LAPORAN BIOLOGI PERIKANAN
KELOMPOK 3
Disusun Oleh : Kelompok 3
Yohana H1G013002
Stella Zahria Audyne H1G013014
Rut Febriani Situmorang H1G013006
Vini Ristianasari H1H013013
Putri Septiyani Apandi H1H013029
Agung Widhiyanto H1H013038
Lazuardi Nalendra H1K013001
Haji Mustakin H1K013006
Ghina Aghniatus Shoilihah H1K013008
Asisten :
Oki Aditya Pratama
JURUSAN PERIKANAN DAN KELAUTAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
PURWOKERTO
2014
LEMBAR PENGESAHAN
PRAKTIKUM BIOLOGI PERIKANAN
Disusun Oleh :Kelompok 3
Yohana H1G013002
Stella Zahria Audyne H1G013014
Rut Febriani Situmorang H1G013006
Vini Ristianasari H1H013013
Putri Septiyani Apandi H1H013029
Agung Widhiyanto H1H013038
Lazuardi Nalendra H1K013001
Haji Mustakin H1K013006
Ghina Aghniatus Shoilihah H1K013008
Laporan praktikum Biologi Perikanan ini disusun sebagai salah satu syarat untuk mengikuti response praktikum Biologi Perikanan pada Jurusan Perikanan dan Kelautan,
Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas Jenderal Soedirman.
Diterima dan Disahkan :
Purwokerto, 12 Desember 2014
Mengetahui,
Dosen Pengampu Asisten
Ir. Sri Marnani, Msi. Oki Aditya Pratama
NIP. 196102051986032001 NIM : H1G011023
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga dapat menyelesaikan laporan praktikum Biologi Perikanan ini. Laporan ini disusun sebagai syarat untuk mengikuti responsi praktikum Biologi Perikanan pada Jurusan Perikanan dan Kelautan, Fakultas Sains dan Teknik Universitas Jenderal Soedirman, Purwokerto.
Penyusun mengucapkan terimakasih kepada :
1. Ir. Sri Marnani, M.Si, Dyahruri Sanjayasari, S.Pt, M.Si, Muslih, S.Pi, M.Si, Drs. Sugiharto, M.Si selaku dosen pengajar mata kuliah Biologi Perikanan.
2. Asisten Biologi Perikanan yang telah memberikan pengarahan pada saat praktikum dan dalam penyusunan laporan praktikum Biologi Perikanan.
3. Semua pihak yang telah membantu menyusun laporan praktikum ini baik secara moral dan materiil .
Penyusun menyadari bahwa dalam penyusunan laporan ini banyak kekurangannya, oleh karena itu kritik dan saran dari pembaca yang membangun diharapkan berguna untuk penyempurnaan pembuatan laporan praktikum yang akan datang. Semoga laporan praktikum ini dapat bermanfaat, umumnya bagi pembaca khususnya bagi penulis.
Purwokerto, 4 Desember 2013
DAFTAR ISI
ACARA I. PERTUMBUHAN IKAN ... 1
I. PENDAHULUAN ... 2
II. TINJAUAN PUSTAKA ... 4
2.1.1. Ikan Nilem ... 4
2.1.2. Ikan Kurisi ... 4
2.1.3. Ikan Kembung... 5
2.1.4. Faktor-faktor yang mempengaruhi Pertumbuhan ... 6
2.1.5. Macam-macam Pertumbuhan ... 7
2.1.6. Faktor Kondisi ... 7
III. MATERI DAN METODE ... 8
3.1.1. Alat... 8
3.1.2. Bahan... 8
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 10
4.2.1. Ikan Nilem (Osteochilus hasselti) ... 11
4.2.2. Ikan Kurisi (Nemipterus nematophorus) ... 12
4.2.3. Ikan Kembung (Restrellinger sp.) ... 13
4.2.4. Perbandingan Pertumbuhan ... 13
4.2.5. Hubungan panjang dan Berat... 15
V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 17
DAFTAR PUSTAKA... 18
ACARA II. PENGENALAN JANTAN DAN BETINA... 28
I. PENDAHULUAN ... 29
II. TINJAUAN PUSTAKA ... 31
III. MATERI DAN METODE ... 33
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 34
V. KESIMPULAN ... 37
ACARA III.STUDI ISI ALAT PENCERNAAN DAN DERAJAT KEPENUHAN
LAMBUNG IKAN NILEM ... 45
I. PENDAHULUAN ... 46
II. TINJAUAN PUSTAKA ... 48
III. MATERI DAN METODE ... 53
3.1.1 Alat... 53
3.1.2 Bahan ... 53
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 54
V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 60
DAFTAR PUSTAKA... 61
ACARA IV PENGAMATAN GONAD ... 72
I. PENDAHULUAN ... 73
II. TINJAUAN PUSTAKA ... 75
III. MATERI DAN METODE ... 78
3.1.1. Alat... 78
3.1.2. Bahan ... 78
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 80
V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 87
DAFTAR PUSTAKA... 88
ACARA V. FEKUNDITAS ... 97
I. PENDAHULUAN ... 98
II. TINJAUAN PUSTAKA ... 100
III. MATERI DAN METODE ... 105
2.1.1 Alat ... 105
2.1.2 Bahan... 105
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 106
V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 109
DAFTAR PUSTAKA... 110
ACARA VI. PENGAMATAN MORFOLOGI TELUR IKAN NILEM... 118
I. PENDAHULUAN... 119
II. TINJAUAN PUSTAKA ... 122
2.2.1 Morfologi Telur ... 123
2.2.2 Bentuk dan Warna ... 124
2.2.3 Diameter... 125
2.3.1 Formalin... 129
2.3.3 Pendinginan ... 130
III. MATERI DAN METODE ... 131
3.1.1 Alat... 131
3.1.2 Bahan ... 131
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 132
4.2.1 Morfologi Telur ... 133
4.2.2 Diameter Telur ... 134
4.2.3 Penyusutan Diameter Telur... 135
V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 137
DAFTAR PUSTAKA... 138
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1. Ikan Nilem (Osteochillus haselti)... 4
Gambar 2. Ikan Kurisi (Nemipterus nematoporus) ... 4
Gambar 3. Ikan Kembung (Rastrellinger niger) ... 5
Gambar 4. Morfologi Ikan Nilem (Osteochillus haselti) ...33
Gambar 5. Gonad Ikan Nilem (Osteochillus haselti) ...40
Gambar 6. Ikan Nilem Betina...40
Gambar 7. Ikan Nilem Jantan ...40
Gambar 8. Ikan Nilem (Osteochillus haselti)...51
Gambar 9. Ikan Nilem (Osteochillus haselti)...75
Gambar 10. Ikan Nilem (Osteochillus haselti)... 103
Gambar 11. Ikan Nilem (Osteochillus haselti)... 122
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1. Pertumbuhan Ikan Nilem (Osteochillus haselti) ... 11
Tabel 2. Pertumbuhan Ikan Kurisi (Nemipterus nematoporus)... 11
Tabel 3. Pertumbuhan Ikan Kembung (Rastrellinger niger)... 11
Tabel 4. Perhitungan Pertumbuhan Ikan Nilem (Osteochillus haselti) ... 19
Tabel 5. Perhitungan Pertumbuhan Ikan Kurisi (Nemipterus nematoporus) ... 21
Tabel 6. Perhitungan Pertumbuhan Ikan Kembung (Restrellinger niger)... 22
Tabel 7. Morfologi dan Anatomi Ikan Nilem... 36
Tabel 8. Derajat Kepenuhan Lambung Ikan Nilem (Osteochillus haselti) ... 62
Tabel 9. Isi Lambung Ikan Nilem (Osteochillus haselti) ... 66
Tabel 10. Indeks Kematangan Gonad Ikan Nilem (Osteochillus haselti) ... 80
Tabel 11. Fekunditas Ikan Nilem (Osteochillus haselti) ...106
Tabel 12. Morfologi Telur Ikan Nilem sebelum & sesudah diawetkan ...132
Tabel 13. Diameter Telur Ikan Nilem sebelum & sesudah diawetkan ...132
Tabel 14. Penyusutan Telur Ikan Nilem sebelum & sesudah diawetkan ...123
DAFTAR GRAFIK
Halaman Grafik 1. Hubungan Panjang dan Berat Ikan Nilem...12
Grafik 2. Hubungan Panjang dan Berat Ikan Kurisi ...13
Grafik 3. Hubungan Panjang dan Berat Ikan Kembung ...14
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran Perhitungan Pertumbuhan Ikan ... 19
Lampiran Jurnal Pertumbuhan Ikan ... 23
Lampiran Jurnal Morfologi Ikan ... 40
Lampiran Perhitungan Derajat Kepenuhan Lambung ... 62
Lampiran Jurnal Derajat Kepenuhan Lambung... 70
Lampiran Perhitungan Indeks Kematangan Gonad... 89
Lampiran Jurnal Indeks Kematangan Gonad ... 95
Lampiran Perhitungan Fekunditas... 112
Lampiran Jurnal Fekunditas ... 115
Lampiran Jurnal Morfologi Telur ikan ... 141
ACARA I
PERTUMBUHAN IKAN
Disusun Oleh : Kelompok 3
Yohana H1G013002
Stella Zahria Audyne H1G013014
Rut Febriani Situmorang H1G013006
Vini Ristianasari H1H013013
Putri Septiyani Apandi H1H013029
Agung Widhiyanto H1H013038
Lazuardi Nalendra H1K013001
Haji Mustakin H1K013006
Ghina Aghniatus Shoilihah H1K013008
Asisten :
Oki Aditya Pratama
JURUSAN PERIKANAN DAN KELAUTAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN PURWOKERTO
2014
I. PENDAHULUAN
I.I. Latar Belakang
Pertumbuhan ikan adalah perubahan bentuk ikan baik dalam ukuran
panjang, berat maupun volume sesuai dengan waktu. Pertumbuhan dapat dirumuskan
sebagai pertambahan ukuran panjang atau berat dalam satuan waktu, sedangkan
pertumbuhan bagi populasi sebagai pertambahan jumlah. Akan tetapi pertumbuhan
merupakan proses biologi yang kompleks, di mana banyak faktor yang mempengaruhinya
(Effendi, 1979).
