• Tidak ada hasil yang ditemukan

UNSUR UNSUR PENALARAN dengan prestasi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "UNSUR UNSUR PENALARAN dengan prestasi"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

UNSUR UNSUR PENALARAN

UNSUR UNSUR PENALARAN

A. Konsep dan Term

1. Pengertian Konsep

Rapar (1996:27) Konsep adalah sebuah kata yang berasal dari bahasa Latin “conceptus” (kata benda masculinum) yang dibentuk dari kata conceptum yang berasal dari kata kerja “concepio” yang berarti mengambil ke dalam dirinya, menerima, mencakup, menampung, menyerap, atau menangkap. Conceptum berarti mengambil, menyerap, membayangkan dalam pikiran, mengerti, dan menangkap. Conceptus berarti cerapan, bayangan dalam pikiran, pengertian, dan tangkapan. Konsep dalam logika sinonim dengan kata “idea” atau pengertian yaitu gambaran akal budi tentang suatu hal atau obyek tertentu. Pengungkapan konsep/ide/pengertian ini menjadi nyata disebut dengan kata Adapun kata, bisa dibedakan menjadi “kata kategorimatis” dan “kata sinkategorimatis” Kata kategorimatis adalah kata yang sepenuhnya mengungkapkan suatu pengertian yang berdiri sendiri tanpa bantuan kata lain.

Contoh: - nama diri (misal: rajin) - kata sifat (misal: berakal)

- istilah umum (misal: manusia)

Kata sinkategorimatis adalah kata yang tidak dapat mengungkapkan suatu pengertian berdiri sendiri jika tidak dibantu oleh kata lain

Contoh: - adalah - jika

- semua - maka

- dsb.

Mengenai pengertian ini sering ahli logika formal mengelompokkan sebagai berikut:

a. Kollektif dan distributif

(2)

Isi pengertian yang distributif dimaksudkan sebagai pengertian yang isinya menunjuk hal-hal secara tersendiri atau secara satu persatu. Misal: prajurit, orang, gelas, dan sebagainya

b. Kongkret dan abstrak

Isi pengertian yang kongkret dimaksudkan sebagai pengertian yang isinya memperlihatkan kenyataan sebagai subyek yang berdiri sendiri. Misalnya jika kita mengatakan: Ini kapur putih. Pengertian kapur putih menunjukkan kenyataan kapur dengan sifatnya (warnya) yang putih Isi pengertian yang abstrak dimaksudkan sebagai pengertian yang isinya memperlihatkan sifat tanpa memperlihatkan subyeknya. Misalnya secara kongkret dikatakan: Si Badu amat pintar, tetapi secara abstrak dapat dikatakan: kepintarannya amat sangat

Dalam Bahasa Indonesia pernyataan kata abstrak dengan menambahkan awalan “ke” dan akhiran “an”. Misalnya, ke-manusia-an, ke-benar-an, ke-baik-an, ke-tentara-an, dsb.

c. Menyindir dan terus terang

Isi pengertian yang menyindir dimaksudkan sebagai pengertian yang isinya menyatakan sesuatu dengan secara tidak langsung dan tidak terus-terang. Misalnya, dikatakan penjelasan yang saya berikan agaknya masih kabur bagi anda. Masih kabur jika dinyatakan sebagai pengertian yang isinya terus terang dapat dinyatakan “belum jelas”

Selain klasifikasi isi pengertian, juga dengan klasifikasi lingkungan pengertian, yaitu lingkungan kenyataan (realitas) yang ditunjuk oleh pengertian. Suatu pengertian dapat diklasifikasi dalam lingkungan pengerttian singuler dan pengertian yang partikuler.

Pengertian yang singular ialah pengertian yang menunjukkan hanya satu hal dan tidak dapat dipakai menunjukkan hal yang lainnya. Misalnya: Hasan, adik saya yang bungsu, bukan saya, dsb. Pengertian yang partikular ialah pengertian yang universal mencakup semua bagian dengan tidak ada satupun yang terkecuali. Misalnya: setiap orang, semua manusia, seluruh rakyat dsb.

2. Berbagai Macam Term

(3)

disebut term kompleks, misal: pesawat terbang, kepala sekolah, dsb. Rapar (1996:30) membedakan term atas lima jenis.

