• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGEMBANGAN KAPASITAS PENGELOLAAN ARSIP BAGI PERANGKAT DESA DI DESA PANDAK KECAMATAN BATURADEN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "PENGEMBANGAN KAPASITAS PENGELOLAAN ARSIP BAGI PERANGKAT DESA DI DESA PANDAK KECAMATAN BATURADEN"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

Tema: 8 (Pengabdian Kepada Masyarakat)

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Jenderal Soedirman

slamet.rosyadi@unsoed.ac.id

ABSTRAK

Tujuan kegiatan pengembangan kapasitas pengelolaan arsip adalah untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan bagi para perangkat desa dalam pengelolaan arsip sesuai dengan peraturan pemerintah yang berlaku. Metode yang digunakan adalah dengan memberikan pendidikan dan pelatihan (diklat) selama satu hari kemudian pendampingan terhadap para perangkat desa. Setelah diberikan diklat, dilakukan pengukuran pengetahuan dan keterampilan terhadap para peserta. Hasil menunjukkan bahwa tingkat pemahaman Perangkat Desa Pandak tentang pengelolaan arsip masih cukup rendah walaupun telah mengikuti pelatihan serta menerima fasilitas penunjang berupa filling kabinet dan guide. Meski demikian, hasil juga menunjukkan bahwa ada lima unsur pengetahuan hasil post test yang memiliki kenaikan persentase dari hasil pre test sebelumnya diantaranya adalah (1) Pengetahuan tentang definisi Penyimpanan, (2) Pengetahuan tentang Jenis Sistem Pengarsipan, (3) Pengetahuan tentang Guide, (4) pengetahuan tentang Pedoman Penata Berkas dan (5) Pengetahuan tentang Pedoman Pola Klarifikasi Arsip. Penurunan pemahaman pengetahuan juga terjadi untuk lima unsur yang meliputi (1) Pengetahuan tentang Peralatan Kearsipan, (2) Pengetahuan tentang Klasifikasi Arsip, (3) Pengetahuan tentang Folder, (4) Pengetahuan tentang Unit Pengolah Arsip serta (5) Pengetahuan tentang Pedoman Pengurusan Surat. Kelima unsur pengetahuan penting terkait pengelolaan kearsipan justru masih banyak tidak dipahami oleh para perangkat desa. Demikian pula, praktik pengelolaan arsip yang sesuai dengan aturan belum sepenuhnya dilaksanakan. Hal tersebut menunjukkan bahwa tingkat kesadaran dan kepedulian Perangkat Desa Pandak masih rendah terhadap pengelolaan arsip.

Kata kunci: kapasitas pengelolaan arsip, perangkat desa, Desa Pandak

ABSTRACT

(2)

Clarification Patterns. The decline in understanding of knowledge also occurs for the five elements that include (1) Knowledge of Archival Equipment, (2) Knowledge of Archive Classification, (3) Knowledge of Folders, (4) Knowledge of the Archive Processing Unit as well as (5) Knowledge of Guidelines for Handling Letters . The five key knowledge elements related to archival management are still not widely understood by village officials. Similarly, archive management practices that are in accordance with the rules have not been fully implemented. This shows that the awareness and awareness of Pandak Village Devices is still low on the management of the archives.

Key words: archive management capacity, village administrators, Pandak Village

PENDAHULUAN

Perkembangan dunia kearsipan di Indonesia hingga saat ini terus mengalami peningkatan.

Dahulu arsip hanya dimaknai sebagai tumpukan kertas hasil kegiatan yang sudah tidak terpakai dan

disimpan sekedarnya. Seiring perubahan zaman, arsip bertransformasi dalam berbagai bentuk

media simpan termasuk arsip elektronik. Arsip Nasional Republik Indonesia (ANRI) telah

membangun suatu Sistem Informasi Kearsipan Nasional (SIKN) untuk memberikan informasi

autentik serta utuh mengenai arsip sebagai bentuk tulang punggung manajemen penyelenggaraan

negara. Pada pelaksanaan Sistem Informasi Kearsipan Nasional (SIKN), Arsip Nasional Republik

Indonesia (ANRI) juga membentuk Jaringan Informasi Kearsipan Nasional (JIKN) yang berfungsi

meningkatkan akses mutu layanan kearsipan kepada masyarakat, meningkatkan kemanfaatan arsip

bagi kesejahteraan masyarakat dan meningkatkan peran serta masyarakat dalam bidang kearsipan

(Sumber: Perka ANRI No. 4 Tahun 2013 tentang Logo dan Slogan Jaringan Informasi Kearsipan

Nasional).

