• Tidak ada hasil yang ditemukan

BUDAYA NASIONAL SUKU bangsa LAMPUNG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "BUDAYA NASIONAL SUKU bangsa LAMPUNG"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

BUDAYA NASIONAL

“SUKU LAMPUNG”

Oleh:

Nama

:

Alfino Fauzan Deba R.

Kelas

:

XI IIS 4

No. Absen

:

03

SMA Negeri 1 Sukoharjo

(2)

BAB I

LANDASAN TEORI

A. Pengertian Budaya

Kata kebudayaan berasal dari bahasa sansekerta yaitu buddhayah, yang merupakan bentuk jamak dari buddhi, yang berarti budi atau akal. Dengan demikian, kebudayaan diartikan sebagai hal-hal yang bersangkutan dengan budi dan akal. Kata kebudayaan dalam bahasa Inggris diterjemahkan dengan istilah culture dan dalam bahasa Belanda disebut cultuur. Kedua kata ini berasal dari bahasa Latin colere, yang berarti mengolah, mengerjakan, menyuburkan, dan mengembangkan tanah (bertani). Dengan demikian, culture atau cultuur diartikan sebagai segala daya dan kegiatan manusia untuk mengolah dan mengubah alam. Melville J. Herkovits memandang kebudayaan sebagai suatu yang superorganik karena kebudayaan yang turun-temurun dari generasi ke generasi tetap hidup terus walaupun orang-orang yang menjadi anggota masyarakat senantiasa silih berganti disebabkan kelahiran dan kematian. Edward B. Taylor melihat kebudayaan merupakan kompleks yang mencakup pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat-istiadat dan kemampuan-kemampuan serta kebiasaan-kebiasaan tang didapat oleh manusia sebagai anggota masyarakat.

B. Pengertian Suku

Suku bangsa adalah suatu golongan manusia yang mengidentifikasikan dirinya dengan sesamanya berdasarkan garis keturunan yang dianggap sama dengan merujuk kepada ciri khas seperti budaya, Bahasa, agama dan perilaku. Suku bangsa terikat akan identitas dan kesatuan kebudayaan serta hal-hal mendasar seperti asal-usul dan yang lainnya. Menurut Koentjaraningrat, suku bangsa berarti sekelompok manusia yang memiliki kesatuan budaya dan terikat oleh kesadaran dan identitas tersebut. Kesadaran dan identitas biasanya dikuatkan oleh kesatuan bahasa.

(3)

PEMBAHASAN

A. Asal Usul Suku Lampung

Asal-usul ulun Lampung (orang Lampung) erat kaitannya dengan istilah Lampung sendiri. Pada abad ke VII orang di negeri Cina sudah membicarakan suatu wilayah didaerah Selatan (Namphang) dimana terdapat kerajaan yang disebut Tolang Pohwang, To berarti orang dan Lang Pohwang adalah Lampung. nama Tolang, Po’hwang berarti “orang Lampung” atau “utusan dari Lampung” yang datang dari negeri Cina sampai abad ke 7. Terdapat bukti kuat bahwa Lampung merupakan bagian dari Kerajaan Sriwijaya yang berpusat di Jambi dan menguasai sebagian wilayah Asia Tenggara termasuk Lampung dan berjaya hingga abad ke-11.

Dalam kronik Tai-ping-huan-yu-chi dari abad kelima Masehi, disebutkan nama-nama negeri di kawasan Nan-hai (“Laut Selatan”), antara lain dua buah negeri yang disebutkan berurutan: To-lang dan Po-hwang. Negeri To-lang hanya disebut satu kali, tetapi negeri Po-hwang cukup banyak disebut, sebab negeri ini mengirimkan utusan ke negeri Cina tahun 442, 449, 451, 459, 464 dan 466. Prof. Gabriel Ferrand, pada tulisannya dalam majalah ilmiah Journal Asiatique, Paris, 1918, hal. 477, berpendapat bahwa kedua nama itu mungkin hanya satu nama To-lang-po-hwang, lalu negeri itu dilokasikan Ferrand di daerah Tulangbawang, Lampung. Prof. Purbatjaraka, dalam bukunya Riwajat Indonesia I, Jajasan Pembangunan, Djakarta, 1952, hal. 25, menyetujui kemungkinan adanya kerajaan Tulangbawang, meskipun diingatkannya bahwa anggapan itu semata-mata karena menyatukan dua toponimi dalam kronik Cina.