1) Term konkret (concrete term) 2) Term abstrak (abstract term) 3) Term tunggal (singular term) 4) Term kolektif (collective term), dan 5) Term umum (general term)

Sumaryono (1999:33) memerinci jenis term dari berbagai sudut tinjauan, sebagai berikut:

a. Jenis Term menurut Kuantitas Objeknya

1) Term singular, yaitu term yang hanya menyebut satu objek individu saja. Contoh: mahasiswa ini, Pak Mahmud si Penjual Bakso, dsb.

2) Term partikular, yaitu term yang menyebut sebagian dari sejumlah atau sekelompok objek. Contoh: Beberapa orang, tim bola basket SMU, dsb.

3) Term Universal, yaitu term yang menyebut kelompok objek tertentu sebagai sebuah konsep keseluruhan yang mencakup masing-masing individu objek sebagai anggota atau bagiannya. Contoh: manusia, dosen, mahasiswa dsb.

4) Term kolektif, yaitu term yang menggambarkan sekelompok objek atau koleksi objek sebagai sebuah unit. Contoh: keluarga, angkatan bersenjata, Himpunan mahasiswa Jurusan (HMJ). Term kolektif dapat bersifat singular (misalnya ABRI), partikular (misalnya beberapa anggota ABRI), serta universal (misalnya Angkatan Bersenjata).

b. Jenis Term menurut Asas Perlawanan Gagasan Dasarnya

1) Term Kontradiktoris, yaitu pasangan term di mana term yang satu mempertegas makna term yang lain melalui pengingkarannya. Di sini term yang satu mengingkari konotasi term yang lainnya. Contoh : hidup-mati, benar-salah.

2) Term kontraris, yaitu pasangan term yang menunjukkan sudut-sudut ekstrem diantara objek-objek yang tersusun dalam satu kelas tertentu. Contoh: panas- dingin (suhu), hitam-putih (warna) 3) Term relatif., yaitu pasangan term di mana yang satu tiedak mungkin dimengerti tanpa adanya yang lain sebagai lawannya. Konotasi term yang satu mengandai kan konotasi term yang lain sedbagai lawannya. Contoh: ibu-anak, guru-murid, suami-isteri.

(4)

1) Term univok, yaitu term yang hanaya menerangkan satu objek tertentu atau dalam arti yang persis sama. Contoh: rokok, pohon, rumah

2) Term ekuivok, yaitu term yang memungkinkan terbentuknya makna ganda , atau term-term yang mempunyai bunyi yang persis sama, tetapi arti yang terkandung di dalam masing-masing term berbeda satu sama lain.

Contoh:

tanah kosong di sekitar rumah

Halaman dapat berarti

lembar-lembar sebuah buku Demikian juga dengan kata genting, ruas, buku, dan sebagainya.

3) Term analog, yaitu term yang dapat menerapkan dua hal atau lebih dalam arti yang berbeda satu sama lain, namun kadang-kadang ada kesamaannya juga.

Contoh:

bagian tubuh (arti sebenarnya)

Kaki dapat berarti

bagian benda yang berfungsi seperti kaaki (analogi) Demikian juga dengan kata sehat, daun, sayap, dan sebagainya

d. Jenis Term menurut Kodrat Referent

1) Term konkret, yaitu term yang memiliki objek yang mudah diamati. Contoh: kacamata, ballpoint.

2) Term abstrak, yaitu term yang memiliki objek yang baru dapat dimengerti setelah melalui proses abstraksi.

Contoh: keadilan, kebenaran.

(5)

Contoh: unicorn, malaikat.

B. Pembagian dan Penggolongan

1. Pembagian

Pembagian, yaitu memecah belah atau menceraikan secara jelas berbeda ke bagian-bagian dari sesuatu keseluruhan. Keseluruhan pada umumnya dibedakan antara keseluruhan logis dan keseluruhan realis

Keseluruhan logis yaitu pemecahbelahan keseluruhan yang dapat menjadi predikat masing-masing bagiannya

Misal: Buah-buahan sebagai suatu keseluruhan.

