• Tidak ada hasil yang ditemukan

KEPUASAN LANJUT USIA TERHADAP DUKUNGAN S

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "KEPUASAN LANJUT USIA TERHADAP DUKUNGAN S"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

KEPUASAN LANJUT USIA TERHADAP DUKUNGAN SOSIAL YANG DITERIMA DARI KELUARGA: STUDI KASUS DI COMMUNITY WELFARE

CENTRE, SUKAMANAH, PANGALENGAN

(Elderly Satisfaction Toward Social Support Received from Their Family: Case Study In Community Welfare Centre, Sukamanah, Pangalengan)

Husmiati dukungan sosial yang mereka terima. Penelitian ini melibatkan 105 lanjut usia yang mendapat pelayanan di Community Welfare Center di Sukamanah, Pangalengan, Kabupaten Bandung. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji bentuk-bentuk dukungan yang diterima lanjut usia dan kepuasan mereka terhadap dukungan yang mereka terima tersebut. Hasil penelitian menunjukkan bahwa bentuk dukungan sosial yang diterima responden dari keluarga terdekat (pasangan, anak, menantu, saudara) sangat bervariasi. Majoritas responden merasakan mendapat dukungan emosional dan dukungan finansial. Selain itu responden merasakan dukungan dari keluarga terdekat ketika memerlukan bantuan dalam pembuatan keputusan yang menyangkut kehidupan sehari-hari termasuk dalam hal pengobatan dan perawatan kesehatan. Responden merasakan mendapat dukungan dari keluarga terdekat berupa bantuan makan, rekreasi, hiburan dan transportasi.

kata kunci: lanjut usia, kepuasan, dukungan.

ABSTRACT

This article is the result of research on the satisfaction of the elderly to social support that they receive. The study involved 105 elderly who receive services at the Community Welfare Centre in Sukamanah, Pangalengan, Bandung regency. This study aimed to examine the forms of support received by the elderly and their satisfaction with the support they receive. The results showed that social support received form the respondent of the immediate family (spouse, son, daughter, brother) is highly variable. Majority of respondents felt the emotional support and financial support. Besides the respondent feel the support of family nearby when requiring assistance in making decisions related to daily life, including in terms of medicine and health care. Respondent to feel the support of the immediate family of food aid, recreation, entertainment and transportation.

(2)

LATAR BELAKANG

Proses menua (aging) adalah psoses alami yang disertai adanya penurunan kondisi fisik, psikologis maupun sosial yang saling berinteraksi satu sama lain. Keadaan itu cenderung berpotensi menimbulkan masalah kesehatan secara umum maupun kesehatan jiwa secara khusus pada lanjut usia. Memang tidak dapat dibantah, bila seseorang bertambah tua, kemampuan fisik dan mental hidupnya pun akan perlahan-lahan tetapi pasti menurun. Akibatnya aktivitas hidupnya akan ikut terpengaruh, yang pada akhirnya akan dapat mengurangi kesigapan seseorang. Secara umum menjadi tua atau menua, ditandai oleh kemunduran-kemunduran biologis yang terlihat sebagai gejala-gejala kemunduran fisik, disertai dengan kemunduran pada aspek-aspek lain.

Pada usia selanjutnya yaitu setelah usia di atas 60 tahun manusia akan menghadapi sejumlah permasalahan. Permasalahan pertama adalah penurunan kemampuan fisik hingga kekuatan fisik berkurang, aktifitas menurun, sering mengalami gangguan kesehatan yang menyebabkan mereka kehilangan semangat. Pada fase ini, sikap keberagamaan (spiritualitas) pada lanjut usia mengalami peningkatan dan untuk proses seksual justru mengalami penurunan. Manusia lanjut usia dalam penilaian banyak orang adalah manusia yang sudah tidak produktif lagi. Kondisi fisik rata-rata sudah menurun, sehingga dalam kondisi yang sudah uzur ini berbagai macam penyakit sudah siap untuk menggerogoti mereka. Dengan demikian di usia lanjut ini terkadang muncul semacam pemikiran bahwa mereka berada pada sisa umur menunggu datangnya kematian. Sejalan dengan pendapat Okumagba (2011), yang menyatakan bahwa sebagian besar orang-orang yang berusia lanjut menyatakan tidak merasakan dalam keterasingan dan masih menunjukkan aktifitas yang positif, akan tetapi perasaan itu (perasaan tinggal menunggu kematian) muncul setelah mereka memperoleh bimbingan semacam terapi psikologi.

