• Tidak ada hasil yang ditemukan

360712289 Hakekat Belajar Dan Pembelajaran 1

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "360712289 Hakekat Belajar Dan Pembelajaran 1"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

Tugas Mata KuliahTeori-Teori Pembelajaran

HAKEKAT BELAJAR DAN PEMBELAJARAN

WAHYUDI

162050801029

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA

(2)

1. Jelaskan pendapat Anda tentang belajar!

Oemar Hamalik (2008) dalam bukunya menjelaskan bahwa belajar adalah modifikasi atau memperteguh kelakuan melalui pengalaman. Menurut pengertian ini, belajar merupakan suatu proses, suatu kegiatan dan bukan suatu hasil atau tujuan. Belajar bukan hanya mengingat, akan tetapi lebih luas daripada itu, yakni mengalami. Hasil belajar bukan suatu penguasaan hasil latihan melainkan pengubahan kelakuan. Pengertian ini sangat berbeda dengan pengertian lain tentang belajar, yang menyatakan bahwa belajar adalah memperoleh pengetahuan; belajar adalah latihan-latihan pembentukan kebiasaan secara otomatis, dan seterusnya.

Sejalan dengan perumusan di atas, ada pula tafsiran lain tentang belajar, yang menyatakanbahwa belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku individu melalui interaksi dengan lingkungan.Belajar dapat diartikan pula sebagai suatu proses yang dilakukan oleh individu untuk memperoleh perubahan perilaku baru secara keseluruhan, sebagai hasil dari pengalaman individu itu sendiri dalam berinteraksi dengan lingkungannya. Belajar diartikan sebagai suatu proses perubahan sikap dan tingkah laku setelah terjadinya interaksi dengan sumber belajar. Sumber belajar tersebut dapat berupa buku, lingkungan, guru, dan lain-lain.

Berkaitan dengan belajar sebagai suatu proses, Muhibbin (2003) mengemukakan bahwa belajar merupakan kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang sangat fundamental dalam penyelenggaraan setiap jenis dan jenjang pendidikan. Ini berarti, bahwa berhasil atau gagalnya pencapaian tujuan pendidikan itu amat bergantung pada proses belajar yang dialami siswa baik ketika ia berada di sekolah maupun di lingkungan rumah atau keluarganya sendiri.

Menurut Gage (1984) seperti yang dikutip Syaiful Sagala dalam bukunya, belajar adalah suatu proses di mana suatu organisma berubah perilakunya sebagai akibat dari pengalaman. Sedangkan Henry E. Garret berpendapat bahwa belajar merupakan suatu proses yang berlangsung dalam jangka waktu lama melalui latihan maupun pengalaman yang membawa kepada perubahan diri dan perubahan cara mereaksi terhadap suatu perangsang tertentu. Kemudian Lester D. Crow mengemukakan belajar ialah upaya untuk memperoleh kebiasaan-kebiasaan, pengetahuan, dan sikap-sikap.

Berdasarkan uraian tersebut, maka secara umum belajar dapat dipahami sebagai tahapan perubahan seluruh tingkah laku individu yang relatif menetap sebagai hasil pengalaman dan interaksi dengan lingkungan sehingga menimbulkan perubahan dari aspek kognitif (pengetahuan), psikomotorik (keterampilan), dan afektif (tingkah laku).

(3)

Setiap perilaku belajar selalu ditandai oleh ciri-ciri perubahan yang spesifik. Karakteristik perilaku belajar ini dalam beberapa pustaka rujukan, antara lain menurut Surya (1982), disebut juga sebagai prinsip-prinsip belajar. Diantaranya ciri-ciri perubahan khas yang menjadi karakteristik perilaku belajar yang terpenting adalah:

a. Perubahan Intensional

Perubahan yang terjadi dalam proses belajar adalah berkat pengalaman atau praktek yang dilakukan dengan sengaja dan disadari, atau dengan kata lain bukan kebetulan. Karakteristik ini mengandung pengertian bahwa siswa-siswi menyadari akan adanya perubahan yang dialami, atau ia sekurang-kurangnya ia merasakan adanya perubahan pada dirinya seperti penambahan pengetahuan, kebiasaan, sikap dan pandangan sesuatu, keterampilan, dan seterusnya. Karena secara fitrah individu yang bersangkutan tidak menyadari atau tidak menghendaki keberadaanya.