Sedangkan mangga durian, pepaya sebagai bagiannya

Pembagian logis dibedakan atas: 1) pembagian universal dan 2) pembagian dikotomi. Pembagian universal, apabila suatu genus dibagi ke dalam semua spesiesnya atau term umum dibagi ke dalam term-term khusus yang menyusunnya.

Misal: makhluk dibagi atas – manusia, gorila, kerbau, kera, dsb.

Pembagian dikotomi, apabila pemecahannya hanya dibedakan menjadi dua golongan yang saling terpisah, yang satu merupakan term positif dan yang lain term negatif.

Misal: pembagian ilmu (eksakta dan non eksakta)

Pembagian dikotomi ini adalah keseluruhan realis disebut juga pembagian metafisik yaitu keseluruhan yang tidak dapat dijadikan predikat masing-masing bagiannya.

Misal: rumah sebagai suatu keseluruhan, dan kamar sebagai bagiannya

Keseluruhan realis dibedakan, yaitu 1) pembagian esensial dan 2) pembagian aksidental. Pembagian esensial (pembagian mutlak)

Misal: manusia dibagi atas - Jasmaniah dan rohaniah. Pembagian aksidental (pembagian berdasar sifat)

Misal: manusia dibagi atas warna kulit – kulit putih, kulit sawo matang, kulit hitam, dsb.

2. Penggolongan

(6)

dimulai dari suatu keseluruhan dan melalui proses yang logis bergerak menurun ke dalam unsur-unsur yang semakin lama semakin kecil sampai tercapainya unsur-unsur yang yang terendah. Sebaliknya yang bergerak ke arah yang berlawanan disebut penggolongan atau klasifikasi, yakni dari barang-barang, kejadian, fakta, atau proses alam kodrat individu yang beraneka coraknya, menuju ke arah keseluruhan yang sistematis dan bersifat umum sampai tercapainya genus yang tertinggi.

3. Jenis-jenis Penggolongan

Proses pembagian dapat menimbulkan berbagai jenis penggolongan atau klasifikasi, yang

dibedakan atas penggolongan kodrati, penggolongan buatan, dan penggolongan diagnostik. Ketiga jenis penggolongan ini diuraikan sebagai berikut.

a. Penggolongan kodrati. Penggolongan kodrati diharapkan ditentukan atas dasar susunan kodrat, sifat dan atribut yang dapat ditemukan dari bahan-bahan yang tengah diselidiki. Sebagai contoh

b. Penggolongan buatan. Penggolongan buatan ditentukan oleh sesuatu maksud yang praktis dari seseorang, seperti untuk mempermudah penanganannya dan untuk menghemat waktu serta tenaga. Dalam penggolongan buatan, sebagai contoh: perbuatan daftar pustaka yang disusun secara urutan abjad dalam suatu daftar pustaka atau katalog.

c. Penggolongan diagnostik. Penggolongan diagnostik disebut juga dengan klasifikasi perantara, yaitu gabungan kodrati dengan buatan. Sebagai contoh seorang petugas kepolisian menggolong-golongkan peristiwa-peristiwa kejahatan yang terjadi di daerah penugasannya hanya berdasarkan atas waktunya, tempatnya, orang-orang yang terlibat, dan sifat-sifat pelanggaran hukumnya, untuk dicatat dalam buku daftar kantor kepolisian setempat untuk dipergunakan di hari depan.

4. Hukum Pembagian dan penggolongan

Herbert L. Searles (Bakry, 2001:28) mengemukakan tiga hukum yang mengatur pembagian dan penggolongan, yaitu sebagai berikut:

a. Penggolongan harus hanya ada satu asas tertentu b. Penggolongan harus sampai tuntas dan jelas

c. Unsur-unsur sebagai bagian untuk menyusun konsep universal harus jelas terpisah satu dengan yang lain

C. Definisi

(7)

