PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
Ekonomi Islam, Pernikahan dan Pernikahan Sebagai Pembuka Pintu Rezeki
Disusun Oleh : Kelompok 8
Teknik Kontruksi Gedung 1A
Deasy Monica Parhastuti (131111003)
Nandi Rustandi (131111017)
Yoga Try Kandidat (131111032)
Salma ST Zakiah (131111065)
JURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang kiranya patut kami ucapkan, karena atas berkat rahmat dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini.
Dalam makalah ini kami menjelaskan tentang Ekonomi Islam, Pernikahan dan Pernikahan segai pembuka pintu rezeki . Makalah ini dibuat dalam rangka memperdalam mata kuliah Pendidikan Agama Islam
Kami menyadari dalam makalah ini masih terdapat kesalahan dan kekurangan. Hal ini disebabkan terbatasnya kemampuan, pengetahuan dan pengalaman yang kami miliki. Namun demikian banyak pula pihak yang telah membantu kami dalam hal memberikan masukan dan pemikiran. Kami mengucapkan terimakasih kepada
1. Orang tua, yang telah memberikan semangat dan motivasi
2. Ahmad Zaldi, selaku dosen mata kuliah Pendidikan Agama Islam 3. Teman-teman kelas 1 KG-A yang menjadi tempat bertukar pikiran
Oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan saran. Demi perbaikan dan kesempurnaan makalah ini di waktu yang akan datang. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kami khususnya dan pembaca pada umumnya
Bandung, 5 Januari 2014
Penyusun,
DAFTAR ISI
II.4 Perbedaan Ekonomi Islam Dan Ekonomi Konvensional ………...5
II.5 Tata Niaga Dalam Islam ………....5
II.6 Aspek-Aspek Dalam Jual Beli……….4
II.6.1 Rukun Jual Beli ………..5
II.6.2 Aturan Islam Tentang Jual Beli ………..5
II.6.3 Proses Jual Beli Yang Dilarang ………..6
II.7 Manajemen zakat, infaq, dan shadaqah………..6
II.7.1 Zakat………6
II.10 Pernikahan sebagai pembuka pintua rezeki.………..12
III. PENUTUP………...15
III.1 Kesimpulan ………..15
DAFTAR PUSTAKA ..………iv
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Islam sebagai pedoman hidup manusia tidak hanya mengatur ibadah ritual, tetapi memiliki aturan-aturan lengkap yang mencakup aturan ekonomi, yakni upaya manusia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Perekonomian tidak bisa lepas dari kehidupan manusia sehingga hal-hal yang menyangkut aturan-aturan tersebut, Allah SWT telah mengaturnya secara cukup terperinci dalam Al-Qur’an.
Perkonomian merupakan salah satu tolak ukur kemajuan suatu bangsa. Karena pada dasarnya manusia merupakan mahluk yang tidak bisa terlepas dari semua kegiatan ekonomi. Semua kalangan bercampur baur dalam kegiatan ekonomi yang sudah menjadi kebutuan primer manusia untuk bertahan hidup. Namun, kini telah semakin beredar ekonomi yang mengikis ekonomi yang diatur dalam Al-Quran, Al-Hadist dan Ijtihad. Ekonomi yang menitik beratkan pada keuntungan salah satu pihak saja, seakan semua kegitan ekonomi tidak berdasarkan niat Lillahi Ta’ala melainkan telah berubah menjadi motif meraup laba yang sebesar-besarnya. Mengubahan karakteristik masyarakat Indonesia dari masyarakat yang sederhana, serba cukup dan ramah tamah menjadi tipe masyarakat yang konsumerisme, egois dan tamak.
