Oleh:
Joanna Destiny Paramartha
NIM : 14.I1.0157
ANALISA PUCUK DAUN TEH TERHADAP KUALITAS
TEH HITAM YANG DIHASILKAN DI PT. PERKEBUNAN
NUSANTARA IX KEBUN SEMUGIH
PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PANGAN FAKULTAS
TEKNOLOGI PERTANIAN UNIVERSITAS KATOLIK
SOEGIJAPRANATA SEMARANG
2017
SEJARAH PERUSAHAAN
-
1957
1961
1963
1968
1973
1994
1995
1999
Gabungan dari kebun Semugih dan
kebun Pesantren (Belanda)
Diambil alih oleh pemerintah Indonesia menjadi Nasionalis
Perusahaan Perkebunan Negara (PPN) Lama
Perusahaan Perkebunan Negara (PPN) Baru Unit
Jawa Tengah IV
PPN Aneka Tanaman IX
PNP XVIII
Kebun Semugih atau Kebun Pesantrean
Restrukturisasi menjadi PTP Nusantara IX (Persero)
PTP XVIII (Persero) Penggabungan dengan Kebun Kaligua Brebes Pemisahan dengan Kebun Kaligua Brebes
WILAYAH KEBUN
1. Afdeling Semugih
2. Afdeling Semangkir
3. Afdeling Pesantren
VISI DAN MISI PERUSAHAN
•
Visi Menjadikan PT Perkebunan Nusantara IX
Kebun Semugih suatu perusahaan Agribisnis dan
Agroindustri yang tangguh, berwawasan
lingkungan, berdaya saing tinggi dan tumbuh
kembang bersama mitra.
VISI DAN MISI PERUSAHAN
•
Misi
–
Memproduksi dan memasarkan produk karet teh, kopi, gula dan
tetes ke pasar domestik dan internasional secara profesional
untuk menghasilkan pertumbuhan laba (profit growth).
–
Menggunakan teknologi yang menghasilkan produk bernilai
(delivery value) yang dikehendaki pasar dengan proses produksi
yang ramah lingkungan.
–
Meningkatkan kesejahteraan karyawan, menciptakan lingkungan
kerja yang sehat serta menyelenggarakan pelatihan guna
menjaga motivasi karyawan dalam upaya meningkatkan
produktivitas kerja.
–
Mengembangkan produk hilir, agrowisata dan usaha lainnya
untuk mendukung kinerja perusahaan.
VISI DAN MISI PERUSAHAN
–
Membangun sinergi dengan mitra usaha strategis dan
masyarakat lingkungan usaha untuk mewujudkan kesejahteraan
bersama.
–
Bersama petani tebu mendukung program pemerintah dalam
pemenuhan kebutuhan gula nasional.
–
Memberdayakan seluruh sumber daya perusahaan dan potensi
lingkungan guna mendukung pembangunan ekonomi nasional
melalui penciptaan lapangan kerja.
–
Melaksanakan Program Kemitraan Bina Lingkungan (PKBL)
sebagai wujud kepedulian dan tanggung jawab sosial terhadap
kesejahteraan masyarakat disekitar lokasi Perusahaan.
–
Menjaga kelestarian lingkungan melalui pemeliharaan tanaman
dan peningkatan kesuburan tanah.
Waktu Kerja Bagian Kantor
Diberlakukan untuk karyawan yang tidak
berhubungan langsung dengan proses
produksi, seperti karyawan kantor
induk, kantor kebun, dan kantor teknik.
Hari
Waktu
Hari Senin - Kamis, Sabtu
06.30 -14.00 WIB
Hari Jumat
06.30 - 11.30 WIB
Waktu Kerja Bagian Pengolahan
Diberlakuakan untuk karyawan yang berhubungan langsung
dengan proses produksi, seperti tenaga kerja bagian
pengolahan.