(3)

pada usia tersebut sedah mengalami penurunan. Sebaliknya di pihak lain, memiliki khasanah pengalaman yang kaya. Kejayaan mereka di masa lalu yang pernah diperoleh sudah tidak lagi memperoleh perhatian, karena secara fisik mereka dinilai sudah lemah. Kesenjangan ini menimbulkan gejolak dan kegelisahan batin. Apabila gejolak batin tidak dapat di bendung lagi, maka muncul gangguan kejiwaan seperti stress, putus asa, ataupun pengasingan diri dari pergaulan sebagai wujud rasa rendah diri (inferiority).

(4)

Dewasa ini para ahli gerontologi sosial banyak memusatkan perhatian pada pentingnya dukungan untuk lanjut usia, dan banyaknya dukungan sosial yang diterima oleh lanjut usia (Okumagba, 2011). Pada masa lalu keluarga selalu memainkan peranan yang sangat menentukan mengenai status dan keamanan orang lanjut usia. Peran keluarga dan masyarakat sangat penting dalam meningkatkan derajat kesehatan dan kualitas hidup lansia, dengan melalui perubahan perilaku kearah perilaku hidup bersih dan sehat dalam tatanan keluarga dan masyarakat, perbaikan lingkungan (fisik, biologis, sosial-budaya, ekonomi), membantu penyelenggaraan pelayanan kesehatan (promotif, preventif, kuratif, rehabilitatif). Berbagai cara diberikan untuk peningkatan status bagi lanjut usia dalam masyarakat. Berbagai bentuk diantaranya dengan memberikan penghormatan, kewenangan, keamanan sosial dan ekonomi kepada lanjut usia yang tinggal dalam keluarga besar (Fahrudin, 2012).

Menurut Zastrow dan Ashman (2013), lanjut usia memerlukan kesinambungan bantuan dana dan fasilitas, selain itu juga penting untuk “mendapatkan cukup perhatian” atau “di-orang-kan”. Pada dekade 1950-an dan 1960-an, sejumlah pemerhati berpendapat bahwa sistem keluarga besar (extended family) mengalami disintegrasi kedalam unit-unit keluarga-keluarga kecil. Hal ini mungkin saja merupakan konsekuensi industrialisasi dan urbanisasi. Cowgill (1974) mengatakan bahwa modernisasi, khususnya urbanisasi dan pendidikan massa, pembangunan tempat tinggal dan keterpisahan secara sosial dan intelektual melalui mobilitas tempat tinggal dan perubahan status dimana anak memperoleh status sosial yang lebih tinggi berbanding orang tua mereka. Konsekuensinya, jika analisis ini benar adanya maka orang lanjut usia akan mengalami putus dari keluarga dan putus dukungan yang bersumber dari keluarga. Chi & Chou (2001) mengartikan dukungan sosial kepada lanjut usia dapat dijelaskan dalam enam dimensi yaitu ukuran jaringan sosial, komposisi, frekuensi kontak sosial, kepuasan terhadap dukungan, jenis dukungan dan bantuan yang lainnya.

(5)

kunjungan kepada orang tua yang lanjut usia merupakan aspek penting dalam memelihara dukungan sosial termasuk bantuan materi, dan terpenting lagi adalah dukungan sosial dan psikologis. Migrasi desa-kota dikalangan orang muda juga telah mengurangkan ketersediaan dukungan fisik kepada lanjut usia (Cruz & Obcena, 1991). Pengaturan kehidupan bagi lanjut usia menjadi faktor penting untuk mengenali status lanjut usia yang memerlukan pelayanan sosial oleh lembaga atau program jaminan sosial bagi lanjut usia. Keteraturan hidup lanjut usia merupakan fungsi dari banyak faktor termasuk status perkawinan, status kesehatan, ketergantungan keuangan sebagaimana halnya tradisi budaya seperti kekerabatan dan ketersediaan dukungan sosial untuk lanjut usia (Okumagba, 2011). Persoalan perawatan kesehatan dan masalah keuangan merupakan masalah umum ditemukan pada lanjut usia. Faktor-faktor ini perlu menjadi perhatian karena semua ini dapat menjadi Faktor-faktor penting bagi kesejahteraan lanjut usia dan pemberian dukungan sosial lanjut usia sebaiknya berasal dari jaringan keluarga. Hal ini juga sebagaimana ditegaskan oleh Neysmith & Edward (1999) dan Sijuade (1991) bahwa perawatan keluarga dan dukungan keluarga dipercayai sangat menentukan dan diperkuat oleh nilai budaya dalam masyarakat itu sendiri. Hasil penelitian Chao (2010), menyimpulkan bahwa luasnya jaringan sosial dan banyaknya kontak sosial mempengaruhi kepuasan terhadap dukungan sosial yang diterima. Lanjut usia yang menerima dukungan sosial berupa emosional dan finansial berhubungan yang signifikan dengan rendahnya depresi dan tingginya kepuasan kerja. Berdasarkan paparan diatas, maka penulis tertarik untuk meneliti bagaimana bentuk dukungan yang diterima lanjut usia dan bagaimana pula kepuasan yang dirasakan lanjut usia terhadap dukungan yang diberikan anggota keluarganya. Secara khusus penelitian ini dilakukan di wilayah pedesaan dimana lanjut usia yang diteliti merupakan lanjut usia yang menerima pelayanan di Community Welfare Center, yaitu sebuah unit pelayanan dibawah Yayasan Kesejahteraan Sosial Asiana yang berlokasi di desa Sukamanah, Kecamatan Pangalengan Kabupaten Bandung. Berdasarkan data dan paparan diatas, maka penelitian ini bertujuan untuk;

