adanya inflasi sehingga nilai uang makin lama makin turun.
Dalam suatu usahaternak seringkali biaya yang dikeluarkan sekarang, penerimaannya baru diperoleh beberapa tahun kemudian dengan nilai uang yang sudah berubah. Kapital atau uang dalam suatu usaha harus dinilai dan dikaitkan dengan waktu. Perhitungan ini dengan menggunakan teknik Compounding dan
Discounting.
Compounding adalah proses menentukan nilai kapital atau uang pada waktu yang akan datang dari nilai yang ada sekarang.
Future Value (FV) = PV ( 1+i)n
Discounting adalah proses menentukan nilai kapital atau uang pada waktu sekarang dari nilai yang akan datang.
Present Value (PV) = FV / (1+i)n