• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISA PUCUK DAUN TEH TERHADAP KUALITAS TEH HITAM YANG DIHASILKAN DI PT. PERKEBUNAN NUSANTARA IX KEBUN SEMUGIH

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ANALISA PUCUK DAUN TEH TERHADAP KUALITAS TEH HITAM YANG DIHASILKAN DI PT. PERKEBUNAN NUSANTARA IX KEBUN SEMUGIH"

Copied!
50
0
0

Teks penuh

(1)

Oleh:

Joanna Destiny Paramartha

NIM : 14.I1.0157

ANALISA PUCUK DAUN TEH TERHADAP KUALITAS

TEH HITAM YANG DIHASILKAN DI PT. PERKEBUNAN

NUSANTARA IX KEBUN SEMUGIH

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PANGAN FAKULTAS

TEKNOLOGI PERTANIAN UNIVERSITAS KATOLIK

SOEGIJAPRANATA SEMARANG

2017

(2)

SEJARAH PERUSAHAAN

-

1957

1961

1963

1968

1973

1994

1995

1999

Gabungan dari kebun Semugih dan

kebun Pesantren (Belanda)

Diambil alih oleh pemerintah Indonesia menjadi Nasionalis

Perusahaan Perkebunan Negara (PPN) Lama

Perusahaan Perkebunan Negara (PPN) Baru Unit

Jawa Tengah IV

PPN Aneka Tanaman IX

PNP XVIII

Kebun Semugih atau Kebun Pesantrean

Restrukturisasi menjadi PTP Nusantara IX (Persero)

PTP XVIII (Persero) Penggabungan dengan Kebun Kaligua Brebes Pemisahan dengan Kebun Kaligua Brebes

(3)

WILAYAH KEBUN

1. Afdeling Semugih

2. Afdeling Semangkir

3. Afdeling Pesantren

(4)

VISI DAN MISI PERUSAHAN

Visi Menjadikan PT Perkebunan Nusantara IX

Kebun Semugih suatu perusahaan Agribisnis dan

Agroindustri yang tangguh, berwawasan

lingkungan, berdaya saing tinggi dan tumbuh

kembang bersama mitra.

(5)

VISI DAN MISI PERUSAHAN

Misi

Memproduksi dan memasarkan produk karet teh, kopi, gula dan

tetes ke pasar domestik dan internasional secara profesional

untuk menghasilkan pertumbuhan laba (profit growth).

Menggunakan teknologi yang menghasilkan produk bernilai

(delivery value) yang dikehendaki pasar dengan proses produksi

yang ramah lingkungan.

Meningkatkan kesejahteraan karyawan, menciptakan lingkungan

kerja yang sehat serta menyelenggarakan pelatihan guna

menjaga motivasi karyawan dalam upaya meningkatkan

produktivitas kerja.

Mengembangkan produk hilir, agrowisata dan usaha lainnya

untuk mendukung kinerja perusahaan.

(6)

VISI DAN MISI PERUSAHAN

Membangun sinergi dengan mitra usaha strategis dan

masyarakat lingkungan usaha untuk mewujudkan kesejahteraan

bersama.

Bersama petani tebu mendukung program pemerintah dalam

pemenuhan kebutuhan gula nasional.

Memberdayakan seluruh sumber daya perusahaan dan potensi

lingkungan guna mendukung pembangunan ekonomi nasional

melalui penciptaan lapangan kerja.

Melaksanakan Program Kemitraan Bina Lingkungan (PKBL)

sebagai wujud kepedulian dan tanggung jawab sosial terhadap

kesejahteraan masyarakat disekitar lokasi Perusahaan.

Menjaga kelestarian lingkungan melalui pemeliharaan tanaman

dan peningkatan kesuburan tanah.

(7)

Waktu Kerja Bagian Kantor

Diberlakukan untuk karyawan yang tidak

berhubungan langsung dengan proses

produksi, seperti karyawan kantor

induk, kantor kebun, dan kantor teknik.

Hari

Waktu

Hari Senin - Kamis, Sabtu

06.30 -14.00 WIB

Hari Jumat

06.30 - 11.30 WIB

(8)

Waktu Kerja Bagian Pengolahan

Diberlakuakan untuk karyawan yang berhubungan langsung

dengan proses produksi, seperti tenaga kerja bagian

pengolahan.

