• Tidak ada hasil yang ditemukan

UPAYA BADAN NARKOTIKA NASIONAL KABUPATEN DALAM PENANGGULANGAN PEREDARAN NARKOTIKA DI DALAM LEMBAGA PERMASYRAKATAN (Studi pada Lembaga Permasyarakatan Kelas II A Kalianda)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "UPAYA BADAN NARKOTIKA NASIONAL KABUPATEN DALAM PENANGGULANGAN PEREDARAN NARKOTIKA DI DALAM LEMBAGA PERMASYRAKATAN (Studi pada Lembaga Permasyarakatan Kelas II A Kalianda)"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

`

UPAYA BADAN NARKOTIKA NASIONAL KABUPATEN DALAM PENANGGULANGAN PEREDARAN NARKOTIKA DI DALAM

LEMBAGA PERMASYRAKATAN

(Studi pada Lembaga Permasyarakatan Kelas II A Kalianda)

(Jurnal)

Oleh :

EKA AGUSTIANA 1312011114

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS LAMPUNG

(2)

UPAYA BADAN NARKOTIKA NASIONAL KABUPATEN DALAM PENANGGULANGAN PEREDARAN NARKOTIKA DI DALAM

LEMBAGA PERMASYRAKATAN

(Studi pada Lembaga Permasyarakatan Kelas II A Kalianda) Oleh

Eka Agustiana. Sunarto. Diah Gustiniati. (Email: Ekaagustiana03@gmail.com)

Penelitian dan penulisan skripsi ini bertujuan Untuk (1)menganalisis dan mengkaji upaya pihak Badan Narkotika Nasional Kabupaten Lampung Selatan dalam penanggulangan peredaran narkotika di dalam Lembaga Permasyarakatan (2) Untuk mengetahui faktor penghambat Badan Narkotika Nasional Kabupaten Lampung Selatan dalam penanggulangan peredaran Narkotika di dalam Lembaga Pemasyarakatan.

Pendekatan masalah yang digunakan adalah pendekatan secara yuridis normatif dan yuridis. Sumber dan jenis data dalam penelitian ini adalah data primer yang diperoleh dari studi lapangan dengan melakukan wawancara dengan pihak Badan Narkotika Nasional Kabupaten (BNNK), Lembaga Permasyarakatan Kelas II A Kalianda,dan dari anggota Kepolisian Resort Kota Kalianda sedangkan data sekunder diperoleh dari studi kepustakaan.

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka dapat disimpulkan: (1) upaya Badan Narkotika Nasional Kabupaten dalam penanggulangan peredaran narkotika didalam Lembaga Permasyarakatan dilaksanakan dengan: a) Upaya non penal dilaksanakan dengan cara penyuluhan narkoba kepada narapidana, melakukan pemeriksaan terhadap pengunjung Lapas, melakukan tes narkoba kepada terhadap narapidana, melakukan pembinaan terhadap sipir agar mereka tidak ikut terlibat dalam peredaran narkotika didalam Lembaga Permasyarakatan. b) upaya penal, dilaksanakan dengan melakukan razia terhadap narapidana, yaitu penggeledahan terhadap narapidana untuk menemukan ada atau tidaknya narapidana yang terlibat dalam kasus peredaran narkotika di dalam Lembaga Permasyarakatan, melakukan penyidikan terhadap narapidana yang di duga mengedarkan narkotika di dalam

(3)

ABSTRAK

THE NATIONAL NARCOTIC AGENCY DISTRICT IN CIRCULATION NARCOTICS REDUCTION IN CORRECTIONAL INSTITUTION

(Studies in Correctional Institution Class II A Trump) Oleh

Eka Agustiana. Sunarto. Diah Gustiniati. (Email: Ekaagustiana03@gmail.com)

The research and writing of this thesis aims to (1) analyze and assess the efforts of the National Narcotics Agency South Lampung regency in combating drug trafficking in the Institute of Correctional (2) To determine the factors inhibiting the National Narcotics Agency South Lampung regency in the prevention of the circulation of narcotics in Penitentiary

The approach used is problem normative juridical approach and juridical. Sources and types of data in this study are primary data obtained from field studies by conducting interviews with the National Narcotics Agency District (BNNK), Institute of Correctional Class II A Trump, and of members of the Police Resort City Trump while secondary data obtained from the study of literature.