Untuk itulah, tema makalah ini diangkat sebagai salah satu langkah awal memperkenalkan, bahkan mengingatkan kembali Ekonomi yang meninggikan nilai-nilai kemanusiaan, yakni Ekonomi Islam. Dimana Ekonomi Islam ini dapat menjadi wadah yang tidak hanya mengajak manusia pada keuntungan dunia semata, tetapi mengajak manusia untuk mencapai kebahagiaan yang hakiki meraih keberkahan didunia dan pahala yang berlipat diakhirat.
dasar manusai dalam menetapkan hukum pernikahan dan segala hal yang berkaitan dengan itu.
1.2. Tujuan
Mengetahui konsep ekonomi yang sedang berkembang di masyarakat
Mengetahui pengertian dari ekonomi islam
Mengetahui ciri-ciri daripada ekonomi islam
Mampu membedakan antara ekonomi islam dan ekonomi konvensional
Mengetahui aspek-aspek dalam jual beli
Mengetahui konsep pernikahan dalam islam
Mengetahui hukum pernikahan dalam islam
Memahami kaitan antara pernikahan sebagai pembuka rezeki
1.3. Ruang Lingkup Materi
Ruang lingkup materi pada makalah ini mencakup sistem ekonomi dalam islam dengan ciri-ciri dan berbagasi aspek yang ada didalamnya serta berisi konsep pernikahan dalam agama islam dan hukumnya serta kaitan pernikahan sebagai pembuka pintu rezeki.
BAB I
PEMBAHASAN
2.1. Definisi Ekonomi Islam
Dari berbagai definisi tentang Ekonomi Islam yang ada, dapat kita simpulkan bahwa Ekonomi Islam adalah: Ilmu yang mempelajari bagaimana manusia itu memenuhi kebutuhan hidupnya, sesuai dengan lingkungan dan masanya, dengan sarana-sarana atau sumberdaya yang bersifat alternatif guna mencapai keberuntungan dunia dan akhirat yang didasarkan pada nilai-nilai ajaran Islam yaitu Al-Qur’an dan Al-Hadits.
Islam tidak hanya mengatur ibadah ritual, tetapi memiliki aturan-aturan lengap yang mencakup aturan ekonomi karena perekonomian tidak akan bisa lepas dari kehidupan manusia.Sebagaimana firman allah:
دديههشش الشوش بدتهاكش ررشاضشيي الشوش ممتيعميشابشتش اذشإه اوديههشمأشوش
Dan persaksikanlah jika kamu jual beli, dan janganlah penulis dan saksi saling menyulitkan QS.AL Baqarah, 2 : 282
Hadist Nabi Muhammad SAW menjelaskan pula tentang hal-hal yang berhubungan dengan masalah ekonomi yang islami diantaranya :
ةشعشاسرشلا رهظهتشنمافش ههلههمأش رهيمغش ىلشإه ريمملشام دشنهسمأي اذشإه
.
Apabila diserahkan suatu urusan kepada bukan ahlinya, maka tunggulah kehancurannya (HR.Bukhari)
2.2. Ciri-ciri Ekonomi Islam
Ciri-ciri ekonomi islam meliputi :
a. Merupakan bagian dari sistem Islam yang menyeluruh
b. Ekonomi Islam merealisasikan keseimbangan antara antara kepentingan individu dan masyarakat, serta kehidupan dunia dan akhirat.
c. Ekonomi Islam didasarkan pada sumber hukum Islam Al-Qur’an , Al-Hadits serta hasil ijtihad ulama yang mencerminkan nilai-nilai Al-Quran dan Al- Hadits.