Kegiatan

Waktu

Pelayuan

Shift I : 15.00 - 22.00 WIB

Shift II : 22.00 - 05.00 WIB

Pengolahan Basah

Shift I : 04.00 - 11.00 WIB

Shift II : 11.00 - 18.00 WIB

Pengeringan

06.00 -13.00 WIB

Sortasi Kering

11.00 - 18.00 WIB

Pengepakan

06.30 - 14.00 WIB

(9)
(10)

SPESIFIKASI PRODUKSI

1. Grade I

BOP, BOPF, PF, DUST, BP, dan BT

2. Grade II

BP II, PF II, FANN II, DUST II, dan DUST III

3. Grade III

(11)

Grade I

BOP (Broken Orange Pekoe)

Berasal dari daun teh yang muda dan mengandung

tip atau peko.

Ciri – ciri : partikel berukuran pendek, agak kecil,

berwarna hitam, terpilin dan keriting.

BOPF (Broken Orange Pekoe Fanning) Berasal dari daun teh muda dan tangkai teh yang

muda, sedikit mengandung tip.

Ciri - ciri: berukuran lebih pendek dari BOP,

berwarna hitam, keriting

PF (Pekoe Fanning)

Berasal dari pecahan daun teh yang menggulung,

terpilin, agak keriting,

Ciri – ciri : berwarna hitam, dan memiliki ukuran

lebih kecil dari BOPF dan mengandung tip.

DUST

Serbuk teh dengan ukuran yang sangat kecil,

grainny (lembut seperti debu), dan memiliki warna

yang hitam.

BP (Broken Pekoe)

Berasal dari tangkai daun teh, tulang daun teh

muda, memiliki ukuran yang besar, pendek, dan

berwarna hitam.

BT (Broken Tea)

Partikel serbuk agak pipih, terpilin dan memiliki

(12)

Grade I

BOP (Broken Orange Pekoe) BOPF (Broken Orange Pekoe Fanning) PF (Pekoe Fanning)

(13)

Grade II

BP (Broken Pekoe) II

Serbuk teh BP II berbentuk seperti serbuk BP tetapi lebih banyak

mengandung tangkai teh dan tulang daun teh tua yang terkupas

sehingga memiliki warna hitam sedikit kemerahan.

PF (Pekoe Fanning) II

Serbuk teh PF II memiliki bentuk dengan serbuk teh PF, namun

memiliki warna hitam kemerahan, serta bersumber dari potongan

serat daun teh berukuran lebih kecil dan sedikit rata.

FANN (Fanning) II

Serbuk teh FANN II memilki partikel lebih pendek, berwarna hitam

sedikit kemerahan dan mengandung serat teh.

DUST II

Serbuk teh DUST II memiliki partikel teh yang sangat kecil seperti

debu serta banyak mengandung serat teh sehingga berwarna sedikit

kemerahan.

DUST III

Serbuk teh DUST III memiliki partikel sangat kecil seperti debu,

banyak mengandung serat dan berwarna kemerahan.

(14)

Grade II

Broken Pekoe II Pekoe Fanning II Fanning II

(15)

Grade III

BM

Jenis teh yang berasal dari sisa proses sortasi kering yang memiliki banyak

kandungan serat daun teh serta berwarna merah.

KAWUL

Jenis serbuk teh yang berasal dari sisa proses sortasi kering yang banyak

mengandung tangkai daun teh dan berwarna merah.

(16)

Standar Teh Hitam SNI 01-1906-2000

Sumber: kantor Induk PTPN IX Kebun Semugih

No Jenis Uji

Spesifikasi

1

Kadar air (b/b)

Maks. 8,00

2

Kadar ekstrak dalam air (b/b)

Min. 32

3

Kadar abu total

Min. 4 – maks. 8

4

Kadar abu larut dalam air (b/b) dari abu total

Min. 45

5

Kadar abu tak larut dalam asam (b/b)

Maks. 10

6

Alkalinitas abu larut dalam air (b/b)

Min. 1,0 – maks. 3,0

7

Kadar serat kasar (b/b)

Maks. 16,5

8

Kadar cemaran logam (ppm)

