• Tidak ada hasil yang ditemukan

jurnal pembuatan teh dari rambut jagung

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "jurnal pembuatan teh dari rambut jagung"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS DAN PEMBUATAN TEH DARI RAMBUT JAGUNG

(Zea Mays L. Sacharata)

Antun Kamilah dan Atika Amalia dan Cici Yesi Rahma Yuni dan Ridwan Arif

Laboratorium SMK-SMAK Padang

Jl. Alai Pauh V Kel.kapalo koto no 13 Kec. Pauh Kota Padang Email :antun_kamilah@yahoo.co.id

ABSTRAK

Rambut jagung (Zea Mays L.Sacharata) merupakan bagian dari tanaman jagung yaitu bagian tangkai putik.Rambut jagung memiliki kandunganvitamin K, alfa tokoferilkuinon, beta-sitosterol, stigmesterol, asam yushushu dan volatile alkaloid yang bermanfaat dalam Pengobatan berbagai penyakit seperti hipertensi, batu ginjal, radang ginjal, diabetes mellitus, hepatitis, infeksi saluran kemih, dan batu kandung empedu. Teh adalah minuman yang mengandung kafein, sebuah infusi yang dibuat dengan cara menyeduh daun, pucuk daun, atau tangkai daun yang dikeringkan dari tanaman Camellia sinensis dengan air panas.Teh Herbal adalah sebutan racikan bunga, daun, biji, akar, atau buah kering untuk membuat minuman yang juga disebut teh herbal.Walaupun disebut “teh”, racikan atau minuman ini tidak tentu harus mengandung daun dari tumbuhan teh.Untuk mengetahui kandungan serta manfaat dari teh herbal rambut jagung ini dilakukan pengujian dengan hasil yang didapatkan yaitu kadar air 1,6%, kadar ekstrak dalam air 47,81%, kadar serat kasar 4,5%, kadar abu larut dalam air dari abu total 1,04% ,kadar alkalinitas abu larut dalam air (sebagai KOH) 1,29%, angka lempeng total 9,3 x 102, kadar abu total = 4,27%, kadar abu tak larut dalam asam =

0,62% dan serta cemaran mikroba (uji coliforom) yang tidak melebihi standar SNI. Dan juga terdapat senyawa metabolit sekunder seperti : tannin, saponin dan flavanoid yang berguna dan bermanfaat bagi tumbuhan dan manusia.Dari sepuluh parameter yang dilakukan didapatkan hasil yang sesuai dengan SNI 01-3836-2000 Teh Kering dalam Kemasan.

Kata kunci : Rambut Jagung, teh, teh herbal, kandungan rambut jagung

ABSTRACT

Hair corn (Zea Mays L.Sacharata) is part of the corn plant that is part of the pistil stalk. Hair corn contains vitamin K, tokoferilkuinon alpha, beta-sitosterol, stigmesterol, yushushu acid and volatile alkaloids useful in the treatment of various diseases such as hypertension, kidney stones, kidney inflammation, diabetes mellitus, hepatitis, urinary tract infections, and gall bladder stones. Tea is a drink that contains caffeine, an infusion that is made by brewing the leaves, leaf buds, dried leaves or stems of the plant Camellia sinensis in hot water. Herbal tea is a blend designation flowers, leaves, seeds, roots, or dried fruit to make a drink that is also called herbal teas. Although the so-called "tea", or drink this concoction does not necessarily have to contain the leaves of the tea plant. Like herbal tea Satoimo, derived from the fruit of taro (tuber) Satoimo dried and contrived beverages like tea like. To determine the properties and benefits of herbal teas corn silk is made with the results obtained testing the water content of 1.6%, the water content in the extract of 47.81%, crude fiber content of 4.5%, water soluble ash content of total ash 1.04%, content of water-soluble ash alkalinity (as KOH) 1.29%, total plate count of 9.3 x 102, total ash content = 4.27%, ash content insoluble in acid = 0.62% and and microbial contamination (coliforom test) that does not exceed the ISO standard. And there are also secondary metabolites such as tannins, saponins and flavonoids are useful and beneficial to plants and humans. Of the ten parameters is done in accordance with the results obtained SNI 01-3836-2000 Packaged Dry Tea.

