• Tidak ada hasil yang ditemukan

LAPORAN PRAKTI KUM INSTRUMENTASI KELAUTAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "LAPORAN PRAKTI KUM INSTRUMENTASI KELAUTAN"

Copied!
81
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN PRAKTIKUM INSTRUMENTASI KELAUTAN DAN DINAMIKA EKOSISTEM LAUT DI PANTAI SENDANG BIRU, KABUPATEN MALANG

Oleh : Kelompok 1

PROGRAM STUDI ILMU KELAUTAN

JURUSAN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN DANKELAUTAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG

(2)

LAPORAN PRAKTIKUM INSTRUMENTASI KELAUTAN DAN DINAMIKA EKOSISTEM LAUT DI PANTAI SENDANG BIRU, KABUPATEN MALANG

Oleh : Kelompok 1

ARY SETYO WICAKSONO 135080601111072

MASAJI FAIZ DANI 135080600111058

ARSYAH HUTASUHUT 135080601111103

RIZKI HIDAYAT 135080601111018

TOMI ARIS 135080600111012

RACHMAWATI 135080601111069

MUHAMMAD IRLAN ASSIDIQ KUSUMA 135080601111028

PROGRAM STUDI ILMU KELAUTAN

JURUSAN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN DAN KELAUTAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG

(3)

LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN PRAKTIKUM INSTRUMENTASI KELAUTAN DAN DINAMIKA EKOSISTEM LAUT DI PANTAI SENDANG BIRU, KABUPATEN MALANG

Oleh: Kelompok 1

Dinyatakan memenuhi persyaratan

praktikum Instrumentasi Kelautan dan Dinamika Ekosistem Laut Pada tanggal...-...-20...

MenyetujiuiMenyetujui,

Koordinator Asisten

( GALANG FUJI ANARKI )

NIM. 125080600111086

Mengetahui

Asisten Laporan

( GALANG FUJI ANARKI )

NIM. 125080600111086

Mengetahui,

Dosen Pengampu Dinamika Ekosistem Laut

Mengetahui,

(4)

KATA PENGANTAR

Puji Syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa, atas rahmat dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas laporan praktikum ini dengan tepat waktu. Dalam laporan praktikum ini kami akan membahas tentang “AAQ 1186 dan Current Meter’ dengan harapan laporan praktikum ini dapat memberikan informasi yang lebih bagi para pembaca.

Kami selaku penulis mengucapkan terimakasih kepada Dosen MataKuliah Dinamika Ekosistem Laut Ibu Ir. Aida Sartimbul, M.Sc., Ph.D,Instrumentasi Kelautan Bapak Oktiya Muzaky Luthfi, ST., M.Sc dan asisten praktikum, atas bimbingannya serta kepada semua pihak yang telah membantu kami dalam menyelesaikan penyusunan laporan ini.

Kami berharap laporan praktikum ini dapat diterima dan bermanfaat bagi para pembaca. Perkenankanlah kami mengutip pepatah lama “Tiada gading yang tak retak”, begitupun makalah ini masih jauh dari sempurna. Untuk itu kami mengharapkan kritik dan saran dari pembaca untuk kesempurnaan laporan praktikum ini.

Malang, 3 Januari 2016

(5)

DAFTAR ISI

1.3 Waktu dan Tempat Pelaksanaan Praktikum...2

2. TINJAUAN PUSTAKA...3

2.1 Topografi Pantai...3

2.1.1 Pengertian Pantai...3

2.1.2 Tipe Pantai...5

2.2 Ekosistem Laut...5

2.2.1 Kondisi lokasi pantai Sendang Biru...5

2.2.2 Organisme Laut...6

2.6.3 Kelebihan dan Kekurangan Alat AAQ1183...12

2.7 Current Meter...13

2.7.1 Pengertian Current Meter...13

2.7.2 Spesifikasi Current Meter FLOWATCH FL-03...13

2.7.3 Kelebihan dan Kekurangan Current Meter FLOWATCH FL-03...14

3. METODOLOGI...16

3.1 Lokasi Praktikum Instrumen dan Dinamika Kelautan...16

(6)

3.4.4 Current Meter FLOWATCH FL-03...21

4. PEMBAHASAN...22

4.1 Analisa Prosedur...22

4.2.1.1 Observasi Laut...22

4.1.2 Observasi Darat...22

4.1.3 AAQ1183...23

4.1.4 Arus (Current Meter FLOWATCH FL-03 dan konvensional)...24

4.1 Analisa Hasil...25

4.2.1 Observasi Laut...25

4.2.2 Observasi Darat...36

4.2.3 AAQ1183 (ODV)...46

4.2.4 Arus (Konvensional)...52

5. PENUTUP...54

5.1 Kesimpulan...54

5.2 Saran...54

DAFTAR PUSTAKA...55

(7)

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Alat dan Fungsi Pada Saat Praktikum...26

Tabel 2 Bahan yang digunakan dalam praktikum dan fungsinya...27

Tabel 3 Life form karang pada stasiun Waru-waru...37

Tabel 4 Biota Stasiun Waru-Waru...38

Tabel 5 Life form karang pada stasiun Watu Meja...40

Tabel 6 Biota Stasiun Watu Meja...41

Tabel 7 Life Form Karang Stasiun Teluk Semut...43

Tabel 8 Biota Stasiun Teluk Semut...44

Tabel 9 Hasil Observasi Darat di Lapang Stasiun 1...46

Tabel 10 Hasil Observasi Darat di Lapang Stasiun 2...48

Tabel 11 Hasil Observasi Darat di Lapang Stasiun 3...49

Tabel 12 Form Observasi Darat di Lapang Stasiun 4...50

Tabel 13 Form Observasi Darat di Lapang Stasiun 5...51

Tabel 14 Form Observasi Darat di Lapang Stasiun 6...52

Tabel 15 Hasil Identifikasi Organisme Observasi Darat Seluruh di Laboratorium...54

(8)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.AAQ 1183...22

Gambar 2. Current Meter FLOWATCH FL-03...25

Gambar 3.Kondisi Lapang Observasi Darat Stasiun 1...42

Gambar 4.Kondisi Lapang Observasi Darat Stasiun 2...43

Gambar 5. Kondisi Lapang Observasi Darat Stasiun 3...45

Gambar 6. Kondisi Lapang Observasi Darat Stasiun 4...46

Gambar 7. Kondisi Lapang Observasi Darat Stasiun 5...47

Gambar 8. Kondisi Lapang Observasi Darat Stasiun 6...48

Gambar 9. Perbandingan data suhu tahun 2014 dan 2015...53

Gambar 10.Perbandingan data turbiditas tahun 2014 dan 2015...54

Gambar 11.Perbandingan data salinitas tahun 2014 dan 2015...55

Gambar 12.Perbandingan data pH tahun 2014 dan 2015...56

Gambar 13.Perbandingan data DO tahun 2014 dan 2015...57

(9)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Data AAQ tahun 2015 stasiun Waru-Waru...57

Lampiran 2. Dokumentasi Praktikum...67

Lampiran 3. Baku mutu air laut untuk perairan pelabuhan...70

Lampiran 4. Baku mutu air laut untuk wisata bahari...71

(10)

1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Menurut Soemarno (2010) definisi Ekosistem adalah suatu sistem ekologi yang terbentuk oleh hubungan timbal balik tak terpisahkan antara makhluk hidup dengan lingkungannya. Ekosistem bisa dikatakan juga suatu tatanan kesatuan secara utuh dan menyeluruh antara segenap unsur lingkungan hidup yang saling mempengaruhi. Ekosistem merupakan penggabungan dari setiap unit biosistem yang melibatkan interaksi timbal balik antara organisme dan lingkungan fisik sehingga aliran energi menuju kepada suatu struktur biotik tertentu dan terjadi suatu siklus materi antara organisme dan anorganisme. Matahari sebagai sumber dari semua energi yang ada. Dalam ekosistem, organisme dalam komunitas berkembang bersama-sama dengan lingkungan fisik sebagai suatu sistem.

(11)

Menurut Huvard (2010) beberapa aktivitas manusia yang dapat merusak ekosistem terutama ekosistem di laut seperti terumbu karang diantaranya; membuang sampah ke laut dan pantai yang dapat mencemari air laut membawa pulang ataupun menyentuh terumbu karang saat menyelam, satu sentuhan saja dapat membunuh terumbu karang pemborosan air, semakin banyak air yang digunakan maka semakin banyak pula limbah air yang dihasilkan dan dibuang ke laut. pengunaan pupuk dan pestisida buatan, seberapapun jauh letak pertanian tersebut dari laut residu kimia dari pupuk dan pestisida buatan pada akhinya akan terbuang ke laut juga. Membuang jangkar pada pesisir pantai secara tidak sengaja akan merusak terumbu karang yang berada di bawahnya. terdapatnya predator terumbu karang, seperti sejenis siput drupella. penambangan pembangunan pemukiman reklamasi pantai polusi penangkapan ikan dengan cara yang salah, seperti pemakaian bom ikan. Factor lainya juga karena meningkatnya pencemaran baik Limbah Industri pabrik, rumah tangga atau yang lainnya. Rendahnya kepadatan penduduk dan faktor-faktor lingkungan menyebabkan ekosistem laut tetap dalam kondisi yang tergolong sehat dibandingkan dengan kebanyakan kawasan lain di wilayah Asia Tenggara. Walaupun demikian, eksploitasi terhadap sumberdaya alam secara tidak berkelanjutan - baik legal maupul ilegal - kegiatan pembangunan yang tidak bertanggung jawab, dan pertumbuhan penduduk yang sangat pesat di Papua Barat sebesar lebih dari 5,5% per tahun, mengancam kelangsungan hidup ekosistem alamiah beserta dengan masyarakat yang bergantung padanya. 1.2 Tujuan