Pertambahan panjang dan berat ikan merupakan hasil dari proses
pertumbuhan ikan. Ikan dapat tumbuh apabila pakan yang diperoleh baik kualitas
dapatmemenuhi keperluan untuk mempertahankan berat dan panjangnya. Pertumbuhan
dipengaruhi oleh beberapa faktor penting yaitu faktor dalam dan faktor luar. Faktor dalam
umumnya adalah faktor yang sukar di kontrol diantaranya ialah keturunan, seks, umur,
parasit dan penyakit. Faktor luar yang utama mempengaruhi pertumbuhan ialah makanan
dan kualitas air, seperti suhu, pH, O2terlarut dan CO2bebas (Chaeri, 2005).
Hubungan panjang dan berat ikan memiliki nilai praktis yang
memungkinkan mengubah nilai panjang ke dalam nilai berat ikan atau sebaliknya, juga
dapat memberi petunjuk mengenai ukuran panjang rata-rata dan berat rata-rata suatu
hasil tangkapan. Adapun fungsi melakukan pengamatan hubungan panjang dan berat ini
adalah untuk mengetahui tipe pertumbuhan ikan berdasarkan ukuran panjang dan berat.
Oleh karena itu, harus dilakukan pengamatan pada ikan, dimana ikan yang akan digunakan
pada praktikum ini adalah ikan Nilem (Osteochilus hasselti), ikan Kurisi (Nemipterus
Nemaptophorus) dan ikan Kembung (Rastrelliger sp.)
Pengukuran panjang dan berat ikan bertujuan untuk mengetahui
variasi berat dan panjang tertentu dari ikan secara individual atau kelompok–kelompok
individu sebagai suatu petunjuk tentang kegemukan, kesehatan, produktifitas dan kondisi
fisiologis termasuk perkembangan gonad. Pertambahan panjang berat ikan adalah
merupakan hasil dari proses pertumbuhan ikan. Ikan dapat tumbuh apabila pakan yang
diperoleh, baik kualitas maupun kuantitasnya telah melampaui keperluan untuk
mempertahankan berat dan panjangnya. Pada umumnya ikan mengalami pertumbuhan
secara terus–menerus sepanjang hidupnya. Hal ini menyebabkan pertumbuhan merupakan
salah satu aspek penting yang dipelajari dalam dunia perikanan, dikarenakan petumbuhan
yang menjadi indikator bagi kesehatan individu dan populasi yang baik bagi ikan. Apabila
ditinjau lebih lanjut maka sebenarnya pertumbuhan itu merupakan suatu proses biologi
dimana banyak faktor yang mempengaruhi diantaranya faktor dari dalam tubuh ikan
maupun faktor dari luar (Reinthal, 2005).
1.2. Rumusan Masalah
1. Bagaimana mengetahui tipe pertumbuhan ukuran panjang dan berat.
2. Bagaimana mengetahui faktor kondisi.
1.3. Tujuan Penelitian
1. Mengetahui tipe pertumbuhan ikan berdasarkan ukuran panjang dan berat.
2. Menghitung faktor kondisi.
II. TINJAUAN PUSTAKA
Gambar 1. Ikan Nilem (Osteochilus hasselti)
Ikan nilem mempunyai ciri morfologi antara lain bentuk tubuh hampir
serupa dengan ikan mas. Bedanya, kepala ikan nilem relatif lebih kecil. Pada sudut-sudut
mulutnya, terdapat dua pasang sungut peraba. Warna tubuhnya hijau abu-abu. Sirip
punggung memiliki 3 jari-jari keras dan 12-18 jari-jari lunak. Sirip ekor berbentuk cagak
dan simetris. Sirip dubur disokong oleh 3 jari-jari keras dan 5 jari-jari lunak. Sirip perut
disokong oleh 1 jari-jari keras dan 8 jari-jari lunak. Sirip dada terdiri dari 1 jari-jari keras
dan 13-15 jari-jari lunak. Jumlah sisik pada gurat sisi ada 33-36 keping. Dekat sudut
rahang atas ada 2 pasang sungut peraba (Rahardjo, 2011).
Gambar 2. Ikan Kurisi (Nemipterus Nemaptoporus)
Morfologi ikan kembung yaitu betuk tubuhnya fusiform, posisi mulut inferior,
bentuk sirip ekor bercagak dan posisi sirip perut terhadap sirip dada thoracic. Ikan
kembung memiliki rahang, tubuh bilateral simetris, mulutnya terminal dan memiliki tutup
insang. Ikan kembung juga memiliki linea literalis, rudymeter, finlet, memiliki lubang
hidung dua buah, bersisik dan tidak memiliki sungut, ikan kembung juga memiliki satu
buah sirip punggung, dua buah sirip perut, pectoralis, sirip anal dan sirip ekor bercagak.
Ikan kembung memiliki bentuk tubuh streamline. Panjang usus biasanya 1,4 sampai 1,8
kali panjang FL. Warna tubuh terdapat garis hitam memanjang di bagian punggung dan
bintik hitam di tubuh dekat sirip pectoral. Sirip dorsal berwarna kuning dengan ujung
hitam. Sirip caudal dan pectoral berwarna kekuning-kuningan. (Sjafei, 1989)
2.1.3. Ikan Kembung
Gambar 3. Ikan Kembung (Rastrelliger sp)
Ikan kurisi termasuk dalam jenis ikan demersal. Hal ini dicirikan dengan
bentuk mulut yang letaknya agak ke bawah dan adanya sungut yang terletak di dagunya
yang digunakan untuk meraba dalam usaha pencarian makanan, badan langsing dan padat
pada rahang atas (kadang-kadang ada juga pada rahang bawah). Bagian depan kepala tidak
bersisik. Sisik dimulai dari pinggiran depan mata dan keping tutup insang. Sisik dibagian
badan lebih besar dan berbentuk seperti sisir dan kasar bila disentuh. Sebuah garis rusuk
(linea lateral) dengan satu sisik atau lebih. Warna sangat bervariasi, seperti
kemerah-merahan, kecoklat coklatan, merah kekuningan ataupun kehijau-hiajuan. Sirip ekor bagian
atas memanjang membentuk flagel sedangkan pada sirip ekor bagian bawahnya tidak.
Warna pada bagian atas kepala kecoklatan, satu sampai tiga garis kuning membujur diatas
garis rusuk, 7 sampai 9 pada bagian bawah garis rusuk dan sebuah pita kuning sepanjang
perut. Terdapat totol orange atau merah terang dekat pangkal garis rusuk (linea lateral).
Sirip dorsal berwarna merah, dengan garis tepi berwarna kuning atau orange dengan satu
pita kuning yang luas sepanjang dasar sirip dorsal. (Sulistiyono.2005).
2.1.4. Faktor-faktor yang mempengaruhi Pertumbuhan
Faktor– faktor mempengaruhi berat dan panjang ikan dapat sebabkan oleh
beberapa faktor, seperti faktor jenis kelamin, kemungkinan tercapainya kematangan gonad
untuk pertama kali cenderung mempengaruhi pertumbuhan. Pertumbuhan akan menjadi
lambat karena sebagian makanan tertuju pada perkembangan gonad tersebut. Untuk faktor
umur, pertumbuhan cepat terjadi pada ikan yang masih muda, sedangkan ikan yang sudah
tua umumnya kekurangan makanan apalagi untuk pertumbuhannya, karena sebagian besar
digunakan untuk pemeliharaan tubuh dan pergerakan. Terakhir faktor parasit dan penyakit
dapat mempengaruhi pertumbuhan jika alat pencernaan atau organ vital lainnya terserang,
sehingga efisiensi makanan yang berguna bagi pertmbuhan berkurang. Faktor luar lainnya
yang mempengaruhi yaitu kualitas air, misalnya suhu, oksigen terlarut dan
karbondioksida.(Sutoyo, 2009)
2.1.5. Macam-macam Pertumbuhan
Jenis pertumbuhan ikan dapat dibagi menjadi 2 yaitu pertumbuhan
isometric, pertumbuhan yang menyatakan bahwa apabila nilai b sama dengan 3 yang
menunjukan bahwa pertumbuhan ikan seimbang dan pertambahan panjang ikan seimbang
dengan pertambahan beratnya dan pertumbuhan allometrik yaitu pertumbuhan yang
menyatakan apabia nilai b lebih besar atau lebih kecil dari 3. Jika nilai b kurang dari 3
menunjukan pertambahan panjangnya lebih cepat dari pertambahan beratnya disebut juga
alometrik negatif dan apabila nilai b lebih besar dari 3 menunjukan pertambahan berat
lebih cepat dari pertambahan panjangnya disebut allometrik positif. Menurut Sutoyo, 2009
tingkat kelangsunganhidup ikan dipengaruhi oleh manejemen budidaya yang baik antara
lain padattebar, kualitas pakan, kualitas air, parasit atau penyakit. Ikan membutuhkan
energi untukpertumbuhan, aktivitas hidup dan perkembangbiakan. Pakan berenergi adalah
pakanyang mengandung energi yang tinggi. Energi yang tinggi dapat memperbaikikonversi
pakan dan pertambahan berat badan ikan. Ikan menggunakan protein sebagai
sumberenergi yang utama, sumber energi kedua yang digunakan adalah lemak
sedangkankarbohidrat menjadi sumber energi yang ketiga. (Khairul Amri, 1996).