d. Ekonomi Islam merupakan konsep tersendiri yang berbeda dengan Ekonomi konvensional
2.3. Aspek-aspek Perekonomian
2.3.1. Barang dan jasa
barang dan jasa yang di produksi hendaknya yang halal bukan yang di haramkan
2.3.2. Aspek manajemen produksi
Dalam manajemen produksi kita harus matang dalam hal proses pengolahan suatu hasil produksi sehingga terhindar dari kerugian ataupun kehancuran, karena hal ini di anjurkan oleh ajaran islam
2.3.3. Aspek penyaluran produksi
Proses penyaluran hasil produksi baik barang maupun jasa pada prinsipnya menekankan adanya kelancaran antara produsen dan konsumen sehingga keadilan menjadi hal yang utama. Mempermainkan harga akibat hasil produksi yang tidak lancar haruslah di hindari
2.3.4. Aspek ketepatgunaan
Aspek tepatguna dalam perekonomian islam merupakan bagian penting dari pencarian keuntungan sehingga pemborosan ditekan sekecil mungkin
2.4. Perbedaan Ekonomi Islam dan Ekonomi Konvensional
Yang membedakan lebih jauh Ekonomi Islam dengan Ekonomi Konvensional adalah:
Asumsi dasar atau norma pokoknya:berdasarkan syari’ah Islam
Prinsipnya: Penerapan asas efisiensi dan manfaat dengan menjaga kelestarian lingkungan hidup
Motifnya: Mencari keberuntungan dunia dan akhirat denganberibadah dalam arti yang luas.
2.5. Tata Niaga dalam Islam
Proses perekonomian sangat banyak jenis dan ragamnya, dalam ajaran islam diperbolehkan melakukan perekonomian asal tidak bertentangan dengan syari’ah islam itu sendiri, yakni benar-benar halal dalam cara menghasilkan dan menggunakannya
Pekerjaan tata niaga sebagai suatu bagian dari perekonomian dan pekerjaan tata niaga ini mendapat tempat terhormat dalam ajaran islam. Nabi Muhammad SAW pernah ditanya :
لشاقش ب
ي يشطمأش بهسمكشلما ىريأش
رروريبممش عريمبش لريكيوش ههدهيشبه لهجيررشلا ليمشعش
“Wahai Rasulullah, mata pencaharian (kasb) apakah yang paling baik?" Beliau bersabda, "Pekerjaan seorang laki-laki dengan tangannya sendiri dan setiap jual beli yang mabrur (diberkahi)." (HR. Ahmad 4: 141, hasan lighoirihi)
2.6. Aspek-aspek dalam jual beli
2.6.2Aturan Islam tentang jual beli
Jual beli dalam islam selain sebagai salah satu perbuatan muamalah juga merupakan satu tatanan nilai ibadah sehingga dalam aktivitasnya banyak aturan yang harus dipenuhi oleh pihak penjual dan pembeli hal ini telah dijelaskan Allah SWT dalam surat al baqarah :282
2.6.3Proses jual beli yang dilarang
1. Jual beli barang yang belum diterima
2. Jual beli hutang dengan hutang
3. Jual beli gharar
4. Ijon
2.7. Manajemen zakat, infaq, dan shadaqah
2.7.1. Zakat
Kata zakat berarti suci, menyucikan. Zakat juga semakna/dapat diartikan
dengan nama’ (pertumbuhan), thaharah (suci), barakah (tambah kebaikan)
Zakat adalah pengambilan tertentu dari harta yang tertentu untuk diberikan pada golongan tertentu
Menurut UU No 38 Than 1999 Tentang Pengelolaan Zakat, zakat adalah : Harta yang wajib disisihkan oleh seorang Islam atau badan yang dimiliki oleh orang muslim sesuai dengan ketentuan agama untuk diberikan pada yang berhak menerimanya.
2.7.2. Infaq
Infaq adalah pengeluaran sukarela yang dilakukan oleh seseorang setiap kali ia memperoleh rizki sebanyak yang dikehendakinya sendiri.
Infaq biasanya secara khusus diberikan pada mereka yang memiliki hubungan kekerabatan dengan kita.
2.7.3. Shadaqah
Shadaqah adalah pemberian sukarela yang dilakukan oleh seseorang pada orang lain dengan tidak ditentukan jenis, jumlah, maupun waktunya, dengan tujuan untuk mendekatkan diri pada Allah.