Timbal (Pb)

Tembaga (Cu)

Seng (Zn)

Timah (Sn)

Raksa (Hg)

Maks. 2,0

Maks. 150

Maks. 40

Maks. 0,03

9

Kadar cemaran Arsen (As) (ppm)

Maks. 1

10

Kadar cemaran mikroba

Angka lempeng total (koloni/g)

Bakteri coliform (AFM/G)

Maks. 3x10

3

< 3

(17)

PROSES PRODUKSI

PENERIMAAN

PUCUK

PELAYUAN

TEA TESTER

FERMENTASI

SORTASI BASAH

SORTASI KERING

PENGERINGAN

PENGEMASAN

PEMETIKAN

PUCUK

(18)

PEMETIKAN PUCUK

Pemetikan pucuk teh yang baik harus memperhatikan

beberapa hal sebagai berikut, antara lain:

Siklus petikan (7-9 Hari)

Rumus petikan

Ada 3 (tiga) rumus petikan, antara lain:

Petikan Halus (p + 1m dan b + 1m)

Petikan Medium (p + 2m; p + 3m; b + 2m; b + 3m)

Petikan Kasar (p + 4m dan b + 1t atau lebih)

(19)

Pucuk Teh

p + 1m

p + 2m

p + 3m

(20)

PENERIMAAN PUCUK

1. Penimbangan

Pucuk yang telah datang kemudian

ditimbang dengan menggunakan

jembatan

timbangan

disertai

dengan

hasil rekaman timbangan.

Penimbangan ini dilakukan dengan

menimbang truk yang berisi hasil

petikan teh yang telah didapatkan

(21)

2. Analisa Fisik Pucuk Daun Teh

Analisa pucuk dilakukan secara acak sebanyak 1 kg, kemudian

diambil sebanyak 200 gram sebagai sampel. Sampel pucuk teh

dipisahkan menjadi 8 bagian yaitu pucuk muda, lembar muda, rusak

muda, pucuk tua, lembar tua, rusak tua, burung tua, dan yang

(22)

PELAYUAN

Pucuk teh dihamparkan secara merata pada withering

throught. Udara panas campuran dihembuskan pada

withering trough dengan menggunakan suhu sekitar 25

o

C-28

o

C dan penggunanannya dapat digunakan seminimal

mungkin.

Kemudian,

dilakukan

pembalikan

(pengiraban), perlakuan tersebut dilakukan pembalikan 1-3

kali, tergantung dari keadaan pucuk daun teh pada saat awal

diterima saat analisa pucuk.

(23)

SORTASI BASAH

OTR: 50’

RRB: 10’

PCR: 30’

RV: 25’

RV: 25’

RRB: 10’

RRB: 10’

RRB: 10’

BADAG

BUBUK IV

BUBUK III

BUBUK II

BUBUK I

(24)

OTR (Open Top Roller)

Mesin OTR (

Open Top Troller)

Penggilingan dimulai dengan menggunakan mesin

OTR (Open Top Troller) yang memiliki durasi

selama 50 menit. Pucuk layu akan saling bergesekan

dengan dinding dan dasar dari mesin OTR. Dari

proses tersebut, maka pucuk teh akan menggulung

dan terpotong menjadi ukuran yang lebih kecil

(25)

RRB (Rotary Roll Breaker)

Mesin RRB (Rotary Roll Breaker)

Bubuk teh yang dihasilkan dari mesin

OTR, ditampung didalam gerobak dorong

dan akan diayak dengan dengan mesin

RRB (Rotary Roll Breaker) dengan mesh

6-6-7 selama 15 menit, dari proses

pengayakan tersebut teh yang berhasil

lolos dari ayakan akan di fermentasi

(Bubuk I).

(26)

PCR (Press Cup Roller)

Mesin PCR (Press Cup Roller)

Teh yang tidak lolos dari mesin RRB akan

diproses kembali dengan menggunakan

mesin PCR (Press Cup Roller) mesin ini

akan menekan serta menggulung teh selama

30 menit.

(27)

RV (Rotor Vane)

Mesin RV (Rotor Vane)

RV (Rotor Vane) I

Teh yang tidak lolos dari ayakan akan

diolah kembali dengan menggunakan

mesin RV (Rotor Vane) selama 25 menit

untuk memotong daun teh dan

memperkecil ukuran serbuk teh basah.