2.1.6. Faktor Kondisi
Sutoyo (2009), menyatakan bahwa faktor kondisi (FK) menunjukkan
keadaan baik dari ikan dilihat dari segi kapasitas fisik untuk survival dan reproduksi.
Selama dalam dalam pertumbuhan tiap pertambahan berat material ikan akan bertambah
panjang dimana perbandingan liniearnya akan tetap. Hal ini dianggap bahwa berat ikan
yangideal sama dengan pangkat tiga dari panjang dan berlaku untuk ikan kecil atau besar.
Jika terdapat perubahan berat tanpa diikuti oleh perubahan panjang atau sebaliknya akan
menyebabkan perubahan nilai perbandingan tersebut.
III. MATERI DAN METODE 3.1. Materi
3.1.1. Alat
Alat yang digunakan dalam acara praktikum Pertumbuhan yaitu
Timbangan, Penggaris Plastik / Milimeter blok, Baki preparat
3.1.2. Bahan
Bahan yang digunakan dalam acara praktikum Pertumbuhan yaitu Ikan
Nilem (Osteochilus hasselti) Ikan Kembung (Rastrelliger sp) dan Ikan Kurisi (Nemipterus
Nemaptophorus)
3.2. Metode
Ikan dimatikan dengan musuk bagian kepala ikan dengan menggunakan
gunting kemudia mengukur panjang total ikan (cm) lalu di timbang berat ikan (gram),
kemudian data dimasukan dalam tabel yang telah tersedia selanjutnya dihitung Log-nya.
Menghitung hubungan panjang berat dengan rumus W = b L b (a dan b konstan) Log W =
Log a + b log L. Dari persamaan tersebut dapat ditentukan harga a, sedangkan W dan L
sudah diketahui. Untuk mencari
Log a = × ( ) × ( × )
× ( ) ( )
Untuk menentukan nilai b menggunakan rumus :
b= ( )
berdasarkan perhitungan diatas menetukan tipe pertumbuhan berdasarkan nilai b.Masing–
masing nilai b dapat di tafsikan sebagai berikut :
b<3 = pertumbuhan Panjang ikan tersebut lebih cepat pertambahan beratnya.
b=3 = pertambahan panjang ikan dan pertambahan beratnya seimbang.
b>3 = pertambahan panjang ikan tidak secepat pertambahan beartnya.
Pertambahan yang seimbang disebut isometric dan pertumbuhan yang tidak
seimbang disebut alometric. Faktor kondisi ikan di hitung dengan rumus :
F =
Dimana :
W = berat rata-rata ikan yang sebenarnya yang terdapat dalam kelasnya (gram)
L = panjang rata-rata ikan yang akan dalam kelas tersebut (mm)
Setelah itu dibuat daftar yang tersusun dari dari harga-harga L, Log L, W, Log W, Log L x
Log W, (Log L)²
3.3. Waktu dan Tempat
Waktu pelaksanaan praktikum Pertumbuhan pada hari Sabtu, tanggal 10
Oktober 2014 bertempat di Laboratorium Pemanfaatan Sumber Daya Perairan, Fakultas
Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Jenderal Soedirman, Purwokerto.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1.Hasil
Tabel 1. Pertumbuhan Ikan Nilem (Osteochilus hasselti)
No Parameter Nilai
1 Panjang rata-rata (cm) 18.3
2 Berat rata-rata (gr) 74.91429
3 Log a 0.00018
4 Nilai B 1.46
5 Faktor kondisi 1222.39593
Tabel 2. Pertumbuhan Ikan Kurisi (Nemipterus Nemaptophorus)
No Parameter Nilai
1 Panjang rata-rata (cm) 20.75
2 Berat rata-rata (gr) 103.364
3 Log a 0.00033
4 Nilai B 1.51
5 Faktor kondisi 1156.91864
Tabel 3. Pertumbuhan Ikan Kembung (Rastrelliger sp)
No Parameter Nilai
1 Panjang rata-rata (cm) 21.37647
2 Berat rata-rata (gr) 115.5
3 Log a -0.00036
4 Nilai B 1.55
5 Faktor kondisi 9.99442
4.2. Pembahasan
4.2.1. Ikan Nilem (Osteochilus hasselti)
Grafik. 1. Hubungan Panjang Berat ikan nilem (Osteichillus haselti)
Pertumbuhan panjang dan berat dipengaruhi oleh beberapa faktor penting
yaitu faktor dalam dan faktor luar. Faktor dalam umumnya adalah faktor yang sulit di
kontrol diantaranya ialah keturunan, seks, umur, parasit dan penyakit. Faktor luar yang
mempengaruhi pertumbuhan ialah makanan dan kualitas air, seperti suhu, pH, O2 terlarut
dan CO2 bebas. Peningkatan salinitas air akan mengakibatkan keadaan hipertonik
berkurang, sehingga ikan akan lebih banyak menggunakan energi untuk pertumbuhannya.
Selain itu salinitas juga merupakan fasilitator dari pertukaran ion-ion antara darah (tubuh)
ikan dan air (lingkungan) yang dapat menjaga kestabilan regulasi asam basa dalam tubuh,
Salinitas air yang 17 memberikan pengaruh nyata terhadap kelangsungan hidup dan
pertumbuhan ikan Nilem (Sutoyo, 2009).
Hubungan Panjang dan Berat Ikan Nilem
4.2.2. Ikan Kurisi (Nemipterus nematophorus)
Grafik 2. Hubungan panjang berat Ikan kurisi (Nemipterus nematophorus)
Pola pertumbuhan ikan Kurisi termasuk alometrik negatif. Faktor kondisi
ikan besar dengan semakin panjang ukuran ikan. Ikan kurisi termasuk kedalam kelornpok
karnivor, dengan makanan utamanya udang. Ikan betina mengkonsumsi terutama udang
dan squilla. Sedangkan ikan jantan mengkonsumsi udang, kepiting, dan ikan. Berdasarkan
tabel diatas panjang rata-rata ikan Kurisi 20,75 mm dan beratnya 103,3611 gram. Faktor
kondisi rata-rata ikan Kurisi semakin meningkat dari kelompok ukuran kecil sampai besar,
sedangkan pada kelornpok ekstra-besar terjadi penurunan. Diperkirakan bahwa dari ukuran
kecil sampai besar terjadi pertumbuhan somatik, sehingga faktor kondisi 18 makin besar.
Sementara itu pada ukuran besar pertumbuhan menurun akibat dari pemijahan ikan
(Sutoyo, 2009).
Hubungan Panjang dan Berat Ikan Kurisi
4.2.3. Ikan Kembung (Restrellinger sp.)
Grafik 3. Hubungan Panjang berat Ikan Kembung (Restrellinger sp.)
Menurut Merta dalam Maryanti (2013) keadaan lingkungan yang berubah
dan atau kondisi ikannya berubah, maka hubungan panjang-berat akan sedikit menyimpang
dari hukum kubik (b≠3). Menurut Jenning dalam Maryanti (2013) menyatakan secara
umum nilai b bergantung pada kondisi fisiologis dan lingkungan seperti suhu, salinitas,
letak geografis, dan teknik sampling dan juga kondisi biologis seperti perkembangan gonad
dan ketersediaan makanan. Serta perbedaan nilai b dapat disebabkan oleh perbedaan
jumlah dan variasi ukuran ikan yang diamati. Berdasarkan grafik di atas, diketahui bahwa
pola pertumbuhan paling tinggi yaitu pada ikan nomer 1 dan ikan nomer 9, kemudian pola
pertumbuhan ikan kembung yang paling rendah yaitu pada ikan nomer 11.
4.2.4. Perbandingan Pertumbuhan
Berdasarkan praktium yang telah dilakukan perbandingan pertumbuhan
ikan Nilem, ikan Kurisi dan ikan Kembung pada setiap ikan memiliki nilai Log a dan nilai
b yang berbeda. Nilai Log a dari ikan air tawar Nilem (Osteichillus haselti) sebesar
0,00018 sedangkan nilai b sebesar 1,46. Dari data tersebut maka dapat disimpulkan bahwa
0
Hubungan Panjang dan Berat Ikan Kembung
pertumbuhan ikan air tawar Nilem (Osteichillus haselti) “b<3” yang berarti dapat di
tafsirkan pertumbuhan panjang ikan tersebut lebih cepat pertambahan beratnya. Ikan nilem
adalah ikan organik yang artinya tidak membutuhkan pakan tambahan atau pellet. Ikan
nilem termasuk ikan pemakan tumbuh-tumbuhan (herbivora). Klasifikasi ikan Nilem
menurut (Jasin,1989). Pemotongan sirip ekor bertujuan untuk mengurangi aktivitas gerak
ikan (berenang) sehingga energi yang tersedia dapat digunakan untuk aktivitas kehidupan
lainnya, diantaranya adalah memacu pertumbuhan dan proses pematangan gonad. Ini
karena bagi ikan berenang merupakan aktivitas hidup yang khas dan banyak memerlukan
energi. Sementara itu sirip ekor berfungsi sebagai tenaga pendorong untuk pergerakan ke
depan dan menentukan arah berenangikan (Kent, 1987; Colbert,1980).