Tujuan dari penulisan Makalah ini adalah sebagai berikut : 1. Mahasiswa dapat mengenal dan mengetahui Topografi pantai 2. Mahasiswa dapat memahami vegetasi daratan pesisir yang ada 3. Mahasiswa dapat mengetahui hubungan topografi, Ekosistem dan

biotanya

4. Mahasiswa dapat Mengetahui macam pertumbuhan karang, substrat karang, tipe gelombang dan arus.

1.3 Waktu dan Tempat Pelaksanaan Praktikum

(12)

2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Topografi Pantai

2.1.1 Pengertian Pantai

Secara umum pantai merupakan suatu daerah yang meluas dari titik terendah air laut pada saat surut hingga ke arah daratan sampai mencapai batas efektif dari gelombang. Sedangkan garis pantai adalah garis pertemuan antara air laut dengan daratan yang kedudukannya berubah-ubah sesuai dengan kedudukan pada saat pasang-surut, pengaruh gelombang dan arus laut. Lingkungan pantai merupakan daerah yang selalu mengalami perubahan. Perubahan lingkungan pantai dapat terjadi secara lambat hingga cepat, tergantung pada imbang daya antara topografi, batuan dan sifat-sifatnya dengan gelombang, pasut, dan angin. Secara garis besar proses geomorfologi yang bekerja pada mintakat pantai dapat dibedakan menjadi proses destruksional dan konstruksional. Proses destruksional adalah proses yang cenderung merubah atau merusak bentuk lahan yang telah ada sebelumnya, sedangkan proses konstruksional adalah proses yang menghasilkan bentuk lahan yang baru. (Sutikno dalam Wibowo, 2012)

Menurut Triatmodjo dalam Ramadhani (2013), Beberapa defenisi pantai dibagi dalam beberapa bagian daerah yang berkaitan dengan karakteristik gelombang di daerah sekitar pantai diantaranya:

1. Coast, Merupakan daratan pantai yang masih terpengaruh laut secara langsung, misalnya pengaruh pasang surut, angin laut dan ekosistem pantai (hutan bakau, dll).

2. Swash zone, Merupakan daerah yang dibatasi oleh garis batas tertinggi naiknya gelombang dan batas terendah turunnya gelombang di pantai.

3. Surf zone, Merupakan daerah yang terbentang antara bagian dalam dari gelombang pecah sampai batas naik-turunnya gelombang di pantai.

(13)

5. Offshore, Adalah daerah dari gelombang (mulai) pecah sampai ke laut lepas.

6. Foreshore. Adalah daerah yang terbentang dari garis pantai pada saat surut terendah sampai batas atas dari uprush pada saat air pasang tertinggi.

7. Inshore, Adalah daerah antara offshore dan foreshore.

8. Backshore, Adalah daerah yang dibatasi oleh foreshore dan garis pantai yang terbentuk pada saat terjadi 4 gelombang badai bersamaan dengan muka air tertinggi.

(14)

2.1.2 Tipe Pantai

Menurut Hardianti (2014), dilihat dari struktur tanah dan bahan penyusunnya, pantai intertidal dapat dibedakan menjadi 3 jenis yaitu pantai berbatu, pantai berpasir dan pantai berlumpur. Pantai berbatu tersusun dari bahan yang keras merupakan daerah yang paling padat makroorganismenya dan mempunyai keragaman terbesar baik untuk spesies hewan maupun tumbuhan. Pantai berpasir kelihatan tidak dihuni oleh kehidupan makroskopik, organisme tidak tampak karena faktor lingkungan yang bereaksi di pantai ini membentuk kondisi dimana seluruh organisme menguburkan dirinya dalam substrat. Pantai berlumpur merupakan pantai yang lebih terlindund dari ombak, pantai ini cenderung mengakumulasi lebih banyak bahan organic sehingga menjadi berlumpur. Menurut Utomo (2008), penggolongan pantai di Indonesia berdasarkan tipe-tipe paparan (shelf) dan perairan terbagi menjadi 3, yaitu pantai paparan, pantai samudra dan pantai pulau. Pantai paparan merupakan pantai dengan proses pengendapan yang lebih dominan disbanding proses erosi/abrasi. Pantai samudra merupakan pantai dimana proses erosi lebih dominan dibanding proses sedimentasi. Pantai pulau merupakan pantai yang mengelilingi pulau kecil. Pantai ini dibentuk oleh endapan sungai, batu gamping, endapan gunung berapi atau endapan lainnya.

2.2 Ekosistem Laut

2.2.1 Kondisi lokasi pantai Sendang Biru

Pantai Sendang Biru terletak ±69 km dari kota Malang. Pantai Sendang Biru memiliki kondisi suhu rata-rata 23,37⁰C – 30,01⁰C. Pada pantai Sendang Biru terdapat Pulau Sempu di seberangnya. Pantai ini biasa dikenal sebagai tempat pendaratan dan pelelangan ikan di Malang. Pantai ini dinamakan Sendang Biru karena pada pantai ini terdapat sumber mata air yang biasa disebut dengan sendang. Sumber mata air ini berwarna biru, sehingga pantai ini dinamakan Pantai Sendang Biru (Noor, 2012).

(15)

merupakan pantai Lautan Selatan yang mana pantai di laut selatan jawa pada umumnya tergolong pada pantai terbuka dengan energi gelombang yang cukup tinggi. Akan tetapi, pantai Sendang Biru ini tergolong pantai tertutup karena pantai ini tertutupi oleh pulau Sempu. Karena pantai ini tertutup maka pantai ini memiliki perairan yang tenang dan memiliki kekayaan sumber daya ikan yang berlimpah (Martin & Meliono, 2012). 2.2.2 Organisme Laut

Menurut Alfiah (2009), jenis organisme laut terbagi atas 3 yaitu plankton, nekton dan bentos. Plankton merupakan organisme yang hidup tersuspensi dalam air namun tidak dapat bergerak sendiri melawan arus. Plankton terdiri dari 2 jenis yaitu fitoplankton dan zooplankton. Nekton merupakan organisme laut yang dapat bergerak/berenang sendiri dalam air sehingga tidak bergantung pada arus laut yang kuat atau gerakan air yang disebabkan oleh angin. Contoh nekton yaitu ikan laut, reptile laut, mamalia laut dan cumi-cumi. Bentos merupakan organisme yang hidup pada dasar atau laut dalam, pada tubuh bentos banyak mengandung mineral kapur. Contoh bentos yaitu kerang, bulu babi, bintang laut, dan terumbu karang.

Secara umum, biota laut dikelompokkan menjadi 3 kategori yaitu plankton, nekton dan bentos. Pengelompokan ini didasarkan pada kebiasaan hidup secara umum seperti pergerakan, pola hidup dan sebaran secara ekologis. Plankton merupakan biota yang hidup melayang dalam air, tidak dapat bergerak atau dapat bergerak sedikit dan pergerakannya sangat dipengaruhi arus (terhanyut). Bentos mencakup semua biota yang hidup menempel, merayap atau membuat liang di dasar perairan mulai dari daerah litoral sampai dengan dasar laut dalam.Nekton jika dibandingkan dengan plankton dan bentos memiliki keanekaragaman jenis yang lebih sedikit, contohnya ikan, cumi-cumi, penyu, ular, vertebrata laut dan sotong (Romimohtarto dan Juwana, 2001).

2.3 Substrat

2.3.1 Pengertian Substrat

(16)

proses abiotik menghasilkan senyawa fosfat terlarut yang dapat mengalami difusi kembali ke kolom air (Risamasu dan Prayitno, 2011).

Menurut Isnaniawardhani dan Suhartati (2012), bahwa sedimen permukaan dasar laut umumnya tersusun oleh: material biogenik yang berasal dari organisma; material autigenik hasil proses kimiawi laut (seperti glaukonit, garam, fosfor); material residual; material sisa pengendapan sebelumnya; dan material detritus sebagai hasil erosi asal daratan (seperti kerikil, pasir, lanau dan lempung).

2.3.2 Tipe Substrat

Menurut tipe substrat dasar laut dapat dibagi menjadi paparan pasir (sand flat), paparan batu karang (reef flat) dan parit air (moat). Pada paparan ini terdapat bagian yang kering dan tergenang pada waktu air sedang surut terendah. Paparan yang tergenang air umumnya menyerupai cekungan atau permukaan substrat yang tidak rata. Pada parit merupakan tempat yang selalu tergenang air dengan kedalaman 10-50 cm. Daerah paparan pasir dan paparan batu karang umumnya mengalami kekeringan pada waktu surut terendah (Kadi, 2000).

Pada umumnya substrat sedimen diklasifikasikan berdasarkan ukuran butir yang mengacu pada Skala Wenwoth. Tipe substrat sedimen berdasarkan ukuran butirnya dapat digolongkan mulai dari ukuran tebesar hingga terkecil yaitu kerakal, kerikil, gravel, pasir sangat kasar, pasir kasar, pasir sedang, pasir halus, pasir sangat halus, lanau dan lempung. Selain itu, klasifikasi sedimen juga dapat dilakukan berdasarkan kecepatan pengendapannya. Jika mengklasifikasikan sedimen berdasarkan kecepatan pengendapannya, biasanya analisa ini dapat dilakukan dengan menggunakan metode gravimetric dan dapat dilakukan pada jenis sedimen yang lebih halus (Siswanto, 2011).

