• Tidak ada hasil yang ditemukan

USULAN PENELITIAN I. JUDUL PENELITIAN HU

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "USULAN PENELITIAN I. JUDUL PENELITIAN HU"

Copied!
50
0
0

Teks penuh

(1)

USULAN PENELITIAN

I. JUDUL PENELITIAN

HUBUNGAN PENERAPAN SISTEM MODEL ASUHAN KEPERAWATAN

TIM DENGAN TINGKAT KEPUASAN PASIEN DI RUANG INTERNA

DAN BEDAH BADAN LAYANAN UMUM DAERAH RUMAH SAKIT

BENYAMIN GULUH KABUPATEN KOLAKA

II. RUANG LINGKUP PENELITIAN KEPERAWATAN MANAJEMEN

III. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Dinamisasi peradaban membuat permasalahan mengenai kesehatan yang

dihadapi oleh masyarakat akan semakin kompleks. Meningkatnya jumlah

penduduk dan tingginya prevalensi penyakit, akan meningkatkan pula

permintaan masyarakat terhadap pelayanan kesehatan. Hal ini mengakibatkan

kompetensi dan profesionalisme kerja sangat dibutuhkan dalam organisasi

pelayanan kesehatan.(Mangkunegara,2007)

Indonesia telah memasuki era baru, yaitu era reformasi yang ditandai

dengan perubahan-perubahan yang cepat disegala bidang, menuju keadaan

yang lebih baik. Di bidang kesehatan, tuntutan reformasi total muncul karena

masih adanya ketimpangan hasil pembangunan kesehatan antardaerah dan

(2)

derajat kesehatan masyarakat yang masih tertinggal dibandingkan dengan

negara tetangga. Reformasi dibidang kesehatan juga diperlukan karena adanya

lima fenomena utama yang mempunyai pengaruh besar terhadap keberhasilan

pembangunan kesehatan, yaitu perubahan pada dinamika kependudukan,

temuan substansial IPTEK kesehatan/kedokteran, tantangan global, perubahan

lingkungan, dan demokrasi di segala bidang.(Nursalam,2013)

Keperawatan Indonesia sampai saat ini masih berada dalam proses

mewujudkan keperawatan sebagai profesi, yaitu suatu proses yang berjangka

panjang, ditujukan untuk memenuhi tuntutan dan kebutuhan masyarakat

Indonesia. Menurut Agus Kuntoro (2010) Perubahan yang terjadi akan

mencakup seluruh aspek keperawatan yakni : 1) Penataan pendidikan tinggi keperawatan; 2) Pelayanan dan asuhan keperawatan; 3) Pembinaan dan kehidupan keprofesian;

4) Penataan lingkungan perkembangan keperawatan.

Sebagai profesi, keperawatan dituntut untuk memiliki kemampuan

intelektual, interpersonal kemampuan teknis, dan moral. Hal ini dapat

ditempuh dengan meningkatkan kualitas perawat melalui pendidikan lanjutan

pada program pendidikan Ners. Dengan demikian, diharapkan terjadi

perubahan yang mendasar dalam upaya aktif untuk menyuksesan program

pemerintah yang berwawasan luas tentang profesi keperawatan. Perubahan

tersebut dapat dicapai apabila pendidikan tinggi keperawatan tersebut

dilaksanakan dengan memperhatikan perkembangan pelayanan dan program

pembangunan kesehatan seiring dengan perkembangan IPTEK di bidang

(3)

Penilaian kinerja merupakan alat yang paling dapat dipercaya oleh

manajer perawat dalam mengontrol sumber daya manusia dan produktivitas

(Swanburg, 1987). Proses penilaian kinerja dapat digunakan secara efektif

dalam mengarahkan perilaku pegawai dalam rangka menghasilkan jasa

keperawatan dalam rangka menghasilkan jasa keperawatan dalam kualitas dan

volume yang tinggi. Manajer perawat dapat menggunakan proses operasional

kinerja untuk mengatur arah kerja dalam memilih, melatih, membimbing

perencanaan karier, serta memberi penghargaan kepada perawat yang

berkompeten.

Kinerja seseorang sangat dipengaruhi oleh motivasi dan kemampuan

dasar atau keterampilan yang dimiliki (Heider, 1958). Panji Anoraga (1998),

mengemukakan bahwa penurunan kinerja dipengaruhi oleh kejenuhan kerja.

Kejenuhan kerja dapat disebabkan oleh kegiatan yang kurang menarik,

monoton atau terulang-ulang dan situasi lingkungan kerja yang kurang

kondusif. Nursalam (1998), menyatakan bahwa faktor internal yang

menghambat perkembangan peran perawat secara profesional antara lain:

rendahnya rasa percaya diri perawat, kurangnya pemahaman dan sikap untuk

melaksanakan riset keperawatan, rendahnya standar gaji dan sangat minimnya

perawat yang menduduki pimpinan di institusi kesehatan. Di samping itu

faktor pendidikan, peralatan keperawatan dan lingkungan keperawatan sangat

mempengaruhi keberhasilan asuhan keperawatan yang dapat menunjang

(4)

sangat dipengaruhi oleh model kepemimpinan kepala ruangan.(

http://skripsi-qt.blogspot.com)

Badan Layanan Umum Daerah (BLUD) Rumah Sakit Benyamin Guluh

(RSBG) Kabupaten Kolaka merupakan salah satu Rumah sakit yang dimiliki

Pemerintah Kabupaten Kolaka Sulawesi Tenggara yang memberikan

pelayanan terhadap masyarakat luas dengan berbagai karakteristiknya, baik

peserta Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) dan jaminan kesehatan

daerah (JAMKESDA). Rumah Sakit Umum Daerah Kolaka menerapkan

Sistem Model Asuhan Keperawatan Tim disetiap ruangannya. Rumah Sakit

ini memiliki beberapa ruang perawatan meliputi ruang perawatan anak, ruang

perawatan interna, ruang perawatan bedah, ruang perawatan KIA, ruang

perawatan perinatologi, ruang perawatan ICU dan ruang perawatan VIP yang

ditunjang dengan 194 orang perawat, dengan tingkat pendidikan yaitu SPK,

D3 Keperawatan, Sarjana Keperawatan, dan Ners.(Profil RSBG Kolaka,2014) Sistem MAKP adalah suatu kerangka kerja yang mengidentifikasi empat

unsur yakni standar, proses keperawatan, pendidikan keperawatan, dan praktik

keperawatan. Definisi tersebut berdasarkan prinsip-prinsip nilai yang diyakini

dan akan membantu kualitas produksi/jasa layanan keperawatan, jika perawat

tidak memiliki nilai-nilai tersebut sebagai suatu pengambilan keputusan yang

independen, maka tujuan pelayanan kesehatan/keperawatan dalam memenuhi

kepuasan pasien tidak akan dapat terwujud. Keempat unsur yang telah

(5)

yang merupakan bahan pertimbangan karena merupakan suatu kesatuan yang

tidak dapat dipisahkan. (Agus kuntoro,2010)

Keberhasilan suatu asuhan keperawatan kepada pasien sangat ditentukan

oleh pemilihan metode pemberian asuhan keperawatan profesional. Dengan

semakin meningkatnya kebutuhan masyarakat akan pelayanan keperawatan

dan tuntutan perkembangan IPTEK, maka metode sistem pemberian asuhan

keperawatan harus efektif dan efisien.(Nursalam,2013)

Ada beberapa metode sistem pemberian asuhan keperawatan kepada

pasien. Mclaughin,dkk (1995), mengidentifikasi delapan model pemberian

asuhan keperawatan, tetapi model yang umum digunakan di rumah sakit

adalah asuhan keperawatan total, keperawatan tim dan keperawatan primer.

Dari beberapa metode yang ada, institusi pelayanan perlu mempertimbangkan

kesesuaian metode tersebut untuk diterapkan, tetapi setiap unit keperawatan

mempunyai upaya untuk menyeleksi model untuk mengelola asuhan

keperawatan berdasarkan kesesuaian antara ketenagaan, sarana dan prasarana,

dan kebijakan rumah sakit. Karena setiap perubahan akan berakibat suatu

strees maka perlunya adanya antisipasi terlebih dahulu.(Nursalam,2013) Berdasarkan survey kesehatan yang pernah dilakukan RSBG Kolaka

pada tahun 2010 diperoleh data bahwa tingkat kepuasan pasien terhadap

sarana/fasilitas rumah sakit sebesar 33% tidak puas, layanan medis 35% tidak

puas, layanan keperawatan 52% tidak puas dan layanan gizi 36% tidak puas.