Keywords:HairCorn, tea, herbal tea, corn silkcontent

(2)

PENDAHULUAN

Jagung (Zea mays L.) merupakan tanaman pangan yang mengandung banyak karbohidrat. Di Indonesia, daerah-daerah penghasil utama tanaman jagung adalah Jawa Tengah, Jawa Barat, Jawa Timur, Madura, D.I. Yogyakarta, Nusa Tenggara Timur, Sulawesi Utara, Sulawesi Selatan, dan Maluku.

Tanaman jagung memiliki banyak manfaat dalam kebutuhan hidup sehari-hari.Namun, bagian yang banyak dimanfaatkan masyarakat hanya buah.Pada hal hampir semua bagian dari tanaman jagung dapat dimanfaatkan.Salah satu bagian dari jagung yang sering diabaikan masyarakat adalah rambut jagung.Rambut jagung merupakan limbah dari industri pangan buah jagung.Rambut jagung mengandung zat antioksidan seperti saponin, zat samak, flavonoid, beta-karoten, minyak atsiri, minyak lemak, alantoin, dan zat pahit.Zat antioksidan merupakan suatu zat yang dapat menghambat reaksi oksidasi. Didalam tubuh antioksidan dapat melindungi sel dari bahaya radikal bebas oksigen reaktif. Radikal bebas ini bisa berasal dari proses metabolisme tubuh. Rambut jagung juga mengandung maysin, beta-sitosterol, geraniol, hordenin, limonen, mentol, dan viteksin, yang diantaranya berfungsi sebagai zat penurun tekanan darah.Selain itu rambut jagung juga mempunyai manfaat seperti peluruh air seni, antioksidan (sebagai penangkal radikal bebas) dan sebagai anti mikroba (Rifianto Aziz, 2013).

Rambut jagung merupakan limbah industri dan rumah tangga.Apabila limbah rambut jagung dibuang sembarangan dan tidak diolah dapat mencemari lingkungan karena dapat menghasilkan bau busuk dan tengik.Untuk mengurangi limbah tersebut rambut jagung diolah menjadi teh.Rambut jagung yang digunakan untuk produk teh hampir semua dari jenis jagung. Namun, untuk produk teh yang lebih bermanfaat berasal dari rambut jagung manis (zea mays L. sacharata) karena kandungan zat antioksidan seperti flavonoid lebih tinggi bila dibandingkan dengan jenis jagung lain (http://id.wikipedia.org/wiki/Jagung).

Teh merupakan minuman yang sangat populer dalam masyarakat yang biasanya dikonsumsi dari tanaman Camelia sinensis.Teh mengandung flavonoid sebagai zat antioksidan seperti polifenol, katekin.Sedangkan teh rambut jagung merupakan minuman yang diperoleh dari

rambut jagung.Kandungan utama rambut jagung yaitu flavonoid, saponin, dan beta-karoten.Dari penjelasan diatas maka teh rambut jagung merupakan minuman fungsional.Minuman fungsional adalah minuman yang merupakan salah satu jenis dari pangan fungsional.Pada pembuatan teh dari rambut jagung ditambahkan serbuk melati yang bertujuan untuk menambah aroma dari teh tersebut, selain itu melati juga gravimetri, uji kadar abu metode gravimetri, uji kadar abu larut dalam air metode gravimetri, uji kadar abu larut dalam asam metode gravimetri,uji alkalinitas abu larut dalam air (sebagai KOH) metode alkalimetri, uji metabolit sekunder secara kualitatif metode maserasi. Sumber bahan baku pembuatan teh

Rambut jagung didapatkan dari penjual jagung bakar daerah pasar belimbing dan bunga melati diambil dari rumah cici yesi rahma yuni.