Definisi berasal dari kata Latin definire yang berarti menandai batas-batas pada sesuatu. Menentukan batas, memberi ketentuan atau batasan arti. Definisi sinonim dengan batasan pengertian atau penjelasan. Disebut batasan karena memberikan batas-batas arti dari istilah yang hendak dijelaskan Disebut penjelasan karena memberikan keterangan agar sesuatu istilah dapat menjadi jelas. Jadi definisi dapat diartikan sebagai batasan pengertian atau penjelasan dari sesuatu yang dimaksudkan sehingga menjadi jelas. Definisi terdiri atas dua bagian, yakni 1) bagian pangkal disebut “definiendum” yang berisi istilah yang harus diberi penjelasan, 2) bagian

pembatas disebut “definiens”.yang berisi uraian mengenai arti dari bagian pangkal. Contoh: “manusia adalah mahluk berakal” Dalam definisi tersebut, manusia adalah definiendum, makhluk berakal adalah definiens

2. Fungsi dan Tujuan definisi

Berdasar dari pengertian definisi, maka ada dua fungsi dari definisi, yaitu:

a. Memberi batas arti atau makna simbolik dari sesuatu konsep sehingga dapat diketahui maksudnya

b. Memberi definisi berarti memberi batasan/penjelasan sehingga term itu menjadi jelas, tidak terjadi salah paham, salah konsep, ataupun kerancuan makna (ambiguitas)

Sumaryono (1999:38) mengemukakan ada lima tujuan dalam penyusunan definisi, yaitu

memperkaya kosa kata membatasi ambiguitas, menghilangkan makna yang “kering”, memberikan penjelasan teoritis, dan mempengaruhi perilaku

3. Klasifikasi definisi

Rapat (1996: 23) membagi definisi menjadi dua bagian besar, yaitu: 1) definisi nominal, dan 2) definisi real. Definisi nominal (verbal), meliputi:

1.1 definisi nominal umum 1.2 definisi nominal khusus

Definisi real, ada dua kategori, yaitu: 2.1 definisi real esenssial, meliputi:

(8)

2.2 definisi real deskriptif, meliputi: 2.2.1 definisi real deskriptif kausal 2.2.2 definisi real deskriptif genetik, dan 2.2.3 definisi real deskriptif aksidental

Muhadjir, (1998) secara filsafat mengelompokkan dalam tiga besar, yaitu: definisi normalis, definisi realis, dan definisi praktis. Namun di dalam penjelasannya menambahkan menjadi empat dengan definisi paradikmatik. Dari empat definisi tersebut, dideskripsikan sebagai berikut:

a. Definisi Nominalis

Definisi nominalis merupakan penjelasan atas sesuatu istilah dengan menggunakan kata lain yang lebih dikenal. Definisi nominalis setidak-tidaknya dapat dibedakan menjadi dua, yaitu: definisi sinonim dan definisi etimologik. Pada definisi sinonim penjelasan diberikan dengan menggunakan persamaan kata atau memberikan penjelasan dengan kata yang dikenal. Contoh: harimau adalah binatang yang mirip kucing dan besar sekali. Definisi etimologik merupakan penjelasan dengan cara mengetengahkan asal mula istilahnya. Contoh: demokrasi dari asal kata demos yang artinya rakyat, dan kratos yang artinya kekuasaan.

b. Definisi Realis

Definisi realis memberikan penjelasan atau batasan berdasar isi yang terkandung dalam konsep yang didefinisikan. Menjelaskan isi dengan secara analitik, disebut definisi “analitik’. Jika

penjelasan isi lebih terurai menjadi bagian-bagian atau unsur-unsur, maka definisi analitik menjadi definisi “konotatif” Contoh: manusia adalah makhluk monodualis, memiliki jiwa dan raga yang menyatu. Apa bila penataan dalam jenis disertakan pula sifat khusunya, maka definisi menjadi definisi “aksidental”. Contoh: manusia adalah zoon politicon. Aksidental di sini bukan berarti kebetulan, melainkan spesifik, karena hendak menampilkan pemikiran tentang manusia dalam telaah ilmu politik. Antropologi ragawi akan menampilkan manusia sebagai phitecantrophos erectus, sejenis phitecantrophus yang tegak atau berdiri. Definisi yang mendeskripsikan sejumlah konsep dalam tata fikir sebab-akibat disebut definisi kausal. Contoh awan adalah uap air karena penyinaran air oleh matahari.