Kegiatan
Waktu
Pelayuan
Shift I : 15.00 - 22.00 WIB
Shift II : 22.00 - 05.00 WIB
Pengolahan Basah
Shift I : 04.00 - 11.00 WIB
Shift II : 11.00 - 18.00 WIB
Pengeringan
06.00 -13.00 WIB
Sortasi Kering
11.00 - 18.00 WIB
Pengepakan
06.30 - 14.00 WIB
SPESIFIKASI PRODUKSI
1. Grade I
BOP, BOPF, PF, DUST, BP, dan BT
2. Grade II
BP II, PF II, FANN II, DUST II, dan DUST III
3. Grade III
Grade I
BOP (Broken Orange Pekoe)
Berasal dari daun teh yang muda dan mengandung
tip atau peko.
Ciri – ciri : partikel berukuran pendek, agak kecil,
berwarna hitam, terpilin dan keriting.
BOPF (Broken Orange Pekoe Fanning) Berasal dari daun teh muda dan tangkai teh yang
muda, sedikit mengandung tip.
Ciri - ciri: berukuran lebih pendek dari BOP,
berwarna hitam, keriting
PF (Pekoe Fanning)
Berasal dari pecahan daun teh yang menggulung,
terpilin, agak keriting,
Ciri – ciri : berwarna hitam, dan memiliki ukuran
lebih kecil dari BOPF dan mengandung tip.
DUST
Serbuk teh dengan ukuran yang sangat kecil,
grainny (lembut seperti debu), dan memiliki warna
yang hitam.
BP (Broken Pekoe)
Berasal dari tangkai daun teh, tulang daun teh
muda, memiliki ukuran yang besar, pendek, dan
berwarna hitam.
BT (Broken Tea)
Partikel serbuk agak pipih, terpilin dan memiliki
Grade I
BOP (Broken Orange Pekoe) BOPF (Broken Orange Pekoe Fanning) PF (Pekoe Fanning)
Grade II
BP (Broken Pekoe) II
Serbuk teh BP II berbentuk seperti serbuk BP tetapi lebih banyak
mengandung tangkai teh dan tulang daun teh tua yang terkupas
sehingga memiliki warna hitam sedikit kemerahan.
PF (Pekoe Fanning) II
Serbuk teh PF II memiliki bentuk dengan serbuk teh PF, namun
memiliki warna hitam kemerahan, serta bersumber dari potongan
serat daun teh berukuran lebih kecil dan sedikit rata.
FANN (Fanning) II
Serbuk teh FANN II memilki partikel lebih pendek, berwarna hitam
sedikit kemerahan dan mengandung serat teh.
DUST II
Serbuk teh DUST II memiliki partikel teh yang sangat kecil seperti
debu serta banyak mengandung serat teh sehingga berwarna sedikit
kemerahan.
DUST III
Serbuk teh DUST III memiliki partikel sangat kecil seperti debu,
banyak mengandung serat dan berwarna kemerahan.
Grade II
Broken Pekoe II Pekoe Fanning II Fanning II
Grade III
BM
Jenis teh yang berasal dari sisa proses sortasi kering yang memiliki banyak
kandungan serat daun teh serta berwarna merah.
KAWUL
Jenis serbuk teh yang berasal dari sisa proses sortasi kering yang banyak
mengandung tangkai daun teh dan berwarna merah.
