i
PARTISIPASI PEMUDA DALAM PENGEMBANGAN TAMAN BACAAN MASYARAKAT TERAS BACA GUYUB RUKUN DI DUSUN JAMBON,
ARGOSARI, SEDAYU, BANTUL
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagai Persyaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Oleh
Noviana Aji Purwanti NIM 13102241035
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH JURUSAN PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
v MOTTO
Anak muda memang minim pengalaman, karena itu ia tak tawarkan masa lalu. Anak muda menawarkan masa depan!.
vi
PERSEMBAHAN
Atas rahmat Allah SWT tugas akhir skripsi ini dapat terselesaikan dengan lancar. Tugas akhir skripsi ini merupakan sebuah karya sebagai ungkapan
pengabdian yang tulus dan penuh kasih teruntuk:
1. Kedua orang tuaku, Bapak Hasyim Abdullah dan Ibu Siti Ulfatul Masruhah yang telah banyak berkorban, mencurahkan segala doa, serta kasih sayang
untuk kesuksesan dan kebahagiaanku.
2. Almamaterku, Universitas Negeri Yogyakarta atas kesempatan untuk
vii
PARTISIPASI PEMUDA DALAM PENGEMBANGAN TAMAN BACAAN MASYARAKAT TERAS BACA GUYUB RUKUN DI DUSUN JAMBON,
ARGOSARI, SEDAYU, BANTUL Oleh
Noviana Aji Purwanti NIM 13102241035
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan: (1) Partisipasi Pemuda dalam Pengembangan Taman Bacaan Masyarakat Teras Baca Guyub Rukun di Dusun Jambon, Argosari, Sedayu, Bantul; (2) Faktor Pendukung dan Penghambat Partisipasi Pemuda.
Penelitian ini merupakan penelitian dengan pendekatan kualitatif jenis studi kasus. Penelitian ini dilakukan di Taman Bacaan Masyarakat Teras Baca Guyub Rukun. Subyek penelitian ini adalah ketua TBM, ketua dan anggota karang taruna, tokoh masyarakat, dan kepala dusun. Metode pengambilan data yang digunakan adalah observasi, wawancara, dan studi dokumen. Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis data komponensial yang dilakukan secara induktif. Teknik keabsahan data dengan trianggulasi sumber.
Hasil penelitian menunjukan bahwa: (1) Partisipasi pemuda dalam pengembangan TBM Teras Baca Guyub Rukun meliputi: tingkatan, bentuk, hasil, dan dampak partisipasi. Tingkatan partisipasi meliputi: konsultasi, pengambilan keputusan bersama, bertindak bersama, dan memberikan dukungan. Bentuk partisipasi meliputi: partisipasi vertikal, horizontal, fisik, dan non fisik. Hasil partisipasi meliputi: (a) penambahan rak buku, banner, dan dekorasi rungan terkait sarana dan prasarana, (b) merchandise berupa kaos dan topi yang didesain pemuda, (c) link atau jalinan kerjasama menjadi bertambah, (4d TBM lebih dikenal banyak orang, dan (e) masyarakat selalu datang ketika TBM mengadakan kegiatan atau program. Dampak partisipasi meliputi: (a) pemuda ada rasa memiliki terhadap TBM, (b) dari perpustakaan masjid menjadi TBM yang memiliki berbagai kegiatan, tidak hanya kegiatan keagamaan, (c) semangat pemuda menjadi bertambah untuk terlibat dalam kegiatan TBM, (d) pemuda menjadi lebih berani bersosialisasi, dan (e) pengunjung TBM menjadi bertambah. (2) Faktor pedukung dan penghambat partisipasi pemuda dalam pengembangan TBM Teras Baca Guyub Rukun. Faktor pendukung pertisipasi pemuda, yaitu (a) pengelola TBM dapat merangkul pemuda, (b) pengelola memahami makna arti penting keterlibatan pemuda dalam pengembangan TBM, dan (c) Tokoh masyarakat dan perangkat dusun mendukung kegiatan atau program TBM baik secara materiil maupun non materiil. Sedangkan faktor penghambat partisipasi pemuda, yaitu: kesibukan dan keterbatasan pendidikan.
viii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur peneliti panjatkan kepada Allah SWT atas segala limpahan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga peneliti dapat menyelesaikan penyusunan tugas akhir skripsi yang berjudul “Partisipasi Pemuda dalam Pengembangan Taman
Bacaan Masyarakat Teras Baca Guyub Rukun di Dusun Jambon, Argosari, Sedayu,Bantul”.
Skripsi ini dapat terselesaikan berkat bantuan dari berbagai pihak, sehingga dalam kesempatan ini peneliti menyampaikan penghargaan dan ucapan terima kasih
yang setulus-tulusnya kepada:
1. Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta yang telah
memberikan yang telah memberikan fasilitas dan sarana sehingga saya lancar studi.
2. Ketua Jurusan Pendidikan Luar Sekolah yang telah memberikan pengarahan
dalam pengambilan tugas akhir.
3. Bapak Lutfi Wibawa, M.Pd selaku dosen pembimbing yang telah bersedia meluangkan waktu guna memberikan bimbingan, petunjuk, dan arahan yang
membangun, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan lancar. 4. Bapak dan Ibu Dosen Program Studi Pendidikan Luar Sekolah yang telah
mendidik saya selama menuntut ilmu di bangku kuliah.
5. Kepala Dusun Jambon yang telah memberikan ijin kepada penulis untuk melakukan penelitian dan bersedia menjadi narasumber sehingga penelitian
x
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ...i
HALAMAN PERSETUJUAN ... ii
HALAMAN SURAT PERNYATAAN ... iii
HALAMAN PENGESAHAN ...iv
HALAMAN MOTTO ... v
HALAMAN PERSEMBAHAN ...vi
ABSTRAK ... vii
KATA PENGANTAR ... viii
DAFTAR ISI ... x
DAFTAR TABEL ... xiii
DAFTAR LAMPIRAN ...xiv
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah... 1
B. Identifikasi Masalah ... 5
C. Fokus Penelitian ... 7
D. Rumusan Masalah ... 7
E. Tujuan Penelitian ... 8
F. Manfaat Penelitian ... 8
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Deskripsi Teori ... 10
1. Partisipasi Pemuda ... 10
xi
b. Bentuk-bentuk Partisipasi Pemuda ... 11
c. Macam-macam Partisipasi Pemuda ... 13
d. Faktor-faktor Partisipasi ... 15
e. Tingkatan Partisipasi ... 18
2. Pengembangan Taman Bacaan Masyarakat ... 21
B. Hasil Penelitian yang Relevan ... 34
C. Kerangka Berpikir ... 36
D. Pertanyaan Penelitian ... 38
BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan Penelitian ... 40
B. Subjek Penelitian ... 41
C. Waktu dan Tempat Penelitian ... 41
D. Metode Pengambilan Data ... 41
E. Instrumen Penelitian ... 45
F. Teknik Analisis Data ... 46
G. Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data ... 49
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 51
1. Deskripsi Lokasi Penelitian ... 51
a. Sejarah Berdiri ... 51
b. Lokasi ... 53
c. Tujuan Pendirian ... 53
xii
e. Sasaran ... 55
f. Data Kegiatan atau Program ... 55
g. Pengaturan Operasional TBM ... 58
2. Partisipasi Pemuda dalam Pengembangan Taman Bacaan Masyarakat .... 58
a. Bentuk Partisipasi ... 58
b. Hasil Partisipasi ... 75
c. Dampak Partisipasi ... 79
3. Faktor Pendukung dan Penghambat Partisipasi ... 83
B. Pembahasan ... 89
1. Partisipasi Pemuda dalam Pengembangan Taman Bacaan Masyarakat .... 89
a. Bentuk Partisipasi ... 89
b. Hasil Partisipasi ... 103
c. Dampak Partisipasi ... 106
2. Faktor Pendukung dan Penghambat Partisipasi ... 110
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 114
B. Saran ... 116
DAFTAR PUSTAKA ... 117
xiii
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Panduan Pengambilan Data Lapangan (Metode Wawancara) ... 44 Tabel 2. Panduan Pengambilan Data Lapangan (Metode Observasi) ... 44
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Instrumen Penelitian ... 120
Lampiran 2. Pedoman Wawancara PengelolaTBM ... 121
Lampiran 3. Pedoman Wawancara Pengurus Kelompok Pemuda ... 124
Lampiran 4. Pedoman Wawancara Anggota Kelompok Pemuda ... 127
Lampiran 5. Pedoman Wawancara Tokoh Masyarakat ... 130
Lampiran 6. Pedoman Wawancara Perangkat Dusun ... 131
Lampiran 7. Pedoman Observasi ... 132
Lampiran 8. Pedoman Studi Dokumentasi ... 133
Lampiran 9. Catatan Lapangan ... 134
Lampiran 10. Transkrip Wawancara ... 150
Lampiran 11. Hasil Studi Dokumen ... 179
Lampiran 12. Reduksi, Display, Kesimpulan ... 180
Lampiran 13. Trianggulasi ... 200
Lampiran 14. Data Sarana dan Prasarana ... 220
Lampiran 15. Struktur Pengelola TBM ... 221
Lampiran 16. Presensi Rapat Karang Taruna ... 222
Lampiran 17. Foto ... 224
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
Kemajuan suatu bangsa dapat dilihat dari berbagai aspek, salah satunya dilihat dari aspek pendidikan. Kualitas pendidikan menjadi ukuran tingkat
kesejahteraan masyarakat. Oleh karena itu, pendidikan memegang peranan penting dalam kehidupan manusia. Dalam Undang-Undang Republik
Indonesia No.20 tahun 2003 pasal 13 tentang Sistem Pendidikan Nasional, disebutkan bahwa jalur pendidikan terdiri atas pendidikan formal, pendidikan nonformal, dan pendidikan informal yang dapat saling melengkapi dan
memperkaya.