Hampir semua lembaga pemerintah berpotensi menjadi simpul Jaringan Informasi Kearsipan

Nasional (JIKN). Hal tersebut menandakan bahwa keberadaan arsip berperan sangat penting bagi

segala aspek di lingkup lembaga pemerintah, tidak terkecuali Pemerintahan Desa sekalipun. Arsip

merupakan jawaban sekaligus perangkat utama untuk meningkatan kapasitas pemerintah desa

terutama dalam meningkatkan akuntabilitas kepada publik atas tujuan penyelenggaraan instansi

pemerintah desa (Nuryani, 2016).

Salah satu desa di Kabupaten Banyumas yang masih lemah dalam kapasitas pengelolaan

arsip adalah Desa Pandak. Secara administrasi, Desa Pandak termasuk wilayah Kecamatan

Baturaden. Jarak dari Ibukota Kecamatan Baturaden berjarak ±3 km. Jumlah penduduk Desa

Pandak menurut data sekunder monografi desa tahun 2007 berjumlah 5.076 jiwa terdiri dari

penduduk laki-laki sebanyak 2.522 jiwa dan perempuan sebanyak 2.554 jiwa. Sedangkan jumlah

perangkat desa sebanyak 9 orang dengan komposisi menurut pendidikan sebagai berikut: 7 orang

berpendidikan SLTA dan 2 orang berpendidikan SLTP. Menurut studi Rosyadi (2016:13)

mengemukakan bahwa minimnya keterlibatan perangkat desa pada program pelatihan keahlian.

(3)

keahlian perangkat desa. Tidak berbeda jauh seperti yang disampaikan oleh Asrori dan

Supratiawan (2014) mencatat dua penyebab lemahnya kapasitas Pemerintah Desa atas pengelolaan

data potensi desa yakni (1) tingkat kemampuan perangkat desa belum memadai dan belum dibekali

pendidikan serta pelatihan yang relevan, (2) kurangnya perhatian Pemerintah Daerah/ Pusat untuk

memfasilitasi program peningkatan kemampuan perangkat desa dalam pengelolaan data potensi

desa. Padahal menurut The Liang Gie (2004), keberadaan arsip sangat penting bagi organisasi

mengingat artisp adalah suatu kumpulan dokumen yang disimpan secara sistematis karena

mempunyai suatu kegunaan agar setiap kali diperlukan dapat secara cepat ditemukan kembali.

Hasil pra-survey ke pemerintah Desa Pandak menemukan bahwa pengelolaan arsip juga

masih ditemukan kurang memadai. Secara kuantitas, jumlah staf pengelola arsip masih memadai.

Namun, para staf tersebut belum pernah mendapatkan pelatihan mengenai pengelolaan arsip.

Berpijak dari fakta tersebut, kegiatan pengabdian ditujukan untuk memberikan penguatan

kemampuan pengelolaan arsip untuk peningkatan kualitas penyelenggaran administrasi pemerintah

desa dan pelayanan publik.

METODE PENELITIAN

Dalam rangka pengembangan sumber daya perangkat desa, pengembangan kapasitas

pengelolaan arsip dilakukan dengan metode pendidikan dan pelatihan (diklat). Metode On The Job

Traning diterapkan dalam kegiatan diklat pengelolaan arsip bagi perangkat desa. Menurut Dessler

(2010:296), metode On the Job Training menempatkan semua peserta pelatihan dalam konteks

tempat kerja yang sebenarnya. Hal ini akan memberikan keuntungan kepada peserta karena mereka

akan termotivasi untuk mengikuti pelatihan dengan baik. Kegiatan diklat dilakukan di Kantor

Pemerintah Desa Pandak pada Jumat, 28 Juli 2017 dari jam 08.00-12.00 yang terbagi atas materi

teori dan regulasi pengelolaan arsip kemudian dilanjutkan dengan praktik penataan arsip. Untuk

mengukur tingkat keberhasilan diklat, metode pre-test dan post-test sesuai materi diklat diberikan

kepada peserta. Setelah kegiatan diklat, tim memberikan melakukan pendampingan untuk

memonitor kendala-kendala praktik pengelolaan arsip.