c. Definisi Praktis

Definisi praktis, yaitu tujuan praktis menjadi ciri khas penjelasannya. Dibedakan menjadi definisi fungsional, dan definisi operasional. Definisi fungsional mementingkan penjelasannya dari segi kegunaannya atau fungsinya. Contoh: meter adalah alat pengukur tentang panjang atau pendek suatu benda. Termometer adalah alat pengukur temperatur tubuh. Definisi operasional

(9)

pengumpulan data, misal:wanita karier adalah wanita yang menjalankan pekerjaan yang

memberi efek pada status sosial dan ekonomi pada yang bersangkutan. Mungkin pula bermakna: menunjukkan cara pengujiannya, misal: anak jenus adalah anak yang usia intelegensinya jauh di atas usia tahunnya, dan jauh di atas rata-rata anak cerdas.

d. Definisi Paradigmatis

Definisi paradigmatis, yaitu perkembangan tata pikir mutakhir yang lebih kompleks baik pada dataran teoritik, dataran moral kultural, moral transeden, dan juga munculnya tata fikir kompleks yang operasional pragmatik. Jaringan pemikiran yang kompleks melandasi penjabaran penjelasan suatu definisi. Bila dicarikan landasan filosofiknya, definisi paradigmatik tersebut termasuk definisi tipe liguistik (L) yang dapat menggunakan tata fikir konstruksionis ataupun dekonstruksionis.

5. Persyaratan Definisi

Persyaratan definisi secara umum dan sederhana ada lima, yaitu sebagai berikut:

a. Sebuah definisi (definiens) harus menyatakan ciri-ciri hakiki dari hal yang didefinisikan Contoh: - guru adalah orang yang mengajar peserta didik

b. Definiendum tidak boleh masukdalam definiens. Artinya yang didefinisikan tidak memuat secara langsung atau tidak langsung subyek yang didefinisikan.

Contoh: - alat tulis adalah alat yang digunakan untuk menulis c. Tidak terlalu luas dan tidak terlalu sempit pengertian nya Contoh: Meja – perabot rumah tangga (terlalu luas)

Kursi – barang yang sekaran saya duduki (terlalu sempit)

d. Tidak boleh dinyatakan secara negatif, jika dapat dinyatakan dengan kata-kata yang positif. Contoh: - tahu adalah bukan ketidaktahuan

- kebaikan adalah bukan pengetahuan jahat - dsb.

e. Tidak dinyatakan dalam bahasa yang kabur atau kiasan Contoh: - kekasih adalah belahan jiwa

- anak adalah buah cinta

(10)

- dsb.

Definisi yang baik – menyeluruh dan membatasi (jami’wa mani) Contoh: Manusi adalah “binatang” yang “berakal”.

binatang - genus.

berakal - differensia, pembeda utama antara manusia dengan mahluk lain

Jadi, definisi yang valid perlu batasan yang jelas antara objek-objek yang didefinisikan

5. 6. Teknik Penyusunan Definisi

Sumaryono, (1999:45) mengemukakan empat cara penyusunan definisi, yaitu definisi nominal, definisi konotatif, definisi denotatif, dan definisi deskriptif.

a. Definisi nominal

Definisi nominal adalah definisi yang semata-mata menjelaskan term tersebut. Definisi nominal biasanya dipergunakan pada saat engawali sxebuah diskusi dengan makssud untuk membentuk kesepakatan terminologi di antara para pembicara. Ada dua macam cara yang dapat dipergunakan untuk menyusun definisi nominal, yaitu definisi etimologi dan definisi biverbal.

1) Definisi etimologis ialah definisi melalui penelusuran terhadap asal kata atau term, kata-kata turunannya, sampai dengan akar kata-katanya.

Contoh: Kata Philadelphia berarti ‘cinta persaudaraan’, berasal dari bahasa Yunani philos ‘cinta’ dan delphos ‘saudara’

2) Definisi biverial ialah definisi yang didasarkan atas sinonim atau kata –kata lain yang lebih dikenal, misalnya melalui upaya mencarikan padan kata ataupun terjemahan

3) Contoh: piawai = ahli dan terampil Expert = pakar

b. Definisi konotatif

Definisi konotatif ialah definisi yang menjabarkan kualitas atau ciri-ciri hakiki yang secara umum pasti terdapat pada masing-masing individu hal/objek yang disebut dengan sebuah term.