B. Bahasa

Bahasa-bahasa yang digunakan di Lampung merupakan cabang Sundik yakni berasal dari rumpun bahasa Melayu-Polinesia barat. Bahasa ini digunakan tidak hanya di propinsi Lampung saja namun bagian Selatan Palembang dan Pantai Barat Banten juga menggunakan bahasa tersebut. Adapun aksara lampung yang disebut Had Lampung (KaGaNga). Aksara ini ditulis dan dibaca dari kiri ke kanan dengan Huruf Induk berjumlah 20 buah. Had Lampung ini dipengaruhi oleh dua unsur, yaitu Aksara Pallawa (India Selatan) berupa suku kata yang merupakan huruf hidup dan huruf Arab menggunakan tanda-tanda fathah di baris atas dan tanda-tanda kasrah di baris bawah tetapi tidak menggunakan tanda dammah di baris depan melainkan menggunakan tanda di belakang dan masing-masing tanda mempunyai nama tersendiri.

(4)

a. Bahasa Lampung Logat Belalau, dipertuturkan oleh Etnis Lampung yang berdomisili di Kabupaten Lampung Barat yaitu Kecamatan Balik Bukit, Batu Brak, Belalau, Suoh, Sukau, Ranau, Sekincau, Gedung Surian, Way Tenong dan Sumber Jaya. Kabupaten Lampung Selatan di Kecamatan Kalianda, Penengahan, Palas, Pedada, Katibung, Way Lima, Padangcermin, Kedondong dan Gedongtataan. Kabupaten Tanggamus di Kecamatan Kotaagung, Semaka, Talangpadang, Pagelaran, Pardasuka, Hulu Semuong, Cukuhbalak dan Pulau Panggung. Kota Bandar Lampung di Teluk Betung Barat, Teluk Betung Selatan, Teluk Betung Utara, Panjang, Kemiling dan Raja Basa. Banten di di Cikoneng, Bojong, Salatuhur dan Tegal dalam Kecamatan Anyer, Serang. b. Bahasa Lampung Logat Krui, dipertuturkan oleh Etnis Lampung di Pesisir

Barat Lampung Barat yaitu Kecamatan Pesisir Tengah, Pesisir Utara, Pesisir Selatan, Karya Penggawa, Lemong, Bengkunat dan Ngaras.

c. Bahasa Lampung Logat Melinting, dipertuturkan Masyarakat Etnis Lampung yang bertempat tinggal di Kabupaten Lampung Timur di Kecamatan Labuhan Maringgai, Kecamatan Jabung, Kecamatan Pugung dan Kecamatan Way Jepara.

d. Bahasa Lampung Logat Way Kanan, dipertuturkan Masyarakat Etnis Lampung yang bertempat tinggal di Kabupaten Way Kanan yakni di Kecamatan Blambangan Umpu, Baradatu, Bahuga dan Pakuan Ratu.

e. Bahasa Lampung Logat Pubian, dipertuturkan oleh Etnis Lampung yang berdomosili di Kabupaten Lampung Selatan yaitu di Natar, Gedung Tataan dan Tegineneng. Lampung Tengah di Kecamatan Pubian dan Kecamatan

g. Bahasa Lampung Logat Jelema Daya atau Logat Komring, dipertuturkan oleh Masyarakat Etnis Lampung yang berada di Muara Dua, Martapura, Komring, Tanjung Raja dan Kayuagung di Propinsi Sumatera Selatan.

2. Dialek Abung (Dialek Nyow)

(5)

Banyak, Seputih Mataram dan Rumbia. Lampung Timur di Kecamatan Sukadana, Metro Kibang, Batanghari, Sekampung dan Way Jepara. Kota Metro di Kecamatan Metro Raya dan Bantul. Kota Bandar Lampung di Gedongmeneng dan Labuhan Ratu.

b. Bahasa Lampung Logat Menggala Dipertuturkan Masyarakat Etnis Lampung yang bertempat tinggal di Kabupaten Tulang Bawang meliputi Kecamatan Menggala, Tulang Bawang Udik, Tulang Bawang Tengah, Gunung Terang dan Gedung Aji.