Rambut jagung sortasi 500C sampai warna coklat

kehitaman

Dinginkan kemudian Potong rambut jagung yang telah kering

menjadi ukuran yang lebih kecil Teh siap di

(3)

Pembuatan produk

Alat dan bahan yang digunakan untuk pembuatan produk

Alat

Oven, kompor, panci, baskom, tirisan bambu, gunting, sendok.

Bahan

rambut jagung dan bunga melati.

Alat dan bahan yang digunakan untuk analisa

Alat gelas

Gelas piala 250 mL, labu ukur 500 mL, pipet gondok 50 mL, corong, erlenmeyer 250 mL, batang pengaduk,gelas ukur 100 mL, pendingin tegak, cawan petri, tabung reaksi, cawan porselen, cawan penguap, buret 50 mL, pipet tetes, lampu spritus,Pipet takar 10 mL

Alat non gelas

Cawan porselen, cawan penguap, standar dan klem, oven makanan, rak tabung reaksi, labu semprot,Standar dan klem, Jarum ose, Gegep

Alat penunjang

Oven, desikator, neraca analitik, heating mantel, penangas air, kompor dan gas, incubator, Colony counter, furnace.

Cara kerja pengujian mutu produk

Penetapan kadar air metode gravimetri :siapkan semua alat dan bahan, ditimbang dengan teliti sampel yang telah disiapkan sebanyak 2 gram dengan menggunakan cawan penguap yang telah diketahui beratnya. Dipanaskan dalam oven selama 2 jam dengansuhu 1050C sampai

berat tetap. hitung kadar air yang terdapat dalam sampel.

larutan jernih atau bening, dinginkan kemudian paskan sampai tanda batas, pipet 50 mL filtrate masukkan kedalam cawan porselen yang telah diketahui beratnya(bobot konstan), keringkan diatas penangas air, Dipanaskan dalam oven selama 2 jam dengan suhu 1050C sampai berat

tetap. Hitung kadar ekstrak dalam air yang terdapat dalam sampel.

Penetapan kadar serat kasar metode gravimetri : disiapkan semua alat dan bahan, timbang 2 gram sampel secara teliti, masukkan kedalam Erlenmeyer 250 mL, tambahkan ethanol 96% untuk pembebasan lemak, enap tuangkan larutan tersebut dengan kertas saring kedalam Erlenmeyer 250 mL, angkat kertas saring lalu keringkan, tambahkan 50 mL larutan H2SO4

1,25% refluk selama 30 menit setelah itu tambahkan NaOH 3,25% refluk kembali selama 30 menit, kemudian saring dengan kertas saring bebas abu yang telah diketahui beratnya, clakukan pencucian dengan larutan H2SO4

1,25% panas, aquadest panas dan ethanol 96% masing-masing 25 mL, keringkan endapan masukkan kedalam cawan porselen yang telah diketahui beratnya, Dipanaskan dalam oven selama 2 jam dengan suhu 1050C sampai berat

tetap. Hitung kadar serat kasar yang terdapat dalam sampel.

Uji kualitatif metabolit sekunder metode maserasi :

a. Preparasi sampel

Sampel dipreparasi terlebih dahulu dengan menggunakan aquadest kemudian diamkan sebentar.

b. Saponin

Masukkan sejumlah sampel kedalam tabung reaksi, tambahkan 5 mL aquadest, panaskan dengan lampu spritus pada saat mendidih hidupkan stopwatch dan atur waktu selama 2 menit. Kocok sampai terbentuk busa, setelah terbentuk busa diamkan selama 5 menit jika busa bertahan selama 5 menit sampel positif (+) mengandung saponin

c. Tannin

Sejumlah sampel dilarutkan dengan aquadest panas, pipet hasil filtrate

(4)

sebanyak 5 mL masukkan kedalam tabung

sejumlah sampel dilarutkan dengan aquadest panas, pipet 5 mL filtrate masukkan kedalam tabung reaksi, tambahkan 0,5 gram serbuk Mg dan tambahkan 1 mL HCl kemudian kocok kuat-kuat, amati perubahan warna yang terjadi dengan penambahan beberapa tetes H2SO4

2 M, lalu akan terbentuk dua lapisan yaitu lapisan keruh dan bening, lapisan keruh tidak digunakan sedangkan lapisan bening diteteskan diatas plat tetes kemudian ditambahkan reagen wagner, jika terbentuk endapan warna coklat sampel positif (+) tambah abu dalam oven selama 2 jam dengan suhu 1050C dan timbang sampai mendapatkan

berat tetap.