(Sadli,2010)

Hasil survey di atas menunjukan bahwa persentase terbesar pasien yang

(6)

keperawatan 52%. Hal ini menjadi sangat penting untuk dicermati mengingat

bahwa pelayanan keperawatan merupakan ujung tombak pelayanan kesehatan

di rumah sakit dimana perawat merupakan profesi yang berinteraksi langsung

dengan pasien selama 24 jam.

Berdasarkan pernyataan dari perawat di RSBG Kolaka menyatakan

bahwa belum memahami dengan benar bagaimana mengimplementasikan

model asuhan keperawatan profesional yang efektif dan efisien sehingga

berpengaruh dengan kepuasan pasien yang dirawat di RSBG Kolaka.

Berdasarkan fenomena di atas maka upaya peningkatan layanan

keperawatan yang dapat memuaskan pasien perlu dilakukan melalui upaya

strategik yaitu pemberian asuhan keperawatan yang didasarkan pada

nilai-nilai profesional dengan mengimplementasikan Sistem Model Asuhan

Keperawatan (MAKP) di ruang interna dan ruang bedah Rumah Sakit

Benyamin Guluh Kolaka.

Berdasarkan uraian di atas mendorong peneliti untuk mengkaji lebih

jauh penerapan Sistem Model Asuhan Keperawatan Tim dengan tingkat

kepuasan pasien di ruang perawatan Interna dan ruang perawatan bedah

Rumah Sakit Benyamin Guluh Kolaka B. RUMUSAN MASALAH

Apakah terdapat hubungan penerapan sistem model asuhan keperawatan

tim dengan tingkat kepuasan pasien di ruang interna dan bedah Rumah Sakit

Benyamin Guluh Kolaka? C. TUJUAN PENELITIAN

(7)

Mengetahui bagaimana hubungan penerapan sistem model asuhan

keperawatan tim di ruang interna dan ruang bedah Rumah Sakit Benyamin

Guluh Kolaka. 2. Tujuan khusus

a. Mendeskripsikan hubungan penerapan Sistem Model Asuhan

Keperawatan Tim di ruang interna dan ruang bedah Rumah Sakit

Benyamin Guluh Kolaka.

b. Mendeskripsikan tingkat kepuasan pasien di ruang interna dan ruang

bedah Rumah Sakit Benyamin Guluh Kolaka.

c. Mendeskripsikan hubungan penerapan Sistem Model Asuhan

Keperawatan Tim dengan tingkat kepuasan pasien di ruang interna dan

ruang bedah Rumah Sakit Benyamin Guluh Kolaka. D. MANFAAT PENELITIAN

1. Bagi institusi

Sebagai penambah referensi yang dapat digunakan untuk penelitian

berikutnya, sebagai wacana ilmiah dan acuan untuk melaksanakan

penelitian-penelitian lebih lanjut khususnya penerapan sistem model

asuhan keperawatan tim dengan tingkat kepuasan pasien. 2. Bagi instansi RSBG Kolaka

Bagi pengelola keperawatan dapat digunakan sebagai informasi dan

bahan pertimbangan dalam membuat aturan atau kebijakan untuk

meningkatkan kinerja perawat. 3. Bagi profesi keperawatan

Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan sumbangan bagi

perkembangan ilmu keperawatan tentang mutu pelayanan keperawatan,

khususnya tentang penerapan sistem model asuhan keperawatan tim

(8)

Penelitian yang nantinya dilaksanankan dapat mengakomodasi

informasi dan masukan masyarakat tentang analisis penerapan model

asuhan keperawatan tim dengan tingkat kepuasan pasien di Rumah Sakit

Benyamin Guluh Kolaka.

5. Bagi peneliti

Penelitian ini untuk menerapkan teori, menambah wawasan,

meningkatkan pengetahuan dan pengalaman dalam penelitian dibidang

keperawatan.

IV. TINJAUAN PUSTAKA A. PELAYANAN KESEHATAN

Pelayanan kesehatan adalah setiap upaya yang dilakukan secara

sendiri-sendiri atau bersama-sama dalam suatu organisasi untuk memelihara

dan meningkatkan kesehatan, mencegah dan mengobati penyakit serta

memulihkan kesehatan yang ditujukan terhadap perorangan, kelompok dan

masyarakat. (Suarli,2009) 1. Rumah sakit

a. Pengertian rumah sakit

Rumah sakit merupakan tempat penyediaan layanan kesehatan

untuk masyarakat. Menurut Keputusan Menteri Republik Indonesia

Nomor 983.MENKES/SK/1992 mengenai pedoman rumah sakit

umum dinyatakan bahwa : “Rumah sakit umum adalah rumah sakit

yang memberikan pelayanan yang bersifat dasar, spesialistik,

pendidikan dan pelatihan tenaga kesehatan.”

Menurut WHO (World Health Organization) rumah sakit

(9)

pelayanan kesehatan lengkap kepada masyarakat baik kuratif maupun

rehabilitatif, dimana output layanannya menjangkau pelayanan

keluarga dan lingkungan, rumah sakit juga merupakan pusat pelatihan

tenaga kesehatan serta untuk penelitian biososial.

(http://kedaiobatcocc.wordpress.com)

Selain itu Muninjaya (2004) menyatakan bahwa rumah sakit

adalah sebagai salah satu subsistem pelayanan kesehatan

menyelenggarakan dua jenis pelayanan untuk masyarakat yaitu

pelayanan kesehatan dan pelayanan administrasi. Pelayanan kesehatan

mencakup pelayanan medik, pelayanan penunjang medik, rehabilitasi

medik, dan pelayanan keperawatan. Pelayanan tersebut dilaksanakan

melalui unit gawat darurat, unit rawat jalan dan unit rawat inap. b. Tugas dan fungsi rumah sakit

Menurut American Hospital Ascosiation yang dikutip Aditama

(1999) rumah sakit sebagai sebuah institusi yang mempunyai fungsi

utama memberikan pelayanan kepada pasien diagnostik dan terapeutik

untuk berbagai penyakit dan masalah kesehatan baik bedah maupun

non bedah, hanya saja pada fungsi ini lebih menekankan pada

pentingnya fungsi rumah sakit, yang terdiri dari 5 fungsi yaitu :

1) Memberikan pelayanan rawat inap dengan fasilitas diagnostik

dan terapeutik, memberikan pelayanan dasar, spesialistik

maupun subspesialistik, baik bedah maupun non bedah, juga

meliputi penyediaan layanan gizi, farmasi, laboratorium,

(10)

2) Rumah Sakit memberikan pelayanan rawat jalan;

3) Rumah Sakit memiliki tugas untuk melakukan pendidikan dan

pelatihan;

4) Rumah Sakit perlu melakukan penelitian di bidang kedokteran

dan kesehatan dan

5) Rumah Sakit mempunyai fungsi dan tanggung jawab untuk

program pencegahan penyakit dan penyuluhan kesehatan bagi

populasi disekitarnya. c. Rawat Inap

Selanjutnya Depkes RI (1997) menyatakan bahwa pelayanan

rawat inap adalah pelayanan kepada pasien untuk observasi,

perawatan, diagnostik, pengobatan, rehabilitasi medik dan atau

kesehatan lainnya dengan menempati tempat tidur.

Sementara itu loho dalam Panca Putra (1999) mengidentifikasi

kegiatan rawat inap meliputi pelayanan dokter, pelayanan perawatan,

pelayanan makanan, fasilitas perawatan dan lingkungan keperawatan.

Tenaga dokter dan perawat merupakan tenaga inti dalam jasa

pelayanan rawat inap di rumah sakit dimana kualitas tenaga dokter dan

perawat memberikan dampak langsung pada kualitas pelayanan rawat

inap dan citra rumah sakit.

Pelayanan rawat inap mempunyai dua aspek penting yang

berkaitan dengan kepuasan pasien yaitu manusia dan alat. Aspek alat

merupakan sarana dan prasarana yang diperlukan dalam pelayanan

kesehatan tersebut antara lain lingkungan fisik seperti bentuk

(11)

Aspek manusia merupakan tenaga yang melaksanakan pelayanan

rawat inap. Untuk dapat memuaskan pasien diperlukan petugas yang

dapat melaksanakan prosedur kerja dengan baik, ramah, sopan,

simpatik, penuh pengertian, luwes dan terampil.

Unit rawat inap merupakan revenue center rumah sakit

sehingga tingkat kepuasan pasien bisa dipakai sebagain salah satu

indikator mutu pelayanan. Kepuasan pasien merupakan hal yang

sangat subjektif selalu berubah dari waktu ke waktu dan berhubungan

erat dengan pelayanan yang diterimanya.(Asmuji,2012) 2. Pelayanan keperawatan

a. Perawat

Perawat adalah mereka yang memiliki kemampuan dan

kewenangan melakukan tindakan keperawatan berdasarkan ilmu yang

dimilkinya yang diperoleh melalui pendidikan keperawatan.(Potter &

Perry,2010)

b. Keperawatan

Keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan profesional yang

merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan dengan di

dasarkan pada ilmu dan kiat keperawatan, berbentuk pelayanan

bio-psiko- sosio- spritual yang komprehensif, ditujukan kepada individu,

keluarga atau masyarakat yang sehat maupun sakit yang mencakup

siklus hidup manusia. (Potter & Perry,2010)

Pelayanan keperawatan berupa bantuan yang diberikan karena

(12)

kurangnya kemajuan menuju kepada kemampuan melaksanakan

kegiatan sehari-hari secara mandiri.