Based on the results of research and discussion, it can be concluded that: (1) efforts of the National Narcotics Agency district in combating drug trafficking in the Institute of Correctional implemented by: a) Efforts non penal implemented by way of extension of drugs to inmates, conduct an examination of the visitors prisons, conducting drug tests to against inmates, to provide guidance to the warden that they are not involved in drug trafficking in the Correctional Institution. b) penal efforts, carried out by conducting raids against prisoners, that a search of prisoners to discover whether or not the inmates involved in drug trafficking cases in the Correctional Institution, interrogate prisoners and allegedly distributing narcotics in

(4)

I. PENDAHULUAN

Penyalahgunaan Narkotika tidak hanya menjangkau kalangan yang tidak berpendidikan saja, namun penyalahgunaan narkoba tersebut telah bersemayam didalam diri semua kalangan bahkan sampai kepada yang telah berpendidikan sekalipun, mulai dari anak-anak sekolah yang notabenenya dari golongan terpelajar, pengusaha-pengusaha, bahkan pejabat-pejabat Negara dan aparat penegak hukum pun ikut terjerat dalam kasus penyalahgunaan Narkotika. Telah dipahami bahwa banyak generasi muda Indonesia yang gerak kehidupannya cenderung dikuasai dan dikontrol oleh Narkotika yang seharusnya memiliki manfaat yang sangat besar dan bersifat positif apabila dipergunakan untuk keperluan pengobatan ataupun dibidang pengetahuan, tetapi oleh generasi sekarang Narkotika disalahgunakan dengan berbagai tujuan.

Fenomena peredaran narkotika dalam hal ini merupakan permasalahan internasional, regional dan nasional. Sampai dengan saat ini, penyalahgunaan obat-obatan terlarang di seluruh dunia tidak pernah kunjung berkurang. Secara umum permasalahan obat-obatan terlarang dapat dibagi menjadi tiga bagian yang saling terkait, yakni adanya produksi narkoba secara gelap (illicit drug production), adanya perdagangan gelap narkotika (drug abuse). Ketiga hal itulah sesungguhnya menjadi target sasaran yang ingin diperangi oleh

masyarakat international dengan Gerakan Anti Mandate Sedunia.1 Peredaran Narkotika harus diawasi secara ketat karena saat ini pemanfaatannya banyak digunakan untuk hal-hal yang bersifat negatif. Disamping itu, dengan semakin berkembangnya teknologi informasi dan komunikasi dan adanya penyebaran Narkotika yang telah menjangkau hampir semua wilayah Indonesia, daerah yang sebelumnya tidak pernah tersentuh oleh peredaran Narkotika lambat laun akan menjadi sentral peredaran Narkotika pula. Begitu pula dengan anak-anak kecil yang pada awalnya awam dengan barang haram bernama Narkotika ini telah berubah menjadi pecandu yang sulit untuk dilepaskan ketergantungannya.

Substansi dan lembaga pemerintahan yang terjadi di Lapas Kelas II A Kalianda salah seorang warga binaan lapas, Muhammad latif, tertangkap tangan membawa narkoba jenis sabu-sabu seberat 10 gram, yang diselipkan di sebuah kalung yang di pakai Latif, usai persidangan, Kamis (1/10/2015). Kepala lapas Kalianda membenarkan kejadian tersebut. Dia menungkapkan, penemuan sabu-sabu dari tangan seorang warga binaan tersebut terjadi Kamis (1/10/2015) usai sekitar pukul 16.00 WIB, usai warga binaan tersebut menjalani siding. Dia juga megatakan, barang haram tersebut didapat oleh

1

(5)