2.4 Terumbu Karang

2.4.1 Pengertian Life Form Karang

(17)

hydrodinamis (gelombang dan arus), ketersediaan bahan makanan, sedimen, subareal exposure dan faktor genetik. (English et.al., 1994).

Pemahaman mengenai formasi terumbu karang memberikan informasi kecenderungan bentuk pertumbuhan yang mendominasi suatu zona dengan memperhatikan factor jarak ekosistem terhadap daratan ataupun laut lepas. Pertumbuhan karang memiliki bermacam bentuk,baik yang mencakup individu maupun koloni. .Disamping itu bentuk pertumbuhan karang erat kaitannya dengan kondisi dan pola dinamika lingkungan fisiknya (Guntur,2011).

2.4.2 Jenis Life Form Karang

Berdasarkan bentuk pertumbuhannya karang batu terbagi atas karang Acropora dan non-Acropora (English et.al., 1994. Perbedaan Acropora dengan nonAcropora terletak pada struktur skeletonnya. Acropora memiliki bagian yang disebut axial koralit dan radial koralit, sedangkan non-Acropora hanya memiliki radial koralit (English et.al., 1994).

Charles Darwin (1842) mengemukakan tiga perbedaaan formasi yang dikenal dengan teori penenggelaman (Subsidence Theory) : Terumbu karang tepi (Fringing Reef), yaitu terumbu karang yang terdapat di sepanjang pantai dan dalamnya tidak lebih dari 40 meter. Terumbu ini tumbuh ke permukaan dan ke arah laut terbuka. Terumbu karang penghalang (Barrier Reefs), berada jauh dari pantai yang dipisahkan oleh goba (lagoon) dengan kedalaman 40 – 70 meter. Umumnya terumbu karang ini memanjang menyusuri pantai. Atol (atolls), yang merupakan karang berbentuk melingkar seperti cincin yang muncul dari perairan yang dalam, jauh dari daratan dan melingkari gobah yang memiliki terumbu gobah atau terumbu petak. Gambar tersebut dikutip dari White, 1987 dalam Panduan Pembentukan dan Pengelolaan Daerah Perlindungan Laut Berbasis Masyarakat.

2.4.3 Jenis Terumbu Karang

(18)

Millepora dan Stylasterina. Millepora (mille = seribu,pora = lubang) atau yang lebih dikenal sebagai karang api. Stylasterina (Style = paku, aster = bintang) yang biasanya kecil dan hidup di tempat yang tersembunyi di dinding gua dan bukan merupakan kelompok karang pembentuk terumbu. Sedangkan yang termasuk dalam kelompok anthozoa yang umum dikenal antara lain adalah Stolonifera, Ctenothecalia dan Scleractinia. Stolonifera (Stolon = cabang, fera = bersambungan) yang termasuk dalam kelompok ini adalah karang suling yang berwarna merah (Tubipora musica). Coenothecalia (Coeno = berbagi, theca = kotak) yang termasuk kelompok ini merupakan karang pembentuk terumbu yang terdiri dari satu jenis yaitu karang biru (Heliopora coerulea). Sedangkan Scleractinia (Sclera = keras, actinia = sinar) atau lebih dikenal dengan namakarang batu meliputi jenis-jenis karang pembentuk terumbu karang yang utama (Suarsono,2008)

Menurut Wells (1954) ordo Scleractinia yang ada di Indo-Pasifi k dibagi menjadi 5 subordo yang terdiri dari 16 suku dan 72 marga. Sedangkan menurut Veron (1993) karang yang ada di Indo-Pasifi k ada sekitar 84 marga; Jumlah marga karang yang tersebar di dunia sekitar 119 marga.

2.5 Arus

2.5.1 Pengertian Arus

Arus permukaan merupakan gerakan air secara horisontal di kolom air bagian permukaan yang disebabkan oleh sirkulasi air laut akibat dorongan angin di permukaan laut. Hutabarat (1986) menyebutkan bahwa terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya arus permukaan antara lain adalah faktor geostropik, topografi dasar laut, gaya Coriolis dan arus Ekman, angin muson, dan perbedaan densitas air laut.

(19)

2.5.2 Tipe Arus Permukaan

Menurut Hutabarat (1985) ada tiga macam arus, yaitu :Arus yang benar-benar menglilingi daerah kutub selatan (Antartic Circumpolar Current ) yang terjadi pada lintang 60o LS. Yang kedua ada arus yang mengalir dari arah barat ketimur,baik dibelahan bumi utara maupun belahan bumi selatan. Dan yang terakhir ada arus subtropical ,ditandai adanya arus yang berputar sebagai gyre. Aliran air pada gyre terletak dibelahan bumi bagian selatan berlawanan arah jarum jam.

Pond dan Pickard (1983) mengklasifikasikan gerakan massa air berdasarkan penyebabnya, terbagi atas :

a. Gerakan dorongan angina

Angin adalah factor yang membangkitkan arus, arus yang ditimbulkan oleh angin mempunyai kecepatan yang berbeda menurut kedalaman. Kecepatan arus yang dibangkitkan oleh angin memiliki perubahan yang kecil seiring pertambahan kedalaman hingga tidak berpengaruh sama sekali.

b. Gerakan termohalin

Perubahan densitas timbul karena adanya perubahan suhu dan salinitas anatara 2 massa air yang densitasnya tinggi akan tenggelam dan menyebar dibawah permukaan air sebagai arus dalam dan sirkulasinya disebut arus termohalin.

c. Arus Pasut

Arus yang disebabkan oleh gaya tarik menarik antara bumi dan benda benda angkasa. Arus pasut ini merupakan arus yang gerakannya horizontal.

d. Turbulensi

Suatu gerakan yang terjadi pada lapisan batas air dan terjadi karena adanya gaya gesekan antar lapisan.

e. Tsunami

Sering disebut sebagai gelombang seismic yang dihasilkan dari pergeseran dasar laut saat etrjadi gempa.

(20)

2.6 AAQ

2.6.1 Pengertian AAQ

AAQ 1183 merupakan salah satu alat yang dapat digunakan untuk mengukur kualitas perairan. AAQ 1183 diproduksi oleh sebuah perusahaan di Jepang yaitu JFE ALEC. Alat ini juga disebut sebagai AAQ Rinko yang memiliki beberapa sensor yang digunakan untuk mengetahui dan mengukur beberapa parameter baik fisika maupun kimia di perairan. Sensor tersebut meliputi sensor suhu, kedalaman, salinitas, turbiditas, konduktivitas, DO (oksigen terlarut), pH dan klorofil. Alat ini dapat digunakan untuk merekam data parameter kualitas air baik di perairan laut maupun air tawar. Proses perekaman data oleh AAQ 1183 dimulai sejak alat diturunkan ke perairan sampai ditarik kembali ke permukaan. Setiap mengalami pertambahan kedalaman, alat ini didiamkan selama beberapa saat agar sensor dapat bekerja secara maksimal (Edyanto, 2006).

Gambar 1.AAQ 1183

(21)

dengan unit pemroses yaitu smart handy dan unit interface. Alat ini memiliki berat sekitar 1,5 kg ketika di perairan dan tidak memerlukan kabel tambahan dalam penggunaannya (JFE-ALEC, 2009).

AAQ merupakan salah satu alat yang bernama chlorotec probe. Chlorotec probe ini terdiri atas rangkaian sensor dan monitor. Rangkaian sensor tersebut terdiri atas: sensor temperatur, salinitas, Oksigen terlarut (DO), turbiditas, kedalaman, pH dan 13 chlorophil a. Chlorotec ini mempunyai kemampuan merekam data mulai dari probe diturunkan sampai ditarik kembali ke permukaan dengan interval perekaman data sesuai dengan kebutuhan surveyor. Dari chlorotech probe tersebut kemudian data yang diperoleh disimpan secara otomatis dan dapat di download sehingga menghasilkan data dalam format excel. Data tersebut kemudian diolah dan dirata-ratakan dengan menggunakan metode visual basic dan penampilan data menggunakan program matlab untuk dapat mempermudah pembacaan secara 3 dimensional (Riyadi et al, 2005). 2.6.2 Spesifikasi AAQ1183

AAQ 1183 merupakan instrumentasi yang yang digunakan untuk observasi laut dengan cangkupan observasi atau pengukuran secara vertical. AAQ 1183 memiliki spesifikasi yang dapat mendukung dalam observasi laut. AAQ 1183 memiliki beberapa sensor yang ada dan menjadi satu kesatuan alat yang pada bagian sonde, parameter yang dapat diukur oleh instrument AAQ 1183 yaitu kedalaman, suhu, konduktivitas, konduktivitas pada air tawar, salinitas, turbinitas, klorofil, DO, dan pH. Bila di operasikan di perairan berat total dari AAQ 1183 adalah 1.5 kg (Nijin, 2015).

(22)

2.6.3 Kelebihan dan Kekurangan Alat AAQ1183

Dalam rangka pendugaan atau pemantauan suatu kondisi perairan seperti pantai, danau dan perairan lainnya. Metode survey dengan mengunakan Digital Device seperti chlorotec probe (Chlorotec, type AAQ1183, Alec Electronics) adalah hal yang sangat canggih. Hal ini dikarenakan cara kerja alat tersebut yang dapat merekam data hingga mencapai dasar suatu perairan dan akumulasi data yang dapat direkam dengan jumlah yang banyak sehingga memungkinkan untuk dapat diolah dalam berbagai bentuk tampilan. Hal lain yang menguntungkan dari probe ini adalah karena bentuknya yang portable sehingga sangat efiesien untuk dibawa ke segala jenis kondisi perairan yang akan kita survey nantinya. Adapun yang harus diperhatikan dalam aplikasi metode ini yaitu adalah ketepatan dalam penentuan lokasi dan jumlah stasiun yang akan kita survey atau ambil datanya (Santoso, 2005).