(28)

FERMENTASI

Fermentasi berjalan selama 110 menit hingga 180 menit.

Fermentasi menggunakan baki alumunium yang diisi dengan

bubuk teh dengan tebal hamparan 2,5 cm, disusun dalam rak

dan ditempatkan dalam ruang fermentasi,. Suhu bubuk

didalam baki fermentasi di atur antara suhu 28

o

C hingga 30

o

C

yang dapat dicek setiap saat dengan menggunakan

thermometer batang.

(29)

PENGERINGAN

Teh diletakan dipermukaan trays yang digerakan oleh motor.

Trays terdiri dari 4 tingkatan, pada tingkatan pertama, teh

bergerak mendekati ujung dryer, kemudian bubuk teh

dijatuhkan ke tray yang dibawahnya, seperti itu seterusnya

hingga pada tingkat yang terakhir. Tray memiliki kecepatan yaitu

20 menit hingga 24 menit dengan ketebalan hamparan bubuk 1

cm hingga 5 cm. Suhu inlet dalam tungku diatur pada suhu 90

o

C

hingga 100

o

C. Kemudian akan dihasilkan udara panas yang

(30)

SORTASI KERING

Tujuan dari sortasi kering ini adalah untuk memisah serbuk teh kering

menjadi beberapa garde, baik dari ukuran, warna, serta beratnya

sesuai dengan standar perdagangan teh yang telah ditetapkan.

(31)

Vibro Mess Vibro blank Chota stiffer

(32)

SORTASI KERING

HOPPER

I, II / III, IV, BADAG

BUBBLE TRAY

VIBRO BLANK

CHOTA STIFER

Mesh 12

Mesh 14

Mesh 24

Mesh 18

Mesh 60

BOP / BP

BOPF + BT

PF

DUST

DUST III

WINNOWER

BOP / BP + BT

BOPF

PF + BT

Serat dan

Tulang daun

(ditampung)

C

R

U

S

H

E

R

DRUG ROLL

VIBRO

MESH

Serbuk Tidak lolos

(33)

SORTASI KERING

Serat dan

Tulang Daun

(Fraksi Hitam)

BUBBLE TRAY

VIBRO BLANK

CHOTA STIFER

Mesh 12

Mesh 14

Mesh 24

Mesh 18

Mesh 60

BP II

PF II

FANN II

DUST II

DUST III

Sisa Serbuk

BM dan KAWUL

(Grade III)

VIBRO

MESS

DRUG

ROLL

Serbuk Tidak Lolos

(34)

TEA TESTER

Analisa kadar air (Maks. 4%) dan organoleptik perlu

dilakukan pada semua bubuk hasil proses sortasi sebelum

dilakukan penimbangan dan penyimpanan pada peti

miring.

(35)

PENGEMASAN

Teh yang telah disortir berdasarkan jenisnya maka

dimasukan ke dalam peri miring sebagai tempat

penyimpanan sementara yang selanjutnya dimasukan ke

dalam tea bulker untuk dimasukan dalam paper sack.

Berat isi serbuk teh pada kemasan meurut jenisnya ada 13

jenis, antara lain:

BOP

: 50 kg / paper sack

PF II

: 58 kg / paper sack

BOPF : 52 kg / paper sack

BP II

: 58 kg / paper sack

PF

: 56 kg / paper sack

FANN II : 56 kg / paper sack

DUST : 60 kg / paper sack

DUST II : 60 kg / paper sack

BP

: 60 kg / paper sack

DUST III: 65 kg / paper sack

BT

: 40 kg / paper sack

BM

: 50 kg / paper sack

KAWUL : 40 kg / karung

(36)

PENGEMASAN

(37)

ANALISA PUCUK DAUN TEH TERHADAP

KUALITAS TEH HITAM YANG DIHASILKAN DI PT.

PERKEBUNAN NUSANTARA IX KEBUN SEMUGIH

Pucuk teh diambil sebanyak 200 gram, pucuk teh

dipisahkan menjadi 8 bagian, antara lain

pucuk

muda, lembar muda, rusak muda,

pucuk tua, lembar

tua, rusak tua, burung tua, dan yang terakhir adalah

tangkai. Analisa pucuk harus memenuhi syarat (MS)

sebesar 50 - 60%.