2

tersangka pada saat tersangka sedang menjalani proses siding di Pengadilan Negeri Kalianda. Namun setelah siding usai dan warga binaan tersebut hendak kembali ke lapas, petugas melakukan pemeriksaan rutin kembali terhadap seluruh warga binaan. Alhasil didapati sabu-sabu dari tangan salah

seorang warga binaan. “mungkin saat

proses berjalannya siding ada orang yang memberikan sabu itu, karena saat itu dia siding mengikuti siding. Tapi sebelum masuk Lapas kita lakukan pemeriksaan lagi, selanjutnya kami mendapati barang bukti sabu

itu,”katanya.2

Terlepas dari persoalan gelap narkotika yang telah sampai pada usia anak di bawah umur, bahwa definisi

“peredaran gelap narkotika” menurut

UU RI No.35 tahun 2009 tantang narkotika adalah “setiap kegiatan atau serangkaian kegiatan yang dilakukan secara tanpa hak atau melawan hukum yang ditetapkan sebagai tindak pidana

narkotika”. Di samping itu, UU

tersebut juga menyebutkan bahwa

“setiap kegiatan peredaran narkotika harus dilengkapi dengan dokumen

yang sah”, sehingga tanpa adanya

dokumen yang sah, peredaran narkotika dianggap sebagai peredaran gelap. Merujuk pada ketentuan tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa pengertian pelaku peredaran gelap narkotika adalah setiap orang yang melakukan perbuatan, kegiatan atau serangkaian kegiatan peredaran

2

http://www.harianpilar.com/2015/10/05lapas-kalianda-rawan-peredaran-narkotika-narkoba/. Diakses Kamis, 1 September 2016, 09:05 WIB

narkotika secara tanpa hak atau melawan hukum yang ditetapkan sebagai tindak pidana narkotika menurut UU narkotika.

II. PEMBAHASAN

A. Upaya Pihak Badan Narkotika Nasional dalam Penanggulangan Peredaran Narkotika di dalam Lembaga Permasyarakatan Penanggulangan pidana merupakan upaya menanggulangi kejahatan yaitu suatu reaksi yang dapat diberikan kepada pelaku kejahatan, berupa sarana pidana (penal) maupun non hukum pidana (nonpenal), yang dapat diintegrasikan satu dengan yang lainnya. Apabila sarana pidana dipanggil untuk menanggulangi kejahatan, berarti akan dilaksanakan politik hukum pidana, yakni mengadakan pemilihan untuk mencapai hasil perundang-undangan pidana yang sesuai dengan keadaan dan situasi pada suatu waktu dan untuk masa-masa yang akan datang.

Berdasarkan hasil wawancara dengan para responden maka diketahui bahwa Upaya Pihak Badan Narkotika Nasional dalam penanggulangan peredaran narkotika di dalam Lembaga Permasyarakatan Kelas II A Kalianda Lampung Selatan dalam penelitian ini dapat dikelompokkan pada upaya non penal dan upaya penal.

(6)

Upaya non penal penanggulangan peredaran gelap narkotika di dalam lembaga permasyarakatan adalah sebagai berikut:

a. Melakukan Pemeriksaan terhadap Pengunjung Lapas

Upaya penanggulangan terhadap peredaran narkoba di dalam Lapas ditempuh dengan cara melakukan pemeriksaan terhadap para pengunjung yang akan memasuki Lapas. Pemeriksaan ini dilaksanakan dengan cara teliti agar tidak ada satupun jenis narkoba yang masuk ke dalam Lapas, baik yang diselundupkan melalui barang bawaan atau makanan yang diberikan pengunjung kepada narapidana. Jika terdapat pengunjung yang terbukti atau tertangkap tangan melakukan penyelundupan narkoba kepada narapidana maka petugas segera menghubungi pihak kepolisian guna memproses pengunjung yang melakukan penyelundupan narkoba tersebut. b. Melakukan Penyuluhan Narkoba

Kepada Narapidana

Penyuluhan merupkan upaya pencegahan peredaran narkoba terus digalakkan pihak Lapas. Sosialisasi penyuluhan bahaya narkoba juga ditingkatkan dengan menggandeng pihak ketiga seperti BNP, Kepolisian, dan organisasi anti narkoba lainnya. Langkah ini ditempuh sebagai komitmen pihak Lapas. Lapas berupaya untuk menciptakan lapas atau yang bersih

dari narkoba, sehingga penyuluhan dan pembinaan kepada narapidana/tahanan diberikan secara kontinyu dalam rangka memberikan penjelasan tentang bahaya dan akibat hukum melanggar narkoba serta dampak buruk bagi kesehatan.