C. Peralatan dan Perlengkapan Hidup

1. Tapis

Tapis adalah kain khas Lampung yang terbuat dari tenunan benang kapas dengan hiasan motif, sulaman benang emas atau perak. Kerajinan ini dibuat oleh wanita, baik ibu rumah tangga maupun gadis-gadis (muli-muli) yang pada mulanya untuk mengisi waktu senggang dengan tujuan untuk memenuhi tuntutan adat istiadat yang dianggap sakral. Kain Tapis saat ini diproduksi oleh pengrajin dengan ragam hias yang bermacam-macam sebagai barang komoditi yang memiliki nilai ekonomis yang cukup tinggi.

Tapis dapat dibedakan menurut pemakaiannya, seperti contohnya:

a. Tapis Jung Sarat, dipakai oleh pengantin wanita pada upacara perkawinan adat. Dapat juga dipakai oleh kelompok isteri kerabat yang lebih tua yang menghadiri upacara mengambil gelar, serta muli cangget (gadis penari) pada upacara adat.

b. Tapis Bidak Cukkil, dipakai oleh laki-laki pada saat menghadiri upacara-upacara adat.

c. Tapis Silung, dipakai oleh kelompok orang tua yang tergolong kerabat dekat pada upacara adat seperti mengawinkan anak, pengambilan gelar, khitanan dan lain-lain. Dapat juga dipakai pada saat pengarakan pengantin

d. Tapis Tuho, dipakai oleh seorang isteri yang suaminya sedang mengambil gelar sutan. Dipakai juga oleh kelompok orang tua (mepahao) yang sedang mengambil gelar sutan serta oleh isteri sutan dalam menghadiri upacara pengambilan gelar kerabatnya yang dekat.

2. Jangat

(6)

D. Sistem Mata Pencaharian

Aktifitas produksi di Lampung yang utama adalah pertanian, termasuk perkebunan, kehutanan dan budidaya perikanan. Propinsi Lampung adalah penghasil utama kopi Robusta; dimana Lampung adalah salah satu yang terluas daerah perkebunan kopinya. Penghasil utama di bidang pertanian adalah padi, minyak kelapa, kopi, cengkeh, dan hasil pertanian lainnya, peternakan dan perikanan. Produksi kopi, minyak kelapa, dan makanan dalam kemasan, minyak, kayu lapis dan produksi kayu lainnya. Selain itu, Lampung juga penghasil buah-buahan tropis seperti : mangga, rambutan, durian, pisang, nanas, dan jeruk. Hasil panen utama yang lain adalah kelapa, karet mentah, minyak kelapa, coklat, lada dan sejenisnya.

E. Sistem Kekerabatan

Masyarakat Lampung merupakan masyarakat dengan sistem menurut garis ayah (Geneologis-Patrilinial), yang terbagi-bagi dalam masyarakat keturunan menurut Poyang asalnya masing-masing yang disebut “buay”. Setiap kebuayan itu terdiri dari berbagai “jurai” dari kebuwaian, yang terbagi-bagi pula dalam beberapa kerabat yang terikat pada satu kesatuan rumah asal (nuwou tubou, lamban tuha).

Kemudian dari rumah asal itu terbagi lagi dalam beberapa rumah kerabat (nuwou balak, lamban gedung). Ada kalanya buay-buay itu bergabung dalam satu kesatuan yang disebut “paksi”. Setiap kerabat menurut tingkatannya masing-masing mempunyai pemimpin yang disebut “penyimbang” yang terdiri dari anak tertua laki-laki yang mewarisi kekuasaan ayah secara turun temurun.

(7)

Untuk mewujudkan jenjang perkawinan dapat ditempuh dalam dua cara, yaitu cara kawin lari (sebambangan) yang dilakukan bujang-gadis sendiri dan cara pelamaran orang tua (cakak sai tuha) yang dilakukan oleh kerabat pihak pria kepada kerabat pihak wanita. Perkawinan yang ideal dikalangan orang lampung adalah pria kawin dengan wanita anak saudara wanita ayah (bibik, keminan) yang disebut “ngakuk menulung” atau dengan anak saudara wanita ibu (ngakuk kenubi)/ perkawinan yang tidak disukai adalah pria dan wnaita anak saudara laki-laki ibu (ngakuk kelana) atau dengan anak wanita saudara laki-lakinya (ngakuk bai/wari) atau juga dengan anak dari saudara pria nenek dari ayah (ngakuk lebu). Lebih-lebih tidak disukai kawin dengan suku lain (ulun lowah) atau orang asing. Apalagi berlainan agama (sumang agamou).