AAQ 1183 (Chlorotech Probe) mempunyai beberapa keunggulan, salah satunya adalah data dari chlorotech probe ini dapat disimpan secara otomatis dan dapat didownload juga sehingga menghasilkan data dalam format excel. Yang mana data tersebut dapat diolah dan dirata – ratakan dengan menggunakan visual basic. Sedangkan penampilan untuk datanya bisa menggunakan perangkat lunak matlab. Perangkat Lunak matlab sendiri mempunyai fungsi untuk mempermudah pengguna dalam pembacaan data clorotech probe ini, yang mana biasanya pembacaan untuk data dilakukan secara 3 dimensional (Riyadi dkk, 2005).

2.7 Current Meter

2.7.1 Pengertian Current Meter

(23)

Acoustic Current Meter (ACM) adalah alat yang dirancang dan dipasang pada tambatan untuk mengukur kecepatan arus rerata dan suhu air. ACM ini telah dirancang untuk pengukuran arus dan fenomena gelombangsoliton internal dengan menggunakan frekwensi tinggi. alat ini memiliki tingkat pemakaian energi yang kecil dan dilengkapi oleh micro-processor dan kartu memori (memory card) yang membuat alat ini dapat beroprasi dalam waktu yang cukup lama dengan pencuplikan yang beragam (Pranowo, 2005).

2.7.2 Spesifikasi Current Meter FLOWATCH FL-03

Tiga model dari “Vertical axis meter” adalah the Price 622AA meter, the WSC winter meter, dan the Pygmy meter. Dimana the Price 622AA meter adalah yang paling umum dipergunakan dengan jenis tiang vertikal dan sering dipergunakan sebagai pengukur standar karena hasil keluarannya. Bersifat ekstensif dengan berbagai manfaat untuk penelitian/percobaan dan juga cocok untuk berbagai kondisi lapangan. Secara umum tidak menampilkan sinyal yang cocok dengan perhitungan dengan konsep perhitungan pulsa elektrik pada daerah yang rendah kecepatan arusnya. Current meter sini secara inherent sangat sensitif terhadap fluktuasi turbulensi lateral karena arah yang kurang stabil, sangat mungkin untuk menyebabkan galat pada saat pengukuran kecepatan sehingga berorientasi dalam pengukuran arah (Tampubolon, 2009).

(24)

Menurut Sopian (2013), TH-02 Mini Current Meter digunakan untuk mengukur kecepatan arus di perairan dengan menggunakan ensor magnetic. Dimana memiliki instrument standar dengan Body utama yang Waterproof, propeller plastik 50 mm him. and 30 mm him., Indicator digital LCD ( Liquid Crystal Display) Dot matrix 2 baris x 16 kolom., Tombol Start/Stop, Timer, Type propeller, dan tampilan pulse, timer, kecepatan (m/s), rod bar stainless dengan diameter 10 mm, panjang 2 meter. Kabel konektor dengan panjang 2.5, menggunakan operasi manual. Adapun spesifikasi alat ini adalah:

1. Jarak maksimal : 2.0 m/s 2. Sensitifitas : 0.1 m/s 3. Sensor : Magnetic Impulse

4. Baterai : 4.8 Volt (4 x 1.2 volt) Rechargable

2.7.3 Kelebihan dan Kekurangan Current Meter FLOWATCH FL-03

Alat Current Meter FLOWATCH FL-03 adalah alat yang digunakan untuk mengukur arus saat praktikum lapang instrument kelautan. Alat ini memiliki beberapa keunggulan dibanding dengan alat yang lain. Kelebihannya meliputi desain alat secara simple agar memudahkan penggunanya dalam mengukur kecepatan arus. Alat ini bisa digunakan untuk mengukur kecepatan arus pada aliran udara maupun aliran air mengalir. Dilengkapi juga dengan layar, 1.2 meter batang telescoping, dua sensor aliran; satu untuk air dan satu untuk udara. Tambahan sensor yang tersedia, termasuk sensor air tergantung dengan kabel dengan jarak 15 meter. Disamping itu alat ini juga dapat digunakan pada temperature -30˚C-50˚C. Pengukuran kecepatan fluida dapat diambil dalam knot , km / jam , mph , dan m / s (www.ntechusa.com, 2010).

(25)
(26)

3. METODOLOGI

3.1 Lokasi Praktikum Instrumen dan Dinamika Kelautan

Lokasi yang digunakan pada praktikum Dinamika Ekosistem Laut dan Instrumentasi Kelautan dibagi menjadi dua, yaitu lapang dan laboratorium. Praktikum lapang dilaksanakan di pantai Sendang Biru yang berlokasi di Malang selatan, sedangkan untuk praktikum laboratorium dilaksanakan di Fakultas Perikanan Ilmu Kelautan. Praktikum laboratorium Instrumentasi Kelautan dilaksanakan di laboratorium eksplorasi yang terletak di gedung B lantai 6 Fakultas Perikanaan dan Ilmu Kelautan. Sedangkan praktikum laboratorium Dinamika Ekosistem Laut dilaksanakan setelah praktikum lapang yang berloksai di Laboratorium Ilmu Kelautan gedung A lantai 1 Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Brawijaya Malang.

3.2 Alat dan Fungsi

Alat yang digunakan dalam praktikum Instrumentasi Kelautan dan Dinamika Ekosistem Laut adalah sebagai berikut :

Tabel 1 Alat dan Fungsi Pada Saat Praktikum

Alat Fungsi

AAQ 1183 Untuk pengukuran parameter fisikapada perairan Current meter FLOWATCH FL-03 Alat untuk mengukur kecepatan arus ODV Pengolahan dan visualisasi dataoceanografi

Smart Heandy Sebagai tempat menyimpan data daripengukurun AAQ

Ms. Excel Input data

Camera Dokumentasi Kegiatan

GPS sebagai alat untuk mencatat titik koordinat setiap stasiun

Transek membantu untuk menganalisis perairan saat observasi darat

(27)

organisme

Lampu untuk memudahkan saat identifikasi organisme

Laptop

alat untuk mengolah data parameter fisika yang telah didapat dari AAQ 1183

3.3 Bahan dan Fungsi

Bahan yang digunakan dalam praktikum Instrumentasi Kelautan dan Dinamika Ekosistem Laut adalah sebagai berikut :

Tabel 2 Bahan yang digunakan dalam praktikum dan fungsinya

Bahan Fungsi

Formalin Sebagai pengawet biota yang akan diamati. Plastik Sebagai tempat sampel pengamatan Biota Laut Sebagai bahan pengamatan

Air/Aquades Digunakan untuk mengkalibrasi alat yang telah digunakan dan membersihkan.

(28)

3.4 Skema Kerja

3.4.1 Observasi Laut

Skema kerja observasi laut saat praktikum Dinamika Ekosistem Laut di Sendang Biru, sebagai berikut:

Mendokumentasikan hasil pengamatan substrat dan biota yang ditemukan dari setiap stasiun Observasi

Laut

Menentukan lokasi stasiun pengamatan

Menentukan transek setiap stasiun pada kedalaman berbeda

Mengamati lifeform karang , substrat dan biota

Mencatat lifeform karang yang ditemukan di setiap transek

Mencatat jenis substrat , dan ciri-ciri biota yang ditemukan

(29)

3.4.2 Observasi Darat

Skema kerja observasi darat saat praktikum Dinamika Ekosistem Laut di Sendang Biru, sebagai berikut:

Mengambil perwakilan biota yang ditemukan dari setiap transek dan dimasukkan dalam plastik specimen yang telah diberi label

Mendokumentasikan biota dan substart di setiap transek

Observasi Darat

Menentukan lokasi stasiun pengamatan

Memasang transek tegak lurus garis pantai

Mengamati biota dan substrat dari setiap transek

Mencatat dan menghitung biota yang ditemukan di setiap transek

Mencatat jenis substrat

Mengamati dan mencatat kondisi lingkungan sekitar stasiun

Mendokumentasikan biota dan substart di setiap transek

Biota yang ditemukan akan diidentifkasi di laboratorium

(30)

3.4.3 AAQ1183

Skema kerja pengoperasian AAQ dalam perekaman data saat praktikum Dinamika Ekosistem Laut di Sendang Biru, sebagai berikut:

AAQ 1183

Meghubungkan sonde dan smart handy dengan kabel penghubung

Memastikan alat siap digunakan

Menekan tombol power pada smart handy

Mengatur kedalaman dengan menekan “zero”

Memasukkan AAQ kedalam perairan secara perlahan dan sensor AAQ akan merekam conductivity, temperature, DO, depth, chlorophyl dan pH

Mengatur perekaman data smart handy dengan mengklik mesh 2 kali

Menghentikan perekaman data dengan mengklik mesh untuk saat perekaman data sudah selesai Menyimpan fle perekaman data dengan file name yang diinginkan, kemudian klik mesh lalu tekan ok

Pilih menu memo apabila ingin mencatat kondisi lingkungan saat pengamatan kemudian klik enter

Data yang disimpan akan diolah menggunakan software ODV

(31)

3.4.4 Current Meter FLOWATCH FL-03

Skema kerja pengoperasian Current meter flowatch FL-03 dalam perekaman data arah dan kecepatan arus saat praktikum Dinamika Ekosistem Laut di Sendang Biru, sebagai berikut:

Current meter floatch

FL-03

Hasil

Menyambungkan display dan plopeler dengan kabel set

Menekan tombol power untuk menyeting interval kedalaman

Menurunkan propeler kedalam perairan secara perlahan

Ppopeler akan merekam kecepatan dan arah

(32)

4. PEMBAHASAN

4.1 Analisa Prosedur

4.2.1.1 Observasi Laut

Alat-alat yang digunakan dalam observasi laut yaitu ASD (Alat Selam Dasar), akrilik, alat tulis dan kemera. Akrilik dan alat tulis digunakan untuk mencatat hasil pengamatan. Kamera digunakan untuk mendokumentasikan hasil pengamatan yang meliputi life form karang, substrat, tipe arus dan biota maupun vegetasi yang ditemukan. Praktikum observasi laut yaitu melakukan pengamatan pada ekosistem terumbu karang baik komponen biotik maupun abiotiknya. Pengamatan yang dilakukan meliputu pengamatan life form karang, substrat dan tipe arus pada setiap stasiun pengamatan. Selain itu, diamati juga biota maupun vegetasi yang ada di dalam ekosistem terumbu karang. Hasil pengamatan dicatat pada akrilik sesuai dengan form observasi laut. Selain itu, dilakukan dokumentasi pada setiap pengamatan yang berupa life form karang, substrat, iota dan vegetasi yang ditemukan. Hasil dokumentasi terhadap biota dan vegetasi selanjutnya akan diidentifikasi di laboratorium.