Standar Teh Hitam SNI 01-1906-2000
Sumber: kantor Induk PTPN IX Kebun Semugih
No Jenis Uji
Spesifikasi
1
Kadar air (b/b)
Maks. 8,00
2
Kadar ekstrak dalam air (b/b)
Min. 32
3
Kadar abu total
Min. 4 – maks. 8
4
Kadar abu larut dalam air (b/b) dari abu total
Min. 45
5
Kadar abu tak larut dalam asam (b/b)
Maks. 10
6
Alkalinitas abu larut dalam air (b/b)
Min. 1,0 – maks. 3,0
7
Kadar serat kasar (b/b)
Maks. 16,5
8
Kadar cemaran logam (ppm)
Timbal (Pb)
Tembaga (Cu)
Seng (Zn)
Timah (Sn)
Raksa (Hg)
Maks. 2,0
Maks. 150
Maks. 40
Maks. 0,03
9
Kadar cemaran Arsen (As) (ppm)
Maks. 1
10
Kadar cemaran mikroba
Angka lempeng total (koloni/g)
Bakteri coliform (AFM/G)
Maks. 3x10
3< 3
PROSES PRODUKSI
PENERIMAAN
PUCUK
PELAYUAN
TEA TESTER
FERMENTASI
SORTASI BASAH
SORTASI KERING
PENGERINGAN
PENGEMASAN
PEMETIKAN
PUCUK
PEMETIKAN PUCUK
Pemetikan pucuk teh yang baik harus memperhatikan
beberapa hal sebagai berikut, antara lain:
–
Siklus petikan (7-9 Hari)
–
Rumus petikan
Ada 3 (tiga) rumus petikan, antara lain:
•
Petikan Halus (p + 1m dan b + 1m)
•
Petikan Medium (p + 2m; p + 3m; b + 2m; b + 3m)
•
Petikan Kasar (p + 4m dan b + 1t atau lebih)
Pucuk Teh
p + 1m
p + 2m
p + 3m
PENERIMAAN PUCUK
1. Penimbangan
Pucuk yang telah datang kemudian
ditimbang dengan menggunakan
jembatan
timbangan
disertai
dengan
hasil rekaman timbangan.
Penimbangan ini dilakukan dengan
menimbang truk yang berisi hasil
petikan teh yang telah didapatkan
2. Analisa Fisik Pucuk Daun Teh
Analisa pucuk dilakukan secara acak sebanyak 1 kg, kemudian
diambil sebanyak 200 gram sebagai sampel. Sampel pucuk teh
dipisahkan menjadi 8 bagian yaitu pucuk muda, lembar muda, rusak
muda, pucuk tua, lembar tua, rusak tua, burung tua, dan yang
PELAYUAN
Pucuk teh dihamparkan secara merata pada withering
throught. Udara panas campuran dihembuskan pada
withering trough dengan menggunakan suhu sekitar 25
oC-28
oC dan penggunanannya dapat digunakan seminimal
mungkin.
Kemudian,
dilakukan
pembalikan
(pengiraban), perlakuan tersebut dilakukan pembalikan 1-3
kali, tergantung dari keadaan pucuk daun teh pada saat awal
diterima saat analisa pucuk.
SORTASI BASAH
OTR: 50’
RRB: 10’
PCR: 30’
RV: 25’
RV: 25’
RRB: 10’
RRB: 10’
RRB: 10’
BADAG
BUBUK IV
BUBUK III
BUBUK II
BUBUK I
•
OTR (Open Top Roller)
Mesin OTR (
Open Top Troller)
Penggilingan dimulai dengan menggunakan mesin
OTR (Open Top Troller) yang memiliki durasi
selama 50 menit. Pucuk layu akan saling bergesekan
dengan dinding dan dasar dari mesin OTR. Dari
proses tersebut, maka pucuk teh akan menggulung
dan terpotong menjadi ukuran yang lebih kecil
•
RRB (Rotary Roll Breaker)
Mesin RRB (Rotary Roll Breaker)
Bubuk teh yang dihasilkan dari mesin
OTR, ditampung didalam gerobak dorong
dan akan diayak dengan dengan mesin
RRB (Rotary Roll Breaker) dengan mesh
6-6-7 selama 15 menit, dari proses
pengayakan tersebut teh yang berhasil
lolos dari ayakan akan di fermentasi
(Bubuk I).