Ketiga jalur tersebut memiliki tujuan yang sama yaitu mengembangkan
potensi manusia. Pendidikan nonformal berperan dalam peningkatan kualitas pendidikan masyarakat, salah satunya melalui program Taman Bacaan Masyarakat.
Taman Bacaan Masyarakat (TBM) adalah sebuah tempat/wadah yang didirikan dan dikelola baik oleh masyarakat maupun pemerintah dalam rangka penyediaan akses layanan bahan bacaan bagi masyarakat sekitar sebagai salah satu sarana utama dalam perwujudan konsep pembelajaran sepanjang hayat untuk mendukung peningkatan kualitas hidup masyarakat sekitar TBM (Kemendikbud, 2014: 3).
Taman Bacaan Masyarakat (TBM) sebagai salah satu program yang ingin mewujudkan budaya baca dimasyarakat karena minat baca masyarakat
Indonesia masih tergolong rendah. Menurut survey UNESCO minat baca masyarakat Indonesia baru 0,01 persen. Artinya, dalam 10.000 anak bangsa
2
Dan berdasarkan studi "Most Littered Nation In the World" yang dilakukan
oleh Central Connecticut State Univesity pada Maret 2016 lalu, Indonesia dinyatakan menduduki peringkat ke-60 dari 61 negara soal minat membaca
(Kompas.com: 2016).
TBM selain berfungsi untuk meningkatkan minat baca masyarakat, juga berfungsi sebagai pendukung gerakan pemberantasan buta aksara karena
penduduk Indonesia khususnya DIY belum terbebas dari buta aksra. Menurut Badan Pusat Statistik Indonesia pada tahun 2015 penduduk usia 15-44 tahun
yang mengalami buta aksara sebanyak 1,1% dan untuk penduduk usia diatas 45 tahun ada sekitar 11,89 %. Sedangkan untuk DIY pada pada tahun 2015
penduduk usia 15-44 tahun yang mengalami buta aksara sebanyak 0,19% dan untuk penduduk usia diatas 45 tahun ada sekitar 12,8%. TBM menjadi sarana pendukung yang efektif dalam pemberantasan buta aksara. Hal tersebut
dilakukan dengan cara memberikan layanan pendidikan nonformal bagi masyarakat (Muhsin Kalida, 2012: 5-6).
Salah satu penyebab rendahnya minat baca masyarakat Indonesia adalah
tingginya budaya menonton televisi. Dewasa ini, budaya baca termarjinalkan oleh hadirnya media televisi yang lebih menawarkan fitur-fitur yang
menggiurkan sehingga banyak menarik minat masyarakat untuk menonton (Nurul Hayati dan Yoyon Suryono, 2015: 176). Merujuk data yang dikeluarkan Badan Pusat Statistik tahun 2012, sebanyak 91,58 persen
3
dan menyenangkan untuk dilakukan dari pada membaca. Apalagi dengan
kemajuan IPTEK yang sangat pesat. Kita dapat melihat media televisi telah mendominasi dikalangan masyarakat karena menawarkan tontonan yang
menggiurkan. Bahkan media televisi memberikan dampak yang besar dalam kehidupan manusia, baik dampak positif maupun negatif. Namun, tidak dapat dipungkiri bahwa dampak negatif yang ditimbulkan lebih besar. Apalagi
dikalangan anak-anak karena mereka belum dapat memilah apa yang ditonton. Dewasa ini sering ditemui fenomena taman bacaan masyarakat bukanlah
tempat menyenangkan untuk dikunjungi bahkan menjadi tempat yang dianggap membosankan. Hal tersebut menyebabkan taman bacaan masyarakat
sepi pengunjung. Ada beberapa faktor yang menyebabkan taman bacaan masyarakat sepi peminat, diantaranya adalah terbatasnya koleksi buku yang dimiliki, fasilitas yang belum memadai, pengelolaan yang belum profesional,
dan tidak adanya kegiatan-kegiatan yang menarik minat pengunjung. Selain faktor-faktor tersebut, sepinya taman bacaan masyarakat juga karena masih kurangnya pengembangan dalam penyelenggarannya. Taman bacaan
masyarakat sebagai sumber informasi dan ilmu pengetahuan bagi masyarakat, keberadaannya memang seringkali mengalami ketertinggalan dari penelusuran
informasi. Keadaan ini dimungkinkan karena masyarakat belum mengetahui seluk-beluk taman bacaan masyarakat, disamping minat baca masyarakat yang masih rendah (Muhsin Kalida, 2012: 8).
4
kegiatan-kegiatan yang diselenggarakan. Dalam hal ini perlu adanya
dukungan dari berbagai pihak. Selain dari pemerintah, diperlukan juga dukungan dari masyarakat sekitar taman bacaan masyarakat termasuk
didalamnya adalah keterlibatan pemuda. Pemuda adalah motor penggerak dalam menciptakan perubahan di masyarakat. Seperti yang dikatakan Akbar Tandjung dalam Lutfi Wibawa (2016: 22) pemuda memiliki idealisme murni,
dinamis, kreatif, inovatif, dan memiliki energi yang besar bagi perubahan sosial. Dengan adanya partisipasi dari pemuda diharapkan taman bacaan
masyarakat dapat lebih berkembang dan diminati masyarakat.
Namun, dalam prakteknya pemuda saat ini jauh dari kehidupan
bermasyarakat. Hal tersebut menyebabkan keterlibatan pemuda dalam kegiatan sosial sangat minim. Fenomena ini dapat kita lihat dalam kegiatan-kegiatan sosial yang ada dimasyarakat. Dalam kegiatan-kegiatan tersebut sangat sulit
melihat pemuda yang terlibat didalamnya. Pemuda hari ini sering dibingkai di media massa sebagai: sumber masalah, sumber kerusuhan, apatis, dan individualis yang jauh dari pergerakkan masyarakat (Lutfi Wibawa, 2016: 34).
Ada beberapa faktor yang menyebabkan minimnya keterlibatan pemuda dalam kegiatan sosial diantaranya: kesibukan di lingkungan sekolah, kampus,
maupun pekerjaan, sikap acuh terhadap kegiatan sosial dimasyarakat, dan keingin tahuan yang besar terhadap hal baru diluar lingkungan masyarakatnya. Masalah-masalah yang dihadapi pemuda juga menjauhkan mereka dari
5
dan penyalahgunaan alkohol, gaya hidup dan materialisme, serta kesenjangan
tingkat pendidikan (Lutfi Wibawa, 2016: 26-32). Terkait dengan hal tersebut Kompas.com (2016) melangsir data tentang pengguna narkoba. Ira
Rachmawati menyebutkan pengguna narkoba di Indonesia mengalami kenaikan yang signifikan, sebelumnya pada bulan juni 2015 tercatat 4,2 juta pengguna dan pada November menjadi 5,9 juta pengguna.
Program taman bacaan masyarakat merupakan salah satu kegiatan sosial yang ada dimasyarakat. Seperti Taman Bacaan Masyarakat Teras Baca Guyub
Rukun yang merupakan salah satu program Karang Taruna Guyub Rukun. Karang Taruna Guyub Rukun memiliki tiga program besar yaitu Taman
Bacaan Masyarakat (TBM), Bank Pupuk Organik (BPO), dan Barisan Remaja Peduli Alam Sekitar (BARKAS). Taman Bacaan Masyarakat Teras Baca Guyub Rukun berlokasi di Dusun Jambon, Desa Argosari, Kecamatan
Sedayu, Kabupaten Bantul, Yogyakarta. Untuk sementara TBM berada di teras dan ruang tamu kediaman Saudara Triyanto (RT 29) dengan sedikit modifikasi. Taman Bacaan Masyarakat Teras Baca Guyub Rukun diresmikan
pada tanggal 17 Mei 2015 dengan besaran koleksi masih sekitan 500 judul buku yang berasal dari beberapa swadaya masyarakat dan
sumbangan-sumbangan dari donatur, dan fasilitas yang masih minim. Bersadarkan hasil wawancara dengan saudara “Ty” pada tanggal 11 November 2016 selaku
Ketua Taman Bacaan Masyarakat Teras Baca Guyub Rukun, diketahui bahwa
6
paket pinjam, bimbingan belajar, bermain sambil belajar sabtu sore, bank
sampah, dan bank pupuk organik.
Dalam penyelenggaraannya, Taman Bacaan Masyarakat Teras Baca
Guyub Rukun masih memerlukan pengembangan agar lebih dapat menarik minat masyarakat untuk datang berkunjung. Pengembangan yang dapat dilakukan meliputi pengembangan koleksi, pengembangan sumber daya,
pengembangan pengunjung, dan pengembangan sistem layanan. Dalam pengembangan tersebut dibutuhkan partisipasi pemuda sebagai anggota
Karang Taruna Guyub Rukun. Partisipasi pemuda dalah keikutsertaan pemuda dalam kegiatan guna mencapai tujuan yang diharapkan. Partisipasi pemuda
dalam pengembangan taman bacaan masyarakat sangatlah penting karena pemuda memiliki potensi yang sangat besar. Gagasan-gagasan pemuda dapat menjadi bahan masukan untuk pengembangan taman bacaan masyarakat.