4.1.2 Observasi Darat

(33)

Line transect sepanjang 5 meter yang telah dibuat diletakkan pada perbatasan antara laut dan daratn yaitu di garis pantai. Line transect diletakkan sebagian di perairan dan sebagian di darat, tegak lurus dengan garis pantai. Setelah itu, dilakukan pengamatan tipe pantai, topografi pantai dan substrat pada setiap stasiun pengamatan di dalam line transect. Setiap jenis (spesies) yang ditemukan pada setiap stasiun pengamatan, dihitung, dicatat masukkan kedalam form pengamatan darat. Biota yang telah ditemukan didokumentasikan dan hasilnya akan digunakan pada identifikasi di laboratorium. Setiap jenis biota maupun vegetasi yang ditemukan diambil sebagai sampel yang akan diidentifikasi di laboratorium dari masing-masing kotak pada line transect pada setiap stasiun pengamatan dimana setiap sampel diambil minimal 1 individu. Sampel yang telah diambil dimasukkan ke dalam plastik tip dan diberi formalin untuk diawetkan dan agar tidak rusak. Pada setiap plastik tip diberi label sesuai tempat ditemukan sampel dan simpan dalam coolbox. Setelah itu, dilakukan identifikasi lanjutandi laboratotium.

4.1.3 AAQ1183

Pada praktikum Instrumentasi Kelautan materi pengukuran kualitas perairan dengan menggunakan AAQ Sensor 1183 hal pertama yang harus dilaukan adalah menyiapkan alat dan bahan. Alat-alat yang digunakan antara lain AAQ Sensor 1183 untuk mengukur parameter kualitas perairan fisika, kimia dan biologi; handy digunakan untuk menampilkan hasil pengukuran dari AAQ Sensor 1183; kabel kevlar untuk menyambungkan Handy dengan AAQ Sensor 1183 dan kamera digital untuk mengambil gambar. Sedangkan bahan yang digunakan adalah aquades fungsinya untuk mengkalibrasi dan membersihkan alat AAQ Sensor 1183 agar dalam keadaan steril dan battery sebagai sumber energi untuk Handy.

- Pemasangan Alat

(34)

menutup bagian belakang pada smart handy, lalu buka bagian atas pada smart handy dan pasang kabel set yang sudah terpasang ke portal AAQ kemudian tekan turn on pada smart handy. Sebelum dibawa ke laut ada beberapa yang harus diperhatikan pada AAQ Sensor 1183 tersebut yaitu pada sensor pH (penutup berwarna putih) terdapat cairan pH 9 untuk menyesuaikan kondisi di laut untuk penggunaan alat sebelum diturunkan ke laut harus tetap basah pada ember hitam yang sudah disediakan.

- Penggunaan Alat di Lapang

Pengukuran kualitas perairan dengan menggunakan AAQ Sensor 1183 langkah pertama yaitu menuju ke stasiun 1 dengan menggunakan kapal untuk melakukan pengukuran, kemudian menyiapkan peralatan yang akan digunakan pada saat pengukuran, selanjutnya melakukan kalibrasi sensor yang berguna untuk mengembalikan keadaan alat dalam keadaan steril, kemudian menurunkan sonde secara perlahan dari permukaan perairan, kolom perairan sampai dasar perairan. Setelah sonde diturunkan selanjutnya memposisikan sonde pada kedalaman 0.2, 0,5 dan 0,8 dengan interval beberapa menit setiap pertambahan kedalaman 1 meter. Proses ini dilakukan untuk memberi kesempatan sensor bekerja maksimal dan memberi kesempatan surveyor untuk mencatat data pada layar display. Pada saat sonde menyentuh dasar perairan diangkat ke atas sekitar 20-50 cm untuk menghindari pengaruh dari pengadukan sedimen dasar. Kemudian menunggu proses penyimpanan data sampai selesai, setelah semua data tersimpan merapikan kembali alat-alat yang telah digunakan, dan mendapatkan hasil. Kemudian menuju ke stasiun 2 dan lakukan pengulangan hingga semua stasiun untuk melakukan pengukuran dengan tahapan langkah yang sama seperti pada stasiun 1.

4.1.4 Arus (Current Meter FLOWATCH FL-03 dan konvensional)

(35)

digunakan untuk mengambil gambar. Sedangkan bahan yang digunakan adalah battery sebagai sumber energi untuk display unit.

- Pemasangan Alat

(36)

- Penggunaan Alat di Lapang

Pada pengukuran kecepatan arus menggunakan current meter langkah pertama yang dilakukan dalam penggunaan ketika dilapang yaitu menyambungkan monitor / display dengan alat yang akan diturunkan menggunakan kabel penghubung (Propeller laut), yang selanjutnya menghidupkan display dengan menekan tombol turn on hingga muncul nilai arus pertama. Kemudian melakukan pengaturan pada layar monitor dengan menentukan waktu interval per kedalaman yang diperlukan. Selanjutnya menurunkan alat kedalam perairan dari permukaan, kolom hingga menyentuh dasar perairan dengan kedalam 3 meter. Kemudian mencatat data yang ditampilkan pada layar monitor / display selama 1 menit pada stasiun 1 dan mendapatkan hasil akhir. Kemudian menuju ke stasiun 2 dan lakukan pengulangan hingga seluruh stasiun untuk melakukan pengukuran dengan tahapan langkah yang sama seperti pada stasiun 1

Pengukuran arus konvensional dilakukan dengan menggunakan 2 botol air mineral yang salah satunya diisi air laut yang berfungsi sebagai pemberat, botol- botol ini kemudian akan diikat menggunakan tali yang memiliki panjang kurang lebih 1 meter. Cara penggunaannya yaitu current meter konvensional ini diturunkan ke perairan dan lihat botol yang tidak berisi air yang berfungsi sebagai pelampung, dihitung berapa waktu yang dibutuhkan untuk botol yang berfungsi sebagai pelampung meregangkan tali. Jika ingin mengetahui kecepatan arus maka dilakukan perhitungan yaitu dengan rumus jarak dibagi waktu (s/t) dengan jarak yaitu 1 meter dan waktu yang dibutuhkan untuk meregangkan tali. Catat hasil pengukuran dan lakukan pengulangan untuk memvalidkan data.

4.1 Analisa Hasil

4.2.1 Observasi Laut

(37)

dengan suhu perairan hangat dan berwarna biru tua pada kedalaman 1,6 m. Di titik 3 perairannya memiliki substrat pasir, dengan suhu hangat dan perairannya berwarna biru tua namun pada kedalaman yang berbeda yakni kedalaman 3 m. stasiun lainya yakni stasiun 3 di Teluk semut, di titik 1 Stasiun 3 memiliki perairan yang tercemar karena banyak sampah dan Alga disana , perairannya berwarna biru tua pada kedalaman, lokasi ini berada pada jarak sekitar 2 Km dari pelabuhan dan pada kedalaman 1,9 m. Di titik 2 dan 3 Stasiun 3 Teluk semut ini memiliki karakteristik perairan yang sama hanya saja yang membedakan adalah kedalamannya, pada titik 2 memiliki kedalaman 2,25 m dan titik 3 berkedalaman 4,70 m. Pantai berpasir adalah salah satu ekosistem penting di daerah pasang surut. Hewan-hewan yang hidup disini umumnya infauna seperti kerang-kerang dan ghost crabs.Berdasarkan latar belakang di atas, maka dilakukan praktikum yang berjudul Karakteristik Organisme Yang Hidup Di Pantai Berbatu dan Berpasir.

Pada Observasi Laut Praktikum lapang Dinamika Ekosistem Laut disetiap stasiun pada umumnya memiliki life form karang, tipe substrat dan tipe arus yang sama,namun berbeda jumlahnya di setiap stasiun. Misalnya pada Stasiun 2 di Watu Meja, jenis Life form karang yang ditemukan yaitu jenis Acropora bercabang (Acropora branching) (ACB), karang encrusting ( Coral Encrusting) (CE), serta ditemukan juga jenis karang Otak. Pada stasiun 3 di Teluk Semut jenis Life form karang yang ditemukan hamper sama dengan pada stasiun 2, yaitu jenis Acropora bercabang (Acropora branching) (ACB), karang encrusting ( Coral Encrusting) (CE), dan jenis karang Otak.