Nilai Log a dari ikan air Laut kurisi (Nemipterus nematophorus) sebesar
0,00033 sedangkan nilai b sebesar 1,51. Dari data terebut maka dapat disimpulkan bahwa
pertumbuhan ikan air laut kurisi (Nemipterus nematophorus) “b<3” yang berarti dapat di
tafsirkan pertumbuhan panjang ikan tersebut lebih cepat pertambahan beratnya.
Menunjukan bahwa ikan kurisi mempunyai pola pertumbuhan yang bersifat allometrik
negatif memberikan arti bahwa pertumbuhan panjang ikan lebih cepat dari pada
pertambahan bobotnya. Ikan kurisi memiliki pertumbuhan allometrik negatif. Ikan betina
cenderung lebih montok (gemuk) dari pada ikan jantan. Nilai faktor kondisi akan
meningkat seiring dengan meningkatnya ukuran tubuh dan tingkat kematangan gonad.
Faktor kondisi menggambarkan keadaan atau kemontokan ikan yang dinyatakan dalam
angka-angka berdasarkan data panjang dan bobot. Faktor kondisi menunjukan keadaan
baik dilihat dari segi kapasitas fisik untuk bertahan hidup maupu reproduksi.
Nilai Log a dari ikan air Laut Kembung (Restrellinger sp.) sebesar -0,00036
pertumbuhan ikan air laut Kembung (Restrellinger sp.) “b<3” yang berarti dapat di
tafsirkan pertumbuhan panjang ikan tersebut lebih cepat pertambahan beratnya.
Pertumbuhan dapat dirumuskan sebagai pertambahan panjang dan berat dalam suatu waktu
tertentu. Pertumbuhan dalam individu adalah pertumbuhan jaringan akibat pembelahan sel
secara mitosis. Hal ini terjadi jika kelebihan input energi dan asam amino (protein) dari
makanan, sebab bahan dari makanan akan digunakan oleh tubuh untuk melakukan
metabolisme dasar, pergerakan, reproduksi, produksi organ seksual, perawatan,
bagian-bagian tubuh dan sebagainya.
4.2.5. Hubungan panjang dan Berat
Hubungan panjang dan berat merupakan aspek biologi perikanan yang
perlu di pelajari. Panjang tubuh sangat berhubungan dengan panjang dan berat seperi
hukum kubik yaitu bahwa berat sebagai pangkat tiga dari panjangnya. Namun, hubungan
yang terdapat pada ikan sebenarnya tidak demikian karena bentuk dan panjang ikan
berbeda-beda. Pengamatan pertumbuhan ikan, baik panjang dan berat merupakan salah
satu hal yang penting untuk diamati selama proses budidaya ikan. Hal ini dilakukan agar
kenormalan pertumbuhan ikan dapat diketahui sedini mungkin. Hubungan panjang dan
berat (Length-weight relationship/LWR) merupakan hal yang penting dalam penelitian
ilmiah perikanan, karena hal ini memberikan informasi parameter-parameter populasi.
Pertama, sebuah perubahan berat dan panjang memperlihatkan umur dan kelas kelompok
tahun ikan; hal ini sangat penting dalam perikanan. Kedua, data panjang berat tersebut
dapat digunakan untuk menaksirkan daya dukung stock perikanan tangkap. Selain itu, data
panjang dan berat dapat juga menggambarkan petunjuk penting tentang perubahan iklim
nilai b, yang ikut menentukan seimbang tidaknya antara berat dan panjang ikan. Dimana
nilai b yang mungkin muncul adalah b<3, b="3">3. (Effendi, 2004).
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Kesimpulan dari praktikum yang telah dilakukan adalah sebagai berikut:
1. Hubungan berat dan panjang untuk ikan Nilem diperoleh nilai Log a 0,00018 dan
nilai b sebesar 1,46. Ikan Kurisi nilai Log a 0,00033 dan nilai b 1,51. Ikan Kembung nilai Log a -0,00036 dan nilai b 1,55.
2. Ikan Nilem mempunyai faktor kondisi paling besar yakni 1222,39593, ikan Kurisi memiliki faktor kondisi sebesar 1156,91864, ikan Kembung memiliki faktor kondisi sebesar 9,99442
5.2. Saran
Saran para praktikan untuk acara praktikum pertumbuhan ini berharap
dengan bisa lebih mengerti dan dapat memanfaatkan budidaya ikan Nilem atau
menciptakan usaha budidaya ikan Nilem dengan mengetahui fator-faktor yang dapat
mempengaruhi kualitas besarnya ikan Nilem dan dapat membudidayakan ikan Nilem pada
kulitas air yang tepat untuk sarana budidaya ikan Nilem agar saat pemijahan berhasil dan
menjadi pembudidaya yang sukses.
DAFTAR PUSTAKA
Chaeri, A. 2005.Petunjuk praktikum Anatomi dan Biologi Ikan. Unsoed, Purwokerto.
Effendie, I.M., 1979. Biologi Perikanan. Fakultas Perikanan IPB, Bogor.
Effendie. 2002. Biologi Perikanan. Yayasan Pustaka Nusutama, Yogyakarta.
Jasin, M. 1989. Sistematika Hewan. Sinar Wijaya. Surabaya.
Khairuman dan Amri, K. 2006. Membuat Pakan Ikan Konsumsi. Agromedia.
Rahardjo, M.F dkk, 2011. Ikhtiology, Lubuk Agung, Jakarta.
Reinthal. 2005. Pembenihan Ikan Air Tawar. Penerbit Kanasius (Anggota IKAPI), Yogyakarta.135 p.Sjafei, 1989. Ihktiologi. Fakultas Perikanan IPB, Bogor.
Sulistiyono. 2005. Morfologi Dasar Ikan. Mandala Pratama: Jogjakarta.
Sutoyo, 2009. Anatomi Komparativa. Penerbit Alumni, Bandung.
LAMPIRAN
Table 4. Pertumbuhan ikan nilem (Osteichillus haselti)
No L Log L W Log W Log L x Log W ( Log L)²
1.1 22.2 1.346353 94 1.973128 2.656526555 1.812666
1.2 22.2 1.346353 57 1.755875 2.364027335 1.812666
1.3 19.5 1.290035 60 1.778151 2.293876657 1.664189
1.4 20.8 1.318063 55 1.740363 2.293908251 1.737291
1.5 22 1.342423 81 1.908485 2.561993575 1.802099
1.6 20.1 1.303196 61 1.78533 2.326634802 1.69832
1.7 23 1.361728 52 1.716003 2.33672952 1.854303
1.8 18.6 1.269513 52 1.716003 2.178488457 1.611663
1.9 21.6 1.334454 53 1.724276 2.300966402 1.780767
2.1 17 1.230449 65.5 1.816241 2.234792149 1.514005
2.2 17.3 1.238046 55.5 1.744293 2.15951513 1.532758
2.3 15.6 1.193125 61 1.78533 2.130120942 1.423546
2.4 15 1.176091 68.5 1.835691 2.158939635 1.383191
2.5 14.4 1.158362 57 1.755875 2.033939574 1.341804
2.6 16 1.20412 70 1.845098 2.22171942 1.449905
2.7 14.8 1.170262 59 1.770852 2.072360313 1.369512
2.8 21 1.322219 178.5 2.251638 2.9771595 1.748264
3.1 16.5 1.217484 57 1.755875 2.137749445 1.482267
3.2 22 1.342423 167 2.222716 2.983825004 1.802099
3.3 16.5 1.217484 58 1.763428 2.146945269 1.482267
3.4 17.5 1.243038 62 1.792392 2.228011068 1.545144
3.5 16.5 1.217484 57 1.755875 2.137749445 1.482267
3.6 18.5 1.267172 93 1.968483 2.49440594 1.605724
3.7 19 1.278754 90 1.954243 2.498994646 1.635211
3.8 17.5 1.243038 71 1.851258 2.301184565 1.545144
3.9 17 1.230449 62 1.792392 2.205446421 1.514005
4.1 17.4 1.240549 66.0 1.819544 2.257233861 1.538962 4.2 17.4 1.240549 75.0 1.875061 2.326105841 1.538962
4.3 15.7 1.1959 66.0 1.819544 2.17599196 1.430176
4.4 16.4 1.214844 61.0 1.78533 2.168896967 1.475846
4.5 19.0 1.278754 116.0 2.064458 2.639933088 1.635211
4.6 18.8 1.274158 93.0 1.968483 2.508158 1.623478
4.7 16.3 1.212188 66.0 1.819544 2.205628604 1.469399 4.8 20.4 1.30963 115.0 2.060698 2.698752058 1.715131 4.9 17.0 1.230449 67.0 1.826075 2.246891771 1.514005 Ʃ 18.3 1.258832 74.91429 1.851372 2.333245776 1.587778 Perhitungan : Log a = × ( ) × ( × )
× ( ) ( )
= , × , , × ,
Tabel 5. Pertumbuhan Ikan kurisi (Nemipterus nematophorus)
No Ikan L Log L W Log W Log L x Log W ( Log L)²
1 1.1 22.2 1.346353 111.5 2.047275 2.756354607 1.812666
2 1.2 22.2 1.346353 152 2.181844 2.937531604 1.812666
3 1.3 19.5 1.290035 107.5 2.031408 2.620587229 1.664189 4 1.4 20.8 1.318063 107.5 2.031408 2.677525015 1.737291
5 1.5 22 1.342423 83 1.919078 2.576213957 1.802099
6 1.6 20.1 1.303196 106.5 2.02735 2.642034016 1.69832
7 1.7 23 1.361728 85 1.929419 2.627343458 1.854303
8 1.8 18.6 1.269513 84 1.924279 2.442897462 1.611663
9 1.9 21.6 1.334454 120 2.079181 2.774571213 1.780767
10 3.1 20 1.30103 87.5 1.942008 2.526610729 1.692679
11 3.2 18.5 1.267172 90 1.954243 2.476360858 1.605724
12 3.3 20 1.30103 104 2.017033 2.624220877 1.692679
13 3.4 20 1.30103 123 2.089905 2.719029238 1.692679
14 3.5 18 1.255273 81 1.908485 2.395668771 1.575709
15 3.6 21 1.322219 111 2.045323 2.704365507 1.748264
16 3.7 25 1.39794 116.5 2.066326 2.888599682 1.954236
17 3.8 21 1.322219 93.5 1.970812 2.605845138 1.748264
18 3.9 20 1.30103 97 1.986772 2.584849621 1.692679
Ʃ 20.75 1.315614 103.3611 2.008453 2.643367166 1.732049
Perhitungan : Log a = × ( ) × ( × )
× ( ) ( )
= , × , , × , × , ( , )
= , ,
Table 6. Pertumbuhan Ikan Kembung (Restrellinger sp.)