Perhatian utama keperawatan adalah menyediakan pelayanan

keperawatan yang berkualitas tinggi dan terbaru. Pelayanan

keperawatan dilakukan dalam upaya meningkatkan derajat kesehatan,

mencegah penyakit, pemulihan, serta pemeliharaan kesehatan dengan

penekanan pada upaya pelayanan kesehatan utama untuk

memungkinkan setiap penduduk mencapai kemampuan hidup sehat

dan produktif yang dilakukan sesuai dengan wewenang,

tanggungjawab dan etika profesi keperawatan.(Potter & Perry 2010) c. Asuhan Keperawatan

Asuhan keperawatan merupakan suatu penerapan proses dalam

keperawatan adalah salah satu wujud tanggungjawab dan

tanggunggugat perawat terhadap klien. Pada akhirnya proses

keperawatan ini akan meningkatkan kualitas layanan keperawatan

kepada klien. (Potter & Perry,2010)

Proses keperawatan menurut Yura dan Wals (1983), adalah

suatu metode yang sistematis dan ilmiah yang digunakan perawat

dalam mencapai atau mempertahankan keadaan

bio-psiko-sosio-spritual yang optimal melalui tahap pengkajian, identifikasi diagnosis

keperawatan, penentuan rencana keperawatan, implementasi tindakan

keperawatan, serta evaluasi. Pendekatan proses keperawatan dapat

digunakan pada semua metode penugasan dalam keperawatan dengan

(13)

Proses keperawatan ini terdiri dari 5 tahap yaitu :

1) Tahap pengkajian keperawatan yaitu kegiatan pengumpulan,

pengelompokan, dan analisa data keperawatan untuk

merumuskan diagnosa keperawatan;

2) Tahap diagnosa keperawatan yaitu pernyataan yang

menjelaskan status atau masalah kesehatan aktual atau

potensial;

3) Tahap kegiatan perencanaan yaitu tahap menyusun rencana

tindakan keperawatan yang akan dilaksanakan untuk

menanggulangi masalah sesuai dengan yang didapatkan

pada diagnosa keperawatan;

4) Tahap tindakan keperawatan yaitu pelaksanaan sesuai

dengan rencana tindakan yang telah disusun untuk

memenuhi kebutuhan pasien;

5) Tahap evaluasi yaitu pengukuran keberhasilan asuhan

keperawatan. 3. Standar Asuhan Keperawatan

Undang-undang RI nomor 23 tahun 1992 tentang kesehatan dalam

pasal 53 ayat 2 mendefinisikan standar profesi sebagai pedoman yang

harus dipergunakan sebagai petunjuk dalam menjalankan profesi. Standar

asuhan keperawatan sebagai standar profesi keperawatan merupakan

pedoman dan sebagai tolak ukur mutu asuhan keperawatan profesional.

(Elfindri dkk, 2009)

Berdasarkan standar asuhan keperawatan (Depkes RI 1998) prasyarat

untuk meningkatkan mutu asuhan keperawatan antara lain : a) Pimpinan yang peduli dan mendukung;

(14)

c) Tenaga keperawatan disiapkan melalui upaya peningkatan

pengetahuan, sikap dan keterampilan dengan cara diadakan

program pendidikan dan pelatihan;

d) Sarana, perlengkapan dan lingkungan yang mendukung; serta e) Tersedianya dan diterapkannya Standar Asuhan keperawatan.

Ciri asuhan keperawatan yang bermutu yaitu : a) Memenuhi standar profesi yang ditetapkan;

b) Sumber daya untuk pelayanan asuhan keperawatan

dimanfaatkan secara wajar, efisien dan efektif;

c) Aman bagi pasien dan tenaga keperawatan sebagai pemberi

jasa pelayanan;

d) Memuaskan bagi pasien dan tenaga keperawatan;

e) Aspek sosial, ekonomi, budaya, agama, etika dan tata nilai

masyarakat diperhatikan dan dihormati.(Nursalam,2013) Menurut (Nursalam,2013) standar asuhan keperawatan terdiri dari

enam standar yaitu:

a. Standar Pengkajian Keperawatan

Asuhan keperawatan yang paripurna memerlukan data yang

lengkap dan dikumpulkan secara terus menerus tentang keadaan

pasien untuk menentukan kebutuhan asuhan keperawatan. Data

kesehatan harus bermanfaat untuk semua anggota tim. b. Standar Diagnosis Keperawatan

Diagnosis keperawatan dirumuskan berdasarkan data status

kesehatan pasien, dianalisis dan dibandingkan dengan norma fungsi

kehidupan pasien.

c. Standar Perencanaan Keperawatan

Perencanaan keperawatan disusun berdasarkan diagnosis

(15)

masalaha yang ada pasien, tujuan yang diharapkan dari asuhan

keperawatan serta berbgai rencana tindakan keperawatan yang akan

dilakukan.

d. Standar pelaksanaan keperawatan

Pelaksanaan rencana tindakan yang ditentukan dengan maksud

agar kebutuhan pasien terpenuhi secara maksimal yang mencakup

aspek peningkatan, pencegahan, pemeliharaan serta pemulihan

kesehatan dengan mengikutsertakan pasien dan keluarganya.

Pelaksanaan keperawatan berorientasi pada pemenuhan kebutuhan

keperawatan.

e. Standar evaluasi keperawatan

Dilakukan secara periodik, sistematis dan berencana untuk

menilai perkembangan pasien dan keberhasilan dari asuhan

keperawatan.

f. Standar catatan asuhan keperawatan

Catatan asuhan keperawatan dilakukan secara individual untuk

setiap pasien selama pasien dirawat. Catatan asuhan keperawatan

digunakan sebagai informasi, komunikasi, laporan serta

pertanggungjawaban. Carpenito dalam Nursalam (2001)

mengungkapkan bahwa dalam membuat dokumentasi harus

memperhatikan aspek keakuratan data, ringkas dan mudah dibaca. 4. Praktik Profesional

Seorang perawat dikatakan profesional jika memiliki ilmu

pengetahuan, keterampilan keperawatan profesional serta memiliki sikap

sesuai dengan kode etik profesi. Adapun yang dimaksud dengan

(16)

melakukan prosedur keperawatan tetapi mencakup keterampilan

interpersonal, keterampilan intelektual dan keterampilan teknikal.

(Tukimin,2009)

Sementara itu Lindberg, Hunter and Kruszewski, 1994; Leddy and

Pepper, 1995 dan Berger & Williams,1994 menyatakan keperawatan

sebagai profesi mempunyai karakteristik sebagai berikut :

a. Kelompok pengetahuan yang melandasi keterampilan untuk

menyelesaikan masalah dalam tatanan praktik keperawatan

Sebelumnya keterampilan dan praktik keperawatan sangat

dilandasi oleh pengetahuan yang bersigat intuitif sedangkan sekarang

keterampilan dan praktik keperawatan didasarkan pada kiat dan ilmu

keperawatan. Manusia/klien adalah penerima asuhan keperawatan dan

setiap manusia merupakan makhluk bio-psiko-sosio-spritual yang

berinteraksi dengan lingkungan.

b. Kemampuan memberikan pelayanan yang unik terhadap masyarakat Fungsi unik perawat adalah memberikan bantuan kepada

seseorang dalam melakukan kegiatan untuk menunjang kesehatan dan

penyembuhan serta membantu agar dapat hidup mandiri . keperawatan

sangat peduli terhadap kondisi manusia, kualitas kehidupan, kualitas

asuhan dan cost effecttiveness. Keperawatan juga menekankan kepada

bagaimana mendukung keterlibatan klien dalam melakukan self care

untuk hidup sehat yang menjadi fokus unik perawat.

c. Pendidikan yang memenuhi standar dan diselenggarakan di perguruan

(17)

Pendidikan bertujuan untuk mendapatkan keterampilan

intelektual, interpersonal dan tehnikal yang memungkinkan untuk

menjalankan peran dengan lebih terpadu dalam pelayanan kesehatan

yang lebih terpadu.