(38)

Dalam praktikum Dinamika Ekosistem Laut pengamatan dilakukan pada 3 stasiun dengan objek observasi adalah lingkungan laut, yakni Waru-waru, Kondang Buntung, Watu Meja. Pada masing-masing stasiun diamati beberapa parameter seperti; life form dari terumbu karang yang ada, substrat dasar laut serta jenis biota yang ditemukan.

4.2.1.1 Stasiun Waru-Waru

Hasil pengamatan yang dilakukan di stasiun 1 pada wilayah Waru-Waru, dijumpai terumbu karang dengan keragaman biotanya. Substrat yang dijumpai pada stasiun ini berupa substrat yang berbatu. Bentuk-bentuk pertumbuhan terumbu karang yang dijumpai adalah karang meja (tabulate), karang lembaran (foliaceacous), karang masif (massive) dan bercabang (branching). Di stasiun Waru- Waru terbagi menjadi 3 kedalaman pengamatan yaitu 3m, 5m, 7m. Pada kedalaman 3m didominasi oleh karang bercabang (branching). Pada kedalaman 5m didominasi oleh karang meja (tabulate) dan karang lembaran (foliaceacos). Pada kedalaman 7m didominasi oleh karang masif (massive). Berikut ini merupakan tabel yang menyajikan life form terumbu karang yang dijumpai pada stasiun 1 :

Tabel 3 Life form karang pada stasiun Waru-waru

No Life Form Gambar Gambar Literatur

1 Tabulate (Google Image,2015)

(39)

No Life Form Gambar Gambar Literatur

3 Massive (Google Image,2015)

4 Branching (Google Image,2015)

Sedangkan, untuk biota yang dijumpai pada stasiun 1 dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 4 Biota Stasiun Waru-Waru

No Biota Nama

International Nama Lokal Gambar Gambar Literatur

1.

Chaet odon

sp.

Eight Banded Angelfish

Kepe-Kepe

(Google Image, 2015)

2.

Thalas soma lunare

Moon Wrase Inmarie/Biak

(40)

No Biota Nama

International Nama Lokal Gambar Gambar Literatur

3.

Halicho eres purpur ascens

Grey-Head

Wrase Inmarie/Biak

(Google Image,2015)

4. Aurilia aurita

Jellyfish Ubur-Ubur (Google Image,2015)

5. Tetradontidae Balloonfish Ikan Buntal (Google Image,2015)

6.

Lutjan us ehren

bergi

Ehrenberg

Seaperch Imbarkof

(Google Image,2015)

7. Lutjanus semicinctus

Black Banded

Seaperch Inmameruew

(41)

4.2.1.2 Stasiun Watu Meja

Pengamatan yang dilakukan di stasiun 2 pada wilayah Watu Meja, didapatkan Hasil sebagai berikut dijumpai terumbu karang dengan keragaman life form yang lebih rendah dibandingkan dengan stasiun 3 di Teluk Semut. Substrat yang dijumpai pada stasiun ini berupa pasir berbatu. Bentuk-bentuk pertumbuhan terumbu karang yang dijumpai adalah karang bercabang (branching), karang lembaran (foliaceacous), karang masif (massive), karang karang submasif (submassive) dan karang meja (tabulate). Substrat utama yang dijumpai pada stasiun ini adalah substrat berpasir. Dari hasil penngamatan dilakukan, terdapat bentuk life form yang mendominasi yaitu bentuk karang lembaran (foliaceacous) dan karang bercabang (branching). Di stasiun Watu Meja terbagi menjadi 3 kedalaman pengamatan yaitu 3m, 5m, 7m. Pada kedalaman 3m didominasi oleh karang bercabang (branching). Pada kedalaman 5m didominasi oleh karang meja (tabulate), karang lembaran (foliaceacos) dan karang submasif (submassive). Pada kedalaman 7m didominasi oleh karang masif (massive).Berikut ini merupakan tabel yang menyajikan life form terumbu karang yang dijumpai pada stasiun.

Tabel 5 Life form karang pada stasiun Watu Meja

No Life Form Gambar Gambar Literatur

1 Submassive

(42)

No Life Form Gambar Gambar Literatur

2 Massive

(Google Image,2015)

3 Branching (Google Image,2015)

4 Foliaceacous

1.

(Google Image,2015)

5 Tabulate (Google Image,2015)

(43)
(44)

4.2.1.3 Stasiun Teluk Semut

Pengamatan yang dilakukan di stasiun 3 pada wilayah Teluk Semut didapatkan hasil, dijumpai terumbu karang dengan keragaman biotanya. Substrat yang dijumpai pada stasiun ini berupa substrat yang berbatu. Bentuk-bentuk pertumbuhan terumbu karang yang dijumpai adalah karang meja (tabulate), karang lembaran (Foliaceacous), karang masif (massive) dan bercabang (branching). Di stasiun Teluk Semut terbagi menjadi 3 kedalaman pengamatan yaitu 3m, 5m, 7m. Pada kedalaman 3m didominasi oleh karang bercabang (branching). Pada kedalaman 5m didominasi oleh karang meja (tabulate) dan karang lembaran (foliaceacos). Pada kedalaman 7m didominasi oleh karang masif (massive). Berikut ini merupakan tabel yang menyajikan life form terumbu karang yang dijumpai pada stasiun 3 :

Tabel 7 Life Form Karang Stasiun Teluk Semut

No Life Form Gambar Gambar Literatur

1 Tabulate

(Google Image,2015)

2 Foliaceacous

(45)

No Life Form Gambar Gambar Literatur

3 Massive

(Google Image,2015)

4 Branching

(Google Image,2015)

Sedangkan, untuk biota yang dijumpai pada stasiun 3 dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 8 Biota Stasiun Teluk Semut

No Biota

N a m a

Nama Lokal Gamba

r

Gambar Literatur

1. Stenopus hispidus

Shirmp Coral

Udang Hias Karang

(Google Image,2015)

2. Clarias catfish

Lined Catfish

Lele Laut Beracun

(46)
(47)

No Biota

N a m a

Nama Lokal Gamba

r

Gambar Literatur

7. Lutjanus semicinctus

Black Banded Seaperch

Inmameruew

(Google Image,2015)

4.2.2 Observasi Darat

Pada praktikum lapang Dinamika Ekosistem Laut dan Instrumentasi Kelautan yang dilaksanakan di pantai Sendang Biru, Malang telah dilakukan observasi darat pada 6 stasiun yang berbeda dengan menggunakan 5 transek pada tiap stasiunnya untuk melakukan pengamatan terhadap substrat, organisme dan kondisi perairan pada tiap transek di setiap stasiun.

4.2.2.1 Stasiun 1

Gambar 3.Kondisi Lapang Observasi Darat Stasiun 1

(48)

dan gastropoda. Pada transek 1E ditemukan gastropoda, anemone, teritip, ikan dan keong. Setelah dilakukan pengamatan organisme kemudian diambil sampel organisme dan diawetkan untuk kemudian diidentifikasi di laboratorium.

Tabel 9 Hasil Observasi Darat di Lapang Stasiun 1

Transek Substrat Organisme Kondisi Perairan

Gambar 4.Kondisi Lapang Observasi Darat Stasiun 2

(49)

batu. Jenis substrat pada transek 2B yaitu kerikil. Jenis substrat pada transek 2C yaitu kerikil dan pasir kasar. Jenis substrat pada transek 2D dan 2E yaitu pasir kasar. Kondisi perairan pada transek 2A yaitu pada area dalam transek ini jarang terkena oleh air laut dan jika terkena air laut airnya cukup keruh. Sedangkan kondisi perairan pada transek 2B, 2C, 2D dan 2E yaitu perairannya keruh. Organisme yang ditemukan pada transek 2A yaitu teritip, kepiting, siput dan bivalvia. Pada transek 2B dan 2C ditemukan ikan kecil. Pada transek 2D ditemukan ikan kecil dan gastropoda. Pada transek 2E ditemukan kepiting dan gastropoda. Setelah dilakukan pengamatan organisme kemudian diambil sampel organisme dan diawetkan untuk kemudian diidentifikasi di laboratorium.

Tabel 10 Hasil Observasi Darat di Lapang Stasiun 2

Transek Substrat Organisme Kondisi Perairan

A Pasir

- Teritip - Kepiting - Siput - Bivalvia

Perairan keruh B - Pasir

- Batu Ikan kecil

C Berbatu Ikan kecil

D - Pasir - Batu

- Ikan kecil - Gastropoda

E - Pasir - Batu

(50)

4.2.2.3 Stasiun 3

Gambar 5. Kondisi Lapang Observasi Darat Stasiun 3

Pada stasiun 3 dilakukan pengamatan terhadap substrat, organisme dan kondisi perairan. Jenis substrat pada stasiun 3 didominasi oleh jenis substrat pasir berbatu. Kondisi perairan pada stasiun 3 yaitu energi gelombang perairan tergolong sedang. Organisme yang ditemukan pada transek 3A dan 3B yaitu keong dan kepiting. Pada transek 3C ditemukan telescopium, keong dan kepiting. Pada transek 3D dan 3E ditemukan keong dan ikan kecil. Setelah dilakukan pengamatan organisme kemudian diambil sampel organisme dan diawetkan untuk kemudian diidentifikasi di laboratorium.