No Ikan L Log L W Log W Log L x Log W ( Log L)²
1 2.1 24.9 1.396199 173.5 2.239299 3.126508 1.949373
2 2.2 19.2 1.283301 94 1.973128 2.532117 1.646862
3 2.3 23.2 1.365488 148.5 2.171726 2.965466 1.864557
4 2.4 24.2 1.383815 152.5 2.18327 3.021242 1.914945
5 2.5 23.2 1.365488 135 2.130334 2.908945 1.864557
6 2.6 20.3 1.307496 96 1.982271 2.591812 1.709546
7 2.7 20.2 1.305351 103.5 2.01494 2.630205 1.703942
8 2.8 20.7 1.31597 105.5 2.023252 2.66254 1.731778
9 4.1 24.8 1.394452 167.0 2.222716 3.099471 1.944495
10 4.2 21.9 1.340444 128.0 2.10721 2.824597 1.79679
11 4.3 19.0 1.278754 81.0 1.908485 2.440482 1.635211
12 4.4 19.7 1.294466 92.0 1.963788 2.542057 1.675643
13 4.5 20.5 1.311754 105.0 2.021189 2.651303 1.720698
14 4.6 20.3 1.307496 95.0 1.977724 2.585866 1.709546
15 4.7 20.0 1.30103 93.0 1.968483 2.561055 1.692679
16 4.8 21.3 1.32838 100.0 2 2.656759 1.764592
17 4.9 20.0 1.30103 94.0 1.973128 2.567099 1.692679
Ʃ 21.37647 1.328289 115.5 2.050644 2.727502 1.765759
= , ,
= -0,00036
b = ( )= , ( ×( , ))
, =
, ( , ) ,
= ,
, =1,55
Perhitungan FK
Rumus F =
FK ikan Nilem = ,
, = 1222,39593
FK ikan Kurisi = ,
, = 1156,91864
FK ikan Kembung = ,
, = 9,99442
LAMPIRAN JURNAL
Jurnal Ilmu Hewani Tropika Vol.1 No.2 Desember 2012 : 62-66.
Hubungan Panjang Berat, Faktor Kondisi, dan Komposisi Makanan Ikan Saluang (Rasbora argyrotaenia Blkr) di Dataran Banjir Sungai Rungan, Kalimantan Tengah
Bambang Sulistiyarto
ABSTRACT
The study aims were to evaluate length-weight relationship (LWR), condition factor, and diet composition of saluang fish (Rasbora argyrotaenia Blkr) in Rungan River Floodplain at dry season and rainy season. This study showed that the coefficient b of the LWR < 3, indicated saluang fish have negative allometric growth. Coefficient b at dry season (1,48) less then at rainy season (b = 2,63), indicated fish grow faster at rainy season. The mean value of condition factor (K) were 1,2776 ± 0,1903 at dry season and 1,1775 ± 0,1077 at rainy season. The mean relative condition factor (Kr) at both season were close to 100, indicated fish was in good condition at both season. Season shift was effect to consumption level of food materials.
Key words: condition factor, diet composition, length-weight relationship, Rasbora argyrotaenia.
KUTIPAN
Faktor kondisi tidak konstan karena dipengaruhi oleh faktor biotik dan abiotik. Pada saat musim air dalam, faktor kondisi meningkat karena makanan lebih mudah diperoleh. Ikan yang kondisinya baik dapat menggunakan energi untuk reproduksi dibandingkan kondisi yang buruk. Ketersediaan makanan, kualitas lingkungan masih mendukung kehidupan ikan saluang baik pada musim kemarau maupun musim hujan.
Diponegoro Journal Of Maquares Volume 3, Nomor 3, Tahun 2014, Halaman 153-159
ASPEK PERTUMBUHAN DAN REPRODUKSI IKAN NILEM (Osteochilus hasselti) DI PERAIRAN RAWA PENING KECAMATAN TUNTANG KABUPATEN
SEMARANG
Anhar Solichin, Siti Yuliani Rochmatin, Suradi Wijaya Saputra
ABSTRAK
Rawa Pening merupakan perairan umum yang potensial di Jawa Tengah dan tempat mata pencaharian utama bagi nelayan sekitar. Ikan Nilem (Osteochilus hasselti) adalah salah satu ikan air tawar asli perairan umum Indonesia yang dapat ditemukan di Rawa Pening. Saat ini ikan Nilem dieksploitasi tidak hanya untuk dikonsumsi dagingnya saja tetapi juga telurnya. Oleh karena itu perlu dilakukan pengelolaan agar stok ikan di alam tetap terjaga dengan mengkaji dari aspek pertumbuhan dan reproduksi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui beberapa aspek pertumbuhan dan reproduksi ikan Nilem serta strategi pengelolaan yang baik. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari 2014– Maret 2014 di Rawa Pening Kecamatan Tuntang. Metode penelitian yang digunakan adalah metode survey yang bersifat deskriptif, dengan teknik pengambilan sampel simple sensus sampling. Data yang digunakan yaitu data primer. Pengambilan sampel dilakukan setiap 2 minggu sekali. Selama penelitian didapatkan 78 ekor sampel. Hasil penelitian menunjukan bahwa sifat pertumbuhan ikan Nilem adalah alometrik negatif, dengan nilai b sebesar 2,8392. Faktor kondisi ikan Nilem sebesar 1,144 yaitu kurang pipih (bertubuh kurus). Ukuran rata – rata pertama kali tertangkap ikan Nilem 135 mm dan ukuran pertama kali matang gonad 102,93 mm, menunjukkan ukuran tersebut layak tangkap. Tingkat Kematangan Gonad didominasi TKG IV dan V yaitu dalam keadaan matang gonad. Nilai Indeks Kematangan Gonad tertinggi ikan betina diperoleh 45,32% sedangkan IKG tertinggi pada ikan Nilem jantan sebesar 23,07%. Fekunditas tertinggi sebanyak 156.695 butir sedangkan nilai fekunditas terendah sebanyak 2966 butir. Perbandingan jantan dan betina 1:1,29. Strategi pengelolaan yang dapat dilakukan adalah dengan cara mempertahankan ukuran mata jaring, mengurangi intensitas penangkapan dan penegakan hukum.
Kata kunci: Aspek pertumbuhan ikan Nilem; Reproduksi; Rawa Pening
Journal of Applied Environmental and Biological Sciences., 2(2)52-58, 2012
Length Weight Relationship of Four Commercially Important Marine Fishes of Northern Bay of Bengal, West Bengal, India
Sachinandan Dutta
ABSTRACT
Length-weight relationship of four commercially important marine fish species of four genus from four different families were estimated between July 2010 and July 2011 at three different fish landing centers of West Bengal. A total of 1971 individual fishes of four species were measured. Length-weight relationship was established by the formulae: W=aLb. The ‘b’ values and ‘r2’values of length-weight relationship of Tenualosa ilisha,
Pampus argenteus, Scomberomorus guttatus and Osteogeneiosus militaris were observed
to be 3.109, 2.841, 2.894, 2.945 and 0.989, 0.987, 0.991, 0.992 respectively. The condition factor of all these four species were 1.141 ± 0.004 in T ilisha, 0.649 ± 0.003 in S. guttatus, 1.623 ± 0.008 in P. argenteus and 0.941 ± 0.004 in O. militaris. There was a significant positive correlation between length and weight which indicates that all the four species maintain their shape throughout their life.
KUTIPAN
The condition factor usually increases with sexual maturation.
IUFS Journal of Biology 2010, 69(1):25-32
Length-Weight Relationships of Fishes in Shallow Waters of Erdek Bay (Sea Of Marmara, Turkey)
Çetin Keskin1*, Özcan Gaygusuz2
ABSTRACT
The study was carried out monthly between April 2000 and December 2001 on the seagrass and/or sandy bottom in shallow waters of Erdek Bay (Sea of Marmara, Turkey). Samples were collected using 35 m long beach seine. Fish samples were identified, measured and weighed. The length-weight relationships of juvenile and adult specimens of 36 fish species were investigated. The parameters a and b were calculated by functional regression, as was the coefficient of determination (r2). r2 values were higher than 0.950 for 27 species in the list, while only one species was lower than 0.80. The exponent b ranged from 2.282 to 3.741.