(38)

HASIL ANALISA PUCUK DAUN

TEH TERHADAP KUALITAS TEH

HITAM

Data Analisa pucuk daun teh yang dilakukan pada tanggal 2 Januari 2017

*MS = Memenuhi Standar

Bagian Daun

Pucuk Rusak Lembar Burung Tua

Tangkai Jumlah Sampel

MS Group Hasil Muda Tua Muda Tua Muda Tua

Kg gr % gr % gr % gr % gr % gr % gr % gr % gr % % A 1123 28 14 - - 18 9 18 9 64 32 34 17 8 4 30 15 200 100 55 B 1420 32 16 - - 12 6 10 5 64 32 42 21 8 4 32 16 200 100 53 C 1410 34 17 - - 16 8 18 9 50 25 18 9 34 17 30 15 200 100 51 D 1170 26 13 - - 20 10 10 5 54 27 44 22 22 11 24 12 200 100 45 E 1175 30 15 - - 14 7 14 7 42 21 56 28 16 8 28 14 200 100 43 F 770 24 12 - - 16 8 10 5 48 24 42 21 34 17 26 13 200 100 41 G 840 34 17 - - 16 8 14 7 38 19 52 26 16 8 30 15 200 100 43 H 1020 30 15 - - 20 10 12 6 58 29 34 17 12 6 34 17 200 100 50 Jumlah 8980 238 119 - - 132 66 106 53 418 209 322 161 150 75 234 117 200 100 381 Rata2 30 15 - - 16 8 14 7 52 26 40 20 18 9 30 15 1600 800 48

(39)

PEMBAHASAN

Terjadinya penurunan MS tersebut dapat terjadi karena beberapa

hal, antara lain:

kurangnya pengawasan pemetik oleh mandor

kurangnya ketrampilan pemetik

tidak memperhatikan gilir petik.

Semakin panjang fase gilir petik teh akan menyebabkan

hasil mutu pucuk teh semakin kasar dan jenis pucuk teh

tidak seragam

.

Faktor yang menentukan kualitas produk teh dalam sistem

pemetikan salah satunya adalah

siklus petik

dan

kehalusan

pucuk yang dipetik

(40)

PEMBAHASAN

Kandungan kimia yang dimiliki daun teh

dipengaruhi dengan beberapa faktor yaitu

umur

daun

, jenis klon, variasi musim serta kondisi

tanah, perlakuan kultur teknis, dan banyaknya

sinar matahari yang diterima tanaman teh.

Kualitas produk teh yang baik akan diperoleh dari

daun muda/ pucuk karena mengandung senyawa

polifenol (golongan catechin),

tannin,

caffein

(41)

PEMBAHASAN

Konsentrasi katekin pada teh tergantung pada

umur

teh

. Kandungan zat katekin tertinggi didapatkan

dari pemetikan pucuk peko dengan dua daun muda

dibawahnya (p+2m) (Singh et al., 1999).

Polifenol akan teroksidasi selama proses fermentasi

berlangsung dan akan membentuk pigmen dari teh

hitam yaitu

zat theaflavin

dan

thearubigin

.

Katekin

akan memberikan kontribusi terhadap flavor dan

karakteristik rasa dari seduhan teh.

(42)

PEMBAHASAN

Pada daun tua juga memiliki kandungan kimia

yang cukup bermanfaat. Salah satunya adalah

kandungan

beta-caroten

dan

lutein

. Lutein

merupakan antioksidan yang ada pada daun

teh tua. Kandungan beta-caroten serta lutein

teh terdapat di daun yang tua dibandingkan

daun teh yang muda.

(43)

KESIMPULAN

Serbuk teh yang diproduksi antara lain

BOP, BOPF, PF, DUST, BP, BT, PF II, BP II, FANN II, DUST

II, DUST III, BM, KAWUL.

Kualitas teh ditentukan dari penanganan bahan

baku, proses serta kandungan kimia dalam daun teh.

Nilai posentase MS (Memenuhi Standar) ditentukan

dari bagian daun teh yang muda seperti pucuk

muda, lembar muda dan rusak muda.