HASIL DAN PEMBAHASAN

1.

Pengetahuan tentang PP Nomor 28 Tahun 2012 mengenai definisi Penyimpanan

Hasil pre-test menunjukkan bahwa hampir sebagaian Perangkat Desa Pandak

sebanyak 50% masih belum memahami PP Nomor 28 Tahun 2012 mengenai definisi

penyimpanan, sedangkan 50% lainnya sudah paham tentang definisi penyimpanan sesuai

(4)

Setelah diberikan pelatihan, hasil post test menunjukkan bahwa pengetahuan

tentang PP Nomor 28 Tahun 2012 mengenai definisi Penyimpanan meningkat 25%.

Hampir sebagaian Perangkat Desa Pandak sebanyak 75% sudah memahami PP Nomor 28

Tahun 2012 mengenai definisi penyimpanan, sedangkan 25% lainnya belum paham

tentang definisi penyimpanan sesuai PP Nomor 28 Tahun 2012.

2.

Pengetahuan tentang Jenis Sistem Pengarsipan

Terdapat 88% Perangkat Desa Pandak belum mengetahui macam-macam sistem

pengarsipan, sedangkan 12% nya telah mengetahui mengenai seluk-beluk jenis sistem

pengarsipan.

Pengetahuan tentang jenis sistem pengarsipan mengalami peningkatan sebesar 30%

setelah diberikan pelatihan. Terdapat 58% Perangkat Desa Pandak yang belum memahami

macam-macam sistem pengarsipan, sedangkan 42% Perangkat cukup paham mengenai

seluk-beluk jenis sistem pengarsipan.

3.

Pengetahuan tentang Peralatan Kearsipan

Pemahaman Perangkat Desa Pandak mengenai peralatan kearsipan sebesar 100%,

hal ini berarti seluruh Perangkat Desa Pandak telah mengetahui jenis-jenis alat kearsipan.

Namun demikian, setelah diberi pelatihan,

pemahaman Perangkat Desa Pandak

mengenai peralatan kearsipan justru mengalami penurunan

sebesar 13%. Terdapat

87% Perangkat Desa Pandak sudah memahami jenis-jenis alat kearsipan, namun ada 13%

perangkat yang belum paham tentang peralatan kearsipan.

4.

Pengetahuan tentang Guide

Sebanyak 75% Perangkat Desa Pandak telah mengetahui tentang Guide, yaitu

lembaran kertas tebal atau karton yang digunakan sebagai petunjuk atau sekat/ pemisah

dalam penyimpanan arsip. Adapun Perangkat Desa Pandak yang belum mengetahui

tentang Guide sebanyak 25%. Setelah diberikan pelatihan, hasil menunjukkan bahwa

sebanyak 87% Perangkat Desa Pandak telah paham tentang Guide, yaitu lembaran kertas

tebal atau karton yang digunakan sebagai petunjuk atau sekat/ pemisah dalam

penyimpanan arsip. Adapun Perangkat Desa Pandak yang belum paham tentang fungsi

Guide sebanyak 13%. Persentase pengetahuan tentang Guide tersebut mengalami

peningkatan sebesar 12% dari hasil pre test.

5.

Pengetahuan tentang Klasifikasi Arsip

Sebanyak 50% Perangkat Desa Pandak telah mengetahui tentang klarifikasi arsip,

(5)

post test menunjukkan bahwa sebanyak 62% Perangkat Desa Pandak telah memahami

tentang klarifikasi arsip, sedangkan 38% lagi masih belum memahami betul mengenai

klarifikasi klarifikasi arsip. Persentase pengetahuan tentang klasifikasi arsip tersebut

mengalami peningkatan 12% dari hasil pre test sebelumnya.

6.

Pengetahuan tentang Folder

Sebagian besar Perangkat Desa Pandak sebanyak 87% telah mengetahui tentang

Folder, yaitu tempat untuk menyimpan arsip yang terbuat dari kertas atau plastik. Adapun

Perangkat Desa Pandak yang belum mengetahui tentang folder sebanyak 13%.

Hasil post test pengetahuan tentang folder Perangkat Desa Pandak justru

mengalami penurunan. Sebanyak 62% Perangkat Desa Pandak telah memahami tentang

Folder, namun persentase tersebut menurun dari sebelumnya sebesar 87%. Adapun

Perangkat Desa Pandak yang masih belum paham mengenai folder meningkat menjadi

38%.