KUTIPAN
The relationship between the length (L) and weight (W) of a fish is usually expressed by the equation W = aLb. Values of the exponent b provide information on fish growth. When
b = 3, increase in weight is isometric. When the value of b is other than 3, weight increase
is allometric (positive if b > 3, negative if b < 3).
Turkish Journal of Zoology Turk J Zool (2013) 37: 419-422
Length–weight relationships of 22 fish species from the Gallipoli Peninsula and Dardanelles (northeastern Mediterranean, Turkey)
Özgür CENGİ Z
ABSTRACT
Length–weight relationships are presented for 22 fish species from the Gallipoli Peninsula and Dardanelles between September 2006 and October 2009. The b values ranged between 2.78 and 3.28. All species’ length–weight relationships were highly significant (P < 0.001).
KUTIPAN
Length–weight relationships (LWRs) have several applications. Establishment of a relationship between length and weight is necessary for the calculation of fish condition and biomass of a fish population. LWRs are also useful for life history and morphological comparisons of populations from different locations , and these relationships allow conversion of a growth equation in length to a growth equation in weight.
ACARA II
PENGENALAN JANTAN DAN BETINA
Disusun Oleh : Kelompok 3
Yohana H1G013002 Stella Zahria Audyne H1G013014 Ruth Febriani Situmorang H1H013006 Vini Ristianasari H1H013013 Putri Septiyani Apandi H1H013029 Agung Widhiyanto H1H013038 Lazuardi Nalendra H1K013001 Haji Mustakin H1K013006 Ghina Aghinatus Shoilihah H1K013008
Asisten :
Oki Aditya Pratama
JURUSAN PERIKANAN DAN KELAUTAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN PURWOKERTO
2014
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Ikan merupakan salah satu organisme yang hidup di air, dimana setiap
individu mempunyai ciri yang berbeda satu sama lain terutama dalam menentukan jenis
kelamin setiap individu. Untuk mengetahui ciri yang menentukan jenis kelamin ikan
diperlukan pengamatan terhadap organ reproduksinya. Pengetahuan mengenai seksualitas
ikan merupakan suatu kegiatan yang menarik untuk dipelajari dan dikembangkan terutama
bagi orang-orang yang berkecimpung di bidang biologi perikanan.
Reproduksi adalah kemampuan individu untuk menghasilkan keturunan
sebagai upaya untuk melestarikan jenisnya atau kelompoknya. Tidak setiap individu
menghasilkan keturunan, tetapi setidaknya reproduksi akan berlangsung pada sebagian
besar individu yang hidup dipermukaan bumi ini. Kegiatan reproduksi pada setiap jenis
hewan air berbeda-beda, tergantung kondisi lingkungan. Ada yang berlangsung setiap
musim atau kondisi tertentu setiap tahun.
Reproduksi pada ikan dikontrol oleh kelenjar pituitary yaitu kelenjar
hipotalamus, hipofisis-gonad, hal tersebut dipengaruhi oleh adanya pengaruh dari
lingkungan yaitu temperature, cahaya, cuaca yang diterima oleh reseptor dan kemudian
diteruskan ke system syaraf kemudian hipotalamus melepaskan hormone gonad yang
merangsang kelenjar hipofisa serta mengontrol perkembangan dan kematangan gonad
dalam pemijahan (Sumantadinata, 1981).
Ikan melakukan reproduksi secara eksternal. Dalam hal ini, ikan jantan dan
betina akan saling mendekat satu sama lain kemudian si betina akan mengeluarkan telur.
Selanjutnya si jantan akan segera mengeluarkan spermanya, lalu sperma dan telur ini
dan berkembang di luar tubuh ikan. Pada prinsipnya, seksualitas hewan terdiri dari dua
jenis kelamin yaitu jantan dan betina. Begitu pula seksualitas pada ikan, yang dikatakan
ikan jantan adalah ikan yang mempunyai organ penghasil sperma, sedangkan ikan betina
adalah ikan yang mempunyai organ penghasil telur. Suatu populasi terdiri dari ikan-ikan
yang berbeda seksualitasnya, maka populasi tersebut disebut populasi heteroseksual, bila
populai tersebut terdiri dari ikan-ikan betina saja maka disebut monoseksual. Namun,
penentuan seksualitas ikan disuatu perairan harus berhati-hati karena secara keseluruhan
terdapat bermacam-macam seksualitas ikan mulai dari hermaprodit sinkroni, protandri,
protogini, hingga gonokorisme yang berdiferensiasi maupun yang tidak. Ikan terkenal
sebagai mahluk yang mempunyai potensi fekunditas yang tinggi dimana kebanyakan jenis
ikan yang merupakan penghasil telur beribu-ribu bahkan berjuta-juta tiap tahun. Apabila
alam tidak mengaturnya maka dunia akan sangat padat dengan ikan (Wahyuningsih dan
barus, 2006).
1.2. Tujuan
Mengetahui perbedaan jenis kelamin jantan dan betina pada ikan secara
morfologi dan anatomi.
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Ikan Nilem
Gambar 4. Morfologi ikan Nilem (Osteochillus haselti)
Ikan nilem merupakan ikan air tawar yang termasuk famili cyprinidae.
Menurut Saanin (1968) klasifikasi ikan nilem adalah sebagai berikut :
Kingdom : Animalia Phylum : Chordata
Class : Pisces Ordo : Ostariophysi Famili : Cyprinidae Genus : Ostheochilus
Species :Ostheochilus hasselti
Ikan nilem (Osteochilus hasselti) merupakan ikan endemic (asli) Indonesia
yang hidup di sungai-sungai dan rawa-rawa yang mempunyai cirri morfologi anatara lain
bentuk tubuh hamper serupa dengan ikan mas. Bedanya, kepala ikan nilem relative lebih
kecil. Pada sudut-sudut mulutnya, terdapat 2 pasang sungut peraba. Warna tubuhnya hijau
berbentuk cagak dan simetris. Sirip dubur disokong oeh 3 jari-jari keras dan jari-jari lunak.
Sirip perut disokong oleh 1 jari keras dan 8 jari lunak. Sirip dada terdiri dari 1
jari-jari keras dan 13-15 jari-jari-jari-jari lunak. Jumlah sisik pada gurat sisi ada 33-36 keping. Dekat
sudut rahang atas ada 2 pasang sungut peraba. Bentuk tubuh ikan nilem agak memangjang
dan pipih, ujung mulut runcing dengan mongcong (rostral) terlipat, serta bintim hitam
besar pada ekornya merupakan ciri utama ikan nilem. Ikan ini termasuk kelompok
omnivora, makanannya berupa ganggang penempel yang disebut epifition dan perifition
(Djuhanda, 1985).
2.2. Pengenalan Jantan Dan Betina
Untuk menentukan jenis kelamin individu ikan dapat dilakukan melalui
pengamatan penampakan ciri seksual primer dan seksual sekunder yang dimiliki.
Penampakan ciri seksual primer pada individu dari setiap jeis ikan adalah sama, yaitu
dengan memperhatikan gonadnya. Jika gonad yang dimiliki individu ikan tersebut berupa
testes maka individu ikan itu adalah ikan jantan, akan tetapi jika yang dimilikinya berupa
ovari maka individu ikan itu adalah ikan betina (Manda, 2011).
Sifat seksual primer pada ikan ditandai dengan adanya organ yang secara
langsung berhubungn dengan proses reproduksi yaitu ovarium dan pembuluhnya. Sifat
seksual sekunder ialah tanda-tanda yang dapat dipakai untuk memebedakan ikan jantan
dan betina. Apabila spesies ikan mempunyai sifat morfologi yang dapat dipakai untuk
membedakan ikan jantan dan betina maka spesies ikan itu mempunyai seksual
dimorphisme. Dan bila untuk menjadi tanda adalah warna maka ikan itu memiliki sifat
dichromatisme (Pulungan, 2004).
III. MATERI DAN METODE
3.1. Materi
Alat yang digunakan dalam praktikum ini ialah ikan nilem. Bahan yang
digunakan dalam praktikum ini ialah alat bedah, baki preparat, dan alat tulis.
3.2. Metode
Metode yang digunakan dalam praktikum ini ialah dengan melihat
morfologi ikan nilem dan melihat bagian dalamnya (anatomi). Pada morfologi ikan nilem,
langkah pertama yang dilakukan ialah gambar bentuk ikan diamati dan bagian-bagian
tubuh ikan disebutkan. Kedua perbedaan bentuk, warna, dan keberadaan organ reproduksi
ikan tersebut diamati, dan terakhir semua data pengamatan dicatat. Kemudian pada
anatomi ikan nilem, pertama pembedahan ikan dilakuakan, kedua gonadnya diambil dan
digambar, untuk gonad yang sudah diamati dimasukkan dalam toples yang tersedia, beri air
9 ml dan 1 ml formalin 10%. Selanjutnya, semua data pengamatan dicatat dan
dideskripsikan.