Jika dari suatu ikatan perkawinan tidak mendapatkan keturunan sama sekali, maka untuk menjadi penerus keturunan ayah, dapat diangkat anak tertua dari adik laki-laki atau anak kedua dari kakak laki-laki untuk menegakkan (tegak tegi) keturunan yang putus (maupus). Jika tidak ada anak-anak saudara yang bersedia diangkat dapat mengangkat orang lain yang bukan anggota kerabat, asal saja disahkan dihadapan kerabat dan prowitan adat. Tetapi jika hanya mempunyai anak wanita, maka anak itu dikawinkan dengan saudara misalnya yang laki-laki/ anak wanita itu dijadikan kedudukan laki-laki dan melakukan perkawinan semanda ambil suami (ngakuk ragah). Dengan begitu maka anak laki-laki dari perkawinan mereka kelak akan menggatikan kedudukan kakeknya sebagai waris mayorat sehingga keturunan keluarga tersebut tidak putus (mak mupus).

F. Seni dan Sastra

Setiap daerah selalu memiliki system kesenian sendiri, daerah Lampung dalam hal ini Suku Lampung memiliki kesenian sendiri. Antara lain ialah tarian daerah Lampung. Tarian daerah lampung ada bermacam-macam, ada Tari Sembah atau Tari Sigegh Penguten yang digunakan untuk menyambut tamu kehormatan pada acara resmi-resmi atau pada acara perkawinan. Selain tari, adapula lagu adat Suku Lampung, seperti Lipang Lipangdang, Adi-Adi Daun Lambar, Sang Bumi Ruwa Jurai, Cagget Ageng dan lainnya.

(8)

pepatcur, pisaan, adi-adi, segata, sesikun, memmang, wawancan, hahiwang,dan wayak. Sifat-sifat orang Lampung juga diungkapkan dalam sebuah adi-adi (pantun):

Tandani hulun Lampung, wat piil-pusanggiri Mulia hina sehitung, wat malu rega diri

Juluk-adok ram pegung, nemui-nyimah muwari

Nengah-nyampur mak ngungkung, sakai-sambaian gawi.

Sifat yang tergambar dalam pantun di atas antara lain: piil-pusanggiri (malu melakukan pekerjaan hina menurut agama serta memiliki harga diri), juluk-adok

(mempunyai kepribadian sesuai dengan gelar adat yang disandangnya), nemui-nyimah

(saling mengunjungi untuk bersilaturahmi serta ramah menerima tamu), nengah-nyampur

(aktif dalam pergaulan bermasyarakat dan tidak individualistis), dan sakai-sambaian

(gotong-royong dan saling membantu dengan anggota masyarakat lainnya). Seni sastra dapat dijumpai di berbagai aspek budaya masyarakat Lampung. Misalnya, di upacara perkawinan, seperti petikan syair di bawah ini:

jak ipa niku kuya

jak pedom lungkop-lungkop badan mak rasa buya ngena kebayan sikop

Petikan tulisan ini adalah wayak, sebuah puisi lama dari khasanah sastra lisan Lampung dan dikenal di Pesisir Lampung. Wayak Jak Ipa Niku Kuya ini seperti terpatri dalam ingatan seorang anak Lampung karena sering dilafalkan saat mengiringi prosesi perkawinan adat Lampung. Isinya, sebuah sindirin bagi seseorang (diibaratkan kuya) yang pemalas, tetapi (seperti mimpi) tiba-tiba mendapatkan gadis cantik. Sindir-menyindir dalam bahasa yang penuh petatah-petitih, tradisi ini masih kuat dalam masyarakat tradisional Lampung di umbul-umbul (sejenis desa).

(9)

karena memang dalam tradisi warahan, terdapat unsur-unsur olah vokal dan sesekali pewarah menirukan gerak tokoh yang ia ceritakan, meskipun dalam bentuk yang sangat sederhana.