Mutu teh yang baik dihasilkan dari pucuk daun teh

yang masih muda.

Kandungan kimia yang terkandung didalam daun teh

juga menentukan kualitas dari teh hitam yang

(44)

SARAN

Untuk mendapatkan kualitas teh hitam uang baik

maka perlu dilakukan perbaikan sistem

pemetikan dengan lebih efisien sehingga akan

didapatkan hasil yang maksimal.

Penanganan bahan baku perlu diperhatikan

sehingga tidak terjadi kerusakan bahan baku

diawal proses.

Pengawasan oleh mandor terhadap pemetik

perlu ditingkatkan sehingga pemetik akan

memetik sesuai rumus petikan yang telah

ditentukan pabrik.

(45)

REFERENSI

Aigbodion, O.B., &Marcell, I. (2013).Microbiological characteristics and phytochemical screening of

some herbal teas in Nigeria. European Scientific Journal, 9(8), 149-160.

Cheruiyot, E.K. (2007). Polyphenols as potential indicators for tolerance in tea (Camellia

sinensis).Bioscience, Biotechnology, and Biochemistry, 71(9), 2190-2197.

Hartoyo, A. 2003, Tehdan Khasiatnya bagi Kesehatan. Penerbit Kanisius,Yogyakarta.

IndrianiNovitaPratiwi. 2011. Analisa Pemetikan Dan Pengaruhnya Terhadap Mutu Pucuk Tanaman Teh

(Camellia sinensis(L.) O. Kuntze) Di Unit Perkebunan TanjungsariI, PT. Tambi, Wonosobo, Jawa Tengah. Departemen Agronomi Dan Hortikultura Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor.

Junianty Towaha. 2013. Warta PenelitiandanPengembanganTanamanIndustri, vol. 19 no. 3, 2013 Khan, N., &Mukhtar, H. (2007).Tea polyphenols for health promotion.Life Science, 81, 519-533.

Linda Yunitasari. 2010. Quality Control Pengolahan Teh Hitam Di Unit Perkebunan Tambi, PT Perkebunan

(46)

REFERENSI

Mahmud, S. dan Sukasman. 1988. Pengaruh daur pemetikan dan system pemetikan terhadap hasil

pucuk teh. Buletin Penelitian Teh dan Kina 3 (1):1-8.

Martinus B.A., Afdhil Arel, Adi Gusman. 2014. Perbandingan Kadar Fenolat Total Dan Aktivitas

Antioksidan Pada Ekatrak Daun Teh (Camellia sinensis [L.] O. K.) Dari Kayu Aro Dengan Produk Teh Hitamnya Yang Telah Beredar.. Scientis. Vol. 4 No. 2. ISSN : 2087-5045 75

Masduki, I. (1996). Efek antibakteri ekstrak biji pinang (Areca catechu) terhadap S. aureus dan E. coli. Cermin Dunia Kedokteran, 109, 21-4.

Minjie, Z. (1995). Sixth conference thesis of comprehensive utilization of agricultural by-products by

China commitee of Chemistry (J). Nanchang.

Nazaruddindan F. B. Paimin. 1993. Pembudidayaan dan Pengolahan Teh. Penebar Swadaya. Jakarta Novia Sari Andriyani.2010. AnalisiHasilPetikanTanamanTeh (Camellia sinensis(L) O. Kuntze) Di Unit

Perkebunan Bedakah,PT Tambi, Wonosobo, Jawa Tengah.InstitutPertanian Bogor.DepartemenAgronomi Dan HortikulturaFakultasPertanian

PusatPenelitianTehdan Kina.2006. PetunjukKulturTeknisTanamanTeh.LembagaRiset Perkebunan

(47)

REFERENSI

Rosida, Dedin F., & Dina Amalia. 2015. Kajian pengendalian mutu teh hitam Chrusing, tearing, dan

curling. Jurnal Rekapangan. Vol9., No 2, 1-8

Rudi T. Setiyonodan Budi Martono. 2014. Skrining Fitokimia Enam Genotipe Teh.Jurnal . TIDP 1(2),

63-68

Setyamidjaja, D. 2000. Budidayadan Pengolahan Pasca Panen Tanaman Teh. Kanisius.Yogyakarta.154 hal.

