• Tidak ada hasil yang ditemukan

DINAMIKA PERJALANAN SENI MODERN pdf

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "DINAMIKA PERJALANAN SENI MODERN pdf"

Copied!
24
0
0

Teks penuh

(1)
(2)
(3)

DINAMIKA PERJALANAN SENI MODERN

Pergeseran Essensi Dari Realitas Fakta, Realitas

Makna Dan Realitas Tafsir Dalam Wacana

Perjalanan Sent Tradisi Barat

Dharsono

dipublikasikan pada Jurnal Seni Rupa dan Desain Vol.1 No.3 Agustus 2001

Abstrak

Awal perjalanan seni rupa modern dari post impresionisme (awal abad 19), seni modem (abad 20) d, an mensikapi seni kontemporer sebagai fenomena barn ( abad 21). Apabila dicermati, ada pergeseran yang secara essensi dari sebuah realitas; dari realitas fakta dalam seni pra modem, realitas makna dalam seni modem dan realitas tafsir dalam pasca modem. Masing-masing mempunyai permasalahan yang perlu disikapi sebagai wacana historik dalam perjalanan seni rupa tradisi b a r a t . A p a b i l a s e n i m o d e m m e n g a n k a t d e m e n s i p r o g r e s s d e n g a n mengungkapkan pengalaman estetiknya dalam simbol-simbol ekspresi menghasilkan realitas makna. Seni kontemporer mencoba mengangkat multi demensi yang menawarkan berbagai multi kemungkinan dari multi idea sampai multi media yang menghasilkan realitas tafsir.

Kata Kunci: realisme, impresionsime, postimpresionisme, seni rupa modern, seni kontemporer, pengalaman estetik, simbol ekspresi, abstrak geomeris, abstrak

(4)

Pendahuluan

Awal perjalanan seni rupa modern diawali oleh gerakan yang disebut dengan gerakan seni lukis realisme dinamis atau post impresionisme. Gerakan ini merupakan masa transisi dari konvensi realisme ke bentuk kebebasan seniman. Impresionisme yang lahir pada abad XVII, membawa reaksi tajam. Reaksi tersebut datang dari seorang tokoh impresionisme fanatik: Paul Cezanne (1839

-1906). Cezanne

berpendapat bahwa,

pelukis berpikir

menggunakan warna. Tugas pelukis adalah memproduksi hal yang berdimensi tiga ke dalam

suatu bidang datar (kanvas). Ruang dan isi tidak bisa dipisahkan, Cezanne tidak ingin sekedar untuk meniru

alam (memesis),

melainkan alam ini ingin diciptakan kembali untuk memperoleh bentuk -bentuk yang kuat (Myers; 1959: 210). Disini nampak bahwa

Cezanne mulai

meninggalkan

kebiasaan-kebiasaan

atau konvensi

impresionisme ke dalam

bentuk dinamika

realisme, yang kemudian

disebut pasca

impresionisme.

(5)

-sepsinya mutlak, pelukisan alam benda, mengandung banyak massa tiga dimensi, dalam volume tiga dimensi akan terjadi pelukisan ruang. Seorang impresionisme sejati selalu hanya mengamati berbagai warna yang terkandung pada permukaan benda. Dengan kata lain bahwa argumentasi kaum impresionisme, persepsi alam adalah kemurnian image pada retina, dengan demikian gambar kaum impresionisme adalah hubungannya dengan persepsi retina yang murni, suatu jajaran warna yang banyak, tak berhubungan dengan perbendaharaan benda

itu sendiri dan tidak ada garis. Sebaliknya Paul Cezanne mematahkan kedangkalan image retina kaum impresionis, membawa kembali pada garis, khususnya gerak kerangka kerja limier tiga dimensi, memberi tekanan gerak garis dan semua ketegangan kinetik daripada garis, bidang dan massa. Cezanne mengamati alam

sebagai suatu yang dinamis (Stephen C. Pepper, tth: 245). Maka munculah karya Cezanne

yang merupakan

(6)

banyak mengilhami seni modern sesudahnya. "Dalam lebih kurang lima belas tahun pertama dan abad keduapuluh ini ternyata perkembangan seni begitu menentukan bermacam-macam aliran yang timbul selanjutnya, serta pembukaan pintu bagi kebebasan dan keluasan seni di abad ini" (Soedarso SP 1971:7).

