• Tidak ada hasil yang ditemukan

MENUJU PEMILU 2019 DENGAN NEGARA INTEGRA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "MENUJU PEMILU 2019 DENGAN NEGARA INTEGRA"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

Telah dipaparkan pada Universitas Muhammadiyah Ponorogo

Menuju Pemilu

2019 Dengan

Negara Integralistik Milik Soepomo

Seminar Nasional dan Call for Papers “Pemilu 2019 Momentum Penguatan Demokratisasi Indonesia Yang Berintegritas”

Aula lantai 4 Gedung

Rektorat Universitas Muhammadiyah Ponorogo

31 Maret 2018

MENUJU PEMILU 2019 DENGAN NEGARA INTEGRALISTIK MILIK SOEPOMO

Tomy Michael Fakultas Hukum

Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya tomy@untag-sby.ac.id

Abstrak

Di dalam Pasal 22E ayat (1) UUD NRI Tahun 1945 termaktub bahwa Pemilihan umum dilaksanakan secara langsung, umum, bebas, rahasia, jujur, dan adil setiap lima tahun sekali. Pasal tersebut menunjukkan sikap demokrasi yang dianut di Indonesia. Permasalahan yang muncul, ketika Pasal 22E ayat (1) UUD NRI Tahun 1945 adalah bagian dari demokrasi di Indonesia maka mengapa Pemilu selalu diwarnai gugatan dan kecurangan dalam praktiknya. Dengan mengurai pemikiran negara integralistik milik Soepomo maka Pasal 22E ayat (1) UUD NRI Tahun 1945 sesuai karena negara mengatasi segala paham golongan, mengatasi segala paham perseorangan dan menghendaki persatuan. Namun kesesuaian ini hanya sebatas terpenuhi syarat demokrasi dan tidak dapat menjadikan Indonesia sebagai negara integralistik murni karena adanya berbagai syarat dalam menjalankan Pemilu. Saran yang diperoleh yaitu Pemilu 2019 tidak boleh terpaku dengan demokrasi yang berlaku secara umum karena dengan memasukkan hakikat demokrasi dalam bentuk negara lainnya akan tercipta Pemilu 2019 dengan akhir demokrasi yang berciri khas Indonesia.

Kata kunci: Negara, integralistik, Pemilu 2019, demokrasi

A. Pendahuluan

(2)

Telah dipaparkan pada Universitas Muhammadiyah Ponorogo

Menuju Pemilu

2019 Dengan

Negara Integralistik Milik Soepomo

Seminar Nasional dan Call for Papers “Pemilu 2019 Momentum Penguatan Demokratisasi Indonesia Yang Berintegritas”

Aula lantai 4 Gedung

Rektorat Universitas Muhammadiyah Ponorogo

31 Maret 2018

B. Hasil Dan Pembahasan

Dengan bersandar pada hakikat Pemilihan Umum (Pemilu) yang berusaha menegakkan demokrasi maka pemerintah harus memahami apakah itu negara. Demokrasi secara tegas tidak dapat diartikan dengan baik. Demokrasi selalu menunjukkan keburukan dari bentuk pemerintahan yang awal. Dalam siklus Socrates, bentuk pemerintahan yang sempurna adalah aristokrasi dan bukanlah demokrasi. Oleh karena itu, pemerintah harus memahami bahwa demokrasi bukanlah hal utama dalam pelaksanaan Pemilu namun bagaimana ia menjalankan negara tersebut.

Suatu konsep negara, suatu pandangan tentang negara, hakikat dan susunannya mempunyai pengaruh besar terhadap penafsiran aturan-aturan dasar dalam tata negara. Dalam gabungan yang merupakan satu jiwa itu, yang dipimpin oleh akal-budi, masing-masing individu menyerahkan kekuasaan atas dirinya kepada kekuasaan umum yaitu menyerahkan hak alaminya kepada hak umum atau hak bersama – penyerahan itu dilakukan baik secara sukarela maupun terpaksa. Gabungan ini, katakanlah masyarakat, atau negara (dalam arti gabungan yang kekuatannya mengatasi semua yang lainnya, atau dominion seperti istilah Spinoza), lalu memegang kekuasaan, dan menjadi penguasa tunggal yang tidak bisa diganggu gugat lagi, dan semua harus patuh sepenuhnya kepadanya – karena hak setiap orang telah diserahkan total kepadanya.1 Pemahaman demikian akan membawa pelaksanaan Pemilu 2019 seolah-olah

1 Benedict de Sapinoza, A Theologico-Political Treatise A Political Treatise, New York: Dover Publications Inc,

(3)

Telah dipaparkan pada Universitas Muhammadiyah Ponorogo

Menuju Pemilu

2019 Dengan

Negara Integralistik Milik Soepomo

Seminar Nasional dan Call for Papers “Pemilu 2019 Momentum Penguatan Demokratisasi Indonesia Yang Berintegritas”

Aula lantai 4 Gedung

Rektorat Universitas Muhammadiyah Ponorogo

31 Maret 2018

terpusat padahal seharusnya rakyatlah yang berkausa dengan melakukan alienasi2 sepenuhnya atau sebagian saja.