Namun, pada kenyataannya pemuda belum menyadari akan pentingnya partisipasi pemuda dalam pengembangan Taman Bacaan Masyarakat Guyub Rukun. Bersadarkan hasil wawancara dengan saudara “Ty” pada tanggal 11
November 2016 selaku Ketua Taman Bacaan Masyarakat Teras Baca Guyub Rukun, diketahui bahwa sebagian pemuda tidak pernah terlibat dalam kegiatan
atau program rutin TBM seperti bimbingan belajar dan bermain sambil belajar sabtu sore. Hal tersebut dikarenakan adanya rasa malas untuk mengajar dan kurangnya percaya diri.
7
kurang maksimalnya partisipasi pemuda dalam hal tersebut. Bersadarkan hasil wawancara dengan saudara “Ty” pada tanggal 11 November 2016 selaku
Ketua Taman Bacaan Masyarakat Teras Baca Guyub Rukun, diketahui bahwa
pemuda akan berpartisipasi ketika mendapat ajakan atau teguran dari pengelola taman bacaan masyarakat. Dari uraian diatas, peneliti tertarik untuk mengambil penelitian tentang “Partisipasi Pemuda Dalam Pengembangan Taman Bacaan Masyarakat Di Dusun Jambon, Argosari, Sedayu, Bantul”.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang yang diuraikan diatas, dapat diidentifikasi permasalahan sebagai berikut:
1. Perlunya pengembangan dalam penyelenggaraan taman bacaan masyarakat.
2. Minimnya keterlibatan pemuda dalam kegiatan sosial dimasyarakat.
3. Pemuda belum menyadari akan pentingnya partisipasi pemuda dalam pengembangan Taman Bacaan Masyarakat Teras Baca Guyub Rukun 4. Kurang maksimalnya keterlibatan pemuda dalam pengembangan Taman
Bacaan Masyarakat Teras Baca Guyub Rukun.
C. Fokus Penelitian
Berdasarkan permasalahan yang terdapat di identifikasi masalah, agar permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini tidak meluas maka peneliti memfokuskan penelitian pada (1) tingkatan partisipasi yang meliputi:
8
horizontal, fisik, dan non fisik; (3) hasil partisipasi; dan (4) dampak partisipasi
pemuda dalam pengembangan Taman Bacaan Masyarakat Teras Baca Guyub Rukun di Dusun Jambon, Argosari, Sedayu, Bantul.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah di atas, maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana partisipasi pemuda dalam pengembangan Taman Bacaan Masyarakat Teras Baca Guyub Rukun di Dusun Jambon, Argosari, Sedayu,
Bantul?
2. Apa faktor pendukung dan penghambat partisipasi pemuda dalam pengembangan Taman Bacaan Masyarakat Teras Baca Guyub Rukun di
Dusun Jambon, Argosari, Sedayu, Bantul?
E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah diatas maka tujuan penelitian ini adalah: 1. Mengetahui partisipasi pemuda dalam pengembangan Taman Bacaan
Masyarakat Teras Baca Guyub Rukun di Dusun Jambon, Argosari,
Sedayu, Bantul.
2. Mengetahui faktor pendukung dan faktor penghambat partisipasi pemuda
dalam pengembangan Taman Bacaan Masyarakat Teras Baca Guyub Rukun di Dusun Jambon, Argosari, Sedayu, Bantul.
F. Manfaat Penelitian
9
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperkaya kajian tentang program
taman bacaan masyarakat terkait dengan partisipasi pemuda dalam pengembangan program. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi
pendorong atau bahan kajian penelitian berikutnya. 2. Manfaat Praktis
Secara praktis, hasil penelitian ini diharapka berguna bagi “Taman Bacaan
Masyarakat Teras Baca Guyub Rukun” dalam memberikan masukan bagi pemuda agar mereka ikut berpartisipasi aktif dalam pengembangan taman
10 BAB II
KAJIAN PUSTAKA A. Deskripsi Teori
1. Partisipasi Pemuda a. Pengertian
Partisipasi adalah keikutsertaan individu atau sekelompok individu dalam suatu kegiatan. Partisipasi merupakan proses yang akan
menciptakan jaringan sosial baru yang masing-masing berusaha untuk melaksanakan tahapan-tahapan kegiatan demi tercapainya tujuan akhir yang diinginkan (Aprillia Theresia, dkk, 2014: 196-197).
Dr. Made Pidarta dalam Siti Irene A.D. (2015: 50) mengatakan bahwa partisipasi adalah pelibatan seseorang atau beberapa orang
dalam suatu kegiatan. Keterlibatan dapat berupa keterlibatan mental dan emosi serta fisik dalam menggunakan segala kemampuan yang dimilikinya (berinisiatif) dalam segala kegiatan yang dilaksnakan serta
mendukung pencapaian tujuan dan tanggungjawab atas segala keterlibatan.
Partisipasi merupakan keterlibatan individu atau kelompok baik
secara mental, emosional, maupun fisik dalam suatu kegiatan untuk mencapai tujuan yang diinginkan.
Dalam kegiatan sosial yang berada dimasyarakat dibutuhkan partisipasi dari berbagai pihak, salah satunya adalah pertisipasi
11
pemuda memiliki idealisme murni, dinamis, kreatif, inovatif, dan
memiliki energi yang besar bagi perubahan sosial. Selain itu Ambarita dalam Lutfi Wibawa (2016: 26) juga menyebutkan bahwa pemuda
memiliki nilai serta posisi yang strategis dalam masyarakat yang memungkinkan mereka berpartisipasi aktif di dalamnya baik secara sukarela maupun kemauan pribadi yang tegas.
Partisipasi pemuda adalah keterlibatan pemuda dan remaja serta tanggung jawab baik secara langsung maupun tidak langsung dalam
suatu kegiatan sejak perencanaan, pelaksanaan, hingga akhirnya pada tahap evaluasi (Nurul Sawitri, 2014: 46). Sejalan dengan pendapat
tersebut Lutfi Wibawa (2016: 93) menyebutkan keterlibatan pemuda memiliki arti bahwa orang muda mempengaruhi proses, keputusan, dan kegiatan yang mempengaruhi kehidupan mereka dan kehidupan
orang lain dalam komunitas mereka atau organisasi.
Dari pemaparan diatas dapat disimpulkan bahwa partisipasi pemuda merupakan keikutsertaan pemuda baik secara mental,
emosional, maupun fisik dalam suatu kegiatan untuk mencapai tujuan yang diinginkan sejak perencanaan, pelaksanaan, hingga akhirnya pada
tahap evaluasi.
b. Bentuk-bentuk Partisipasi Pemuda
Menurut Effendi dalam Siti Irene Astuti D (2015: 58) bentuk
12
bawahan, pengikut, atau klien dari program pihak lain. Sedangkan
dalam partisipasi horizontal, pemuda mempunyai prakarsa dimana setiap individu atau kelompok berpartisipasi satu dengan yang lainya.
Basrowi berpendapat dalam Siti Irene A.D. (2015: 58) partisipasi dilihat dari bentuknya dapat dibedakan menjadi dua, yaitu partisipasi fisik dan non fisik. Dalam pengembangan taman bacaan masyarakat,
partisipasi fisik dapat berupa pembuatan atau pengadaan rak buku, pengadaan buku, dan sebagainya. Sedangkan partisipasi non fisik
adalah keikutsertaan pemuda dalam menentukan arah pengembangan taman bacaan masyarakat. Partisipasi dapat berupa ide, gagasan, atau
masukan yang berguna bagi pengembangan taman bacaan masyarakat. Menurut Dusseldorp dalam Aprillia Theresia, dkk (2014: 200) mengidentifikasi beragam bentuk-bentuk kegiatan partisipasi yang
dilakukan warga masyarakat dapat berupa: 1. Menjadi kelompok-kelompok masyarakat. 2. Melibatkan diri pada kegitan diskusi kelompok.
3. Melibatkan diri pada kegitan-kegiatan organisasi untuk menggerakan partisipasi-partisipasi masyarakat yang lain.
4. Menggerakan sumberdaya masyarakat.
5. Mengambil bagian dalam proses pengambilan keputusan.
6. Memanfaatkan hasil-hasil yang dicapai dari kegiatan
13
Berdasarkan bentuk partisipasi yang telah dipaparkan di atas
dapat disimpulkan bahwa untuk melihat partisipasi pemuda dalam pengembangan taman bacaan masyarakat dapat dikategorikan kedalam
empat bentuk partisipasi, yaitu partisipasi horizontal, partisipasi vertikal, partisipasi fisik, dan atau partisipasi nonfisik.
c. Macam-macam Partisipasi Pemuda
Menurut Cohen dan Uphoff dalam Siti Irene A.D. (2015: 61) partisipasi dibagi menjadi empat jenis, yaitu (1) partisipasi dalam
pengambilan keputusan, (2) partisipasi dalam pelaksanaan, (3) partisipasi dalam pengambilan manfaat, dan (4) partisipasi dalam
evalusi.