•
PCR (Press Cup Roller)
Mesin PCR (Press Cup Roller)
Teh yang tidak lolos dari mesin RRB akan
diproses kembali dengan menggunakan
mesin PCR (Press Cup Roller) mesin ini
akan menekan serta menggulung teh selama
30 menit.
•
RV (Rotor Vane)
Mesin RV (Rotor Vane)
RV (Rotor Vane) I
Teh yang tidak lolos dari ayakan akan
diolah kembali dengan menggunakan
mesin RV (Rotor Vane) selama 25 menit
untuk memotong daun teh dan
memperkecil ukuran serbuk teh basah.
FERMENTASI
Fermentasi berjalan selama 110 menit hingga 180 menit.
Fermentasi menggunakan baki alumunium yang diisi dengan
bubuk teh dengan tebal hamparan 2,5 cm, disusun dalam rak
dan ditempatkan dalam ruang fermentasi,. Suhu bubuk
didalam baki fermentasi di atur antara suhu 28
oC hingga 30
oC
yang dapat dicek setiap saat dengan menggunakan
thermometer batang.
PENGERINGAN
Teh diletakan dipermukaan trays yang digerakan oleh motor.
Trays terdiri dari 4 tingkatan, pada tingkatan pertama, teh
bergerak mendekati ujung dryer, kemudian bubuk teh
dijatuhkan ke tray yang dibawahnya, seperti itu seterusnya
hingga pada tingkat yang terakhir. Tray memiliki kecepatan yaitu
20 menit hingga 24 menit dengan ketebalan hamparan bubuk 1
cm hingga 5 cm. Suhu inlet dalam tungku diatur pada suhu 90
oC
hingga 100
oC. Kemudian akan dihasilkan udara panas yang
SORTASI KERING
Tujuan dari sortasi kering ini adalah untuk memisah serbuk teh kering
menjadi beberapa garde, baik dari ukuran, warna, serta beratnya
sesuai dengan standar perdagangan teh yang telah ditetapkan.
Vibro Mess Vibro blank Chota stiffer
SORTASI KERING
HOPPER
I, II / III, IV, BADAG
BUBBLE TRAY
VIBRO BLANK
CHOTA STIFER
Mesh 12
Mesh 14
Mesh 24
Mesh 18
Mesh 60
BOP / BP
BOPF + BT
PF
DUST
DUST III
WINNOWER
BOP / BP + BT
BOPF
PF + BT
Serat dan
Tulang daun
(ditampung)
C
R
U
S
H
E
R
DRUG ROLL
VIBRO
MESH
Serbuk Tidak lolos
SORTASI KERING
Serat dan
Tulang Daun
(Fraksi Hitam)
BUBBLE TRAY
VIBRO BLANK
CHOTA STIFER
Mesh 12
Mesh 14
Mesh 24
Mesh 18
Mesh 60
BP II
PF II
FANN II
DUST II
DUST III
Sisa Serbuk
BM dan KAWUL
(Grade III)
VIBRO
MESS
DRUG
ROLL
Serbuk Tidak Lolos
TEA TESTER
Analisa kadar air (Maks. 4%) dan organoleptik perlu
dilakukan pada semua bubuk hasil proses sortasi sebelum
dilakukan penimbangan dan penyimpanan pada peti
miring.
PENGEMASAN
Teh yang telah disortir berdasarkan jenisnya maka
dimasukan ke dalam peri miring sebagai tempat
penyimpanan sementara yang selanjutnya dimasukan ke
dalam tea bulker untuk dimasukan dalam paper sack.
Berat isi serbuk teh pada kemasan meurut jenisnya ada 13
jenis, antara lain:
BOP
: 50 kg / paper sack
PF II
: 58 kg / paper sack
BOPF : 52 kg / paper sack
BP II
: 58 kg / paper sack
PF
: 56 kg / paper sack
FANN II : 56 kg / paper sack
DUST : 60 kg / paper sack
DUST II : 60 kg / paper sack
BP
: 60 kg / paper sack
DUST III: 65 kg / paper sack
BT
: 40 kg / paper sack
BM
: 50 kg / paper sack
KAWUL : 40 kg / karung
PENGEMASAN
ANALISA PUCUK DAUN TEH TERHADAP
KUALITAS TEH HITAM YANG DIHASILKAN DI PT.