c. Melakukan Tes Narkoba terhadap Narapidana

Pelaksanaan tes narkoba terhadap narapidana bermanfaat dalam rangka mengdeteksi adanya kemungkinan narapidana mengkonsumsi narkoba, sehingga dengan dasar hasil tersebut maka jika ada narapidana yang terbukti mengkonsumsi narkoba, akan ditindak sesuai dengan aturan hukum yang berlaku, serta untuk mengetahui ada atau tidaknya peredaran narkoba di dalam Lapas. Inspeksi mendadak (sidak) yang dilakukan Lapas bekerjasama dengan Badan Narkotika Nasional (BNN). Bahkan untuk memastikannya bahwa narapidana menggunakan narkotika, narapidana dites ulang sehingga mereka dinyatakan positif mengkonsumsi narkoba. Kegiatan ini dilakukan secara kontinyu, artinya ada jadwal-jadwal yang terus dilakukan secara mendadak, dan jika ada yang positif menggunakan narkoba maka akan diproses secara hukum

(7)

4

Sipir atau petugas penjaga Lapas menjadi bagian penting dan tidak dapat dipisahkan dari upaya penanggulangan peredaran narkotika di dalam Lapas. Jika terdapat bukti bahwa ada sipir yang terlibat maka akan diberikan sanksi tegas terhadap mereka sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

2. Upaya Penal Penanggulangan Peredaran Gelap Narkotika di

dalam Lembaga

Permasyarakatan

Upaya penal penanggulangan peredaran narkotika di dalam lembaga permasyarakatan adalah sebagai berikut:

a. Melakukan razia terhadap narapidana

Berdasarkan hasil wawancara kepada Gunawan Sutrisnadi, maka diketahui bahwa target utama razia terhadap narapidana adalah narapidana yang baru saja kembali dari kunjungan atau pulang dari persidangan. Selain itu secara rutin dilakukan razia berupa penggeledahan terhadap narapidana. Razia terhadap narapidana di Lembaga Permasyarakatan Kelas IIA Kalianda juga dimaksudkan untuk mengetahui narapidana yang menyimpan uang dalam jumlah cukup banyak. Apabila ada narapidana yang menyimpan uang dalam jumlah yang cukup banyak maka petugas yang bersangkutan

harus menitipkannya pada bagian registrasi sehingga narapidana tidak boleh memegang uang terlalu banyak sehingga hanya diambil untuk kebutuhan sehari-hari dalam rangka mengantisipasi terjadinya transaksi narkoba di Lapas.3

b. Melakukan Penyidikan terhadap Narapidana yang Mengedarkan Narkotika

Penyidikan terhadap narapidana yang mengedarkan narkotika merupakan proses penegakan hukum untuk membuktikan bahwa telah terjadi tindak pidana peredaran narkotika di dalam Lapas dan seorang atau lebih narapidana menjadi pelaku atau terlibat di dalam peredaran narkotika tersebut.

Berdasarkan hasil wawancara kepada M. Ari Setiawan, maka diketahui bahwa apabila dalam razia ditemukan adanya narapidana yang terlibat dalam penyalahgunaan narkoba maka dilaksanakan penyidikan oleh pihak kepolisian sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika, penyidik Kepolisian Negara Republik Indonesia dan penyidik BNN berwenang melakukan penyidikan terhadap penyalahgunaan dan peredaran gelap Narkotika Dan Prekursor

3

(8)