Pertama, partisipasi dalam pengambilan keputusan. Hal ini
terkait dengan penentuan alternatif dengan pemuda untuk menuju kata
sepakat tentang berbagai gagasan menyangkut kepentingan bersama. Wujud dari partisipasi dalam pengambilan keputusan seperti kehadiran rapat, diskusi, sumbangan pemikiran, tanggapan atau penolakan
terhadap program yang ditawarkan. Kedua, Partisipasi dalam pelaksanaan. Partisipasi ini berkaitan dengan penggerakan sumber
daya dan dana. Ketiga, Partisipasi dalam pengambilan manfaat. Partisipasi ini melihat kualitas dan kuantitas dari hasil pelaksanaan program yang telah dicapai. Dari segi kualitas, keberhasilan program
14
keempat, Partisipasi dalam evaluasi. Partisipasi ini berkaitan dengan
pelaksanaan program secara menyeluruh. Partisipasi dalam evaluasi bertujuan mengetahui bagaimana pelaksanaan program berjalan (Siti
Irene Astuti D, 2015: 61-63).
Menurut Yadav dalam Aprillia Theresia, dkk (2014: 198-199) mengemukakan ada empat macam partisipasi, yaitu:
1. Partisipasi dalam pengambilan keputusan. Untuk menumbuhkan partisipasi perlu dibukanya forum yang memungkinkan masyarakat
banyak berpartisipasi langsung di dalam proses pengambilan keputusan tentang program-program yang ada.
2. Partisipasi dalam pelaksanaan kegiatan. Partisipasi ini diartikan sebagai pemerataan sumbangan masyarakat dalam bentuk tenaga kerja, uang tunai, dan atau beragam bentuk korbanan lainnya yang
sepadan dengan apa yang akan diterima. Selain itu, pemeliharaan proyek atau program-program yang telah berhasil diselesaikan. 3. Partisipasi dalam pemantauan evaluasi. Dalam hal ini, partisipasi
untuk mengumpulkan informasi berkaitan dengan perkembangan kegiatan serta perilaku aparat yang terlibat dalam proyek atau
program yang bersangkutan.
4. Partisipasi dalam pemanfaatan hasil. Dalam hal ini, partisipasi yang dimaksud adalah partisipasi dalam pemanfaatn hasil proyek
15
merangsang kemauan dan kesukarelaan masyarakat untuk selalu
berpartisipasi dalam setiap program yang akan datang.
Berdasarkan macam-macam partisipasi yang telah dipaparkan di
atas dapat disimpulkan bahwa untuk melihat partisipasi pemuda dalam pengembangan taman bacaan masyarakat dapat dikategorikan kedalam empat macam partisipasi, yaitu partisipasi dalam pengambilan
keputusan, partisipasi dalam pelaksanaan kegiatan, partisipasi dalam pemanfaatan, dan partisipasi dalam evaluasi.
d. Faktor- faktor Partisipasi
Dalam konsep pendidikan, Berlo (1961) menyatakan partisipasi merupakan bentuk tanggapan atau respon atas rangsangan yang
diberikan, yang dalam hal ini, tanggapan merupakan fungsi dari manfaat (rewerds) yang dapat diharapkan (Aprillia Theresia, dkk,
2014: 207). Oleh karena itu ada beberapa faktor yang mempengaruhi partisipasi. Menurut Slamet dalam Aprillia Theresia, dkk (2014: 207-211) tumbuh dan berkembangnya partisipasi masyarakat ditentukan
oleh tiga unsur pokok, yaitu:
1) Adanya kesempatan yang diberikan kepada masyarakat, untuk
berpartisipasi. Adanya kesempatan merupakan faktor pendorong tumbuhnya kemauan, dan kemauan akan menentukan
16
a) Kemauan politik dari penguasa untuk melibatkan masyarakat
dalam proyek atau program, baik pengambilan keputusan perencanaan, pelaksanaan, monitoring dan evaluasi,
pemeliharaan, dan pemanfaatan hasil proyek atau program. b) Kesempatan untuk memperoleh informasi tentang proyek atau
program.
c) Kesempatan memanfaatkan dan memobilisasi sumberdaya (alam dan manusia) untuk pelaksanaan proyek atau program.
d) Kesempatan untuk memperoleh dan menggunakan teknologi yang tepat, termasuk peralatan/perlengkapan penunjangnya.
e) Kesempatan untuk berorganisasi, termasuk untuk memperoleh dan menggunakan peraturan, perijinan, dan prosedur kegiatan yang harus dilaksanakan.
f) Kesempatan mengembangkan kepemimpinan yang mampu menumbuh, menggerakkan, dan mengembangkan serta memelihara partisipasi masyarakat.
2) Adanya kemauan masyarakat untuk berpartisipasi. Kemauan untuk berpartisipasi ditentukan oleh sikap mental yang dimiliki
masyarakat untuk membangun atau memperbaiki kehidupannya, yang menyangkut:
a) Sikap untuk meninggalkan nilai-nilai yang menghambat
17
b) Sikap terhadap pelaksana proyek atau program pada
umumnya.
c) Sikap untuk selalu ingin memperbaiki mutu hidup dan tidak
cepat puas diri.
d) Sikap kebersamaan untuk dapat memecahkan masalah, dan tercapainya tujuan proyek atau program.
e) Sikap kemandirian atau percaya diri atas kemampuannya untuk memperbaiki mutu hidupnya.
3) Adanya kemampuan mayarakat untuk berpartisipasi. Kesempatan yang disediakan untuk menggerakkan partisipasi masyarakat tidak
berarti apabila masyarakat tidak memiliki kemampuan untuk berpartsipasi. Kemampuan yang dimaksud adalah:
a) Kemampuan untuk menemukan dan memahami
kesempatan-kesempatan atau peluang proyek atau program.
b) Kemampuan untuk melaksanakan proyek atau program, yang dipengaruhi oleh tingkat pendidikan dan keterampilan yang
dimiliki.
c) Kemampuan untuk memecahkan masalah yang dihadapi
dengan menggunakan sumber daya dan kesempatan (peluang) lain yang tersedia secara optimal.
Unsur-unsur pokok yang disebutkan diatas dapat disimpulkan
18
Irene A.D. (2015: 57-58) menyatakan ada beberapa faktor yang
menghambat atau mengancam partisipasi antara lain:
1) Sifat malas, apatis, masa bodoh, dan tidak mau melakukan
perubahan di tingkat anggota masyarakat. 2) Aspek-aspek tipologis (pembuktian dan jurang). 3) Geografis (pulau-pulau kecil yang tersebar letaknya).
4) Demografis (jumlah penduduk) 5) Ekonomi (desa miskin/tertinggal).
Berdasarkan faktor-faktor partisipasi yang telah dipaparkan di atas dapat disimpulkan bahwa untuk melihat partisipasi pemuda dalam pengembangan taman bacaan masyarakat dapat dikategorikan
kedalam faktor pendorong dan faktor penghambat partisipasi. Faktor pendorong partisipasi dapat dilihat dari tiga unsur pokok yaitu adanya
kesempatan yang disediakan untuk berpartisipasi, adanya kemauan untuk berpartisipasi, dan adanya kemampuan untuk berpartisipasi.
e. Tingkatan Partisipasi
Menurut Wilcox dalam Aprillia Theresia (2014: 202) ada lima tingkatan dalam partisipasi, yaitu:
1. Memberikan informasi (Information). Dalam konteks ini pemuda memberikan informasi sebagai bahan masukan dalam sebuah
19
2. Konsultasi (Consultation) yaitu menawarkan pendapat, sebagai
pendengar yang baik untuk memberikan umpan balik, tetapi tidak terlibat dalam implementasi ide dan gagasan tersebut.
3. Pengambilan keputusan bersama (Deciding together), dalam arti pemuda memberikan dukungan terhadap, gagasan, pilihan-pilihan serta mengembangkan peluang guna pengambilan keputusan.
4. Bertindak bersama (Acting together), dalam arti pemuda tidak sekedar ikut dalam pengambilan keputusan, tetapi juga terlibat dan
menjalin kemitraan dalam pelaksanaan kegiatannya.
5. Memberikan dukungan (Supporting independent community
interest) dimana pemuda menawarkan pendanaan, nasehat,dan
dukungan lain untuk mengembangkan agenda kegiatan.
Menurut Peter Oakley dalam Siti Irene A.D. (2015: 65-66) ada
tujuh tingkatan partisipasi, yaitu:
a. Manipulation. Tingkatan paling rendah mendekati situasi tidak ada
partisipasi, cenderung berbentuk indoktinasi.
b. Consultation. Stakeholder mempunyai peluang untuk memberikan
saran yang akan digunakan seperti yang mereka harapkan.
c. Consensus-building. Stakeholder berinteraksi untuk saling
memahami dan dalam posisi saling bernegosiasi, toleransi dengan seluruh anggota kelompok. Kelemahan yang sering terjadi pada
20
d. Decision-making. Konsensus yang terjadi didasarkan pada
keputusan kolektif dan bersumber pada rasa tanggung jawab untuk menghasilkan sesuatu. Negosiasi pada tahap ini mencerminkan
derajat perbedaan yang terjadi dalam individu maupun kelompok.
e. Risk-taking. Proses yang berlangsung dan berkembang tidak hanya
sekedar menghasilkan keputusan, tetapi memikirkan akibat dari
hasil yang menyangkut keuntungan, hambatan, dan implikasi. Pada tahap ini semua orang memikirkan resiko yang diharapkan dari
hasil keputusan. Karena akuntabilitas merupakan basis penting.
f. Partnership. Pada tingkatan ini memerlukan kerja secara equal
menuju hasil yang mutual. Equal tidak hanya sekedar dalam bentuk struktur dan fungsi tetapi dalam tanggung jawab.
g. Self-management. Puncak dari partisipasi masyarakat. Stakeholder
berinteraksi dalam proses saling belajar (learning process) untuk mengoptimalkan hasil dan hal-hal yang menjadi perhatian.