PERKEBUNAN NUSANTARA IX KEBUN SEMUGIH
Pucuk teh diambil sebanyak 200 gram, pucuk teh
dipisahkan menjadi 8 bagian, antara lain
pucuk
muda, lembar muda, rusak muda,
pucuk tua, lembar
tua, rusak tua, burung tua, dan yang terakhir adalah
tangkai. Analisa pucuk harus memenuhi syarat (MS)
sebesar 50 - 60%.
HASIL ANALISA PUCUK DAUN
TEH TERHADAP KUALITAS TEH
HITAM
Data Analisa pucuk daun teh yang dilakukan pada tanggal 2 Januari 2017
*MS = Memenuhi Standar
Bagian Daun
Pucuk Rusak Lembar Burung Tua
Tangkai Jumlah Sampel
MS Group Hasil Muda Tua Muda Tua Muda Tua
Kg gr % gr % gr % gr % gr % gr % gr % gr % gr % % A 1123 28 14 - - 18 9 18 9 64 32 34 17 8 4 30 15 200 100 55 B 1420 32 16 - - 12 6 10 5 64 32 42 21 8 4 32 16 200 100 53 C 1410 34 17 - - 16 8 18 9 50 25 18 9 34 17 30 15 200 100 51 D 1170 26 13 - - 20 10 10 5 54 27 44 22 22 11 24 12 200 100 45 E 1175 30 15 - - 14 7 14 7 42 21 56 28 16 8 28 14 200 100 43 F 770 24 12 - - 16 8 10 5 48 24 42 21 34 17 26 13 200 100 41 G 840 34 17 - - 16 8 14 7 38 19 52 26 16 8 30 15 200 100 43 H 1020 30 15 - - 20 10 12 6 58 29 34 17 12 6 34 17 200 100 50 Jumlah 8980 238 119 - - 132 66 106 53 418 209 322 161 150 75 234 117 200 100 381 Rata2 30 15 - - 16 8 14 7 52 26 40 20 18 9 30 15 1600 800 48
PEMBAHASAN
Terjadinya penurunan MS tersebut dapat terjadi karena beberapa
hal, antara lain:
kurangnya pengawasan pemetik oleh mandor
kurangnya ketrampilan pemetik
tidak memperhatikan gilir petik.
Semakin panjang fase gilir petik teh akan menyebabkan
hasil mutu pucuk teh semakin kasar dan jenis pucuk teh
tidak seragam
.
Faktor yang menentukan kualitas produk teh dalam sistem
pemetikan salah satunya adalah
siklus petik
dan
kehalusan
pucuk yang dipetik
PEMBAHASAN
•
Kandungan kimia yang dimiliki daun teh
dipengaruhi dengan beberapa faktor yaitu
umur
daun
, jenis klon, variasi musim serta kondisi
tanah, perlakuan kultur teknis, dan banyaknya
sinar matahari yang diterima tanaman teh.
•
Kualitas produk teh yang baik akan diperoleh dari
daun muda/ pucuk karena mengandung senyawa
polifenol (golongan catechin),
tannin,
caffein
PEMBAHASAN
•
Konsentrasi katekin pada teh tergantung pada
umur
teh
. Kandungan zat katekin tertinggi didapatkan
dari pemetikan pucuk peko dengan dua daun muda
dibawahnya (p+2m) (Singh et al., 1999).
•
Polifenol akan teroksidasi selama proses fermentasi
berlangsung dan akan membentuk pigmen dari teh
hitam yaitu
zat theaflavin
dan
thearubigin
.
Katekin
akan memberikan kontribusi terhadap flavor dan
karakteristik rasa dari seduhan teh.