Seni modern

Paul Cezanne (1839 -1906) berpendapat bahwa, pelukis berpikir menggunakan warna. Tugas pelukis adalah memproduksi hal yang berdimensi tiga ke dalam suatu bidang datar (kanvas). Ruang dan isi tidak bisa dipisahkan,

Cezanne tidak ingin sekedar untuk meniru alam (memesis), melainkan alam ini ingin diciptakan kembali untuk memperoleh bentuk-bentuk yang kuat (Myers; 1959: 210). Apabila pandangan impresionisme, persepsi alam adalah kemurnian image pada retina, sehingga muncul jajaran warna yang banyak, tak berhubungan dengan perbendaharaan benda itu sendiri dan tidak ada garis.

Ekspresionisme berangkat dan realisme dinamis, sebagai suatu pelepasan din dan ketidakpuasan paham realisme formal.

Paul Cezanne

(7)

adalah mengutarakan ekspresi langsung atau konsepsi yang imaginer. Apabila tidak dicocokkan dengan model yang obyektif, maka buah pikiran yang menjelajahi kanvas tidak menentu. Untuk mencapai harmoni yang merupakan bagian seni yang essensial, seorang seniman harus

berpegang pada

sensasinya bukan pada visinya

Vincent Van Gogh (1853 -1890), dianggap sebagai perintis gerakan ini disamping Cezanne, Renoir dan Gaugain. Van Gogh memang mengalami banyak penderitaan dan masyarakatnya sewaktu

is masih hidup, namun

yang tergores di dalam

kanvasnya bukanlah

semata-mata pengukuan

atas kenyataan yang ada,

melainkan tindakan atas

estetika terhadap dirinya

dalam menghadapi dunia

waktu itu. Keterlibatan

cita-cita hidupnya

memberikan ciri dan gaya

lukisan Van Gogh di

jamannya "Ekspresi"

adalah sebuah istilah

yang penting dalam dunia

seni. Apa yang

terkandung didalamnya

tidak lebih dari lirisisme

atau simbolisme. Dalam

hal ini hampir dalam

semua madzab seni

modern, bersumber dan

selalu menggunakan

label "ekspresionisme".

Perkataan tersebut secara

fundamental menjadi

(8)

pentingnya dengan

"idealisme" dan

"realisme".

Ekspresionisme adalah

suatu jenis seni yang

berusaha untuk

menggambarkan

perasaan subyektif

seorang seniman,

individualistis dan

pemunculannya tidak

bertepatan dengan

periode dan negara atau

bangsa tertentu

(Soedarso 1990:62-64).

Perkembangan Seni

Rupa khususnya di

Amerika Serikat

hingga tahun 20-an

dipengaruhi oleh seni

realitis Eropa. Tetapi

pada tahun 1913 di

New York

diperkenalkan seni

lukis modern.

Beberapa seniman

dengan spontan

menerima pikiran

-pikiran baru sehingga

berdiri moseum dan

galeri untuk

menampung seni

gerakan baru yang

mengakibatkan

seniman-seniman

Eropa meninggalkan

negaranya untuk

berimigrasi ke

Amerika. Hijrahnya

seniman-seniman ke

Amerika karena

adanya masa

kekacauan yang ingin

memperebutkan hal

-hal yang sifatnya

nasionalisme (sosial,

politik, teknologi,

science dll).

(9)

Amerika selama tahun

30-an bersifat eksperimen

yang mengarah ke

Abstraks geometris,

seperti Piet Mondrian

seniman yang banyak

pengikutnya sehingga

menjadi simbul dan tokoh

bagi seniman abstrak

Amerika. Kemudian

munculah Abstrak

Ekspresionisme yang

menentang adanya

abstrak geometris. Di

museum of modern 1942,

secara resmi Abstrak

Ekspresionisme resmi di

kenal urnurn. Hingga

pada pameran seni lukis

dan patung tahun 1951 di

Amerika Abstrak

Ekspresionisme

berkembang menjadi

gerakan yang paling kuat

dan orisinil dalam sejarah

seni rupa Amerika.