3.3. Waktu dan Tempat
Praktikum Biologi Perikanan dilaksanakan pada hari Sabtu, 11 Oktober
2014 pukul 08.00-selesai WIB di Laboratorium Pemanfaatan Sumberdaya Perairan
Fakultas Perikanan Dan Kelautan, Jurusan Perikanan Dan Kelautan, Universitas Jenderal
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil
Tabel 7. Morfologi dan Anatomi Ikan Nilem (Osteochillus haselti)
No Sifat seksual Ikan jantan Ikan betina
1 Sekunder
Berdasarkan hasil pengamatan selama praktikum bahwa pada beberapa
spesies ikan tertentu dapat terlihat apabila ikan sudah mengalami matang gonad (kelamin),
akan tetapi pada beberapa spesies ikan lainnya ciri-ciri seksual itu dapat terlihat dengan
Pengamatan ciri seksual yang dimiliki pada setiap individu spesies ikan
terdiri dari seksual primer dan seksual sekunder. Pada pengamatan ciri seksual primer
dilakukan melalui beberapa cara yaitu membedah tubuh ikan bagian abdominal individu
ikan tersebut, amati gonad yang dimiliki apakah berbentuk testes atau ovari (Ridwan, 2009
dalam Wahyudi, B. et al,. 2014). Ikan jantan memiliki gonad berwarna putih, testis terletak
di usus (bersatu dengan usus) berjumlah sepasang dan di gantungkan pada dinding tengah
rongga abdomen (Zain, 2011). Sedangkan gonad ikan betina berwarna kuning kecoklatan,
seperti yang di katakan Tester dan Takata (1953). Penampang gonad ikan betina tampak
bulat dengan warna kuning kecoklatan, hal ini menunjukan bahwa gonad telah masak.
Terletak di dekat usus, letak gonad betina mengisi dua pertiga rongga perut atau hampir
menutupi organ-organ tubuh (Khairuman dan Amril, 2007).
Menerurut Paberson (2011) Pengamatan ciri seksual sekunder adalah tanda-tanda luar yang
dapat dipakai untuk membedakan ikan jantan dan ikan betina. ciri-ciri seksual sekunder
yaitu dengan memperhatikan ukuran, bentuk dan warna tubuh ikan (Wahyudi, B. et al,.
2014). Satu spesies ikan yang mempunyai sifat morfologi yang dapat dipakai untuk
membedakan jantan dan betina dengan jelas, maka spesies itu bersifat seksual dimorfisme.
Pada ikan jantan matang kelamin dicirikan dengan bentuk tubuh yang lebih ramping dan
keras bila diraba, ukuran tubuh lebih kecil, permukaan luar operkulum (tutup insang)
kasar, dan lubang urogenital panjang dan menonjol, fungsinya yaitu sebagai alat penyalur
sperma. Sedangkan pada ikan betina matang kelamin dicirikan dengan bentuk tubuh yang
lebih gemuk dan lunak diraba, juga memiliki ukuran tubuh yang lebih besar, hal tersebut di
mungkinkan agar rongga tubuh ikan betina dapat lebih banyak menampung sel telur yang
akan dikeluarkan saat proses pemijahan. Permukaan luar operkulum (tutup insang) ikan
(1981). Namun apabila spesies ikan dibedakan jantan dan betinanya berdasarkan
perbedaan warna, maka ikan itu bersifat seksual dikromatisme. Pada umumnya ikan jantan
mempunyai warna lebih terang dan lebih menarik dari pada ikan betina, warna terang
tersebut merupakan salah satu daya tarik jantan terhadap ikan betina saat akan memijah
(Pulungan, 2010). Tetapi berbeda hal nya dengan ikan nilem ini, karena ikan nilem jantan
memiliki warna tubuh yang kehijauan dan kadang gelap dan pada ikan betinanya warna
tubuh kelabu kekuningan Sumantadinata (1981).
Penampakan ciri seksual sekunder pada individua ikan ada yang bersifat
permanen dan ada juga yang bersifat sementara. Sifat seksual sekunder yang bersifat
sementara hanya muncul pada waktu musim pemijahan saja, misalnya pada kan nilem
jantan dan betina dapat dibedakan dengan cara memijit bagian perut ikan ke arah anus.
Ikan jantan akan mengeluarkan cairan berwarna putih susu, sedangkan ikan betina akan
mengeluarkan cairan jernih kekuningan dari lubang genitalianya. Sifat seksual sekunder
yang bersifat permanen atau tetap, biasanya tanda seksual itu terdapat positif pada ikan
jantan saja, apabila tanda seksual menghilang, tetapi pada ikan betina tidak menunjukkan
suatu perubahan (Ridwan, 2009).
V. KESIMPULAN
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil praktikum yang telah dilakukan dapat diambil
kesimpulan sebagai berikut :
1. Secara morfologi jenis kelamin jantan dan betina ikan nilem dapat
dibedakan yaitu ikan nilem jantan yang sudah matang kelamin apabila
diurut perutnya dari operkulum ke papilla genital maka akan keluar cairan
seperti santan (milt), permukaan luar operkulum (tutup insang) ikan jantan
apabila diraba terasa kasar, bentuk tubuh ramping dan perutnya keras bila
diraba, ukuran tubuh lebih kecil dan warna tubuh lebih terang, lubang
urogenital agak menonjol. Sedangkan Ikan betina matang kelamin dicirikan
dengan keluarnya cairan jernih kekuningan dari lubang genital jika diurut
perutnya, permukaan luar operkulum (tutup insang) ikan apabila diraba
terasa halus, memiliki perut yang relatif membesar dan lunak bila diraba,
bentuk tubuh gemuk, ukuran tubuh lebih besar, warna tubuh lebih gelap dan
lubang genital berbentuk bulat telur agak melebar dan membengkak.
2. Secara anatomi jenis kelamin jantan dan betina ikan nilem dapat dibedakan
yaitu Ikan Nilem jantan memiliki gonad berupa testes berwana putih,
sedangkan ikan nilem betina memiliki gonad berupa ovari berwarna kuning
kecoklatan.
5.2. Saran
Sebagai salah satu praktikan saya menyadari bahwa melakukan pengamatan
secara sekunder itu lebih sulit, karena ciri ciri yang ditampakan itu malah membingungkan
untuk mengetahui jenis kelamin ikan itu sendiri. Tetapi sebagai seorang mahasiswa, kita
harus mampu melakukannya. Cobalah diteliti baik baik dengan mengidentifikasi setiap
inchi ikan tersebut. Walaupun pada akhirnya kita akan membedahnya untuk membuktikan
pengamatan kita. Dan semoga dikemudian hari praktikuma akan berjalan dengan lebih
baik.
DAFTAR PUSTAKA
Djuhanda dan Tatang. 1981. Dunia Ikan. Amirco, bandung.
Khairuman dan Amri. 2007. Budidaya Lele Lokal Secara Intensif. Agro Media, Jakarta.
Manda, R, Pulungan, Windarti. 2011. Biologi Perikanan.Universitas Riau, Pekanbaru.
Muntilan, Saanin. H. 1968. Taksonomi Dan Kunci Identifikasi Ikan Cetakan I. Bina Cipta, Jakarta.
Pulungan, C. P. 2010. Penuntun Praktikum Biologi Perikanan. Pusat Universitas Riau, Pekanbaru 75 hal.
Pulungan, Putra, Nuraini, Aryani Dan Efiyeldi, 2004. Penuntun Praktikum Biologi
Perikanan. Laboratorium Biologi Perikanan Manajemen Sumberdaya
Perairan. Fakultas Perikanan dan Ilmu kelautan Universitas Riau, Pekanbaru. 66 Halaman.
Ridwan et al. 2009. Penuntun Praktikum Biologi Perikanan. Fakultas perikanan Dan Ilmu Kelautan Universitas Riau, Pekanbaru.
Sumantadinata, K. 1981. Perkembangan Ikan-Ikan Peliharaan Indonesia. Fakultas Perikanan, Bogor.
Tang, U. M. Dan Affandi, R. 2001. Biologi Reproduksi Ikan. Pusat Penelitian Kawasan
Pantai dan Perairan Universitas Riau, Pekanbaru. 153 halaman.
Tester, A. L. and M. Takata. 1953. Contribution on the Biology of the Aholehole A
Potential Baitfish. Hawaii Mar. Lab. Contr. No. 38.
Wahyudi, B. et al,. 2014. Stomach Content Analysis of Mystacoleucus padangensis in
Waters Naborsahan River and Toba Lake, Tobasa Regency, North Sumatra Province. Student of the Fisheris and Marine Science Faculty, Riau University.
Zain, M. 2002. Sex Reversal Memproduksi Benih Ikan Jantan atau Betina. Penebar Swadaya, Bogor.
LAMPIRAN
Gambar 5. Gonad Ikan Nilem
Gambar 6. Ikan Nilem Betina
Gambar 7. Ikan Nilem Jantan
LAMPIRAN JURNAL
Stomach Content Analysis of Mystacoleucus padangensis in Waters Naborsahan River and Toba Lake, Tobasa Regency, North Sumatra Province
Wahyu Budiharti 1); Chaidir P Pulungan 2); Ridwan Manda Putra2) E-mail :budihartiw@yahoo.com
ABSTRACT
Mystacoleucus padangensis is relatively small Cyprinids that commonly inhabit the Toba
Lake and surrounding waters. A study aims to understand the stomach content and its relation with size, sex and level of maturity of gonads has been done on January to April 2014. There were three stations, namely the Naborsahan River (Station I), river mouth of the Naborsahan River (Station II), and the Toba Lake (Stasiun III). There were 515 fishes captured, however only 52 fishes were used for stomach content analysis study as the other having almost empty stomach (stomach fullness index less than 50%. Parameters measured were Index of Preponderance (IP), type of food based on Total Length, sex, and maturity level. Results shown that the main food of this fish is Rotifera (IP 41.78%). Small fishes (less than 81 mm TL) tend consume Bacilliariophyceae (76.17%), medium sized (80 – 93 mm TL) fish tend to consume Cyanophyceae (39.87%), while the big fish (more than 139 mm TL) prefer to consume Rotifera 38.27-58.38%) and Xanthophyceae (52.51%). Based on sex, the male eat more Cyanophyceae (35.60%), while that of the female Rotifera (39.86%). Fish with relatively low maturity level (2nd and 3rd maturity levels) tend to eat Cyanophyceae (82.56%) and Bacilliariophyceae (76.29%) respectively, while mature fish prefer Rotifers (81.58%). Based on data obtained, it can be concluded that the diet of M.
padangensis was various, and it is related to body size, sex and gonad maturity level.