PEMBAHASAN
Pada daun tua juga memiliki kandungan kimia
yang cukup bermanfaat. Salah satunya adalah
kandungan
beta-caroten
dan
lutein
. Lutein
merupakan antioksidan yang ada pada daun
teh tua. Kandungan beta-caroten serta lutein
teh terdapat di daun yang tua dibandingkan
daun teh yang muda.
KESIMPULAN
•
Serbuk teh yang diproduksi antara lain
BOP, BOPF, PF, DUST, BP, BT, PF II, BP II, FANN II, DUST
II, DUST III, BM, KAWUL.
•
Kualitas teh ditentukan dari penanganan bahan
baku, proses serta kandungan kimia dalam daun teh.
•
Nilai posentase MS (Memenuhi Standar) ditentukan
dari bagian daun teh yang muda seperti pucuk
muda, lembar muda dan rusak muda.
•
Mutu teh yang baik dihasilkan dari pucuk daun teh
yang masih muda.
•
Kandungan kimia yang terkandung didalam daun teh
juga menentukan kualitas dari teh hitam yang
SARAN
•
Untuk mendapatkan kualitas teh hitam uang baik
maka perlu dilakukan perbaikan sistem
pemetikan dengan lebih efisien sehingga akan
didapatkan hasil yang maksimal.
•
Penanganan bahan baku perlu diperhatikan
sehingga tidak terjadi kerusakan bahan baku
diawal proses.
•
Pengawasan oleh mandor terhadap pemetik
perlu ditingkatkan sehingga pemetik akan
memetik sesuai rumus petikan yang telah
ditentukan pabrik.
REFERENSI
Aigbodion, O.B., &Marcell, I. (2013).Microbiological characteristics and phytochemical screening of
some herbal teas in Nigeria. European Scientific Journal, 9(8), 149-160.
Cheruiyot, E.K. (2007). Polyphenols as potential indicators for tolerance in tea (Camellia
sinensis).Bioscience, Biotechnology, and Biochemistry, 71(9), 2190-2197.
Hartoyo, A. 2003, Tehdan Khasiatnya bagi Kesehatan. Penerbit Kanisius,Yogyakarta.
IndrianiNovitaPratiwi. 2011. Analisa Pemetikan Dan Pengaruhnya Terhadap Mutu Pucuk Tanaman Teh
(Camellia sinensis(L.) O. Kuntze) Di Unit Perkebunan TanjungsariI, PT. Tambi, Wonosobo, Jawa Tengah. Departemen Agronomi Dan Hortikultura Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor.
Junianty Towaha. 2013. Warta PenelitiandanPengembanganTanamanIndustri, vol. 19 no. 3, 2013 Khan, N., &Mukhtar, H. (2007).Tea polyphenols for health promotion.Life Science, 81, 519-533.
Linda Yunitasari. 2010. Quality Control Pengolahan Teh Hitam Di Unit Perkebunan Tambi, PT Perkebunan
REFERENSI
Mahmud, S. dan Sukasman. 1988. Pengaruh daur pemetikan dan system pemetikan terhadap hasil
pucuk teh. Buletin Penelitian Teh dan Kina 3 (1):1-8.
Martinus B.A., Afdhil Arel, Adi Gusman. 2014. Perbandingan Kadar Fenolat Total Dan Aktivitas
Antioksidan Pada Ekatrak Daun Teh (Camellia sinensis [L.] O. K.) Dari Kayu Aro Dengan Produk Teh Hitamnya Yang Telah Beredar.. Scientis. Vol. 4 No. 2. ISSN : 2087-5045 75
Masduki, I. (1996). Efek antibakteri ekstrak biji pinang (Areca catechu) terhadap S. aureus dan E. coli. Cermin Dunia Kedokteran, 109, 21-4.
Minjie, Z. (1995). Sixth conference thesis of comprehensive utilization of agricultural by-products by
China commitee of Chemistry (J). Nanchang.