G. Sistem Keagamaan dan Adat Istiadat

Menurut salah satu teori asal-usul terbentuknya masyarakat Lampung, penduduk Lampung yang berasal dari Sekala Brak, di kaki Gunung Pesagi, Lampung Barat

disebut Tumi (Buay Tumi) menganut kepercayaan dinamis, yang dipengaruhi ajaran Hindu Bairawa.Buai Tumi kemudian kemudian dapat dipengaruhi empat orang Islam, ternyata memberikan warna dan pencitraan tersendiri dalam kaidah kelembagaan maupun kebudayaan. Faktor alamiah, yang membuat identifikasi awal misalnya pranata sosial masyarakat dengan mentalitas Islam, religiositas tradisi, kebajikan-kebajikan sosial, kecenderungan untuk hidup bersama, kehalusan budi, dan conformism merupakan ciri-ciri peradaban Islam yang melekat dalam adat Lampung. Aplikasi nilai-nilai agama juga ternyata berpengaruh menimbulkan transformasi manusia dan kebudayaan di Lampung.

Masyarakat Lampung mengenal berbagai tradisi atau upacara yang tidak trerlepas dari unsur keagamaan. Dalam masyarakat Lampung ada beberapa bagian siklus kehidupan seseorang yang dianggap penting sehingga perlu diadakan upacara-upacara adat yang bercampur dengan unsur agama Islam. Di antaranya adalah:

1. Upacara kuruk liman, disaat bayi dalam kandungan umur 7 bulan 2. Upacara saleh darah yaitu upacara kelahiran

3. Upacara mahan manik yaitu upacara turun tanah, bayi berumur 40 hari 4. Upacara khitanan bila bayi berumur 5 tahun

5. Upacara serah sepi bila anak berumur 17 tahun dan sebagainya

6. Juga upacara perkawinan, kematian dan upacara adat lainnya seperti cokok pepadun yaitu pelantikan pengimbang baru sebagai kepala adat.

(10)

Nuwou berasal dari bahasa Lampung yang berarti tempat ibadah seperti masjid, musholla, surau, Rang Ngaji atai Pok Ngajei. Persamaan kata Nuwou adalah Lamban, Lambahana yang berarti tempat tinggal. Sedangkan Sesat atau juga disebut Bantaian adalah bangunan tempat bermusyawarah dan penyimpanan bahan makanan.

Dengan demikian Nuwou Sesat dapat diartikan sebagai tempat berkumpul untuk bermusyawarah. Dalam perkembangan selanjutnya, Nuwou Sesat disebut juga Sesat Balai Agung, yang juga digunakan sebagai tempat pertemuan adat sekaligus tempat pelaksanaan upacara-upacara adat. Namun saat ini, lebih banyak digunakan sebagai tempat tinggal seperti pada umumnya.

1. Pondasi dan Tiang Penyangga

Pondasi rumah adalah umpak batu yang berbentuk persegi. Di setiap umpak batu ditaruh tihang duduk (tiang penyangga) yang berjumlah kurang lebih 35 tiang dan tihang induk (tiang utama) berjumlah 20 tiang.

2. Atap

Ujung bubungan atap Rumah Adat Lampung memusat ke titik tengah bagian paling atas yang terbuat dari kayu bulat (disebut dengan button). Di atas kayu bulat tersebut diletakkan satu kayu bulat lagi yang berlapis tembaga kemudian di atasnya ada 2 tingkat dari tembaga atau kuningan. Dan bagian paling atasnya diletakkan perhiasan dari batu sesuai selera pemilik rumah.

3. Lantai

Nuwou Sesat berlantaikan bamboo atau bisa disebut khesi atau papan yang berasal dari kayu klutum, bekhatteh dan belasa.

4. Dinding

Dindign rumah merupakan susunan papan-papan kayu yang dipasang berjajar di setiap rangka rumah dalam posisi berdiri.

5. Pintu dan jendela

Pintu berbentuk setangkup ganda berbentuk persegi panjang. Sedangkan jendela berbentuk sama namun dengan ukuran yang lebih pendek. Setiap jendela dilengkapi dengan teralis dari kayu. Terdapat 4 jendela pada bagian depan rumah, sedangkan bagian lainnya jumlah jendela tergantung dari panjangnya badan rumah.