(11)

Logika adalah ilmu pengetahuan dan keterampilan untuk berpikir lurus.

Hukum adalah perintah akal budi yang dimaksudkan untuk mewujudkan kesejahteraan umum, disusun dan diundangkan oleh seseorang atau mereka yang memiliki wewenang yuridiksi dan bertugas untuk membina masyarakat

c. Definisi denotatif

Definisi denotatif ialah definisi yang menerangkan makna sebuah term dengan cara menunjukkan contoh-contoh objek referennya. Definisi ini juga disebut definisi ostensif, definisi

dwemonstratifatau definisi dengan contoh

Contoh: Apa arti bull point? Jawaban diberikan dengan cara menunjukkan benda yang dimaksud

d. Definisi deskriptif

Definisi deskriptif ialah definisi yang menggunakan penjabaran sejumlah keterangan yang meliputi ciri-ciri hakiki maupun ciri-ciri yang tidak hakiki (ciri-ciri aksidental) yang terdapat pada objek referent. Ada dua macam teknik penyusunan definisi ini, yaitu

1) dengan menyebutkan semua ciri yang melekat pada objek referent; Contoh:

Manusia adalah animal rational, yaitu makhluk yang memiliki kemampuan untuk berbicara dan berpikir, serta memiliki perasaan dan emosi

2) dengan menyebutkan causa efficien dan causa finalis Contoh:

Lukisan adalah sebuah gambar yang diciptakan oleh seorang seniman lukis, (causa efficiens) Pesawat telepon adalah alat elektronik yang dipergunakan sebagai saranan untuk berbicara jarak jauh (causa finalis)

D. Proposisi

1. Pengertian Proposisi

(12)

dimaksud oleh sesuatu kalimat yang mempunyai nilai benar atau salah. Keterangan disini bukan kalimatnya tetapi isi dari kalimat yang bersangkutan.

Suatu proposisi mempunyai tiga bagian, yaitu: a. Subyek (S) – hal yang diterangkan b. Predikat (P) – hal yang menerangkan

c. Kopula (K) – hal yang menghubungkan subyek dengan predikat Contoh: Semua manusia adalah fana

- semua manusia (subyek) - fana (predikat)

- adalah (kopula)

Sifat kopula: sebagai pembenaran atau penginkaran hubungan subyek dengan predikat

2. Jenis-Jenis Proposisi

Proposisi dapat dibedakan atas berbagai jenis proposisi. Namun tidak semuanya dibicarakan di sini, hanya sebagian saja berdasarkan:

a. Berdasarkan bentuknya: tunggal dan majemuk

Jenis proposisi berdasarkan bentuknya dapat dibedakan: 1) proposisi tunggal dan 2) proposisi majemuk. Proposisi tunggal yaitu proposisi yang hanya mengandung satu pernyataan. Sedangkan proposisi majemuk biasa juga disebut dengan proposisi kompleks atau proposisi molekular. Proposisi majemuk adalah proposisi yang mengandung lebih dari satu pernyataan

Contoh:

- Semua manusia adalah fana (proposisi tunggal)

- Setiap orang dapat tertawa dan menangis (proposisi majemuk)

Dari contoh proposisi majemuk yaitu “setiap orang dapat tertawa dan menangis” terlihat bahwa proposisi itu terdiri atas dua proposisi, yaitu

- setiap orang dapat tertawa - setiap orang dapat menangis

(13)

Pembagian proposisi berdasarkan atas hubungan kategorik dan kondisional didasarkan atas sifat affirmasi, atas negasi yang terdapat dalam hubungan antara subjek dan predikat. Proposisi kategorik, sering juga disebut dengan proposisi subjek-predikat, yaitu proposisi yang terdiri atas subjek dan predikat. Dalam proposisi kategorik, predikat mengafirmasi atau menegasi subjek. Sedangkan proposisi kondisional adalah proposisi yang menyatakan suatu kondisi atau hubungan yang terdapat dalam hubungan antara subjek dan predikat berdasarkan atas sifat affirmasi atas negasi. Proposisi kategori adalah proposisi yang menyatakan secara langsung tentang cocok tidaknya hubungan yang ada di antara term subjek dan term predikat. Disebut kategoris sebab proposisi ini menyatakan sesuatu tentang sesuatu hal tanpa syarat. Proposisi kondisional adalah proposisi yang menyatakan suatu kondisi atau hubungan ketergantungan antara dua proposisi. Rumusan proposisi kondisional ini adalah: “Jika ..., maka ...”

