Unsur-Unsur Penalaran
Penalaran merupakan konsep yang paling umum menunjuk pada salah satu proses pemikiran untuk sampai pada suatu kesimpulan sebagai pernyataan baru dari beberapa pernyataan lain yang telah diketahui. Pernyataan itu terdiri atas pengertian-pengertian sebagai unsurnya yang antara pengertian satu dengan yang lain ada batas-batas untuk menghindarkan kekaburan arti.
Dalam proses pemikiran ini perlu dipelajari terlebih dahulu unsur-unsur dari penalaran pada umumnya yang bertitik tolak pada materi yang dibicarakan. Unsur-unsur di sini bukan bagian-bagian yang menyusun suatu penalaran, tetapi segala sesuatu sebagai prinsip yang harus diketahui terlebih dahulu karena penalaran adalah suatu proses yang sifatnya dinamis tergantung pada pangkal pikirnya.
Menurut Noor Ms Bakry (1983), unsur-unsur penalaran yang dimaksudkan adalah tentang pengertian, karena pengertian ini merupakan dasar dari semua bentuk penalaran. Untuk mendapatkan pengertian sesuatu dengan baik, sering juga dibutuhkan suatu analisis dalam bentuk pemecahbelahan sesuatu pengertian umum ke pengertian yang menyusunnya, hal ini secara teknis disebut istilah pembagian. Selanjutnya diadakan pembatasan arti atau definisi.
A. Pengertian dan Term
Pengertian juga disebut konsep atau ide. Konsep adalah sebuah kata yang berasal dari bahasa latin conceptus (kata benda masculinum) yang dibentuk dari kata conceptum yang berasal dari kata kerja concipio. Kata concipio berarti mengambil ke dalam dirinya, menerima, mengisap, menampung, menyerap atau menangkap. Conceptum berarti mengambil, menyerap, membayangkan dalam pikiran, mengerti dan menangkap. Conceptus berarti cerapan, bayangan dalam pikiran, pengertian dan tangkapan.
Pengertian dalam logika diartikan hasil tangkapan akal manusia mengenai suatu objek. Pengertian ini kalau diungkapkan dalam bentuk kata atau simbol maka pengungkapan itu disebut term. Jadi, term itu bentuknya dan pengertian itu isinya. Term adalah pernyataan lahiriah dari pengertian. Term sebagai ungkapan pengertian jika terdiri atas satu kata dinamakan dengan istilah term sederhana. Misalnya manusia, hewan, kursi, meja, kera dan sebagainya. Kalau terdiri atas beberapa kata dinamakan term kompleks. Misalnya reaktor atom, kesenian daerah modern, pesawat terbang, kepala sekolah dan sebagainya.
atau, dan sebagainya (Noor Ms. Bakry, 1983). Dalam logika banyak dipakai istilah term. Term yang pasti punya pengertian, sedangkan kata ada yang punya pengertian dan juga bisa tidak punya pengertian jika tidak ditambah kata lain yang menyertainya.
1.Komprehensi (konotasi) dan Ekstensi (denotasi)
Istilah komprehensi bisa dinamakan isi. Ekstensi bisa dinamakan dengan keluasan atau cakupan. Setiap pengertian mempunyai isi dan cakupannya.
Komprehensi dirumuskan keseluruhan arti yang dimaksudkan olehg suatu term. Misalnya term demokrasi adalah suatu bentuk pemerintahan yang berdasarkan atas tuntutan dari rakyat dipertimbangkan oleh rakyat untuk kepentingan rakyat. Term manusia adalah hewan yang berakal budi dan sebagainya.
Ekstensi adalah keseluruhan hal yang ditunjuk oleh term. Misalnya term “manusia” dapat diterapkan pada bangsa Indonesia, bangsa Cina, bangsa Yahudi dan sebagainya yang dapat ditunjuk atau disebut oleh term manusia.