(11)

1. Panggakh, yaitu loteng rumah yang digunakan sebagai tempatpenyimpanan barang-barang adat, senjata atau benda pusaka.

2. Lepau/Bekhanda, yaitu ruangan terbuka luas di depan rumah seperti serambi yang digunakan sebagai ruang tamu atau tempat Himpun (bermusyawarah adat).

3. Lapang Lom, yaitu ruang keluarga. Digunakan sebagai temapt berkumpulnya keluarga atau acara-acara adat seperti Himpun atau Bedua

4. Bilik kebik, merupakan kamar tidur utama untuk kepala keluarga 5. Tebelayakh, merupakankamar tidur kedua

6. Sekhudu, yaitu ruangan terletak di bagian belakang yang digunakan oleh ibu-ibu 7. Dapokh yaitu dapur yang terletak di bagian paling belakang rumah, terdiri dari

beberapa ruangan lagi, yaitu: gakhang atau tempat mencuci peralatan dapur dan bah lamban atau tempat penyimpanan hasil panen

I. Pakaian Adat

Pakaian adat Lampung adalah peninggalan budaya Lampung yang sangat khas dan memiliki nilai seni yang tinggi. Pakaian adat ini sering digunakan para pengantin sebagai simbol kebesaran budaya Lampung. Pakaian ini juga kadang digunakan dalam pertunjukan seni tari daerah Lampung, seperti tari sembah, tari bedana, dan lain sebagainya.

1. Pakaian Adat Laki-Laki

Pakaian adat laki-laki suku Lampung umumnya cukup sederhana, yakni berupa baju lengan panjang berwarna putih, celana panjang hitam, sarung tumpal, sesapuran dan khikat akhir. Sarung tumpal adalah kain sarung khas Lampung yang ditenun menggunakan benang emas. Sarung ini digunakan di luar celana, mulai lutut hingga pinggang. Setelah sarung, sesapuran atau sehelai kain putih dengan rumbai ringgit diikatkan di luar sarung, sementara khikat akhir atau selendang bujur sangkar dilingkarkan ke pundak menutupi bahu.

Baju adat pengantin laki-laki suku Lampung dilengkapi dengan beragam pernik perhiasan. Sedikitnya ada 8 perhiasan yang biasanya dikenakan oleh laki-laki, di antaranya kopiah emas beruji, perhiasan leher berupa kalung, perhiasan dada, perhiasan pinggang, dan perhiasan lengan. Berikut ini adalah penjelasan dari beberapa perhiasan tersebut:

(12)

adalah simbol kehidupan baru yang akan mereka arungi dan dilanjutkan secara turun temurun.

b. Kalung buah jukum adalah kalung dengan gantungan berupa rangkaian miniatur buah jukum sebagai perlambang doa agar mereka segera mendapatkan keturunan.

c. Selempeng pinang adalah kalung panjang berupa gantungan menyerupai buah atau bunga.

d. Ikat pinggang yang bernama bulu serti dilengkapi dengan sebuah terapang (keris) yang menjadi senjata tradisional khas Lampung.

e. Gelang burung adalah gelang pipih dengan aksesoris bentuk burung garuda terbang. Gelang yang dikenakan di lengan tangan kanan dan kiri ini melambangkan kehidupan panjang dan kekerabatan yang terjalin setelah menikah.

f. Gelang kano adalah gelang menyerupai bentuk ban. Gelang yang dikenakan pada lengan kiri dan kanan di bawah gelang burung ini melambangkan pembatasan atas semua perbuatan buruk setelah menikah.

g. Gelang bibit adalah gelang yang dikenakan di bawah gelang kano. Gelang ini melambangkan doa agar segera mendapatkan keturunan.

2. Pakaian Adat Wanita

Pakaian pengantin wanita adat Lampung tidak begitu berbeda dengan pakaian laki-lakinya. Sesapuran, khikat akhir, sarung rumpai (tapis) juga terdapat pada pakaian pengantin wanita ini. Akan tetapi, pada wanita terdapat perlengkapan-perlengkapan lain yang menambah nilai filosofis dan estetis di antaranya selappai, bebe, katu tapis dewa sano.