Contoh:

- Sebagian manusia adalah bijaksana (proposisi kategori) - Jika hujan, maka tanah basah (proposisi kondisional)

c. Berdasarkan kualitas: affirmatif dan negatif

Propisisi yang didasarkan atas kualitasnya, dibagi atas dua jenis proposisi, yaitu proposisi affirmatif (affirmative proposition) dan proposisi negatif (negative proposition). Proposisi affirmatif adalah proposisi yang kopulanya membenarkan adanya persesuaian hubungan Subjek dengan Predikat. Sedangkan proposisi negatif adalah proposisi yang kopulanya menyatakan bahwa antara subjek dan predikat tidak ada hubungan sama sekali.

Contoh:

- Semua sarjana “adalah” lulusan perguruan tinggi (proposisi affirmatif) - Semua manusia “tidaklah” abadi (proposisi negatif)

d. Berdasarkan kuantitas: Universal dan Khusus

Proposisi yang didasarkan atas kuantitas, dapat dibedakan atas proposisi universal dan proposisi khusus . Pada proposisi universal, predikatnya membenarkan atau mengingkari seluruh subjek. Untuk menyatakan kuantitas dalam proposisi logika biasanya dipakai kata:

- semua, setiap, tiap, masing-masing, apapun juga (universal affirmatif) - tak ada seorangpun, tak satupun (universal negatif)

Contoh:

- Semua manusia adalah fana (universal affirmatif)

(14)

Proposisi khusus yaitu pernyataan bersifat khusus yang mengiyakan atau mengingkari adanya hubungan subjek dengan predikat

Contoh:

- sebagian sarjana hukum ahli politik (mengiayakan) - sebagian sarjana hukum bukan ahli politik (mengingkari)

e. Jenis proposisi lainnya: proposisi Hipotetis dan Modalitas

Proposisi hipotesis adalah proposisi yang menyatakan hubungan ketergantungan antara dua gagasan, baik dalam bentuk oposis maupun dalam bentuk kemiripan. Proposisi hipotesis adalah proposisi yang di dalamnya memuat afirmasi atau pun negasi yang bersifat kondisional

Sumaryono (1999:63) mengemukakan ada tiga macam jenis proposisi hipotetis, yaitu: proposisi kondisional (conditional proposition), proposisi disjungtif, (disjunctive proposition), dan proposisi konjungtif (conjunctif proposition). Proposisi kondisional sudah dikemukakan terdahulu, sehingga tidak lagi dideskripsikan berikut ini

Proposisi disjungtif adalah proposisi di mana subjek atau predikatnya terdiri atas bagian-bagian yang saling terkait. Proposisi disjungtif selalu menggunakan kata atau. Misalnya

Masing-masing bagian disjungsi disebut “alternatif”, sehingga disebut juga proposisi alternatif. Sebuah disjungtif disebut sempurna atau lengkap jika bagian-bagiannya berhubungan secara timbal balik dan eksklusif. Artinya, suatu alternatif menyisihkan yang lainnya, tidak mungkin kedua alternatif sama-asama benar atau sama-sama salah.

Contoh:

“Saya berjalan lambat atau cepat”; Hanya salah satu proposisi yang benar - Saya berjalan lambat

Atau

- Saya berjalan cepat

Proposisi konjungtif – proposisi yang memiliki dua predikat yang biasanya dihubungkan oleh kata “dan” yang tidak mungkin benar dalam waktu yang bersamaan jika dikenakan kepada subjek yang sama

Contoh:

“Papan tulis itu tidak mungkin hitam dan sekaligus putih” Jika yang pertama benar, maka yang kedua salah

(15)

atau

- papan tulis putih

Proposisi Modalitas adalah tingkat kepastian di mana predikat diteguhkan atau diingkari tentang subjek. Jadi, bila proposisi modalitas memiliki sebuah kopula kata kerja, proposisi-proposisi tersebut adalah spesies atau bentuk dari proposisi kategoris. Meskipun demikian proposisi modal itu berbeda dari proposisi kategoris yang sebenarnya.