Penetapan kadar alkalinitas abu larut dalam air (sebagai KOH) :Contoh yang digunakan adalah filtrat yang diperoleh dari penetapan kadar abu larut dalam air.Tempatkan filtrat dalam erlenmeyer kemudian titrasi dengan larutan HCl 0,1 N menggunakan indikator metil orange. Penetapan kadar abu larut dalam air dari abu total : Contoh yang digunakan adalah abu yang

berasal dari penentuan kadar abu total. Tambahkan 20 mL air suling ke dalam cawan yang berisi abu total, panaskan sampai hampir mendidih dan saring dengan kertas saring bebas abu.Bilas cawan dan kertas saring beserta isinya dengan air panas hingga jumlah filtrate kira-kira 60 mL.Simpan filtrat untuk penetapan alkalinitas abu larut dalam air.Pindahkan kertas saring dan isinya ke cawan semula, uapkan dengan hati-hati di atas penangas air.Abukan dalam furnace pada suhu (525 ± 25) °C sampai bebas karbon.Pindahkan segera ke dalam desikator dan dinginkan selama 30 menit kemudian timbang (W3). Ulangi pekerjaan hingga perbedaan hasil penimbangan tidak melebihi 1 mg.Lakukan pekerjaan duplo danhitung kadar didihkan larutan hati-hati selama sepuluh menit di atas penangas air.Dinginkan dan saring larutan menggunakan kertas saring tak berabu.Bilas menggunakan air panas hingga air pencuci bebas dari asam.Tempatkan kembali kertas saring dan isi ke dalam cawan, uapkan hati-hati di atas penangas air yang mendidih, kemudian panaskan dalam furnace pada suhu (525 ± 25) °c, hingga partikel bebas karbon.Segera pindahkan dan dinginkan cawan ke dalam desikator selama 30 menit dan timbang sampi mendapatkan berat tetap.Lakukan pekerjaan duplo danhitung kadar abu tak larut dalam asam.

Penetapan angka lempeng total (ALT)

Homogenisasi sampel : Timbang 1 g contoh secara aseptik ke dalam botol pengencer yang telah berisi 9 mL larutan pengencer sehingga diperoleh pengenceran 1:9.kocok campuran beberapa kali sehingga homogen.

Angka lempeng total : buat tingkat pengenceran sesuai yang dibutuhkan dengan larutan pengencer yaitu aquadest, pipet masing-masing 1 mL dari tingkat pengenceran 10-1 sampai

dengan 10-3 ke dalam cawan petri steril secara

(5)

pada suhu 30 °C selama 2 x 24 jam, dan catat pertumbuhan koloni (n) pada setiap cawan petri. Penetapan uji coliform

Homogenisasi sampel : Timbang 1 g contoh secara aseptik ke dalam botol pengencer yang telah berisi 9 mL larutan pengencer sehingga diperoleh pengenceran 1:9.kocok campuran beberapa kali sehingga homogen.