d. Pengendalian terhadap standar praktik

Standar adalah kriteria atau pernyataan tentang kualitas

praktik. Standar praktik keperawatan menekankan pada

tanggungjawab dan tanggunggugat perawat untuk memenuhi standar

yang telah ditetapkan yang bertujuan melindungi masyarakat maupun

perawat. Dengan demikian perawat tidak bekerja di bawah

pengawasan dan pengendalian profesi lain.

e. Bertanggungjawab dan bertanggunggugat terhadap tindakan yang

dilakukan

Tanggunggugat berarti bertanggungjawab terhadap pelayanan

yang diberikan. Tanggunggugat mengandung aspek terhadap

kelompok sejawat, atasan dan konsumer. Suatu badan keperawatan

dapat mencabut izin praktik bagi perawat yang tidak berkompeten atau

jika terjadi penyimpangan terhadap peraturan/perundangan yang

berlaku. Perawat juga bertanggunggugat terhadap sejawat yang

bekerjasama secara profesional dengannya. Konsep tanggunggugat

memiliki dua implikasi yaitu bertanggungjawab terhadap konsekuensi

dari tindakan yang dilakukan dan juga menerima tanggungjawab

(18)

Di negara yang telah maju seperti Amerika, perawat telah

diakui dengan fungsi mandirinya dan mempunyai kewangan penuh

untuk melakukan pelayanan/asuhan keperawatan. Meskipun dalam

pelaksanaannya tetap berkolaborasi dengan tenaga profesional yang

lain tetapi asuhan keperawatan yang dilakukan berorientasi kepada

kebutuhan klien bukan sebagai ekstensi dari intervensi kedokteran atau

profesi lain.

5. Sistem Model Asuhan Keperawatan

Keberhasilan suatu asuhan keperawatan kepada pasien sangat

ditentukan oleh pemilihan metode pemberian asuhan keperawatan

profesional. Dengan semakin meningkatnya kebutuhan masyarakat akan

pelayanan keperawatan dan tuntutan perkembangan iptek, maka metode

sistem pemberian asuhan keperawatan harus efektif dan efisien.

(Nursalam,2013)

Ada beberapa metode sistem pemberian asuhan keperawatan kepada

pasien. Mc Laughin,dkk, (1995) mengidentifikasi delapan model

pemberian asuhan keperawatan, tetapi model yang umum digunakan di

rumah sakit adalah asuhan keperawatan total, keperawatan tim, dan

keperawatan primer. Dari beberapa metode yang ada, institusi pelayanan

perlu mempertimbangkan kesesuaian metode tersebut untuk diterapkan. Tetapi, setiap unit keperawatan mempunyai upaya untuk menyeleksi

model untuk mengelolah asuhan keperawatan berdasarkan kesesuaian

antara ketenagaan, sarana dan prasarana, dan kebijakan rumah sakit.

(19)

adanya antisipasi, “jangan mengubah suatu sistem...justru menambah

permasalahan...’’ (Kurt Lewin,1951 dikutip oleh Marquis & Huston,1998). a. Dasar Pertimbangan Pemilihan Model Metode Asuhan Keperawatan

Terdapat enam unsur utama dalam pemilihan metode

pemberian asuhan keperawatan (Marquis & Huston,1998:143) yaitu : 1) Sesuai dengan visi dan misi institusi

Dasar utama penentuan model pemberian asuhan keperawatan

harus didasarkan pada visi dan misi rumah sakit.

2) Dapat diterapkannya proses keperawatan dalam asuhan keperawatan Proses keperawatan merupakan unsur penting dalam

kesinambungan asuhan keperawatan kepada pasien. Keberhasilan

dalam asuhan keperawatan sangat ditentukan oleh pendekatan proses

keperawatan.

3) Efisien dan efektif dalam penggunaan biaya

Setiap suatu perubahan, harus selalu mempertimbangkan biaya

dan efektivitas dalam kelanacaran pelaksanaannya. Bagaimanapun

baiknya suatu model, tanpa ditunjang oleh biaya yang memadai, maka

tidak akan didapat hasil yang sempurna.

4) Terpenuhinya kepuasan pasien, keluarga, dan masyarakat

Tujuan akhir asuhan keperawatan adalah kepuasan pelanggan

atau pasien terhadap asuhan yang diberikan oleh perawat. Oleh karena

itu, model yang baik adalah model asuhan keperawatan yang dapat

menunjang kepuasan pelanggan. 5) Kepuasan dan kinerja perawat

Kelancaran pelaksanaan suatu model sangat ditentukan oleh

motivasi dan kinerja perawat. Model yang dipilih harus dapat

meningkatkan kepuasan perawat, bukan justru menambah beban kerja

(20)

6) Terlaksananya komunikasi yang adekuat antara perawat dan tim

kesehatan lainnya

Komunikasi secara profesional sesuai dengan lingkup

tanggungjawab merupakan dasar pertimbangan penentuan model.

Model asuhan keperawatan diharapkan akan dapat meningkatkan

hubungan interpersonal yang baik antara perawat dan tenaga kesehatan

lainnya.(Nursalam,2013)

b. Jenis metode model asuhan keperawatan

Berikut ini adalah merupakan penjabaran secara rinci tentang

metode pemberian asuhan keperawatan profesional. Ada lima metode

pemberian asuhan keperawatan profesional yang sudah ada dan akan

terus dikembangkan dimasa depan dalam menghadapi tren pelayanan

keperawatan.(Nursalam,2013) 1) Fungsional

Metode fungsional dilaksanakan oleh perawat dalam

pengelolaan asuhan keperawatan sebagai pilihan utama pada saat

perang dunia kedua. Pada saat itu, karena masih terbatasnya

jumlah dan kemampuan perawat, maka setiap perawat hanya

melakukan satu atau dua jenis intervensi keperawatan saja

(misalnya, merawat luka) kepada semua pasien di bangsal.

Kepala Ruang

(21)

Figur 1.1 sistem pemberian asuhan keperawatan fungsional (Marquis & Huston, 1998:138) Kelebihan :

a. Manajemen klasik yang menekankan efisiensi, pembagian

tugas yang jelas dan pengawasan yang baik;

b. Sangat baik untuk rumah sakit yang kekurangan tenaga;

c. Perawat senior menyibukkan diri dengan tugas manajerial,

sedangkan perawat pasien diserahkan kepada perawat junior

dan/atau belum berpengalaman.

Kekurangan :

a. Tidak memberikan kepuasan kepada pasien maupun perawat;

b. Pelayanan keperawatan terpisah-pisah, tidak dapat menerapkan

proses keperawatan;

c. Persepsi perawat cenderung pada tindakan yang berkaitan

dengan keterampilan saja.

2) Model asuhan keperawatan Tim

Metode ini menggunakan Tim yang terdiri atas anggota yang

berbeda-beda dalam memberikan asuhan keprawatan terhadap

sekelompok pasien. Perawat ruangan dibagi menjadi 2-3 tim/grup

yang terdiri atas tenaga profesional, tehnikal, dan pembantu dalam

(22)

a. Memungkinkan pelayanan keperawatan yang menyeluruh; b. Mendukung pelaksanaan proses keperawatan;

c. Memungkinkan komunikasi antar tim, sehingga konflik mudah

diatasi dan memberi kepuasan kepada anggota tim.

Kelemahannya :

komunikasi antaranggota tim terbentuk terutama dalam bentuk

konferensi tim, yang biasanya membutuhkan waktu, yang sulit

untuk dilaksanakan pada waktu-waktu sibuk.

Konsep metode Tim :

a. Ketua tim sebagai perawat profesional harus mampu

menggunakan berbagai tehnik kepemimpinan;

b. Pentingnya komunikasi yang efektif agar kontinuitas rencana

keperawatan terjamin;

c. Anggota tim harus menghargai kepemimpinan ketua tim;

d. Peran kepala ruang penting dalam model tim, model tim akan

berhasil bila didukung oleh kepala ruang.

Tanggungjawab anggota Tim :

a. Memberikan asuhan keperawatan pada pasien dibawah

tanggungjawabnya;

b. Kerjasama antara anggota tim dan antartim;

(23)

Tanggung jawab ketua Tim :

a. Membuat perencanaan;

b. Membuat penugasan, supervisi, dan evaluasi;

c. Mengenal/mengetahui kondisi pasien dan dapat menilai tingkat

kebutuhan pasien;

d. Mengembangkan kemampuan anggota; e. Menyelenggarakan konferensi.