b. Perubahan Positif dan Aktif

Perubahan yang terjadi karena proses belajar bersifat positif dan aktif, positif artinya baik, bermartabat, serta sesuai dengan harapan. Hal ini juga bermakna bahwa perubahan tersebut senantiasa merupakan penambahan,yakni diperolehnya sesuatu yang baru (seperti pemahaman dan keterampilan baru) yang lebih baik dari pada sebelumnya. Adapun perubahan yang terjadi dengan sendirinya seperti karena proses kematangan (misalnya, bayi yang bias merangkak setelah bias duduk), karena usaha anak itu sendiri.

c. Perubahan Efektif Dan Fungsional

Perubahan yang timbul karena proses belajar bersifat efektif, yakni berhasil guna. Artinya, perubahan tersebut membawa makna dan manfaat tertentu bagi siswa dan siswi. Selain itu, perubahan dalam proses belajar bersifat fungsional dalam arti bahwa ia relative menetap dan setiap saat apabila dibutuhkan, perubahan tersebut dapat direproduksi dan dimanfaatkan. Perubahan fungsional dapat diharapkan memberi manfaat yang luas misalnya ketika siswa-siswi menempuh ujian dan menyesuaikan diri dengan lingkungan kehidupan sehari-hari dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya. Selain itu, perubahan efektif dan fungsional biasanya bersifat dinamis dan mendorong timbulnya perubahan positif lainnya.

(4)

antara lain karakteristik belajar dan motivasi belajar. Karakteristik belajar yaitu kebiasaan belajar yang baik dan motivasi belajar yaitu keseluruhan kekuatan dan daya penggerak/pendorong agar tujuan belajar tercapai optimal.

3. Dalam pengertian kualitatif, mengajar diartikan sebagai “the facilitation of learning”.

a. Berikan penjelasan mengenai pengertian tersebut!

Biggs (1991), seorang pakar psikologi membagi konsep mengajar menjadi tiga macam pengertian yaitu:

 Pengertian kualitatif dimana mengajar diartikan sebagai the transmission of

knowledge, yakni penularan pengetahuan. Dalam hal ini guru hanya perlu menguasai pengetahuan bidang studinya dan menyampaikan kepada siswa dengan sebai-baiknya. Masalah berhasil atau tidaknya siswa bukan tanggung jawab pengajar.

 Pengertian institusional yaitu mengajar berarti the efficient orchestration of

teaching skills, yakni penataan segala kemampuan mengajar secara efisien. Dalam hal ini guru dituntut untuk selalu siapmengadaptasikan berbagai teknik mengajar terhadap siswa yang memiliki berbagai macam tipe belajar serta berbeda bakat , kemampuan dan kebutuhannya.

 Pengertian kuantitatif dimana mengajar diartikan sebagai the facilitation of

learning, yaitu upaya membantu memudahkan kegiatan belajar siswa mencari makna dan pemahamannya sendiri

b. Menurut Anda, kendala-kendala apa saja yang mungkin muncul dalam implementasi?

 Guru tidak bisa menangani semua peserta didik dalam kelas karena setiap peserta

didik memiliki karakter yang berbeda

 Gaya belajar yang berbeda sehingga media yang digunakan mesti disesuaikan

dengan kondisi peserta didik

 Tingkat pemahaman dari peserta didik berbeda sehingga tidak semua masalah

peserta didik bisa diselesaikan dengan waktu yang cepat dan metode yang seragam

 Guru terkadang acuh dalam mengurus peserta didik yang malas di dalam kelas dan

memiliki pemahamanan yang rendah

 Kreativitas guru sebagai fasilitator terkadang masih rendah

(5)

a. Jelaskan mengenai hal ini!