Keywords : Mystacoleucus padangensis, Stomach Content Analysis, Preponderance
Index, Sumatera Utara.
PENA Akuatika Volume I No I April 2009
TEKNOLOGI PENGARAHAN KELAMIN IKAN MENGGUNAKAN MADU Oleh : Tri Yusufi Mardiana
Staf Pengajar Program Studi Budidaya Perairan Fakultas Perikanan Unikal
ABSTRAK
Madu merupakan salah satu bahan altematif untuk pengarahan kelamin yang mengandung beberapa macam mineral seperti magnesium, kalium, kalsium dan natrium. Harganya murah dan tidak bersifat karsinogenik dibandingkan penggun€utn hormon. Ulasan ini menggambarkan diferensiasi kelamin pada ikan, kandungan madu dan aplikasinya terhadap ikan.
Kata kunci : madu, ikan, kelamin, pengarahan
The Open Fish Science Journal, 2009, 2, 55-58 551874-401X/09 2009 Bentham OpenA
Histological Study of the Sex-Change in the Skunk Clownfish Amphiprion
Akallopisos
ABSTRACT
Behavioral Ecology doi:10.1093/beheco/arr175 Advance Access publication 24 October 2011
Concurrent Effects Of Sperm Competition And Female Quality On Male Mate Choice In The Trinidadian Guppy (Poecilia Reticulata)
Sarah B. Jeswiet, Stacey S.Y. Lee-Jenkins, and Jean-Guy J. Godin
Department of Biology, Carleton University, 1125 Colonel By Drive, Ottawa, Ontario K1S 5B6, Canada
ABSTRACT
Males are generally expected to be discriminating in their choice of mates when females vary in quality and when under sperm competition from rival males. However, how sperm competition and female quality interact to influence male mating decisions remains poorly understood. Here, we explored the concurrent effects of sperm competition and female body length on male mating decisions in the Trinidadian guppy (Poecilia reticulata) as a model system. We used female body length as a proxy for fecundity and manipulated the relative size difference of paired stimulus females concurrently with sociosexual cues (i.e., presence of rival males) that may predict sperm competition. When all else was equal, males preferred the larger female when the paired females differed considerably in body length. The presence of either 1 or 2 rival males near, and sexually interacting with, the initially preferred female reduced a focal male’s preference for that female and increased the probability that he would reverse his initial mate preference. However, focal males were more likely to reverse their initial preference when the females were similar in body length than when they differed considerably in body length after observing initially preferred females interacting with 1 rival male. Our novel results suggest that male guppies simultaneously evaluate sperm competition and female quality when making mating decisions.
Key words: body size, male mate choice, mate quality, sexual selection, social information, sperm competition. [Behav Ecol 23:195–200 (2012)]
Volume 3, Nomor 3, Tahun 2014, Halaman 153-159
ASPEK PERTUMBUHAN DAN REPRODUKSI IKAN NILEM (Osteochilus hasselti) DI PERAIRAN RAWA PENING KECAMATAN TUNTANG KABUPATEN
SEMARANG
Siti Yuliani Rochmatin, Anhar Solichin*), Suradi Wijaya Saputra
Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan, Jurusan Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro Jl. Prof. Soedarto, SH, Tembalang, Semarang,
Jawa Tengah–50275, Telp/Fax. +6224 7474698 Email :sitiyulianir@yahoo.com
ABSTRAK
Rawa Pening merupakan perairan umum yang potensial di Jawa Tengah dan tempat mata pencaharian utama bagi nelayan sekitar. Ikan Nilem (Osteochilus hasselti) adalah salah satu ikan air tawar asli perairan umum Indonesia yang dapat ditemukan di Rawa Pening. Saat ini ikan Nilem dieksploitasi tidak hanya untuk dikonsumsi dagingnya saja tetapi juga telurnya. Oleh karena itu perlu dilakukan pengelolaan agar stok ikan di alam tetap terjaga dengan mengkaji dari aspek pertumbuhan dan reproduksi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui beberapa aspek pertumbuhan dan reproduksi ikan Nilem serta strategi pengelolaan yang baik. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari 2014– Maret 2014 di Rawa Pening Kecamatan Tuntang. Metode penelitian yang digunakan adalah metode
survey yang bersifat deskriptif, dengan teknik pengambilan sampel simple sensus sampling. Data yang digunakan yaitu data primer. Pengambilan sampel dilakukan setiap 2
minggu sekali. Selama penelitian didapatkan 78 ekor sampel. Hasil penelitian menunjukan bahwa sifat pertumbuhan ikan Nilem adalah alometrik negatif, dengan nilai b sebesar 2,8392. Faktor kondisi ikan Nilem sebesar 1,144 yaitu kurang pipih (bertubuh kurus). Ukuran rata – rata pertama kali tertangkap ikan Nilem 135 mm dan ukuran pertama kali matang gonad 102,93 mm, menunjukkan ukuran tersebut layak tangkap. Tingkat Kematangan Gonad didominasi TKG IV dan V yaitu dalam keadaan matang gonad. Nilai Indeks Kematangan Gonad tertinggi ikan betina diperoleh 45,32% sedangkan IKG tertinggi pada ikan Nilem jantan sebesar 23,07%. Fekunditas tertinggi sebanyak 156.695 butir sedangkan nilai fekunditas terendah sebanyak 2966 butir. Perbandingan jantan dan betina 1:1,29. Strategi pengelolaan yang dapat dilakukan adalah dengan cara mempertahankan ukuran mata jaring, mengurangi intensitas penangkapan dan penegakan hukum.
Kata kunci: Aspek pertumbuhan ikan Nilem; Reproduksi; Rawa Pening
ACARA III
STUDI ISI ALAT PENCERNAAN DAN DERAJAT KEPENUHAN LAMBUNG IKAN NILEM
Disusun oleh : Kelompok 3
Yohana H1G013002 Steela Zahra Audyne H1G013014 Rut Febriani Situmorang H1H013006 Vini Ristianasari H1H013013 Putri Septiyani Apandi H1H013029 Agung Widhiyanto H1H013038 Lazuardi Nalendra H1K013001 Haji Mustakin H1K013006 Ghina Aghinatus Shoilihah H1K013008
Asisten
Oki Aditya Pratama
JURUSAN PERIKANAN DAN KELAUTAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN PURWOKERTO
2014
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar belakang
Pencernaan adalah proses penyederhanaan makanan melalui mekanisme
fisik dan kimiawi sehingga makanan menjadi bahan yang mudah diserap dan diedarkan ke
seluruh tubuh melalui sistem peredaran darah. Saluran pencernaan pada ikan terdiri dari
mulut, kerongkongan, lambung, usus, dan anus. Lambung merupakan bagian dari alat
pencernaan pada ikan, dan isinya berupa cairan dan makanan yang telah dicerna oleh
mulut. Dalam hal ini membahas tentang lambung pada ikan Nilem. Ikan Nilem adalah
salah satu spesies ikan yang masuk dalam famili Cyprinidae,sehingga bentuk tubuh ikan
nilem hampir serupa dengan ikan mas hanya kepalanya relative lebih kecil. Ikan ini
tergolong jenis ikan hebivora, yaitu pemakan tumbuhan, seperti daun pepaya,lumut,
fitoplankton, Algae, dan lain-lain.
Secara umum lambung berfungsi sebagai penampung makanan. Seluruh
permukaan lambung ditutupi oleh sel mukus yang mengandung mukopolisakarida yang
agak asam berfungsi sebagai pelindung dinding lambung dari asam klorida.Makanan yang
diberikan dapat berupa pakan alami yang berada di kolam, maupun pakan tambahan
dengan proporsi perbandingan yang sesuai. Pakan memiliki hubungan yang sangat erat
dengan morfologi ikan, salah satunya dengan mempelajari dan mengamati organ - organ
serta fungsi dari alat - alat pencernaannya. Dengan mempelajari hal tersebut kita dapat
mengetahui ikan tersebut termasuk kelompok herbivor, omnivor, karnivor, sampai proses
pencernaan dan pemecahan atas pakanyang dimakan dan dikonsumsi oleh ikan tersebut
mengalami proses digesti.
Pakan pada umumnya harus memenuhi kriteria atau harus mengandung
mineral dan komponen – komponen nutrisi yang bermanfaat bagi tubuh
ikan.Komponen-komponen nutrisi tersebut terdiri dari protein, lemak, karbohidrat, dan mineral lainnya,
zat-zat tersebut akan bermanfaat sebagai sumber energi dan pertumbuhan. Pertumbuhan ikan
akibat asupan pakan yang diperoleh daprat diukurdari bertambahnya bobot ikan. Proses
digesti pada pakan akan dimulai dari lambungpada ikan dan dilanjutkan pada intestine
yang akan berakhir di anus.
1.2 Tujuan
1. Untuk mengetahui derajat periodisitas makan berdasar derajat kepenuhan lambung
2. Untuk mengetahui pakan alami yang disukai oleh ikan