Narkotika berdasarkan Undang-Undang ini.4

c. Memproses Secara Hukum Narapidana yang Mengedarkan Narkotika

Berdasarkan hasil wawancara kepada Gunawan Sutrisnadi, diketahui bahwa memproses secara hukum narapidana yang mengedarkan narkotika diawali dengan menangkap narapidana yang terlibat penyalahgunaan narkoba. Penyalahgunaan narkoba yang melibatkan narapidana antar kelompok membuat reseh bagi kehidupan di dalam Lapas. Narapidana antar kelompok membuah resah bagi kehidupan di dalam Lapas. Narapidana yang terlibat didalamnya seakan-akan sudah tidak memperhitungkan keadaan sekelilingnya, yang ada di pikiran mereka adalah bagaimana dapat menyenangkan diri dengan mengkonsumsi narkoba. Untuk itu petugas KPLP dengan dibantu oleh polisi menangkap narapidana yang terlibat dalam penyalahgunaan narkoba beserta barang bukti yang ada. Pengamanan biasanya dilakukan berdasarkan laporan dari cepu atau ketika petugas KPLP sedang berkeliling dan melihat langsung adanya peristiwa penyalahgunaan narkoba.5

4

Wawancara dengan M. Ari Setiawan,, 28 Desember 2016

5

Wawancara dengan Gunawan Sutrisnadi, 24 Desember 2016

d. Memproses Secara Hukum Sipir yang Terbukti Membantu Narapidana Mengedarkan Narkotika

Sipir yang terbukti membantu narapidana mengedarkan narkotika akan diproses secara hukum dan akan dijatuhi sanksi sesuai dengan ketentuan hukum yang berlaku, baik sanksi secara pidana maupun sanksi administratif yang berlaku di lingkungan Kemetrian Hukum dan HAM Republik Indonesia. Berdasarkan hasil wawancara kepada M. Ari Setiawan, diketahui bahwa memproses secara hukum sipir yang terbukti membantu narapidana mengedarkan narkotika dalam hal ini bertujuan untuk memberikan ganjaran terhadap sipir yang tidak melaksanakan tugasnya dengan baik. Sipir yang seharusnya mengawasi agar tidak terjadi peredaran narkotika di dalam Lapas, justru menyalahgunakan kewenangannya dan mengambil keuntungan pribadi dari peredaran narkoba di dalam Lapas. Proses hukum terhadap sipir yang membantu narapidan mengedarkan narkotika dimaksudkan untuk penegakan hukum dan memberikan efek jera kepada sipir tersebut.6

6

(9)

6

B. Faktor yang Menjadi Penghambat Badan Narkotika Nasional Dalam Penanggulangan Peredaran Narkotika Di Dalam Lembaga Permasyarakatan Penegakan hukum bukan semata-mata pelaksanaan perundang-undangan saja, namun terdapat juga faktor-faktor lain yang mempengaruhi. Faktor-faktor penghambat upaya penanggulangan peredaran gelap narkotika di dalam Lembaga Permasyarakatan Kelas IIA Kalianda adalah sebagai berikut: 1. Faktor Penegak Hukum

Salah satu kunci dari keberhasilan dalam penegakan hukum adalah mentalitas atau kepribadian dari penegak hukumnya sendiri. Dalam rangka penegakan hukum dan implementasi penegakan hukum bahwa penegakan keadilan tanpa kebenaran adalah suatu kebejatan. Penegakan kebenaran tanpa kejujuran adalah suatu kemunafikan. Dalam rangka penegakan hukum oleh setiap lembaga penegak hukum, keadilan dan kebenaran harus dinyatakan, terasa, terlihat dan diaktualisasikan.7

Kegiatan pendidikan dan latihan yang hedaknya dikembangkan pada Lembaga Permasyarakatan Kalianda untuk memperbaiki atau meningkatkan pengetahuan, keterampilan, dan sikap pegawai sesuai dengan kebutuhan

7

Soerjono soekanto. Faktor-faktor yang mempengaruhi penegakan hukum.Rineka Cipta. Jakarta. 1986.hlm.8

Lapas sehingga pegawai yang bersangkutan lebih maju dalam melaksanakan tugasnya, khususnya mengingat bahwa mayoritas petugas yang menjadi aparat pelaksana cenderung masih berusia muda dengan tingkat pengalaman dan pengetahuan mengenai dunia narkoba yang masih minim.