Secara umum tujuan pembelajaran itu ada dua yaitu instructional effect dan nurturant effect. Instructuional effect yaitu tujuan yang ingin dicapai melalaui pembelajaran tertentu biasanya berbentuk pengetahuan dan keterampilan. Sedangkan nurturant effect yaitu tujuan pembelajaran yang lebih merupakan hasil sampingan dari hasil pembelajaran, tercapainya karena siswa menghadapi sistem lingkungan belajar tertentu misalnya siswa mampu berpikir kritis, bersifat terbuka menerima pendapat orang lain, kreatif, disiplin dan sebagainya karena siswa menghayati pengalaman diskusi kelompok atau diskusi kelas.

Menurut Sudirman (1987:92), dalam pemilihan metode mengajar harus mengandung dampak langsung (Instuctional effects atau tujuan instruksional) dan dampak penyerta/pengiring (nurturant effects atau tujuan pengiring). Pendekatan dan strategi pengelolaan kelas sebagai bagian dari proses dalam kegiatan belajar mengajar memiliki efek atau dampak terhadap peningkatan prestasi belajar, baik dampak langsung maupun dampak tidak langsung.

b. Deskripsikan antara tujuan belajar tersebut dan tujuan belajar menurut Bloom dkk

Prestasi/keberhasilan belajar ini bukanlah semata-mata keberhasilan dari segi kognitif dan psikomotorik saja, akan tetapi juga memperhatikan aspek-aspek lain, seperti aspek afektif. Pengevaluasian satu aspek saja akan menyebabkan pengajaran kurang memiliki makna yang bersifat komprehensif. Ketiga aspek ini merupakan unsur-unsur pendukung hasil/prestasi belajar. Dikatakan terdiri dari berbagai aspek pendukung, sebab kalau kita kembalikan pada istilah pendidikan itu sendiri sangatlah kompleks, yaitu meliputi seluruh pembahasan tingkah laku, baik cita, rasa, dan karsa. Berikut akan dijelaskan lebih rinci mengenai dampak strategi manajemen kelas dalam pembelajaran untuk meningkatkan prestasi belajar siswa:

1) Dampak Langsung (Instuctional effects atau Tujuan Instruksional)

(6)

Hasil yang dirumuskan dalam tujuan instruksional dan ingin dicapai melalui proses belajar-mengajar (pertemuan), tidaklah dapat dicapai seluruhnya secara langsung dan dapat diukur dengan mudah, karena hasilnya tidak selalu dalam bentuk yang nyata dan secara pasti dapat dinyatakan telah dimiliki (dikuasai) siswa sepenuhnya. Akan tetapi hasil belajar itu ada yang bersifat konkrit dan secara pasti dapat dinyatakan telah dimiliki (dikuasai) siswa.

Dalam kegiatan belajar mengajar guru menggunakan strategi-strategi dalam menciptakan dan mempertahankan kelas agar kondisi tetap kondusif dan menyenangkan. Hal ini merupakan suatu upaya guru dalam meningkatkan hasil/prestasi belajar siswa dan akan memberikan efek langsung terhadap keberhasilan belajar siswa yang berkenaan dengan pengetahuan (kognitif) dan keterampilan (psikomotorik).

 Tipe Prestasi Belajar Bidang Kognitif

(7)

 Tipe Prestasi Belajar Bidang Psikomotorik

Tipe prestasi ini tampak dalam bentuk keterampilan (skill), dan kemampuan bertindak seseorang. Adapun tingkatannya Menurut Sudirman (1987:88) meliputi: (a) Gerakan refleks (keterampilan pada gerakan yang sering tidak disadari karena sudah merupakan kekuasaan); (b) Keterampilan ada gerakan-gerakan dasar; (c) Kemampuan perspektual termasuk didalamnya membedakan visual, membedakan auditif, motorik, dan lain-lain; (d) Kemampuan dibidang fisik: kekuatan, keharmonisan, dan ketepatan; (e) Gerakan-gerakan yang berkaitan dengan skill, mulai dari keterampilan sederhana sampai pada keterampilan yang kompleks; (f) Kemampuan yang berkenaan dengan non decursive komunikasi seperti gerakan ekspresif dan interpretatif.