Berdasarkan pemaparan diatas penelitian ini merujuk pada
pendapat Wilcox yang mengemukakan ada lima tingkatan partisipasi yaitu memberikan informasi (information), konsultasi (consultation),
pengambilan keputusan bersama (deciding together), bertindak bersama (acting together), dan memberikan dukungan (supporting
independent community interest). Hal ini dikarenakan lebih fleksibel
21
2. Pengembangan Taman Bacaan Masyarakat
Taman Bacaan Masyarakat (TBM) adalah salah satu jenis perpustakaan, oleh karena itu masih banyak para tokoh mengartikan
makna TBM sama dengan perpustakaan. Menurut Muhsin Kalida (2012: 2) TBM adalah suatu lembaga yang melayani kebutuhan masyarakat akan informasi mengenai ilmu pengetahuan dalam bentuk bahan bacaan dan
bahan pustaka lainnya.
Dalam Juknis Penguatan TBM disebutkan bahwa Taman Bacaan
Masyarakat (TBM) adalah sebuah tempat/wadah yang didirikan dan dikelola baik oleh masyarakat maupun pemerintah dalam rangka penyediaan akses layanan bahan bacaan bagi masyarakat sekitar sebagai
salah satu sarana utama dalam perwujudan konsep pembelajaran sepanjang hayat untuk mendukung peningkatan kualitas hidup masyarakat sekitar
TBM (Kemendikbud, 2014: 3).
TBM sebagai salah satu pendidikan non formal memiliki peranan penting dalam mewujudkan budaya baca dalam masyarakat. Seperti yang
disebutkan S. Wisni Septiarti dan Mulyadi (2009: 5) TBM merupakan instrument penting dalam pengembangan minat hingga budaya baca,
selain itu TBM juga memiliki fungsi sebagai pendukung gerakan pemberantasan buta aksara dan agar aksarawan baru tidak kembali menjadi buta aksara.
22
hingga budaya baca dan mendukung gerakan pemberantasan buta aksara.
Terkait dengan hal tersebut ada tiga fungsi yang melekat pada TBM, yaitu: 1. Sebagai sumber belajar
TBM dengan menyediakan bahan bacaan utamanya buku merupakan sumber belajar yang dapat mendukung masyarakat pembelajar sepanjang hayat, seperti buku pengetahuan untuk membuka wawasan,
juga berbagai keterampilan praktis yang bisa dipraktekkan setelah membaca, misal praktek memasak, budidaya ikan, menanam cabe,
mengolah barang bekas dan lainnya. 2. Sebagai sumber informasi
TBM dengan menyediakan bahan bacaan berupa koran, tabloid, referensi, booklet-leaflet, dan/atau akses internet dapat dipergunakan masyarakat untuk mencari berbagai informasi.
3. Sebagai tempat rekreasi-edukasi
Dengan buku-buku nonfi ksi yang disediakan memberikan hiburan yang mendidik dan menyenangkan. Lebih jauh dari itu, TBM dengan
bahan bacaan yang disediakan mampu membawa masyarakat lebih dewasa dalam berperilaku, bergaul di masyarakat lingkugan
(Kemendikbud, 2012: 7).
Penyelenggaraan TBM dimaksudkan memberikan akses layanan pembelajaran berupa layanan bahan bacaan kepada masyarakat secara
23
1. Meningkatkan kemampuan keberaksaraan dan keterampilan membaca.
2. Menumbuh kembangkan minat dan kegemaran membaca. 3. Membangun masyarakat membaca dan belajar.
4. Mendorong terwujudnya masayarakat pembelajar sepanjang hayat. 5. Mewujudkan kualitas dan kemandirian masyarakat yang
berpengetahuan, berketerampilan, berbudaya maju, dan beradab
(Kemendikbud, 2012: 6).
Untuk mencapai tujuan tersebut dibutuhkan pengelolaan yang baik,
berikut aspek-aspek yang perlu diperhatikan dalam pengelolaan TBM dilihat dari segi manajemen TBM, yaitu sebagai berikut;
1. Perencanaan, yaitu proses menentukan aktifitas apa dan bagaimana yang akan dilakukan, bersama siapa, kapan dilakukan, di mana, dan dari mana sumber dananya. Agar pelaksanaannya dapat berjalan
dengan lancar, pembiayaan terhadap program pendidikan masyarakat perlu dipikirkan sejak awal.
2. Pengorganisasian, yaitu mencakup struktur pengelolaan personil serta
tugas dan fungsi masing-masing pengelola. Sering terjadi konsep pengorganisasian dalam lembaga pendidikan nonformal, miskin
pengurus atau pengelola tetapi kaya tugas dan fungsi. Tetapi ada pula yang memperkaya pengurus dan pengelola dengan sedikit tugas dan fungsi. Namun, struktur organisasi yang semakin banyak anggotanya
24
kalanya semakin kompleks dan banyak pengelola yang dilibatkan,
sementara kegiatan sedikit, akan menghambat kinerja lembaga dan kurang efisien.
3. Pelaksanaan, yaitu merupakan operasionalisasi dari apa yang direncanakan. Pelaksanaan kegiatan merupakan inti dari program TBM. Orang akan melihat dan menaruh perhatian pada lembaga ini
apabila ada gerakan dan aksi nyata. Apabila gerakan ini tidak ada, maka masyarakat tidak akan peduli (Muhsin Kalida, 2010: 17-18).
Namun, pengelolaan TBM yang baik belum cukup, dibutuhkan juga pengembangan TBM sebagai salah satu jenis perpustakaan. Dalam UU No. 43 tahun 2007 tentang perpustakaan pasal 19 “Pengembangan
perpustakaan merupakan upaya peningkatan sumber daya, pelayanan, dan pengelolaan perpustakaan, baik dalam hal kuantitas maupun kualitas”.
Menurut Sutarno NS (2006: 113-122) untuk pengembangan sebuah perpustakaan ada beberapa bidang yang perlu dikembangkan antara lain: 1. Pengembangan Koleksi
Koleksi perpustakaan merupakan salah satu faktor utama sebuah perpustakaaan. Pengembangan koleksi mencakup: (a) jumlah, judul,
jenis dan eksemplar, (b) terbitan baru, (c) variasi, baik yang tercetak seperti buku, majalah, koran, maupun yang terekam, (c) sumber penerbitnya, makin banyak, (e) sumber asalnya, dalam negeri (Bahasa
25
Pada akhirnya pengembangan koleksi bertujuan untuk (a)
menambah jumlah, (b) meningkatkan jenis bahan bacaan serta (c) meningkatkan mutunya sesuai dengan kebutuhan masyarakat pemakai.
Pada sisi yang lain, apabila koleksi terus bertambah, sedangkan ruangan, rak dan tempat penyimpanan tidak dikembangkan, maka pada suatu saat nanti perpustakaan akan penuh. Untuk menghindari keadaan
demikian, maka dalam kegiatan pengembangan koleksi harus disertai kegiatan penyiangan. Untuk memisahkan koleksi yang kadalu warsa,
rusak, dan tidak terpakai lagi, dikeluarkan dari jajarannya di rak buku, dan tempatnya dipergunakan untuk koleksi baru.
2. Pengembangan Sumber Daya Manusia
Sumber daya manusia di perpustakaan merupakan salah satu faktor yang sangat penting. Oleh karena itu harus selalu dikembangkan sesuai
dengan kebutuhan yang harus dipenuhi. Pengembangan sumber daya manusia mencakup 2 bidang yaitu:
a. Kualitas pengetahuan, ketrampilan dan sikap, kepribadian,
perilaku. Pengembangan di bidang ini dilakukan dengan: 1) Mengikutsertakan dalam pendidikan formal berjenjang.
2) Mengikutsertakan pegawai atau pengelola didalam pendidikan dan pelatihan (Diklat) (in the job training).
3) Mengikutsertakan pegawai atau pengelola dalam kursus-kursus
26
4) Mengikutsertakan pegawai atau pengelola dalam pendidikan
professional (of the job training). Misalnya untuk menambah kemampuan bahasa, computer, dan teknologi informasi
lainnya.
5) Mengikutsertakan pegawai atau pengelola dalam latihan jabatan, pra jabatan, magang dan sejenisnya.
b. Kuantitas (jumlah)
1) Menambah jumlah pegawai atau pengelola, apabila
perkembangan organisasi, yang berarti tersedia formasi baru dan volume pekerjaan bertambah.
2) Mengurangi jumlah pegawai atau pengelola, apabila terjadi perampingan struktur organisasi, karena penggabungan atau penghapusan sebagian dari struktur yang sudah ada.
3) Mempertahankan yang ada, namun dilakukan efisiensi dan efektifitas agar terjadi penghematan waktu, tenaga, dan biaya serta sarana dan prasarana, namun tujuan dapat tercapai dengan
lebih baik.