Faktor penengak hukum yang menghambat adalah adanya sipir yang membantu atau bekerjasama dengan para narapidana dalam mengedarkan narkotika di dalam Lembaga Permasyarakatan. Padahal seharusnya Sipir tersebut mengawasi dan melakukan tindakan agar tidak terjadi peredaran narkotika di dalam Lapas. Berdasarkan penjelasan maka dapat dianalis bahwa faktor penegak hukum memiliki kedudukan yang stategis dalam penanggulangan terhadap narapidana yang sebagai pelaku penyalahgunaan narkotika, sehingga diperlukan adanya aparat penegak hukum, baik anggota kepolisian maupun sipir lembaga permasyarakatan yang professional dalam melaksanakan tugas dan tanggungjawab mereka dalam membina narapidana.

(10)

mungkin menjalankan peranan semestinya.8

Berdasarkan hasil wawancara kepada Aryadi, maka diketahui bahwa faktor sarana dan prasarana yang menjadi penghambat upaya penanggulangan peredaran gelap narkotika di dalam Lembaga Permasyarakatan Kalianda adalah masih minimnya teknologi yang dapat mendeteksi keberadaan narkoba di dalam Lapas.oleh karena itu pihak Lembaga Permasyarakatan Kelas IIA Kalianda perlu meningkatkan pendayagunaan sarana dan prasarana dalam rangka menunjang keberhasilan penanggulangan narkoba. Polresta Lampung Selatan juga belum memiliki laboratorium forensik, sehingga apabila ditemukan barang bukti yang perlu diuji melalui laboratorium, penyidik harus mengirimkan ke Polda Lampung atau Mabes Polri.9

Berdasarkan uraian di atas maka dapat dianalisis bahwa diperlukan adanya sarana dan prasarana yang memadai dalam penanggulangan terhadap narapidana yang melakukan tindak pidana narkotika, sebab dengan tersedianya sarana dan prasarana secara memadai maka peredaran narkotika di dalam Lembaga Permasyarakatan dapat diantisipasi dan diminimalisasi.

8

Soerjono soekanto.Ibid.hlm.12 9

Wawancara dengan Aryadi, 27 Desember 2016

3. Faktor masyarakat

Masyarakat mempunyai pengaruh yang kuat terhadap pelaksanaan penegakan hukum, sebab penegakan hukum berasal dari masyarakat dan bertujuan untuk mencapai dalam masyarakat. Bagian yang terpenting menentukan penegak hukum adalah kesadaran hukum masyarakat. Semakin tinggi kesadaran hukum masyarakat maka akan semakin memungkinkan penegakan hukum yang baik.10

Berdasarkan hasil wawancara kepada Aryadi, maka diketahui bahwa faktor masyarakat sangat dibutuhkan dalam penanggulangan terhadap narapidana yang melakukan tindak pidana narkotika, sebab dengan adanya dukungan masyarakat maka narkotika di dalam Lembaga Permasyarakatan dapat diantisipasi dan diminimalisasi. Sehubungan dengan hal ini maka diperlukan penyuluhan mengenai kesadaran hukum kepada masyarakat agar masyarakat bersedia untuk berperan aktif dalam proses penegakan hukum didasarkan pada pandangan bahwa hukum adalah suatu norma yang mengatur pergaulan manusia dalam bermasyarakat. Perkembangan hukum tidaklah terlepas dari perkembangan pola pikir manusia yang menciptakan hukum tersebut untuk mengatur dirinya sendiri. Hukum ada pada setiap masyarakat di manapun di muka bumi. Primitif dan modernnya suatu masyarakat pasti mempunyai hukum. Oleh karena itu,

10

(11)

8

keberadaan (eksistensi) hukum sifatnya universal. Hukum tidak bisa dipisahkan dengan masyarakat, keduanya mempunyai hubungan timbal balik. Manusia menciptakan hukum untuk mengatur dirinya sendiri, demi terciptanya ketertiban, keserasian dan ketentraman dalam pergaulan masyarakat. Hukum setidaknya mempunyai tiga peranan utama dalam masyarakat yakni sebagai sarana pengendalian social, sebagai sarana untuk memperlancar proses interaksi social dan sebagai sarana untuk menciptakan ketertiban dan keamanan masyarakat.