Tanggung jawab kepala ruang :

a. Perencanaan

1) Menunjuk ketua tim yang akan bertugas diruangan

masing-masing;

2) Mengikuti serah terima pasien pada sif sebelumnya;

3) Mengidentifikasi tingkat ketergantungan pasien: gawat,

transisi, dan persiapan pulang, bersama ketua tim;

4) Mengidentifikasi jumlah perawat yang dibutuhkan

berdasarkan aktivitas dan kebutuhan pasien bersama ketua

tim, mengatur penugasan/penjadwalan;

5) Merencanakan strategi pelaksanaan keperawatan;

6) Mengikuti kunjugan dokter untuk mengetahui kondisi,

patofisiologi, tindakan medis yang dilakukan, program

pengobatan, dan mendiskusikan dengan dokter tentang

tindakan yang akan dilakukan terhadap pasien;

7) Mengatur dan mengendalikan asuhan keperawatan,

termasuk kegiatan membimbing pelaksanaan asuhan

(24)

dan menilai asuhan keperawatan, mengadakan diskusi untuk

pemecahan masalah, serta memberikan informasi kepada

pasien atau keluarga yang baru masuk;

8) Membantu mengembangkan niat pendidikan dan latihan

diri;

9) Membantu membimbing peserta didik keperawatan;

10) Menjaga terwujudnya visi dan misi keperawatan dan rumah

sakit.

b. Pengorganisasian

1) Merumuskan metode penugasan yang digunakan; 2) Merumuskan tujuan metode penugasan;

3) Membuat rincian tugas ketua tim dan anggota tim secara

jelas;

4) Membuat rentang kendali, kepala ruangan membawahi 2

ketua tim, dan ketua tim membawahi 2-3 perawat;

5) Mengatur dan mengendalikan tenaga keperawatan: membuat

proses dinas, mengatur tenaga yang ada setiap hari, dan

lain-lain;

6) Mengatur dan mengendalikan logistik ruangan; 7) Mengatur dan mengendalikan situasi tempat praktik;

8) Mendelegasikan tugas, saat kepala ruang tidak berada di

tempat kepada ketua tim;

9) Memberi wewenang kepada tata usaha untuk mengurus

administrasi pasien;

(25)

11) Identifikasi masalah dan cara penanganannya. c. Pengarahan :

1) Memberi pengarahan tentang penugasan kepada ketua tim; 2) Memberikan pujian kepada anggota tim yang melaksanakan

tugas dengan baik;

3) Memberi motivasi dalam meningkatkan pengetahuan

keterampilan,dan sikap;

4) Menginformasikan hal-hal yang dianggap penting dan

berhubungan dengan askep pasien;

5) Melibatkan bawahan sejak awal hingga akhir kegiatan; 6) Membimbing bawahan yang mengalami kesulitan dalam

melaksanakan tugasnya;

7) Meningkatkan kolaborasi dengan anggota tim lain. d. Pengawasan :

1) Melalui komunikasi: mengawasi dan berkomunikasi

langsung dengan ketua tim maupun pelaksana mengenai

asuhan keperawatan yang diberikan kepada pasien. 2) Melalui supervisi

a) Pengawasan langsung dilakukan dengan cara

inspeksi, mengamati sendiri, atau melalui laporan

langsung secara lisan, dan memperbaiki/mengawasi

kelemahan-kelemahan yang ada pada saat itu juga; b) Pengawasan tidak langsung, yaitu mengecek daftar

hadir ketua tim; membaca dan memeriksa rencana

keperawatan serta catatan yang dibuat selama dan

sesudah proses keprawatan dilaksanakan

(pendokumentasian), mendengar laporan ketua tim

(26)

d) Mengevaluasi pelaksanaan dan membandingkan

dengan rencana keperawatan yang telah disusun

bersama ketua tim; e) Audit keperawatan.

Figur 1.2 sistem pemberian asuhan keperawatan “Team Nursing” (Marquis & Huston, 1998:138) 3) Model asuhan keperawatan primer

Metode penugasan dimana satu orang perawat bertanggung

jawab penuh selama 24 jam terhadap asuhan keperawatan pasien

mulai dari pasien masuk sampai keluar rumah sakit. Mendorong

praktik kemandirian perawat, ada kejelasan antara pembuat

rencana asuhan dan pelaksana.

Metode primer ini ditandai dengan adanya keterkaitan kuat dan

terus-menerus antara pasien dan perawat yang ditugaskan untuk

merencanakan, melakukan, dan koordinasi asuhan keperawatan

selama pasien dirawat.

26

PA1 PA2

PA1 PA2

Kepala ruang

Ketua tim Ketua tim Ketua tim

Anggota Anggota Anggota

Pasien/klien

Pasien/klien Pasien/klien

Tim medis Kepala ruang Sarana RS

(27)

Figur 1.3 Bagan pengembangan MAKP primer di ruang bedah mata kelas I dan 2 RSUD Dr.soetomo surabaya

Figur 1.4 bagan sistem asuhan keperawatan primer (Marquis & Huston, 1998:138)

Kelebihan :

a. Bersifat kontinuitas dan komprehensif;

b. Perawat primer mendapatkan akuntabilitas yang tinggi

terhadap hasil, dan memungkinkan pengembangan diri;

c. Keuntungan antara lain terhadap pasien, perawat, dokter,

dan rumah sakit (Gillies, 1989).

Keuntungan yang dirasakan adalah pasien merasa

dimanusiawikan karena terpenuhinya kebutuhan secara

individu. Selain itu, asuhan yang diberikan bermutu tinggi, dan

tercapainya pelayanan yang efektif terhadap pengobatan,

dukungan, proteksi, informasi, dan advokasi. Dokter juga

merasakan kepuasan dengan model primer karena senantiasa

mendapatkan informasi tentang kondisi pasien yang selalu

diperbaharui dan komprehensif. Pasien

Dokter Kepala ruang Sarana RS

perawat pelaksana evening

Perawat pelaksana night

Perawat pelaksana jika diperlukan days Perawat Primer

(28)

Kelemahannya adalah hanya dapat dilakukan oleh

perawat yang memiliki pengalaman dan pengetahuan yang

memadai dengan kriteria asertif, self direction, kemampuan

mengambil keputusan yang tepat, menguasai keperawatan

klinis, penuh pertimbangan, serta mampu berkolaborasi dengan

berbagai disiplin ilmu.

Konsep dasar primer:

a. Ada tanggung jawab dan tanggung gugat;

b. Ada otonomi;

c. Ketertiban pasien dan keluarga.

Tugas perawat primer

a. Mengkaji kebutuhan pasien secara komprehensif;

b. Membuat tujuan dan rencana keperawatan;

c. Melaksanakan rencana yang telah dibuat selama ia dinas;

d. Mengkomunikasikan dan mengoordinasikan pelayanan

yang diberikan oleh disiplin ilmu lain maupun perawat lain;

e. Mengevaluasi keberhasilan yang dicapai;

f. Menerima dan menyusun rencana;

g. Menyiapkan penyuluhan untuk pulang;

h. Melakukan rujukan kepada pekerja sosial, kontak dengan

lembaga sosial di masyarakat;

(29)

j. Mengadakan kunjungan rumah.

Peran kepala ruang/bangsal dalam metode primer :

a. Sebagai konsultan dan pengendalian mutu perawat primer;

b. Orientasi dan merencanakan karyawan baru;

c. Menyusun jadwal dinas dan memberi penugasan pada

perawat asisten;

d. Evaluasi kerja;

e. Merencanakan/menyelenggarakan pengembangan staf;

f. Membuat 1-2 pasien untuk model agar dapat mengenal

hambatan yang terjadi.

Ketenagaan metode primer :

a. Setiap perawat primer adalah perawat bed slide atau selalu

berada dekat dengan pasien

b. Beban kasus pasien 4-6 orang untuk satu perawat primer

c. Penugasan ditentukan oleh kepala bangsal

d. Perawat primer dibantu oleh perawat profesional lain

maupun non profesional sebagai perawat asisten.

4) Model asuhan keperawatan kasus

Setiap perawat ditugaskan untuk melayani seluruh kebutuhan

pasien saat ia dinas. Pasien akan dirawat oleh perawat yang

berbeda untuk setiap sif, dan tidak ada jaminan bahwa pasien akan

(30)

penugasan kasus biasanya diterapkan satu pasien satu perawat, dan

hal ini pada umumnya dilaksanakan untuk perawat privat/pribadi

dalam memberikan asuhan keperawatan khusus seperti kasus

isolasi dan intensive care.

Kelebihannya :

a. Perawat lebih memahami kasus per kasus

b. Sistem evaluasi dari manajerial menjadi lebih mudah.

Kekurangannya :

a. Belum dapatnya diidentifikasi perawat penanggung jawab

b. Perlu tenaga yang cukup banyak dan mempunyai kemampuan

dasar yang sama.