Ajaran Islam sangat perhatian terhadap terwujudnya kesejahteraan umat (Islam sangat filantropis). Hal ini dibuktikan dengan adanya ajaran tentang perintah-perintah dan larangan-larangan:
1. Adanya perintah membayar zakat bagi umat Islam yang memenuhi syarat
2. Adanya anjuran untuk waqaf, infaq, shadaqoh bagi umat Islam yang mampu.
3. Adanya perintah untuk saling tolong menolong dalam kebaikan, dan menyintai
sesama umat.
2.9. Pernikahan
2.7.1 Nikah
Kata nikah berasal dari bahasa arab yang berarti bertemu, berkumpul.
Menurut istilah nikah ialah suatu ikatan lahir batin antara seorang laki-laki dan perempuan untuk hidup bersama dalam suatu rumah tangga melalui aqad yang dilakukan menurut hukum syariat Islam. Menurut U U No : 1 tahun 1974, Perkawinan ialah ikatan lahir batin antara seorang pria dan wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk rumah tangga (keluarga) yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan YME. Keinginan untuk menikah adalah fitrah manusia, yang berarti sifat pembawaan manusia sebagai makhluk Allah SWT. Setiap manusia yang sudah dewasa dan sehat jasmani rokhaninya pasti membutuhkan teman hidup yang berlainan jenis, teman hidup yang dapat memenuhi kebutuhan biologis yang dapat dicintai dan mencintai, yang dapat mengasihi dan dikasihi, yang dapat diajak bekerja sama untuk mewujudkan ketentraman, kedamaian dan kesejahteraan hidup berumah tangga. Rasulullah SAW bersabda : memelihara faraj (kelamin) dan barang siapa tidak sanggup maka hendaklah berpuasa karena puasa itu dapat melemahkan syahwat”. (HR. Bukhori Muslim)
2.7.2 Hukum Nikah
1. Jaiz, artinya dibolehkan dan inilah yang menjadi dasar hukum nikah.
2. Wajib, yaitu orang yang telah mampu/sanggup menikah sedangkan bila tidak menikah khawatir akan terjerumus ke dalam perzinaan.
3. Sunat, yaitu orang yang sudah mampu menikah namun masih sanggup mengendalikan dirinya dari godaan yang menjurus kepada perzinaan. 4. Makruh, yaitu orang yang akan melakukan pernikahan dan telah memiliki
keinginan atau hasrat tetapi ia belum mempunyai bekal untuk memberikan nafkah tanggungan-nya.
5. Haram, yaitu orang yang akan melakukan perkawinan tetapi ia mempunyai niat yang buruk, seperti niat menyakiti perempuan atau niat buruk lainnya.
2.7.3 Tujuan Nikah
1. Untuk memperoleh kebahagiaan dan ketenangan hidup (sakinah).
2. Membina rasa cinta dan kasih sayang.
3. Untuk memenuhi kebutuhan seksual yang syah dan diridhai Allah SWT.
4. Melaksanakan Perintah Allah swt.
5. Mengikuti Sunah Rasulullah saw. Untuk memperoleh keturunan yang syah.
2.7.4 Khitbah
Sebelum pernikahan berlangsung dalam agama Islam tidak mengenal istilah pacaran akan tetapi dikenal dengan nama “khitbah”. Khitbah atau peminangan adalah penyampaian maksud atau permintaan dari seorang pria terhadap seorang wanita untuk dijadikan istrinya baik secara langsung oleh si peminang atau oleh orang lain yang mewakilinya. Yang diperbolehkan selama khitbah, seorang pria hanya boleh melihat muka dan telapak tangan.Wanita yang dipinang berhak menerima pinangan itu dan berhak pula menolaknya.Apabila pinangan diterima, berarti antara yang dipinang dengan yang meminang telah terjadi ikatan janji untuk melakukan pernikahan.