Singh, H.P., Ravindranath, S.D., & Singh, C. (1999).Analysis of tea shoot catechins: Spectrophotometric

quantification and selective visualization on two dimensional paper chromatograms using diazotized sulphanilamide.J. of Agricultural and Food Chemistry,47(3), 1041-1045.

Singh, R., Rastogi, S., &Dwivedi, U.N. (2010).Phenylpropanoid metabolism in ripening fruits.Compr. Rev.

Food Sci., F 9, 398-416.

Sukasman. 1985. HubunganantaraKehalusanPetikdenganHasildanMutuPucuk. BPTK Gambung. 15p Sumantri, S. F. A. 1990. Pengaruh daur petik terhadap mutu pucuk dan persentase grade teh hijau di

Pasir Sarongge.Buletin Penelitian Teh dan Kina, 4 (2) : 69 - 74

(48)

REFERENSI

Suryatmo, F. A. 1984. Kadar Tanin, Kadar Kafein dan Kemampuan Enzim sebagai Indikator Protein

Kualitas Beberapa Klon Teh. Menara Perk. 52 (6a): 242-245.

Takeda, Y. (1994). Differences in tea caffeine and tannin contents between tea cultivars and aplication to

tea breeding.Japan Agricultural Research Quaterly, 28(2), 117-123.

WahyuKusuma. 2008. AnalisiHasilPetikanTanamanTeh (Camellia sinensis(L) O. Kuntze) Di Perkebunan

Rumpun Sari,PT SumberAbadiTirtasentosa, Karanganyar, Jawa Tengah. InstitutPertanian

Bogor.DepartemenAgronomi Dan HortikulturaFakultasPertanian

Xin-Chao, W., Chen, L., Chun-Lei, M., Ming-Zhe, Y.,&Ya-Jun, Y. (2010). Genotypic variation Journal of

Food Composition and Analysis, 23, 9-14.

Xiong, L., Li, J., Li, Y.,Yuan, L., Liu, S., Huang, J., & Liu, Z. (2013). Dynamic changes in catechin levels and

catechin biosynthesis-related gene expression in albino tea plants (Camellia sinensisL.). Plant Physiology and Biochemistry, 71, 132-143.

(49)

Yamanishi, T. (1999).Tea flavor.In Jain N.K. (Ed.).Global Advances in Tea Science (pp. 707-722). New Delhi: Aravali Book International (P) Ltd.

Yang, D., Liu, Y., Sun, M., Zhao, L., Wang, Y., Chen, X., ... Xia, T. (2012). Differential gene expression

in tea (Camellia sinensisL.) calli with different morphologies and catechin contents.J. Plant Physiol., 169, 163-175.

(50)

THANKYO

U

Referensi

Dokumen terkait

Apakah penerapan model konseling behavioristik efektif untuk mengatasi perilaku siswa hiperaktif kelas II SD N 2 Golantepus Mejobo Kudus tahun pelajaran 2011/2012,

Oleh karena timbul panas, artinya reaksi tersebut melepaskan kalor atau reaksinya eksoterm, ini berarti kalor hasil reaksi lebih rendah dari pereaksi.. Jika reaksi itu dilakukan

Fenomena Akulturasi dan Sinkretisme dalam Perspektif Arkeologi (Studi Kasus Pada Ragam Hias di Kompleks Makam Bataliung, Kabupaten Jeneponto Sulawesi Selatan), 14

Hasil bacaan tersebut membuktikan bahwa bilik ionisasi tipe pensil lapangan Exradin tidak bisa digunakan sebagai detektor bilik pensil untuk mengukur dosis

Berdasarkan analisa yang dilakukan terhadap fork road bike dengan menggunakan metode static test pada SolidWorks serta pengujian berdasarkan standar CEN 14781 didapatkan

Untuk mendukung peningkatan kapasitas kelembagaan daerah secara optimal, efektif dan efesien serta terjamin keterlanjutannya, pada tahun 2016 Pemerintah Kota Semarang

Penelitian ini dibuat dengan tujuan untuk memberikan informasi tentang karakteristik water heater ,antara lain : (a) merancang dan membuat water heater, (b)