Nazaruddindan F. B. Paimin. 1993. Pembudidayaan dan Pengolahan Teh. Penebar Swadaya. Jakarta Novia Sari Andriyani.2010. AnalisiHasilPetikanTanamanTeh (Camellia sinensis(L) O. Kuntze) Di Unit
Perkebunan Bedakah,PT Tambi, Wonosobo, Jawa Tengah.InstitutPertanian Bogor.DepartemenAgronomi Dan HortikulturaFakultasPertanian
PusatPenelitianTehdan Kina.2006. PetunjukKulturTeknisTanamanTeh.LembagaRiset Perkebunan
REFERENSI
Rosida, Dedin F., & Dina Amalia. 2015. Kajian pengendalian mutu teh hitam Chrusing, tearing, dan
curling. Jurnal Rekapangan. Vol9., No 2, 1-8
Rudi T. Setiyonodan Budi Martono. 2014. Skrining Fitokimia Enam Genotipe Teh.Jurnal . TIDP 1(2),
63-68
Setyamidjaja, D. 2000. Budidayadan Pengolahan Pasca Panen Tanaman Teh. Kanisius.Yogyakarta.154 hal.
Singh, H.P., Ravindranath, S.D., & Singh, C. (1999).Analysis of tea shoot catechins: Spectrophotometric
quantification and selective visualization on two dimensional paper chromatograms using diazotized sulphanilamide.J. of Agricultural and Food Chemistry,47(3), 1041-1045.
Singh, R., Rastogi, S., &Dwivedi, U.N. (2010).Phenylpropanoid metabolism in ripening fruits.Compr. Rev.
Food Sci., F 9, 398-416.
Sukasman. 1985. HubunganantaraKehalusanPetikdenganHasildanMutuPucuk. BPTK Gambung. 15p Sumantri, S. F. A. 1990. Pengaruh daur petik terhadap mutu pucuk dan persentase grade teh hijau di
Pasir Sarongge.Buletin Penelitian Teh dan Kina, 4 (2) : 69 - 74
REFERENSI
Suryatmo, F. A. 1984. Kadar Tanin, Kadar Kafein dan Kemampuan Enzim sebagai Indikator Protein
Kualitas Beberapa Klon Teh. Menara Perk. 52 (6a): 242-245.
Takeda, Y. (1994). Differences in tea caffeine and tannin contents between tea cultivars and aplication to
tea breeding.Japan Agricultural Research Quaterly, 28(2), 117-123.
WahyuKusuma. 2008. AnalisiHasilPetikanTanamanTeh (Camellia sinensis(L) O. Kuntze) Di Perkebunan
Rumpun Sari,PT SumberAbadiTirtasentosa, Karanganyar, Jawa Tengah. InstitutPertanian
Bogor.DepartemenAgronomi Dan HortikulturaFakultasPertanian
Xin-Chao, W., Chen, L., Chun-Lei, M., Ming-Zhe, Y.,&Ya-Jun, Y. (2010). Genotypic variation Journal of
Food Composition and Analysis, 23, 9-14.
Xiong, L., Li, J., Li, Y.,Yuan, L., Liu, S., Huang, J., & Liu, Z. (2013). Dynamic changes in catechin levels and
catechin biosynthesis-related gene expression in albino tea plants (Camellia sinensisL.). Plant Physiology and Biochemistry, 71, 132-143.
Yamanishi, T. (1999).Tea flavor.In Jain N.K. (Ed.).Global Advances in Tea Science (pp. 707-722). New Delhi: Aravali Book International (P) Ltd.
Yang, D., Liu, Y., Sun, M., Zhao, L., Wang, Y., Chen, X., ... Xia, T. (2012). Differential gene expression
in tea (Camellia sinensisL.) calli with different morphologies and catechin contents.J. Plant Physiol., 169, 163-175.