2.7.5 Rukun Nikah
RUKUN SYARATNYA
1. Calon Suami Beragama Islam
Atas kehendak sendiri
Bukan muhrim
2. Calon Istri Beragama Islam
Tidak terpaksa
Bukan Muhrim
Tidak bersuami
Tidak sedang dalam masa iddah
Tidak sedang ihrom haji atau umroh
3. Adanya Wali Mukallaf (Islam, dewasa, sehat akal)(QS.Ali
Imron : 28)
Laki-laki merdeka
Adil
Tidak sedang ihrom haji atau umroh
4. Adanya 2 Orang Saksi
Syaratnya sama dengan no : 3
5. Adanya Ijab dan Qobul
Dengan kata-kata " nikah " atau yang semakna dengan itu.
Berurutan antara Ijab dan Qobul
Kewajiban Suami Kewajiban Istri
1. Memberi nafkah, pakaian dan
tempat tinggal kepada istri dan anak-anaknya sesuai dengan kemampuan yang diusahakan secara maksimal.(lihat At-Thalaq:7)
2. Bergaul dengan istri secara makruf, yaitu dengan cara yang layak dan patut misalnya dengan kasih
sayang, menghargai,
memperhatikan dan sebagainya.
3. Memimpin keluarga, dengan cara membimbing, memelihara semua anggota keluarga dengan penuh tanggung jawab. (Lihat An-Nisa : 34)
4. Membantu istri dalam tugas
sehari-hari, terutama dalam mengasuh dan mendidik anak-anaknya agar menjadi anak yang shaleh. (At-anak terutama pendidikan agama. Allah swt, berfirman yang Artinya :"Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan
keluargamu dari api neraka". (At-Tahrim : 6)
5. Bersikap hemat, cermat, ridha dan syukur serta bijaksana pada suami.
2.7.6 Talak
Pengertian dan Hukum Talak.Menurut bahasa talak berarti melepaskan
ikatan.Menurut istilah talak ialah lepasnya ikatan pernikahan dengan lafal talak.Asal hukum talak adalah makruh, sebab merupakan perbuatan halal tetapi sangat dibenci oleh Allah swt. Nabi Muhammad saw, bersabda :
)
دوادوبا هاور قيل
ش ط
رش لا ل
ه ا دشنمعه لهل
ش حشلما ضيغشبمأش
)
Artinya :"Perbuatan halal tetapi paling dibenci oleh Allah adalah talak". (HR. Abu Daud)
Lafal talak dapat diucapkan/dituliskan dengan kata-kata yang jelas atau dengan kata-kata sindiran. Adapun bilangan talak maksimal 3 kali, talak satu dan talak dua masih boleh rujuk (kembali) sebelum habis masa idahnya dan apabila masa idahnya telah habis maka harus dengan akad nikah lagi. (lihat Al-Baqoroh : 229). Pada talak 3 suami tidak boleh rujuk dan tidak boleh nikah lagi sebelum istrinya itu nikah dengan laki-laki lain dan sudah digauli serta telah ditalak oleh suami keduanya itu".
Talak dibagi menjadi 2 macam yaitu :
1. Talak Raj'i yaitu talak dimana suami boleh rujuk tanpa harus dengan akad nikah lagi. Talak raj’I ini dijatuhkan suami kepada istrinya untuk pertama kalinya atau kedua kalinya dan suami boleh rujuk kepada istri yang
telah ditalaknya selama masih dalam masa iddah.
2. Talak Bain. Talak bain dibagi menjadi 2 macam yaitu talak bain sughro dan
talak bain kubra.
Secara bahasa iddah berarti ketentuan. Menurut istilah iddah ialah masa menunggu bagi seorang wanita yang sudah dicerai suaminya sebelum iamenikah dengan laki-laki lain. Masa iddah dimaksudkan untuk memberi kesempatan kepada bekas suaminya apakah dia akan rujuk atau tidak.