7.

Pengetahuan tentang Unit Pengelola Arsip

Hampir sebagian besar Perangkat Desa Pandak sebanyak 88% tidak mengetahui

tentang unit pengolah arsip, yaitu bagian dari instansi yang melaksanakan tugas dan fungsi

tertentu serta mengolah arsip aktif. Adapun persentase Perangkat Desa Pandak yang

mengetahui mengenai unit pengolah arsip hanya 12% saja. Namun demikian, hasil post test

justru menunjukkan bahwa seluruh Perangkat Desa Pandak sebesar 100% tidak memahami

tentang unit pengolah arsip, yaitu bagian dari instansi yang melaksanakan tugas dan fungsi

tertentu serta mengolah arsip aktif. Hasil post test ini justru mengalami penurunan dari

persentase sebelumnya sebesar 12% perangkat yang paham mengenai unit pengolah arsip.

8.

Pengetahuan tentang Peraturan Bupati Banyumas Nomor 42 Tahun 2009

mengenai Pedoman Penata Berkas di Lingkungan Pemerintah Kabupaten

Banyumas

Sebagian besar Perangkat Desa Pandak sebanyak 75% tidak mengetahui tentang Pedoman

Penata Berkas di Lingkungan Pemerintah Kabupaten Banyumas sebagaimana diatur dalam

Peraturan Bupati Banyumas Nomor 42 Tahun 2009, sedangkan 25% Perangkat Desa Pandak telah

mengetahui tentang pedoman penata berkas. Namun demikian, setelah dilakukan post test hasil

menunjukkan bahwa sebagian Perangkat Desa Pandak sebesar 50% tidak memahami tentang

Pedoman Penata Berkas di Lingkungan Pemerintah Kabupaten Banyumas sebagaimana diatur

dalam Peraturan Bupati Banyumas Nomor 42 Tahun 2009, sedangkan 50% Perangkat Desa Pandak

telah memahami tentang pedoman penata berkas. Persentase perangkat yang tidak paham Pedoman

(6)

9.

Pengetahuan tentang Peraturan Bupati Banyumas Nomor 190 Tahun 2005

mengenai Pedoman Pola Klarifikasi Arsip di Lingkungan Pemerintah Kabupaten

Banyumas

Hanya terdapat 37% Perangkat Desa Pandak yang mengetahui tentang Pedoman

Pola Klarifikasi Arsip di Lingkungan Pemerintah Kabupaten Banyumas sebagaimana

diatur dalam Peraturan Bupati Banyumas Nomor 190 Tahun 2005. Sebagian besar

Perangkat Desa Pandak sebanyak 63% tidak mengetahui pedoman pola klarifikasi arsip.

Hasil post test menunjukkan bahwa pengetahuan Perangkat Desa Pandak tentang

Pedoman Pola Klarifikasi Arsip sebagaimana diatur dalam Peraturan Bupati Banyumas

Nomor 190 Tahun 2005 mengalami peningkatan menjadi 78% dari sebelumnya. Terdapat

penurunan persentase Perangkat Desa Pandak yang tidak paham pedoman pola klarifikasi

menjadi 22%.

10.

Pengetahuan tentang Peraturan Bupati Banyumas Nomor 41 Tahun 2009

mengenai Pedoman Pengurusan Surat dilingkungan Pemerintah Kabupaten

Banyumas

Hampir sebagian besar Perangkat Desa Pandak sebanyak 63% tidak mengetahui

tentang Pedoman Pengurusan Surat dilingkungan Pemerintah Kabupaten Banyumas

sebagaimana diatur dalam Nomor 41 Tahun 2009. Adapun Perangkat Desa Pandak yang

telah memahami pedoman pengurusan surat hanya sebesar 37%.

Hasil post test ini termasuk buruk, karena sebesar 100% Perangkat Desa Pandak

tidak paham tentang Pedoman Pengurusan Surat dilingkungan Pemerintah Kabupaten

Banyumas sebagaimana diatur dalam Nomor 41 Tahun 2009. Persentase tersebut justru

menurun setelah diberikan pelatihan.