Gerakan ini didukung

oleh beberapa kritikus

seni seperti Clement

Greenbaerg, nnamun

setelah perang

perkembangannya mulai

tersendat sehingga mulai

berhubungan lagi

dengan seni rupa modern

Eropa.

Latar belakang

perkembangan seni rupa

modern Amerika yaitu

didasari oleh tendesi

para pelukis dalam

menggunakan kwas dan

berbagai cara yang

berhubungan dengan

isyarat atau gerak kwas

dan tekstur. Di pihak lain

bahwa para pelukis

tergantung pada tanda

yang abstrak, imajinasi

(10)

bidang warna yang luas.

Hingga akhirnya pada

tahun 50-an di Amerika terdapat dua bagian

pelukis yaitu pelukis Aksi

(Action Painters), seperti

Pollock, De Kooning,

Kkline, Gorky dan pelukis

yang menggunakan

bidang warna yang luas

atau imaji abstrak, seperti

Rothko, Still, Motherwell,

Gottlieb.

Arti yang paling murni,

seni abstrak

merupakan ciptaan yang

terdiri dari susunan

unsur-unsur rupa yang

sama sekali terbebas dari

ilusi atas bentukbentuk

alam. Jika pada aliran

sebelumnya seniman

masih bertitiktolak dari

obyek nyata, maka pada

aliran abstrak seniman

berusaha mengungkap

sesuatu kenyataan yang

ada didalam batin

seniman. Karena sesuatu

muncul dari dunia

dalam, dunia batin

seseorang, maka yang muncul biasanya akan

berbeda dengan dunia

luar (kenyataan). Sehingga

karyakarya seni abstrak

ini akan bersifat

individualistis dan sangat

pribadi.

Jika seni abstrak (lukisan

abstrak), secara ujud fisik

masih nampak kesan

alam, biasanya disebut

semi abstrak, abstrak

impresionisme, bahkan

kubisme, futurisme

disebut juga abstrak.

Namun yang benar-benar

abstrak (secara murni) ada

(11)

membedakan: "Abstrak

ekspresionisme" dan

"Abstrak geometris"

Abstrak ekspresionisme,

pengungkapan garis dan

warna cenderung tidak

geometris, ada dua jenis yang tergolong abstrak

ekspresionisme yaitu

"Colour field painting",

garis dan warna yang

diungkapkan cenderung

menampilkan bidang

-bidang lebar dengan

warna cerah. Jenis kedua

"Action painting", garis

dan warna yang

diungkapkan cenderung

menampilkan semburan

-semburan, plototan

-plototan, serta ujud-ujud

ekspresif di atas kanvas. Kandinsky dipandang sebagai pionir dari munculnya seni abstrak,

dan kemudian Kasimir Malavich (1878- 1935). Setelah mempelajari teori yang dikembangkan Kandinsky, kemudian timbullah apa yang

disebut: Suprematisme, Konstruktivisme,

Neoplastisme dan

Purisme, yang pada

dasarnya adalah sama

-sama berusaha untuk

meninggalkan wujud

alam. Pengertian

"modern" dalam

terminologi seni rupa tidak

bisa dilepaskan dari

prinsip modernisme atau

paham yang mendasari

perkembangan seni rupa

modern dunia sampai

pertengahan abad ke XX.

Seni rupa modern dunia

memiliki nilai-nilai yang

(12)

penafsiran seorang

pelukis Jerman yang

pindah ke Amerika

Serikat sesudah Perang

Dunia ke II, Hans

Hofmann menyatakan

hanya seniman dan gerakan di Eropa dan

Amerika yang mampu

melahirkan seni rupa

modern, konsepsi poros

Paris-NewYork sebagai

pusat perkembangan seni

rupa modern

(Rosenberf,1966).