Tabel 11 Hasil Observasi Darat di Lapang Stasiun 3

Transek Substrat Organisme Kondisi Perairan

A Pasir berbatu - Keong - Kepiting

Gelombang sedang

B Pasir berbatu - Keong - Kepiting

C Pasir berbatu

- Telescopium - Keong - Kepiting D Pasir berbatu - Keong

(51)

Transek Substrat Organisme Kondisi Perairan

E Pasir berbatu - Keong - Ikan kecil

4.2.2.4 Stasiun 4

Gambar 6. Kondisi Lapang Observasi Darat Stasiun 4

Pada stasiun 4 dilakukan pengamatan terhadap substrat, organisme dan kondisi perairan. Jenis substrat pada stasiun 4 didominasi oleh jenis substrat batu. Kondisi perairan pada stasiun 4 yaitu kondisi perairan sedang mengalami surut, energi gelombangnya sedang, perairan jernih, terdapat sampah dan banyak potongan-potongan alga di perairannya. Organisme yang ditemukan pada transek 4A yaitu alga, lumut, gastropoda dan kepiting. Pada transek 4B dan 4C ditemukan alga, lumut dan ikan. Pada transek 4D ditemukan alga dan ikan. Pada transek 4E ditemukan alga, bivalvia, ikan dan spons. Setelah dilakukan pengamatan organisme kemudian diambil sampel organisme dan diawetkan untuk kemudian diidentifikasi di laboratorium.

Tabel 12 Form Observasi Darat di Lapang Stasiun 4

(52)

Transek Substrat Organisme Kondisi Perairan

C Batu

- Alga hijau - Lumut - Ikan

D Batu - Alga hijau - Ikan

E Batu

- Alga hijau - Bivalvia - Ikan - Spons

4.2.2.5 Stasiun 5

Gambar 7. Kondisi Lapang Observasi Darat Stasiun 5

(53)

Tabel 13 Form Observasi Darat di Lapang Stasiun 5

Transek Substrat Organisme Kondisi Perairan

A Batu - Spons

- Alga hijau

- Perairan sedang surut - Gelombang sedang

B Batu Alga coklat

C Batu

- Siput - Alga hijau - Alga merah

D Tidak dilakukan observasi

Energi gelombang sangat besar

E Tidak dilakukan observasi

4.2.2.6 Stasiun 6

Gambar 8. Kondisi Lapang Observasi Darat Stasiun 6

(54)

ditemukan pada transek 6A yaitu teritip, alga dan kerang. Pada transek 6B ditemukan alga, rumput laut, chiton dan kerang. Pada transek 6C dan 6D ditemukan alga dan kerang. Pada transek 6E ditemukan alga dan ikan. Setelah dilakukan pengamatan organisme kemudian diambil sampel organisme dan diawetkan untuk kemudian diidentifikasi di laboratorium. Tabel 14 Form Observasi Darat di Lapang Stasiun 6

Transek Substrat Organisme Kondisi Perairan

A Batu

- Teritip - Alga hijau - Kerang

Gelombang sedang B Batu

- Alga hijau - Rumput laut - Chiton - Kerang

C Pasir berbatu - Alga hijau - Kerang

D Pasir berbatu - Alga hijau - Kerang

E Pasir berbatu - Alga coklat - Ikan

(55)

Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Ruswahyuni (2008), pantai berpasir cenderung didominasi oleh hewan jenis infauna. Hewan jenis infauna merupakan hewan bentik penggali lubang. Hewan ini paling banyak dijumpai biasanya adalah kelas Polychaeta dan Mollusca. Kehidupan organisme bentik dipengaruhi oleh kondisi lingkungannya baik fisik, kimia maupun biologi yaitu suhu, salinitas, pH, tekstur sedimen dan kandungan bahan organik pada sedimen. Penyebaran makrozoobentos erat sekali hubungannya dengan kondisi perairan dimana organisme ini ditemukan. Sumber bahan organik pada sedimen adalah lamun dan sisa metabolisme biota bentik. Gangguan lingkungan di daerah pesisir akan mempengaruhi secara langsung organisme-organisme yang menjadi sumber bahan organik dalam sedimen tersebut.

Setelah dilakukan observasi darat di lapang, pengamatan dilanjutkan di laboratorium untuk mengidentifikasi setiap organisme yang ditemukan selama pengamatan. Berikut ini merupakan hasil identifikasi organisme di seluruh stasiun dari observasi darat di laboratorium:

(56)
(57)
(58)

4.2.3.1 Suhu

Gambar 9. Perbandingan data suhu tahun 2014 dan 2015

Hasil analisa Kedalaman dan Suhu pada Stasiun Watu Meja dengan Data yang diperoleh pada tahun 2014 dan 2015 dapat disimpulkan bahwa untuk data 2014 pada kedalaman 0–2 meter suhu perairan cenderung stabil dan lebih hangat yaitu dengan suhu perairan sekitar 29.2 – 29.3 °C. Sedangkan pada kedalaman sekitar 2m terjadi penurunan suhu yang sangat drastis. Pada kedalaman 2 – 5 meter suhu perairan cenderung lebih dingin dengan suhu perairan 29.1 – 29.2 °C, dimana kita ketahui suhu semakin turun jika kedalaman bertambah. Data 2015 didapatkan informasi suhu perairan pada setiap kedalamannya tidak stabil dan jika dirata-rata semakin bertambah kedalaman suatu perairan suhu cenderung semakin menurun sampai 29,12°C.

(59)

4.2.3.2 Turbiditas

Gambar 10.Perbandingan data turbiditas tahun 2014 dan 2015

Hasil analisa Kedalaman dan turbiditas pada Stasiun Watu Meja dengan Data yang diperoleh pada tahun 2014 dan 2015 dapat disimpulkan bahwa untuk data 2014 pada kedalaman 0 –5 meter tidak stabil dengan Turbidity perairan sekitar 3 ftu. Sedangkan untuk Data turbiditas tahun 2015 pada nilai cenderung stabil pada kirasaran 0-0.4 m pada setiap kedalaman.

(60)

4.2.3.3 Salinitas

Gambar 11.Perbandingan data salinitas tahun 2014 dan 2015

Hasil analisa Kedalaman dan salinitas pada Stasiun Watu Meja dengan Data yang diperoleh pada tahun 2014 dan 2015 dapat disimpulkan bahwa untuk data 2014 pada kedalaman 1-3 meter cenderung mengalami peningkatan, sedangakan pada kedalaman 3-5 meter salinitasnya cenderung stabil pada rentang 34,1-34,15ppt. Pada data salinitas yang diperoleh pada tahun 2015 dapat disimpulakan bahwa salinitsnya cenderung stabil pada rentang 33-34 ppt.

(61)

4.2.3.4 pH

Gambar 12.Perbandingan data pH tahun 2014 dan 2015

Hasil analisa Kedalaman dan pH pada Stasiun Watu Meja dengan Data yang diperoleh pada tahun 2014 dan 2015 dapat disimpulkan bahwa untuk data 2014 pada kedalaman 1-5 meter cenderng stabil yaitu berkisar antar 9,12. Sedangakan untuk data pada tahun 2015 diperoleh pHnya berkisar antara 10,16-10,18 namun lebih dominan pada 10,18. Hal ini menunjukkan baik pada tahun 2014 maupun tahun 2015 periairan Sendang Biru termasuk kategori basa.

(62)

4.2.3.4 DO

Gambar 13.Perbandingan data DO tahun 2014 dan 2015

Hasil analisa kedalaman dan DO pada Stasiun Watu Meja dengan Data yang diperoleh pada tahun 2014 dan 2015 dapat disimpulkan bahwa untuk data 2014 pada kedalaman 1-5 meter apabila dirata-rata cenderung mengalami peningkatan kadar DOnya mulai dari 6,72-6,28 mg/L. sedangakan untuk data pengkuran DO pada tahun 2015 didaptakan hasil yang berfluktuasi antara 6,35-6,45 mg/L.

(63)

4.2.3.5 Klorofil

Gambar 14.Perbandingan data klorofil tahun 2014 dan 2015

Hasil analisa Kedalaman dan salinitas pada Stasiun Watu Meja dengan Data yang diperoleh pada tahun 2014 dan 2015 dapat disimpulkan bahwa untuk data 2014 pada kedalama 1-5 meter secara umum terjadi peningkatan kadar klorofil di perairan yang berkisar dari 0,17-0,26 ppb. Sedangkan untuk data yang didapatkan pada tahun 2015 pada kedalaman 0-4 meter didapatkan hasil bahwa konsentrasi klorofil diperairan cenderung stabil yang berkisar antara 0,15-0,2ppb.

Menurut Baku Mutu Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 51 Tahun 2004 Lampiran Perairan Pelabuhan nilai Chlorophyl nya yakni tidak tertera. Sehingga tidak dapat dibandingkan apakah itu baik untuk biota di periaran tersebut.

4.2.4 Arus (Konvensional)

Hasil data pengukuran kecepatan arus yang diukur dengan menggunakan current meter konvensional di perairan Sendang Biru pada tanggal 19 Desember 2015 adalah sebagai berikut:

Tabel 16 Data current meter konvensional

Stasiun Kecepatan (m/s) Arah

KB1 0.3 1100

KB2 0.37 1200

KB3 0.25 70 0

(64)

TS2A 0.12 110 0

TS1A 0.15 1200

TS1B 0.19 800

TS2B 0.25 900

TS3B 0.3 1400

WW3 0.375 2800

WW2 0.21 1000

WW1 0.25 600

WM2A 0.125 300

WM2B 0.3 1700

WM2C 0.25 2200

WM1C 0.21 00

WM1B 0.19 1300

WM1A 0.375 1200

(65)

5. PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Kesimpulan dari praktikum Dinamika Ekosistem Laut dan Instrumentasi Kelautan yaitu:

 Pantai merupakan suatu daerah yang meluas dari titik terendah air laut pada saat surut hingga ke arah daratan sampai mencapai batas efektif dari gelombang. Pantai terdiri dari pantai berpasir, pantai berbatu dan pantai berlumpur

 Vegetasi daratan pesisir secara umum tumbuh di daerah intertidal atau daerah dekat laut yang memiliki salinitas cukup tinggi, seperti mangrove sejati, mangrove asosiasi dan vegetasi non mangrove

 Jenis topografi pantai mempengaruhi ekosistem yang ada pada pantai serta biota-biota yang hidup disana

 Berdasarkan bentuk pertumbuhannya, lifeform karang terbagi atas karang Acropora dan non-Acropora. Karang dapat tumbuh dengan baik pada jenis substrat yang berpasir dengan tipe gelombang dan arus yang cukup tenang 5.2 Saran

(66)

DAFTAR PUSTAKA

ACT,2015. AAQ Aquaquality Sensor. https://www.act us.info/sensordetail.php? ID=11718&cat=&type=. Diakses pada tanggal 23 Desember 2015 pukul 21:12 WIB.