1.

Memperoleh data lanjut usia di Pangalengan

2.

Memperoleh informasi dan penjelasan empirik mengenai bentuk-bentuk dukungan yang diterima lanjut usia

(6)

METODOLOGI PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan metode survey deskriptif . Sasaran penelitian ini adalah lanjut usia yang menerima pelayanan di Community Welfare Center di Pangalengan Bandung yang dikelola oleh Yayasan Kesejahteraan Sosial ASIANA. Teknik sampling yang digunakan adalah teknik sampel bertujuan (purposive sampling), artinya lanjut usia yang tercatat dan menerima pelayanan di Community Welfare Center dijadikan responden dalam penelitian ini. Sedangkan teknik pengumpulan data yang digunakan penelitian ini adalah wawancara berstruktur, yaitu pengumpulan data dengan mengajukan daftar pertanyaan yang telah dipersiapkan sebelumnya dengan pertimbangan banyak diantara responden penelitian tidak bisa membaca atau kesulitan membaca karena kesehatan mata mereka. Oleh karena penelitian ini adalah penelitian deskriptif maka teknik analisis data yang digunakan terbatas pada analisis menggunakan distribusi frekuensi dan persentase. Data dianalisis menggunakan program komputer SPSS versi 19.0.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Data Demografi

Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 105 orang responden yang dikaji terdiri dari 43,8% laki-laki dan 56,2% perempuan.

Tabel 1. Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin

No. Jenis Kelamin Frekuensi Persenase

1. Laki-laki 46 43,8

2. Perempuan 59 56.2

Jumlah 105 100.0

Berdasarkan kategori umur, hasil penelitian menunjukkan 31,4% termasuk dalam kategori pra lansia, sementara 68,6% responden masuk dalam kategori lanjut usia karena berusia 60 tahun ke atas.

Tabel 2. Karakteristik umur berdasarkan kelompok umur

No. Umur Frekuensi Persentase

1. 45 – 49 tahun 33 31.4

2. 60 tahun keatas 72 68.6

(7)

Status perkawinan menggambarkan apakah responden pernah kawin/menikah dan mempunyai keluarga. Majoritas responden lanjut usia masih terikat dalam status perkawinan (75.2%), sementara 13.3% berstatus janda dan 11.4% berstatus duda.

Tabel 3. Karakteristik berdasarkan status perkawinan

No. Status perkawinan Frekuensi Persentase

1. Janda 14 13.3

2. Duda 12 11.4

3 Kawin 79 75.2

Total 105 100.0

Tingkat pendidikan bagi seorang lanjut usia penting untuk melihat kemampuan responden dalam menerima realita sebagai orang yang berusia lanjut. Tingkat pendidikan seseorang akan menentukan corak yang bersangkutan dalam bertingkah laku dan berpikir. Berikut karakteristik responden berdasarkan pendidikan:

Tabel 4. Karakteristik responden berdasarkan tingkat pendidikan No. Tingkat Pendidikan Frekuensi Persentase

1. SD 59 56.2

2. SMP 18 17.1

3 SMA 22 21.0

4. SARJANA 6 5.7

Total 105 100.0

Berdasarkan tabel 4 di atas diperoleh gambaran bahwa tingkat pendidikan responden sebagian besar adalah SD yaitu sebanyak 59 orang (56,2 %). Tingkat pendidikan seperti ini memberi kemungkinan besar responden mengalami kesulitan dalam upaya pemecahan masalah yang mereka hadapi. Sedangkan responden yang berpendidikan tingkat SLTP sebanyak 18 orang (17,1%) dan tingkat SLTA berkisar 22 orang (21%). Dari keseluruhan respoden terdapat 6 orang (5,7%) mempunyai tingkat pendidikan sarjana. Secara keseluruhan sebenarnya tingkat pendidikan responden cukup memadai untuk dijadikan sumber internal yang dapat dimanfaatkan dalam membuat program penanganan masalah.