Pengertian "kontemporer"

dibandingkan dengan

istilah modern.

Kontemporer sekedar

sebagai munculnya

perkembangan seni rupa

sekitar tahun 70-an

dengan menempatkan

seniman-seniman

Amerika seperti David

Smith dan Jackson

Pollock sebagai tanda

peralihan (Kramer,

1974). Pandangan ini

bisa dikatakan sebagai

dasar sikap netral dalam

penafsiran pengertian kontemporer. Namun

pengertian kontemporer

dalam banyak pandangan

lain, menurut teori Udo

Kultermann seorang

pemikir Jerman

mengatakan bahwa

pengertian kontemporer

dekat dengan paham post

modern dalam arsitektur;

munculnya era baru

dalam ekspresi kesenian

menjelang 1970. Paham

baru ini menentang

kerasionalan paham

modern yang dingin dan

berpihak pada

(13)

(Kultermann, 1971).

Douglas Davis

menafsirkan pasca

modern sebagai

kembalinya upaya

mencari nilai-nilai budaya

dan kemasyarakatan, atau

dalam istilah seni kembali

ke konteks (Davis, 1977).

Fenomena modern ,

dan kontemporer

Pengertian "modern"

dalam terminologi seni

rupa tidak bisa dilepaskan

dan prinsip modernisme

atau paham yang

mendasari perkembangan

seni rupa modern dunia

sampai pertengahan

abad ke XX. Seni rupa

modern dunia memiliki

nilai-nilai yang bersifat

universal. Dari penafsiran

seorang pelukis Jerman

yang pindah ke Amerika

Serikat sesudah Perang

Dunia ke II, Hans

Hofmann menyatakan

hanya seniman dan

gerakan di Eropa dan

Amerika yang mampu

melahirkan seni rupa

modern, konsepsi poros

Paris-NewYork sebagai

pusat perkembangan seni

rupa modern

(Rosenberf,1966).

Pengertian "kontemporer"

dibandingkan dengan

istilah modern. menurut

teori Udo Kultermann

seorang pemikir Jerman

mengatakan bahwa

pengertian kontemporer

dekat dengan paham post

modern dalam arsitektur;

munculnya era baru

dalam ekspresi kesenian

(14)

baru ini menentang

kerasionalan paham

modern yang dingin dan

berpihak pada simbolisme

instink (Kultermann, 1971).

Douglas Davis

menafsirkan pasca

modern sebagai

kembalinya upaya

mencari nilai-nilai budaya

dan kemasyarakatan,

atau dalam istilah seni

kembali ke konteks

(Davis, 1977).

Modernisme meyakini

gagasan progress dan

oleh karenanya selalu

mementingkan norma

kebaruan, keaslian dan

kreativitas. Prinsip

tersebut melahirkan apa

yang kites sebut dengan

Tradition of the new' atau

tradisi Avant-garde, pola

lahirnya gaya seni yang

baru dan pada awalnya

ditolak, kemudian diterima

masyarakat sebagai

inovasi terbaru. Tradisi

Avant-Garde bertanggung

jawab atas lahirnya

berbagai conseptual art

dan eksperimen art, yang

melahirkan seni

multimedia; mixed media

dan intermedia; happening

art, performance art,

video art, installation art,

collaboration art.

Pada awalnya

conceptual art

merupakan gerakan

dalam seni rupa modern

untuk menetapkan ide,

gagasan atau konsep

sebagai masalah yang

utama dalam seni,

sedangkan bentuk,

material dan obyek

(15)

merupakan akibat

samping dari konsep

seniman. Bahkan dapat

dikatakan: "karya itu

sudah selesai sebelum

karya itu lahir". Mereka

menggunakan

terminologi-terminologi;

de-material dan anti-form.

Seni ini sangat

kontroversial,

menjungkirbalikkan

segala bentuk kemapanan

seni (termasuk nilai, gaya),

awalnya sulit untuk

dimengerti karena

menggunakan

keanekaragaman media

atupun material seni

sebagai akibat dan

kompleksitas gagasan

atau idea para

senimannya.