Figur 1.5 bagan sistem asuhan keperawatan “case method nursing” (Marquis & Huston, 1998:138)

5) Modifikasi : Model asuhan keperawatan Tim-Primer

Model MAKP tim dan primer digunakan secara kombinasi dari

kedua sistem. Menurut Ratna S.Sudarsono (2000) penetapan

sistem model MAKP ini didasarkan pada beberapa alasan :

Kepala ruang

Staf perawat Staf perawat Staf perawat

(31)

a. Keperawatan primer tidak digunakan secara murni, karena

perawat primer harus mempunyai latar belakang pendidikan

S-1 keperawatan atau setara.

b. Keperawatan tim tidak digunakan secara murni, karena

tanggung jawab asuhan keperawatan pasien terfragmentasi

pada berbagai tim.

c. Melalui kombinasi kedua model tersebut diharapkan komunitas

asuhan keperawatan dan akuntabilitas asuhan keperawatan

terhadap pada primer, karena saat ini perawat yang ada di RS

sebagian besar adalah lulusan D-3 Keperawatan, bimbingan

tentang asuhan keperawatan diberikan oleh perawat

primer/ketua tim.

(jadwal diatur pagi, sore, malam, dan libur/cuti) Kepala ruang

PP1 PP2 PP3 PP4

PA

PA

PA

PA

PA

PA

PA

PA

PA

PA

PA

PA

(32)

Figur 1.6 metode tim primer (modifikasi)

B. KEPUASAN PASIEN

Berdasarkan hasil penelitian Sri ani L (2001) bahwa harapan pasien

terhadap pelayanan keperawatan adalah harapan terhadap kenyamanan

pelayanan keperawatan, koordinasi perawat, daya tanggap perawat,

profesionalisme serta empati perawat.

Konsumen mengharapkan adanya kesiagaan sarana medis,

kelengkapan saranan non medis, desain dan pemeliharaan fisik serta

kenyamanan pasien dari segi kenyamanan keperawatan.

Tugas perawat adalah intervensi keperawatan dan sikap dalam

memberikan pelayanan keperawatan terdiri dari sikap tanggung jawab,

intervensi perawatan, dukungan psikologis, serta kegiatan monitoring

ketanggapan perawat diperlukan karena pasien sewaktu-waktu memerlukan

bantuan perawat. Penampilan, kemampuan perawat, otonomi profesi perawat

serta sikap proaktif diharapkan oleh pasien dari segi profesionalisme

pelayanan keperawatan. Seorang perawat diharapkan memiliki kemampuan

akademis, mental dan tindakan keperawatan. (Nursalam,2013) 1. Pengertian kepuasan

Kotler (2007), mendefinisikan bahwa kepuasan pasien adalah tingkat

perasaan seseorang setelah membandingkan kinerja (hasil) yang dia

rasakan dibanding dengan harapannya.

Kepuasan berkaitan dengan kesembuhan pasien dari sakit atau luka.

Hal ini lebih berkaitan dengan konsekuensi sifat pelayanan kesehatan itu

(33)

Kepuasan pasien dalam menilai mutu atau pelayanan yang baik, dan

merupakan pengukuran yang penting dan mendasar bagi mutu pelayanan.

Hal ini karena memberikan informasi terhadap suksesnya pemberi layanan

bermutu dengan nilai dan harapan pasien yang mempunyai wewenag

sendiri untuk menetapkan standar mutu pelayanan yang dikehendaki

(Margaretha,2011).

Nursalam (2013), menyebutkan kepuasan adalah perasaan seseorang

yang berasal dari perbandingan antara kesenangan terhadap aktivitas dan

suatu produk dengan harapannya.

Dari beberapa pendapat para ahli diatas penulis dapat menyimpulkan

bahwa pada dasarnya pengertian kepuasan pasien merupakan respon

emosional yang bersifat subjektif yang mencakup perbandingan antara

kinerja atau hasil yang dirasakan oleh pelanggan dan harapan.

Kepuasan pasien berhubungan dengan mutu pelayanan rumah sakit.

Dengan mengetahui tingkat kepuasan, manajemen rumah sakit dapat

melakukan peningkatan mutu pelayanan. Persentase pasien yang

menyatakan puas terhadap pelayanan berdasarkan hasil survei dengan

instrument yang baku (indikator kinerja Rumah Sakit, Depkes RI 2005:31) 2. Dimensi kepuasan pasien

Menurut (Azwar,1996) yang dikutip oleh Tukimin(2009) dimensi

kepuasan pasien yang dirasakan seseorang sangat bervariasi sekali, namun

secara umum dimensi dari kepuasan sebagaimana yang didefinisikan

diatas mencakup hal-hal berikut:

(34)

Pelayanan kesehatan dikatakan memenuhi kebutuhan pasien

apabila pelayanan yang diberikan mengikuti standar serta kode etik

yang disepakati dalam suatu profesi, atau dengan kata lain yaitu bila

suatu pelayanan kesehatan yang diberikan telah mengacu pada standar

yang telah ditetapkan oleh profesi yang berkompeten serta tidak

menyimpang dari kode etik yang berlaku bagi profesi tersebut.

Ukuran-ukuran yang digunakan untuk menilai pemikiran

seseorang terhadap kepuasan yang diperolehnya mencakup hubungan

petugas pasien (relationship), kenyamanan pelayanan (amenities),

kebebasan melakukan pilihan (choice), pengetahuan dan kompetensi

teknis (scientific knowledge and technical skill), efektivitas pelayanan

(effectivess), dan keamanan tindakan (safety).

b) Kepuasan yang mengacu pada penerapan semua persyaratan pelayanan

kesehatan

Persyaratan suatu pelayanan kesehatan dinyatakan sebagai

pelayanan yang bermutu dan dapat memberikan kepuasan pada

penerima jasa apabila pelaksanaan pelayanan yang diajukan atau

ditetapkan,yang didalamnya mencakup penilaian terhadap kepuasan

pasien mengenai ketersediaan pelayanan kesehatan (available),

kewajaran pelayanan kesehatan (appropriate), kesinambungan

pelayanan kesehatan (continue), penerimaan pelayanan kesehatan

(acceptable), ketercapaian pelayanan kesehatan (accessible),

(35)

kesehatan (efficient) dan mutu pelayanan kesehatan (quality). Untuk

menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang memenuhi semua

persyaratan pelayanan kesehatan tidak semudah yang diperkirakan,

sehingga untuk mengatasi hal ini diterapkan prinsip kepuasan yang

terkombinasi secara selektif dan efektif, dalam arti penerapan dimensi

kepuasan kelompok pertama dilakukan secara optimal, sedangkan

beberapa dimensi kelompok kedua dilakukan secara selektif yaitu

yang sesuai dengan kebutuhan serta kemampuan. 3. Pengukuran kepuasan pasien

Untuk mengetahui tingkat kepuasan yang dirasakan oleh pasien

maka perlu dilakukanya pengukuran. Lebih lanjut menurut Kotler (2000)

yang dikutip oleh Nursalam (2013) ada beberapa cara mengukur kepuasan

pelanggan yaitu :

1) Sistem keluhan dan saran

Organisasi yang berorientasi pada pelanggan memberikan

kesempatan yang luas kepada para pelanggannya untuk

menyampaikan keluhan dan saran. Misalnya dengan menyediakan

kotak saran, kartu komentar dan hubungan telepon langsung dengan

pelanggan.

2) Survei kepuasan pelanggan

Penelitian survey dapat melalui pos, telepon dan wawancara

langsung. Responden juga dapat diminta untuk mengurutkan berbagai

elemen penawaran berdasarkan derajat pentingnya setiap elemen dan

seberapa baik perusahaan dalam masing-masing elemen. Melalui

(36)

secara langsung dari pelanggan dan juga memberikan tanda positif

bahwa perusahaan menaruh perhatian terhadap pelanggannya. 3) Pembeli bayangan (ghost shopping)

Memperkejakan beberapa orang untuk berperan atau bersikap

sebagai pembeli potensial, sehingga dapat melakukan pengamatan

secara langsung.

4) Analisis kehilangan pelanggan

Menghubungi pelanggan yang berhenti membeli atau

menggunakan produk jasa layanan yang diberikan. Kesulitan ada

budaya rasa segan berterus terang, alamat yang kurang jelas atau jauh

serta membutuhkan biaya yang lebih banyak. 5) Survey kepuasan pelanggan

6) Menggunakan kuesioner melalui angket atau wawancara

Hal ini dapat dilakukan apabila pasien dirawat atau pada saat

pulang sehingga lebih praktis dilakukan, jika dilakukan pada saat

pasien masih dirawat daya ingat lebih baik.