4. Faktor Budaya

Kebudayaan Indonesia merupakan dasar dari berlakunya hukum adat. Berlakunya hukum tertulis (perundang-undangan) harus mencerminkan nilai-nilai yang menjadi dasar hukum adat. Dalam penegakan hukum, semakin banyak penyesuaian antara peraturan perundang-undangan dengan kebudayaan masyarakat, maka akan semakin mudahlah dalam menegakannya.11

Berdasarkan hasil wawancara kepada Aryadi, maka diketahui bahwa faktor budaya yang menghambat upaya penanggulangan peredaran gelap narkotika di dalam Lembaga Permasyarakatan Kelas IIA Kalianda adalah adanya sikap individualisme

11

Soerjono Soekanto. Ibid. hlm 12

dalam kehidupan masyarakat, khususnya narapidana yang ada di Lembaga Permasyarakatan, sehingga mereka bersikap acuh tidak acuh dan tidak memperdulikan apabila mengetahui adanya narapidana lain yang pelaku penyalahgunaan narkotika dan obat-obatan terlarang di dalam Lembaga Permasyarakatan. Hal ini tentunya akan menjadi penghambat sebab apabila sikap individualisme dan tidak perlu telah menjadi bagian dari budaya masyarakat, maka upaya penanggulangan peredaran gelap narkotika akan mengalami hambatan karena kurangnya partisipasi atau dukungan dari masyarakat yang telah memiliki nilai-nilai individualisme dalam kehidupan. Hal ini berarti bahwa sistem kebudayaan yang baik akan sangat berpengaruh pada terciptanya tatanan kehidupan masyarakat atau warga binaan di dalam Lapas.12

Prof Sanusi Husin menyatakan, adapun faktor penghambat dalam penanggulangan peredaran narkotika di dalam Lapas ini dikarnakan terbatasnya personil sehingga pengawasan kurang terpenuhi, kurangnya pengontrolan terhadap narapidana, kurangnya meningkatkan untuk sosialisasi, adanya sipir yang bekerja sama dengan narapidana untuk mengedarkan narkorika di dalam Lapas untuk itu penjaga/petugas harus dilihat dari pendidikannya, agar dapat memahami masalah-masalah internal yang terjadi di Lapas, maka perlu

12

(12)

adanya ilmu pengetahuan yang lebih, supaya informasi lebih jelas dan mudah di sampaikan.13

III. PENUTUP

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka dapat disimpulkan bahwa upaya penanggulangan terhadap narapidana sebagai pelaku tindak pidana narkotika di Lembaga Permasyarakatan Kelas IIA Kalianda meliputi:

1. Upaya penanggulangan melalui upaya non penal, dilaksanakan dengan cara:

a. Penyuluhan Narkoba Kepada Narapidana, yaitu memberikan penyuluhan dan pembinaan dalam rangka pemulihan dan pembekalan yang bersangkutan dikemudian hari agar tidak tersandung lagi pada penyalahgunaan narkoba, baik selama menjalani masa hukuman di dalam Lapas maupun setelah bebas dan kembali ke tengah-tengah masyarakat.

b. Melakukan Pemeriksaan Terhadap Pengunjung Lapas, yaitu memeriksa barang bawaan pengunjung secara teliti dalam rangka mengantisipasi terjadinya penyelundupan narkoba kepada para narapidana.

c. Melakukan Tes Narkoba Terhadap Narapidana, yaitu

13

Wawancara dengan Prof Sanusi Husin. Dosen Pidana Unila. Senin 09 Januari 2017

untuk melakukan monitoring terhadap tingkat penggunaan narkoba di dalam Lapas tetapi juga sebagai upaya penjeraan bagi narapidana untuk tidak menggunakan narkoba.

d. Melakukan Pembinaan Terhadap Sipir agar mereka tidak ikut terlibat dalam peredaran narkotika di dalam Lapas.

2 Upaya penanggulangan melalui upaya penal, dilaksanakan dengan cara:

a. Melakukan razia terhadap narapidana, yaitu penggeledahan terhadap narapidana untuk menemukan ada atau tidaknya narapidana yang terlibat di dalam kasus peredaran narkotika di dalam Lapas.

b. Melakukan penyidikan terhadap narapidana yang diduga mengedarkan narkotika di dalam Lapas.

c. Memproses secara hukum narapidana yang mengedarkan narkotika diawali dengan menangkap narapidana yang terlibat penyalahgunaan narkoba.

d. Memproses secara hukum sipir yang terlibat atau bekerjasama dengan narapidana dengan para narapidana.