3. Pengembangan pengunjung perpustakaan
Pengunjung perpustakaan merupakan target dan sasaran utama penyelenggaraan perpustakaan. Semua daya dan upaya semata-mata diarahkan untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan masyarakat.
27
memakai perpustakaan dapat berkembang dan bertambah jumlahnya
dari waktu ke waktu.
Pengembangan pengunjung perpustakaan tidak terbatas pada
penambahan jumlah dan intensitas waktu kunjungan ke perpustakaan. Namun akan bertambah pula permintaan jenis dan variasi sumber informasi atau koleksi bahan pustaka. Perkembangan pengunjung
perpustakaan dapat disebabkan beberapa hal yaitu: pertama, upaya perpustakaan melalui berbagai cara dan media, yakni atas dorongan
dari luar (faktor eksternal), dan kedua, disebabkan makin bertambahnya pengetahuan, wawasan dan kesadaran yang tumbuh dari
diri mereka sendiri (faktor internal).
Pengembangan pengunjung perpustakaan dapat dilakukan dengan berbagai cara yaitu:
a. Sosialisasi perpustakaan kepada masyarakat.
b. Membuka dan memperluas akses dan informasi perpustakaan. c. Mengadakan kegiatan yang melibatkan masyarakat.
d. Memberikan kemudahan layanan dan pemakaian perpustakaan. e. Mengembangkan jenis layanan.
f. Menciptakan suasana dan kesan yang menarik dan baik kepada pengunjung.
g. Menerapkan teknologi tepat guna yang dapat membantu pemakai.
28
i. Menciptakan citra layanan yang baik, sehingga pengunjung
termotivasi untuk datang berkunjung kembali. 4. Pengembangan Sistem Layanan
Penerapan suatu sistem layanan di perpustakaan adalah dimaksudkan agar proses pemberian jasa layanan dapat berlangsung tertib, teratur dan cepat tanpa ada hambatan. Sistem layanan
perpustakaan merupakan mata rantai rangkaian kegiatan yang terdiri atas beberapa subbagian yang saling berhubungan satu sama lain.
Masing-masing jenis perpustakaan akan memilih sistem yang paling cocok dengan pemakainya dan kesiapan petugas dan ketersediaan
sarana dan prasarananya. Layanan yang dikembangkan oleh perpustakaaan adalah agar tercipta layanan terbaik sejauh dapat dilaksanakan, yaitu yang sering disebut sebagai layanan prima yang
dilaksanakan secara professional. Sebelum dapat diciptakan layanan prima diupayakan dulu layanan minimal yang pada intinya berlangsung secara mudah, sederhana, cepat, tepat, dan bermanfaat
serta murah.
Layanan TBM merupakan salah satu hal penting dalam
pengembangan TBM, oleh karena itu pengelola TBM diharapkan mampu menggunakan kreativitasnya untuk memberikan layanan yang mampu mendorong dan menarik masyarakat untuk datang berkunjung.
29
1. Layanan taman bacaan masyarakat secara elekronik meliputi antara
lain: (i) layanan bahan bacaan (buku, majalah, surat kabar/koran) digital, (ii) layanan informasi secara elektronik baik melalui media
terkemas maupun dunia maya. Dengan adanya layanan elektronik diharapkan terwujudnya masyarakat berkeaksaraan media, teknologi, dan informasi karena tidak dapat dipungkiri
perkembangan IPTEK sangat pesat.
2. Membaca ditempat, dengan menyediakan ruangan yang nyaman
dan didukung dengan variasi bahan bacaan bermutu, sesuai dengan kebutuhan pengunjung. Untuk dapat menyediakan bahan bacaan
sesuai dengan kebutuhan perlu berupaya untuk menemukenali minat dan karakteristik pengunjung.
3. Meminjamkan buku, artinya buku dapat dibawa pulang untuk
dibaca dirumah, dan dalam waktu tertentu dan peminjam wajib mengembalikan buku.
4. Pembelajaran, dengan menggunakakan berbagai pendekatan seperti
membimbing teknik membaca cepat, menemukan kalimat dan kata kunci dari bacaan, dan belajar efektif.
5. Praktek keterampilan. Dengan buku kerampilan yang ada, pengunjung diajak untuk mempraktekan bersama, seperti praktek memasak, membuat kerajinan, dll.
30
yang sedang berkembang, temu penulis, dan belajar menulis
cerpen.
7. Melaksanakan lomba-lomba, seperti: lomba kemampuan membaca
dan cerdas cermat (Kemendikbud, 2012: 8-9).
Dalam pengembangan TBM perlu diperhatikan juga ruang lingkup program TBM, yaitu sebagai berikut:
1. Penerima manfaat layanan TBM
Seluruh lapisan masyarakat sesuai dengan segmentasinya
masing-masing terutama masyarakat yang memiliki kebutuhan bahan bacaan untuk meningkatkan keberaksaraannya. Penerima manfaat layanan
TBM tidak terbatas baik dalam kelompok umur, jenis kelamin, maupun golongan; oleh karena itu, dalam pelaksanaannya, Program Pengembangan TBM diharapkan untuk memperluas pilihan menu
bahan bacaannya.
2. Lembaga penyelenggara TBM
Satuan pendidikan nonformal penyelenggara taman bacaan,
diantaranya: PKBM, LKP, rumah Pintar, Yayasan, UPTD SKB, dan lembaga swadaya masyarakat (LSM), dan unsur masyarakat yang
menyelenggarakan program PNF lainnya. 3. Sumber Daya Manusia
31
a. Ketua, mempunyai tugas: (1) memimpin TBM, (2) menyusun dan
menetapkan program, (3) memajukan dan mengembangkan TBM, (4) melakukan hubungan kerja sama, dan (5) mengelola keuangan.
b. Urusan Administrasi dan Teknis, mempunyai tugas: (1) mengurus administrasi dan surat menyurat, (2) mengadakan seleksi dan pengadaan bahan bacaan, (3) melaksanakan pengelolaan bahan
bacaan, dan (4) melaksanakan pengembangan bahan bacaan. c. Urusan Layanan, mempunyai tugas: (1) membuat tata tertib, (2)
memberikan layanan TBM, dan (3) melaksanakan administrasi keanggotaan.
4. Sarana dan prasarana yang wajib dimiliki
Sarana dan Prasarana TBM dapat dibedakan menjadi 2 (dua), yaitu: sumber daya fisik utama (sarana), dan sumber daya fisik pendukung
(prasarana).
a. Sumber daya fisik utama adalah bahan bacaan, yaitu: semua jenis bahan bacaan dalam berbagai bentuk media seperti : buku,
majalah, tabloid, koran, CD dan lainnya. Perlu disadari bahwa bahan bacaan yang disediakan tidak lain untuk melayani
masyarakat sehingga masyarakat sebagai kelompok sasaran perlu diperhatikan secara sungguh-sungguh, oleh karena itu penentuan bahan bacaan yang harus disediakan perlu memperhatikan :
32
profesi, dll), kebutuhan nyata masyarakat, kemampuan baca
masyarakat, dan sesuai dengan potensi lokal.
b. Sumber daya pendukung, adalah segala sesuatu yang diperlukan
untuk mendukung pengelolaan TBM, antara lain: rak/almari buku, display buku baru, rak majalah, gantungan koran, meja kerja, perangkat peralatan elektronik yang relevan dan merupakan salah
satu komponen penting terwujudnya layanan taman bacaan masyarakat secara elektronik. Perangkat tersebut sekurangnya
meliputi (1) komputer personal atau komputer jinjing, (2) Kamera Digital (3) fasilitas modem internal/eksternal (mobile/ ADSL), (4)
alat pencetak (printer), (5) televisi, (6) alat pemutar video digital (DVD Palyer), (8) Pencadang Sumberdaya Listrik (UPS), Almari penyimpanan dan fasilitas lain untuk membaca seper : meja
baca/bangku, alas duduk (tikar/kapet) dan kaca mata baca perlu juga disediakan.
5. Inovasi kreatif TBM
Dalam pengembangan TBM, layanan yang diberikan harus selalu ada inovasi kreatif supaya pengunjung atau masyarakat selalu tertarik
untuk berkunjung dan menjadikan TBM sebagai tempat belajar yang menyenangkan karena mendorong masyarakat untuk datang tidak hanya dengan menyediakan buku bacaan yang baragam. Berikut kiat
33
a. Mengenali masyarakat dan mengenali berbagai kebutuhannya.
Agar dapat mengajak masyarakat di TBM perlu mengenal lebih dahulu masyarakat di sekitar TBM sebagai sasarannya. Dengan
maksud untuk mengetahui sosial–budaya, ekonomi, agama, potensi lingkungan, latar belakang pendidikan, serta kebutuhan nyata yang diperlukan. Hal ini penting sekali sebagai bahan pertimbangan
dalam menentukan kegiatan yang akan dilaksanakan, juga penting dalam penyediaan koleksi bahan-bahan bacaan yang akan
disediakan.
b. Melakukan sosialisasi TBM dan memberi kesadaran arti
pentingnya kepada masyarakat. TBM sebagaimana perpustakaan, memberikan layanan di bidang bahan bacaan kepada masyarakat, dengan jumlah bahan bacaan yang terbatas baik jumlah maupun
jenisnya perlu dioptimalkan pemanfaatannya dengan cara mengenalkan TBM kepada masyarakat melalui sosialisasi keberadaan TBM, dan sekaligus memberi kesadaran terhadap
manfaat yang dapat diperoleh dari kegiatan membaca.
c. Membentuk kelompok sasaran berdasarkan kemampuan
baca/kebutuhan. Membentuk kelompok sasaran berdasarkan kemampuan baca/kebutuhan dengan maksud untuk mempermudah melakukan pendekatan dan bimbingan. Seperti membentuk
34
d. Membimbing dan meningkatkan kemampuan baca kelompok
sasaran, Salah satu faktor penyebab masyarakat Indonesia belum berbudaya baca antara lain kemampuan membaca yang rendah.