2) Dampak penyerta/pengiring (nurturant effects atau tujuan pengiring)

Dampak pengiring adalah hasil pengajaran yang sebaiknya dirumuskan agar lebih jelas dan terarah dalam program pengajaran (satpel) karena hasil ini tidak perlu langsung dicapai ketika selesai suatu pertemuan peristiwa belajar mengajar, tetapi diharapkan hasilnya Akan berpengaruh kepada siswa dan akan mengiringi atau menyertai belakangan, mungkin masih memerlukan waktu atau tahapan-tahapan pertemuan peristiwa belajar mengajar selanjutnya. Biasanya dampak pengiring ini berkenaan dengan effective domain (sikap dan nilai).

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa dampak pengiring itu berupa hasil yang tidak langsung diukur dan tidak pasti dicapai ketika berakhirnya suatu pertemuan peristiwa belajar mengajar. Hasil itu dapat berupa: (1) sikap dan nilai; (2) hasil dimana siswa menjadi modelling (dapat meniru), contagion (tertulari), osmosis (dirembesi) tentang pengetahuan, keterampilan, dan sikap dari kondisi belajar, baik yang diprogram oleh guru maupun yang tidak diprogram oleh guru.

(8)

Strategi-strategi yang dilakukan, sebagai upaya guru dalam meningkatkan keberhasilan belajar dalam pembelajaran juga memberikan dampak yang menyertai dan mengiringi hasil/prestasi belajar, walaupun hal itu melalui waktu dan tahapan tertentu. Dampak tidak langsung yang ingin dicapai itu berkenaan dengan prestasi sikap dan nilai (afektif). Ada kecenderungan bahwa prestasi belajar bidang afektif kurang mendapat perhatian dari guru. Para guru cenderung lebih memperhatikan atau tekanan pada bidang kognitif semata. Tipe prestasi belajar bidang afektif tampak pada siswa dalam berbagai tingkah laku seperti atensi atau perhatian terhadap pelajaran, disiplin, motivasi belajar, menghargai guru dan teman, kebiasaan belajar, dan lain-lain. Meskipun bahan pelajaran berisikan bidang kognitif, tetapi bidang afektif harus menjadi bagian integral dari bahan tersebut, dan harus tampak dalam proses belajar dan prestasi belajar yang dicapai. Tingkatan bidang afektif sebagai tujuan dan tipe prestasi belajar mencakup: (1) Receiving atau attending Yakni kepekaan dalam menerima rangsangan dari luar yang datang pada siswa, baik dalam bentuk masalah, situasi, dan gejala; (2) Responding atau jawaban Yakni reaksi yang diberikan seseorang terhadap stimulus yang datang dari luar; (3) Valuing (penilaian) Yakni berkenaan dengan penilaian dan kepercayaan tarhadap gejala atau stimulus; (4) Organisasi Yakni pengembangan nilai ke dalam suatu sistem organisasi, termasuk menentukan hubungan suatu nilai dengan nilai lain dan kemantapan, priorita nilai dimilikinya; (5) Karakterstik internalisasi nilai Yakni keterpaduan dari semua sistem nilai yang telah dimiliki seseorang, yang mempengaruhi pola kepribadian dan perilakunya.

(9)

yang sesuai dengan keadaan masing-masing, maka hasilnya akan sama. Benjamin S. Bloom menanggapi pendapat ini dengan pentingnya penciptaan suasana kelas untuk memenuhi kondisi belajar yang kondusif. Dari titik tolak kedua pendapat ini dapat disimpulkan bahwa kondisi belajar merupakan sesuatu yang sangat penting dan menentukan keberhasilan belajar anak.