Pengukuran kepuasan pasien dapat digunakan sebagai alat

untuk evaluasi kualitas pelayanan kesehatan, evaluasi terhadap

konsultasi intervensi dan hubungan antara prilaku sehat dan sakit,

membuat keputusan administrasi, evaluasi efek perubahan dari

organisasi pelayanan, administrasi staf dan fungsi pemasaran serta

formasi etik perofesional. (Nursalam,2013)

(37)

Menurut Supranto(2001) dan Nursalam(2013) model penilaian

komprehnsif bagi pelayanan dibidang jasa terbagi dalam 5 komponen

yaitu :

1) Tangible (kenyataan), misalnya penampilan fisik, peralatan materi

komunikasi yang menarik, dan lain-lain;

2) Empaty yaitu kesediaan karyawan dan pengusaha untuk memberikan

perhatian secara pribadi kepada konsumen;

3) Responsiviness (cepat tanggap) yaitu keinginan para karyawan

(petugas rumah sakit) dalam memberikan pelayanan pasien dengan

tanggap serta mendengar dan menanggapi keluhan dari pasien;

4) Reliability (kehandalan) yaitu kemampuan memberikan pelayanan

kesehatan sesuai dengan yang dijanjikan, terpercaya dan akurat dan

konsisten.

5) Assurance (kepastian) yaitu berupa jaminan yang mencakup

kemampuan petugas, kesopanan, sifat dapat dipercaya (kejujuran),

bebas dari bahaya, resiko atau keragu-raguan dalam bertindak.

5. Faktor-faktor kepuasan pasien

Wijono (1999) menyatakan bahwa kepuasan pasien dipengaruhi oleh

banyak faktor antara lain yang berhubungan dengan :

1) Pendekatan dan perilaku petugas, perawatan pasien terutama pada saat

pertama kali datang (kesan pada pelayanan pertama)

2) Mutu informasi yang diterima, seperti apa yang dikerjakan dan apa

yang dapat diharapkan

3) Prosedur perjanjian (menyangkut tindakan, ketepatan waktu, dan

kejelasan biaya). 4) Waktu tunggu

(38)

6) Fasilitas perhotelan untuk pasien seperti mutu makanan, privacy dan

pengaturan kunjungan baik oleh dokter, tenaga perawat, dan jam besuk 7) Outcome dan terapi yang diterima.

V. KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS A. Dasar Pemikiran Variabel Penelitian

1) Sistem Model asuhan keperawatan adalah model pelayanan untuk

memberikan asuhan kepada masyarakat secara optimal yang dapat

meningkatkan kualitas hidup masyarakat. (Somantri,2013)

2) Kepuasan pasien adalah perasaan seseorang yang berasal dari

perbandingan antara kesenangan terhadap aktivitas dan suatu

produk dengan harapannya. (Nursalam,2013)

3) Sistem Model asuhan keperawatan tim adalah metode yang

menggunakan tim yang terdiri atas anggota yang berbeda-beda

dalam membrikan asuhan keperawatan terhadap sekelompok

pasien.(Agus kuntoro,2010)

B. Hubungan Antar Variabel

Keterangan :

TINGKAT KEPUASAN PASIEN : 1. Puas

2. Cukup Puas 3. Kurang Puas Penerapan Sistem

(39)

\

C. Identifikasi Variabel 1) Variabel Independen

Variabel independen merupakan variabel yang mempengaruhi

variabel lain, artinya apabila variabel independen berubah maka

akan mengakibatkan perubahan variabel lain.(Agus riyanto,2010) Variabel independen yang diteliti oleh peneliti adalah

penerapan sistem model asuhan keperawatan tim di ruang bedah

dan ruang interna Rumah Sakit Benyamin Guluh Kolaka. 2) Variabel Dependen

Variabel dependen merupakan variabel yang dipengaruhi oleh

variabel lain, artinya variabel dependen berubah akibat perubahan

pada variabel independen.(Agus Riyanto,2010)

Variabel dependen yang diteliti oleh peneliti adalah tingkat

kepuasan pasien di ruang bedah dan ruang interna Rumah Sakit

Benyamin Guluh Kolaka.

D. Defenisi operasional dan kriteria objektif

1) Penerapan sistem model asuhan keperawatan tim merupakan

penerapan model asuhan keperawatan yang dibentuk dengan

menggunakan tim yang terdiri dari beberapa anggota untuk

memberikan asuhan keperawatan terhadap pasien.

: Variabel Dependen

(40)

Keriteria objektif

1. Baik : jika responden memperoleh skor 75-100%

2. Cukup : jika responden memperoleh skor 56-75%

3. Kurang : jika responden memperoleh skor <

56%

2) Kepuasan pasien adalah perasaan senang seseorang yang berasal

dari perbandingan antara kesenangannya terhadap suatu aktivitas

dengan kondisi yang diharapkannya.

Kriteria objektif

1. Puas : jika responden memperoleh skor 75-100%

2. Cukup puas : jika responden memperoleh skor 56-75%

3. Kurang puas : jika responden memperoleh skor <56%

E. Hipotesis penelitian

1. Hipotesis alternatif (Ha)

Hipotesis alternatif adalah hipotesis yang menyatakan adanya

perbedaan atau adanya hubungan antara variabel yang menjadi

interes bagi peneliti.(Sukardi,2011)

Ada hubungan tingkat kepuasan pasien terkait dengan

penerapan sistem model asuhan keperawatan tim di ruang inap

penyakit dalam dengan ruang bedah Rumah Sakit Benyamin

(41)

Hipotesis nol adalah hipotesis yang menyatakan tidak ada

perbedaan atau tidak ada hubungan antara variabel yang menjadi

interes bagi peneliti.(Sukardi,2011)

Tidak Ada hubungan tingkat kepuasan pasien terkait dengan

penerapan sistem model asuhan keperawatan tim di ruang inap

penyakit dalam dengan ruang bedah Rumah Sakit Benyamin

Guluh Kolaka.

VI. METODE PENELITIAN A. Jenis dan Metode Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif analitik dengan

menggunakan metode cross-sectional yang bertujuan untuk

mengetahui hubungan antara penerapan sistem model asuhan

keperawatan tim dengan tingkat kepuasan pasien di ruang bedah dan

ruang interna Rumah Sakit Benyamin Guluh Kolaka.

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

Tempat penelitian dilakukan di ruang bedah dan ruang interna

Rumah Sakit Benyamin Guluh Kolaka. Penelitian ini akan

dilaksanakan pada tanggal 10 Juni sampai dengan tanggal 26 Juli

2014.

C. Populasi dan Sampel

(42)

Populasi adalah merupakan seluruh subjek (manusia, binatang

percobaan, data laboratorium,dll) yang akan diteliti dan memenuhi

karakteristik yang ditentukan.(Agus Riyanto,2010)

Populasi dalam penelitian ini adalah semua perawat dan pasien

yang berada di ruang bedah dan interna RSBG Kolaka. Jumlah

populasi untuk perawat di ruang bedah 24 dan ruang interna 25 orang

perawat, sedangkan populasi untuk pasien di ruang bedah 20 dan ruang

interna 30 orang pasien.

2. Sampel

Sampel merupakan sebagian dari populasi yang diharapkan

dapat mewakili atau representatif. Sampel sebaiknya memenuhi

kriteria yang dikehendaki, sampel yang dikehendaki merupakan bagian

dari populasi target yang akan diteliti secara langsung, kelompok ini

meliputi subjek yang akan diteliti secara langsung, kelompok ini

meliputi subjek yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi.(Agus

Riyanto,2010)

a. Besar sampel

Teknik penentuan besar samper yang digunakan dalam

(43)

d ¿ ¿ 1+N¿ n=N

¿

Keterangan :

n = besar sampel

N = besar populasi

d = tingkat signifikasi (0,05)

berdasarkan perhitungan diatas, peneliti mengambil sampel

perawat yang bertugas di ruang interna berjumlah 24 dan ruang

bedah 23 orang perawat sedangkan untuk sampel pasien di

ruang interna berjumlah 28 dan ruang bedah 19 orang pasien.

b. Sampling

Tehnik pengambilan sampel pada penelitian ini adalah

purposive sampling yaitu merupakan tehnik pengambilan

sampel berdasarkan pertimbangan tertentu yang telah dibuat

oleh peneliti, berdasarkan ciri atau sifat-sifat populasi yang

sudah diketahui sebelumnya. (Agus Riyanto,2010)

(44)

Tehnik penentuan sampel dalam penelitian ini

menggunakan purposive sampling, yakni penentuan sampel

berdasarkan kriteria berikut :

1) Kriteria inklusi

Kriteria inklusi adalah karakteristik umum subjek

penelitian pada popolasi target dan sumber.(Agus

Riyanto,2010)

Adapun kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah :

a) Semua Perawat di ruang bedah dan ruang interna RSBG

Kolaka yang bersedia menjadi responden.

b) Semua Pasien di ruang bedah dan ruang interna RSBG

Kolaka yang bersedia menjadi responden.