(8)

3 Dengan Keluarga lain 7 6.7

. Total 105 100.0

Tabel 5 di atas, hasil penelitian menunjukkan 51,4% responden hidup dan tinggal bersama dengan anak mereka, diikuti dengan hidup sendiri dengan pasangannya (suami/isteri), dan hanya terdapat 6,7% lanjut usia yang terpaksa tinggal bersama dengan keluarga lainnya. Hal ini menunjukkan potensi dukungan sosial yang dapat diberikan oleh anak-anak mereka terhadap lanjut usia masih tersedia. Karena keluarga merupakan sumber dukungan bagi seorang lanjut usia maka lanjut usia yang tinggal sendiri dengan pasangannya (41.9%) merupakan lanjut usia yang rawan ketiadaan dukungan. Padahal pada usia lanjut dukungan dan kedekatan dengan keluarga merupakan aspek terpenting untuk pemeliharaan kehidupannya.

Bentuk Dukungan Keluarga Terhadap Lanjut Usia

Berdasarkan hasil penelitian bentuk dukungan sosial yang diterima responden dari keluarga terdekat (pasangan, anak, menantu, saudara) sangat bervariasi. Majoritas responden merasakan mendapat dukungan emosional (66,7%) sementara 33,3% merasa tidak mendapat dukungan emosional. Selain itu dalam hal dukungan financial, sebanyak 53,3% responden merasa mendapat dukungan financial untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari, sementara itu terdapat 46,7% responden tidak merasa mendapatkan dukungan financial dari keluarga terdekat.

Tabel 6. Bentuk dukungan yang dirasakan oleh responden

Bentuk Dukungan Kategori Frekuensi Persentase

pembuatan keputusan YaTidak 5847 55.244.8

(9)

Berdasarkan tabel 6 diatas, sebanyak 55,2% responden merasakan dukungan dari keluarga terdekat ketika memerlukan bantuan dalam pembuatan keputusan yang menyangkut kehidupan sehari-hari termasuk dalam hal pengobatan dan perawatan kesehatan, sementara 44,8% tidak merasakan dukungan dari keluarga berkaitan dengan dukungan dalam pembuatan keputusan.

Dalam hal perawatan dan pengobatan, 58% responden merasakan mendapat dukungan dari keluarga terdekat, sementara 42% responden tidak merasakan dukungan tersebut. Sementara itu, 58% responden merasakan keluarga terdekat seringkali melakukan kegiatan entertain atau mentraktir dalam soal makan/minuman atau bentuk rekreasi dan hiburan, sementara 42% responden tidak merasakan adanya dukungan dari keluarga dekat dalam bentuk entertain dan mentraktir baik dalam soal makan/minum maupun dalam bentuk rekreasi dan hiburan. Terakhir, dalam soal transportasi companionship dari keluarga, hanya 42% yang merasakan adanya dukungan sementara 58% tidak merasakan adanya dukungan dari keluarga.

Tabel 7. Kepuasan yang dirasakan responden atas bantuan/dukungan keluarga

Berdasarkan tabel 7 di atas, lanjut usia menyatakan sangat puas (55.2%) terhadap bantuan dan dukungan yang diberikan keluarganya, terdapat dan 12,4% responden menyatakan puas dan sangat puas, selebihnya menyatakan tidak puas dan sangat tidak No. Kepuasan yang dirasakan Frekuensi Persentase

1 Sangat tidak puas 4 3.8

2 Tidak puas 30 28.6

3 Puas 58 55.2

4 Sangat puas 13 12.4

(10)

puas. Meskipun secara keseluruhan lanjut usia menyatakan puas terhadap dukungan keluarga yang diterimanya, namun terdapat 32.4% lanjut usia yang menyatakan tidak puas terhadap dukungan yang diberikan keluarganya. Hal ini bisa menjadi potensi keterlantaran lanjut usia baik secara fisik, sosial, ekonomi maupun psikologis.

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

Kesimpulan

Berbagai persoalan yang dihadapi lanjut usia telah diupayakan pemecahannya oleh pemerintah dan swasta, namun demikian ternyata belum semua program pelayanan bagi lanjut usia tersebut dapat menyentuh semua lanjut usia khususnya di pedesaan. Lanjut usia umumnya di pedesaan menghadapi masalah kekurangan dukungan sosial dari keluarga akibat modernisasi khususnya migrasi dan perubahan struktur keluarga dari keluarga besar menjadi keluarga kecil.