Dalam hubungan dengan masyarakat, maka paham integralistik menggambarkan suatu masyarakat sebagai suatu kesatuan organis yang integral yang setiap anggota, bagian, lapisan, kelompok, golongan yang ada di dalamnya, satu sama lain saling berhubungan erat dan merupakan satu kesatuan yang hidup. Eksistensi setiap unsur hanya berarti dalam hubungannya dengan keseluruhan, setiap anggota, bagian, lapisan, kelompok dan golongan dalam masyarakat itu memiliki tempat, fungsi, dan kedudukan masing-masing yang diakui, dihormati dan dihargai. Paham ini beranggapan bahwa setiap unsur merasa berkewajiban akan terciptanya keselamatan, kesejahteraan dan kebahagiaan bersama.3 Ketika seluruh unsur memiliki kebersamaan untuk mencapai negara yang lebih sempurna maka seluruh unsur tersebut haruslah dipisahkan dari negara. Unsur-unsur demikian dimaksud adalah suku, agama, ras dan antar golongan (SARA). Pemisahan SARA dari negara akan menjadikan masyarakat dewasa secara berpolitik.

2 Legitimasi hukum norma-norma politik dalam teori kontrak sosial bersifat historis dan konstruktif sekaligus.

Dalam teori kontrak biasanya dirumuskan cerita bagaimana manusia menciptakan konsensus guna merumuskan aturan-aturan bagi hidup bersama baik dalam komunitas maupun negara. Juga ditunjukkan apakah proses tersebut baik atau buruk bagi hidup manusia. Teori kontrak sosial juga mengonstruksikan sebuah kondisi di luar tatanan hukum publik, di mana individu-individu yang setara harus mencapai konsensus tertentu berdasarkan kepentingan atau pertimbangan yang terdapat pada masing-masing orang, lebih lanjut dalam Otto Gusti Madung, Paradigma Holisme Hegelian Dan kritik Atas Liberalisme, Jurnal Ilmiah Peuradeun International Multidisciplinary Journal, Vol. II, No. 02, May 2014, hlm. 49.

3 Muhammad Noupal dan Erina Pane, Paradigma Integralistik dan Toleransi Umat Beragama di Kota Palembang

(4)

Telah dipaparkan

Mengutip pendapat Muller4 bahwa negara bukanlah sesuatu yang didirikan secara mekanis, yang serta merta bisa segera ditegakkan dalam bentuk tertentu dan seragam, hasil kehendak manusia begitu saja, melainkan suatu hakikat yang telah ada senantiasa, yang hidup, yang mewujud dan bertumbuh sendiri, sebagaimana halnya seorang manusia. Pendapat Muller apabila dikaitkan dengan UUD NRI Tahun 1945 adalah kesalahan didalamnya. Memperhatikan Pasal 22E ayat (6) UUD NRI Tahun 1945 bahwa Ketentuan lebih lanjut tentang pemilihan umum diatur dengan undang-undang. Ketika Pemilu diatur lebih lanjut lagi dengan peraturan perundangan-undangan dibawah UUD NRI Tahun 1945 maka integralistik itu sendiri telah mengalami pergeseran makna.5 Pergeseran makna yang integralistik ini

4 Gisella von Busse, Die Lehre vom Staat als Organismus: Kritische Untersuchungen zur staatsphilosophie Adam

Mullers, Berlin: Junker und Dunnhaupt Verlag, 1928, hlm. 4-5. Bandingkan juga dengan

Traditional Christian anthropology viewed man as a type of substancea created being with a specific nature that is spiritual, rational, and social. In this view, man has a spiritual nature made in the image of God with an eternal destiny, a rational nature with intellect and free will as well as an inherited propensity to sin, and a social nature directed to family and political life that achieves its perfection in charity or love. While retaining many of these features, Christian personalism adds new dimensions to Christian anthropologya greater awareness of

man as a “subject” or possessor of subjective consciousness; a new emphasis on self-determination in action; a greater appreciation of personal identity, the irreplaceable uniqueness of everyone, and the interiority of spiritual life. Above all, personalism brings a new and heightened awareness of human dignity and human rights. Formulating these new features into a grand moral principle, Christian personalists refer to “the dignity of the

human person” as the new standard for Christian ethics and natural law. From the dignity of the human person,

a new political orientation also followsan affirmation of the rights of the human person as a basis for supporting modern liberal democracy, lebih lanjut dalam Robert P. Kraynak, The Influence of Kant on Christian Theology: A Debate About Human Dignity and Christian Personalism Journal of Markets & Morality Volume 7, Number 2 (Fall 2004): 517–525, hlm. 518-519.