Dalam proses pembelajaran yang ada di sekolah, keadaan dan suasana kelas, maupun lingkungan masyarakat sekolah mempunyai kedudukan penting dalam pencapaian tujuan pembelajaran dan berpengaruh pada prestasi belajar siswa. Manajemen kelas menjadi bagian manajemen pendidikan di sekolah. Tanpa adanya penciptaan lingkungan belajar yang kondusif, pemanfaatan sarana secara maksimal, menjaga keterlibatan siswa, dan penguasaan kelas dalam penyampaian materi, maka pembelajaran tidak dapat terlaksana secara efektif dan efisian. Hal ini yang akan berpengaruh pada prestasi belajar sisw

5. Deskripsikan dan jelaskan tentang prinsip-prinsip belajar!

Prinsip-prinsip belajar yang relatif berlaku umum berkaitan dengan perhatian dan motivasi, keaktifan, keterlibatan langsung/berpengalaman, pengulangan, tantangan, balikan dan penguatan, serta perbedaan individual.

a. Perhatian dan motivasi

Perhatian mempunyai peranan penting dalam kegiatan belajar. Perhatian terhadap pelajaran akan timbul pada siswa apabila bahan pelajaran itu dirasakan sebagai sesuatu yang dibutuhkan, diperlukan untuk belajar lebih lanjut atau diperlukan dalam kehidupan sehari-hari, akan membangkitkan motivasi untuk mempelajarinya. Motivasi adalah tenaga yang digunakan untuk menggerakkan dan mengarahkan aktivitas seseorang. Menurut H.L. Petri, “motivation is the concept we use when we describe the force action on or within an organism to initiate and direct behavior”. Motivasi data merupakan tujuan pembelajaran. Sebagai alat, motivasi merupakan salah satu faktor seperti halnya intelegensi dan hasil belajar sebelumnya yang dapat menentukan keberhasilan belajar siswa dalam bidang pengetahuan, nilai-nilai dan keterampilan.

(10)

b. Keaktifan

Belajar tidak dapat dipaksakan oleh orang lain dan juga tidak dapat dilimpahkan kepada orang lain. Belajar hanya mungkin terjadi apabila anak aktif mengalaminya sendiri. John Dewey mengemukakan bahwa belajar adalah menyangkut apa yang harus dikerjakan siswa untuk dirinya sendiri, maka inisiatif harus datang sendiri.Guru sekedar pembimbing dan pengarah.Menurut teori kognitif, belajar menunjukkan adanya jiwa yang sangat aktif, jiwa mengolah informasi, tidak sekedar menyimpannya saja tanpa mengadakan transformasi. Menurut teori ini anak memiliki sifat aktif, konstruktif dan mampu merencanakan sesuatu. Dalam proses balajar mengajar anak mampu mengidantifikasi, merumuskan masalah, mencari dan menemukan fakta, menganalisis, menafsirkan dan menarik kesimpulan.

Dalam setiap proses belajar siswa selalu menampakkan keaktifan. Keaktifan itu dapat berupa kegiatan fisik dan kegiatan psikis. Kegiatan fisik bisa berupa membaca, mendengar, menulis, berlatih keterampilan-keterampilan, dan sebagainya. Sedangkan kegiatan psikis misalnya menggunakan khasanah pengetahuan yang dimiliki dalam memecahkan masalah yang dihadapi, membandingkan satu konsep dengan yang lain, menyimpulkan hasil percobaan dan kegiatan psikis yang lain.

c. Keterlibatan langsung/berpengalaman

Menurut Edgar Dale, dalam penggolongan pengalaman belajar yang dituangkan dalam kerucut pengalamannya, mengemukakan bahwa belajar yang paling baik adalah belajar dari pengalaman langsung. Belajar secara langsung dalam hal ini tidak sekedar mengamati secara langsung melainkan harus menghayati, terlibat langsung dalam perbuatan, dan bertanggung jawab terhadap hasilnya. Belajar harus dilakukan siswa secara aktif, baik individual maupun kelompok dengan cara memecahkan masalah (problem solving). Guru bertindak sebagai pembimbing dan fasilitator. Keterlibatan siswa di dalam belajar tidak hanya keterlibatan fisik semata, tetapi juga keterlibatan emosional, keterlibatan dengan kegiatan kognitif dalam pencapaian perolehan pengetahuan, dalam penghayatan dan internalisasi nilai-nilai dalam pembentukan sikap dan nilai-nilai, dan juga pada saat mengadakan latihan-latihan dalam pembentukan keterampilan.