Uji dugaan bakteri coliform :Lakukan homogenisasi sampel, Inokulasikan masing-masing 1 mL larutan dari setiap pengenceran (larutan 10-1, 10-2, 10-3) kedalam tiga tabung

Lactosa Broth (LB) yang di dalamnya terdapat ampul terbalik. Pegang pipet sedemikian hingga ujung bawah pipet menempel pada tabung. Biarkan isi pipet mengalir 2-3 detik. Jangan tiup pipet untuk mengeluarkan isinya.Masukan tabung-tabung tersebut ke dalam inkubator pada suhu 350C selama 48±2 jam.Amati

tabung-tabung tersebut pada jam ke 24. Jika ada tabung-tabung yang mengandung gas, maka tabung dinyatakan “positif”.Tabung-tabung yang tidak mengandung

gas dinyatakan “negatif”, lanjutkan inkubasi selama 24 jam lagi.Catat pembentukan gas setelah inkubasi 48±2 jam, dan nyatakan tabung tersebut positif.Lakukan uji penegasan terhadap tabung positif dari uji dugaan.

Uji penegas bakteri coliform :Kocok tabung LactosaBroth yang positif dengan hati-hati dengan cara memutar-mutar tabung.Pindahkan satu mata ose dari setiap tabung Lactosa Broth yang positif ke tabung BGLB broth 2% yang berlainan.Masukan tabung BGLB broth 2% dalam inkubator pada suhu 350C selama 48±2

jam. Catat semua tabung BGLB broth yang positif setelah diinkubasikan. Tentukan APM berdasarkan jumlah tabung BGLB broth yang positif.Laporkan sebagai APM bakteri Coliform per gram.

Uji organoleptik : seduh teh rambut jagung yang telah kering dengan air panas, tuangkan kedalam gelas dan lakukan terhadap bau, rasa dan warna.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Penetapan kadar air :

Tabel 1. Kadar air dalam sampel teh rambut jagung

Dari hasil praktikum yang dilakukan didapatkan rata-rata kadar air dari sampel sebesar 1,6%. hasil yang diperoleh sesuai dengan standar dari (SNI 01-3836-2000 Teh

Kering dalam Kemasan) berarti mutu dari teh sangat baik karena teh dapat bertahan lama jika disimpan dan tidak mudah rusak oleh bakteri.

Penetapan kadar ekstrak dalam air

Tabel 2. Tabel hasil penetapan kadar ekstrak dalam air

Sampel Berat Penimbangan Sampel

Sampel (g) Kadar EkstrakDalam Air (%) rata (%) Rata - SNI(%) I

2,0037 44,81% 47,81% 32% Min.

II 50,81%

Dari hasil praktikum yang dilakukan didapatkan rata-rata kadar ekstrak dalam air dari sampel sebesar 47,81%. berarti ekstrak dari

rambut jagung terekstrak dengan baik, sehingga mutu dan kualitas teh rambut jagung ini baik karena zat antioksidan yang terdapat dalam

Jurnal SMK SMAK Padang 5 Sampel

Penimbangan Sampel Berat

Sampel (g) Air (%)Kadar rata (%) Rata - SNI (%)

I 2,0001 1,4%

1,6% Maks.8%

(6)

rambut jagung terekstrak dalam air dan manfaatnya dapat dirasakan langsung.

Penetapan serat kasar :

Tabel 3. Hasil penetapan kadar serat kasar

Dari hasil praktikum yang dilakukan didapatkan kadar serat kasar dari sampel sebesar 4,5%. hasil yang diperoleh sesuai dengan standar dari (SNI 01-3836-2000 Teh

Kering dalam Kemasan) berarti mutu teh tersebut sangat baik karena mengandung serat yang dibutuhkan oleh tubuh.

Uji kualitatif metabolit sekunder : Tabel 4. Hasil uji metaboli sekunder

No SekunderMetabolit Hasil

1 Saponin +

2 Tanin +

3 Flavanoid +

4 Alkaloid

-Dari uji kualitatif yang dilakukan dapat dilihat hasil uji metabolit sekunder diketahui bahwa sampel teh dari rambut jagung mengandung 3 komponen senyawa metabolit sekunder yaitu : saponin, tannin dan flavanoid.sehingga mutu dari teh rambut jagung sangat baik karena mengandung senyawa metabolit sekunder sebagai zat antioksidan yaitu zat untuk menangkal radikal bebas.