Walaupun kita sering

menggunakan istilah seni

rupa modern, prinsip

modernisme tak pernah

sungguhsungguh

berakar. Polemik

kebudayaan di tahun 30

-an mempengaruhi

pemikiran perkembangan

seni rupa Indonesia.

Persentuhan seni rupa

Indonesia dengan seni

rupa modern sebenarnya

hanya terbatas pada

corak, gaya, dan prinsip

estetik tertentu.

Nasionalisme sebagai

sikap dasar persepsi

untuk menyusun sejarah

perkembangan seni rupa

Indonesia adalah

kenyataan yang tak bisa

disangkal dan

nasionalisme sangat

mewarnai pemikiran

kesenian di hampir

(16)

berkembang. Batas

kenegaraan itulah yang

mengacu pada

nasonalisme yang

akhirnya diakui dalam seni

rupa kontemporer yang

percaya pada pluralisme.

Sejak jaman Persagi kita

tidak pernah ragu

menggariskan

perkembangan seni rupa

Indonesia khas Indonesia

(Jim Supangkat, 1992).

Post-Modern merupakan

fenomena barn yang

berkembang di dunia

belahan barat.

Sekelompok filosuf

Perancis yang terlibat

dalam upaya

menjelaskan halhal yang

berkaitan dengan

kebenaran, makna dan

subyektivitas: Foucault,

Derrida, lyotard, Lacan

dan Deleuze. Kaum Post

-Strukturalis dan akhir

-akhir ini sering disebut

dengan pemikir post

-modernis mengajukan

gugatan dan menentang

pandangan dunia

universal yang

menyeluruh, tunggal dan

mencakup; baik yang

bercorak politik, religius

maupun sosial seperti

marxisme, kristianitas,

kapitalisme, demokrasi

liberal, humanisme, islam,

fiminisme dan sains

modern. Mereka juga

mempertanyakan gagasan

tentang kemajuan

(progress) serta

keunggulan masa kini atas

masa lampau. Mereka

tidak mengakui adanya

batas yang tegas antara

(17)

sosial, seni dan sastra,

antara budaya dan

kehidupan, fiksi dan teori,

citra dan realitas. Mereka

juga menolak gaya

Viscourse'akademis yang

konvensional (Pauline

Marie Rosseau 1992

dalam Yustiono 1994).

Pada intinya para pemikir

postStrukturalis ini

mengajukan komitmen

terhadap heterogenitas,

fragmentasi dan

perbedaan sebagai ganti

universalitas, istilah kunci

yang sering dipakai oleh

para pemikir, differance,

eklektik, dekontruksi, teks,

logosentris, metanarative,

diskursus dan lain

sebagainya,perlu dipahami

apabila ingin mengetahui

lebih jauh pemikiran

mereka. Tokoh ilmuwan

sosial yang

mengembangkan idea,

bahwa negaranegara maju

telah memasuki fase post

-Industri. Tokoh pemikir ini

antara lain Daniel Bell,

Main Touraine dan Alvin

Tofller. Sebagai sosiolog

mereka

mengidentifikasikan

munculnya jenis

masyarakat baru di Barat,

yamg mereka ben sebutan

seperti masyarakat post

-Industri, masyarakat

konsumer, masyarakat

informasi, masyarakat

post-Marxis dan

masyarakat postmodern.

Jenis masyarakat ini dalam

strukturnya tidak lagi

bertumpu pada Industri

yang padat teknologi, tetapi

ekonomi pelayanan yang

(18)

pengetahuan teoritis atau

informasi. Dalam bukunya

yang berjudul The

Comming of Post

-Industrial Sosiety (1973),

Daniel Bell menyatakan

pada tiga puluh hingga

lima puluh tahun

mendatang kita akan

dapat melihat munculnya

`masyarakat postindustri.

Teori post-modernisme

ini jelas- jelas menentang

dan mengkritik budaya

modern, yang telah

merasuki nilai-nilai

kehidupan sehari-hari

yang nampak pada

realisasi diri yang tak

terbatas (Yustiono 1994).