Selappai adalah baju tanpa lengan dengan tepi bagian bawah berhias rumbai ringgit, bebe adalah sulaman benang satin berbentuk bunga teratai yang mengambang, sedangkan katu tapis dewa sano adalah rumpai ringit dari kain tapis jung jarat.

(13)

peneken, selapai siger, subang, kembang rambut, serta berbagai perhiasan leher dan dada..

a. Siger

Siger adalah mahkota emas khas yang dikenakan di kepala pengantin wanita. Mahkota ini melambangkan keagungan adat budaya Lampung. Siger memiliki 9 ruji, menandakan bahwa ada 9 sungai besar yang terdapat di Lampung, yaitu Way Semangka, Way Sekampung, Way Seputih, Way Sunkai, Way Abung Pareng, Way Tulang Bawang, Way Kanan, dan Way Mesuji.

b. Seraja Bulan

Seraja bulan adalah mahkota kecil beruji 3 yang terletak di atas siger dengan jumlah sebanyak 5 buah. Aksesoris pakaian adat Lampung ini memiliki filosofi sebagai pengingat bahwa dahulu ada 5 kerajaan yang sempat berkuasa di Lampung, yaitu kerajaan ratu dibelalau, ratu dipuncak, ratu dipunggung, ratu dipemangilan, dan ratu darah putih. Selain itu, seraja bulan juga bisa melambangkan 5 falsafah hidup masyarakat adat Lampung, di antaranya piil pesengiri (rasa harga diri), nemui nyimah (terbuka tangan), nengah nyappur (hidup bermasyarakat), juluk adek (bernama bergelar), dan sakai sembayan (gotong royong)

c. Subang

Subang adalah perhiasan yang digantungkan di ujung daun telinga. Subang biasanya berbentuk menyerupai buah kenari dan terbuat dari bahan emas. Pada subang terdapat beberapa kawat kuning bulat lonjong yang berfungsi sebagai sangkuatan umbai-umbai.

d. Perhiasan Leher dan Dada

(14)

e. Perhiasan Pinggang dan Lengan

(15)

DAFTAR PUSTAKA

https://id.wikipedia.org/wiki/Suku_Lampung . Diakses pada tanggal 18 Februari 2017.

http://daisymuutz.blogspot.co.id/2012/12/pakaian-adat-tradisional-daerah-lampung.html

Diakses pada tanggal 18 Februari 2017.

http://adat-tradisional.blogspot.com/2016/05/pakaian-adat-lampung-gambar-dan.html

(16)
(17)

Peta wilayah Suku Lampung

(18)
(19)

Referensi

Dokumen terkait

sebagi berikut: Konstanta sebesar 6,982 menyatakan bahwa jika tidak ada peningkatan motivasi (X1) dan Disiplin Belajar (X2), maka hasil bela.jar tetap sebesar 6,982

si pihak madrasah dalam iap akhir tahun ajaran antara pihak madrasah, dilaporkan kepada t kelanjutanya. Dari emberikan pengarahan ah ustadz dipertahankan, lain, atau diganti

Untuk memberikan tinjauan yang lebih riil dan lebih fokus dalam pembahasannya maka penulis memberikan gambaran penerapan ESOP di salah satu perusahaan BUMN di Indonesia pada

Tujuan dari skripsi ini adalah merancang suatu perangkat lunak yang dapat membantu pihak petugas seleksi dalam menentukan siapa peserta didik yang layak atau tidak

Dengan adanya sistem penerapan Perancangan iLearning Raharja Ask and News (iRAN) Dalam Meningkatkan Sistem Informasi Pada Perguruan Tinggi ini diharapkan nantinya bagi calon

Berdasarkan Instruksi Gubernur KDKI Jakarta nomor 298 taun 1987 tentang pengendalian dan pengawasan kebersihan di DKI Jakarta serta Instruksi Gubernur KDKI Jakarta

Literasi sains adalah kemampuan untuk menggunakan ilmu pengetahuan mengidentifikasi masalah dan menarik kesimpulan berdasarkan bukti dan untuk memahami dan membuat

Jaringan syaraf adalah merupakan salah satu representasi buatan dari otak manusia yang selalu mencoba untuk mensimulasikan proses pembelajaran pada otak manusia