Penetapan kadar abu :

Tabel 5. Hasil penetapan kadar abu Sampel sampel (g)Berat abu totalKadar

(%)

Rata –

rata (%) SNI (%)

I 2.0001 4.27% 4,27% Maks.

8%

II 2.0008 4.26%

Dari hasil praktikum yang dilakukan didapatkan kadar abu dari sampel sebesar 4,27%. hasil yang diperoleh sesuai dengan standar dari (SNI 01-3836-2000 Teh Kering

dalam Kemasan) berarti mutu teh tersebut sangat baik karena dalam pengolahan teh rambut jagung sangat baik dan sampel baik digunakan.

Penetapan kadar alkalinitas abu larut dalam air

Tabel 6. Hasil penetapan kadar alkalinitas abu larut dalam air

Sampel Volume penitaran(mL) Kadar alkalinitas(%) Rata-rata(%) SNI (%)

I 4,40 mL 1,30 % 1,29 % 1 – 3 %

II 4,30 mL 1,27%

Sampel

Penimbangan Sampel Berat

Sampel (g) Kadar seratkasar (%) rata (%) Rata - SNI(%)

I 2,0004 5,3%

4,5% Maks.16,5%

(7)

Dari hasil praktikum yang dilakukan didapatkan rata-rata kadar alkalinitas abu larut dalam air (sebagai KOH) dari sampel sebesar 1,29 %. berarti mutu dan kualitas teh rambut jagung ini baik karena sampel kemampuan yang

baik dalam menetralisir asamyang mencakup semua basa-basa dalam air yang dapat dititrasi dan sampel layak untuk digunakan.

Penetapan kadar abu larut dalam air dari abu total :

Tabel7. Penetapan kadar abu larut dalam air dari abu total

Dari hasil praktikum yang dilakukan didapatkan rata-rata kadar abu larut dalam air dari abu total pada sampel sebesar 1,04 %. hasil yang diperoleh tidak sesuai dengan standar dari (SNI 01-3836-2000 Te Kering dalam Kemasan), hasil

analisa yang rendah dan kecil dari standar

dapat mempengaruhi proses

penyeduhan/pengocokan teh yang memerlukan waktu cukup lama agar teh dapat larut sempurna dalam air.

Penetapan kadar abu tak larut dalam asam :

Tabel 8. Penetapan kadar abu tak larut dalam asam

Sampel sampelBerat Kadar abu tak larutdalam asam rata (%)Rata- SNI (%)

I 2.0001 0.56% 0,62 Maks. 1,0

II 2.0008 0.68%

Dari hasil praktikum yang dilakukan didapatkan kadar abu tak larut dalam asam dari sampel sebesar 0,62%. hasil yang diperoleh sesuai dengan standar dari (SNI 01-3836-2000 Teh Kering dalam Kemasan) berarti mutu teh

tersebut sangat baik karena tingkat senyawa abu yg terdapat dalam sampel tidak berbahaya, jika kadar abu tak larut dalam asam >1 maka sampel tidak layak digunakan, karena hasilnya <1 maka sampel layak untuk dikonsumsi.

Penetapan angka lempeng total (ALT) : Tabel 9. Hasil angka lempeng total

Dari hasil praktikum yang dilakukan didapatkan rata-rata angka lempeng total dari sampel sebesar 9,3 x 102 koloni/mL hasil yang

diperoleh sesuai dengan standar dari (SNI 01-3836-2000 Teh Kering dalam Kemasan) yang angka lempeng total maks 3 x 103 berarti mutu

Jurnal SMK SMAK Padang 7 Berat

sampel (g)

Abu larut dalam air

(%)

Standar SNI (%)

2,0008 1,04% Min.45%

dari kadar abu total

2,0001 1,04%

Pengenceran Jumlahkoloni Hasil ALT StandarALT

10-2

10 koloni 10 koloni

8 koloni 9,3 x 10

(8)

dan kualitas teh rambut jagung ini baik dan sesuai dengan SNI.