Kemampuan membaca dalam arti : 1) memahami isi bacaan, 2) menginterpretasikan bacaan, atau 3) mengkombinasikan bacaan satu dengan yang lain.
e. Menyelenggarakan kegiatan yang bermanfaat. Praktek keterampilan dari buku-buku yang tersedia di TBM dengan cara
pengelola mencarikan narasumber teknis di bidang keterampilan tertentu misalnya membuat sampo, sabun cuci, kecap, atau minyak
kelapa dengan cara demo. Beberapacontoh kegiatan yang dapat dipadukan dengan buku bacaan adalah mempraktekkan isi buku, mendiskusikan isi buku baru, dan lomba-lomba seperti lomba
menulis synopsis, lomba memasak, dan cerdas cermat (Kemendikbud, 2014: 3-7).
B. Hasil Penelitian yang Relevan
1. Nurul Sawitri. Jurnal Universitas Negeri Semarang tentang “Partisipasi Pemuda Dalam Program Karang Taruna Desa (Studi Pada Pemuda Di Dusun Kupang Kidul Desa Kupang Kecamatan Ambarawa”. Penelitian
ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode deskriptif, teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara wawancara, observasi, dan
35
analisis data adalah deskriptif kualitatif dengan tahap sebagai berikut
pengumpulan data, reduksi data, penyajian dan penarikan kesimpulan. Hasil yang diperoleh dalam penelitian ini (1) partisipasi pemuda dalam
program Karang Taruna desa dilihat aspek pengelolaan program menggunakan tiga tahap partisipasi, yaitu partisipasi dalam perencanaan; partisipasi dalam pelaksanaan dan partisipasi dalam pemanfaatan; (2)
faktor yang menghambat partisipasi pemuda dalam program Karang Taruna yaitu keterbatasan waktu dari individu dan rasa kurang percaya diri
untuk menyalurkan potensi yang dimiliki. Sedangkan faktor yang mendukung yaitu individu mempunyai kesadaran atau jiwa bersosial yang
tinggi untuk membangun masyarakat melalui program Karang Taruna. 2. Dwi Sandy Aprilian. Skripsi Universitas Jember tentang “Partisipasi
Pemuda dalam Musyawarah Perencanaan Pembangunan Desa
(Musrenbang Desa) di Desa Sidorejo Kecamatan Rowo Kangkung Kabupaten Lumajang”. Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif
deskriptif. Fokus penelitian adalah partisipasi pemuda pada tahap
persiapan dan tahap pelaksanaan Musrenbang Desa. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada tahap persiapan Musrenbang Desa, penentuan
pemuda yang akan menghadiri musyawarah dusun dilakukan melalui undangan dan ditentukan oleh pemerintah desa. Penggalian gagasan pemuda dilakukan melalui perkumpulan pemuda dan kegiatan olahraga.
36
yang diambil meskipun pada akhirnya beberapa hal masih ditentukan oleh
pemerintah desa. Sedangkan pada tahap pelaksanaan Musrenbang Desa semua usulan pemuda disampaikan oleh tokoh masyarakat. Namun tidak
ada jaminan semua usulan pemuda akan diperhatikan dalam penetapan Rencana Kerja Pemerintah Desa. Partisipasi pemuda pada tahap ini tetap berada pada derajat kedua namun letak tangga partisipasinaya turun
menjadi tangga keempat yaitu konsultasi.
Berdasarkan penelitian yang ada sebelumnya, partisipasi pemuda
dilihat dari beberapa tahapan yaitu tahan perencanaan, pelaksanaan, dan pemanfaatan. Dalam penelitian tersebut partisipasi pemuda belum masuk
pada tahapan evaluasi. C. Kerangka Berpikir
Pendidikan memiliki tujuan untuk mengembangkan potensi manusia,
salah satunya melalui jalur pendidikan nonformal. Pendidikan nonformal berperan dalam peningkatan kualitas pendidikan masyarakat, salah satunya melalui program Taman Bacaan Masyarakat (TBM). TBM adalah sebuah
tempat/wadah yang didirikan dan dikelola baik oleh masyarakat maupun pemerintah dalam rangka penyediaan akses layanan bahan bacaan bagi
masyarakat sekitar sebagai salah satu sarana utama dalam perwujudan konsep pembelajaran sepanjang hayat untuk mendukung peningkatan kualitas hidup masyarakat sekitar TBM. Sebagaimana yang dilakukan oleh Karang Taruna
37
Kesimpulannya, TBM adalah salah satu bentuk pendidikan nonformal yang
mewujudkan konsep pembelajaran sepanjang hayat dengan menyediakan akses layanan bahan bacaan bagi masyarakat.
Dalam penyelenggaraannya, TBM mempunyai beberapa layanan, diantaranya: membaca ditempat, meminjamkan buku, pembelajaran dengan berbagai pendekatan, kegiatan literasi, praktek keterampilan, dan
melaksanakan lomba-lomba. Namun, layanan itu tidak cukup untuk mendorong masyarakat untuk datang berkunjung ke TBM, sebagaimana yang
terjadi pada TBM Teras Baca Guyub Rukun. Diperlukan inovasi kreatif dalam pengembangan TBM. Pengembangan yang dilakukan meliputi pengembangan
koleksi, pengembangan sumber daya, pengembangan pengunjung TBM, dan pengembangan sistem layanan. Kesimpulannya, dalam penyelenggaraan TBM dibutuhkan pengembangan untuk mendorong masyarakat datang berkunjung.
Dalam pengembangan TBM dibutuhkan partisipasi dari berbagai pihak, salah satunya pemuda sebagai bagian dari masyarakat. Pemuda dipandang sebagai agen perubahan yang memiliki potensi yang sangat besar. Ide-ide
kreatifnya sangat dibutuhkan dalam pengembangan layanan-layanan yang ada di TBM. TBM Teras Baca Guyub Rukun sebagai salah satu program Karang
Taruna membutuhkan partisipasi dari anggota Karang Taruna yang mayoritas adalah pemuda. Kesimpulannya, dalam pengembangan TBM Teras Baca Guyub Rukun dibutuhkan partisipasi dari para pemuda.
38
betuk, hasil, dan dampak partisipasi. Selain itu apa saja faktor pendukung dan
penghambat partisipasi pemuda dalam pengembangan TBM Teras Baca Guyub Rukun di Dusun Jambon, Argosari, Sedayu, Bantul.
D. Pertanyaan Penelitian
Berdasarkan uraian di atas maka yang menjadi pertanyaan penelitian adalah: 1. Bagaimanakah partisipasi pemuda dalam pengembangan Taman Bacaan
Masyarakat Teras Baca Guyub Rukun di Dusun Jambon, Argosari, Sedayu, Bantul
a. Bagaimana bentuk partisipasi horizontal pemuda dalam pengembangan Taman Bacaan Masyarakat Teras Baca Guyub Rukun di Dusun
Jambon, Argosari, Sedayu, Bantul?
b. Bagaimana bentuk partisipasi vertikal pemuda dalam pengembangan Taman Bacaan Masyarakat Teras Baca Guyub Rukun di Dusun
Jambon, Argosari, Sedayu, Bantul?
c. Bagaimana bentuk partisipasi fisik pemuda dalam pengembangan Taman Bacaan Masyarakat Teras Baca Guyub Rukun di Dusun
Jambon, Argosari, Sedayu, Bantul?
d. Bagaimana bentuk partisipasi nonfisik pemuda dalam pengembangan
Taman Bacaan Masyarakat Teras Baca Guyub Rukun di Dusun Jambon, Argosari, Sedayu, Bantul?
e. Apa sajakah hasil dari partisipasi pemuda dalam pengembangan
39
f. Apakah partisipasi pemuda berdampak pada pengembangan Taman
Bacaan Masyarakat Teras Baca Guyub Rukun di Dusun Jambon, Argosari, Sedayu, Bantul?
2. Faktor pendukung dan faktor penghambat partisipasi pemuda dalam pengembangan Taman Bacaan Masyarakat Teras Baca Guyub Rukun di Dusun Jambon, Argosari, Sedayu, Bantul
a. Apa dukungan dan hambatan yang ditemui dalam partisipasi pemuda dalam pengembangan Taman Bacaan Masyarakat Teras Baca Guyub
Rukun di Dusun Jambon, Argosari, Sedayu, Bantul?
b. Bagaimana peran tokoh masyarakat dan perangkat dusun dalam
40 BAB III
METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif. Menurut Lexy J. Moleong (2005: 6) penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk
memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dll., secara holistik, dan
dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode ilmiah.