(13)

10

Permasyarakatan Kelas IIA Kalianda meliputi:

a. Faktor penegak hukum yaitu adanya kesempatan bagi petugas Lapas untuk terlibat dalam peredaran Narkoba didalam Lapas.

b. Faktor sarana dan prasarana yaitu masih minimnya teknologi yang dapat terdeteksi keberadaan narkoba di dalam Lapas. Polresta Lampung Selatan juga belum memiliki Laboratorium forensic, sehingga apabila ditemukan barang bukti yang perlu diuji melalui laboratorium.

c. Faktor masyarakat yaitu kurangnya dukungan masyarakat terhadap upaya pemberantasan peredaran

narkoba, yaitu

menyelundupkan narkoba ke

dalam lembaga

permasyarakatan atau menjadi agen narkoba bagi para narapidana.

d. Faktor budaya yaitu berkembangnya sikap individualisme dalam kehidupan masyarakat, khususnya narapidana di dalam lembaga permasyaraktan, sehingga apabila mereka mengetahui ada narapidana lain yang menyalahgunakan narkoba maka mereka bersikap acuh atau membiarkan hal tersebut.

Saran

Saran dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Upaya penanggulangan melalui upaya penal berupa razia terhadap narapidana hendaknya terus ditingkatkan dan berkelanjutan dalam rangka mencegah terjadinya peredaran narkotika didalam Lapas di kemudian hari. Terhadap narapidana yang terbukti mengedarkan narkotika hendaknya penegakan hukum dilaksanakan dengan sebaik-baiknya dalam rangka memberikan efek jera narapidana tersebut.

2. Petugas Lembaga Permasyarakatan yang terbukti terlibat kasus peredaran narkotika di dalam lapas hendaknya diproses secara hukum dengan transparan, yang hal ini penting dilakukan sebagai percontohan bagi para petugas lain agar tidak terlibat dalam peredaran narkoba di masa mendatang.

Daftar Pustaka

Arief ,Barda Nawawi.2001. Masalah Penegakan Hukum Dan Kebijakan Penanggulangan Kejahatan. PT. Citra Aditya Bakti. Bandung. hlm. 23

(14)

Lastarya, Dharana. 2006. Narkoba, perlukah mengenalnya. Pakarkarya. Jakarta. Hlm.15. Makarao, Taufik. 2005. Tindak Pidana

Narkotika, Jakarta. hlm. 17

Soekanto,Soerjono. 1983. Pengantar Penelitian Hukum. Rineka Cipta. Jakarta. hlm.32

http://www.harianpilar.com/2015/10/0 5lapas-kalianda-rawan-peredaran-narkotika-narkoba/.

Wawancara dengan .Sanusi. Dosen Pidana Unila.

Wawancara dengan Aryadi kepala Badan Narkotika Nasional Kabupaten, 27 Desember 2016

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Tujuan penelitian ini adalah untuk 1) meningkatkan keaktifan siswa pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial dan 2) meningkatkan hasil belajar IPS siswa melalui metode CIRC.

[r]

“PENINGKATAN KEAKTIFAN SISWA PADA MATA PELAJARAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL MELALUI METODE CIRC ( Cooperative Integrated Reading and Composition) PADA SISWA KELAS IV SD NEGERI POJOK

terdakwa dengan cara sebagai berikut :Bahwa pada hari Minggu tanggal 17 Januari 2016 sekira pukul 15.30 Wib di Jalan Binjai Km 10 Gang Sama Desa Sidomulyo Kecamatan

[r]

PANITIA PENGADAAN BARANG / JASA KANTOR KEMENTERIAN AGAMA PURUK CAHU TAHUN ANGGARAN 2012.. Alamat

Hasil penelitian ini mendukung dari penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Arianto (2016) dengan judul Pengaruh Kualitas Produk Dan Harga Terhadap Keputusan Pembelian