Reaksi terhadap seni

modern terutama pada

bentuk-bentuk abstraksi

dalam lukisan dan

international style dalam

arsitektur kurang lebih

dua dekade yang lalu.

Tokoh faham ini; Charles

Jencks, Peter Fuller,

Kenneth Frampton, Ihap

Hassan, Paolo

Protoghesi. Kelompok ini

dan awal telah

menyatakan diri dengan

menggunakan label 'post

-modernisme' dan secara

khusus menyatakan diri

sebagai suatu proyek

kultural yang

menggantikan

'modernisme'.

Mengapa?...., karena,

konsep modernisme

yang di anggap telah

kokoh terbangun selama

satu abad lebih dan telah

mengukuhkan diri sebagai

konvensi yang telah

melembaga ... dan kini

(19)

(Yustiono 1994)

Post strukturalism dan

post modern sebagai

reaksi terhadap seni

modernitas yang sudah

dianggap telah menjadi

konvensi-konvensi yang

beku terhadap

perkembangan jaman,

perlu pencarian nafas

baru yaitu seni

kontemporer yang

dianggap mampu

membingkai gerak

dinamika dan sesuai

dengan nafas jaman.

Seni kontemporer tidak

terikat oleh konvensi atau

dogma manapun, oleh

karena itu is anti

kemapanan (anti segala

konvensi, gaya, corak

bahkan estetik)

Fenomena

kontemporer di

Indonesia

Munculnya kembali

mode Installation art,

performance art,

collaboration art di

Indonesia yang semula

merupakan satu obsesi

pembaharuan, kemudian

menggejala pada setiap

sudut pameran seni,

bahkan para seniman

pertunjukan ramai-ramai

mengadakan

collaboration art. Karya

tersebut kini seolah

merupakan satu standard

nilai dari sebuah obsesi

pembaharuan seni.

Kehadiran karya mereka

bukan sebuah reaksi

terhadap seni abstrak

ekspresionisme (seperti

yang terjadi di Amerika

seputar 1960-an), tetapi

(20)

terhadap kondisi sosial

masyarakat.

Seni yang konon integral

dengan masyarakatnya,

seni sesuai dengan

nafas jamannya, telah

porak-poranda oleh

gagasan progress kaum

modern, yang

mementingkan ekspresi

sebagai fenomena

individualitas. Memasuki

abad 21, kita dihadapkan

berbagai masalah sosial,

budaya, politik, ekonomi,

dan berbagai segi

kehidupan yang berkaitan

dengan moralitas. Maka

muncullah beberapa

kelompok seniman muda

mencoba menawarkan

berbagai wacana dalam

berbagai bentuk

"performance art dan

instalasi art, dan

collaborasi art", sebagai

pijakan berkarya. Mereka

mencoba mengangkat

berbagai wacana politik,

sosial, ekonomi,

moralitas dalam

fenomena yang is racik

dalam multi media dan

multi-idea. Mereka tidak

lagi membatasi disiplin

seni, atau cabang-cabang

seni yang terkotak-kotak

oleh seni modern, tapi

mereka berangkat dari

keragaman tafsir dari

realitas yang mereka

rasakan bersama.

Sehingga karya-karya

mereka penuh dengan

nuansa kehidupan sosial

yang mengarah pada

universalisasi gagasan,

karena mereka

nampaknya ingin

(21)

kungkungan individu

yang terhimpit oleh ruang

dan waktu.

Lepas antara pro-kontra

dalam mensikapi

permasalahan tersebut di

atas, namun yang perlu

digaris bawahi adalah

kehadiran karya-karya

mereka merupakan satu

fenomena yang perlu

dicermati. Apabila

seniman modern

mencoba menceritakan

dirinya lewat ekspresi

pribadinya, dengan

mengungkapkan atau

mengekspresikan

pengalaman estetiknya

dalam simbolsimbol

ekspresi yang penuh

realitas makna.

Apabila seni modern

mencoba menawarkan

sebuah tafsir individuil

menghasilkan realitas

makna, maka seni

fenomena kini

(kontemporer)

menawarkan berbagai

gagasan (idea) yang

menghasilkan realitas

tafsir (realitas tekstual).