2) Kriteria eksklusi

Kriteria eksklusi adalah kriteria dari subjek penelitian yang

tidak boleh ada, dan jika subjek mempunyai kriteria eksklusi maka

subjek akan dikeluarkan dari penelitian.(Agus Riyanto,2010)

Adapun kriteria eksklusi dalam penelitian ini adalah :

a) Perawat yang tidak bersedia menjadi responden

b) Pasien yang tidak bersedia menjadi responden

c) Responden yang membatalkan pengisian data

d) Responden yang dalam keadaan kritis

(45)

Prosedur pengumpulan data dalam penelitian ini adalah

menggunakan data primer dan data sekunder. a) Data primer

Merupakan data yang diperoleh langsung dari responden

dengan menggunakan lembar kuesioner sebagai instrumen. b) Data sekunder

Merupakan data yang diperoleh melalui dokumentasi dan

laporan/profil Rumah Sakit Benyamin Guluh Kolaka serta

data-data penunjang lainnya.

Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan

kuesioner yang dibuat oleh peneliti dengan mengacu pada konsep

teori. Variabel penerapan sistem model asuhan keperawatan tim diukur

melalui pertanyaan tertutup sebanyak 31 item dengan pengukuran

skala guttman berdasarkan jawaban “Ya” diberi skor 1 dan jawaban

“Tidak” diberi skor 2. Penilaian penerapan model asuhan keperawatan

tim dinilai berdasarkan kriteria baik, cukup dan kurang. Dikatakan

penerapan model asuhan keperawatan tim baik jika nilai jawaban

responden 75%-100% dan penerapan model asuhan keperawatan tim

cukup jika nilai jawaban responden 56%-75% serta penerapan model

asuhan keperawatan tim kurang jika nilai jawaban responden <56%. Sedangkan variabel tingkat kepuasan pasien diukur melalui

pertanyaan tertutup sebanyak 25 item dengan pengukuran skala likert

berdasarkan jawaban, “Puas” diberi skor 1, jawaban “Cukup Puas”

diberi skor 2 dan jawaban “Tidak Puas” diberi skor 3. Penilaian tingkat

(46)

Dikatakan puas jika nilai jawaban responden 75%-100%, dikatakan

cukup puas jika nilai jawaban responden 56%-75%, dan dikatakan

tidak puas jika nilai jawaban responden <56%.

Sebelum pengumpulan data, demi kesempurnaan instrumen

dan untuk menghindari kesalahan, maka terlebih dahulu dilakukan uji

coba kuesioner terhadap sampel yang serupa dengan responden. Jika

ada pertanyaan yang kurang dimengerti responden, maka pertanyaan

tersebut akan diubah atau dihilangkan sehingga pertanyaan dalam

kuesioner benar-benar akurat. E. Langkah Pengolahan Data

1) Prosedur pengolahan data d. Validasi

Validasi merupakan ketepatan atau kecermatan

pengukuran, valid artinya alat tersebut mengukur apa yang

ingin diukur. Pada penelitian ini peneliti akan mengukur

penerapan model asuhan keperawatan tim dan mengukur

tingkat kepuasan pasien, dengan menggunakan kuesioner yang

hasilnya akan diolah dengan menggunakan program SPSS 20. e. Editing

Merupakan kegiatan untuk melakukan pengecekan isian

kuesioner apakah jawaban yang ada di kuesioner sudah

lengkap, jelas, relevan, dan konsisten. f. Coding

Merupakan suatu proses penyusunan data mentah

(47)

yang mudah dibaca oleh mesin pengolah data (SPSS 20) di

komputer.

Pada tahapan ini dilakukan pemberian kode pada

jawaban pertanyaan dalam kuesioner. Kegunaan koding adalah

untuk mempermudah pada saat analisis data dan juga

mempercepat pada saat memasukan data.

1. Instrumen penerapan model asuhan keperawatan tim Jika jawaban ya : kode “1”

Jika jawaban tidak : kode “2” 2. Instrumen tingkat kepuasan pasien

Jika jawaban puas : kode “1” Jika jawaban cukup puas : kode “2” Jika jawaban tidak puas : kode “3” g. Entering

Merupakan proses pemindahan data yang telah diubah

ke dalam kode angka ke dalam SPSS 20 (Komputer). h. Processing

Setelah semua kuesioner terisi penuh dengan benar,

serta sudah melewati pengkodean, maka langkah selanjutnya

adalah memproses data agar data yang sudah dimasukan dapat

dianalisis. Pengolahan data dilakukan dengan cara memasukan

data dari kuesioner ke program SPSS 20 di komputer. i. Cleaning

Cleaning (pembersihan data) merupakan proses

pengecekan untuk memastikan bahwa seluruh data yang telah

dimasukan ke komputer sudah sesuai dengan informasi yang

sebenarnya. 2) Analisis Data

Setelah data data dikumpulkan dari responden,

(48)

data akan dianalisis melalui persentase dengan cara sebagai

berikut :

a) Analisis univariat

Analisis univariat dilakukan terhadap setiap variabel

dari hasil penelitian. Analisis ini akan menghasilkan distribusi

dan persentase dari tiap variabel yang diteliti. b) Analisis bivariat

Dilakukan terhadap tiap-tiap variabel independen dan

variabel dependen dengan menggunakan uji chi-square dengan

batasan kemaknaan p < 0,05 yang berarti ada hubungan antara

dua variabel yang diukur, maka H0 ditolak, apabila p ≥ 0,05

maka H0 diterima yang berarti tidak ada hubungan yang

bermakna antara dua variabel yang diukur. F. Etika Penelitian

Sebelum melakukan penelitian, peneliti mengajukan

permohonan izin kepada Ketua Stikes Nani Hasanuddin

Makassar. Setelah mendapatkan persetujuan peneliti mulai

melakukan penilitian dengan memerhatikan masalah etika yang

meliputi :

1. Lembar persetujuan menjadi responden (Informed consent)

Sebelum lembar persetujuan diberikan kepada subjek

penelitian, peneliti menjelaskan maksud dan tujuan penelitian yang

akan dilakukan serta dampak yang mungkin terjadi selama dan

(49)

persetujuan diberikan kepada subjek penelitian. Jika subjek

penelitian bersedia diteliti maka mereka harus menandatangani

lembar persetujuan, namun jika subjek penelitian menolak untuk

diteliti, maka peneliti tidak akan memaksa dan tetap menghormati

haknya.

2. Anonymity (Tanpa nama)

Untuk menjaga kerahasiaan subjek penelitian, peneliti tidak

mencamtumkan namanya pada lembar pengumpulan data, cukup

dengan memberikan nomor kode pada masing-masing lembar

tersebut.

3. Confidentiality (Kerahasiaan)

Kerahasiaan semua informasi yang diperoleh dari subjek

penelitian dijamin oleh peneliti.

VII. PENELITIAN DAN JADWAL PENELITIAN

A. Personalia Penelitian

Pembimbing I : Ns. Abdul Kadir Ahmad, S.Kep,M.Hum

Pembimbing II : Ns. Herman.S.Kep

Penguji : Ns. Misbahuddin Alif.S.Kep

Mahasiswa : Hardy Satrianto

B. Jadwal Penelitian

(50)

O KEGIATAN April Mei Juni Juli 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

1 Penyusunan

proposal

2 Seminar

proposal 3 Pengumpula

n data 4 Pengolahan

data

5 Seminar hasil

6 Perbaikan

Referensi

Dokumen terkait

Kebutuhan akan produk alat mobilitas luar ruangan bagi pengguna disability dan orang lanjut usia sangatlah sulit untuk didapat sedangkan jumlah dari penyandang cacat

NV location index route index rotation index position index number of route number of ritation in route r number of positions in the ritation r, x location in route r, rotation,

Aksen, ornamen islam/Islamic Village kurang terlihat sudah terselessaikan dengan Melalui desain perancangan tempat penyimpanan tas ini yang memiliki konsep logo

Tidak terjadi fertilisasi maka sel ovum akan mengalami MENSTRUASI yaitu luruhnya sel ovum matang yang tidak dibuahi bersamaan dengan dinding endometrium yang robek..

Secara spesi fi k objek penelitian penulis adalah berkenaan dengan sistem pelacakan penggunaan software berlisensi yang dipakai PT Pupuk Kujang serta Help Desk System dalam

Pelan tindakan yang dicadangkan ini diharapkan dapat dijadikan sebagai panduan kepada pengurus atau pemilik ladang kelapa sawit dalam usaha meningkatkan penerimagunaan teknovasi

Dalam KHUPerdata Pasal 863 KUHPerdata tidak ada hak yang diberikan bagi anak diluar kawin.Sementara menurut Kompilasi Hukum Islam, bahwa anak yang lahir diluar perkawinan

Struktur RG -aljabar mempunyai keterkaitan dengan struktur aljabar lai, seperti K -aljabar, BCI -aljabar, BCI -aljabar Medial dan grup.Pembahasan tentang K -aljabar