d. Pengulangan

(11)

pengulangan terhadap pengamatan-pengamatan itu memperbesar peluang timbulnya respons benar.

Pada teori psikologi Conditioning, respons akan timbul bukan karena oleh stimulus saja tetapi oleh stimulus yang di kondisikan, misalnya siswa berbaris masuk ke kelas, mobil berhenti pada saat lampu merah.Ketiga teori tersebut menekankan pentingnya prinsip pengulangan dalam belajar walaupun dengan tujuan yang berbeda. Walaupun kita tidak dapat menerima bahwa belajar adalah pengulangan seperti yang dikemukakan ketiga teori tersebut, karena tidak dapat dipakai untuk menerangkan semua bentuk belajar, namun prinsip pengulangan masih relevan sebagai dasar pembelajaran.

e. Tantangan

Teori Medan dari Kurt Lewin mengemukakan bahwa siswa dalam situasi belajar berada dalam suatu medan atau lapangan psikologis. Dalam situasi siswa menghadapi suatu tujuan yang ingin dicapai, tetapi selalu terdapat hambatan yaitu mempelajari bahan belajar, maka timbullah motif untuk mengatasi hambatan itu yaitu dengan mempelajari bahan belajar tersebut.Tantangan yang dihadapi dalam bahan belajar membuat siswa bergairah untuk mengatasinya. Bahan belajar yang baru, yang banyak mengandung masalah yang perlu dipecahkan membuat siswa tertantang untuk mempelajarinya. Penggunaan metode eksperimen, inkuiri, diskoveri juga memberikan tantangan bagi siswa untuk belajar secara lebih giat dan sungguh-sungguh. Penguatan positif maupun negatif juga akan menantang siswa dan menimbulkan motif untuk memperoleh ganjaran atau terhindar dari hukum yang tidak menyenangkan.

f. Balikan dan penguatan

(12)

g. Perbedaan individu

Referensi

Dokumen terkait

• Artistic form, terdiri dari 5 aspek yaitu kesatuan (mengolah bentuk yang beragam menjadi satu kesatuan unit melalui pengolahan detail), tekanan (memiliki suatu

Dari hasil perhitungan dan analisa ini, dapat diketahui nilai besar rata-rata keluhan yang dirasakan tiap bagian tubuh dan dapat digambarkan titik-titik keluhan

Hasil ini menjadi petunjuk bahwa untuk memperbaiki kualitas air buangan dapat dilakukan dengan memberi pasokan air berkualitas baik pada petakan sawah, seperti pasang besar pada

Untuk membantu anak dalam bersosialisasi, program bimbingan dan konseling di sekolah dasar sebaiknya memasukan kegiatan permainan kelompok, hasil penelitian Landreth

Semata-mata bahwa sewa (demikian ia mencampur- adukkan sewa-tanah dan laba) tidak lahir sebagai suatu tambahan pada nilai sebuah barang-dagangan, melainkan lebih “sebagai

Kemudian pada jam ke-11 mengalami penurunan kemampuan adsorpsi yang mana adsorben tidak bisa menyerap limbah mangan lebih lanjut atau adsorben telah mencapai titik

Fungsi komando sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 huruf b merupakan fungsi komando Unsur Pelaksana BPBD pada saat tanggap darurat yang dilaksanakan melalui pengerahan

Oleh karena itu, kebijakan moneter pada variabel perubahan suku bunga dapat digunakan untuk membantu mengurangi potensi risiko yang berasal dari shock terhadap