KESIMPULAN

Secara garis besar tingkat pemahaman Perangkat Desa Pandak terkait pengetahuan

pengelolaan arsip masih cukup rendah, meskipun telah dilaksanakan pelatihan serta pemberian

bantuan fasilitas penunjang berupa filling kabinet dan guide. Terdapat lima point pengetahuan hasil

post test yang memiliki kenaikan persentase dari hasil pre test sebelumnya diantaranya

Pengetahuan tentang definisi Penyimpanan, Pengetahuan tentang Jenis Sistem Pengarsipan,

Pengetahuan tentang Guide, Pengetahuan tentang Pedoman Penata Berkas dan Pengetahuan

tentang Pedoman Pola Klarifikasi Arsip.

Penurunan pemahaman pengetahuan juga terjadi untuk lima point meliputi Pengetahuan

(7)

Pengetahuan tentang Unit Pengolah Arsip serta Pengetahuan tentang Pedoman Pengurusan Surat.

Kelima point pengetahuan penting terkait pengelolaan kearsipan justru masih banyak tidak

dipahami oleh para perangkat desa. Hal tersebut menunjukkan bahwa tingkat kesadaran dan

kepedulian Perangkat Desa Pandak masih rendah terhadap pengelolaan arsip.

UCAPAN TERIMA KASIH

Tim pengabdian Fisip UNSOED mengucapkan terima kasih kepada LPPM

UNSOED atas fasilitas pendanaan kegiatan pengembangan kapasitas pengelolaan arsip

bagi perangkat desa. Demikian pula kepada Kepala Desa Pandak Bapak Rasito dan para

perangkatnya tim berterima kasih atas kesediaannya menjadi lokasi kegiatan pengabdian

pada masyarakat. Terima kasih juga disampaikan kepada Zaula Rizqi Atika, S.Sos., M.Si.

yang telah membantu pelaksanaan kegiatan.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2013. Peraturan Kepala Arsip Nasional Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 2013 Tentang Logo dan Slogan Jaringan Informasi Kearsipan Nasional.

Asrori dan Supratiawan, A. 2014. Kemampuan Perangkat Desa Dalam Menyusun Profil Potensi Desa. Jurnal Bina Praja 6 (4) : 283-29.

Dessler, G. 2010. Manajemen Sumber Daya Manusia (Edisi ke-10 Jilid 1). PT Indeks. Jakarta.

Gie, T.L. 2004. Administrasi Perkantoran Modern. Yayasan Studi Ilmu dan Teknologi. Yogyakarta.

Nuryani, A.N. 2016. Arsip sebagai Akuntabilitas Instansi, Perlu Dikelola! Makalah. Diakses dari http://bpad.jogjaprov.go.id/article/news/site/download/arsip-menjaga-akuntabilitas-instansi-48.

Referensi

Dokumen terkait

A csendőrség szolgálati szabályzatának 463. pontja szerint minden baleset helyszínéről helyszínrajzot kellett készíteni. A vázlatnak meg kellett felelnie a

algoritma Not So Naϊve fase pencarian dimulai dari indeks kedua dari pola sampai indeks terakhir.. Dalam penelitian ini penulis mendapatkan hasil dari

Tabel 4.5 Hasil Rekonstruksi Gerakan Menendang Dari hasil pengujian pada tabel 4.5 dapat dianalisa bahwa pola gerakan menendang memiliki tingkat keberhasilan rekonstruksi

Metode penelitian adalah langkah yang dimiliki dan dilakukan oleh peneliti dalam rangka untuk mengumpulkan informasi atau data serta melakukan investigasi pada data yang

Berdasarkan hasil penelitian bahwa tidak adanya hubungan antara umur dengan perilaku berisiko HIV/AIDS pada TKBM di Pelabuhan Kota Padang tahun 2019.. Tidak

Judul : Pengaruh Country of Origin , Perceived Quality dan Harga Terhadap Keputusan Pembelian Pengguna Sepatu Running Kualitas Premium Merek Adidas Di

Berikut ini langkah-langkah pengujian hipotesis untuk CR 1 pada hasil jendela johari dengan gaya kepemimpinan yang diharapkan (PH) Eselon III

Menurut Tim Ide Masak (2013: 03), ³PHQWHJD WHUEXDW GDUL OHPDN VHNLWDU %HZDUQD NHNXQLQJDQ OHELK mudah meleleh di suhu ruang. Memiliki rasa gurih dengan aroma yang KDUXP´