Hasil penelitian menunjukkan umumnya lanjut usia masih tinggal dengan anggota keluarga baik itu anak maupun pasangannya. Dengan demikian dukungan keluarga yang dirasakan lanjut usia dalam berbagai bentuk dan umumnya mereka merasakan kepuasan terhadap dukungan yang diterima dari keluarga.

Rekomendasi

Berdasarkan hasil penelitian ini peneliti merekomendasikan kepada beberapa pihak yang terkait dalam memberikan pelayanan bagi lanjut usia, sebagai berikut:

1. Agar pemerintah pusat dan daerah membuat dan melaksanakan kebijakan yang berkaitan dengan permasalahan yang dialami lanjut usia. Perlu optimalisasi dan perluasan jangkauan layanan Day Care bagi lanjut usia tidak hanya di perkotaan namun juga di wilayah pedesaan. Dalam hal ini pemerintah, pemerintah daerah dan masyarakat perlu bekerja sama dalam mendirikan Day Care bagi lanjut usia.

(11)

pengkajian yang mau dan mampu melakukan pengkajian tentang lanjut usia. Oleh karena itu, peneliti berharap pada lembaga pengkajian/penelitian dapat melakukan pengkajian/penelitian tentang dukungan sosial lanjut usia dan memperkuat penelitian pada aspek-aspek psikososial lanjut usia

DAFTAR PUSTAKA

Cowgill D. (1974). Aging and modernization: A revision of the theory. In: J. Gubrium (Ed.): Late Life Communities and Environmental Policies. Springfield, Illinois:Thomas, pp. 123 - 146.

Cruz, TM, & Obcena, A (1991). Future directions for aging policy in Philippines. In: Population Aging in Asia. Asian Population Studies Series 10 No. 108 (Bangkok Escap), pp. 54 – 60.

Chao, S.F. (2010). Life transitions, social support and psychological well-being among the elderly in taiwan: A Longtudinal study.

Unpublished PhD Dissertation. New York: University at Albany, State University of New York

Chi, I., & Chou, K. L. (1999). Financial strain and depressive symptoms among Hong Kong Chinese elderly: A longitudinal study. Journal of Gerontological Social Work,32(4), 41-60.

Chi, I., & Chou, K. L. (2001). Social support and depression among elderly Chinese people in Hong Kong. International Journal of Aging and Human Development, 52(3), 231-151

Elizabeth B. Hurlock. (1997). Psikologi perkembangan. Jakarta. Erlangga.

Fahrudin, A. (2013). Social work and social welfare in Indonesia. Dalam Sharlene Furuto (ed.), Social welfare in East Asian and Pacific Island. New York: Columbia University Press.

Fahrudin,A.(2012). Pengantar kesejahteraan sosial. Bandung: PT Refika Aditama

Greene, R.R. (2008). Social work with the aged and their families (3rd edition). New

Brunswick: Aldine Transaction.

Neysmith S, Edward J. (1999). Economic depending in the 1990s: Its impact on the third world elderly. Aging and Society, 14(1): 21-44.

(12)

Sijuwade P. (1991). Sex differences in perception of aging among the Nigerian elderly. Social Behaviour and Personality: An International Journal, 19(4): 289 –296.

Gambar

Tabel 2. Karakteristik umur berdasarkan kelompok umur
Tabel 6. Bentuk dukungan yang dirasakan oleh responden
Tabel 7. Kepuasan yang dirasakan responden atas bantuan/dukungan keluarga

Referensi

Dokumen terkait

Diantara variabel motivasi, disiplin, masa kerja dan job in security manakah yang mempunyai pengaruh paling dominan terhadap produktivitas kerja karyawan pada Universitas

Rekomendasi yang diberikan untuk guru yaitu kegiatan senam fantasi dapat dijadikan alternatif pembelajaran untuk meningkatkan kemampuan motorik kasar anak usia dini..

20 Urusan Wajib Otonomi Daerah, Pemerintahan Umum, Adm KeuDa, Perangkat Daerah, Kepegawaian Unit Organisasi

Perkembangan perekonomian Kabupaten Jember di era otonomi daerah yaitu dari tahun awal dimulainya otonomi pada tahun 2001 hingga tahun 2009 cenderung mengalami peningkatan, dari

Penelitian ini membahas tentang analisis pengaruh ukuran perusahaan, profitabilitas, leverage dan likuiditas terhadap opini audit going concern pada perusahaan

Determine the minimum and maximum values of f (

[r]

Setiap perusahaan mempunyai budaya masing-masing, budaya yang dimiliki oleh perusahaan akan mempengaruhi jalan bisnis yang dilakukan perusahaan dan merupakan masalah lingkungan