Penetapan uji coliform :

Tabel 10. Hasil uji coliform

Sampel Pengenceran APM StandarSNI Keterangan 10-1 10-2 10-3

I 0 0 0 <3 <3 Sesuai denganstadar

II 1 0 0 3 <3 Mendekatistandar

Dari penelitian yang telah dilakukan, didapatkan bahwa bakteri coliform yang terdapat pada teh rambut jagung tidak terlalu banyak meskipun pada sampel kedua hasil tersebut

melebihi standar SNI tetapi masih bias digunakan karena mendekati standar SNI. Berarti sampel layak untuk digunakan.

Uji organoleptik :

Tabel 11. Hasil uji organoleptik

NO PERNYATAAN HASIL KETERANGAN

1. Kesukaan

Sangat suka = 10% Agak suka = 23,3% Suka = 66,7% Tidak suka = 0%

Suka

2. Warna

Coklat = 13,3% Coklat kekuningan = 63,3% Kuning kecoklatan = 23,3% Kuning = 0%

Coklat kekuningan

3. rasa

Khas rasa jagung = 16,67% Agak rasa jagung = 73,33% Hambar = 10%

Pahit = 0%

Agak rasa jagung

4. bau Khas bau jagung = 13,3% Agak bau jagung = 76,7%

Tidak beraroma jagung = 10% Agak bau jagung Dari hasil organoleptik berdasarkan

tingkat kesukaan didapatkan 66,7 % orang memilih suka sehingga produk yang dibuat ini dapat diterima di pasaran, memiliki ciri khas

warna yaitu warna coklat kekuningan sebanyak 63,3%, memiliki cirri khas bau yaitu bau jagung 73,33% dan rasa jagung 76,7%.

KESIMPULAN

Dari hasil pembuatan teh kering dari rambut jagung didapatkan 240 gram teh dari 2,4 kg bahan baku rambut jagung dan dari hasil penelitian didapatkan kadar air sebesar

(9)

total 4,27%, Kadar abu tak larut dalam asam 0,62% Uji coliform <3 dan 3yang sesuai dengan SNI 01-3836-2000 (teh kering dalam kemasan). Dan dalam uji metabolit sekunder terdapat senyawa flavanoid, tannin dan saponin yang berarti sesuai dengan tinjauan pustaka yang didapat. Lalu berdasarkan hasil uji organoleptik yang dilakukan berdasarkan tingkat kesukaan :66,7% orang memilih suka, warna : 63,3% orang memilih warna kuning kecoklatan, bau : 76,7% orang memilih bau jagung dan rasa : 73,33% orang memilih rasa jagung. Berarti sampel teh dari rambut jagung memiliki mutu yang baik yaitu bertahan lama jika disimpan, tidak mudah rusak, zat antioksidan yang terkandung didalamnya ddapat dirasakan manfaatnya dan memili kadar serat yang dibutuhkan oleh tubuh.

SARAN

Penulis menyarankan kepada konsumen agar dapat meningkatkan gaya hidup sehat dengan mengkonsumsi makan dan minuman yang tanpa bahan kimia yang dapat membahayakan, baik yang akan mengakibatkan efek kronis maupun efek akut pada tubuh apabila terlalu banyak mengkonsumsi makanan dan minuman yang mengandung zat kimia.Untuk peneliti berikutnya disarankan agar dapat melakukan analisis parameter uji lain sesuai dengan SNI teh dan dapat meningkatkan analisis teh dari rambut jagung.Pada saat melakukan analisis, harus memperhatikan hal-hal yang spesifik seperti waktu, suhu, ketelitian dalam penimbangan dan lain-lain yang dapat mempengaruhi hasil dari analisis.Dapat menganalisis senyawa lain yang terdapat didalam rambut jagung, sehingga fungsi dan manfaatnya lebih dapat ditingkatkan. farmasi. universitas musim indonesia. Makassar

dalam :

http://farmakognosi2.blogspot.com/ (diakses tanggal 12 februari 2015).