2.7.7.1 Lamanya Masa Iddah.
1. Wanita yang sedang hamil masa idahnya sampai melahirkan anaknya. (Lihat QS. At-Talak :4)
2. Wanita yang tidak hamil, sedang ia ditinggal mati suaminya maka masa idahnya 4 bulan 10 hari. (lihat QS. Al-Baqoroh ayat 234) 3. Wanita yang dicerai suaminya sedang ia dalam keadaan haid maka
masa idahnya 3 kali quru' (tiga kali suci). (lihat QS. Al-Baqoroh : 228)
4. Wanita yang tidak haid atau belum haid masa idahnya selama tiga bulan. (Lihat QS, At-Talaq :4 )
5. Wanita yang dicerai sebelum dicampuri suaminya maka baginya tidak ada masa iddah. (Lihat QS. Al-Ahzab : 49)
2.7.7.2 Hak Perempuan Dalam Masa Iddah
1. Perempuan yang taat dalam iddah raj'iyyah (dapat rujuk) berhak mendapat dari suami yang mentalaknya: tempat tinggal, pakaian, uang belanja. Sedang wanita yang durhaka tidak berhak menerima apa-apa.
2. Wanita dalam iddah bain (iddah talak 3 atau khuluk) hanya berhak atas tempat tinggal saja. (Lihat QS. At-Talaq : 6)
3. Wanita dalam iddah wafat tidak mempunyai hak apapun, tetapi mereka dan anaknya berhak mendapat harta waris suaminya.
2.7.8 Rujuk
Rujuk artinya kembali. Maksudnya ialah kembalinya suami istri pada ikatan perkawinan setelah terjadi talak raj'i dan masih dalam masa iddah. Dasar hukum rujuk adalah QS. Al-Baqoroh: 229, yang artinya sebagai berikut: "Dan suami-suaminya berhak merujukinya dalam masa menanti itu, jika mereka (para suami) menghendaki rujuk".
1. Hukum Rujuk.
Mubah, adalah asal hukum rujuk.
Haram, apabila si istri dirugikan serta lebih menderita dibanding
sebelum rujuk.
Makruh, bila diketahui meneruskan perceraian lebih bermanfaat.
Sunat, bila diketahui rujuk lebih bermanfaat dibanding meneruskan
perceraian.
Wajib, khusus bagi laki-laki yang beristri lebih dari satu.
2. Rukun Rujuk
Istri, syaratnya : pernah digauli, talaknya talak raj'i dan masih dalam
masa iddah.
Suami, syaratnya : Islam, berakal sehat dan tidak terpaksa.
Sighat (lafal rujuk).
Saksi, yaitu 2 orang laki-laki yang adil.
2.10.Pernikahan sebagai pembuka pintu rezeki
Pernikahan merupakan sesuatu yang telah diperintahkan oleh Allah SWT. Dan diamana segala aturan didalamnya telah tertulis dalam Al-Qur’an secara jelas. Begitunpun katitan pernikahan sebagai pembuaka pintu rezeki. Sebagai mana firman Allah SWT :
هيلرشلا ميههنهغميي ءشارشقشفي اونيوكييش نمإه ممكيئهامشإهوش ممكيدهابشعه نممه نشيحهلهاصرشلاوش ممكينممه ىمشايشأشلما اوحيكهنمأشوش
مديلهعش عدسهاوش هيلرشلاوش ههلهضمفش نممه
“Dan nikahkanlah orang yang sendirian di antara kamu, dan orang-orang yang layak (menikah) dari hamba sahayamu yang lelaki dan hamba-hamba sahayamu yang perempuan. JIKA MEREKA MISKIN ALLAH AKAN
MENGKAYAKAN MEREKA DENGAN KARUNIANYA. Dan Allah Maha Luas (pemberianNya) dan Maha Mengetahui.” (QS An-Nuur (24): 32)
“Bagi kalian Allah menciptakan pasangan-pasangan (istri-istri) dari jenis kalian sendiri, kemudian dari istri-istri kalian itu Dia ciptakan bagi kalian anak cucu keturunan, dan kepada kalian Dia berikan rezeki yang baik-baik.” (QS. An Nahl (16):72)
Dari Firman Allah SWT inilah kita harus meyakini bahwasannya pernikahan merupakan salah satu jalan pembuka rezeki manusia. Allah SWT telah menjamin rezeki dua insane yang bersatu dalam niat Lillahi Taala.