Antara isi dan cakupan term terdapat suatu hubungan yang berbalikan (dasar balik), artinya jika yang satu bertambah maka yang lain akan berkurang, demikian sebaliknya, jika yang satu berkurang maka yang lain akan bertambah (Vloemans, 1985). Dalam hal ini terdapat empat kemungkinan, yakni
1) Makin bertambah komprehensi makin berkurang ekstensi;
2) Makin berkurang komprehensi makin bertambah ekstensi;
3) Makin bertambah ekstensi makin berkurang komprehensi;
4) Makin berkurang ekstensi makin bertambah komprehensi.
Term Komprehensi Ekstensi
substansi substansi Benda-benda gas,
benda-benda mati, binatang
badani Substansi, berbadan Benda-benda mati,
tumbuh-tumbuhan
organisme Substansi, berbadan,
berkembang
Tumbuh-tumbuhan, binatang, manusia
hewan Substansi, berbadan,
berkembang, berindra
Binatang, manusia
manusia Substansi, berbadan,
berkembang, berindra dan berakal
2.Berbagai term
Mengenai term dibedakan menjadi empat kelompok.
1) Pembagian term menurut komprehensi
Pembagian ini dapat dibedakan antara lingkungan hakikat dan sifat yang masing-masing dibedakan antara yang konkret dan abstrak. Lingkungan hakikat, yaitu term yang mempunyai persamaan satuan dalam satu makna tanpa ada perbedaan tingkatan menurut hakikatnya (semuanya sama tanpa ada perbedaan tingkatan). Misalnya manusia, pengertian manusia ini baik yang berkulit putih maupun hitam sama dalam arti kemanusiaannya. Term dalam lingkungan hakikat ini ada dua macam:
a. Konkret, yaitu menunjuk ke “hal” nya suatu kenyataan atau apa saja yang berkualitas dan bereksistensi tertentu, misalnya manusia, kera dan sebagainya;
b. Abstrak, menyatakan kualitas yang terlepas dari eksistensi tertentu, misalnya kemanusiaan, kebenaran dan sebagainya.
Lingkungan sifat, yaitu term yang di dalam halnya itu ada perbedaan tingkat, misal berbadan, arti kata yang dikandung dalam term ini terdapat suatu perbedaan, kekuatan dan kelemahan. Term dalam lingkungan sifat ini ada dua macam :
a) Konkret, yaitu menunjuk pen-”sifatan”-nya suatu kenyataan atau apa saja yang berkualitas dan bereksistensi, misal berbadan, berindra atau sebagainya;
b) Abstrak, menyatakan pensifatan yang terlepas dari eksistensi tertentu, misal kerasionalan, kebijaksanaan dan sebagainya. (Noor Ms Bakry, 1983)
2) Pembagian term menurut ekstensi
Berdasarkan ekstensi (cakupan), term dapat dibedakan menjadi term yang bersifat umum disebut term umum dan term yang bersifat khusus disebut term khusus. Term umum, yaitu dapat mencakup hal-hal yang ditunjuk tiada terkecualinya. Term umum dibedakan antara dua macam :
a. Universal, sifat umuym yang berlaku di dalamnya tidak terbatas oleh ruang dan waktu, misal organisme, manusia, bangsa, mahasiswa dan sebagainya;
b. Kolektif, sifat umum yang berlaku di dalamnya menunjuk pada suatu kelompok tertentu sebagia kesatuan, misal rakyat Indonesia, bangsa Cina, mahasiswa UAI dan sebagainya.
Term khusus yaitu hanya menunjuk sebagian dari keseluruhan sekurang-kurangnya satu bagian atau satu hal. Term khusus juga dibedakan antara dua macam:
b) Singular, sifat khusus yang berlaku di dalamnya hanya menunjuk pada satu hal atau suatu himpunan yang hanya mempunyai satu anghota, misal Presiden RI yang pertama, nama diri dan sebagainya.