Biokimia Tanaman.Blog dalam

:http://biokimiatanaman.blogspot.com/2 014/04/metabolit-sekunder.html

(diakses tanggal 20 februari 2015). Estiasih,Teti dan Ahmad. 2009. Teknologi

Pengolahan Pangan. Jakarta: Bumi Aksara. Haryadi. 2011. “Praktikum Teh Herbal Rambut Jagung”.

Haslam, Edwin (1989). Plant polyphenols: vegetable tannins revisited

dalam :http://id.wikipedia.org/wiki/Tanin (diakses tanggal 21 februari 2015) Hermayanti, Yeni, Eli Gusti. 2006. Modul

Analisis Proksimat. Padang : SMAK

Piliang, W.G. dan S. Djojosoebagio, Al Haj. 2002. Fisiologi Nutrisi. Vol. I. Edisi Ke-4. IPB Press, Bogor.

dalam

:http://wimvynurbahri.blogspot.com/201 0/09/analisis-serat-kasar.html (diakses tanggal 11 februari 2015).

Rifianto Aziz, SP. Dan Dr. M. Syukur, SP, M.Si. 2013. Jagung Manis. Jakarta : Penebar Swadaya.

Standar nasional Indonesia.SNI 19-0428-1998.Petunjuk pengambilan contoh padatan. Dewan Standarisasi Nasional Standar nasional Indonesia. SNI 3836:2013.

Teh kering dalam kemasan. Dewan Standarisasi Nasional

Subekti, N.A, Syafruddin, R. Efendi, dan S. Sunarti. 2007. Morfologi Tanaman dan Fase Pertumbuhan Jagung.Maros : Balai Penelitian Tanaman Serealia. Waltraud Stammel, Helmut Thomas:

Endogene Alkaloide in Säugetieren. Ein Beitrag zur Pharmakologie von körpereigenen Neurotoxinen. In: Naturwissenschaftliche Rundschau. 60(3), S. 117–124 (2007), ISSN 0028-1050dalam

:http://id.wikipedia.org/wiki/Alkaloid(diak ses tanggal 20 februari 2015).

(10)

Wikipedia bahasa Indonesia. Jagung dalam

:http://id.wikipedia.org/wiki/Jagung (diakses tanggal 11 februari 2015). Wikipedia bahasa Indonesia. Uji Organoleptik

dalam

Gambar

Tabel 3. Hasil penetapan kadar serat kasar
Tabel 9. Hasil angka lempeng total
Tabel 10. Hasil uji coliform

Referensi

Dokumen terkait

ketersedian air bersih di lingkungan rumah tinggal. Hasil kuesioner menunjukkan rata-rata responden memberikan jawaban bahwa level fasilitas dan utilitas yang

Pada bagian yang sebelumnya sudah dipaparkan dalam tulisan ini, baik yang telah diuraikan dalam pembahasan secara umum, maupun tentang pelaksanaan sewa menyawa

Nanun jika dilihat dari pendidikan anak nelayan cukup memprihatinkan.ada beberapa fenomena yang penulis amati waktu observasi lapangan pada umumnya anak nelayan

y Def  Def  inisi inisi : tumor ganas kulit yang berkembang lambat, : tumor ganas kulit yang berkembang lambat, invasif dan mengadakan destruksi lokal, sering mengenai invasif

sosialisasi program kewirausahaan Ditjen Belmawa ke civitas akademika PT dan mengajak PT agar berperan lebih aktif dalam pengembangkan program kewirausahaan Suatu kegiatan

Tujuan dalam penulisan ini adalah untuk mendeskripsikan karakteristik responden berdasarkan umur, pendidikan, dan pekerjaan kader; serta mendeskripsikan kompetensi

Peralatan Operasi Sumur Pemboran antara lain: Wireline Unit, Coiled Tubing Unit, Peralatan Pemancingan (Fishing Tool), Peralatan Pemboran Berarah (Directional

Pada pengujian kuratif dan preventif perlakuan ekstrak daun kangkung 20% tidak berpengaruh nyata terhadap masa inkubasi penyakit busuk buah Fusarium pada buah tomat