Seni modern mencoba

membatasi dan

menyerderhanakan

medium sebagai

ungkapan ideanya, maka

seni kontemporer justru

menampilkan ragam;

medium, media ataupun

idea, sehingga akan

terjadi multi idea dan multi

media. Itulah mengapa

seni kontemporer mampu

mewadahi dan

menawarkan multi

kemungkinan untuk

mengangkat idiom seni

(22)

tafsir.

Karya-karya multi media

memberikan multi

kemungkinan mengangkat

idiom tradisi yang sarat

akan ajaran budaya

pluralis sebagai satu

tawaran alternatif tafsir,

yang mampu memberikan

berbagai makna universal

dari sisi kehidupan.

Sedang seni modern

dituntut progress dan

originalitas yang sarat

akan nuansa subyektifitas

dan individualitas,

sehingga cenderung

terkotak-kotak sesuai

dengan falsafahnya dan

kepentingan idividualisme

masing-masing. Kekuatan

inilah yang nampaknya

seni kontemporer akan

mampu menjadi obsesi

alternatif dalam

pembaharuan seni

mendatang

Pustaka Rujukan

Bernart, Myers, 1959

Modern Art in The

Making New York :

Mac Graw-hill Book

Company. Davis,

Douglas (1977),

Artculture, Essays on

the post modern,

Harper & Row, New

York

Daniel Bell (1973). The

Comming of Post

-Industrial Sosiety.

Feldman, Edmund

Burke; 1967 Art as

Image and Idea,

Prentice Hall Inc., New

Jersey.

(23)

Rupa Kontemporer

Indonesia dan

Gelombang Post

-Modernism, Bandung

Kramer, Hilton (1974) The

Age of Avant Garde,

Secker & Warbung,

London

Myers, Bernard.S,

1967.Art and

Civilitation, New York:

MacGraw-hill Book

Company.

Rosenberf, Harolld (1966).

The Anxious Obyect,

Coliers Book

SD Humardani 1981,

Masalah-Masalah

Dasar

Pengembangan Seni

Tradisi, surakarta

Soedarso SP, (1990),

Sejarah

Perkembangan Seni

Rupa Modern.

Yogyakarta: STSRI

Stangos, Nikos, 1981

Concepts of Modern

Art, New York: Harper

& Row Publisher.

Wheeler, Fleming (1980.),

Art Since Mid

Century, The

Vendeme Press, New

(24)

Referensi

Dokumen terkait

Semakin besar tekanan yang diterima fluida cair maka kecepatan alirnya akan semakin kecil sehingga debit yang dihasilkan akan semakin kecil juga, sesuai dengan persamaan

(2) Hubungan antara penguasaan siswa tentang materi kesehatan dan keselamatan kerja terhadap pelaksanaan kesehatan dan keselamatan kerja (K3) di bengkel praktikum

Anak dapat mencapai tumbuh kembang yang optimal dan menjadi kreatif mana kala lingkungan sekitarnya memberikan suasana yang aman secara psikolohis (psychological safety),

CONSTRUCTED INTERACTIVE ANIMATION AS A MEDIA TO MEASURE STUDENTS’ OLLABORATIVE PROBLEM SOLVING SKILLS AND IMPROVE STUDENTS’ UNDERSTANDING IN

Selama ini banyak masyarakat mengenal cincau sebagai olahan makanan maupun minuman namun dengan inovasi baru maka cincau bisa dijadikan permen yang menyehatkan karena

The Effect of Problem Based Learning toward Students Reasoning Ability viewed from Learning Motivation (Quasi Experiment Study on Geography Lesson Class XI

Publik pun semakin larut dengan konstruksi wacanan dominan yang terbentuk atas Jessica tersebut karena nyatanya media massa tidak memberikan ruang yang banyak

Hal ini berarti bahwa dalam memilih profesi tidak hanya bertujuan mencari penghargaan finansial tetapi juga ada keinginan untuk berprestasi dan mengembangkan diri.Berbeda