Dalam logika, untuk membedakan umum dan khusus hanya universal dan partikular. Kalau dihubungkan antara umum dan khusus atau umum dengan umum, sifatnya relatif. Artinya, term umum dapat juga menjadi khusus jika dihubungkan dengan term yang lebih luas. Misalnya bangsa Indonesia ini umum, kalau dihubungkan dengan manusia menjadi khusus. (Noor MS Bakry, 1983)
3) Pembagian term menurut predikabilia
Predikabilia yang dimaksudkan cara menerangkan sesuatu. Predikabilia ini ada lima macam. Dua di antaranya mengenai zat, yakni genus (jenis) dan spesies (golongan). Tiga diantaranya dan aksidens (sifat kebetulan). (Noor Ms Bakry, 1983)
a. Genus adalah himpunan sesuatu yang menunjukkan hakikat bersamaan bentuk maupun sifatnya sehingga dapat memisahkan dari golongan lain. Misalnya term manusia dan term hewan. Di sini manusia merupakan spesies dari genus hewan. Genus ilmu spesiesnya dapat berupa ekonomi, politikm hukum, kimia, matematika dan sebagainya.
b. Spesies adalah himpunan sesuatu yang menunjukkan hakikat bersamaan bentuk maupun sifatnya sehingga dapat memisahkan dari golongan lain. Denotasi spesies merupakan bagian dari denotasi genus. Misalnya term manusia dan term hewan. Di sini manusia merupakan spesies dari genus hewan. Genus ilmu spesiesnya dapat berupa ekonomi, politik, hewan, kimia, matematika dan sebagainya.
c. Diferensia adalah sifat pembeda yang menunjukan hakikat suatu golongan sehingga terwujud kelompok diri. Misalnya term manusia, diferensiasinya adalah berakal karena spesies seperti kerbau, kera, semut dan sebagainya tidak berakal. Term api diferensiasinya adalah panas. Term kursi, diferensiasinya digunakan untuk duduk.
d. Propium adalah sifat khusus sebagai predikat yang nicaya terlekat pada hakikat sesuatu diri sehingga dimiliki oleh seluruh anggota golongan. Sifat khusus ini merupakan kelanjutan dari sifat pembeda yang diluar hakikat tetapi selalu berhubungan. Misalnya berpolitik, berkehendak bebas, bersifat sosial, bisa belajar logika untuk term manusia, Beralas, punya kaki empat, untuk term kursi.
e. Aksidens adalah sifat kebetulan sebagai predikat yang tidak bertalian dengan hakikat diri sehingga tidak dimiliki oleh seluruh anggota golongan. Misalnya berambut panjang, berkulit putih, bergolongan darah O, gemuk untuk term manusia.
juga disebut esensia dan aksidensia maka yang masuk dalam esensia adalah genus, spesies dan diferensia karena ketiga hal itu menyatakan tentang hakikat sesuatu, sedangkan yang masuk dalam aksendensia adalah propium dan aksidens.
Contoh : “Jika manusia sebagai spesies, genusnya adalah mahluk, diferensiasinya berakal, propiumnya bisa belajar logika dan aksidennya di UAI Jakarta. Dengan demikian proposisinya “manusia adalah mahluk yang berakal yang bisa belajar logika di UAI Jakarta”, Jika kursi sebagai spesies, genusnya adalah perabot rumah tangga, diferensiasinya digunakan untuk duduk, propiumnya punya alas dan aksidennya berwarna hitam, maka proposisinya “kursi adalah perabot rumah tangga yang digunakan untuk duduk sehingga punya alas dan kebetulan berwarna hitam”.
4) Pembagian term menurut kategori
Aristoteles mengatakan bahwa segala sesuatu mengandung unsur-unsur kategoris. Menurut Aristoteles, ada 10 (sepuluh) kategori dalam satu term, yaitu sebagai berikut.
1.Substansi, yaitu suatu hal yang terlepas dari hal-hal lainnya. Misal kursi, meja, rumah, negara dan sebagainya
2.Kuantitas, yaitu suatu sifat yang menunjuk pada pengertian luas dan jumlah atau menunjuk pada banyak sedikitnya substansi. Misalnya besar, kecil, bundarm bulat dan sebagainya.
3.Kualitas, yaitu suatu sifat yang menunjuk pada pengertian atribut substansi. Misalnya bagus, baik, indah dan sebagainya.
4.Relasi, yaitu hubungan antara sesuatu hal dengan hal lain dan terjadinya hubungan itu karena ada sifat yang menghubungkannya. Misalnya majikan, bawahan, bagian, hamba dan sebagainya.