Hal inilah yang harus diluruskan pada keyakinan yang berada di tengah masyarakat. Dimana banyak masyarakat mengutamakan penghasilan yang besar dan kepemilikan harta benda yang banyak sebagai factor utama dalam menetukan awal suatu pernikahan. Paradigma inilah yang berperan dilingkungan masyarakat, seakan-akan pernikahan yang bahagia ialah pernikahan yang dikelilingi harta serta jabatan yang tinggi.
Dari Aisyah, “Nikahilah olehmu kaum wanita itu, maka sesungguhnya mereka akan mendatangkan harta (rezeki) bagi kamu”. (HR. Hakim dan Abu Dawud)
“Kawinkanlah orang-orang yang masih sendirian diantaramu.
Sesungguhnya, Allah akan memperbaiki akhlak, meluaskan rezeki, dan menambah keluhuran mereka”. (Al Hadits)
“Carilah rezeki dengan menikah”. (HR. Ad-Dailami)
Sudah sepatutnya kita sebagai manusia meyakini bahwasannya Allah SWT telah menjamin menbukakan rezeki melalui suatu pernikahan. Sehingga kita tidak perlu khawatir akan rezeki yang Allah SWT akan berikan kepada hamba Nya yang ingin menjalankan perintah Nya. Suatu penelitian pun dilakukan untuk menembah keyakinan akan kebenaran firman Allah SWT :
Hal tersebut dibuktikan oleh seseorang yang bernama Jay Zagorsky dari Ohio State University. Survei yang melibatkan 9.000 orang menunjukkan perceraian menurunkan kekayaan seseorang hingga 77 persen. Penelitian ini dilakukan pada rentang waktu 1985 hingga 2000.
Sebaliknya, pernikahan itu sendiri membuat seseorang lebih kaya daripada
sekedar menggabungkan kekayaan kedua pasangan. Setiap orang yang menikah, rata-rata memperoleh jumlah kekayaan dua kali lipat. Hanya dari faktor pernikahan, tanpa melibatkan faktor lain dalam perhitungan, seseorang meningkat kekayaannya sekitar 4 persen setiap tahun.
Pada orang yang akhirnya bercerai, kekayaannya terus merosot selama empat
tahun menjelang perceraiannya dan mencapai titik terendah pada tahun perceraiannya. Kekayaannya kembali naik perlahan setelah bercerai namun tidak terlalu besar. Menurutnya, penelitian ini bukanlah sebagai pembenaran, tapi paling tidak ada alasan yang dapat menjelaskan.
Penelitian lainnya menunjukkan bahwa hidup bersama membuat pasangan lebih efisien dan pengeluaran lebih murah ketika hidup serumah.
BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan
Ekonomi Islam merupakan ekonomi yang sempurna untuk diterapkan dalm kehidupan sehari-hari. Dimana tidak hanya menitikberatkan pada keuntungan yang duniawi saja. Konsep ekonomi sebagai kebutuhan hidup pun harus diluruskan kembali yaitu sebagai sarana beribadah dalam mencapai keridhaan Allah SWT. Dengan begitu dalam menjalankan prakteknya dalam kehidupan yang nyata kita tidak akan terjerumus untuk melakukan segala cara demi mendapatkan keuntungan yang sebesar-besarnya.
3.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
Tamyiz, Adep dkk.Pendidikan Agama Islam Mata Kuliah Pengembangan
Kepribadian.Bandung:2013