5

(5)

Telah dipaparkan pada Universitas Muhammadiyah Ponorogo

Menuju Pemilu

2019 Dengan

Negara Integralistik Milik Soepomo

Seminar Nasional dan Call for Papers “Pemilu 2019 Momentum Penguatan Demokratisasi Indonesia Yang Berintegritas”

Aula lantai 4 Gedung

Rektorat Universitas Muhammadiyah Ponorogo

31 Maret 2018

menjadi permasalahan hukum tersendiri karena akan mencampuradukkan konsep negara integralistik dengan SARA.

C. Penutup

Sebagai kesimpulan yang diperoleh yaitu negara integralistik seharusnya dianut oleh Indonesia karena telah tercermin dalam persyaratan terkait Pemilu. Integralistik yang dianut Indonesia seharusnya tidak menghilangkan SARA namun menjadikan SARA dasar adanya integralistik. Indonesia tidak boleh menganut integralistik secara murni karena akan menghilangkan hakikat SARA yang sebenarnya bagi Indonesia.

Hakikat SARA yang sebenarnya bagi Indonesia ini dapat diartikan ketika SARA dalam suatu negara bukanlah sebagai penghalang kesatuan namun ia adalah simbol pemersatu bangsa. SARA dapat menjadikan Pemilu yang tertib dan sesuai Pasal 22 E ayat (1) UUD NRI Tahun 1945.

Saran yang dapat diambil yaitu

1. Bagi pemerintah agar selalu bijaksana dalam membela kepentingan negara melalui SARA. Hakikat SARA bukanlah alat pemecah bangsa namun pemersatu bangsa. Pemerintah harus tetap melakukan penegakan hukum terhadap yang berusaha memisahkan SARA dalam negara integralistik khas Indonesia.

2. Bagi masyarakat agar menjadi masyarakat yang cerdas ketika ada pihak-pihak yang mengatasnamakan SARA untuk menggagalkan Pemilu 2019. Isu-isu SARA harus dapat

(6)

Telah dipaparkan pada Universitas Muhammadiyah Ponorogo

Menuju Pemilu

2019 Dengan

Negara Integralistik Milik Soepomo

Seminar Nasional dan Call for Papers “Pemilu 2019 Momentum Penguatan Demokratisasi Indonesia Yang Berintegritas”

Aula lantai 4 Gedung

Rektorat Universitas Muhammadiyah Ponorogo

31 Maret 2018

diatasi dengan kesadaran diri sendiri melalui partisipasi aktif dalam Pemilu 2019. Masyarakat tidak boleh menggerakkan golongan putih karena hal tersebut akan membawa kehancuran bagi suatu bangsa.

D.Daftar Pustaka

Benedict de Sapinoza, A Theologico-Political Treatise A Political Treatise, New York: Dover Publications Inc, 1951.

Gisella von Busse, Die Lehre vom Staat als Organismus: Kritische Untersuchungen zur staatsphilosophie Adam Mullers, Berlin: Junker und Dunnhaupt Verlag, 1928,

Marsillam Simanjuntak, Pandangan Negara Integralistik, Jakarta: Pustaka Utama Grafiti, 1994.

Muhammad Noupal dan Erina Pane, Paradigma Integralistik dan Toleransi Umat Beragama di Kota Palembang Intizar, Volume 23, Nomor 1, 2017.

Otto Gusti Madung, Paradigma Holisme Hegelian Dan kritik Atas Liberalisme, Jurnal Ilmiah Peuradeun International Multidisciplinary Journal, Vol. II, No. 02, May 2014.

Referensi

Dokumen terkait

1. Penghijauan kembali hutan bertujuan untuk melestarikan .... Pengambilan bahan alam akan membawa dampak yang buruk terhadap…. Kebakaran hutan dapat terjadi jika ada yang membuka

Dalam angket respon siswa yang diisi oleh 28 siswa setelah mengikuti pembelajaran untuk materi kesebangunan dengan menggunakan model kooperatif tipe Reciprocal Teaching

Secara ekologi, perkembangan ikan karang disebabkan karena beberapa faktor, yaitu (1) mobilitas dan ukuran ikan, yaitu ikan karang umumnya relatif tidak

Dibandingkan periode yang sama tahun 2016, volume barang yang dibongkar pada Januari – April 2017 mengalami penurunan sebesar 6,29 persen, sementara itu volume barang yang dimuat

Hal ini disebabkan sedikitnya data training yang digunakan untuk mendapatkan model antara perusahaan yang mengalami kebangkrutan dan perusahaan yang tidak mengalami kebangkrutan

Pengembangan lingkungan bersih dan sehat penting untuk diselenggarakan guna mewujudkan kualitas lingkungan yang sehat, melalui peningkatan sanitasi lingkungan, baik

One cause contamination of processed products is the high number of microbes in the product example is a green cane juice (Saccarum officinarum) and thus require

Definisi operasional digunakan untuk menyamakan persepsi mengenai beberapa istilah yang digunakan dalam judul penelitian ini. Pengaruh masalah yang signifikasi penggunaan