Perlu kiranya diingat bahwa proposisi kategoris biasanya hanya menyatakan peneguhan atau pengingkaran predikat atau subjek. Proposisi modalitas tidak sekadar meneguhkan atau

mengingkari predikat atas subjek, melainkan juga menetapkan catra atau modus di mana predikat dinyatakan identik (pengertiannya) atau dipisahkan dengan subjek. Jadi, proposisi semacam ini tidak sekadar menyatakan bahwa predikat itu menjadi bagian dari subjek, melainkan juga menyatakan bagaimana predikat itu menjadi bagian (juga bagaimana dipisahkan) dari subjek. Ada empat modus yang penting, yaitu mutlak (necessary), tergantung (contingent), mungkin (possible), serta tidak mungkin (impossible).

1) Proposisi modalitas mutlak, yaitu proposisi di mana predikat tidak dapat berfungsi lain kecuali menjadi bagian dari subjek (hubungan mutlak)

Contoh :

Lingkungan itu bulat

2) Proposisi modalitas kontingen, adalah proposisi di mana predikatnya dapat berfungsi lain. Proposisi ini menyatakan bahwa predikat sebenarnya menjadi bagian dari subjek, namun

kenyataannya tidak seharusnya begitu. Dalam kondisi predikat menyatakan suatu kebenaran yang kontingen. Artinya, sesuatu dapat terjadi begini atau begitu, namun bukan merupakan sebuah keharusan.

Contoh:

Mahasiswa tidak boleh malas Semua burung dapat terbang

Jadi, proposisi hanya mengungkapkan fakta yang seharusnya terjadi. Proposisi ini diungkapkan karena ada mahasiswa yang malas dan ada burung yang tidak bisa terbang

3) Proposisi modalitas yang mungkin, adalah proposisi yang menyatakan aspek kemungkinan (posibilitas), yaitu kemungkinan sesuainya hubungan antara ssubjek dan predikat. Hubungan yang ada kelihatannya menunjukkan kesesuaian antara subjekdan predikat. Dalam hal ini, predikat seakan-akan menjadi bagian dari subjek, namun hal itu hanya merupakan sebuah kemungkinan saja.

Contoh:

Pasien itu dapat meninggal dunia sewaktu-waktu.

(16)

Pada posisi yang pertama tampak bahwa kematian dapat saja sewaktu-waktu datang pada pasien tersebut. Jadi proposisi itu mengumumkan tentang kemungkinan meninggalnya si pasien.

Demdikian juga dengan proposisi yang kedua.

4) Proposisi modalitas yang mustahil, menunjukkan bahwa predikat merupakan sesuatu yang mustahil bagi subjek. Isi pengertian predikat tidak dapat ditemukan dalam subjek, bahkan tidak mungkin ditemukan. Tidak mungkin ada hubungan antara subjekd dan predikat.

Contoh:

Engkau tidak mungkin terbang sendiri ke bulan,

Referensi

Dokumen terkait

THE CONSTRAINT OF DEVELOPING LOGICAL/MATHEMATICAL INTELLIGENT ON INTEGRATED LEARNING OF MULTIPLE INTELLIGENT WEBBED MODEL AT TKIT SALMAN AL FARISI (Exploration Study)..

Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 1961 tentang Pendaftaran Tanah yang?. menjadi dasar untuk mengatur lebih lanjut kegiatan

Dengan kata lain, pemilik sertifikat Berkaitan dengan sertifikat sebagai tanda bukti hak yang bersifat kuat,. sertifikat yang diterbitkan oleh Kantor Pertanahan

Tradisi yang dilakukan oleh masyarakat di desa penulis (desa Bakalan Kalinyamatan Jepara) dan juga di masyarakat Jawa pada umumnya dalam menghadapi peristiwa kematian, hampir

[r]

Al-Ghazali telah mengubah atau paling tidak telah berusaha merubah istilah-istilah yang sulit menjadi mudah bagi pemahaman orang awam.Melalui pendekatan sufistik, al-

[r]

- Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang.. Undang-Undang