Pendekatan yang dipakai dalam penelitian ini adalah pendekatan studi
kasus. Penulis memilih penelitian studi kasus karena penelitian studi kasus berusaha menggambarkan kehidupan dan tindakan-tindakan manusia secara
khusus pada lokasi tertentu dengan kasus tertentu. Penelitian studi kasus menurut Rachmat (2006: 79) merupakan metode riset yang menggunakan berbagai macam sumber data yang bisa digunakan untuk meneliti,
menguraikan, dan menjelaskan secara komprehensif berbagai aspek individu, kelompok suatu program, organisasi atau peristiwa secara sistematis. Dalam penelitian ini peneliti ingin berusaha mengungkapkan secara mendalam
partisipasi pemuda dalam pengembangan Taman Bacaan Masyarakat Teras Baca Guyub Rukunyang dilihat pada: (a) tingkatan partisipasi; (b) bentuk
41 B. Subyek Penelitian
Subyek penelitian dalam penelitian ini antara lain:
1. Pengelola TBM Teras Baca Guyub Rukun yang diwakili oleh ketua
dengan inisial Ty dan pengurus dengan inisial TA.
2. Karang Taruna Guyub Rukun yang diwakili oleh ketua dengan inisial Wr dan anggota dengan inisial PR.
3. Tokoh masyarakat dengan inisial Sp. 4. Kepala Dusun Jambon dengan inisial Sd.
C. Waktu dan Tempat Penelitian
Tempat penelitian ini berada Taman Bacaan Masyarakat Teras Baca
Guyub Rukun di Dusun Jambon, Argosari, Sedayu, Bantul. Peneliti memfokuskan pengamatan pada partisipasi pemuda dalam pengembangan taman bacaan masyarakat. Penelitian ini dilaksanakan selama bulan
Januari-Maret, penentuan waktu penelitian didasarkan bahwa penelitian kualitatif membutuhkan pemahaman yang luas dan mendalam terhadap kondisi sosial yang diteliti.
D. Metode Pengambilan Data
Untuk memperoleh jenis data yang dibutuhkan penelitian, maka metode
pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah: 1. Observasi (Pengamatan)
Observasi adalah dasar pengamatan dan pencatatan secara sistematis
42
berlangsungnya peristiwa. Menurut Nasution (dalam Sugiyono, 2012: 310)
observasi adalah dasar semua ilmu pengetahuan. Di dalam penelitian ini, observasi yang dilakukan adalah observasi partisipatif. Peneliti ikut aktif
secara langsung melakukan pengamatan secara langsung partisipasi pemuda dalam pelaksanaan pengembangan taman bacaan masyarakat.
Metode observasi digunakan peneliti karena peneliti ingin
mengetahui secara langsung apa saja yang dilakukan atau yang terjadi di lapangan mengenai partisipasi pemuda dalam pengembangan Taman
Bacaan Masyarakat Teras Baca Guyub Rukun. Teknik ini difokuskan untuk memperoleh data tentang perencanaa dan pelaksanaan program-program
TBM, serta kelengkapan sarana dan prasarana. Dari observasi yang dilakukan akan menghasilkan pengamatan mengenai aktivitas-aktivitas yang relevan dan berkaitan dengan partisipasi pemuda dalam
pengembangan taman bacaan masyarakat. Observasi dilakukan pada aspek fisik dan non fisik yang berkaitan dengan partisipasi pemuda dalam pengembangan Taman Bacaan Masyarakat Teras Baca Guyub Rukun guna
kepentingan penarikan kesimpulan dari data yang telah diperoleh. 2. Wawancara
Menurut Esterberg dalam Sugiyono (2012: 317) wawancara merupakan pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab, sehingga dapat dikontruksikan makna dalam topik tertentu.
43
taman bacaaan masyarakat. Dalam wawancara, peneliti melakukan
wawancara dengan pengelola Taman Bacaan Masyarakat Teras Baca Guyub Rukun, karang taruna, tokoh masyarakat, dan perangkat Dusun
Jambon, Argosari, Sedayu, Bantul. 3. Studi Dokumen
Dokumen merupakan cacatan peristiwa yang sudah berlalu. Untuk
mengetahui secara tertulis dokumen tentang partisipasi pemuda dalam pengembangan Taman Bacaan Masyarakat Teras Baca Guyub Rukun
diperlukan studi terhadap dokumen yang berkaitan dengan hal tersebut. Penggunaan studi dokumentasi dalam penelitian ini digunakan untuk
melengkapi data yang tidak dapat diperoleh melalui wawancara dan observasi. Dokumen yang berbentuk tulisan misalnya catatan sejarah, profil lembaga, struktur pengelola, data koleksi buku, data sarana dan prasarana,
dan data administrasi. Dokumen berbentuk gambar misalnya presensi rapat karang taruna dan foto kegiatan. Harapannya, data yang diperoleh dari metode studi dokumen dapat menambah serta melengkapi data yang
44
Tabel 1. Panduan Pengambilan Data Lapangan (Metode Wawancara)
No. Aspek Sumber Data
1. Bagaimanakah partisipasi pemuda dalam pengembangan TBM
a. Bentuk partisipasi vertikal pemuda
b. Bentuk partisipasi horizontal pemuda
c. Bentuk partisipasi fisik pemuda d. Bentuk partisipasi nonfisik
pemuda
e. Hasil partisipasi pemuda f. Dampak partisipasi pemuda
Pengelola TBM
Pengurus Karang Taruna Anggota Karang Taruna
2. Faktor pendukung dan faktor penghambat partisipasi pemuda dalam pengembangan TBM
a. Dukungan dan hambatan partisipasi pemuda
b. Dorongan tokoh masyarakat dan perangkat dusun
Pengelola TBM
Pengurus Karang Taruna Anggota Karang Taruna Pengelola TBM
[image:58.595.122.508.389.622.2]Tokoh masyarakat Perangkat dusun
Tabel 2. Panduan Pengambilan Data Lapangan (Metode Observasi)
No. Aspek Sumber Data
1. Bagaimanakah partisipasi pemuda dalam pengembangan TBM
a. Bentuk partisipasi fisik pemuda
b. Hasil partisipasi pemuda
Kelengkapan sarana dan prasarana
Pelaksanaan program-program TBM
Pelaksanaan program-program TBM
2. Faktor pendukung dan faktor penghambat partisipasi pemuda dalam pengembangan TBM
a. Dukungan dan hambatan partisipasi pemuda
45
Tabel 3. Panduan Pengambilan Data Lapangan (Metode Studi Dokumentasi)
No. Aspek Sumber Data
1. Bagaimanakah partisipasi pemuda dalam pengembangan TBM
a. Bentu partisipasi vertikal pemuda
b. Bentuk partisipasi fisik pemuda c. Hasil partisipasi pemuda d. Dampak partisipasi pemuda
Struktur pengelola TBM Presensi kehadiran rapat Foto kegiatan
Foto kegiatan Foto kegiatan
E. Intrumen Penelitian
Dalam penelitian kualitatif, yang menjadi instrument adalah peneliti itu
sendiri. Peneliti kualitatif sebagai human instrument, berfungsi menetapkan fokus penelitian, memilih informan sebagai sumber data, melakukan
pengumpulan data, menilai kualitas data, analisis data, menafsirkan data dan membuat kesimpulan atas temuannya (Sugiyono, 2012: 305-306). Nasution dalam Sugiyono (2012: 307) mengatakan peneliti sebagai instrumen utama
memiliki ciri sebagai berikut:
1. Peneliti sebagai alat peka dan dapat bereaksi terhadap segala stimulus dari
lingkungan yang harus diperkirakannya bermakna atau tidak bagi penelitian.
2. Peneliti sebagai alat dapat menyesuaikan diri terhadap semua aspek keadaan dan dapat mengumpulkan aneka ragam data sekaligus.
3. Tiap situasi merupakan keseluruhan. Tidak ada suatu instrumen berupa
test atau angket yang dapat menangkap keseluruhan situasi, kecuali
manusia.
46
dengan pengetahuan semata. Untuk memahaminya perlu sering
merasakannya, menyelaminya berdasarkan pengetahuan kita.
5. Peneliti sebagai instrumen dapat segera menganalisis data yang diperoleh.
Ia dapat menafsirkannya, melahirkan hipotesis dengan segera untuk menentukan arah pengamatan.
6. Hanya manusia sebagai instrumen yang dapat mengambil kesimpulan
berdasarkan data yang dikumpulkan pada suatu saat dan menggunakan segera sebagai balikan untuk memperoleh penegasan, perubahan,
perbaikan atau perlakuan.
7. Dengan manusia sebagai instrumen, respon yang aneh yang menyimpang
justru diberi perhatian. Respon yang berbeda dan bertentangan dipakai untuk mempertinggi tingkat kepercayaan dan tingkat pemahaman mengenai aspek yang diteliti.
Dalam penelitian ini, peneliti berusaha sendiri terjun secara langsung dalam pengambilan data dengan menggunakan teknik pengamatan untuk mendapatkan data murni di lapangan. Dengan demikian peneliti mencatat
segala aspek perilaku pemuda dalam ikut berpartisipasi dalam pengembangan taman bacaan masyarakat. Selain pedoman observasi, peneliti juga
menggunakan pedoman wawancara.
F. Teknik Analisis Data
Sugiyono (2012: 333) mengemukakan bahwa dalam penelitian
47
menerangkan bahwa teknik analisis data kualitatif adalah bersifat induktif,
yaitu suatu analisis berdasarkan data yang diperoleh, selanjutnya dikembangkan pola hubungan atau menjadi hipotesis, kemudian data
disimpulkan. Apabila penyimpu