Alfiah, Taty. 2009. Biologi Laut/Organisme Laut. Surabaya: Institut Teknologi Adhi Tama Surabaya

Algaebase. 2016. Algaebase: Listing the World’s Algae. http://algaebase.org. Diakses pada 7 Januari 2016

Edyanto, C. B. H. 2006. Penelitian Kualitas Air Danau Aneuk Laot di Pulau Weh Propinsi Nangroe Aceh Darussalam. Jurnal Teknologi Lingkungan PTL-BPPT. Edisi Khusus : 115-124.

Google Image. 2016. Google Image. http://image.google.com. Diakses pada 7 Januari 2016

Gross, 1990 A.G. Gross, The rhetoric of science, (Harvard University Press, Cambridge Massachusetts, 1990)

Hardianti, N. M. 2014. Ekosistem Pesisir Pantai. Medan: Universitas Sumatera Utara

Huffard, Christine.dkk. 2010. Pengelolaan Berbasis Ekosistem Di Bentang Laut Kepala Burung Menerjemahkan Hasil Kajian Ilmiah Ke Rancangan Aksi Pengelolaan Sumberdaya Laut. BLKB Papua: Conservation International.

Hutabarat, S. dan S.M. Evans. 1986. Pengantar Oseanografi . Jakarta:Djambatan.

Isnaniawardhani, Vijaya dan Natsir Suhartati. 2012. Tipe Sedimen Permukaan Dasar Laut Selatan dan Kepulauan Tambelan Perairan Natuna Selatan. Bandung: Universitas Padjajaran

JFE-ALEC. 2009. Optical Fast Oxygent Sensor “RINKO” Integrated CTD-Profiler Scheduled to be Realeased in December. Alec Technical Express Vol. 14.

Kadi, Achmad. 2000. Pesisir dan Pantai Indonesia IV: Rumput laut di Perairan Kalimantan Timur. Jakarta: Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia Lutfi, Oktiyas Muzaki dan Alfan J. 2014. Assesmen Kondisi Fisika-Kimia

Oseanografi Perairan Pulau Sempu Malang Selatan Sebagai Paraeter Penentuan Lokasi Pembuatan Taman Karang. Jakarta: Pertemuan Ilmiah Nasional Tahunan X ISOI 2013.

Martin, Risnowati dan Irmayanti Meliono. 2012. Ritual Petik Laut pada Masyarakat Nelayan Sendang Biru, Malang: Sebuah Telaah Budaya Bahari. Prosiding ICSSIS

Nijin. 2014. Aquaquality Control 1183.

http://www.nijin.com.tw/sf/JFE/AAQ1183/aaq1183-e.htm. Diakses Pada 5 Desember 2013 pukul 17.57 WIB

Noor, Ahmad Sabirin. 2012. Pengembangan Pemanfaatan Peta Digital untuk Mendukung Sistem Informasi Pariwisata Pantai di Kabupaten Malang. http://jurnal-online.um.ac.id/data/artikel/artikelB98C9F8299AFA2B0841 B2B45136955BC.pdf. Diakses pada 24 Desember 2015 pukul 21.30 WIB

Pond, S. and G. L. Pickard, 1983. Introductory dynamical oceanography. 2ended :

(67)

Pranowo, Widodo Setiyo, A. Rita Tisiana Dwi Kuswardhani, Terry Louise Kepel, Utami Retno Kadarwati, Salvienty Makarim, dan Semedi Husrin. 2005. Menguak Arus Lintas Indonesia. Pusat Ristek Wilaya Laut dan Sumberdaya Non-hayati. Badan Riset Kelautan dan Perikanan. Departemen Kelautan dan Perikanan: Jakarta.

Ramadhani, Sri Dewi. 2013. Studi Kinerja Bangunan Groin Tanjung Bunga . Makasar: UNHAS.

Risamasu, Fonny J. L. dan Hanif Budi Prayitno. 2011. Kajian Zat Hara Fosfat, Nitrit, Nitrat dan Silikat di perairan Kepulauan Matasiri, Kalimantan Selatan. Jurnal Ilmu Kelautan Vol. 16, No. 3, Hal. 135-142

Riyadi, Agung, Lestario Widodo dan Kusno Wibowo. 2005. Kajian Kualitas Perairan Laut Kota Semarang dan Kelayakannya untuk Budidaya Laut J. Tek. Ling. P3TL – BPPT.(3): 497 – 501

Romimohtarto, K dan Sri Juwana. 2001. Biologi Laut. Jakarta: Djambatan

Ruswahyuni. 2008. Struktur Komunitas Makrozoobentos Yang Berasosiasi Dengan Lamun Pada Pantai Berpasir Di Jepara. Jurnal Saintek Perikanan, Vol. 3, No. 2, Hal. 33-36

Santoso, Arif Dwi. 2005. Pemantauan Hidrografi Dan Kualitas Air di Teluk Hurun Lampung dan Teluk Jakarta. Vol VI No 3 (433 – 437). Jakarta : Badan Pengakajian dan Penerapan Teknologi

Saptarini, Dian. 2013. Struktur Komunitas Gastropoda (Moluska) Hutan Mangrove Sendang Biru, Malang Selatan. Surabaya: ITS

Siswanto, Aries Dwi. 2011, Kajian Sebaran Substrat Sedimen Permukaan Dasar di Perairan Pantai Kabupaten Bangkalan. Jurnal Embryo, Vol. 8, No. 1, Hal. 1-8

Soemarno. 2010. Ekosistem Sawah. Malang. Universitas Brawijaya.

Sopian, Yayan. 2013. TATONAS TH02 Mini Current Meter.

http://inst.indonetwork.co.id/4179125/tatonas-th02-mini-current-meter.html diakses tanggal 8 Desember 2014 pukul 07.29 WIB.

Sumadiyono, Agus. 2010. Analisis Efisiensi Pemberian Air di Jaringan Irigasi Karau Kabupaten Barito Timur Provinsi Kalimantan Tengah. Bandung : IPB.

Tampubolon, Jimmy R. P.. 2009. Current Meter (Alat Ukur Arah dan Kecepatan Arus Laut). http://ilmukelautan.com/publikasi/instrumentasi-dan- hidroakustik/instrumentasi-kelautan/454-current-meter-alat-ukur-arah-dan -kecepatan-arus-laut. Diakses tanggal 5 Desember 2014 pukul 21.00 WIB.

Utomo, B. B. 2008. Teori Pantai. Semarang: Univesitas Diponegoro

Wibowo, Yudha Arie. 2012. DINAMIKA PANTAI (Abrasi dan Sedimentasi). Surabaya : Universitas Hang Tuah

(68)

LAMPIRAN

Lampiran 1. Data AAQ tahun 2015 stasiun Waru-Waru Longitud

e Latitude

Station

(69)

Longitud

e Latitude

Station

(70)

Longitud

e Latitude

Station

(71)

Longitud

e Latitude

Station

(72)

Longitud

e Latitude

Station

(73)

Longitud

e Latitude

Station

Gambar

Gambar 1.AAQ 1183
Gambar 2. Current Meter FLOWATCH FL-03
Tabel 1 Alat dan Fungsi Pada Saat Praktikum
Tabel 2 Bahan yang digunakan dalam praktikum dan fungsinya
+7

Referensi

Dokumen terkait

Pada proses bubut ada dua bagian yang akan sating terpisahkan yaitu bagian yang dipotong dan sisa potongan (chip I geram).. Secara umwnjenis geram ada dua, yaitu

Buku abstrak ini merupakan kumpulan abstrak SNTI dan SATELIT 2017 yang diselenggarakan pada tanggal 4-6 Oktober 2017 di Amarta Hills Hotel and Resort, Batu, Malang, oleh

We propose a new fauna-based tourism attraction by conducting herpetofauna survey in a few locations inside Sukamade, Meru Betiri National Park (MBNP), and using

Kotler (2003: 299) memilih pasar sasaran terdiri dari Single Segmen Concentration, pemilihan ha- nya pada satu segmen tunggal, perusahaan memberikan seluruh

Teknik analisis yang digunakan adalah SEM ( Structural Equation Modeling ), dengan bantuan perangkat lunak LISREL ( Linear Structural Relationship ) 8.72, untuk

Dari data-data yang dikumpulkan yang terdapat pada operasi 30 yang sekarang digunakan dan juga target yang ingin dicapai dibandingkan dengan kondisi hasil

ANALISIS KUALITAS HIDUP PENGGUNAAN GABAPENTIN DIBANDINGKAN DENGAN PREGABALIN TERHADAP NYERI NEUROPATIK DI POLI SYARAF RSUD PROVINSI NTB TAHUN 2019 Dengan sukarela menyetujui

Beban Lentur Problem Based Learning - Ketepatan hasil penyelesain masalah / tugas 12-14 Menghitung tegangan normal gabungan dan tegangan geser gabungan pada struktur